Uploaded by ivansaad62

TUGAS Muhammad Ivan Riyandhika Saad Psf 205060601111011

advertisement
Nama
NIM
Kelas
Dosen
: Muhammad Ivan Riyandhika Saad Psf
: 205060601111011
:C
: Eddi Basuki Kurniawan, ST., MT.
Sumbawa Besar merupakan salah satu kabupaten yang ada di provinsi Nusa Tenggara
Barat. Provinsi ini memiliki 2 pulau besar yaitu Lombok dan Sumbawa dan dikelilingi oleh
280 pulau-pulau kecil. Luas wilayah Provinsi NTB mencapai 49.312,19 Km2 terdiri dari
daratan seluas 20.153,15 Km2 (40,87%) dan perairan laut seluas 29.159,04 Km2 (59,13%)
dengan panjang garis pantai 2.333 km. Luas Pulau Sumbawa mencapai 15.414,5 km2 (76,49
%) dan luas Pulau Lombok seluas 4.738,70 Km2 (23,51%). Sumbawa Besar besar sendiri
adalah ibukota Kabupaten Sumbawa, kabupaten ini memiliki banyak ciri khas tersendiri yang
membuatnya kental akan budaya. Budaya yang ada di Sumbawa merupakan hasil akulturasi
dari budaya bugis Sulawesi Selatan terlihat dari pakaian adat, dan kesamaan dari rumah adat
yang ada di sumbawa dengan ciri khas rumah panggungnya. Sumbawa Besar dulunya
meruapakan sebuah Kerajaan Hindu pada Dinasti Awan Kuning yang kemudian menjadi
sebuah Kesultanan setelah islam masuk ke Pulau Sumbawa.
Dari segi topografinya, permukaan tanah di wilayah Kabupaten Sumbawa tidak rata atau
cenderung berbukit - bukit dengan ketinggian berkisar antara 0 hingga 1.730 meter di atas
permukaan air laut, di mana sebagian besar diantaranya yaitu seluas 355.108 ha atau 41,81
persen berada pada ketinggian 100 hingga 500 meter. Sementara itu, ketinggian untuk kota kota kecamatan di Kabupaten Sumbawa berkisar antara 10 sampai 650 meter di atas permukaan
air laut. Semongkat , ibu kota Kecamatan Batulanteh, merupakan ibu kota kecamatan yang
tertinggi. Sedangkan ibu kota kecamatan yang terendah adalah Sumbawa Besar. Dengan luas
wilayah 6.643,98 Km2 atau sekitar 32,97 dari total luas wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat,
menempatkan Kabupaten Sumbawa sebagai kabupaten terluas di Nusa Tenggara Barat. Luas
tersebut termasuk 62 pulau yang berada dalam wilayah Kabupaten Sumbawa, 4 diantara
merupakan pulau berpenghuni.
Sumber. Indonesia Kaya
Pengembangan Pemukiman
Pengembangan Pemukiman yang ada di Kabupaten Sumbawa dilakukan sesuai dengan
pertimbangan Kawasan Strategis Kabupaten (SKS) dan sesuai dengan prioritas pengembangan
dan fungsi kawasan yang meliputi kawasan berikut:
1. Kawasab Strategis Kabupaten Agropolitan Alas-Utan.
2. Kawasan Strategis Kabupaten Agropolitan Empang-Tarano.
3. Kawasan Startegis Kabupaten KTM Labangka.
4. Kawasan Strategis Kabupaten Agropolitan Brang Pelat.
5. Kawasan Strategis Kabupaten Sumbawa Selatan.
Secara umum kebijakan pengembangan permukiman di Kabupaten Sumbawa diarahkan pada
penyediaan sarana dan prasarana pendukung di kawasan permukiman, terutama di ibukotaibukota kecamatan di Kawasan Strategis Kabupaten. Secara kasat mata perkembangan
pemukiman di Kabupaten sumbawa bersifat sporadis, mandiri dan swadaya sehingga arahan
pembangunan jangka menengah kabupaten sumbawa menegaskan bahwa kawasan terbangun
selama kurun waktu 5 (lima) tahun perencananaan dapat lebih meng-cluster dengan
pengembangan pemukiman berbasis kawasan. Kota Sumbawa Besar merupakan pusat kota
Kabupaten sekaligus Pusat Pemerintahan Kabupaten Sumbawa, juga memiliki kondisi pranata
sosial dan budaya yang sangat kuat sehingga memperkuat karakter sebagai pusat pemerintahan
dan pusat kebudayaan. Sebagian besar gedung perkantoran telah dibangun sesuai dengan
Masterplan Kota Sumbawa Besar dan Rencana Kawasan Perkantoran. Gedung-gedung tersebut
secara detail tidak terlepas dari permasalahan keselamatan, keamanan dan kenyamanan
sehingga diperlukan penertiban dan penegakkan aturan dan tata tertib bangunan gedung,
termasuk dengan infrastruktur dan fasilitas penunjang kawasan masih belum memadai.
Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan dan penataan bangunan dan lingkungan di
Kabupaten Sumbawa sebagai berikut :
a. Ketersediaan lahan yang terbatas dan kesulitan pembebasan tanah, karena harga lahan
/ tanah cukup tinggi
b. Keterbatasan dana yang disediakan melalui APBD, menyebabkan beberapa bagian dari
gedung perkantoran belum mendapatkan penanganan dan termasuk penyediaan
bangunan perkantoran baru
c. Belum secara keseluruhan aturan mengenai 3K (Keselamatan, Keamanan dan
Kenyamanan) diterapkan pada bangunan gedung pemerintah maupun gedung milik
swasta yang digunakan bagi kepentingan pelayanan masyarakat.
d. Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang
mendapat perhatian.
e. Standar bangunan Pemerintah kabupaten merupakan bangunan sederhana yang harga
per-m2 nya rendah, sehingga tidak dapat memenuhi standar keselamatan (pemadam
kebakaran) karena biayanya cukup tinggi.
f. Penataan dan perbaikan permukiman – permukiman tradisional belum secara maksimal
dilakukan karena keterbatasan dana pembangunan yang ada, mengingat kawasan
tersebut menjadi potensi wisata yang perlu dikembangkan.
g. Belum optimalnya pelaksanaan perencanaan daerah dan pengendalian bangunan dan
lingkungan yang merangsang tumbuhnya kesadaran masyarakat dalam mematuhi
aturan dan mengurus perijinannya.
Sumber. Tripzilla Indonesia
RTH
Permasalahan juga terlihat dari Ruang Terbuka Hijau, yang masih dikatakan jauh terealisakan.
RTH sering dianggap sebagai lahan tidak berguna, tempat sampah, atau sumber dan atau sarang
vektor berbagai penyakit. Pemahaman serta kesadaran masyarakat akan arti dan fungsi hakiki
RTH, umumnya masih sangat kurang. Minimnya fasilitas RTH khususnya bagi kelompok usia
tertentu, seperti lapangan olahraga, taman bermain anak, maupun taman lansia, apalagi taman
khusus bagi penyandang cacat. Penyediaan lahan untuk pemakaman umum belum sesuai
dengan harapan masyarakat umum. Dalam penataan lansekap kota, etika, dan estetika, khusus
penempatan iklan/papan reklame belum ditata menurut kaidah penataan ruang luar yang lebih
sesuai. Selain itu pula Bentuk kelembagaan yang sesuai dan efektif untuk pengelolaan,
penyelenggaraan dan pengembangan (dari tingkat perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
pengendalian) RTH masih sangat kurang, sehingga diperlukan koordinasi antara instansi yang
terkait agar mampu meningkatkan pelayanan pembangunan dan pengelolaan Selain perlu
adanya Pedoman Pembangunan dan Pengelolaan RTH di Kawasan Perkotaan yang transparan
dan akuntabel, dengan paradigma tata pemerintahan yang baik (good governance).
Selain itu berkaitan dengan Ruang Tata Ruang Wilayah ( RTRW ) Sumbawa Besar juga masih
menggunakan paradigma lama dalam proses penyusunan RTRW, keterlibatan stakeholder
dalam perencanaan, yaitu antara pemerintah dengan Konsultan Perencana. Dinas/ Instansi
terkait terlibat dalam memberikan data dan masukan sebagai anggota Tim Teknis. Pada proses
revisi RTRW Tahun 2001, Kabupaten Sumbawa telah mulai memperhatikan partisipasi
masyarakat, meskipun masih relatif kecil, yaitu dengan melakukan sosialisasi penyusunan
RTRW di tingkat ibukota Kecamatan dan Kelurahan. Pelibatan media massa juga sudah
dimulai mengumumkan rencana tata ruang dan Peraturan Daerah melalui koran lokal dan
siaran radio setempat.
Implementasi RTRW
Secara umum, permasalahan yang terkait dengan implementasi penataan ruang Kabupaten se
Pulau Sumbawa adalah :
1. Produk rencana tata ruang wilayah Propinsi dan Kabupaten belum dipakai sebagai
acuan dalam penyusunan program pembangunan daerah.
2. Dinamika perkembangan masyarakat tidak seimbang dengan upaya perencanaan.
3. Keterbatasan informasi yang dapat disebarluaskan ke masyarakat sebagai akibat
lemahnya sistem informasi penataan ruang.
4. Keterlibatan masyarakat dan swasta dalam penataan ruang rendah
5. Ketidakjelasan kewenangan instansi yang bertanggung jawab terhadap penataan ruang.
6. Keterbatasan kemampuan teknis aparat perencanaan di daerah
7. Belum adanya pedoman standar dan petunjuk teknis yang lengkap dalam perencanaan
dan pemanfaatan tata ruang wilayah.
8. Dominasi sektoral (ego sektoral) di Pusat dan Daerah dalam penyusunan program
pembangunan cukup tinggi.
Sumber. Peta Tematik Indonesia
Kependudukan.
Jumlah penduduk yang disajikan merupakan hasil proyeksi yang dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik. Angka proyeksi yang terakhir dipakai pada level kabupaten yaitu angka proyeksi
penduduk 2010-2035. Metode proyeksi yang digunakan adalah metode geometrik dari hasil
Sensus Penduduk Tahun 2010 dengan mempertimbangkan asumsi fertilitas, mortalitas, dan
migrasi. Berdasarkan hasil proyeksi, jumlah penduduk Kabupaten Sumbawa Tahun 2019
sebanyak 457.671 jiwa atau bertambah 0,85 persen. Dengan luas wilayah 6.643,98 km2 ,
tingkat kepadatan penduduk pada tahun tersebut mencapai 73 jiwa per km2 , yang berarti setiap
luasan wilayah 1 km2 hanya ditempati oleh 73 penduduk. Menunjukkan bahwa penduduk
Kabupaten Sumbawa masih sedikit dan jarang. Kenaikan penduduk yang hanya 0,85 persen
tidak terlalu berpengaruh pada tingkat kepadatan penduduk karena wilayah Sumbawa yang
sangat luas.
Download