LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN Pre-Eclampsia DEPARTEMEN KEPERAWATAN MATERNITAS OLEH : MIFTAKHUL MAKMUR 202010461011036 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2021 LAPORAN PENDAHULUAN A. Konsep Kehamilan a. Kehamilan i. Pengertian Kehamilan Ada beberapa pengertian kehamilan dari berbagai sumber, diantaranya: 1. Kehamilan adalah masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Prawirohardjo, 2007, p.125). 2. Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Hanafiah, 2008, p. 213). 3. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan, yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ke-7 sampai 9 bulan (Prawiroharjo, 2008, p. 89). b. Kehamilan Trimester III Menurut Novaria dan Budi (2007) trimester III merupakan masa kehamilan yang dimulai dari usia kehamilan 7 bulan atau 28 minggu sampai 9 bulan atau 40 minggu. Dalam kurun waktu tersebut terjadi beberapa pertumbuhan janin yang meliputi: 1. Minggu ke 28 sampai 31 Pada minggu ini tejadi perkembangan janin sebagai berikut: a. Janin masih leluasa berputar didalam rahim b. Berat janin mencapai 1000 gram c. Janin dapat menghisap jari d. Kulit tipis merah yang ditutupi lemak disebut vernik e. Pertumbuhan kepala mulai lambat, ukurannya sebanding ukuran tubuh f. Organ dalam sudah lengkap g. Panjang janin mencapai 35 cm 2. Minggu 32 sampai 33 a. Janin mulai memasuki posisi siap lahir yaitu bokong diatas dan kepala dibawah b. Janin masih mempunyai cukup ruang berenang bebas menendang dan jungkir balik dalam air ketuban. c. Kulit janin merah dan keriput d. Panjang janin 40-45 cm 3. Minggu 34 sampai 35 Perkembangan pada saat ini adalah tersaringnya cahaya yang akan masuk ke dalam rongga rahim. Mata berkembang sepenuhnya dan janin lebih banyak bergerak. 4. Minggu 36 sampai 37 a. Merupakan bayi premature b. Menghilangnya kerutan diwajah karena menutupi wajah dan kulit disekeliling bayi c. Turunnya kepala kerongga panggul d. Panjang janin sekitar 46 cm e. Berat badan bayi mencapai 2500 gram lemak 5. Minggu 38 sampai 39 Pada minggu ini kepala janin masuk dalam rongga panggul disertai dengan berkurangnya tendangan keras janin 6. Minggu ke 40 dan seterusnya a. Merupakan periode siap lahir b. Perkembangan janin telah sempurna c. Kondisi siap siaga untuk persalinan karena tanggal kelahiran sudah dekat d. Varniks masih ada sampai bayi lahir namun secara umum sebagian lanugo sudah hilang e. Panjang bayi mencapai 48-50 cm f. Berat badan bayi sekitar 2750-3000 gram Pada saat memasuki tahap kelahiran biasanya didahului dengan rasa sakit. Rasa sakit disebabkan karena kontraksi rahim yang membuka serviks untuk jalan bayi, plasenta dan membranus. c. Primigravida Trimester III i. Pengertian Pada trimester ke tiga ini perut ibu sudah membesar, maka para calon ibu sudah akan mempersiapkan untuk kehadiran si bayi baru dalam keluarga. Pada tahap ini dimungkinkan muncul berbagai perasaan emosional yang berbeda-beda. Kegembiraan untuk bertemu bayi baru atau mungkin ada kekuatiran dengan kesehatan bayi. Pada saat ini calon ibu akan mulai berfikir tentang persalinan, dengan tambahan perubahan emosi, tubuh secara fisik juga mengalami perubahan pada trimester akhir ini. Perubahan-perubahan tersebut meliputi sakit punggung karena beban berat tubuh, payudara, konstipasi, pernapasan, sering kencing, masalah tidur, varises, kontraksi perut, bengkak, kram kaki dan cairan vagina. Sehingga pada masa ini perlu persiapan yang sangat matang dari para calon ibu (Suririnah, 2004). Pada trimester III terjadi lebih mengarah kepada keselamatan dirinya dan bayinya, dimana muncul rasa takut terhadap nyeri, kekhawatiran tentang perilakunya dan kemungkinan ia kehilangan kendali diri selama persalinan, ketidaknyamanan fisik dan gerakan janin yang mengganggu istirahat ibu, peningkatan ukuran abdomen serta posisi yang nyaman sulit didapat (Bobak, Lowdermik, Jensen, 2004, p.184). ii. Primigravida Primigravida adalah ibu yang baru hamil untuk pertama kalinya (chapman, 2006). Biasanya ibu hamil yang pertama kali hamil belum mengetahui tentang tanda-tanda persalinan dan persiapan persalinan karena mereka belum pernah mengalami dan merasakan hal tersebut, sehingga banyak ibu hamil primigravida yang datang ke tempat pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan terlambat dan belum menyiapkan perlengkapan persalinan. Masa kehamilan adalah masa dari adanya pembuahan (konsepsi) sampai lahirnya seorang bayi. Kehamilan yang normal berlangsung selama 280 hari atau 40 minggu atau 10 bulan, dengan catatan 1 bulan terdiri dari 4 minggu (Saidun, 2001). Kalangan medis menghitung masa kehamilan sejak menstruasi terakhir, bukan sejak terjadinya pembuahan, sebab yang bisa diketahui pasti adalah hari haid terakhir. Kehamilan terjadi bila pada masa ovulasi diadakan persetubuhan sehingga sel telur dan sel mani (sperma) bertemu. Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stress, tetapi berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan mengemban tanggung jawab yang lebih besar (Bobak, Lowdermis, Jensen, 2004). d. Tanda-Tanda Persalinan Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar yang terdiri dari kala I sampai kala IV (Prawirohardjo, 2005, p.180). Tanda-tanda persalinan adalah sama, walaupun proses persalinannya berbeda pada setiap wanita. Dengan mengetahui tanda-tanda persalinan, anda akan mengerti kapan saat yang tepat untuk pergi ke Rumah Bersalin dan apa saja yang perlu dilakukan (Sholihah, 2008, p.92). Tanda-tanda persalinan meliputi: i. Mulainya Kontraksi Rahim Secara umum, pertanda awal bahwa ibu hamil siap melahirkan adalah mengejannya rahim atau dikenal dengan istilah kontraksi. Kontraksi disertai rasa mules serta sakit dipinggang dan paha. Ada juga kontraksi yang bukan merupakan tanda akan melahirkan, tandatandanya kontraksi ini datang sebelum waktunya dan sehari hanya sekali atau dua kali. Kontraksi yang sesungguhnya akan muncul dan menghilang secara teratur dengan intensitas makin lama makin meningkat. Kontraksi terjadi simetris di kedua sisi perut mulai dari bagian atas dekat saluran telur ke seluruh rahim, dan nyeri tidak berkurang dengan istirahat atau elusan. Ketika kontraksi mulai teratur, mulailah untuk menghitung waktunya. Catatlah lamanya waktu antar satu kontraksi dengan kontraksi berikutnya. Persalinan akan terjadi bila kontraksi menjadi semakin dekat 40 detik antara kontraksi lainnya. Secara garis besar, proses kontraksi hingga pembukaan ialah: 1. Pada kontraksi awal buka 1-3 cm, sang ibu diisyaratkan untuk bersiap-siap. Suami harus siaga dan segera bersiap ke Rumah Bersalin. 2. Pada kontraksi buka 4-6 cm, seluruh persiapan sudah harus selesai. Bidan akan melakukan tindakan medis awal. Sementara suami sudah harus memilih kamar dimana sang istri nanti akan beristirahat pasca persalinan. 3. Kontraksi rahim akan terus berlangsung sampai buka 10 cm. Pada saat ini disertai rasa sakit, nyeri atau kenceng yang semakin lama semakin meningkat. 4. Kontraksi ini datang dan hilang secara teratur. Apabila kontraksi terjadi setiap 5 menit sekali itu tandanya bayi mulai siap untuk dilahirkan. 5. Pada bagian vagina akan keluar cairan lendir disertai darah karena dorongan kontraksi yang membuka mulut rahim. 6. Karena kontraksi pula, maka ketuban akan pecah dan keluar cairan jernih putih kekuningan dalam jumlah banyak pada vagina. ii. Keluarnya Lendir Berdarah Sumbatan yang besar pada mulut rahim terlepas sehingga menyebabkan keluarnya lendir yang berwarna kemerahan bercampur darah. Pengeluaran darah dan lendir dapat terjadi beberapa hari sebelum persalinan. Jika terjadi perdarahan yang hebat harus segera datang ke tenaga kesehatan. iii. Air Ketuban Pecah Proses penting menjelang persalinan adalah pecahnya air ketuban. Jika ketuban yang menjadi tempat perlindungan bayi saja sudah pecah, maka sudah saatnya sang bayi harus keluar. Bila ibu hamil merasakan ada cairan yang merembes keluar dari vagina dan keluarnya tidak dapat ditahan tetapi disertai rasa mules atau rasa sakit, bila dipastikan dia mengalami ketuban pecah dini, yakni ketuban pecah sebelum terdapat tanda-tanda persalinan (Indarti, 2006). iv. Persalinan Palsu Ketika mendekati aterm, banyak wanita yang mengeluh mengalami kontraksi uterus yang terasa nyeri, yang mungkin menunjukkan permulaan persalinan. Tetapi meskipun terjadi kontraksi, kemajuan dilatasi serviks tidak terjadi. Keadaan ini disebut persalinan semu. Disini tidak terjadi triple descending gradient aktivitas uterus. Terjadi aktifitas uterus yang sebaliknya, kekuatan kontraksi bagian bawah uterus hampir sama besar dengan kontraksi bagian atas. Karena itu, dilatasi serviks tidak terjadi dan nyeri karena kontraksi uterus sering dirasakan pada punggung bawah (Liewellyn, 2002). Menurut Huliana (2001) tanda –tanda persalinan yaitu: 1. Kontraksi Pada awal proses persalinan kontraksi akan sering terjadi dan lebih teratur. Selain itu, waktunya lebih lama dan kekuatannya lebih sering dengan kemajuan persalinan. Frekuensi kontraksi minimal 2x dalam 10 menit yang mengakibatkan perubahan serviks (JNPK-KR, 2007, p.89). 2. Pengeluaran darah dan lendir Selama kehamilan mulut rahim tersumbat oleh gumpalan lendir yang lengket. Pada saat persalinan dimulai, pintu rahim mulai membuka. Gumpalan lendir akan terlepas bersamaan dengan pemisahan dan selaput ketuban dari dinding rahim. Akibatnya darah kecil terputus sehingga darah dan lendir keluar berupa cairan lengket berwarna merah muda dari vagina yang disebut bloody show. v. Selaput ketuban pecah Jika air ketuban keluar sebelum tanda-tanda persalinan dengan cara merembes, mengalir atau langsung keluar banyak dari vagina harus segera ketempat pelayanan Kesehatan. vi. Rasa Nyeri Kadang-kadang timbul rasa nyeri pada selangkangan atau bokong akibat masuknya bagian paling rendah janin ke rongga panggul. Tanda-tanda persalinan dimulai oleh adanya rasa sakit karena adanya kontraksi his yang datang lebih kuat, sering dan teratur. Keluar lendir darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada servik, terkadang ketuban pecah dengan sendirinya, pada pemeriksaan dalam didapat serviks yang mendatar dan pembukaan jalan lahir sudah ada. e. Persalinan i. Pengertian persalinan Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Berbagai perubahan terjadi pada sistem reproduksi wanita dalam hitungan hari dan minggu sebelum persalinan dimulai (Bobak, Lowdermild, Jensen 2004, p. 245). Persalinan merupakan suatu proses alami yang ditandai oleh terbukanya serviks, diikuti dengan lahirnya bayi dan plasenta melalui jalan lahir. Penolong persalinan perlu memantau keadaan ibu dan janin untuk mewaspadai secara dini terjadinya komplikasi. Disamping itu, penolong persalinan juga berkewajiban untuk memberikan dukungan moril dan rasa nyaman kepada ibu yang sedang bersalin (DepKes RI, 2008). ii. Proses Persalinan 1. Tanda-tanda persalinan normal a. Perut mules secara teratur b. Mulesnya sering dan lama c. Keluarnya lendir bercampur darah dari jalan lahir d. Keluarnya air ketuban dari jalan lahir 2. Tanda-tanda persalinan patologi a. Perdarahan lewat jalan lahir b. Tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir c. Ibu tidak kuat untuk mengejan d. Ibu mengalami kejang e. Air ketuban keluar dan berbau f. Ibu gelisah g. Ibu merasakan sakit yang hebat Proses persalinan, menurut (varney et al, 2007) terdiri dari 3 tingkatan atau 3 kala sebagai berikut yaitu: a. Kala satu persalinan merupakan permulaan kontraksi persalinan sejati yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif dan diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 cm) pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multigravida kira- b. c. d. e. f. g. kira 7 jam. Kala satu dibagi menjadi dua fase yaitu laten dan aktif. Fase laten yaitu adalah periode waktu dari awal persalinan hingga ke titik ketika pembukaan mulai berjalan secara progresif yang umumnya dimulai sejak kontraksi mulai muncul hingga pembukaan 3-4 cm atau permulaan fase aktif berlangsung dalam 78 jam. Selama fase laten berlangsung bagian presentasi mengalami penurunan sedikit hingga tidak sama sekali. Kontraksi terjadi lebih stabil selama fase laten seiring dengan peningkatan frekuensi, 8 durasi dan intensitas dari setiap 10 menit sampai 20 menit, berlangsung 15 detik sampai 20 detik, dengan intensitas ringan. Fase aktif adalah periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan hingga pembukaan menjadi komplet dan mencakup fase transisi. Pembukaan umumnya dimulai dari 3-4 cm (atau pada akhir fase laten) hingga 10 cm dan berlangsung selama 6 jam. Penurunan bagian presentasi janin yang progresif terjadi selama akhir fase aktif dan selama dua persalinan. Fase akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm. Fase dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm. Fase deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap. Fase transisi selama terjadi, wanita mengakhiri kala satu persalinan pada saat hampir memasuki dan sedang mempersiapkan diri untuk kala dua persalinan. Sejumlah besar tanda dan gejala, termasuk perubahan perilaku, telah diidentifikasi sebagai petunjuk transisi ini. Tanda dan gejala fase transisi diantaranya adalah adanya tekanan pada rektum, berulang kali pergi ke kamar mandi, tidak mampu mengendalikan keinginan untuk mengejan, ketuban pecah, penonjolan dan pendataran rektum dan perinium, bunyi dengkuran pada saat mengeluarkan napas. h. Kala dua persalinan dimulai dengan dilatasi lengkap serviks dan diakhiri dengan kelahiran bayi. Menurut Depkes RI (2002), beberapa tanda dan gejala persalinan kala II adalah: a. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan terjadinya kontraksi b. Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rectum atau vaginanya c. Perineum terlihat menonjol d. Vulva_vagina dan sfingter ani terlihat membuka e. Peningkatan pengeluaran lender darah Pada kala II his terkoordinir, kuat, cepat dan lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris timbul rasa mengedan. Karena tekanan pada rectum, ibu seperti ingin buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai terlihat, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahirlah kepala dengan diikuti seluruh badan janin. Kala II pada primi: 1 ½ - 2 jam, pada multi ½ - 1 jam (Mochtar, 2002) i. Kala III (kala pengeluaran uri) Kala tiga persalinan dimulai dengan saat proses kelahiran bayi selesai dan berakhir dengan lahirnya plasenta. Proses ini dikenal sebagai kala persalinan plasenta. Kala tiga persalinan berlangsung rata-rata antara 5-10 menit. Adapun kala tiga terbagi dalam dua fase yaitu: a. Pelepasan plasenta adalah hasil penurunan mendadak ukuran kavum uterus selama dan setelah kelahiran bayi, sewaktu uterus berkontraksi mengurangi isi uterus. Pengurangan ukuran uterus secara bersamaan berarti penurunan area pelekatan plasenta. b. Pengeluaran plasenta adalah dimulai dengan penurunan plasenta ke dalam segmen bawah uterus. Plasenta kemudian keluar melewati serviks ke ruang vagina atas, dari arah plasenta keluar. c. Menurut Depkes RI (2002) tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal dibawah ini: i. Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Sebelum bayi lahir dan miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh (diskoit) dan tinggi fundus biasanya turun sampai dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan uterus terdorong ke bawah, uterus menjadi bulat dan fundus berada diatas pusat (sering kali mengarah kesisi kanan). ii. Tali pusat memanjang Tali pusat terlihat keluar memanjang atau terjulur melalui vulva dan vagina (tanda Ahfeld). iii. Semburan darah tiba-tiba Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Semburan darah yang secara tiba-tiba menandakan darah yang terkumpul diantara melekatnya plasenta dan permukaan maternal plasenta (darah retroplasenter) keluar melalui tepi plasenta yang terlepas. Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uterus setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina akan lahir spontan atau sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc (Mochtar, 2002). Menurut Depkes RI (2002), manajemen aktif kala III yaitu: i. Beri oksitosin 10 unit IM waktu dua menit setelah bayi lahir. ii. Lakukan penegangan tali pusat terkrndali. iii.Segera lakukan masase pada fundus uteri setelah plasenta lahir. j. Kala IV Kala pengawasan selama 2 jam setelah plasenta lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama bahaya perdarahan postpartum. 5. Persiapan Persalinan a. Persiapan Persalinan Kehadiran seorang bayi, pasti akan menimbulkan reaksi pada orangorang disekitarnya. Agar reaksi ini tidak menjadi prahara, sejak dini orang tua perlu mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk menjelang persalinan/kelahiran bayi. Persiapan persalinan meliputi: 1) Persiapan fisik a) Senam hamil tua Pada umumnya, sejak trimester ketiga, para ibu telah mempersiapkan diri untuk menyambut kehadiran si buah hati. Dengan demikian penting bagi ibu untuk memelihara kebugaran tubuhnya dengan mencoba latihan ringan, seperti senam hamil. Ibu dapat meluangkan waktu beberapa saat untuk berjalan kaki pada pagi hari untuk melakukan relaksasi. Contoh latihan yang bisa dilakukan ibu hamil antara lain: (1) Posisi jongkok Ini adalah posisi yang dapat dicoba dalam persalinan karena akan memudahkan janin melewati jalan lahir. Latihlah posisi ini setiap hari selama beberapa menit. (2) Posisi bersila Ini adalah duduk dengan menyilangkan kaki semampunya pakai alas, atau bersandarlah pada tembok. Dengan mengambil posisi ini, oto-otot ibu akan menguat dan panggul menjadi lentur. Gunakan alat bantu seperti bantal jika posisi ini sulit untuk dilakukan. b) Gizi yang seimbang Semakin besar dan tua kehamilan maka semakin banyak asupan yang dibutuhakan oleh ibu dan janinnya. Vitamin sangat dibutuhkan bagi ibu dan janin. Disamping itu, ibu harus ingat bahwa ibu dalam kandungannya sangat membutuhkan makanan yang cukup. Tetapi juga jangan terlalu berlebihan, sebab hal ini bisa mengakibatkan bayi besar dan berpengaruh pada proses persalinan. c) Istirahat yang cukup Jika lelah segeralah istirahat, hiperaktifitas gerakan bayi karena ibunya terlalu aktif dapat menyebabkan lilitan tali pusat. d) Kursus mengurus bayi Jauh dari keluarga sebaiknya mangikuti kursus mangurus bayi. Didalam kursus ini, akan diajarkan bagaimana cara mulai memandikan bayi sampai mengurus bayi. Libatkan suami untuk mengikuti kursus, karena hal ini akan sangat membantu nanti. 2) Persiapan Mental a) Hindari stress Keadaan emosi yang mudah berubah pada saat hamil tentu saja mempengaruhi orang-orang disekitarnya. Oleh sebab itu, keluarga harus toleransi terhadap perubahan yang dialami. Sikap yang harus diambil adalah dengan jalan mengungkapakan segala perasaan yang dialami, sehingga dengan begitu ibu hamil itu sendiri merasa dihargai. b) Hilangkan rasa was-was Rasa was-was wajar terjadi pada setiap ibu hamil, apalagi kehamilan pertama. Berbagai rasa was-was itu dapat dihindari dengan cara memeriksakan secara rutin kehamilannya. c) Persiapan mental suami dan anak Selain istri suami dan anak yang lain juga harus siap mental. Dimana mereka merasa diabaikan oleh kehadiran sibuah hati. Ini memicu kecemburuan terhadap anak yang masih dalam kandungan (Sholihah, 2008, pp.23-25). Persiapan persalinan merupakan salah satu program pada desa Siaga yaitu desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalahmasalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Dalam program desa siaga dimana para bidan desa, tokoh masyarakat, ikut aktif berperan menangani kesehatan dan membantu persalinan kepada ibu hamil dan ibu melahirkan dan melakukan pemeriksaan ibu (Depkes, 2004). Beberapa persiapan persalinan yang perlu ibu hamil lakukan yaitu: a. Ibu hamil harus menayakan kepada bidan atau dokter kapan tanggal perkiraan persalinan. b. Suami dan keluarga mendampingi ibu hamil saat periksa ke fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas/RB/ BPS/RS). c. Suami dan keluarga harus menyiapakan tabungan untuk biaya persalinan nanti. d. Suami, keluarga dan masyarakat menyiapkan kendaraan atau transportasi jika sewaktu-waktu diperlukan. e. Ibu hamil harus merencanakan akan (Puskesmas/RB/BPS/RS). melakukan persalinan f. Ibu hamil akan melahirkan ditolong oleh bidan atau dokter kandungan di fasilitas pelayanan kesehatan. Ibu hamil harus merencanakan ikut keluarga berencana (KB) dan menanyakan caranya kepada petugas kesehatan. h. Suami dan keluarga harus menyiapkan orang yang bersedia menjadi donor darah jika sewaktu-waktu diperlukan. g. Ada lima komponen penting dalam rencana atau persiapan persalinan yaitu: 1) Rencana Persalinan Idealnya suatu keluarga mempunyai kesempatan untuk membuat suatu rencana persalinan. Untuk persiapan persalinan sebaiknya pasangan suami istri mendiskusikannya dengan bidan, dokter atau ahli kandungan yang menangani. Hal-hal yang harus digali dan diputuskan dalam membuat rencana persalinan tersebut meliputi : a) Tempat Persalinan Tempat melahirkan hendaknya disesuaikan dengan kemampuan jarak tempuh dari rumah. Hal ini menghindari terjadinya kelahiran bayi di tengah perjalanan menuju tempat pelayanan. Jika kelahiran terjadi di rumah bersalin, sebaiknya suami mempersiapkan tempat rujukan untuk mengatasi jika terjadi sesuatu pada ibu bayi pada proses persalinan yang dapat membahayakan ibu dan janin (Huliana, 2001). b) Memilih persalinan di rumah Wanita yang memilih untuk melahirkan di rumah mempunyai berbagai alasan untuk keputusan mereka. Beberapa ibu di dalam hatinya merasa bahwa disinilah bayi mereka harus dilahirkan, beberapa lainnya merasa bahwa mereka akan santai di rumah, beberapa sangat menghargai privasi yang bisa mereka dapatkan dirumah dan kebebasan untuk melakukan apa yang mereka pilih, lainnya menganggap rumah sakit menakutkan dan mereka takut harus menjalani banyak tindakan medis jika mereka melahirkan disana (Nolan, 2003, p.145). c) Persalinan di Rumah Sakit Wanita hamil yang memilih melahirkan di rumah sakit mersa tenang karena banyak dokter dan bidan berjaga di sana, sebagian lainnya merasa bahwa melahirkan dengan peralatan teknologi tinggi lebih aman, sebagian tertarik oleh fasilitas khusus yang ditawarkan rumah sakit misalnya program melahirkan di kolam air, meskipun boleh dikatakan bahwa layanan ini juga bisa didapat dari luar rumah sakit, misalnya dengan menyewa kolam renang (Nolan, 2003, p.145). a. Perlengkapan untuk persalinan 1) Perlengkapan ibu a) Kartu periksa hamil b) Alat mandi seperti handuk besar satu buah, handuk kecil dua buah, sabun, sikat dan pasta gigi. c) Pakaian ganti seperti: (1) Baju atasan dengan kancing depan (2) Kain panjang atau sarung (3) Kutang (4) Gurita Ibu (5) Pembalut 2) Perlengkapan bayi a) Popok bayi b) Baju Bayi c) Celana panjang bayi d) Gurita bayi e) Kaos tangan bayi f) Topi bayi g) Selimut bayi h) Perlengkapan mandi seperti sabun bayi, bedak bayi dan waslap. 3) Perlengkapan ayah Menurut Novaria dan Budi (2007) perlengkapan yang bisa dibawa suami saat persalinan adalah : a) Jam tangan b) Kartu atau kunjungan pemeriksaan kehamilan, KTP, beserta fotocopinya. c) Alat mandi seperti sikat gigi, sabun dan pasta gigi d) Makanan kecil e) Baju ganti 4) Pendamping persalinan Dukungan suami saat persalinan sangat dibutuhkan. Melahirkan adalah perjuangan yang membutuhkan dukungan suami. Suami dapat memberikan dukungan jauh sebelum saat kelahiran tiba, kehadiran suami menjelang saat persalinan akan membuat istri lebih tenang dan lebih siap dalam menghadapi proses persalinan. Apabila memungkinkan, suami sebaiknya menemani istri di ruang bersalin. Kehadiran suami, sentuhan tangannya, doa dan kata-kata penuh motivasi yang diucapkannya akan membuat istri merasa lebih kuat dan tabah menghadapi rasa sakit dan berjuang untuk melahirkan bayinya (Musbikin, 2005, p.265). 5) Transportasi Letak tempat tinggal yang jauh dengan fasilitas kesehatan dan sulit dijangkau serta ketidakadaan biaya untuk mencapai fasilitas kesehatan merupakan masalah di sebagian besar wilayah di Indonesia, oleh sebab itu penting untuk pengadaan ambulan desa yang bisa memfasilitasi ibu hamil yang perlu dirujuk atau dibawa ke pelayanan kesehatan seperti bidan, puskesmas, ataupun Rumah Sakit, ambulans desa tidak harus dalam bentuk mobil ambulans tetapi dapat berupa alat transportasi lain yang dapat membawa ibu hamil ke tempat pelayanan kesehatan seperti becak, mobil roda empat milik warga yang dipinjamkan (Pusdiknakes, 2003). 6) Biaya Keluarga sebaiknya dianjurkan untuk menabung sejumlah uang sehingga dana akan tersedia untuk asuhan selama kehamilan dan jika terjadi kegawatan, karena banyak sekali kasus dimana ibu tidak mencari asuhan atau mendapatkan asuhan karena tidak mempunyai dana yang diperlukan untuk persalinan (Pusdiknakes, 2003). 7) Donor darah Donor darah juga perlu dipersiapkan untuk persalinan. Ini tambahan darah bisa langsung ditangani, jadi ibu hamil perlu mencari orang yang golongan darahnya sama dan bersedia untuk mendonorkan darahnya (Pusdiknakes, 2003). 8) Pengambil keputusan utama Sebelum bersalin ibu hendaknya mempersiapkan siapa yang akan mengambil keputusan bila akan dilaksanakan tindakan pada ibu. Biasanya pengambil keputusan utama adalah suami. Dan ibu juga merupakan penambil keputusan kedua bila nanti keputusan utama tidak ada (Pusdiknakes, 2003). Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas kesehatan rujukan atau yang memiliki sarana lebih lengkap diharapkan mampu menyelamatkan para ibu dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian besar ibu menjalani persalinan normal, namun sekitar 10-15 % di antaranya akan mengalami masalah selama persalinan dan kelahiran sehingga perlu dirujuk ke fasilitas rujukan, sangatlah sulit untuk menduga kapan penyulit itu terjadi, sehingga kesiapan untuk merujuk ibu dan atau bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika penyulit terjadi. Setiap tenaga penolong atau fasilitas pelayanan, harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan terdekat yang mampu untuk melayani kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir (Departemen Kesehatn Republik Indonesia, 2004). Pada saat kunjungan antenatalcare, jelaskan bahwa petugas kesehatan, klien dan suami akan selalu berupaya untuk mendapatkan pertolongan terbaik, termasuk kemungkinan rujukan setiap ibu hamil jika terjadi penyulit. Pada saat terjadi penyulit sering kali tidak cukup waktu dan membuat rencana rujukan sehingga keterlambatan dalam membuat keputusan dapat membahayakan jiwa klien. Anjurkan pada ibu untuk membahas rujukan dan membuat rencana rujukan dengan suami dan keluarganya serta tawarkan untuk berbicara dengan suami dan keluarganya untuk menjelaskan antisipasi rencana rujukan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004). Selain hal-hal di atas, yang perlu menjadi pertimbangan adalah letak tempat tinggal yang jauh dengan fasilitas kesehatan dan sulit dijangkau serta ketidakadaan biaya untuk mencapai fasilitas kesehatan merupakan masalah di sebagian besar wilayah di Indonesia, oleh sebab itu penting untuk pengadaan ambulans desa yang bisa memfasilitasi ibu hamil yang perlu dirujuk atau dibawa ke pelayanan kesehatan seperti bidan, puskesmas, ataupun rumah sakit. Ambulans desa tidak harus dalam bentuk mobil ambulans tetapi dapat berupa alat transportasi lain yang dapat membawa ibu hamil ke tempat pelayanan kesehatan seperti becak, mobil roda empat milik warga yang dipinjamkan (Kementrian Pemberdayaan Perempuan RI, 2004). Sedangkan untuk pengorganisasian ambulans desa disesuaikan dengan kondisi atau kesepakatan masing-masing daerah dan dapat dilakukan dengan penginventarisasian kendaraan di desa yang dapat diikutsertakan, membuat jadwal pendayagunaan kendaraan untuk membawa pasien dan mencari dukungan dana dari pengusaha setempat untuk biaya operasional, semua kegiatan tersebut dilakukan oleh Kepala Desa. B. Konsep Preeklamsia a. Definisi Preeklamsia Preeklamsia merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas (Sofian, 2015). Definisi preeklamsia adalah penyakit dengan tandatanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan, atau dapat timbul lebih awal bila terdapat perubahan pada hidatidiformis yang luas pada vili dan korialis (Mitayani, 2012). Menurut definisi Manuaba, (1998) mendefinisikan bahwa preeklamsia (toksemia gravidarum) merupakan tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih), atau edema (penimbunan cairan), yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan (Sukarni, 2013). Preeklamsia dan eklamsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin, dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias hipertensi, proteinuria, dan edema, yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma. Ibu hamil tersebut tidak menunjukkan tandatanda kelainan-kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya (Sofian, 2015). Risiko cedera pada janin yaitu berisiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik pada janin selama proses kehamilan dan persalinan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). 2. Klasifikasi Preeklamsia Menurut Sofian (2015), preeklamsia dibagi menjadi 2 golongan yaitu preeklamsia ringan dan preeklamsia berat. a. Preeklamsia ringan Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya dengan selang waktu 6 jam. Edema umum, kaki, jari tangan, serta wajah, atau kenaikan berat badan 1 kg atau lebih per minggu. Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1+ atau 2+ pada urin kateter atau midstream. b. Preeklamsia berat Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, proteinuria 5 gr atau lebih per liter, Oliguria, adalah jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam. Adanya gangguan serebral, gangguan visus, serta rasa nyeri di epigastrium. Dan terdapat edema paru dan sianosis. 3. Etiologi Preeklamsia Penyebab preeklamsia sampai sekarang belum diketahui secara pasti, tetapi Pada umumnya disebabkan oleh (vasopasme arteriola). Faktor – faktor lain yang dapat diperkirakan akan mempengaruhi timbulnya preeklamsia yaitu sebagai berikut (sutrimah, 2015). a. Usia Ibu Usia merupakan usia individu terhitung mulai saat individu dilahirkan sampai saat berulang tahun, semakin cukup usia, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam proses berfikir. Insiden tertinggi pada kasus preeklampsia pada usia remaja atau awal usia 20 tahun, namun prevalensinya meningkat pada wanita dengan usia diatas 35 tahun. b. Usia Kehamilan Preeklampsia biasanya akan muncul setelah usia kehamilan minggu ke 20, gejalanya yaitu kenaikan tekanan darah. Jika terjadi di bawah usia kehamilan 20 minggu, masih dikategorikan dalam hipertensi kronik. Sebagian besar kasus preeklampsia terjadi pada minggu > 37 minggu dan semakin tua usia kehamilan maka semakin berisiko terjadinya preeklampsia. c. Paritas Paritas merupakan keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu. Menurut Manuaba paritas adalah wanita yang pernah melahirkan dan dibagi menjadi beberapa istilah: 1) Primigravida: seorang wanita yang telah melahirkan janin untuk pertama kalinya. 2) Multipara: seorang wanita yang telah melahirkan janin lebih dari satu kali. 3) Grande Multipara: wanita yang telah melahirkan janin lebih dari lima kali. d. Riwayat Hipertensi / preeklamsia Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya adalah faktor utama. Kehamilan pada wanita yang memiliki riwayat preeklampsia sebelumnya berkaitan dengan tingginya kejadian preeklampsia berat, preeklampsia onset dini, dan dampak perinatal yang buruk (Lalenoh, 2018). e. Genetik Riwayat preeklampsia pada keluarga juga dapat meningkatkan risiko hampir tiga kali lipat adanya riwayat preeklampsia. Pada ibu dapat meningkatkan risiko sebanyak 3,6 kali lipat (Lalenoh, 2018). f. Penyakit Terdahulu (Diabetes Militus) Jika sebelum hamil ibu sudah terdiagnosis diabetes, kemungkinan akan terkena preeklampsia meningkat 4 kali lipat. Sedangkan untuk kasus hipertensi, prevalensi preeklampsia pada ibu dengan hipertensi kronik lebih tinggi dari pada ibu yang tidak menderita hipertensi kronik. g. Obesitas Terjadinya peningkatan risiko munculnya preeklampsia pada setiap peningkatan indeks masa tubuh. Sebuah studi kohort mengemukakan bahwa ibu dengan indeks masa tubuh >35 akan memiliki risiko mengalami preeklampsia sebanyak 2 kali lipat. h. Bad Obstetrik History Ibu hamil yang pernah mempunyai riwayat preeklampsia, kehamilan molahidatidosa, dan kehamilan ganda kemungkinan akan mengalami preeklampsia pada kehamilan selanjutnya, terutama jika diluar kehamilan menderita tekanan darah tinggi menahun. 4. Patofisiologi Pada preeklamsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan ritensi garam serta air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteiola glomelurus. Dalam beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik, sehingga usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi (Sofian, 2015). Sedangkan kenaikan berat badan serta edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui penyebabnya, mungkin karena retensi air serta garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteliola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Sofian, 2015). 5. Tanda dan Gejala Preeklamsia Menurut Mitayani (2012), preeklamsia memiliki dua gejala yang sangat penting yaitu hipertensi dan proteinuria yang biasanya tidak disadari oleh wanita hamil. Penyebab dari kedua masalah diatas yaitu sebagai berikut: a. Tekanan darah Peningkatan tekanan darah merupakan tanda peningkatan awal yang penting pada preeklamsia. Tekanan diastolik adalah tanda prognostik yang lebih andal dibandingkan dengan tekanan sistolik. Pada tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih yang terjadi terus-menerus menunjukkan keadaan abnormal. b. Kenaikan berat badan Peningkatan berat badan yang tiba-tiba mendahului serangan preeklamsia serta bahkan kenaikan berat badan (BB) yang berlebihan adalah tanda pertama preeklamsia pada sebagian wanita. Peningkatan berat badan normal ialah 0,5 kg per minggu. Apabila 1 kg dalam seminggu, maka kemungkinan terjadinya preeklamsia harus dicurigai. Peningkatan berat badan terutama disebabkan karena retensi cairan serta selalu dapat ditemukan sebelum timbulnya gejala edema yang tampak jelas seperti kelopak mata yang bengkak atau jaringan tangan yang membesar. c. Proteinuria Pada preeklamsia ringan, proteinuria hanya minimal positif satu, positif dua, atau tidak sama sekali. Pada kasus berat proteinuria dapat ditemukan serta dapat mencapai 10 g/dL. Proteinuria hampir selalu timbul kemudian dibandingkan hipertensi serta kenaikan berat badan (BB) yang berlebihan. Adapaun gejala-gejala subyektif yang dirasakan pada preeklamsia yaitu sebagai berikut. 1) Nyeri kepala Jarang ditemukan pada kasus ringan, namun akan sering terjadi pada kasus-kasus berat. Nyeri kepala sering terjadi pada daerah frontal dan oksipital, dan tidak sembuh dengan pemberian analgesik biasa. 2) Nyeri epigastrium Adalah keluhan yang sering ditemukan pada preeklamsia berat. Keluhan ini disebabkan oleh tekanan pada kapsula hepar akibat edema atau perdarahan. 3) Gangguan penglihatan Keluhan penglihatan yang tertentu dapat disebabkan oleh spasme arterial, iskemia, serta edema retina serta pada kasus-kasus yang langka disebabkan oleh ablasio retina. Pada preeklamsia ringan tidak ditemukan tandatanda subjektif. 6. Faktor Ibu Hamil Dengan Preeklamsia Dengan Risiko Cedera Pada Janin Faktor terjadinya risiko cedera pada janin tarkait dengan kejadian ibu hamil dengan preeklamsia berat menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) 2017 yaitu sebagai berikut: a. Usia ibu (<15 tahun atau >35 tahun) b. Paritas banyak c. Riwayat persalinan sebelumnya d. Pola makan yang tidak sehat 7. Komplikasi Menurut Mitayani (2012), komplikasi yang dialami bergantung pada derajat preeklamsia yaitu antara lain: 1. Komplikasi pada ibu a. Eklamsia. b. Solusio plasenta. c. Perdarahan subkapsula hepar. d. Kelainan pembekuan darah disseminated intravascular coagulation (DIC). e. Sindrom HELLP (hemolysis, elevated, liver, enzymes, dan low platelet count). f. Ablasio retina. g. Gagal jantung hingga shok dan kematian. 2. Komplikasi pada janin 1. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus. 2. Premature 3. Asfiksia neonatorum. 4. Kematian janin dalam uterus. 5. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal. 8. Pencegahan Pencegahan preeklamsia atau diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan serta kematian (Sofian, 2012). 1. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali tandatanda sedini mungkin (preeklamsia ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup agar penyakit tidak menjadi lebih berat. 2. Selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya preeklamsia jika ada faktorfaktor predisposisi. 3. Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan. 9. Penanganan Preeklamsia Tujuan utama penanganan yaitu untuk mencegah terjadinya preeklamsia dan eklamsia, hendaknya janin lahir hidup serta trauma pada janin seminimal mungkin (Sofian, 2015).