KHOTBAH JANGKEP Panduan Merayakan Liturgi Gereja Januari 2021 Tema: Tahun Baru Kesempatan Baru Khotbah Jangkep Januari 2021 1 DAFTAR TEMA PERAYAAN IMAN BULAN JANUARI 2021 Minggu, 1 Januari 2021 ............................................................................. 3 Tahun Baru (Putih) Keseimbangan Hidup Kristen Minggu, 3 Januari 2021 ............................................................................. 4 Minggu Setelah Natal (Putih) Menjadi Anak Terang Kamis, 6 Januari 2021 ................................................................................ 5 Minggu Efipani (Putih) Banyak Tantangan, Teruslah Berkarya Minggu, 10 Januari 2021 .......................................................................... 6 Hari Pembaptisan Yesus-Minggu I Setelah Epifani (Hijau) Memaknai Baptisan Roh Kudus Minggu, 17 Januari 2021 ....................................................................... 21 Minggu Biasa I- Minggu ke-2 Setelah Epifani (Hijau) Dipanggil Untuk Berani Berkata dan Berkarya Tentang Kebenaran Minggu, 24 Januari 2021 ....................................................................... 37 Minggu Biasa II-Minggu ke-3 Setelah Epifani (Hijau) Keseimbangan Hidup Sorgawi dan Duniawi Minggu, 31 Januari 2021 ....................................................................... 54 Minggu Biasa III-Minggu ke-4 Setelah Epifani (Hijau) Bijak Dalam Bertindak 2 Panduan Merayakan Liturgi Gereja Minggu, 1 Januari 2021 Tahun Baru (Putih) TEMA PERAYAAN Keseimbangan Hidup Kristen TUJUAN: DAFTAR BACAAN: Bacaan I Tanggapan Bacaan II Bacaan Injil : wahyu 3:1-13 : Mazmur 8 : Wahyu 21:1-6a : Matius 25:31-46 KETERANGAN: Bahan Kotbah Jangkep ada di dalam buku masa Advent dan Natal 2021 yang diterbitkan oleh LPP Sinode GKJ dan GKI Wilayah Jawa Tengah Khotbah Jangkep Januari 2021 3 Minggu, 3 Januari 2021 Minggu Setelah Natal (Putih) TEMA PERAYAAN IMAN Menjadi Anak Terang TUJUAN: DAFTAR BACAAN: Bacaan I Tanggapan Bacaan II Bacaan Injil : Yeremia 31:7-14 : Mazmur 147:12-20 : Efesus1:3-14 : Yohanes 1:(1-9),10-18 KETERANGAN: Bahan Kotbah Jangkep ada di dalam buku masa Advent dan Natal 2021 yang diterbitkan oleh LPP Sinode GKJ dan GKI Wilayah Jawa Tengah 4 Panduan Merayakan Liturgi Gereja Rabu, 6 Januari 2021 Efipani (Putih) TEMA PERAYAAN IMAN Banyak Tantangan, Teruslah Berkarya TUJUAN: DAFTAR BACAAN: Bacaan I Tanggapan Bacaan II Bacaan Injil : Yeremia 31:7-14 : Mazmur 147:12-20 : Efesus1:3-14 : Yohanes 1:(1-9),10-18 KETERANGAN: Bahan Kotbah Jangkep ada di dalam buku masa Advent dan Natal 2021 yang diterbitkan oleh LPP Sinode GKJ dan GKI Wilayah Jawa Tengah Khotbah Jangkep Januari 2021 5 Minggu, 10 Januari 2021 Hari Pembaptisan Yesus-Minggu I Setelah Epifani (Hijau) TEMA PERAYAAN IMAN Roh Kudus Dan Baptisan TUJUAN: Umat mampu menjalani hidup sebagai pribadi, keluarga, jemaat, untuk berkarya di dunia dengan mengandalkan Kuasa ALLAH yang telah hadir dan diterima dalam Karya Baptisan atas setip umatNya. DAFTAR BACAAN: Bacaan I Tanggapan Bacaan II Bacaan Injil : Kejadian 1:1-5 : Mazmur 29 : Kisah Para Rasul 19:1-7 : Markus 1:4-11 DAFTAR AYAT LITURGIS Berita Anuggerah : Matius 1:21-23 Petunjuk Hidup Baru : Matius 2:11 Persembahan : Kejadian 4:3, 4 DAFTAR NYANYIAN LITURGIS Bahasa Indonesia Nyanyian Pujian : KJ 65: 1, 2 Nyanyian Penyesalan : KJ 83:1-5 Nyanyian Kesanggupan : KJ 370:1, 2 Nyanyian Persembahan : KJ367:1Nyanyian Pengutusan : KJ255:1, 2 Bahasa Jawa Kidung Pamuji Kidung Panelangsa Kidung Kesanggeman Kidung Pisungsung Kidung Pangutusan : KPJ 21:1-3 : KPJ 47:1, 2 : KPJ 155:1, 3 : KPJ 161:1: KPJ 428:1, 2 Pdt Sugeng Prasetya, S.Pd, S.Th, M.Div (GKJ Klaten) 6 Panduan Merayakan Liturgi Gereja DASAR PEMIKIRAN Baptisan sebagai pelayanan sekaligus pengalaman spiritual yang bersifat khusus, kekhususannya terletak pada makna simbolis yang terkait langsung dengan nilai dasar iman hidup Kristen, di dalam baptisan ada makna pembasuhan dosa oleh darah Yesus yang dikorbankan sebagai sumber keselamatan. Selain makna simbol, baptis juga diyakini sebagai lambang kehadiran Kuasa Tuhan di dalam hidup orang yang dibaptiskan, ia menerima hadirnya Roh Kudus. Hal ini berarti bahwa baptis menjadi titik awal sebuah perjalanan karya, pertumbuhan iman, dan bahkan pengalaman spiritual yang menggambarkan telah hadir sepenuhnya kuasa Sang Ilahi di dalam kehidupan orang yang dibaptiskan. Kuasa itu akan memberi daya, menjadi sumber kekuatan, juga sebagai bentuk perlindungan Tuhan yang mendatangkan keselamatan. Yesus juga melewati masa menerima pengalaman dan pelayanan spiritual berupa baptisan yang dilaksanakan oleh Yohanes Pembaptis. Mulai dari inilah jemaat diperhadapkan dengan satu kenyataan iman yang sangat besar maknanya. Sekalipun Yesus sebagai Ilahi, namun dalam kemanusiaanNya, Yesus berkenan menerima baptisan Yohanes di Sungai Yordan, sekalipun baptisan Yohanes adalah baptisan pertobatan, Yesus rela memulai karyanya dengan berdiri sejajar dengan manusia para pendosa. Namun demikian, dalam baptisanNya ada hal yang berbeda yang terjadi, yaitu turunnya Roh Allah menyerupai merpati, disertai suara Ilahi: “Engkaulah AnakKu yang Kukasihi, kepadaMulah Aku berkenan...” Melalui Baptisan yang dialami oleh Yesus, kita berkeyakinan bahwa makna yang serupa akan terjadi pada baptisan orang-orang percaya saat ini. Sehingga kita mendapat peneguhan iman, panggilan pelayanan, dan karya kesaksian kita semua di muka bumi ini. Ada Roh dan perkenan Allah atas diri setiap orang yang menerima baptisan. Khotbah Jangkep Januari 2021 7 KETERANGAN BACAAN Kejadian 1:1-5 Kitab Kejadian memiliki posisi kunci dan strategis dalam memberikan informasi mengenai Sang Pencipta, proses penciptaan alam semesta, makhluk hidup, termasuk manusia. Di dalam kitab ini situasi semesta pra penciptaan digambarkan dalam keadaan: kosong, gelap gulita, tidak berbentuk, bercampur aduk, tanpa ada kehidupan. Kedaulatan Allah sebagai Sang Pencipta tergambar nyata di awal ayat kitab ini, dengan gambaran Roh Allah melayang-layang yang artinya keberadaan Allah itu tanpa batas, berkuasa melampaui batas ruang, tempat, dan waktu. Selanjutnya Allah berfirman: “Jadilah terang.” serta terang itu terjadi; dan Allah memberi nama terang itu sebagai siang; dan gelap itu sebagai malam. Artinya Allah yang tidak terbatas itu, memulai babak baru menempatkan batas waktu dalam keberadaanNya, Allah yang bebas melayanglayang itu, kini rela mengikatkan diri dengan satuan waktu yang disebut hari berdasarkan silih bergantinya siang dan malam. Sekalipun demikian Allah tetap sebagai pribadi yang Maha Kuasa tak terbatas dalam karya dan pekerjaanNya, dari sejak dunia terbentuk hingga selama-lamanya, Dialah Allah yang Maha Kuasa. Mazmur 29 Pasal ini ditulis sebagai syair puisi. Terdiri dalam 3 bagian isi: ayat 1-2 panggilan beribadah; ayat 3-9 frasa tentang 7 suara Tuhan; ayat 10-11 sebagai penutup yang menegaskan bahwa Tuhan akan memberikan kekuatan, berkat, dan kesejahteraan kepada umatNya. Daud disebut sebagai penulis syair ini, mengungkapkan kedahsyatan dan kemuliaan Tuhan laksana kekuatan badai yang menerpa alam semesta ini. Penggambaran ini bukan sebagai 8 Panduan Merayakan Liturgi Gereja kekuatan murka Tuhan, namun kekuatan kuasa Tuhan atas seluruh ciptaanNya. Alam semesta yang dilanda kuasaNya akan bergelora, baik itu: laut, bukit, gunung, pohon-pohon di hutan, binatang liar. Alam semesta bergelora menyatakan hormat kepada Tuhan atas segala kekuatan dan kuasaNya, juga membuktikan bahwa alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan sehingga memiliki sikap hormat dan tunduk kepada Sang Penciptanya. Kisah Para Rasul 19:1-7 Karya pelayanan Rasul Paulus hanya mengandalkan kuasa Roh Kudus yang turun mendiami hidupnya sebagai Rasul. Pekerjaan mewartakan Injil sampai ke ujung bumi, dihayati oleh Rasul Paulus sebagai pekerjaan Roh Kudus sendiri yang bekerja di dalam dirinya. Roh Kudus akan hadir memenuhi orang yang percaya dan dibaptis dalam Nama Tuhan Yesus. Praktek dan pengalaman spiritual yang akan terjadi atas pelayanan baptisan, diyakini dan dihidupi oleh Paulus disepanjang karya pelayanannya. Bahkan tanda-tanda karya Roh Kudus yang hadir kepada setiap orang pasca baptisan dicatat dalam kisah ini, yaitu orang tersebut mulai berkata-kata dalam bahasa roh dan bahkan bernubuat. Artinya orang tersebut hidup sebagai pribadi yang baru, dari hidup lama yang berorientasi kepada dunia fana, setelah baptisan hidup berubah menjadi pribadi yang lebih agung memiliki orientasi hidup yang bernilai jauh ke tempat pengharapan kekal. Markus 1:4-11 Pelayanan Yohanes Pembaptis sebagai pewarta kabar baik, berita keselamatan dari Tuhan untuk seluruh umat manusia, seruan pertobatan bagi orang berdosa, dan warta tentang Injil Yesus Kristus Juru Selamat manusia; dilakukan oleh Yohanes sebagai orang yang mengambil peran menjadi trigger, pendobrak, dan Khotbah Jangkep Januari 2021 9 juga pelaku tunggal sebelum rasul-rasul lain melanjutkannya. Hasil dari karya pewartaan Yohanes yaitu mendorong sejumlah orang berdiri berjajar dalam antrian panjang di tepi sungai Yordan untuk mengaku dosanya dan menerima baptisan tanda pertobatan dan pengampunan dosa. Pembaptisan menjadi alat dan tanda terjadinya komitmen seseorang akan memulai hidup baru. Setiap orang berdosa yang mendengar seruan pertobatan yang diteriakkan oleh Yohanes mendapat harapan akan pengampunan, serta kesempatan untuk membuat komitmen hidup baru, meninggalkan hidup lama yang penuh noda dan dosa. Bersamaan dengan itu, Yohanes mewartakan akan hadirnya pribadi yang jauh lebih berkuasa dari dirinya, dimana kuasa Yohanes untuk membaptis orang dengan air, namun Dia yang akan datang kemudian itu akan membaptis dengan Roh Kudus. Pribadi tersebut mempunyai kuasa yang besar, sehingga untuk membungkuk dan membuka tali kasutNya saja, Yohanes merasa tidak layak. Siapa pribadi yang dimaksud? Yesus. Dialah yang dimaksudkannya. Tak lama dari seruan itu, ternyata Yesus turut serta dalam antrian arak-arakan orang untuk meminta baptisan dari Yohanes. Hingga tiba giliran Yesus, Yohanes tersungkur ragu menolak dan menyampaikan alasan ketidaklayakannya untuk membaptis Yesus waktu itu. Namun Yesus tetap meminta supaya Yohanes membaptisNya di Sungai Yordan sama seperti orang-orang tersebut. Tetapi ternyata ada yang berbeda dari baptisan yang diterima Yesus, yaitu saat Yesus keluar dari dalam air, diikuti dengan turunnya Roh dari langit, sesuatu menyerupai burung merpati turun keatas Yesus, serta suara yang berseru: “Engkaulah AnakKu yang Kukasihi, KepadaMulah Aku berkenan...” Artinya baptisan Yesus bukan baptisan pertobatan, tetapi pentahbisan dan pengutusan dari Tuhan Allah Bapa kepada Yesus, supaya di dalam nama Yesus karya penyelamatan dari 10 Panduan Merayakan Liturgi Gereja Tuhan terjadi di bumi melalui karya pelayanan Yesus, Anak Allah yang berkenan kepadaNya. POKOK DAN ARAH PEWARTAAN Sebagai pribadi kristen pelayanan baptisan merupakan pengalaman setiap pribadi umat. Bobot baptisan sebagai simbol pertobatan dan pembasuhan dosa oleh pengorbanan darah Tuhan Yesus, ungkapan percaya seseorang terhadap Tuhan Allah sumber keselamatan, serta momen menerima Roh Kudus seutuhnya terjadi juga di dalam peristiwa baptisan jemaat saat ini. Artinya renungan ini bermaksud mengingatkan kepada seluruh jemaat, bahwa dirinya adalah pribadi yang telah diselamatkan Tuhan melalui peristiwa baptisan, serta di dalam dirinya memiliki kuasa Ilahi yaitu Roh Kudus yang akan menjadi sumber kekuatan dan pertolongan umat melaksanakan karya pelayanan bagi Tuhan dan sesama di bumi. Renungan ini juga menggugah komitmen umat supaya hidupnya pasca baptisan benar-benar membuahkan gambar hidup baru, jangan sampai gambar hidupnya tidak ada perubahan dan perbedaan yang berarti. Umat didorong menyatakan buahbuah kehidupan sebagai orang yang telah menerima karya baptisan; selalu hidup dengan semangat berkarya, melayani Tuhan, hidup dalam cinta kasih, menjaga kekudusan, dan bersaksi mewartakan pertobatan dan pengampunan dosa di dalam nama Tuhan Yesus Juru Selamat manusia. Khotbah Jangkep Januari 2021 11 KHOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA MEMAKNAI BAPTISAN, BERKARYA DENGAN KUASA ROH KUDUS Salam Sejahtera... Saudara sekalian yang dikasihi Tuhan Yesus. Di awal renungan ini, mari kita mencermati bersama-sama tentang sakramen baptis. Dapat kita pastikan, bahwa setiap jemaat sebagai anggota gereja baik itu statusnya warga jemaat anak apalagi warga jemaat dewasa, pasti sudah menerima pelayanan baptisan. Sekalipun peristiwa baptisan sudah tidak bisa diingat dan dirasakan, karena dilaksanakan pada saat masih bayi melalui permohonan orang tua saudara masing-masing, dan setelah dewasa secara pribadi menyatakan pengakuan percaya sidhi, namun segala bobot yang menjadi isi dan makna baptisan juga terjadi sepenuhnya di dalam diri saudara. Ada pengampunan dosa oleh kuasa darah Tuhan Yesus yang dikorbankan diatas salib, menetes bersama air baptisan dan membasuh dosa, ada turunnya Roh Kudus memeteraikan keselamatan dan menjadi Roh Allah yang mendiami hati, dan ada kuasa Tuhan yang bekerja menopang kehidupan. Jadi sesungguhnya “ora baen-baen lan ngedab-edabi“ (bhs Jawa) hidupnya orang yang menerima tanda baptisan dalam nama Allah Bapa, Putera, dan Roh Kudus itu, karena ia menerima peristiwa dan pengalaman hidup spiritual yang luar biasa, terutama peran hadirnya Roh Kudus di dalam hati orang tersebut. Kehadiran Roh Kudus itu menyatakan kehadiran Tuhan Allah pribadi di dalam diri orang yang dibaptiskan. Sekalipun baptis itu sendiri tidak menyelamatkan, tetapi percaya dan iman orang kepada Tuhan Yesuslah yang menyelamatkan, maka baptisan yang hadir dengan bobot dan isi turunnya Roh Kudus ke dalam diri orang yang dibaptis, adalah baptisan yang didasari pertobatan dan iman percaya saudara. 12 Panduan Merayakan Liturgi Gereja Namun demikian saudara, segala bobot dan isi makna baptisan itu akan tajam terlihat serta berfungsi dengan maksimal didalam kehidupan seseorang, atau sebaliknya menjadi tumpul dan kabur tanpa bekas. Sepenuhnya tergantung peran masingmasing orang serta kerelaannya menjalani hidup di dalam pimpinan Roh Kudus. Jika orang itu secara sadar dan bahkan penuh kerinduan hidupnya dipakai untuk kemuliaan Tuhan dan secara sukarela memberi hidupnya dituntun oleh kuasa Roh Kudus, bahkan dengan segala perjuangan menanggalkan ego, hawa nafsu kedagingan, serta nilai-nilai duniawi dalam hidupnya; maka ia akan hidup sebagai pribadi yang berkarya, melayani, dan bersaksi secara ‘ngedab-edabi’. Hal ini bukan sebagai mimpi, juga bukan bentuk kejumawaan; tetapi justru inilah kemestian yang seharusnya terjadi bagi setiap orang yang telah menerima pelayanan spiritual dan hidup di dalam karya baptisan. Kehadiran Roh Kudus seiring di dalam pelayanan baptisan dialami oleh Yesus sendiri, pada waktu Yesus dibaptis oleh Yohanes waktu Yesus keluar dari dalam air Sungai Yordan, bersama itu pula diikuti turunnya Roh atas diri Yesus (Markus 1:10). Demikian pula, Rasul Paulus menegaskan kepada para muridnya di kota Efesus supaya mereka menerima Roh Kudus dengan cara dibaptis dalam nama Yesus (Kisah Rasul 19:4-6). Daya kekuatan Allah sendiri yang hadir melalui Roh Kudus di dalam diri orang yang dibaptiskan. Artinya orang yang dibaptis mendapat kekuatan Ilahi, yaitu kekuatan yang membawa kebesaran dan kuasa Tuhan Allah sendiri; untuk memberi daya, kekuatan, dan kuasa di dalam setiap orang yang dibaptis sehingga dapat berkarya, bersaksi, dan melayani di tengah dunia. Bahkan karyanya mampu mendatangkan hasil yang membuat dunia semakin dipulihkan dari segala macam kekacauan, kegelapan, dan kerusakan (Kejadian 1:1-2). Khotbah Jangkep Januari 2021 13 Saudara-saudara, mari saat ini kita menoleh dengan segala kejujuran dan kesadaran penuh, mendalami bagaimana hidup kita sebagai orang-orang yang telah menerima dan mengalami pelayanan spiritual baptisan? Buah-buah karya Roh Kudus apa yang sudah terwujud melalui hidup kita? Bagaimana pula situasi keluarga, gereja, masyarakat dan dunia dengan kehadiran kita, orang-orang yang sudah hidup dengan karya baptisan ini, memberi pengaruh dan sumbangsih positif berupa apa saja kehidupan orang-orang pasca baptisannya? Ingat, setelah menerima baptisan, Yesus berkarya hingga mengorbankan diriNya disalib untuk menebus dan menyelamatkan manusia dari hukuman dosa, para murid Paulus berkata-kata dan bernubuat, bersaksi dan melayani, bersekutu dan menjaga kekudusan hidup gereja yang berdampak menghadirkan kedamaian dan kesejahteraan bersama. Kehadiran gereja yang anggotanya adalah orang-orang yang sudah menerima baptisan, juga gereja yang terus melayankan baptisan kepada mereka yang percaya, semestinya diikuti juga dengan hadirnya kuasa Tuhan atas diri orang-orang tersebut menyatakan karya-karya Tuhan melalui Karya Roh Kudus di tengah keluarga, gereja, dan dunia. Semestinya pula, dunia ini semakin tertata, hidup dalam suasana terang, jauh dari kekacauan, dan semakin menjadi tempat hidup yang indah dan nyaman dihuni bersama-sama. Kalau yang terjadi sebaliknya; keluarga Kristen hidup dalam konflik dan kerusakan, gereja kehilangan cahaya terangnya, orang Kristen dalam baptisan jatuh kedalam berbagai problem dan dosa yang sama dilakukan oleh orang-orang dunia tanpa baptisan. Jika ini yang ternyata terjadi, dapat dipastikan orang Kristen tidak bisa tampil ‘ngedab-edabi’ di tengah dunia yang semakin dikuasai oleh roh kehancuran ini. 14 Panduan Merayakan Liturgi Gereja Mari kita kembali membawa hidup ini didalam kuasa dan kebesaran Tuhan, dengan mengingat-ingat kembali arti dan makna serta bobot isi baptisan yang sudah kita terima dari Tuhan. Setiap umat hidup kembali di dalam sikap sukarela menyerahkan hidup selalu dipimpin oleh Roh Kudus, meminta agar Tuhan dengan KuasaNya menolong kita untuk sanggup hidup dalam kekudusan dan kesucian, diberi kekuatan menang dari segala godaan dan cobaan, dihindarkan dari segala perbutan dosa, serta memohon supaya Tuhan memberi kemampuan hidup penuh kasih, ketaatan, kesetiaan, rendah hati, damai dengan setiap orang, lemah lembut, sabar, serta giat selalu di dalam pekerjaan Tuhan: bersaksi, bersekutu, dan melayani. Berkarya dengan Kuasa Roh Kudus, kiranya menjadi kesadaran yang selalu terbangun di dalam benak sanubari setiap orang yang telah menerima karya pelayanan baptisan. Ya, didalam kesadaran saudara dan saya. Hanya dengan kuasa Roh Kuduslah, seluruh tanggung jawab karya kesaksian, persekutuan, dan pelayanan kita akan beroleh kekuatan dan wibawanya. Kuasa Roh Kudus itu, sungguh sudah ada di dalam setiap orang yang dengan pertobatan disertai percaya menerima pelayanan baptisan, ya di dalam diri saudara sekalian. Jadi saat ini saudara semua diajak kembali untuk turut serta bekerja bersama Tuhan dan segala kuasaNya, mengubah dunia ini menuju dunia yang penuh sejahtera, tertata damai, terbebas dari kekacauan, hidup didalam terang, dan mengalami berkat, kesejahteraan, serta kekuatan. Amin. Khotbah Jangkep Januari 2021 15 KHOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA NEGESI BAPTIS, MAKARYA SRANA ROH SUCI Salam rahayu, para sadherek ingkang kinasih wonten ing Gusti Yesus. Ing wiwitaning khotbah punika, sumangga kula lan panjenengan sesarengan nitipriksa bab tegesing peladosan baptis ingkang kita tampeni, kanthi pangertosan bilih saben pasamuwan minangka warganing pasamuwan kanthi status pasamuwan anak dereng sidhi, punapa pasamuan diwasa sidhi; mestinipun sampun sami nampi peladosan sakramen baptis. Sanajan ta kedadosan baptis saha raosipun sampun mboten saged kaemut-emut lan dipunraosaken malih kelampahanipun, awit sampun katindakaken nalika taksih bayi lumantar pamundhuting para tiyang sepuh kita, lan sasampunipun diwasa secara pribadi kita sami mratelakaken kapitadosan sidhi, ananging sedaya bobot, isi, tuwin tegesipun baptis ugi dumados sawetahipun ing salebeting gesang kula lan panjenengan sedaya. Wonten apuraning dosa dening kuwaos rahipun Gusti Yesus, ingkang dipunkurbanaken ing kajeng salib tumetes sesarengan toya baptisan lan mbilas dosa; wonten ugi tumedhaking Roh Suci dados meterai utawi ecaping kawilujengan lan Roh Allah ingkang makuwon ing manah; saha wonten kuwaos saking Sang Yehuwah Allah ingkang makarya nyangga gesang. Dados sayektosipun gesanging tiyang ingkang nampi baptisan wonten ing Asmaning Allah Rama, Putra, tuwin Roh Suci punika: “ora baen-baen lan ngedab-edabi”, awit tiyang punika sampun nampeni satunggaling kedadosan lan pengalaman gesang spiritual ingkang saestu ngedab-edabi, mirungganipun ngraosaken nampi tumedhaking Roh Suci ing manahipun tiyang punika. Rawuh tumedhaking Roh Suci mratelakaken rawuhipun Sang Yehuwah Allah pribadi wonten gesanging tiyang ingkang kabaptisaken. Sanajan ta, baptis punika mboten milujengaken, ananging pracaya 16 Panduan Merayakan Liturgi Gereja saha iman dhateng Gusti Yesus ingkang milujengaken, pramila baptis ingkang saged ndhatengaken bobot, isi, saha teges utami tumedhaking Roh Suci ing lebet gesanging tiyang ingkang kabaptisaken, inggih punika baptis ingkang lumampahipun atetales pamratobating tiyang saking dosanipun, lan iman pracaya tiyang punika dhateng Gusti Yesus. Sanadyan ta mekaten para sadherek, sedaya bobot, isi, lan tegesing baptisan badhe tandhes ngatingal sarta gadhah fungsi maksimal ing tiyang punika, punapa kosokwangsulipun badhe dados kethul, luntur, samar-samar malah blas tanpa tilas babar pisan, sawetahipun gumantung dhateng peran saben pribadi piyambak-piyambak sarta sepinten agenging raos iklas manahipun tiyang punika anggenipun nglampahi gesangipun adhedasar panuntuning Roh Suci. Menawi tiyang punika secara sadhar lan malah kebak ing raos tumemen masrahaken gesangipun supados kaagem dados piranti ngluhuraken Asmanipun Gusti Allah, saha gesang tansah tinuntun Roh Suci, mbudidaya saged gesang nilar raos dhiri/ego, hawa nepsu kedagingan, sarta rupi-rupi kadonyan ing gesangipun; mila tiyang punika mesthi badhe gesang minangka pribadi ingkang makarya arupi lelados lan paseksi kanthi ngedab-edabi. Perkawis punika boten namung ngimpi kelampahanipun, ugi sanes wujuding “kesombongan rohani” sawantah; nanging punika malah perangan ingkang asipat samesthinipun utawi kudu (Indonesia: semestinya) lumampah tumrap saben tiyang ingkang nampeni peladosan spiritual saha nggegesang tegesing baptisan wonten ing dhirinipun. Rawuh tumedhaking Roh Suci punika kelampahanipun sairing kaliyan peladosan baptisan ingkang ugi dipuntampeni piyambak dening Gusti Yesus. Nalika Gusti Yesus dipunbaptis dening Yohanes, pinuju Gusti Yesus medal saking toya Lepen Khotbah Jangkep Januari 2021 17 Yarden, sesarengan punika ugi tumedhakipun Roh Suci ing sak nginggil mustakanipun Gusti Yesus (Markus 1:10). Mekaten ugi, Rasul Petrus nandhesaken dhumateng para muridipun inggih pasamuwan ing kitha Efesus, supados pasamuwan ing ngriku sami nampeni Roh Suci kanthi cara dipunbaptis wonten ing Asmanipun Gusti Yesus (Lelakone Para Rasul 19:4-6). Daya kekiyatan saking Gusti Allah piyambak ingkang rawuh lumantar Sang Roh Suci ing lebet dhirinipun para tiyang ingkang kabaptis. Tegesipun bilih saben tiyang ingkang kabaptis punika pikantuk kekiyatan Ilahi, inggih punika kekiyatan ingkang mbekta kaluhuran lan kuwaosing Gusti Allah piyambak, kangge ndayani, ngiyataken, lan paring daya kuwaos wonten ing saben tiyang ingkang kabaptis, ngantos tiyang punika saged makarya, atur paseksi, lan lelados ing satengahing jagad punika. Malah pakaryanipun saged ndhatengaken asil ingkang damel pulihing jagat saking sedaya kawontenan semrawut, peteng, lan sawernaning karisakan (Purwaning Dumadi 1:1-2). Para sadherek, sumangga ing wekdal punika kula lan panjenengan sami kanthi kebaking raos jujur lan ing kawontenan sadhar sawetahipun, sesarengan nyuraos kados pundi gesang kula panjenengan sami minangka para tiyang ingkang sampun nampeni lan ngalami peladosan spiritual baptisan? Woh-woh pakaryaning Roh Suci punapa kemawon ingkang sampun maujud lumantar gesang kula panjenengan? Ugi niti priksa kados pundi kawontenan gesang brayat, pasamuwan, masyarakat, saha jagad kanthi wontenipun kula lan panjenengan, tiyang-tiyang ingkang sampun gesang kanthi baptisan punika. Saged ndamel daya lan sumbangsih positif arupi punapa kemawon gesangipun para tiyang sasampunipun nampi baptisan? Sami emuta dhateng Gusti Yesus, sasampunipun baptisan. Gusti Yesus makarya ngantos ngurbanaken sariranipun sinalib kagem 18 Panduan Merayakan Liturgi Gereja nebus lan milujengaken manungsa saking ukuman dosa, para muridipun Paulus wicanten lan meca, paseksi lan lelados, manunggil lan njagi kasucening gesang pasamuwan ingkang tundhanipun ndhatengaken pengaruh ageng ndhatengaken katentreman lan karaharjan ingkang ageng. Wontenipun pasamuwan ingkang anggotanipun inggih punika para tiyang ingkang sampun kabaptis, ugi pasamuwan ingkang teras kemawon ngladosaken baptisan dhumateng para tiyang ingkang sami pracaya, samesthinipun gesangipun ugi dipunsarengi dening rawuh kuwaosing Gusti Allah ing atasing para tiyang punika supados sami mratelakaken pakaryaning Gusti Allah lumantar pakaryaning Roh Suci ing tengah gesangipun brayat, pasamuwan, lan jagad. Mekaten ugi sampun dados samesthinipun, jagad punika kawontenanipun sansaya tumata, gesang ing kawontenan padhang, tebih saking karibedan, lan sansaya saged dados papan gesang ingkang endah lan sekeca dipunangge mapan gesang sesarengan. Menawi ingkang dumados kosok wangsulipun, brayat Kristen gesang ing salebeting pasulayan lan karisakan, pasamuwan kecalan sorot padhangipun, tiyang Kristen ing salebeting baptisanipun dhumawah ing salebeting mawarni-warni perkawis lan dosa ingkang nyami rupi dipunlampahi dening para tiyang ing jagad kang tanpa baptisan. Menawi punika ingkang kelampahan, saged dipunpesthekaken bilih tiyang Kristen mboten badhe saged mratelaken tanda ‘ngedab-edabi’ ing tengahing jagad ingkang sansaya dipunkuwaosi lan dipunrisak dening rohing karisakan. Sumangga kula panjenegan sami wangsul mbeta gesang punika ing salebeting kuwaos lan kaagunganipun Gusti Allah, kanthi sami ngemut-emut malih teges, makna, lan bobot isining baptisan ingkang sampun dipuntampeni saking Gusti Allah. Saben umat wangsul ing salebeting sikep masrahaken kanthi suka lila, gesang tansah dipuntuntun dening Roh Suci, nyuwun supados Gusti kanthi Kuwaosipun mitulungi kula panjenengan sami sagah Khotbah Jangkep Januari 2021 19 gesang ing salebeting kasucen, dipunparingi kekiyatan saged unggul saking sedaya panggodha lan pacoben, dipunsingkiraken saking sedaya tumindak dosa, sarta nyenyuwun supados Gusti Allah maringi kesagedan gesang kebak katresnan, tuhu, kasetyan, andhap asor, tentrem kaliyan saben tiyang, paramarta, sabar, sarta tansah sengkut ing saben pakaryaning Gusti Allah arupi: paseksi, patunggilan, lan paladosan. Selajengipun, makarya kanthi Kuwaosing Roh Suci, mugi dados kesadaran ingkang tansah kabangun ing salebeting batos saben tiyang ingkang sampun nampeni pakaryaning baptisan. Inggih, ing salebeting kesadharan panjenengan saha kula. Namung kanthi kuwaosing Roh Suci, sedaya tanggel jawab mujudaken pakaryan: paseksi, patunggilan, lan peladosan kula panjenengan sami badhe pikantuk kekiyatan lan kawibawanipun. Kuwaosing Roh Suci punika, saestu sampun wonten ing salebeting saben tiyang ingkang kanthi pamratobat sinarengan pitadosipun nampeni peladosan baptisan, inggih ing salebeting sarira panjenengan sedaya. Dados ing wekdal punika para sadherek sedaya kaatag wangsul malih kagem ndherek sesarengan makarya kaliyan Gusti lan sedaya kuwaosipun, ngewahi kawontenan jagad punika tumuju jagad ingkang kebak karaharjan, tumata tentrem, uwal saking karuwetan, gesang ing salebeting padhang, lan ngrasuk gesang ing salebeting berkah, karaharjan, sarta kekiyatan. Amin 20 Panduan Merayakan Liturgi Gereja Minggu, 17 Januari 2021 Minggu Biasa I- Minggu ke-2 Setelah Epifani (Hijau) TEMA PERAYAAN IMAN Dipanggil Untuk Berani Berkata dan Berkarya Tentang Kebenaran TUJUAN: 1. Umat diingatkan serta sadar kembali terhadap status hidupnya sebagai murid Yesus di dunia ini. 2. Umat kembali melaksanakan panggilan sebagai murid Yesus, berani bersaksi dan menyatakan kebenaran di bumi. DAFTAR BACAAN: Bacaan I Tanggapan Bacaan II Bacaan Injil : 1 Samuel 3:1-10, (11-20) : Mazmur 139:1-6, 13-18 : 1 Korintus 6:12-20 : Yohanes 1:43-51 DAFTAR AYAT LITURGIS Berita Anuggerah : Yesaya 50:4 Petunjuk Hidup Baru : Roma 10:9-10 Persembahan : Lukas 21:4 DAFTAR NYANYIAN LITURGIS Bahasa Indonesia Nyanyian Pujian : KJ 19:1-3 Nyanyian Penyesalan : KJ 28:1-3 Nyanyian Kesanggupan : KJ 306:1, 3 Nyanyian Persembahan : KJ 344:1Nyanyian Pengutusan : KJ376:1, 4 Bahasa Jawa: Kidung Pamuji Kidung Panelangsa Kidung Kesanggeman Kidung Pisungsung Kidung Pangutusan : KPJ 96:1, 4 : KPJ 84:1, 3 : KPJ 159:1-3 : KPJ 171:1: KPJ 353:1, 3 Pdt Sugeng Prasetya, S.Pd, S.Th, M.Div (GKJ Klaten) Khotbah Jangkep Januari 2021 21 DASAR PEMIKIRAN Keberanian berkata dan berkarya dengan menyandang sebutan sebagai orang Kristen pengikut Tuhan Yesus, menjadi seruan yang perlu ditekankan setiap waktu kepada seluruh jemaat, supaya jemaat selalu tergugah hatinya terhadap komitmen hidup imannya, eling lan waspadha (mawas diri), menjaga kesaksian dan kualitas hidup yang terbaik, serta hidupnya memberi dampak positif di tengah dunia. Status sebagai murid Yesus juga menjadi dasar pijakan hidup orang Kristen dalam menjaga nilai-nilai karakter luhurnya: kasih, murah hati, rendah hati, sukacita, sabar, jujur, damai dengan semua orang, tekun, giat bekerja, dan kebaikan yang lainnya. Melalui karakter luhur inilah peran sebagai garam dan terang dunia akan diwujudkan dan memberi dampak nyata di tengah dunia. Tutur kata dan karya orang Kristen sebagai sarana bersaksi, seharusnya akan nampak perbedaannya dengan yang dikerjakan orang pada umumnya. KETERANGAN BACAAN 1 Samuel 3:1-10, (11-20) Kitab 1-2 Samuel tidak bisa terpisah dengan Kitab 1-2 RajaRaja dalam PL (+ 600 SM). Melalui keduanya, rajutan sejarah bangsa Israel dan kepemimpinannya dapat tergambar secara utuh. Tiga tokoh sentral: Samuel, Saul dan Daud menjadi latar belakang sejarah kepemimpinan hingga kebangsaan bagi Israel baik statusnya sebagai umat pilihan Tuhan maupun salah satu bangsa di muka bumi ini. Nama kitab dan isi kisahnya diambil dari tokoh utamanya yaitu Samuel, seorang anak lelaki dari seorang ayah bernama Elkana dan ibu kandung Hana. Selain Hana, ada isteri Elkana yang lain yaitu Penina. Kelahiran Samuel tergolong unik, setelah 22 Panduan Merayakan Liturgi Gereja bertahun-tahun Hana belum hamil, suatu hari disaat Hana beribadah kepada Tuhan di Bait Allah yang di Silo, ia berdoa berlama-lama di halaman Bait Suci, hingga Imam Eli yang melihatnya menyangka bahwa ia mabuk. Namun Hana mengungkapkan isi hatinya kepada Imam Eli bahwa ia tidak mabuk tetapi sedang berdoa meminta kepada Tuhan agar diberi anak. Melalui Imam Eli, Tuhan mendengar doa Hana dan menjanjikan bahwa tahun depan ia akan mengandung dan melahirkan. Janji Tuhan Ya dan Amin, akhirnya Hana mengandung dan melahirkan anak laki-laki diberi nama Samuel. Pada bagian pasal 3 menceritakan perjalanan Samuel setelah beranjak besar, dimana dia oleh ibunya dipersembahkan kepada Tuhan dan tinggal bersama Imam Eli di Bait Allah. Sampai suatu hari Samuel mengalami perjumpaan dengan Tuhan Allah di dalam mimpinya. Mulai waktu itulah, Samuel diteguhkan bahwa dirinya dipilih dan diutus Tuhan untuk menjadi Nabi dan Hakim di tengah-tengah umat Tuhan yaitu bangsa Israel. Sekalipun waktu menerima peneguhan ini, Samuel masih tergolong anak yang masih kecil, namun panggilan dari Tuhan ini terus menggema di dalam hidup Samuel hingga masa dewasanya, ia sungguh-sungguh menggenapi dan menunaikan panggilan tersebut. Melalui mimpi ini juga, Samuel dalam masa mudanya langsung diperhadapkan dengan peristiwa penyimpangan hidup anak-anak Imam Eli, dan teguran keras dari Tuhan kepada Imam Eli dan keluarganya harus disampaikan oleh Samuel. Peristiwa itu bagi Samuel sebagai alat uji kemurnian batin dalam menyatakan kebenaran, artinya Samuel tetap harus dengan segala rasa hormat, namun tidak boleh sungkan sekalipun harus menegur orang yang jauh lebih tua ataupun punya pengaruh besar dan diseganinya. Hendaknya ya katakan ya, tidak katakan tidak. Mazmur 139:1-6, 13-18 Mazmur 139 ini merupakan syair berisi ungkapan isi hati Daud yang kagum kepada Tuhan Allah yang Maha Tahu. Kesadaran Khotbah Jangkep Januari 2021 23 ini dirasakan Daud sebagai suatu kekuatan tersendiri bagi hidupnya, dimana Daud yakin segala perbuatannya di bumi ini Tuhan mengetahuinya, maka hal ini membuat Daud menjadi lebih berhati-hati menjalani hidup ini, supaya segala yang diperbuatnya berkenan dihadapan Tuhan. Pada bagian ayat 13-18, Tuhan Maha Tahu digambarkan terkait dengan peristiwa kelahiran dan keberadan seseorang sebagai ciptaan, dari proses pembentukan sampai nasib orang tersebut di muka bumi, sudah diketahui oleh Tuhan. Pada bagian akhir Mazmur 139 ini, menjadi semacam rangkuman pengetahuan dan pengakuan Daud terhadap pribadi Tuhan Allah Yang Maha Tahu itu (Mazmur 139: 23, 24). Hidup di hadapan Tuhan Allah Yang Maha Tahu harus hidup apa adanya, tidak ada yang tersembunyi; maka selidikilah aku artinya biarlah hidup kita diawasi dan diperhatikan Tuhan, dengan harapan jika ada yang salah bisa langsung ditegur dan dibenarkan; ujilah aku artinya hidup kita siap diteliti kebenarannya; dengan harapan agar hidupnya senantiasa terkendali jauh dari kesalahan dan penyesatan. 1 Korintus 6:12-20 Surat Rasul Paulus kepada Jemaat Korintus ini berisi nasehat dan ajaran supaya jangan hidup di dalam percabulan. Menyampaikan nasehat serta ajaran yang berkaitan dengan etika kehidupan seperti ini bukan hal mudah, apalagi jika yang diajar dan dinasehati adalah orang-orang yang sudah kita kenal dan kita pandang kehidupan rohaninya sudah sedemikian matang; ada kekuatiran takut tersinggung atau dianggap terlampau masuk ke urusan pribadi. Namun ternyata bagi Paulus tidak demikian, dengan segala wibawa dan keyakinan Paulus mengajar, menegur dan menasehati dengan gamblang hal etika hidup orang Kristen dalam hal menjaga kekudusan hidup dari percabulan. 24 Panduan Merayakan Liturgi Gereja Ayat 12-20 secara utuh dan terperinci disampaikan Paulus sebagai nasehat dan teguran kepada orang-orang Kristen di Korintus supaya mereka kudus dan terhindar dari percabulan. Ayat 12-13: Paulus mengingatkan bahwa ada hal yang menajiskan dan mengkuduskan tubuh kita. Tegasnya bahwa belum tentu yang halal itu mesti berguna, dan yang baik itu mesti bermanfaat; tetapi Paulus mengajarkan supaya kita menjadi pribadi yang tidak mengikatkan diri dengan hal-hal lahiriah duniawi belaka. Ayat 14-18: hal-hal yang membuat kita bisa terikat harus dilepaskan, ingat bahwa manusia bukan hanya hidup di dunia, tetapi akan menuju keabadian kekal. Salah satu yang bisa mengikat manusia yaitu percabulan, ini harus dilepaskan, dengan cara kita diminta senantiasa mengikatkan diri kepada Tuhan, maka roh kita akan menjadi satu dengan Tuhan. Ayat 19-20: Kita diingatkan kepada nilai dasar hidup orang Kristen yang hakiki, yang bisa menjamin terlepasnya segala macam ikatan kita dengan hal lahiriah duniawi, karena hidup kita telah ditebus dan dibayar lunas oleh Tuhan Yesus, maka tubuh kita ini adalah bait Roh Kudus. Maka kita wajib memuliakan Allah dengan tubuh suci kita masing-masing. Yohanes 1:43-51 Kesaksian Yohanes Pembaptis, tertuang dan didokumentasikan abadi di dalam seluruh tulisan Injil Yohanes. Nilai penting yang tertulis dalam perikop bacaan ini yaitu peristiwa Yesus sedang memilih orang-orang untuk menjadi murid-muridNya. Ada diantara yang terpanggil menjadi murid Yesus, mereka sebelumnya murid Yohanes Pembaptis, salah satunya yaitu Andreas (Yoh 1:40). Demikian pula diantara murid-murid Yesus ada yang memiliki pertalian saudara. Cara dan peristiwa yang menyertai proses pemanggilan mereka masing-masing memiliki keunikannya. Filipus secara langsung diajak oleh Tuhan Yesus: “Ikutlah Aku.” (Yoh 1:43). Sementara yang lain oleh ajakan saudara-saudara mereka yang sudah lebih dahulu bertemu dan menjadi murid Khotbah Jangkep Januari 2021 25 Yesus. Seperti yang terjadi terhadap Natanael, diajak oleh Filipus dengan berita bahwa dia telah bertemu Yesus anak Yusuf dari Nasaret, sesuai isi yang tertulis pada Kitab Musa (ayat 45), namun Natanael meragukannya; hingga akhirnya saat Natanael bertemu langsung dengan Yesus, tiba-tiba Yesus sanggup menyatakan mengetahui dengan tepat keberadaan Natanael sebelum dia bertemu Yesus, yaitu berdiri di bawah pohon ara. Berdasarkan pernyataan ini, membuka mata hati Natanael, sebab ia kagum bagaimana Yesus bisa mengenal dan melihat keberadaannya dengan tepat jauh waktu sebelum ia bertemu Yesus. Hingga akhirnya Natanael yakin dan berucap: “Rabi Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel” (Yoh 1:49). Ini semua menunjukkan bahwa orang-orang yang dipilih oleh Tuhan Yesus untuk turut bekerja bersamaNya mewartakan kebenaran, berita sukacita, dan juga kesaksian tentang nama Tuhan Yesus Juruselamat Dunia, mereka adalah orang-orang biasa namun membuat keputusan yang luar biasa; yaitu mengikut Tuhan Yesus kemanapun Dia pergi, menjadi muridNya sekalipun harus meninggalkan keluarga, kampung halaman, pekerjaan, dan beraneka kesenangan pribadi, semua ditinggalkan demi keputusan menjadi pengikut dan murid Yesus yang sejati. POKOK DAN ARAH PEWARTAAN Menyampaikan secara menarik dan mendalam Injil Yohanes 1:43-51. Penekanan memperhatikan sikap orang-orang yang mau berkomitmen menjadi murid Yesus. Mereka orang-orang biasa tetapi mampu membuat keputusan hidup yang luar biasa. Dilanjutkan menyandingkan peristiwa pemanggilan para murid Yesus dengan Samuel dalam bacaan 1 Samuel 3:1-20. Berikan penekanan dan ambil sejumlah ayat-ayat kunci, bahwa Samuel juga orang biasa bahkan masih anak-anak, tetapi bersedia merespon panggilan Tuhan, ini contoh keputusan sikap yang luar biasa. 26 Panduan Merayakan Liturgi Gereja Melalui Mazmur 139 mengingatkan sikap mawas diri yang harus selalu dimiliki oleh setiap jemaat dalam menjaga kesucian hidup agar pantas untuk berkata dan berkarya sebagai wujud kesaksian hidup imannya. Serta (1 Korintus 6:12-20) standar moral bersedia hidup tidak sama dengan dunia, melepaskan diri dari segala keterikatan hawa nafsu kedagingan dan duniawi, dan mengikatkan diri kepada Tuhan; menjadi tekanan menuju kesimpulan dan penutup: berkata dan berkarya menjadi sarana menyatakan kesaksian iman dan kebenaran, akan terjadi jika nilai-nilai luhur karakter hidup orang Kristen senantiasa dijaga kualitasnya, maka hidupnya juga akan menjadi garam dan terang dunia. Khotbah Jangkep Januari 2021 27 KHOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA BERKATA DAN BERKARYA MENYATAKAN KEBENARAN “Shalom… Semoga Kasih dan Kemurahan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai hidup saudara sekalian.” Amin. Saudara-saudara yang terkasih, “berkata dan berkarya, menyatakan kebenaran” menjadi tema renungan kita saat ini. Namun kendala besar sering menghadang, bahkan memukul keras orangorang Kristen itu sendiri, bagaimana hal itu terjadi sedang mereka akan bersaksi menyatakan kebenaran, tetapi hidup mereka sendiri sedang hancur jauh dari kebenaran. Akibatnya kehilangan kekuatan, kesaksiannya tumpul, hidup di dalam keadaan iman yang suam-suam kuku. Tentu keadaan seperti ini melemahkan karya kesaksian, untuk itu mari kita segarkan kembali, panggilan kita masing-masing sebagai jemaat Kristus di dunia ini supaya kita semua bisa berkata dan berkarya menyatakan kebenaran dengan kuat dan gagah berani, tanpa dicacat dan dicela, bahkan berdampak bagi dunia. Mari kita simak bacaan Injil Yohanes 1:43-51, Yesus memilih dan memanggil sejumlah orang menjadi muridNya. Melalui peristiwa ini ada pelajaran yang bisa kita perhatikan bersama-sama, baik itu cara unik yang dipakai, orang yang dipilih, sampai respon yang diberikan oleh orang-orang tersebut saat Yesus memilih mereka menjadi muridNya. Seperti yang terjadi saat itu, ada seorang bernama Filipus; kepada orang ini Yesus berkata: “Ikutlah Aku” (ayat 43). Artinya secara aktif Yesus memilih dan mengajak supaya ia menjadi muridNya. Pertanyaannya, apakah ada sesuatu yang istimewa dengan Filipus? Apakah dia orang yang super pandai, berpengetahuan lebih, atau karena kesalehannya? Tidak ada yang bisa memastikan, namun yang jelas Filipus langsung merespon ajakan itu, bahkan langsung saja menghasilkan buah; yaitu ia bersaksi telah bertemu 28 Panduan Merayakan Liturgi Gereja dengan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus anak Yusuf dari Nazaret (Yoh 1:45). Kesaksian yang sangat sederhana, tidak memakai bahasa yang tinggi, teknik komunikasi masa, atau dengan suara menggelegar yang meggetarkan hati. Tetapi kesaksian Filipus membuat daya tarik tersendiri, sekalipun ditanggapi dengan penuh ragu dan sedikit sinis: “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?” begitu tanggapan Natanael salah seorang yang mendengar kesaksian Filipus tentang Yesus. Ternyata tidak masalah, bukan menjadi kerisauan bersaksi mendapat tanggapan yang seperti itu, bahkan tidak perlu khawatir kesaksian itu sia-sia. Hal itu pula yang terjadi dengan kesaksian Filipus, Natanael akhirnya tergerak sekalipun disertai ragu, tetap melangkah walau hanya sekedar didorong rasa penasaran, ingin berjumpa dengan Yesus yang disaksikan oleh Filipus. Luar biasa, Natanael datang mencari Yesus, Natanael melangkahkan kakinya menuju Yesus, dan akhirnya dia bertatap muka dengan muka di hadapan Yesus. Tidak berhenti disitu, Yesus dengan penuh antusias menegur sapa Natanael: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!" Tegur sapa ini menyentuh hati Natanael, ia merasa mendapat perhatian dan dikenal secara khusus oleh Yesus. Natanael heran bagaimana Yesus bisa menegenalnya? Selanjutnya lebih mengherankannya lagi, sebab Yesus bisa menyatakan dimana dia berada sebelum dia pergi bersama Filipus menghadap Yesus, dengan tepat Yesus menyampaikan keberadaan Natanel, yaitu berada di bawah pohon Ara (Yoh 1:48). Atas pengalaman unik ini pula, hati dan keyakinan Natanael di teguhkan hingga ia tersungkur sujud dan berucap: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!" Sesederhana kisah tersebut, wujud bersaksi melalui berkata dan berkarya menyatakan kebenaran itu bisa terjadi, tanpa beban Khotbah Jangkep Januari 2021 29 yang lebih berat dari beban yang berupa apa yang kita takutkan. Tanpa syarat yang rumit, sesimpel ajakan Yesus:”Ikutlah Aku” berkata dan berkarya menyatakan kebenaran terjadi. Lalu jika demikian apa yang sebenarnya menjadi penghalang saudara bisa bersaksi, berkata dan berkarya menyatakan kebenaran? Sebagian orang menjadi tumpul untuk bersaksi, yang lainnya kehilangan keberanian berkata-kata tentang kebenaran, dan mungkin yang lain menganggap begitu berat dan menakutkan bagi orang Kristen jika ia harus bersaksi dalam kata dan karya untuk menyatakan kebenaran di dunia ini. Ingat saudara, di hadapan Tuhan Yesus kita ini telah dipilih, diselamatkan, dan dilengkapi dengan Roh Kudus di dalam seluruh hidup kita. Bahkan diutus untuk bersaksi, itu sudah menjadi kemestian atas hidup kita. Jadi mari kita melepas segala hal yang membuat keberanian dan kekuatan kita bersaksi bisa pulih dan senantiasa ada di hidup ini. Pertama, lepaskan jiwa kita dari keterikatan hawa nafsu, keberdosaan, terutama percabulan. Terhadap hal-hal ini, jika kita masih terbelenggu dan terikat olehnya; maka kebenaran hidup kita akan ternoda, cahaya hidup kudus kita akan tercemar hingga tidak bisa terpancar kedamaian dan sukacita dari wajah, tutur kata, dan karya kita, karena hidup kita tidak dalam keadaan tulus dan murni. Harga hidup kita yang ternoda oleh dosa itu, kini telah lunas ditebus dan dibayar dengan pengorbanan darah yang mahal, kudus, tak bercacat dan bernoda yaitu darah Tuhan Yesus yang sama dengan darah anak domba yang dikorbankan. Lepaskan hidup ini dari keterikatan terhadap segala bentuk kecemaran dan dosa. Kedua, buatlah jiwa kita selalu terikat kepada Tuhan, dengan sikap memiliki relasi yang mendalam, mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi, bergaul dan beribadah didalam roh, supaya roh kita dipersekutukan dengan Roh Tuhan, sehingga 30 Panduan Merayakan Liturgi Gereja hidup kita akan berkekuatan, penuh wibawa Ilahi, punya keberanian penuh untuk bersaksi dalam kata dan karya. Ketiga, menjaga kata dan karya yang kita lakukan berdasar nilai luhur iman Kristen; berkata dan berkarya dengan ketulusan, kejujuran, rendah hati, melayani, mengasihi, mengampuni, tidak merugikan, memberi dampak terhadap kehidupan dengan sesama yang bersifat melestarikan, membaharui, mendorong kemajuan, membela yang lemah, mengupayakan kesejahteraan sosial, dan mengembangkan kehidupan yang baik di tengah kebersamaan. Saudara-saudara sekalian, kesaksian kita di dalam kata dan karya menyatakan kebenaran, keberhasilannya bukan masalah berapa banyak, besar, dan viralnya hasil, tetapi keberhasilan itu ditentukan saat kita bersedia melakukan kesaksian tersebut dalam segala keterbatasan, apa adanya diri kita saat bersaksi, tidak perlu menunggu menjadi orang yang super sempurna tanpa cacat dan cela, namun lahirkan kesaksian yang berasal dari isi batin hasil pengalaman dan perjumpaan kita dengan karya Tuhan dan segala keajaibanNya yang terjadi di dalam hidup kita. Roh Kudus tidak jauh dari hidup saudara, Dia akan menolong dan memampukan untuk menyatakan setiap kesaksian tersebut. Ingat, kesaksian Filipus dipakai Roh Kudus untuk menggerakkan hati Natanael hingga akhirnya percaya dan menjadi murid Yesus; Samuel dalam kemudaannya oleh tuntunan Roh Allah dimampukan menyatakan kebenaran dengan tepat bagi Imam Eli dan keluarganya, sekalipun isi pernyataannya penuh resiko dan membawa ketidaknyamanan sebagai yang muda menegur orang yang lebih tua dan terhormat; namun Samuel menyelesaikan semua dengan tepat. Kini waktunya bagi saudara sekalian, kembali memulai untuk berani bersaksi melalui kata dan karya menyatakan kebenaran di dunia. Amin. Khotbah Jangkep Januari 2021 31 KHOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA NGENDIKA LAN MAKARYA MRATELAKAKEN KAYEKTEN “Syalom... Mugi Sih lan kamirahan saking Gusti Yesus Kristus tansah wontena ing gesang para sedherek sadaya.” Amin. Para sedherek ingkang kinasih, Ngendika lan Makarya Mratelakaken Kayekten dados irah-irahan renungan wekdal punika. Ananging pepalang ageng asring dados sandhungan, malah nggebug tiyang-tiyang Kristen punika piyambak, kadospundi perkawis punika dumadosipun, ing pundi sagedipun badhe mbabaraken paseksi lan nyuwantenaken kayekten, menawi gesangipun piyambak risak lan tebih saking kayekten. Akibatipun kecalan daya kekiyatan, paseksinipun kethul, gesang pangandelipun kirang mantep. Temtu kawontenan kados mekaten punika ngringkihaken daya paseksi kita, awit mekaten sumangga kita segeraken malih timbalan kula panjenengan sedaya minangka pasamuwanipun Kristus ing jagad punika, supados kula panjenengan sedaya saged mbabar pangandikan lan pakaryan mratelakaken kayekten kanthi kiyat lan sembada, tanpa dipuncacat lan dipundaksia, malah saged ndayani bab ingkang sae dhateng jagad punika. Selajengipun sumangga kita suraos sesarengan Injil Yohanes 1:43-51, Gusti Yesus miji lan nimbali sawetawis tiyang dados muridipun. Saking kedadosan punika wonten piwucal ingkang saged kita gatosaken sesarengan, sae punika caranipun nimbali ingkang karaos unik, piyantun ingkang kapiji, ngantos caranipun saben piyantun anggenipun nanggepi nalika Gusti Yesus miji tiyang punika dados muridipun. Kados ingkang kelampahan kala semanten, wonten ingkang nami Filipus; dhateng piyambakipun Gusti Yesus ngendika: “Melua Aku” (ayat 34). Tegesipun secara aktif saha langsung Gusti Yesus piyambak ingkang miji lan ngajak supados Filipus dados muridipun. Pitakenanipun, punapa wonten perangan istimewa 32 Panduan Merayakan Liturgi Gereja tumrap dhirinipun, ugi punapa piyambakipun punika piyantun super lantip, gadhah ngelmu linuwih, utawi awit gesangipun kebak ing kesalehan? Boten wonten ingkang saged mesthekaken, namung ingkang cetha Filipus lajeng nanggepi pangajak dados muridipun Gusti Yesus; malah langsung ngasilaken uwoh ing pakaryanipun; inggih punika paseksi sampun pinanggih kaliyan Panjenenganipun, ingkang sinebat dening Nabi Musa ing salebeting Kitab Taurat lan dening para nabi, inggih punika Gusti Yesus putraning Yusuf saking Nazaret ( Yoh 1:45). Paseksi ingkang sanget prasaja, boten ngginakaken basa ingkang muluk-muluk, mawi teknik komunikasi massa, utawi ngagem swanten sora ingkang damel getering ati. Nanging paseksinipun Filipus gadhah daya tarik piyambak, sanadyan dipuntanggepi kanthi kebaking raos mangu-mangu lan kepara sinis: “Apa ana barang kang becik saka Nasaret?” Mekaten tanggepaning Natanael salah setunggaling piyantun ingkang ndherek mireng paseksinipun Filipus bab Gusti Yesus. Nyatanipun boten masalah, boten dados kuwatir mbabar paseksi pikantuk tanggapan ingkang kados mekaten, ugi boten nguwatosi bilih paseksinipun badhe muspra. Perkawis punika ingkang kelampahan wonten paseksinipun Filipus, ngantos wusananipun Natanael osik manahipun sanadyan ta sinarengan raos mangu-mangu, nanging tetep jumangkah nadyan sadermi kabereg raos penasaran, kepingin pinanggih kaliyan Gusti Yesus ingkang paseksinipun kacariyos dening Filipus. Saestu ngedab-edabi, Natanael marek madosi Gusti Yesus, sukunipun jumangkah tumuju dhateng Gusti Yesus, lan ing wusana piyambakipun pinanggih aben ajeng kaliyan Gusti Yesus. Boten namung dumugi ing ngriku, Gusti Yesus kanthi kebaking raos sumanak uluk salam nyapa dhateng Natanael: “Lah, iku wong Israel sejati, kang ora kadunungan cidra.” Sapa aruh punika njamah manahipun Natanael, piyambakipun rumaos pikantuk kawigatosan Khotbah Jangkep Januari 2021 33 lan dipuntepangi secara khusus dening Gusti Yesus. Natanael nggumun kadospundi Gusti Yesus saged nepangi piyambakipun? Lan selajengipun langkung nggumunaken piyambakipun malih, awit Gusti Yesus saged nyariyosaken ing pundi piyambakipun dumunung saderengipun kesah sesarengan Filipus marek Gusti Yesus, kanthi trep Gusti Yesus ngandharaken dunungipun Natanael, inggih wonten ing sangandhaping uwit anjir/ara (Yoh 1:48). Saking pengalaman unik punika ugi, batin lan piandelipun Natanael dipunteguhakan ngantos piyambakipun sumungkem sujud lan munjuk matur: “Rabi, Panjenengan punika Putraning Allah, Panjenengan punika Rajanipun Israel.” Saprasajaning lampah cariyos kasebat, wujud paseksi lumantar pangucap lan pakaryan mratelakaken kayekten punika saget dumados, tanpa momotan ingkang linangkung awrat ingkang kita ajrihi. Tanpa sarat rumit, saprasaja pangajakipun Gusti Yesus: ”Melua Aku” pangucap lan pakaryan mratelakaken kayekten punika saged dumadi. Lajeng menawi mekaten punapa sejatinipun ingkang dados pepalang kagem para sedherek sedaya sagedipun paseksi, ngucap lan makarya mratelakaken kayekten punika saged kelampahan? Saperangan tiyang dados kethul paseksinipun, ingkang sanes kecalan kekendelan wicanten bab kayekten lan mbok bilih sanesipun gadhah pemanggih kadospundi awrat lan ngajrih-ajrihi tumrap piyantun Kristen menawi piyambakipun kedah paseksi ing pangucap lan pakaryan kagem mbabar kayekten ing jagad punika. Emut para sedherek, ing ngarsanipun Gusti Yesus, kula panjenengan sedaya punika sampun pinilih, kawilujengaken, lan dipunjangkepi kanthi Roh Suci ing salebeting gesang panjenengan lan kula. Malah dipunutus kagem paseksi menika sampun dados pepesthen ing atas gesang kula panjenengan sedaya. Dados sumangga kula panjenengan sedaya ngrucat sedaya perkawis ingkang 34 Panduan Merayakan Liturgi Gereja ndadosaken kekendelan saha kekiyatan kula panjenengan paseksi saged pulih lan tansah wonten ing gesang punika. Ingkang sepisan, ngrucat jiwa punika saking sedaya jireting hawa nepsu, patrap dosa, utaminipun laku cabul. Tumrap perkawisperkawis punika, menawi kula panjenengan sedaya taksih kablenggu lan kaiket ing kuwasanipun, pramila kayekten gesang kula penjenengan badhe kajemberan, cahya gesang suci kula panjenengan badhe jember, ngantos boten saged mancaraken katentreman lan kabingahan saking pasuryan, pitembungan, lan pakaryan kula panjenengan sami.; awit gesang kula panjenengan sami boten saged ing kawontenan tulus lan murni. Bobot regining gesang kula panjenengan sami ingkang kajemberan dosa punika, samangke sampun lunas dipuntebus lan dipunbayar sarana pangorbananing rahipun Gusti Yesus ingkang sami kaliyan rahipun cempe ingkang kinorbanaken. Sumangga gesang punika dipunuwalaken saking jireting dosa lan sedaya ingkang jember. Kaping kalih, jiwa kula panjenengan sami punika, dipun budidaya tansah kaiket nyawiji dhateng Gusti Allah; kanthi sikep gadhah patunggilan ingkang lebet, nresnani Gusti Allah kanthi sawetahing manah, jiwa, lan akal budi; mbangun pitepangan kaliyan Gusti ing salebeting pangabekti ingkang lumampahipun ing salebeting roh, supados roh kula panjenengan sami dipuntunggilaken kaliyan Rohipun Gusti Allah; satemah gesang kula panjenengan sami badhe kagungan kekiyatan, kebak ing wibawaning Allah, kagungan kekendelan wetah kagem paseksi ing salebeting tembung lan pakaryan. Ingkang kaping tiga, tansah njagi pitembungan lan pakaryan ingkang kula panjenengan sami tindakaken tansah adhedhasar nilai luhur iman Kristen; mangucap lan makarya kanthi tulus, jujur, lembah manah, lelados, nresnani, nngpunteni, boten damel Khotbah Jangkep Januari 2021 35 rugi, paring daya pangaribawa dhateng gesang sesami ingkang asipat nglestarekaken, nganyaraken, mbereg kemajengan, mbelani ingkang ringkih, mbudidaya kesejahteraan sosial, lan mbangun gesang ingkang becik ing tengah gesang sesarengan. Para sedherek sedaya, paseksi kula panjenengan sami ing wujud tembung lan pakaryan mratelakaken kayekten, kasilipun punika boten masalah sepinten kathahipun, agengipun, lan sumebar (“viral”)-ipun asil; ananging kasilipun punika katemtemtokaken nalika kula panjenengan sami sumedya nindakaken paseksi ing salebeting winatesing gesang kita, menapa wontenipun gesang kita nalika paseksi, boten perlu nengga dados piyantun ingkang super sempurna tanpa cacat lan cidra, nanging nglairaken paseksi ingkang asalipun saking isining batin awit wohing olah pengalaman lan patunggilaning gesang kaliyan pakaryaning Gusti Allah saha sedaya kaeramanipun ingkang dumadi wonten ing gesang kula panjenengan sami. Roh Suci boten tebih saking gesang panjenengan, badhe mitulungi lan nyagedaken kagem mratelakaken saben paseksi punika. Emut para sedherek, paseksinipun Filipus dipunagem dening Roh Suci kagem ngosikaken manahipun Natanael ngantos pitados lan dados muridipun Yesus; Samuel ing kawontenan anemipun dening tuntunaning Roh Allah dipunsagedaken mratelakaken kayekten kanthi jumbuh kagem Imam Eli lan brayatipun, sanadyan isi paseksinipun kebak resiko lan ndadosaken kawontenan boten sekeca minangka piyantun anem caos pameleh piyantun ingkang linangkung sepuh lan kinurmat. Ananging Samuel saged ngrampungaken sedaya kanthi sae. Sapunika wekdal kagem kula penjenengan sami, wangsul miwiti supados kebak ing kekendelan mbabar paseksi, lumantar pitembungan saha pakaryan mratelakaken kayekten ing jagad. Amin. 36 Panduan Merayakan Liturgi Gereja Minggu, 24 Januari 2021 Minggu Biasa II-Minggu ke-3 Setelah Epifani (Hijau) TEMA PERAYAAN IMAN Keseimbangan Hidup Sorgawi dan Duniawi TUJUAN: 1. Menciptakan cara pandang yang benar terhadap nilai-nilai hidup surgawi dan kehidupan di dunia. 2. Menjelaskan tanggung jawab kehidupan di dunia dengan menerapkan tata nilai surgawi, supaya dunia dipenuhi kesejahteraan dan syalom Ilahi. DAFTAR BACAAN: Bacaan I Tanggapan Bacaan II Bacaan Injil : Yunus 3:1-5,10 : Mazmur 62:6-13 : 1 Korintus 7:29-31 : Markus 1:14-20 DAFTAR AYAT LITURGIS Berita Anuggerah : Yohanes 17:15-17 Petunjuk Hidup Baru : Yohanes 17:18 Persembahan : 1 Tesalonika 5:18 DAFTAR NYANYIAN LITURGIS Bahasa Indonesia Nyanyian Pujian : KJ 4:1-3 Nyanyian Penyesalan : KJ 39:1,2 Nyanyian Kesanggupan : KJ 440:1-3 Nyanyian Persembahan : KJ 450:1Nyanyian Pengutusan : KJ 363:1,2 Bahasa Jawa Kidung Pamuji Kidung Panelangsa Kidung Kesanggeman Kidung Pisungsung Kidung Pangutusan : KPJ 89:1,2 : KPJ 55:1,2 : KPJ 124:1,3 : KPJ 186:1: KPJ 355:1,2 Pdt Sugeng Prasetya, S.Pd, S.Th, M.Div (GKJ Klaten) Khotbah Jangkep Januari 2021 37 DASAR PEMIKIRAN Semakin hari pola dan bahkan gaya hidup manusia dari generasi ke generasi menunjukkan kecenderungan yang sama, hingga melahirkan budaya hidup manusia modern yang semua serba cepat, memanfaatkan teknologi untuk menciptakan kecerdasan buatan yang semakin hari menjadi bagian hidup manusia itu sendiri. Tata nilai terhadap hidup juga turut mengalami perubahan warna dan bahkan kiblat ukurannyapun berganti. Sikap dan perilaku orang pasti ikut terhempas arus kemodernan zaman sehingga ikut mengalami pergeseran. Tidak luput dari semua itu, hidup etika, moral, dan spiritual juga turut dalam perubahan. Wajah manusia menjadi sangat tidak seimbang, yang semestinya adalah makhluk religius, berubah menjadi sangat sekuler; kodrat sebagai makluk sosial berganti menjadi individualis bahkan egois; mengagungkan hal-hal kebendaan yang sangat materialis dan meninggalkan nillai-nilai spiritualis yang jauh bernilai luhur dan abadi. Sifat duniawi semakin menguasai vs watak sorgawi semakin dijauhi mungkin karena dipandang irasional. Pewartaan Minggu ini, menjadi sarana menggugah kesadaran setiap pendengarnya, supaya jalan hidup manusia dikembalikan pada kiblatnya. Ajakan untuk hidup dalam keseimbangan, serta membangun nilai harapan bersama agar manusia kembali didalam segala keluhuran dan kemuliannya sebagai ciptaan sempurna dari Sang Ilahi. KETERANGAN BACAAN Yunus 3:1-5,10 Kisah Yunus, adalah suatu kisah tradisi di dalam Kitab Suci yang diyakini setiap pembacanya sebab memiliki korelasi histori dengan kehidupan Umat Pilihan Tuhan yaitu orang-orang Yahudi dengan hak kesulungan penerima warisan tanah perjanjian dan pemegang status sebagai umat pilihan TUHAN. Keselamatan 38 Panduan Merayakan Liturgi Gereja ekslusif yang dijiwai Yunus sebagai keturunan Yahudi asli, menjadi penghalang mengapa tugas besar menyerukan pertobatan bagi keselamatan bangsa lain yaitu orang-orang Niniwe sempat berbelok tujuannya, hingga Yunus harus dibuang dari kapalnya dan dimangsa ikan besar di tengah lautan. Sampai akhirnya oleh kedaulatan TUHAN, Yunus dimuntahkan dari perut ikan besar itu ke daratan. Kasih TUHAN Allah untuk semua orang, menjadi dasar utama seruan pertobatan bagi Niniwe. TUHAN Allah tidak menghendaki kebinasaan tetapi pertobatan, supaya ada keselamatan bagi setiap manusia yang diciptakanNya. Atas kehendak inilah, TUHAN Allah mengutus Yunus menyerukan pertobatan orang-orang Niniwe. Seruan pertobatan itu diperhatikan, didengar, dan di tanggapi oleh orang-orang Niniwe, baik itu raja, orang dewasa, anak-anak, sampai seluruh makluk yang ada di Niniwe dibawa dalam pertobatan yang mendalam kepada TUHAN Allah. Tetapi bagi Yunus ini tidak sesuai isi dan pandangan hatinya. Yunus memandang tidak ada bangsa lain yang bisa hidup besar, menerima kebaikan TUHAN, dan diberi keselamatan keculi suku bangsanya saja. Karena itu ia mencoba menghindar saat TUHAN mengutusnya ke Niniwe namun ia malah berangkat ke Tarsus. Mazmur 62:6-13 Mazmur ini berisi ungkapan kagum kepada kebesaran TUHAN dalam memberi perlindungan dan keamanan, sehingga pemazmur merasa tenang dekat dengan TUHAN (ay 1-3). Lebih jelas lagi isi hati pemazmur dalam menyampaikan pengalamannya berlindung kepada TUHAN dan mendapatkan rasa tenang itu seutuhnya tertulis di (ay 6-9). Pengalaman merasakan perlindungan dari TUHAN ini dimiliki pemazmur disaat ia sedang menghadapi orang-orang yang berlaku mengancam, merancangkan kejatuhan, berlaku tidak adil dan bahkan congkak terhadap pemazmur sendiri. Melalui pengalaman Khotbah Jangkep Januari 2021 39 tersebut, pemazmur menemukan tempat berlindung bagi jiwanya sehingga memperoleh ketenangan. Pada bagian akhir (ay 11), ada nasehat supaya hidup ini jangan bergantung dan melekat pada harta kekayaan, apalagi kekayaan hasil pemerasan, kecurangan, dan perampasan. 1 Korintus 7:29-31 Surat Paulus kepada jemaat di Korintus memiliki pesan moral tentang standar hidup jemaat Kristus di dunia. Pesan ini hasil refleksi terhadap semua pengajaran Tuhan Yesus dan pergumulan jemaat di kota Korintus khususnya. Pada bacaan 1 Korintus 7:29-31, merupakan sebagian dari nasehat dan ketetapan yang dituliskan Paulus mengenai hidup seperti waktu dipanggil menjadi jemaat Yesus Kristus. Keadaan hidup mereka waktu dipanggil secara lahiriah biarkanlah seperti apa adanya. Tetapi keadaan mereka secara rohani, dari hari ke hari hidupnya harus semakin menyatakan perubahan menjadi serupa dengan Yesus Kristus dan semakin berorientasi pada hidup abadi. Berlaku hidup ‘seolah-olah’ menjadi pesan pada bagian ay 29-31. Sikap hidup demikian diambil sebagai bentuk sedang menempatkan prioritas utama menjaga jaminan hidup abadi diatas segala kepentingan hidup di dunia ini. Hal ini dengan alasan waktu yang semakin singkat dan beraneka ragam keterikatan bisa terjadi, terikat dengan: anak dan istri, harta kekayaan, dan segala macam harta milik yang duniawi ini. Terutama keterikatan yang berakibat melemahkan nilai-nilai abadi yang seharusnya dipegang teguh. Markus 1:14-20 Ayat 14-15, merupakan inti pesan pewartaan Yesus atas orangorang pada saat itu: Bertobatlah dan percayalah kepada Injil, kerajaan Allah sudah dekat. Seruan pertobatan ini merupakan seruan lanjutan yang dilakukan oleh Yesus, setelah Yohanes si 40 Panduan Merayakan Liturgi Gereja Pembaptis dan Pengkhotbah padang gurun itu mati dipenggal kepalanya oleh Herodes, ternyata tidak menyurutkan Yesus untuk tetap menyuarakan seruan yang sama. Selanjutnya untuk mewartakan pertobatan serta isi Injil kepada seluruh dunia, Yesus mengajak serta orang-orang menjadi muridNya. Ayat 16-20, menjadi catatan peristiwa detail bagaimana satu persatu murid Yesus dipanggilNya. Termasuk dua orang murid yang bernama Simon dan Andreas, semula mereka adalah nelayan penjala ikan, lalu dipanggil oleh Yesus untuk menjadi muridNya dan diutus untuk menjadi penjala manusia (ay 17). Kemudian Yesus juga memanggil murid-murid yang lainnya yaitu: Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes. Respon mereka hampir sama, yaitu masing-masing bergegas meninggalkan jala dan perahu mereka, serta mengikut Yesus kemanapun Dia pergi. Setiap murid ini gambaran kehidupan orang yang bisa memadukan antara bobot hidup dunia dan sorgawi, yang mereka lakukan adalah peristiwa di muka bumi, namun bernilai sorgawi. POKOK DAN ARAH PEWARTAAN Mengangkat fakta gaya hidup manusia di zaman modern ini, terutama gaya hidup materialis, hedonisme, dan keduniawian. Kesuksesan seorang menjalani hidup di dunia ini selalu diukur dari sudut pandang tersebut; arti dan makna hidup itu sendiri menjadi sangat tipis; semua di ukur berdasarkan materi, uang, dan kekayaan. Mengingatkan panggilan Tuhan Allah kepada setiap orang, baik panggilan untuk hidup didalam pertobatan, sampai panggilan didalam melaksanakan perintah TUHAN: mewartakan pertobatan dari dosa serta keselamatan di dalam Nama Tuhan Yesus dan memelihara iman setiap umatNya. Menyegarkan komitmen jemaat untuk bersedia menjadi penjala manusia, meninggalkan segala macam keterikatan dengan Khotbah Jangkep Januari 2021 41 hal-hal duniawi, mengikatkan diri dengan TUHAN didalam karya pelayanan, dan selalu menjadi agen meluaskan warta kerajaan Allah di muka bumi. Yang terakhir, mengajak jemaat memiliki kesadaran penuh bahwa Tuhan Yesus telah mendengar dan senantiasa menolong hidup mereka sampai selama-lamanya. Sehingga jemaat bisa menghidupi kehidupan di bumi ini, untuk membangun pengharapan surgawi. 42 Panduan Merayakan Liturgi Gereja KHOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA KESEIMBANGAN HIDUP SORGAWI DAN DUNIAWI Salam Sejahtera, saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus. Fakta tentang kehidupan manusia di dunia modern akhir tahun 2019 silam hingga pertengahan tahun 2020, diperhadapkan dengan fenomena yang membuat semua orang di seluruh muka bumi ini tercengang. Fenomena yang di picu oleh pandemi corona covid-19 mengubah seluruh sendi kehidupan modern tanpa kecuali; semua orang tanpa memandang wilayah hunian, suku bangsa, agama, tingkat peradaban dan kemoderenannya, strata ekonomi, budaya, dan yang lainnya. Terhadap pandemi ini tidak ada yang sanggup menaklukkan sekalipun dengan tingkat kecerdasan dan tingginya ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia di muka bumi ini. Lockdown...bukan sekedar cara memutus mata rantai, tapi juga bentuk dan bukti pukulan dahsyat pandemi ini berdampak melumpuhkan semua sendi kehidupan. Hiruk pikuk manusia modern dengan segala kebisaannya di segala sendi kehidupan, seketika terdiam; seolah tidak berdaya dan tidak punya apa-apa untuk di agung-agungkan. Kodrat dasar hidup manusia tersentil untuk kembali pada kiblatnya sebagai ciptaan sempurna namun penuh dengan kekurangan dan keringkihannya pula. Sebagai makhluk sosial namun sudah sedemikian rupa jatuh kedalam sikap individual, dan baru sadar kehilangan kodrat sebagai makluk sosial justru disaat segala sesuatu yang bersifat sosial dibatasi pelaksanaannya: tidak boleh berjabatan tangan dengan setiap orang, duduk harus dibuat berjauhan, pertemuan berkelompok dengan sejumlah orang termasuk pertemuan ibadah harus dihindarkan, sebaliknya dulu perjumpaan dengan anggota keluarga hanya mendapat porsi Khotbah Jangkep Januari 2021 43 waktu seluangnya saja, kini setiap hari tinggal, bekerja, belajar dan bahkan beribadah pun di rumah bersama keluarga. Dulu hampir seluruh hari dipergunakan untuk beraktifitas meninggalkan rumah, namun saat dilanda pandemi corona semua harus mau berada di rumah. Keadaan itu memaksa setiap manusia untuk menyadari betapa berharga dan istimewanya arti hidup sebagai makluk sosial di hadapan Tuhan dan sesama. Rasa merindukan adanya pertemuan, berjabatan tangan, tegur sapa dan canda tawa dengan sanak saudara sekalian menjadi kebutuhan yang membangkitkan kesadaran manusia menghargai luhurnya arti kehidupan itu sendiri. Harta kekayaan, jabatan, dan segala hal keduniawian disadari bukan jaminan yang mampu menjawab pergumulan hidup manusia, dan kesadaran setiap orang untuk kembali mencari hadirat TUHAN sebagai Pribadi Ilahi yang diandalkan mulai bernyala di hati setiap orang: mereka yang selama ini jarang berdoa, pergi beribadah, membaca Kitab Suci, memuji Tuhan; kini dengan segala kesadaran mencari TUHAN dalam laku ibadah mereka bahkan bersama-sama keluarga masing-masing. Pertobatan tidak ada batas waktunya untuk disebut terlambat. Semua bentuk perubahan dari kerusakan menuju kebaikan, keberdosaan menuju kekudusan, di hadapan TUHAN semua berlangsung tanpa batas waktu dan tidak ada kata terlambat. Bacaan Kitab Yunus 3:1-5,10 mencontohkan pertobatan tanpa batas waktu. Raja dan seluruh rakyat Kota Niniwe menerima teguran dan sekaligus kesempatan untuk bertobat dari segala dosa dan kesalahannya kepada TUHAN. Melalui Yunus seruan pertobatan dan pengampunan akan diterima Niniwe jika ada pertobatan, berita ini disuarakan TUHAN dengan tujuan penyelamatan. TUHAN menciptakan seluruh umat manusia di muka Bumi ini, tidak untuk dibinasakan tetapi diselamatkan. 44 Panduan Merayakan Liturgi Gereja Keselamatan dari TUHAN itu berlaku untuk semua orang, atas semua suku bangsa di dunia, dan keselamatan yang membawa kedamaian. Niniwe luar biasa, saat seruan untuk bertobat itu diterima, dari Raja sampai seluruh rakyatnya bahkan binatang dan orang-oarang yang ada di tengah keluarga masing-masing langsung merendahkan diri dalam pertobatan dan penyesalan yang sangat mendalam di hadirat TUHAN. Pertobatan dan penyesalan dengan segala kerendahan hati itu digambarkan dengan sikap: berpuasa, mengenakan kain kabung, dan duduk dilantai diatas abu (Yunus 3:5); disertai penyesalan dan pengakuan atas dosadosa mereka kepada TUHAN. Akhirnya TUHAN berkenan menerima pertobatan Niniwe dan diselamatkan (Yunus 3:10). Bentuk pertobatan bagi orang Kristen pada saat ini, seperti yang diajarkan Rasul Paulus kepada Jemaat di Kota Korintus, tertulis di dalam bacaan 1 Korintus 7:29-31. Pertobatan itu bukan persoalan perubahan wujud fisik, keadan status seseorang belaka; namun lebih kepada perubahan batin, karakter hidup yang baru, dan kerelaan melepaskan diri dari segala keterikatan terhadap hal-hal duniawi. Paulus juga mengajarkan wujud hidup didalam pertobatan itu berupa prinsip hidup: ”seolah-olah.” Artinya saat kita masih hidup di dunia ini, namun kita bersikap seolah-olah sudah selayaknya menjalani hidup didalam kekekalan; sikap ini perlu dimiliki agar jangan ada seorang pun yang sudah percaya kepada Tuhan Yesus serta menerima pembaruan hidup dalam pertobatannya, namun selama masih tinggal di dunia ini hidupnya kembali terikat dengan hal-hal yang fana dan terlepas dari pengharapan hidup abadi yang penuh kesempurnaan nanti. Inilah masa penantian yang waktunya hanya singkat saja kata Paulus, maka jangan sampai kita melepaskan diri dari karya penyelamatan yang sudah dianugerahkan TUHAN kepada setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan penebus dosanya. Khotbah Jangkep Januari 2021 45 Sedangkan Tuhan Yesus sendiri mengajarkan dengan jelas di dalam Injil Markus 1:14-20 bahwa kehidupan manusia di dunia ini harus diikuti dengan keyakinan bahwa di dalam Nama Yesus barang siapa yang bertobat dan percaya kepadaNya ia akan dikaruniai keselamatan. Percaya dan bertobat ini harus dilakukan secepatnya, mumpung masih ada waktu sebelum tiba pada saatnya Kerajaan Allah itu akan datang kedunia. Hal ini mengandung arti bahwa sekalipun kita masih hidup di bumi, tetapi pengharapan akan turut serta menerima mahkota kemuliaan dari TUHAN dan tinggal kekal di KerajaanNya harus selalu diingat, dinanti dan diharapkan kedatangannya, serta menjaga agar hidup iman kita tidak tergoyahkan oleh beraneka ragam peristiwa yang bisa melemahkan iman. Merenungkan dan merangkai setiap sumber bacaan tersebut, membawa kita pada kesimpulan ajaran yang bisa kita petik intinya sebagai berikut: Pertama, anugerah penyelamatan manusia dari segala kerusakan dan kebinasaan karena dosa telah diberikan TUHAN melalui Yesus Kristus sebagai penebus dosa dan Juruselamat manusia. Kedua, setiap orang yang sudah bertobat dan percaya kepada Yesus sebagai TUHAN dan Juru selamatnya, wajib menjalani kehidupan di dunia ini dengan seimbang. Selalu memelihara imannya, tidak mudah goyah terhadap segala godaan di dunia, mengisi hidup dengan pertobatan, serta melepaskan diri dari segala pengaruh dunia dan berbuat “seolah-olah” tidak memiliki harta dunia, terikat oleh beragam status, dan tidak mempunyai hak milik terhadap harta dunia. Ketiga, untuk menjaga kehidupan dunia seimbang dengan harapan hidup surgawi; yang diperlukan adalah membangun pertobatan sepanjang waktu ketika kita masih hidup di bumi ini. 46 Panduan Merayakan Liturgi Gereja Saudara sekalian yang terkasih di dalam nama TUHAN Yesus Kristus, Mewujudkan keseimbangan hidup duniawi dengan surgawi, juga bisa tercermin dari sikap orang-orang yang dipanggil dan dipilih menjadi murid Yesus, diantaranya Simon dan Andreas. Mereka adalah para nelayan yang sehari-harinya bekerja menjala ikan di danau Galilea. Mereka dipanggil dan dipilih oleh Yesus untuk menjadi muridNya, dan Yesus berkata kepada mereka: “Mari ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” mereka langsung menanggapi dan menerimanya (Markus 1:18) bahkan meninggalkan jala dan pekerjaan tersebut. Peristiwa ini menggambarkan bagaimana pekerjaan sorgawi menjadi murid dan mengikut Yesus menjadi pilihan yang berharga, menjadi penjala manusia lebih utama dari pada penjala ikan, yang surgawi dan abadi mendapat perhatian diatas yang duniawi dan fana. Bagaimana dengan hidup saudara? Sudahkan kehidupan duniawi seimbang dengan sorgawi? Atau mana yang lebih utama memberikan tenaga, pikiran, waktu, harta untuk hal-hal duniawi atau dengan segala kerelaan saudara tinggalkan hal-hal duniawi dan: “Mari ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Amin. Khotbah Jangkep Januari 2021 47 KHOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA KESEIMBANGAN GESANG KASWARGAN LAN KADONYAN Salam rahayu, para sederek ingkang kinasih ing Gusti Yesus, Kasunyatan gesanging manungsa ing zaman modern wekdal punika, wonten ing pungkasan tahun 2019 dumugi pertengahan tahun 2020, dipun abenajengaken kaliyan kasunyatan gesang ingkang ndamel sedaya manungsa ing salumahing jagad punika gonjang-ganjing kami tenggengen. Kasunyatan kelampahanipun kawiwitan saking wontenipun pandemi wabah virus corona covid-19, saking punika ndadosaken jagad ewah saknalika ing sedaya sendi gesang masyarakat modern; sedaya manungsa tanpa mawang wilayah panggenan, suku bangsa, agami, tingkat peradaban lan kemoderenan gesangipun, drajad ekonomi, budaya, lan sanes-sanesipun. Dhateng pandemi punika, dereng wonten ingkang saged nelukaken sanajan kanthi ngginakaken kapinteran pikiranipun, saha drajad ilmu pengetahuan inggil ingkang dupun gadahi manungsa ing jagad wekdal punika. Lockdown....mboten namung sakdremi istilah lan ugi cara medhot mata rantai sumebaring pandemi covid 19, ananging sejatinipun ugi minangka wujud lan bukti gebug ingkang ageng dening pandemi dhateng sedaya gesanging manungsa. Mobah mosik gesanging manungsa modern kanthi sedaya kasagedanipun ing sedaya babagan gesang, saknalika kendel tanpa suwanten, kados-kados tanpa daya lan mboten gadah napa-napa ingkang saged kaagung-agungaken. Kodrat dasaring manungsa kaosik supados wangsul dhateng kiblatipun minangka manungsa titah sampurna nanging ugi titah ingkang kebak dening kekirangan lan karingkihanipun ugi. Minangka makluk sosial nanging sampun semanten rupi dawah ing saklebeting patrap individual, lan nembe sami sadhar menawi kecalan kodrat minangka makluk sosial malah 48 Panduan Merayakan Liturgi Gereja ing wegdal nalika sedaya ingkang asipat sosial dipun batesi tumandukipun: mboten pareng salaman kalih saben tiyang, lungguhipun kedah dipun damel mawi jarak ingkang arang-arang, pepanggihan manunggil kelompok kaliyan sagolongan tiyang kalebet pepanggihan pangibadah kedah dipun inggati; kosok wangsulipun rumiyin pepanggihan kaliyan anggota brayat namung pikantuk porsi wekdal sak longgare utawi sak koberipun kemawon, sak punika saben dinten kedah ing griyo, nyambut damel, sinau, lan malah pangibadah ugi ing griya sesarengan brayat. Rumiyin meh sedaya dinten dipun ginakaken aktifitas nilar griya, nanging nalika pandemi corona sedaya kedah purun ing griya. Kawontenan punika meksa saben tiyang purun ngrumosi mendahane ageng ajinipun lan mirungganipun manungsa sinebat makluk sosial ing ngarsanipun Gusti Allah lan sesami. Rasa kangen wontening pepanggihan, salaman, uluk salam sinarengan guyon, gojekan kaliyan para kadang dados kabetahan ingkang saget mbangkitaken kesadaraning manungsa ngajeni sepinten luhuring maknaning gesang punika piyambak. Banda kasugihan, kelanggahan lan sedaya perkawis kadonyan dipunakeni sanes jaminan ingkang sanggup paring jawaban tumrap pergumulan gesanging manungsa, lan dados pambereg sadaring sedaya manungsa kagem wangsul madosi kalenggahan Agungipun Gusti Allah, minangka Pribadi Ilahi ingkang dipun andelaken wiwit murup ing atining saben manungsa: manungsa ingkang sakwetawis dangu punika awisawis ndedonga, ngibadah, maca kitab suci, ngluhuraken Gusti; sakmangke kanthi sedaya kesadaranipun sami madosi Gusti Allah ing salebeting lampah ngibadah malah sesarengan kaliyan keluwarganipun piyambak-piyambak. Mratobat mboten wonten tapel wates wekdal telatipun. Sedaya wujud ewah-ewahan saking kahanan risak tumuju sae, kahanan dosa tumuju suci, ing ngarsanipun Gusti sedaya lumampahipun Khotbah Jangkep Januari 2021 49 tanpa wates wegdal lan mboten wonten tembung telatipun. Waosan Kitab Yunus 3:1-5,10 paring conto pamratobat tanpa winates ing wegdal. Raja lan sedaya rakyat kitha Niniwe nampi pameleh lan ugi kaparingan wekdal mratobat saking sedaya dosa saha kalepatanipun dhumatheng Gusti Allah. Lumantar Yunus, dawuh supados mratobat saha apuraning dosa badhe dipun paringaken dhateng ingkang purun mratobat, pawartos punika dipun suwantenaken dening Gusti Allah kanthi ancas supados kawilujengan kebabar. Gusti Allah nitahaken sedaya umat manungsa ing bumi, mboten karancang kasirnakaken ananging supados dipun wilujengaken. Kawilujengan saking Gusti Allah punika lumampahipun kagem sedaya manungsa, suku bangsa ing salumahing jagad, saha kaslametan ingkang ndatengaken katentreman. Niniwe saestu ngedab-edabi, nalikanipun swanten sora supados sami mratobat dipun tampeni, saking Raja ngantos dumugi masyarakat, malah sato kewan ingon lan tiyangtiyang ingkang wonten ing tengah-tengah brayatipun lajeng sami ngasoraken dhiri ing salebeting sikap mratobat saha nggetuni kanthi sak lebet-lebetipun sedaya dosa-dosa ing ngarsanipun Gusti Allah. Pamratobat saha nggetuni kanthi kebaking raos andhap asor lan ngasoraken sarira punika dipun gambaraken lumantar patrap: pasa, ngagem kain kabung, lan sami lenggah ngandap sila ing sak nginggiling awu (Yunus 3:5); dipun sarengi ugi raos kedhuwung lan ngakeni dosa-dosanipun wonten ngarsaning Gusti Allah. Wusananipun Gusti Allah kersa nampi pamratobatipun Niniwe lan dipun wilujengaken (Yunus 3:10). Wujuding pamratobat tumrap tiyang Kristen wekdal sakmenika, kados ingkang dipun wucalaken dening Rasul Paulus dhateng Pasamuwan ing Kitha Korintus, sinerat ing waosan 1 Korintus 7:29-31. Pamratobat punika mboten namung perkawis ewahing wujud fisik, punapadene namung adhedhasar kawontenan status setunggaling tiyang kemawon; nanging langkung saking punika wonten ing ewah-ewahan batin, karakter gesang anyar lan raos 50 Panduan Merayakan Liturgi Gereja rila eklas ngluwari diri saking sedaya kawontenan kaiket dening perkawis kadonyan. Paulus ugi mbabar piwucal wujuding gesang ing salebeting pamratobat punika arupi gesang mawi prinsip: “kaya-kaya/kados-kados” (bhs Indonesia: “seolah-olah”). Tegesipun nalika kula panjenengan sami taksih gesang ing bumi, nanging kula panjenengan sami nggadahi sikap “kados-kados” sampun kadosdene nglampahi gesang ing alam langgeng; patrap mekaten punika perlu dipun gadhahi supados sampun ngantos wonten setunggal tiyang ingkang sampun sami pracaya dhateng Gusti Yesus sarta nampi anyaring gesang lumantar pamratobatipun, nanging sakdangunipun taksih manggen ing jagad punika gesangipun wangsul malih kaiket dening perkawis-perkawis ingkang muspra lan ucul saking pangajeng-ajenging gesang langgeng ingkang kebak kasampurnan tembenipun. Punika mangsa ngwantu-antu ingkang wegdalipun namung rikat kemawon ngendikanipun Rasul Paulus, mila sampun ngantos kula panjenengan sami ngeculaken diri kita saking pakaryan kawilujengan ingkang sampun kanugrahaken Gusti Allah kagem saben tiyang ingkang pracaya dhateng Yesus Kristus minangka Juru Wilujeng lan panebusing dosa. Wondene Gusti Yesus piyambak paring piwucal kanthi cetha wonten ing Injil Markus 1:14-20 bilih gesangipun manungsa ing jagad punika kedah dipun sarengi kanthi keyakinan bilih wonten ing Asmanipun Gusti Yesus, sok sintena ingkang mratobat lan pitados dhateng Gusti Yesus, tiyang punika badhe nampi sihrahmat kawilujengan. Pitados lan mratobat punika kedah enggal dipunlampahi, mumpung taksih wonten wegdal sakderengipun mangke ndungkap rawuhipun Kratoning Allah ing tengahing bumi. Perkawis punika ngemu teges bilih sanadyan kula panjenengan sami taksih gesang ing jagad, ananging pengajeng-ajeng badhe nderek nampeni mahkuthaning kamulyan saking Gusti Allah lan mapan ing kelanggengan Kedatoning Allah kedah tansah dipun emut-emut lan dipun antu-antu dhatengipun, sarta njagi supados Khotbah Jangkep Januari 2021 51 iman kula panjenengan sami mboten goyah dening maneka-werni kedadosan ingkang saget ngringkihaken iman. Ngraos-raosaken saha ngronce saben sumber waosan ayatayat kasebat, nuntun kula panjenengan sami dhateng ringkesaning piwucal ingkang saged kita pethik mekaten: Sepisan, Sihrahmat milujengaken manungsa saking karisakan lan kamuspran awit karana dosa Gusti Allah sampun maringaken Yesus Kristus minangka panebus dosa lan Juru Wilujenging manungsa. Kaping kalih, saben tiyang ingkang sampun mratobat lan pitados dhateng Yesus minangka Gusti Allah lan Juru Wilujengipun, kedah nglampahi gesang ing jagad punika kanthi seimbang. Tansah njagi iman, mboten gampil keguh dhateng sedaya godhaning jagad, ngiseni gesang kanthi patrap mratobat, sarta ngluwari gesang saking sedaya godhaning jagad lan tumindak “kaya-kaya” mboten nggadahi bandha donya, kaiket dening mawarni-warni status, lan mboten nggadahi hak melik dhateng bandha donya. Kaping tiga, supados saged njagi gesang ing jagad punika seimbang kaliyan pengajeng-ajeng gesang kaswargan, ingkang dipun betahaken inggih punika mbangun pamratobat sak lamining wekdal nalika kula penjenengan sami taksih gesang ing jagad punika. Para sederek ingkang kinasih ing Asmanipun Gusti Yesus Kristus... Mujudaken keseimbangan gesang jagad kaliyan kaswargan, ugi saged kagambar saking sikap tiyang-tiyang ingkang dipun timbali lan pinilih dados muridipun Yesus; ing antawisipun Simon lan Andreas. Sanak sedherek punika para juru amek ulam ingkang saben dintenipun nyambut damel njala ulam ing gisiking Galilea. Para sedherek punika dipun timbali lan pinilih dening Gusti Yesus supados dados muridipun, lan Gusti Yesus ngandika dhateng para tiyang punika: ”Ayo melua Aku, lan kowe bakal padha tak dadekake juru amek wong” para sedherek punika lajeng nanggepi lan nampeni 52 Panduan Merayakan Liturgi Gereja (Markus 1:18) malah nilar jala lan pedamelanipun. Kedadosan punika nggambaraken kados pundi panyambutdamel kaswargan dados murid lan ndherek Gusti Yesus dados pilihan ingkang aji, dados tukang njala/amek wong langkung utama tinimbang tukang njala ulam, ingkang asipat kaswargan lan langgeng pikantuk kawigatosan sak kelangkung inggil saking ingkang kadonyan. Kados pundi gesang panjenengan para sederek sedaya...? Punapa sampun timbang antawisipun gesang kadonyan kaliyan kaswargan...? Utawi pundi ingkang linangkung utami nyaosaken tenaga, pikiran, wegdal, bandha kagem perangan-perangan kadonyan punapa kanthi sedaya lilaning manah, para sederek kersa nilar peranganperangan kadonyan lan... ”Ayo melua Aku, lan kowe bakal padha tak dadekake juru amek wong.” Amin. Khotbah Jangkep Januari 2021 53 Minggu, 31 Januari 2021 Minggu Biasa III-Minggu ke-4 Setelah Epifani (Hijau) TEMA PERAYAAN IMAN Bijak Dalam Bertindak TUJUAN: Jemaat dapat menggunakan pengetahuan maupun talentanya dengan bijaksana. DAFTAR BACAAN: Bacaan I Tanggapan Bacaan II Bacaan Injil : Ulangan 18:15-20 : Mazmur 111 : 1 Korintus 8:1-13 : Markus 1:21-28 DAFTAR AYAT LITURGIS Berita Anugerah : Roma 3:23-24 Petunjuk Hidup Baru : Yakobus 3:13 Dasar Persembahan : Amsal 11:25 DAFTAR NYANYIAN LITURGIS Bahasa Indonesia Nyanyian Pujian : KJ 6:1, 4 Nyanyian Penyesalan : KJ 25:1-3 Nyanyian Kesanggupan : KJ 402:1, 3 Nyanyian Persembahan : KJ 288:1-… Nyanyian Pengutusan : KJ 400:1, 3 Bahasa Jawa Kidung Pamuji Kidung Panelangsa Kidung Kesanggeman Kidung Pisungsung Kidung Pangutusan : KPJ 29:1-3 : KPJ 52:1, 2 : KPJ 78:1, 3 : KPJ 170:1, 2 : KPJ 91:1, 2 Pdt.Elia Dwi Praseyo, M.Si (GKJ Sabda Sumunar) 54 Panduan Merayakan Liturgi Gereja DASAR PEMIKIRAN Di dalam Amsal 8:12 tertulis: “Aku, hikmat, tinggal bersamasama dengan kecerdasan, dan aku mendapat pengetahuan dan kebijaksanaan.” Ayat ini menyatakan bahwa hikmat (kebijaksanaan) tidak bisa dipisahkan dari pengetahuan dan oleh karena itu setiap orang harus berusaha mendapatkan dan memiliki kedua hal tersebut. Namun fenomena di masyarakat memperlihatkan kecenderungan banyak orang berlomba-lomba untuk mengejar pengetahuan saja, supaya dianggap yang paling tahu, paling pintar, sehingga bisa membanggakan/menyombongkan diri. Pengetahuan dianggap sebagai hal yang paling utama lalu dikejar mati-matian, namun melupakan hikmat. Sehingga ketika sudah memiliki pengetahuan pun, perilaku/tindakan dalam menggunakan pengetahuan tersebut jauh dari kata bijak. Pengetahuan pada akhirnya tidak selalu membawa kebaikan, justru menjadi pemicu masalah dalam kehidupan manusia. Melalui ibadah minggu ini, kita diingatkan untuk mencari hikmat, supaya senantiasa bijak dalam bertindak. KETERANGAN BACAAN Ulangan 18:15-20 Bacaan pertama ini berisi pesan sekaligus peringatan kepada umat Israel, ketika nanti hidup di tanah Kanaan, mereka harus berhati-hati dalam belajar. Ayat 15-20 ini mengingatkan supaya umat hanya mendengarkan suara nabi Tuhan. Umat harus mendengar dan belajar dari sumber yang benar, karena itu akan menuntun mereka untuk terus hidup dengan benar. Oleh karenanya dalam bagian ini, melalui nabi Musa, Tuhan menyatakan akan membangkitkan nabi di tengah-tengah umat Israel. Nabi inilah yang akan menyampaikan firman dan perintahperintah dari Tuhan. Setiap tindakan umat Israel lakukan harus sesuai dengan apa yang disampaikan nabi utusan Tuhan. Khotbah Jangkep Januari 2021 55 Jika memerhatikan ayat-ayat sebelumnya dalam perikop ini (ay 9-14) berisi perintah kepada umat Israel untuk setia kepada Allah. Mereka diingatkan agar tidak “belajar” dari penduduk asli Kanaan dalam hal ritual ibadah yang tidak diperkenankan Allah. Jangan sampai umat ini tergoda dan jatuh pada praktik ritual ibadah yang dianggap sebagai kekejian di hadapan Tuhan. Agama penduduk Kanaan masih melakukan praktik pengorbanan manusia atau meminta petunjuk dari peramal dan petenung yang meminta pertolongan dari roh orang mati. Itu semua harus dihindari, supaya tindakan dan perilaku umat Israel tidak bercela di hadapan Tuhan. Mazmur 111 Mazmur 111 mengajarkan manusia untuk memiliki rasa takut kepada Allah. Ayat 2-9 menggambarkan berbagai karya dan perbuatan yang dilakukan oleh Tuhan Allah. Allah menyatakan kebajikan-Nya, melalui perbuatan-perbuatan yang ajaib. Melalui setiap karya yang dilakukan-Nya, Allah hendak menyatakan keadilan, juga menyatakan diri-Nya yang pengasih dan penyayang, serta pemeliharaan bagi umat-Nya. Manusia harus mengetahui dan mengakui perbuatan-perbuatan Tuhan yang besar dan ajaib, keadilanNya yang kekal, pemeliharaanNya yang tiada henti. Pengetahuan tentang Tuhan Allah dengan segala perbuatannya yang luar biasa ini, menuntun manusia untuk mengakui keagungan Tuhan Allah, dan pengakuan ini menumbuhkan sikap hormat, tunduk, dan takut kepada Allah. Pengetahuan seperti ini juga membawa kepada kesadaran akan keterbatasan dan kelemahan diri sebagai manusia. Senantiasa mengakui bahwa apa yang dimiliki berasal dari Tuhan, akan menghindarkan diri dari sikap sombong di hadapan Allah dan sesama manusia. Inilah sikap takut akan Tuhan, dan inilah yang menjadi awal dari hikmat. 56 Panduan Merayakan Liturgi Gereja 1 Korintus 8:1-13 Rasul Paulus mengingatkan sisi bahaya dari pengetahuan yang dimiliki oleh manusia. Ketika merasa bahwa dengan pengetahuan yang dimilikinya maka otomatis membuat dirinya sebagai orang yang bijak dan berhikmat. Di satu sisi, pengetahuan sangat berguna dalam kehidupan manusia sebab pengetahuan ini akan menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan dan bertindak. Namun di sisi lain, pengetahuan juga bisa mendorong seseorang menjadi sombong, menganggap dirinya sebagai yang paling tahu. Pengetahuan harus dialasi dengan hikmat dan untuk mendapatkan hikmat maka kasih adalah dasarnya. Pengetahuan akan Allah yang Esa pencipta langit dan bumi, dan Yesus Kristus sebagai penyelamat kehidupan, melepaskan orang percaya dari belenggu pemahaman dan keyakinan akan berhalaberhala dan juga terkait makanan/daging persembahan untuk berhala. Makanan dilihat sebagai makanan biasa yang tidak akan membawa dampak secara rohani sebab pada dasarnya berhalaberhala itu tidak punya kuasa apa-apa dibandingkan dengan Tuhan. Bagi yang tidak memiliki pengetahuan seperti ini, itu artinya mereka masih terbelenggu oleh pemahaman/pengetahuan akan daging persembahan kepada berhala. Belenggu ini membuat mereka takut untuk memakannya karena menganggap makanan yang dipersembahkan kepada berhala ini akan memengaruhi keselamatannya. Kelompok pertama yang memiliki pengetahuan bahwa daging persembahan kepada berhala tidak apa-apa jika dimakan, adalah kondisi ideal. Tetapi pengetahuan ini harus dialasi kasih kepada Allah (dan sesama). Artinya, pengetahuan ini jangan sampai membuat sombong lalu tidak peduli kepada saudara-saudara yang lain yang masih “terbelenggu” oleh pemahaman tentang daging persembahan berhala. Tindakan yang tidak peduli kepada kelompok kedua, akan menjadi sandungan dalam kehidupan bersama. Hal yang baik dan benar pun harus dilakukan dengan bijak. Khotbah Jangkep Januari 2021 57 Markus 1:21-28 Perikop menceritakan pelayanan Tuhan Yesus di Kapernaum. Ketika Yuhan Yesus mengajar di rumah ibadat, banyak orang yang takjub ketika mendengar pengajaranNya. sebab DIA mengajar dengan penuh kuasa. Banyak orang tentu menerima pengetahuan dan kebenaran dari Tuhan Yesus. Bagian yang menarik dari bacaan ini adalah munculnya pengakuan Yesus. Di ayat 23-24 diceritakan ada orang yang kerasukan roh jahat dan orang itu berteriak menantang Yesus sambil menyatakan bahwa dia tahu siapa sebenarnya Yesus: “Yang Kudus dari Allah”. Sebuah pernyataan yang luar biasa, menunjukkan bahwa yang mengucapkan ini mengaku sungguh-sungguh tahu siapa Yesus sebenarnya. Justru yang menyatakan ini adalah orang yang dirasuki oleh roh jahat. Itu artinya roh jahat tahu siapa Yesus. Roh jahat yang merasuki tubuh seseorang dalam rumah ibadat itu memiliki pengetahuan tentang siapa Yesus. Tapi pengetahuan ini membuat mereka arogan di hadapan Yesus, dan justru akhirnya “berkonfrontasi” dengan Yesus. Bahkan di tengah orang banyak roh jahat ini berteriak dan menantang Tuhan Yesus. Tentu saja, pengetahuan yang tidak sejalan dengan Tuhan, tidak membawa kebaikan. Roh jahat ini pun terusir, oleh kuasa Yesus. POKOK DAN ARAH PEWARTAAN Selain menjadi pintar atau berpengetahuan, maka yang tidak kalah penting adalah menjadi bijak atau berhikmat. Tanpa hikmat atau kebijaksanaan, maka pengetahuan biasanya akan menggiring seseorang menjadi arogan, bukan hanya di depan sesama manusia bahkan juga dihadapan Tuhan. Hikmat akan menuntun untuk senantiasa takut akan Tuhan dan selalu melandaskan kasih kepada Allah dan sesama dalam setiap tindakan yang diambil. Melalui tindakan yang bijaksana, maka pengetahuan akan menjadi berkat, dan bukan sebaliknya. 58 Panduan Merayakan Liturgi Gereja KHOTBAH JANGKEP BAHASA INDONESIA BIJAK DALAM BERTINDAK Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus. Pepatah mengatakan; “Bagaikan padi, makin berisi makin merunduk”. Pepatah ini mengajarkan tentang sikap hidup yang bijaksana, yaitu ketika semakin memiliki pengetahuan justru membuat orang semakin rendah hati, bukan malah menjadi sombong karena merasa yang paling tahu. Adanya pepatah ini tentunya menunjukkan bahwa dalam kenyataan, yang ada justru sebaliknya. Banyak orang yang semakin berisi bukannya semakin merunduk-rendah hati, tetapi malah semakin tegak-sombong. Di tengah masyarakat, banyak peristiwa yang memperlihatkan adanya kecenderungan orang berlomba-lomba untuk mengejar pengetahuan, supaya dianggap yang paling tahu, paling pintar, sehingga bisa membanggakan/menyombongkan diri. Mencantumkan gelar akademis adalah hal yang wajar, karena itu menunjukkan keahlian orang tersebut sesuai dengan pendidikan yang telah ditempuhnya. Namun tidak jarang ada fenomena di mana orang sengaja memamerkan gelar akademisnya dan bahkan sampai ada orang yang “membeli gelar” dan mencantumkannya, padahal orang itu tidak menjalani proses pendidikan sama sekali. Pamer gelar akademis untuk menunjukkan bahwa dirinya seolah-olah adalah orang yang paling hebat, paling pintar dan paling tahu. Pengetahuan dianggap sebagai hal yang paling utama lalu dikejar mati-matian, namun banyak orang melupakan hikmat. Sehingga ketika sudah memiliki pengetahuan pun, perilaku/tindakan dalam menggunakan pengetahuan tersebut jauh dari kata bijak. Pengetahuan pada akhirnya tidak selalu membawa kebaikan, justru menjadi pemicu masalah dalam kehidupan manusia. Khotbah Jangkep Januari 2021 59 Manusia memang makhluk pembelajar, tetapi belajar itu tidak boleh sembarangan. Kitab Ulangan 18:15-20, mengingatkan umat Israel untuk hanya mendengar dan belajar kepada nabi-nabi yang diutus oleh Tuhan. Para nabi inilah yang akan menyampaikan firman dan kehendak Tuhan Allah. Umat Israel dilarang untuk belajar kepada bangsa Kanaan. Mengapa tidak boleh? Sebab jika mereka belajar kepada bangsa Kanaan, yang ada mereka justru ikut melakukan praktik ibadah yang tidak diperkenankan Allah. Mereka belajar menyembah kepada allah lain, ikut melakukan ritual yang menjadi kekejian di hadapan Tuhan; pengurbanan manusia, mengikuti peramal, petenung, penyihir, pemantera dan meminta bantuan roh orang-orang mati. Jika ini yang terjadi, pembelajaran dan pengetahuan yang umat Israel dapatkan tidak membawa kepada kebaikan, justru membuat mereka tidak setia kepada Tuhan Allah yang telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Pengetahuan seharusnya membawa hidup manusia pada kebaikan. Untuk bisa mencapai hal ini maka pengetahuan harus disertai dengan hikmat. Untuk bisa memiliki hikmat, syaratnya adalah takut akan Tuhan. Mazmur 111 mengajarkan hal ini. Dalam ayat 2-9 berisi pernyataan akan perbuatan-perbuatan Allah yang luar biasa. Pengetahuan tentang Tuhan Allah dengan segala perbuatannya yang luar biasa, menuntun manusia untuk mengakui keagungan Tuhan Allah. Allah yang penuh kuasa, benar dan adil, setia pada janji, dan selalu menyatakan kasih pemeliharaan kepada umat-Nya. Pengakuan akan semua hal ini menumbuhkan sikap hormat, tunduk, dan takut kepada Allah. Pengetahuan seperti ini juga membawa kepada kesadaran akan keterbatasan dan kelemahan diri sebagai manusia. Senantiasa mengakui bahwa apa yang dimiliki berasal dari Tuhan, akan menghindarkan diri dari sikap sombong di hadapan Allah dan sesama manusia. Inilah sikap takut akan Tuhan dan inilah yang menjadi awal dari hikmat. 60 Panduan Merayakan Liturgi Gereja Jemaat terkasih di dalam Tuhan Yesus. Takut akan Tuhan menuntun seseorang menjadi rendah hati, merunduk di hadapan Allah dan sesama manusia, jauh dari sikap arogan dengan pengetahuan yang dimiliki. Injil Markus 1:21-28 menceritakan pelayanan Tuhan Yesus di Kapernaum. Ketika Tuhan Yesus mengajar di rumah ibadat, banyak orang yang takjub ketika mendengar pengajaranNya. DIA mengajar dengan penuh kuasa. Banyak orang tentu menerima pengetahuan dan kebenaran dari Tuhan Yesus. Bagian yang menarik dari bacaan ini adalah munculnya pengakuan Yesus. Di ayat 23-24 diceritakan ada orang yang kerasukan roh jahat dan orang itu berteriak menantang Yesus sambil menyatakan bahwa dia tahu siapa sebenarnya Yesus: “Yang Kudus dari Allah”. Sebuah pernyataan yang luar biasa, menunjukkan bahwa yang mengucapkan ini sungguh-sungguh tahu siapa Yesus sebenarnya. Justru yang menyatakan ini adalah orang yang dirasuki oleh roh jahat. Itu artinya roh jahat tahu siapa Yesus. Roh jahat yang merasuki tubuh seseorang dalam rumah ibadat itu memiliki pengetahuan tentang siapa Yesus. Tapi pengetahuan ini membuat mereka arogan di hadapan Yesus dan justru akhirnya “berkonfrontasi” dengan Yesus. Roh jahat tahu siapa Yesus sesungguhnya, tapi pengetahuan ini tidak membuat mereka memiliki rasa takut kepada Tuhan Allah. Bahkan di tengah orang banyak roh jahat ini berteriak dan menantang Tuhan Yesus. Tentu saja, pengetahuan yang tidak sejalan dengan Tuhan, tidak membawa kebaikan. Roh jahat ini pun terusir, oleh kuasa Yesus. Takut akan Tuhan mestinya juga menuntun seseorang untuk tidak arogan di depan sesama. Itu yang disampaikan oleh rasul Paulus kepada jemaat di Korintus. Rasul Paulus mengingatkan sisi bahaya dari pengetahuan yang dimiliki oleh manusia. Di satu sisi, pengetahuan sangat berguna dalam kehidupan manusia, sebab pengetahuan ini akan menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan dan bertindak. Namun di sisi lain, Khotbah Jangkep Januari 2021 61 pengetahuan juga bisa mendorong seseorang menjadi sombong, menganggap dirinya sebagai yang paling tahu. Pengetahuan harus dialasi dengan hikmat dan rasul Paulus menambah satu unsur lagi, yaitu kasih. Pengetahuan akan Allah yang Esa pencipta langit dan bumi dan Yesus Kristus sebagai penyelamat kehidupan, melepaskan orang percaya dari belenggu pemahaman dan keyakinan akan berhala-berhala dan juga terkait makanan/daging persembahan untuk berhala. Makanan dilihat sebagai makanan biasa yang tidak akan membawa dampak secara rohani, sebab pada dasarnya berhalaberhala itu tidak punya kuasa apa-apa dibandingkan dengan Tuhan. Bagi kelompok ini, makan daging yang dipersembahkan kepada berhala tidak menjadi masalah. Tetapi bagi yang belum memiliki pengetahuan seperti ini, mereka ini masih terbelenggu oleh pemahaman/pengetahuan akan daging persembahan kepada berhala. Belenggu ini membuat mereka takut untuk memakannya karena menganggap makanan yang dipersembahkan kepada berhala ini akan memengaruhi keselamatannya. Kelompok pertama yang memiliki pengetahuan bahwa daging persembahan kepada berhala tidak apa-apa jika dimakan, adalah kondisi ideal. Tetapi pengetahuan ini dalam menerapkannya harus dialasi kasih kepada Allah dan sesama. Artinya, pengetahuan ini jangan sampai membuat sombong lalu tidak peduli kepada saudara-saudara yang lain yang masih “terbelenggu” oleh pemahaman tentang daging persembahan berhala. Tindakan yang tidak peduli kepada kelompok kedua, akan menjadi sandungan dalam kehidupan bersama. Hal yang baik dan benar pun harus dilakukan dengan bijak. 62 Panduan Merayakan Liturgi Gereja Jemaat yang dikasihi Tuhan. Hari ini kita diajak untuk senantiasa takut kepada Allah, sebab Dia adalah sumber hidup kita. Semua pengetahuan, ketrampilan, maupun talenta yang kita miliki asalnya adalah dari Tuhan. Oleh karena itu, ketika kita menggunakannya dalam setiap tindakan kita, kita harus mengunakannya dengan bijaksana, di dalam hikmat dan kasih. Sudahkah kita mewujudkannya? Kita harus introspeksi. Sebagai contoh; apa yang kita lakukan saat mengadakan pertemuan pendalaman Alkitab (PA)? Mungkin masih ada yang menggunakan pertemuan ini untuk berdebat panjang lebar, saling menunjukkan pengetahuannya tentang Alkitab, tidak mau kalah. Tanpa sadar justru saling menyalahkan dan merendahkan. Kegiatan yang mestinya membawa orang semakin dekat kepada Allah, semakin dekat dan merindukan firman Tuhan, namun hasil dari kegiatan yang seperti ini adalah sakit hati dan kebencian. Ini hanya contoh, tindakan yang tidak bijaksana, pengetahuan yang tidak membawa kebaikan. Semoga ini tidak terjadi dalam komunitas kita, dan semoga kita dimampukan untuk semakin bijak dalam bertindak. Amin. Khotbah Jangkep Januari 2021 63 KHOTBAH JANGKEP BAHASA JAWA TUMINDAK KANTHI WICAKSANA Pasamuwan ingkang binerkahan déning Gusti, Wonten bebasan ing basa Indonésia; “bagaikan padi, semakin berisi semakin merunduk”. Bebasan punika nèlakaken tuladhaning gesang kanthi wicaksana, inggih punika sangsaya pinter mesthinipun sangsaya lembah manah lan andhap asor, sanès gumunggung. Bebasan punika dados pepènget kagem sok sintena ingkang rumaos gadhah kapinteran utawi kawruh mesthinipun sangsaya lembah manah, sanadyan kasunyatanipun kathah ingkang malah kosokwangsulipun. Ing satengahing masyarakat, kathah tiyang ingkang ngegungaken kapinteranipun supados ketingal linuwih tinimbang sanèsipun. Contonipun, gelar akademis punika pancèn pratandha bilih tiyang punika kagungan kapinteran ingkang mirunggan kanthi ngangsu kawruh, lan boten kléntu menawi tiyang ingkang sampun ngrampungaken sekolah punika lajeng nyerat gelar akademisipun. Ananging malah dados perkawis ingkang awon lan boten pantes menawi tiyang punika nyerat gelar akademis-ipun kanthi manah ingkang gumunggung, kamangka gelar akademis-ipun sanès karana nindakaken pasinaon ingkang lumrah kepara malah tumbas gelar. Kapinteran pancèn perkawis ingkang wigati, ananging sampun ngantos kècalan kawicaksananan. Awit tiyang ingkang pinter ananging boten wicaksana punika malah badhé ndhatengaken perkawis ing gesang padintenan. Anggènipun sinau ugi boten saged sembrono. Kitab Pangandharing Torèt 18:15-20 ngèmutaken supados bangsa Israèl punika sinau lan mirengaken saking para nabi ingkang kautus déning Gusti kemawon, sanès saking bangsa Kanaan, awit saking para nabi punika kita saged sinau sabda lan 64 Panduan Merayakan Liturgi Gereja karsanipun Gusti Allah. Menawi sinau saking bangsa Kanaan, bangsa Israèl malah nindakaken pangibadah ingkang boten cunduk kaliyan karsanipun Gusti Allah. Menawi kados makaten, pasinaon ingkang dipun tindakaken déning bangsa Israèl malah boten ndhatengaken tentrem rahayu, ananging momotan. Kapinteran mesthinipun ndhatengaken kabecikan lan tentrem rahayu, pramila betahaken kawicaksanan. Kawicaksanan badhé dipun tampi déning saben tiyang ingkang ngabekti kanthi ajrih asih dhateng Gusti Allah. Mekaten ingkang kaserat ing Jabur Masmur 111. Gusti Allah punika sang ratu adil, maha kuwaos, tansah netepi prajanji lan tansah nèlakaken pangrimatipun. Manungsa ingkang ngakeni pakaryanipun Gusti ingkang kados mekaten mesthinipun ugi tuwuh rasa pangrasa bilih manungsa punika sejatosipun winates lan kathah kakiranganipun. Pramila menawi kita manungsa tansah ngakeni bilih sedaya samubarang mirunggan bab kapinteran punika peparingipun Gusti, manungsa mesthinipun boten badhé gumunggung lan ngegungaken dhiri. Punika ingkang nèlakaken pinangka tiyang ingkang ngabekti kanthi ajrih asih dhateng Gusti Allah. Pasamuwan ingkang binerkahan déning Gusti. Injil Markus 1:21-28 nyariosaken bab Gusti Yésus ingkang leladi ing kitha Kapernaum. Menawi kita gatosaken, wonten cariyos bab tiyang ingkang kapanjingan dhemit, lajeng nèlakaken pengaken bilih Gusti Yésus punika ingkang asipat suci, kagunganipun Gusti Allah. Tegesipun dhemit punika wanuh lan nggadahi pangertosan bab sinten Gusti Yésus punika. Ananging sanadyan dhemit punika wanuh kaliyan Gusti Yésus, punika boten ateges lajeng ngasoraken dhiri lan medal saking tiyang punika. Dhemitipun kepara malah gumunggung lan malah nantang Gusti Yésus. Nalika Gusti Yésus nundhung dhemit punika, dhemitipun lajeng medal saking badanipun tiyang wau. Khotbah Jangkep Januari 2021 65 Sisih sanès, Rasul Paulus ngèmutaken dhateng pasamuwan ing kitha Korinta, bilih kapinteran sanadyan migunani sanget ing gesang padintenan kedah dipun dhasari kaliyan bab ingkang wigati, kejawi kawicaksanan lan ajrih asih dhateng Gusti. Bab wigati ingkang kedah dados dhasaring kapinteran utawi kawruh inggih punika, katresnan. Tresna dhateng sinten? Boten sanès inggih punika tresna dhateng Gusti Allah, ingkang dipun wujudaken ing gesang padintenan lan sesami. Tiyang ingkang nggadhahi katresnan, punika ketingal saking tumindakipun. Mirunggan bab tetedhan sesajening brahala. Tiyang ingkang tresna dhateng Gusti Allah, boten badhé natoni manahipun sedhèrèk nunggil kapitadosan ingkang ringkih imanipun, kanthi gumunggung lajeng nedha sesajening brahala saking kapitadosan sanès. Tiyang ingkang tresna dhateng Gusti Allah badhé njagi tumindakipun temahan boten dados sandhungan tumrap sedhèrèk nunggil kapitadosanipun. Saking punika, katresnan pinangka dhasaring tumindak wicaksana ingkang nyampurnakaken kapinteran utawi kawruhipun. Pasamuwan ingkang binerkahan déning Gusti Dinten punika kita sesarengan kaèmutaken supados tansah mujudaken pangabekti kanthi ajrih asih dhateng Gusti Allah, pinangka pengaken bilih Panjenenganipun tuking pitulungan lan berkah. Kapinteran punapa déné kawruh punika ugi pinangkanipun saking Gusti Allah. Pramila, sumangga kapinteran punika kita ginakaken kanthi wicaksana lan kebak ing katresnan. Sumangga kita ndadar manah kita ing satengahing peladosan punapa déné ing satengahing panyuraos kitab suci (PA), umpaminipun, punapa panjenengan lan kula taksih nengenaken kapinteran kita kanthi gumunggung? Peladosan punapa déné panyuraos kitab suci lan sanèsipun mesthinipun ndhatengaken tentrem rahayu lan ndadosaken sangsaya rumaket dhateng Gusti, sanès raos getun, boten karenan, punapa malih mutung. Mugi ing satengahing patunggilan kita tansah mbudidaya tumindak ingkang wicaksana linambaran katresnan. Amin. 66 Panduan Merayakan Liturgi Gereja