Uploaded by mmargonomitro1

Margono-11a-Etos Kerja

advertisement
ETOS KERJA
PENGERTIAN
ETOS KERJA BANGSA
ETOS KERJA PRODUKTIF
ETOS KERJA RELIGI
5-S
PENGERTIAN

Etos sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti
adat dan kebiasaan. Menurut Jansen Sinamo, maka
etos merupakan kunci dan fondasi keberhasilan suatu
masyarakat atau bangsa diterima secara aklamasi.
Selain itu, etos merupakan syarat utama bagi semua
upaya peningkatan kualitas tenaga kerja atau SDM,
baik pada level individual, organisasional, maupun
sosial.
 Selain itu, metode pembangunan integritas bangsa
harus dilakukan secara fokus dan serius, membawa
misi perbaikan dalam proses berkesinambungan, serta
keterlibatan total dari seluruh elemen masyarakat
Indonesia.
PENGERTIAN

Yang utama adalah keunggulan budi (pekerti) dan
keunggulan karakter yang menghasilkan kerja dan
kinerja yang unggul pula. Tentunya, keunggulan
tersebut berasal dari buah ketekunan seorang manusia
dengan mahakaryanya.
 Kemampuan menghayati pekerjaan menjadi sangat
penting sebagai upaya menciptakan keunggulan.
 Intinya, bahwa saat kita melakukan suatu pekerjaan
maka hakikatnya kita sedang melakukan suatu proses
pelayanan. Menghayati pekerjaan sebagai pelayanan
memerlukan kemampuan dan kompetensinya
PENGERTIAN

Di era teknologi, salah satu agenda penting bagi bangsa
kita di abad 21 adalah mengusahakan agar kualitas tenaga
kerja kita menjadi tenaga kerja bersaing.
 SDM bangsa ini perlu dikembangkan hingga mencapai
kualitas yang setara dengan bangsa-bangsa yang telah
maju terlebih dahulu dibandingkan Indonesia.
 Hal ini semakin penting, karena selain masalah ekonomi
yang menjadi penyakit akut di Indonesia, sesungguhnya
kualitas SDM menjadi titik kritis sentral dalam proses tata
kemajuan peradaban suatu bangsa secara luas baik
dilihat secara politik, teknologi, kultural, maupun
manajerial.
PENGERTIAN


Studi-studi sosiologi dan manajemen dalam beberapa
dekade belakangan bermuara pada yang mengaitkan
antara etos kerja manusia (komunitas) dengan
keberhasilannya.
 Bahwa keberhasilan di berbagai wilayah kehidupan
ditentukan oleh sikap, perilaku dan nilai-nilai yang
diadopsi individu-individu manusia di dalam komunitas
atau konteks sosialnya.
Melalui pengamatan terhadap karakteristik masyarakat di
bangsa-bangsa yang mereka pandang unggul, para
peneliti mencirikan beberapa etos kerja dengan
keberhasilannya
ETOS KERJA BANGSA


Etos kerja Bushido (Jepang) ini mencuatkan tujuh
prinsip, yakni:
1. Gi - keputusan yang benar diambil dengan sikap yang
benar berdasarkan kebenaran; jika harus mati demi
keputusan itu, matilah dengan gagah, sebab kematian
yang demikian adalah kematian yang terhormat:
 2. Yu - berani dan bersikap kesatria:
 3. Jin - murah hati, mencintai dan bersikap baik
terhadap sesama:
 4. Re - bersikap santun, bertindak benar:
 5. Makoto - bersikap tulus yang setulus-tulusnya,
bersikap sungguh dengan sesungguh-sungguhnya dan
tanpa pamrih:
 6. Melyo - menjaga kehormatan, martabat dan
kemuliaan, serta
 7. Chugo - mengabdi dan loyal.
ETOS KERJA BANGSA

Begitu pula keunggulan bangsa Jerman, menurut para
sosiolog, terkait erat dengan etos
kerja dengan latar belakang keyakinan mereka, yang
mengedepankan enam prinsip, yakni:
1. bertindak rasional,
2. berdisiplin tinggi,
3. bekerja keras,
4. berorientasi pada kekayaan material,
5. menabung dan berinvestasi, serta
6. hemat, bersahaja dan tidak mengumbar kesenangan.
 Pertanyaannya kemudian adalah seperti apa etos kerja
bangsa Indonesia ini ?
 Apakah etos kerja kita menjadi penyebab rapuhnya dan
rendahnya kinerja sistem sosial, ekonomik dan kultural ?
yang lantas berimplikasi pada kualitas kehidupan?
 Ataukah etos kerja yang kita miliki sekarang ini merupakan
bagian dari politik republik tercinta?
ETOS KERJA BANGSA

Dalam buku "Manusia Indonesia" karya Mochtar Lubis yang
diterbitkan sekitar 1985an , diungkapkan adanya karakteristik
etos kerja tertentu yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Beberapa di antara ciri-ciri itu adalah: munafik; tidak
bertanggung jawab; feodal; percaya pada takhyul; dan lemah
wataknya.

Sejumlah pemikir/budayawan lain menyatakan hal-hal serupa.
Misalnya, ada yang menyebut bahwa bangsa Indonesia memiliki
‘budaya loyo,’ ‘budaya instan’ dan suka menerabas (Kuncoro).

Namun diyakini bahwa dari 220 juta rakyat Indonesia, tidak
semua memiliki etos yang buruk

Tidak ada salahnya bisa meniru ataupun mengikuti budaya
bangsa yang maju dan berhasil atau meyakini dan menjalankan
pemahaman etos kerja kita sendari
ETOS KERJA BANGSA

Contoh, sebuah bank nasional saat ini sedang mencoba
merumuskan etos mereka yaitu (1) berorientasi kepada nasabah,
(2) menjunjung integritas, (3) berdisiplin, (4) kerjasama, (5)
saling percaya dan saling menghormati, (6) pemberdayaan
SDM, (7) keseimbangan, (8) kepemimpinan, dan (9) kepedulian
pada lingkungan.

Itulah etos yang hendak ditegakkan dan diharapkan bisa
mengubah mereka menjadi lebih baik oleh bankir.

Komitmen yang dimulai dengan merumuskan etos seperti itu,
setidaknya menunjukkan adanya tekad memperbaiki diri untuk
menjadi lebih baik.

Rendahnya etos Indonesia ini diperparah dengan negatifnya
keteladanan yang ditunjukkan oleh para pemimpin. Mereka
merupakan model bagi masyarakat yang bukan hanya memiliki
kekuasaan formal, namun juga kekuasaan nonformal yang justru
sering disalahgunakan. KKN dsb.
ETOS KERJA PRODUKTIF

BUDAYA produktif adalah sebagai totalitas kesadaran, pikiran,
perasaan, sikap, dan keyakinan yang mendasari, menggerakkan,
mengarahkan, serta memberi arti pada seluruh perilaku dan
proses produktif dalam suatu sistem produksi, baik yang bersifat
ekono-komersial, tekno-industrial, atau sosio-kultural

Etos Kerja dirumuskan sebagai spirit, ruh, semangat, dan
mentalitas yang mewujud menjadi seperangkat perilaku kerja
yang positif seperti: rajin, hemat, bersemangat, teliti, tekun, ulet,
sabar, akuntabel, responsibel, berintegritas, menghargai waktu,
menghargai pengetahuan, kreatif, inovatif, dan sebagainya.

Etos Kerja adalah faktor utama bagi Produktivitas. Bila
menggunakan simbol matematis, hubungan keduanya adalah: P
= f(EK), artinya produktivitas adalah fungsi etos kerja,
ETOS KERJA PRODUKTIF
Etos
Bisnis menghasilkan Produktivitas Ekonomi
Etos Keguruan menghasilkan Produktivitas Pendidikan
Etos Akademik menghasilkan Produktivitas Ilmiah
Etos Kehakiman menghasilkan Produktivitas Keadilan
Etos Kedokteran menghasilkan Produktivitas Kesehatan
Etos Politik menghasilkan Produktivitas Kesejahteraan
Rakyat
Etos Birokrasi menghasilkan Produktivitas Pelayanan Publik
Etos Indonesia menghasilkan Produktivitas Nasional
Peningkatatan produktivitas demi memperkuat daya saing
sistem produksi itu harus melibatkan hal-hal berikut ini:
ETOS KERJA PRODUKTIF
1.
Adanya program penyadaran, sosialisasi, dan kampanye
edukatif: secara berkala dan terus menerus.
2. Hadirnya dukungan dan keteladanan dari lapisan pimpinan
puncak, pada setiap strata dan eselon, dari yang tertinggi
hingga terendah.
3. Budaya produktif ini harus diterjemahkan menjadi berbagai
entitas produktivitas yang lebih membumi dan operasional
seperti UU dan PP tentang Produktivitas, sistem manajemen
produksi, teknik-teknik produktivitas, software pengukuran
produktivitas, sistem pengupahan berbasis produktivitas, dan
sebagainya.
ETOS KERJA PRODUKTIF
4.
Adanya pengukuran, maksudnya dilakukan penghitunganpenghitungan atas kemajuan dan peningkatan yang terjadi. Untuk itu
diperlukan semacam ‘etosmeter’ sebagai perkakas pengukur
ketinggian etos kerja seseorang atau satu organisasi, yang bisa
dibayangkan sama pentingnya dengan ‘termometer’ atau ‘tensimeter’
dalam manajemen suhu tubuh dan tekanan darah manusia.
5. Diberikannya “reward and punishment” yang adil, jelas, dan
tegas.
6. Manajemen etos kerja dan produktivitas di atas diintegrasikan ke
dalam sistem manajemen korporat (rekrutmen, seleksi, perencanaan,
operasi, evaluasi kinerja, remunerasi, promosi, dsb.)
ETOS KERJA PRODUKTIF
Seorang
manajer, eksekutif, atau pemimpin sebuah organisasi,
harus memiliki SDM yang dicirikan oleh perilaku kerja berikut ini:
(1) Mampu bekerja tulus penuh rasa syukur dan ikhlas.
(2) Tekun, Serius dan kerja keras.
(3) Bekerja dengan penuh kemampuan atau cerdas.
(4) Sanggup bekerja dengan penuh kejujuran atau integritas
(5) Mau bekerja benar penuh tanggung jawab atau akuntabilitas.
 (6) Bisa bekerja penuh semangat atau antusias.
 (7) Selalu mencari keunggulan atau kualitas.
(8) Disertai dengan penuh kecintaan dan mengabdi. (9) Kreatif
penuh sukacita dan inovasi. (10) Senatiasa bekerja dengan
kerendahan hati. (7as dan 3i)
ETOS KERJA RELIGI
Etos
pertama: kerja adalah rahmat
Apa pun pekerjaan kita, entah pengusaha, pegawai kantor, sampai
buruh kasar sekalipun, adalah rahmat dari Tuhan (Allah). Anugerah
itu kita terima tanpa syarat, seperti halnya menghirup oksigen dan
udara tanpa biaya sepeser pun. Bakat dan kecerdasan yang
memungkinkan kita bekerja adalah anugerah.
Dengan bekerja, kita menerima gaji untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari. Dengan bekerja kita punya banyak teman dan
kenalan, punya kesempatan untuk menambah ilmu dan wawasan, dan
masih banyak lagi. Semua itu anugerah yang patut disyukuri.
Suatu kesombongan jika kita merespons semua nikmat itu dengan
bekerja kehebatan individu.
ETOS KERJA RELIGI
Etos kedua: kerja adalah amanah
Apa pun pekerjaan kita, pramuniaga, pegawai negeri, atau anggota
DPR, semua adalah amanah. Pramuniaga mendapatkan amanah dari
pemilik toko. Pegawai negeri menerima amanah dari negara. Anggota
DPR menerima amanah dari rakyat. Etos ini membuat kita bisa
bekerja sepenuh hati dan menjauhi tindakan tercela, misalnya korupsi
dalam berbagai bentuknya.
Etos ketiga: kerja adalah panggilan
Apa pun profesi kita, perawat, guru, penulis, semua adalah darma
bakti. Seorang perawat memanggul darma untuk membantu orang
sakit. Seorang guru memikul darma untuk menyebarkan ilmu kepada
para muridnya. Seorang penulis menyandang darma untuk
menyebarkan informasi tentang kebenaran kepada masyarakat. Jika
pekerjaan atau profesi disadari sebagai panggilan, kita bisa berucap
pada diri sendiri, “I’m doing my best!” Dengan begitu kita tidak akan
merasa puas jika hasil karya kita kurang baik mutunya.
B. KEMANUSIAAN……
Etos keempat: kerja adalah aktualisasi
Apa pun pekerjaan kita, entah dokter, akuntan, ahli hukum, semuanya
bentuk aktualisasi diri. Meski kadang membuat kita lelah, bekerja
tetap merupakan cara terbaik untuk mengembangkan potensi diri dan
membuat kita merasa “ada”. Bagaimanapun sibuk bekerja jauh lebih
menyenangkan daripada duduk bengong tanpa pekenjaan.Secara
alami, aktualisasi diri itu bagian dari kebutuhan psikososial manusia.
Etos kelima: kerja itu ibadah
Tak peduli apa pun agama atau kepercayaan kita, semua pekerjaan
yang halal merupakan ibadah. Kesadaran ini pada gilirannya akan
membuat kita bisa bekerja secara ikhlas, bukan demi mencari uang
atau jabatan semata. Jansen mengutip sebuah kisah zaman Yunani
kuno seperti ini:
“Manusia mungkin tak bisa menikmatmnya. Tapi Tuhan bisa
melihatnya.” Motivasi kerjanya telah berubah menjadi motivasi
transendental (termasuk rochani).Adalah warisan tak ternilai.
B. KEMANUSIAAN……
Etos
keenam: kerja adalah seni / indah
Apa pun pekerjaan kita, bahkan seorang peneliti pun, semua adalah
seni. Kesadaran ini akan membuat kita bekerja dengan enjoy seperti
halnya melakukan hobi. Dia mengaku (peraih hadiah nobel), rahasia
keberhasilannya meraih penghargaan sains paling begengsi itu adalah
karena dia bisa menikmati pekerjaannya.
Etos ketujuh: kerja adalah kehormatan
Seremeh apa pun pekerjaan kita, itu adalah sebuah kehormatan. Jika
bisa menjaga kehormatan dengan baik, maka kehormatan lain yang
lebih besar akan datang kepada kita. Etos kerja Pramoedya Ananta
Toer-Sastrawan Indonesia kawakan ini tetap bekerja (menulis),
meskipun ia dikucilkan di Pulau Buru yang serba terbatas. Baginya,
menulis merupakan sebuah kehormatan. Hasilnya, kita sudah mafhum.
Semua novelnya menjadi karya sastra kelas dunia.
C.MANUSIA DAN PENDIDIKAN
Etos
kedelapan: kerja adalah pelayanan
Apa pun pekerjaan kita, pedagang, polisi, bahkan penjaga mercu suar,
semuanya bisa dimaknai sebagai pengabdian kepada sesama.
“Manusia diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dengan dilengkapi
keinginan untuk berbuat baik,” kata Jansen. Dalam bukunya Ethos21, ia
menyebut dengan istilah rahmatan liil alamin (rahmat bagi sesama).
5-S
5S
adalah metode untuk mengelola kerja, terutama kerja
bersama
Ternyata bukan saja jepang yang menerapka sistem ini
akan tetapi telah diadopsi oleh sebagian negara-negara
maju seperti AS,dan negara-negara eropa.sistem ini juga
dijadikan basic sebagai basic manufacturing didunia.
Hasilya karyawan akan menjadi disiplin,bertanggung
jawab penuh terhadap tugasnya,ruang lingkungan kerja
yang bersih dan mempermudah dalam melakukan
pekerjaan.
5-S
yaitu:
整理(Seiri: Bisa membedakan mana yang masih dibutuhkan/tidak
dibutuhkan)
整頓(Seiton: Letakkan barang di tempat yang aman namun mudah
dipahami orang lain)
清掃(Seijo: Peliharalah barang agar tetap seperti barang baru)
清潔(Seiketsu: Jagalah kebersihan agar siapapun yang melihat
merasa nyaman)
躾(Shitsuke: Jagalah apa yang disepakati bersama)
Jepang, melalui industri manufakturnya telah sukses menyebarkan
prinsip ini ke seluruh dunia.
5-S
Tahapan
1 – Seiri, Sorting: memulai dengan mengetahui semua
prtalatan, materi, dll, di areal kawasan/lokasi/tempat yang kita pakai
dan bekerja dng hanya menyimpan barang-barang penting yang kita
butuhkan. barang yang tidak terpakai harus disimpan atau
dibuang.(ditaruh pada tempat tersendiri diluar areal kerja kita)
Tahap 2 – Seiton,Tetapkan dalam Urutan: berfokus pada tertib
kerja. Mengatur semua peralatan, perlengkapan, dan bagian, dalam
suatu urutan serta kondisi harus bersih
Tahap
5-S
3 – Seiso, Sweeping: Pembersihan sistematis atau
kebutuhan untuk memelihara kerja bersih serta rapi mengklasifikasi
barang sesuai dengan fungsi dan kegunaannya. Aktivitas sehari-hari
di akhir setiap shift, yang bekerja atas areal dibersihkan dan
semuanya sudah dikembalikan ke tempatnya, sehingga mudah
untuk mengetahui apa dan di mana pergi ke tahu kapan di mana
semuanya harus sangat penting di sini. Kuncinya adalah bahwa
menjaga kebersihan harus menjadi bagian dari pekerjaan sehari-hari
– yang kadang-kadang tidak melakukan aktivitas bila hal terlalu
kotor
Tahap
5-S
4 – Seiketsu, Standardising countinew: standar kerja
praktik atau operasi dalam mode standar dan konsisten. Semua
orang tahu persis apa-nya adalah tanggung jawab - PDCA.
Tahap 5 – Shitsuke, Membenarkan: merujuk kepada menjaga
dan memeriksa standar - QC. Setelah sebelumnya 4S dari mereka
telah dibentuk menjadi cara baru untuk beroperasi.
Mempertahankan fokus pada cara baru ini beroperasi (continous
improvement)
Tahap
Download