Uploaded by User84718

SNP-2

advertisement
SINGLE NUCLEOTIDE
POLYMORPHISMS
Disusun oleh Kelompok 12 (TLM 2B) :
Anisatin Agniyatu Sholekhah
Nelly Supriana Simamora
Siti Wulandari
Sri Shinta Utami
POKOK BAHASAN
■ Mengetahui Struktur dan Kemunculan SNP
■ Mengetahui Deteksi SNP
■ Mengetahui Deteksi SNP dalam Forensic
■ Mengetahui Perbandingan SNP dan STR
Struktur dan Kemunculan SNP
■ SNP adalah posisi pasangan basa tunggal dalam DNA genom di mana
alternatif urutan yang berbeda (alel) ada pada individu normal dalam
beberapa populasi, di mana alel yang paling jarang memiliki kelimpahan
1% atau lebih. Struktur suatu SNP sangat sederhana.
 SNP ditemukan dalam genom manusia sekitar sekali
dalam setiap 1000 bp. Mengingat panjang genom manusia
3,2 miliar bp, kami dapat memperkirakan bahwa akan ada
sekitar 1 juta perbedaan antara dua genom yang
disebabkan oleh SNP: ini mewakili sekitar 85% variasi
genetik manusia.
Gambar Struktuk suatu
SNP sangat sederhana
Deteksi SNP
A.
Sanger sequencing
 Sanger sequencing juga dikenal sebagai chain-termination sequencing, dikembangkan
pada akhir tahun 1970-an dan merupakan tonggak penting dalam pengembangan biologi
molekuler. Pengurutan ini memanfaatkan biokimia dari replikasi DNA.
 Tahap pertama dari analisis adalah memperkuat wilayah target menggunakan PCR;
produk yang amplifikasi kemudian digunakan sebagai template dalam reaksi pengurutan
(sekuensing). Reaksi DNA setelahnya mirip dengan aplifikasi PCR dan campuran
reaksinya yang sangat mirip mengandung polymerase DNA Taq termofilik dan
deoksinukleotida trifosfat (dNTPs). Ini berbeda dari PCR karena hanya satu primer yang
digunakan dan selain dNTP, ada empat dideoksiribonukleotida berlabel fluoresense
(ddNTPs); setiap ddNTP diberi label dengan pewarna berwarna yang berbeda. ddNTPs
tidak mengandung gugus hidroksil pada 3’ karbon, yang mencegah ekstensi molekul
DNA.
Lanjutan..
■ Sequencing bukan pilihan yang praktik untuk analisis SNP dalam konteks
forensic. Sebagian besar SNP tersebar luas di sekitar genom dan
diperlukan reaksi terpisah untuk setiap SNP. Pengecualian pada genom
mitokondria, dimana sejumlah SNP terkonsentrasi ke area kecil dan dapat
dianalisis dalam sejumlah kecil reaksi . sequencing (pengurutan) juga
menjadi metode yang ampuh untuk mengetik SNP di dalam wilayah DNA
yang berkembang pesat dalam virus HIV.
B. Metode Sanger asli
■ Pada metode yang asli, urutan nukleotida DNA tertentu dapat
disimpukan dengan membuat secara paralel empat reaksi
perpanjangan rantai menggunakan salah satu dari empat jenis
basa pemutus rantai pada masing-masing reksi. Fragmenfragmen DNA yang kemudian terbentuk dideteksi dengan
menandai (labelling) primer yang digunakan dengan fosfor
radioaktif sebelum reaksi sekuensing dilangsungkan.
■ Keempat hasil reaksi tersebut kemudian dielektroforesis pada
empat jalur yang saling bersebelahan pada gel poliokrilamida.
Hasil pengembangan metode ini menggunakan empat macam
primer yang ditandai dengan pewarna berpendar (fluorescent
dye).
C. Sekuensing Dye Terminator
■ Cara lain pelabelan primer aalah dengan melabel pemutus rantainya atau
yang biasa disebut metode sekuensing Dye Terminator.
■ Keunggulan cara ini yaitu seluruh proses sekuensing dapat dilakukan
dalam satu reaksi, dibandingkan dengan empat reaksi terpisah yang
diperlukan pada penggunaan primer berlabel.
■ Pada tahap tersebut, masing-masing dideoksinukleotida pemutus rantai
ditandai dengan pewarna fluoresens yang berpendar Panjang gelombang
yang berbeda-beda.
■ Cara ini lebih mudah dan lebih cepat dibandingkan penggunaan primer
berwarna, namun dapat menimbulkan ketidaksamaan tinggi kurva atau
puncak (peak) yang disebabkan oleh ketidaksamaan penggabungan
pemutus rantai berwarna berukuran besar pada pertumbuhan DNA
(ketidaksamaan tersebt bergantung pada DNA cetakan). Masalah tersebut
dapat dikurangi secara nyata dengan penggunaan macam-macam enzim
dan pewarna baru yang meminimalkan perbedaan dalam penggabungan.
D. Deteksi SNP untuk aplikasi forensic
Metode yang didasarkan pada konsep ekstensi primer atau hibridisasi primer adalah yang paling
banyak digunakan.
 Eksistensi Primer
■ Ekstensi primer adalah metode yang kuat untuk membedakan antara alel yang berbeda dan
beberapa metodologi telah dikembangkan. Salah satu metode yang umum digunakan adalah
reaksi sekuensing mini. Dasar reaksinya sangat mirip dengan sekuensing Sanger.
■ Primer yang diperpanjang dapat dianalisis menggunakan elektroforesis gel kapiler dan warna
puncak yang terdeteksi memungkinkan SNP untuk dikarakterisasi. Kit komersial yang banyak
digunakan yang disebut SNaPshotTM (Applied Biosystems) didasarkan pada metodologi ini.
Dengan menggunakan primer berukuran berbeda dan tag fluorescent yang berbeda untuk masing-
masing dari empat basis, sejumlah besar SNP dapat dideteksi secara bersamaan. Variasi pada
teknik ekstensi primer termasuk pyrosequencing;
Lanjutan..
 Hibridasi spesifik alel
 Dalam kondisi yang ketat, bahkan satu ketidakcocokan nukleotida antara templat dan
primer dapat membedakan antara dua alel. Genotip hibridasi alel spesifik (DASH)
mengambil keuntungan dari perbedaan suhu leleh dalam DNA yang dihasilkan dari
ketidakstabilan pasangan basa yang tidak cocok. Prosesnya bisa sangat otomatis dan
mencakup beberapa prinsip sederhana.
 Pada langkah pertama, segmen genom diamplifikasi dan diletakkan pada manik melalui reaksi
PCR dengan primer yang terbiotinilasi. Pada langkah kedua, produk yang diamplifikasi dilekatkan
pada kolom streptavidin dan dicuci dengan NaOH untuk menghilangkan untai yang tidak
terbiotinilasi. Oligonukleotida spesifik alel kemudian ditambahkan dengan adanya molekul yang
berfluoresensi ketika terikat pada DNA beruntai ganda.
Aplikasi Deteksi SNP dalam Forensic
Data yang tersedia di berbagai SNP sejumlah besar dalam bentuk genom manusia, dan salah
satu tugas terbesar saat menerapkan SNP ke aplikasi forensik adalah memilih SNP yang
paling sesuai dari banyaknya jumlah yang tersedia. Adapun pilihan SNP ini sangat
bergantung pada aplikasi.
■ Identifikasi Forensic
Sebagian besar identifikasi forensik DNA melibatkan karakterisasi bahan biologis yang
ditemukan dari TKP. Beberapa panel SNP telah dikembangkan yang dirancang untuk
memberikan diskriminasi maksimum terhadap identifikasi forensik. SNP ini berisi
polimorfik disemua kelompok populasi utama.
■ Prediksi Keturunan Geografis
Dalam banyak kasus, identifikasi kelompok populasi dari sampel TKP berasal, dapat
menjadi informasi penting bagi intelijen untuk mengetahui garis keturunan, panel ini
terdiri dari mtDNA SNPs dan Y SNPs. Tetapi secara intrinsik dibatasi oleh fakta bahwa
mereka hanya dapat memberikan informasi, baik pada garis keturunan ibu atau ayah.
Perbandingan SNP dan STR
pembanding
STR
SNP
Frekuensi Kejadian
Sekali setiap 15 Kb
Sekali setiap 1 Kb
Laju tingkat mutasi
10ˉᶟ
10ˉ⁸
Jumlah alel yang umum
Antara 5 dan 20
2
Potensi terjadinya multipleks
Saat ini maksimal 15 lokus STR
diperiksa pada satu waktu
Sulit memperkuat lebih dari 50
SNP dalam satu reaksi
Jumlah lokus yang dibutuhkan
untuk memiliki Pm 1 dalam 1
miliar
10
-6
Metode deteksi
Capillary Gel Electrophoresis
(CGE)
CGE, Microarrays, Mass
Spectroscopy
Potensi Otomatisasi
Medium
Tinggi
Artefak
Amplifikasi STRs dapat
mengkasilkan artefak seperti
gagap
Tidak ada artefak gagap yang
terkait dengan amplifikasi SNP
Jumlah DNA yang dibutuhkan
-0,5 hingga 1ng
-100 pg
ukuran Amplikon
Ukuran amplikon biasanya antara
100 dan 411 bp
Ukuran amplikon bisa kurang dari
200 bp
Mixtures (Campuran)
Interpretasi dari campuran lokus
STR dimungkinkan
Campuran lokus SNP bisa sangat
bermasalah untuk ditafsirkan
Memprediksi asal geografis
Identifikasi etnis dari lokus STR
Beberapa SNP dapat dikaitkan
dengan kelompok etnis tertentu
Informasi Fenotipik
Tidak ada kemungkinan untuk
menyimpulkan fenotipe
Mungkin untuk memproduksi
beberapa warna rambut, warna
mata, warna kulit
kesimpulan
SNP adalah posisi pasangan basa tunggal dalam DNA genom di mana alternatif urutan
yang berbeda (alel) ada pada individu normal dalam beberapa populasi, di mana alel yang paling
jarang memiliki kelimpahan 1% atau lebih. Struktur suatu SNP sangat sederhana. SNP ditemukan
dalam genom manusia sekitar sekali dalam setiap 1000 bp.
Digesti restriksi dapat digunakan untuk genotype SNP ketika SNP menciptakan atau
menghancurkan sekuens pengenalan enzim restriksi tertentu urutan tetapi metode ini terbatas untuk
kerja kasus forensic karena membutuhkan sejumlah besar DNA dan merupakan proses yang Panjang
dan melelahkan
Data yang tersedia di berbagai SNP sejumlah besar dalam bentuk genom manusia, dan
salah satu tugas terbesar saat menerapkan SNP ke aplikasi forensik adalah memilih SNP yang paling
sesuai dari banyaknya jumlah yang tersedia. Adapun pilihan SNP ini sangat bergantung pada
aplikasi.
Keuntungan besar yang dimiliki STR dibandingkan SNP adalah kekuatan diskriminasi,
karena banyaknya alel yang STR miliki dibandingkan dengan SNP dua arah. Berbeda dengan STR,
dibutuhkan sekitar empat kali lebih banyak SNP untuk mencapai daya diskriminasi yang setara
dengan lokus STR.
Kerugian utama lainnya untuk menggunakan SNP adalah bahwa campuran dari dua orang atau lebih
mungkin bermasalah atau tidak mungkin untuk ditafsirkan karena SNP adalah penanda biallelic
THANK YOU🙂
MAKALAH
FORENSIK DAN APLIKASI PCR
SINGLE NUCLEOTIDE POLYMORPHISMS
Disusun Oleh :
Kelompok : 12
Kelas : TLM 2B
1.
2.
3.
4.
Anisatin Agniyatu S
Nelly Supriana S
Siti Wulandari
Sri Shinta U
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
POLTEKKES KEMENKES BANTEN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai Single Nucleotide
Polymorphism ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Aplikasi PCR dan Forensik. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Single Nucleotide Polymorphism bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Tangerang, 11 Januari 2020
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 1
1.3 Tujuan .............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Struktur dan Kemunculan SNP ......................................................... 2
2.2 Deteksi SNP ..................................................................................... 3
2.3 Aplikasi deteksi SNP dalam forensic ............................................... 6
2.4 Perbandingan SNP dan STR ............................................................. 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
SNP adalah posisi pasangan basa tunggal dalam DNA genom, urutannya berbeda alternatif
(alel) dan ada pada individu normal dalam beberapa populasi dimana alel paling sering
memiliki lebih1% atau lebih banyak lagi. SNPs trbentuk ketika kesalahan (mutasi) terjadi
saat sel mengalami replikasi DNA selama meiosis. SNP biasanya hanya memiliki dua alel,
misalnya satu alel dengan guanin dan satu dengan adenin. SNP begitu banyak diseluruh
genom sehingga secara teori dimungkinkan untuk mengetik ratusan diantaranya.
1.2
Rumusan Masalah

Bagaimana Struktur dan Kemunculan SNP ?

Bagaimana Cara Mengetahui Deteksi SNP ?

Bagaimana Cara Mengetahui Deteksi SNP dalam Forensic ?

Apa Perbandingan SNP dan STR ?
1.3 Tujuan

Mengetahui Struktur dan Kemunculan SNP

Mengetahui Deteksi SNP

Mengetahui Deteksi SNP dalam Forensic

Mengetahui Perbandingan SNP dan STR
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Struktur dan Kemunculan SNP
SNP adalah posisi pasangan basa tunggal dalam DNA genom di mana alternatif urutan
yang berbeda (alel) ada pada individu normal dalam beberapa populasi, di mana alel yang
paling jarang memiliki kelimpahan 1% atau lebih. Struktur suatu SNP sangat sederhana.
SNP ditemukan dalam genom manusia sekitar sekali dalam setiap 1000 bp. Mengingat
panjang genom manusia 3,2 miliar bp, kami dapat memperkirakan bahwa akan ada sekitar
1 juta perbedaan antara dua genom yang disebabkan oleh SNP: ini mewakili sekitar 85%
variasi genetik manusia.
Berikut gambar Struktuk suatu SNP sangat sederhana
Keadaan biallelic dari sebagian besar polimorfisme secara intrinsik membatasi
informasi yang dapat diperoleh dari analisis SNP mana pun, dan ini telah menjadi faktor
utama yang membatasi aplikasinya pada analisis forensik: antara 50 dan 80 SNP
diperlukan untuk mencapai hal yang sama tingkat diskriminasi sebagai metode berbasis
STR saat ini. Namun, sejumlah besar SNP dalam genom (saat ini lebih dari 10 juta SNP
telah ditempatkan di database public) dapat mengkompensasi informasi terbatas yang
dibawa oleh SNP individu, dan menjadikannya polimorfisme yang menggoda untuk
2
dieksploitasi. Teknologi yang digunakan untuk deteksi SNP sedang berkembang dan
analisis SNP menjadi mungkin dilakukan di banyak laboratorium forensik.
2.2
Deteksi SNP
Ada banyak Teknik yang tersedia untuk resolusi SNP. Pada tahun 1970-an ditetapkan
bahwa enzim tertentu yang diproduksi oleh bakteri dapat digunakan untuk memotong DNA
molekul dengan mengenali urutan spesifik. Digesti restriksi dapat digunakan untuk
genotype SNP ketika SNP menciptakan atau menghancurkan sekuens pengenalan enzim
restriksi tertentu urutan [9,10] tetapi metode ini terbatas untuk kerja kasus forensic karena
membutuhkan sejumlah besar DNA dan merupakan proses yang Panjang dan melelahkan.
A. Sanger sequencing
Sanger sequencing juga dikenal sebagai chain-termination sequencing, dikembangkan
pada akhir tahun 1970-an dan merupakan tonggak penting dalam pengembangan biologi
molekuler. Pengurutan ini memanfaatkan biokimia dari replikasi DNA.
Tahap pertama dari analisis adalah memperkuat wilayah target menggunakan PCR;
produk yang amplifikasi kemudian digunakan sebagai template dalam reaksi pengurutan
(sekuensing). Reaksi DNA setelahnya mirip dengan aplifikasi PCR dan campuran
reaksinya yang sangat mirip mengandung polymerase DNA Taq termofilik dan
deoksinukleotida trifosfat (dNTPs). Ini berbeda dari PCR karena hanya satu primer yang
digunakan dan selain dNTP, ada empat dideoksiribonukleotida berlabel fluoresense
(ddNTPs); setiap ddNTP diberi label dengan pewarna berwarna yang berbeda. ddNTPs
tidak mengandung gugus hidroksil pada 3’ karbon, yang mencegah ekstensi molekul
DNA.
Konsentrasi dNTP lebih tinggi dari ddNTP dan oleh karena itu dalam banyak kasus
dNTP ditambahkan. DdNTP digabungkan pada interval acak di sepanjang molekul. Ini
menghasilkan berbagai ukuran molekul yang berbeda. Produk dari reaksi sekuensing
dianalisis menggunakan sistem elektroforesis gel kapiler, seperti ABI PRISM® 310
3
Genetic Analyzer, yang memisahkan DNA ke resolusi pasangan basa tunggal dan secara
bersamaan dapat mendeteksi empat label fluoresens yang berbeda.
Sequencing bukan pilihan yang praktik untuk analisis SNP dalam konteks forensic.
Sebagian besar SNP tersebar luas di sekitar genom dan diperlukan reaksi terpisah untuk
setiap SNP. Pengecualian pada genom mitokondria, dimana sejumlah SNP terkonsentrasi
ke area kecil dan dapat dianalisis dalam sejumlah kecil reaksi . sequencing (pengurutan)
juga menjadi metode yang ampuh untuk mengetik SNP di dalam wilayah DNA yang
berkembang pesat dalam virus HIV.
B. Metode Sanger asli
Pada metode yang asli, urutan nukleotida DNA tertentu dapat disimpukan dengan
membuat secara paralel empat reaksi perpanjangan rantai menggunakan salah satu dari
empat jenis basa pemutus rantai pada masing-masing reksi. Fragmen-fragmen DNA yang
kemudian terbentuk dideteksi dengan menandai (labelling) primer yang digunakan
dengan fosfor radioaktif sebelum reaksi sekuensing dilangsungkan. Keempat hasil reaksi
tersebut kemudian dielektroforesis pada empat jalur yang saling bersebelahan pada gel
poliokrilamida. Hasil pengembangan metode ini menggunakan empat macam primer
yang ditandai dengan pewarna berpendar (fluorescent dye). Hal ini memiliki kelebihan
karena tidak menggunakan bahan radioaktif; selain menambah keamanan dan kecepatan,
keempat hasil reaksi dapat dicampur dan dielektroforesis pada satu lajur pada gel.
Metode ini dikenal sebagai metode dye primer sequencing.
C. Sekuensing Dye Terminator
Cara lain pelabelan primer aalah dengan melabel pemutus rantainya atau yang biasa
disebut metode sekuensing Dye Terminator. Keunggulan cara ini yaitu seluruh proses
sekuensing dapat dilakukan dalam satu reaksi, dibandingkan dengan empat reaksi
terpisah yang diperlukan pada penggunaan primer berlabel. Pada tahap tersebut, masingmasing dideoksinukleotida pemutus rantai ditandai dengan pewarna fluoresens yang
berpendar Panjang gelombang yang berbeda-beda. Cara ini lebih mudah dan lebih cepat
dibandingkan penggunaan primer berwarna, namun dapat menimbulkan ketidaksamaan
4
tinggi kurva atau puncak (peak) yang disebabkan oleh ketidaksamaan penggabungan
pemutus rantai berwarna berukuran besar pada pertumbuhan DNA (ketidaksamaan
tersebt bergantung pada DNA cetakan). Masalah tersebut dapat dikurangi secara nyata
dengan penggunaan macam-macam enzim dan pewarna baru yang meminimalkan
perbedaan dalam penggabungan.
Metode ini kini digunakan pada sebagian besar usaha reaksi sekuensing karena lebih
sederhana dan lebih murah. Primer-primer yang digunakan tidak perlu dilabeli secara
terpisah (yang bisa cukup mahal untuk primer yang dibuat untuk sekali pakai), walaupun
hal tersebut tidak terlalu bermasalah dalam penggunaan universal primer.
D. Deteksi SNP untuk aplikasi forensic
Destruksi restriksi dan analisis sekuens bukan metode yang dapat digunakan untuk
kebanyakan kasus forensik yang mungkin memerlukan analisis 50 hingga 80 SNP yang
tersebar di sekitar genom. Sejumlah metode telah berkembang yang dapat diterapkan
untuk mendeteksi beberapa SNP. Metode yang didasarkan pada konsep ekstensi primer
atau hibridisasi primer adalah yang paling banyak digunakan.
 Eksistensi Primer
Ekstensi primer adalah metode yang kuat untuk membedakan antara alel yang
berbeda dan beberapa metodologi telah dikembangkan. Salah satu metode yang
umum digunakan adalah reaksi sekuensing mini. Dasar reaksinya sangat mirip
dengan sekuensing Sanger. Bagian pertama dari prosedur ini adalah memperkuat
wilayah target menggunakan PCR. Primer internal kemudian di anil ke produk PCR
yang didenaturasi; ujung 3 primer berdekatan dengan situs polimorfik. Primer
tersebut kemudian diperpanjang dengan Taq polimerase tetapi hanya ddNTP yang
diberi label dengan pewarna fluoresen yang disediakan; primer hanya diperpanjang
oleh satu nukleotida. Primer yang diperpanjang dapat dianalisis menggunakan
elektroforesis gel kapiler dan warna puncak yang terdeteksi memungkinkan SNP
untuk dikarakterisasi. Kit komersial yang banyak digunakan yang disebut
SNaPshotTM (Applied Biosystems) didasarkan pada metodologi ini. Dengan
menggunakan primer berukuran berbeda dan tag fluorescent yang berbeda untuk
5
masing-masing dari empat basis, sejumlah besar SNP dapat dideteksi secara
bersamaan. Variasi pada teknik ekstensi primer termasuk pyrosequencing;
mikroarray, di mana primer ekstensi dipasang ke chip silikon; dan ekstensi spesifik
alel, ketika primer hanya diperpanjang jika 100% melengkapi urutan target.
 Hibridasi spesifik alel
Dalam kondisi yang ketat, bahkan satu ketidakcocokan nukleotida antara templat dan
primer dapat membedakan antara dua alel. Genotip hibridasi alel spesifik (DASH)
mengambil keuntungan dari perbedaan suhu leleh dalam DNA yang dihasilkan dari
ketidakstabilan pasangan basa yang tidak cocok. Prosesnya bisa sangat otomatis dan
mencakup beberapa prinsip sederhana.
Pada langkah pertama, segmen genom diamplifikasi dan diletakkan pada manik
melalui reaksi PCR dengan primer yang terbiotinilasi. Pada langkah kedua, produk
yang diamplifikasi dilekatkan pada kolom streptavidin dan dicuci dengan NaOH
untuk menghilangkan untai yang tidak terbiotinilasi. Oligonukleotida spesifik alel
kemudian ditambahkan dengan adanya molekul yang berfluoresensi ketika terikat
pada DNA beruntai ganda. Intensitas kemudian diukur ketika suhu dinaikkan sampai
suhu leleh ™ dapat ditentukan. SNP akan menghasilkang Tm yang lebih rendah dari
yang diharapkan. Karena DASH genotyping mengukur perubahan kuantitatif dalam
Tm, ia mampu mengukur semua jenis mutase, bukan hanya SNP. Manfaat lain dari
DASH termasuk kemampuannya untuk bekerja dengan label bebas label dan desain
serta kondisi kinerjanya yang sederhana. Ada sejumlah besar metode yang
mengeksploitasi hibridisasi probe, termasuk reverse dot blots; Taqman Uji;
LightCycler Uji; suar molekuler; dan GeneChips.
2.3
Aplikasi Deteksi SNP dalam Forensic
Data yang tersedia di berbagai SNP sejumlah besar dalam bentuk genom manusia, dan
salah satu tugas terbesar saat menerapkan SNP ke aplikasi forensik adalah memilih SNP
yang paling sesuai dari banyaknya jumlah yang tersedia. Adapun pilihan SNP ini sangat
bergantung pada aplikasi.
6

Identifikasi Forensik
Sebagian besar identifikasi forensik DNA melibatkan karakterisasi bahan biologis
yang ditemukan dari TKP. Beberapa panel SNP telah dikembangkan yang dirancang
untuk memberikan diskriminasi maksimum terhadap identifikasi forensik. SNP ini
berisi polimorfik disemua kelompok populasi utama.
Sebuah panel berisi 52 SNP yang dikembangkan oleh SNP for ID Consorium.
Menggunakan panel SNP ini dapat menghasilkan probabilitas kecocokan yang
berkisar 5,0 x 10ˉ₁₉ pada populasi Asia hingga 5,0 x 10ˉ₂₁ pada populasi Eropa.
Ketika diterapkan pada pengujian garis ayah, indeks garis ayah rata-rata antara
336.000 di populasi Asia dan 550.000 di populasi Eropa.
Namun, meski dengan daya diskriminasi yang tinggi, upaya melibatkan dalam
menganalisis 50 SNP lebih besar dari pada saat melakukan analisis STR standar.
Daya tarik utama menggunakan SNPs dengan teknologi saat ini adalah bahwa
analisis SNP dapat memberikan hasil dari DNA yang sangat terdegradasi ketika
pemfilteran STR konvensional telah gagal.

Prediksi Keturunan Geografis
Dalam banyak kasus, identifikasi kelompok populasi dari sampel TKP berasal, dapat
menjadi informasi penting bagi intelijen untuk mengetahui garis keturunan, panel ini
terdiri dari mtDNA SNPs dan Y SNPs. Tetapi secara intrinsik dibatasi oleh fakta
bahwa mereka hanya dapat memberikan informasi, baik pada garis keturunan ibu
atau ayah.
SNP autosomal yang memiliki frekuensi berbeda dalam kelompok populasi utama
yang berbeda, dapat memberikan informasi berharga tentang keturunan gegograpis.
Banyak SNP yang dipilih untuk tujuan ini, dikaitkan dengan wilayah pengkodean
yang telah mengalami tekanan seleksi. termasuk gen pigmentasi dan gen yang
terlibat dengan metabolisme xenobiotik.
7
Gen pigmentasi, selain memberikan informasi tentang keturunan geografis, juga dapat
memberikan informasi tentang fenotipe orang yang menyimpan materi biologis di TKP,
termasuk warna kulit, rambut dan mata.
2.4
Perbandingan SNP dan STR
Keuntungan besar yang dimiliki STR dibandingkan SNP adalah kekuatan
diskriminasi, karena banyaknya alel yang STR miliki dibandingkan dengan SNP dua arah.
Berbeda dengan STR, dibutuhkan sekitar empat kali lebih banyak SNP untuk mencapai
daya diskriminasi yang setara dengan lokus STR.
Kerugian utama lainnya untuk menggunakan SNP adalah bahwa campuran dari dua
orang atau lebih mungkin bermasalah atau tidak mungkin untuk ditafsirkan karena SNP
adalah penanda biallelic. Penerapan SNP untuk aplikasi khusus, misalnya pengelompokan
darah berbasis SNP dan otopsi molekuler (mencaru mutasi yang dapat menjelaskan
kematian mendadak), kemungkinan akan menjadi luas.
Pembanding
STR
SNP
Frekuensi kejadian
Sekali setiap 15 Kb
Sekali setiap 1 Kb
Laju tingkat mutasi
10ˉᶟ
10ˉ⁸
Jumlah alel yang umum
Antara 5 dan 20
2
Potensi terjadinya multipleks
Saat ini maksimal 15 lokus
Sulit memperkuat lebih dari
STR diperiksa pada satu
50 SNP dalam satu reaksi
waktu
10
̴6
Capillary Gel Electrophoresis
CGE, Microarrays, Mass
(CGE)
Spectroscopy
Potensi Otomatisasi
Medium
Tinggi
Artefak
Amplifikasi STRs dapat
Tidak ada artefak gagap yang
menghasilkan artefak seperti
terkait dengan amplifikasi
Jumlah lokus yang
dibutuhkan untuk memiliki
Pᴍ 1 dalam 1 miliar
Metode deteksi
8
Jumlah DNA yang
gagap
SNP
̴ 0,5 hingga 1 ng
̴ 100 pg
Ukuran amplikon biasanya
Ukuran amplikon bisa kurang
antara 100 dan 400 bp
dari 100 bp
Interpretasi dari campuran
Campuran lokus SNP bisa
lokus STR dimungkinkan
sangat bermasalah untuk
dibutuhkan
Ukuran amplikon
Mixtures (Campuran)
ditafsirkan
Memprediksi asal geografis
Identifikasi etnis dari lokus
Beberapa SNP dapat
STR
dikaitkan dengan kelompok
etnis tertentu
Informasi fenotipik
Tidak ada kemungkinan
Mungkin untuk memproduksi
untuk menyimpulkan fenotipe
beberapa warna rambut,
warna mata, warna kulit.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
SNP adalah posisi pasangan basa tunggal dalam DNA genom di mana alternatif urutan
yang berbeda (alel) ada pada individu normal dalam beberapa populasi, di mana alel yang
paling jarang memiliki kelimpahan 1% atau lebih. Struktur suatu SNP sangat sederhana.
SNP ditemukan dalam genom manusia sekitar sekali dalam setiap 1000 bp.
Digesti restriksi dapat digunakan untuk genotype SNP ketika SNP menciptakan atau
menghancurkan sekuens pengenalan enzim restriksi tertentu urutan [9,10] tetapi metode ini
terbatas untuk kerja kasus forensic karena membutuhkan sejumlah besar DNA dan
merupakan proses yang Panjang dan melelahkan
Data yang tersedia di berbagai SNP sejumlah besar dalam bentuk genom manusia, dan
salah satu tugas terbesar saat menerapkan SNP ke aplikasi forensik adalah memilih SNP
yang paling sesuai dari banyaknya jumlah yang tersedia. Adapun pilihan SNP ini sangat
bergantung pada aplikasi.
Keuntungan besar yang dimiliki STR dibandingkan SNP adalah kekuatan
diskriminasi, karena banyaknya alel yang STR miliki dibandingkan dengan SNP dua arah.
Berbeda dengan STR, dibutuhkan sekitar empat kali lebih banyak SNP untuk mencapai
daya diskriminasi yang setara dengan lokus STR.
Kerugian utama lainnya untuk menggunakan SNP adalah bahwa campuran dari dua
orang atau lebih mungkin bermasalah atau tidak mungkin untuk ditafsirkan karena SNP
adalah penanda biallelic
10
DAFTAR PUSTAKA
Goodwin, W., Linacre, A., Hadi, S.2017. An Introduction to Forensic Genetics.
UK; Jhon Wiley&Sons
Kwork, P.Y. (2001) Methods of Genotyping Single Nucleotide Polymorphisms.
Annual Review of Genomics and Human Genetics 2, 235-258.
11
Download