“KOMUNITAS PEMUDA PEDULI DIFABEL” Pemberdayaan Ekonomi Penyandang Difabel Melalui Usaha Mandiri Kerajinan Tangan Dengan Memanfaatkan e-Commerce A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut WHO, difabel adalah suatu kehilangan atau ketidaknormalan baik itu yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun kelainan struktur atau fungsi anatomis. Sedangkan menurut John C. Maxwell penyandang difabel diartikan dengan orang yang memiliki kelainan fisik dan atau mental yang sifatnya mengganggu atau merupakan sutau hambatan baginya untuk melakukan kegiatan sehari-hari secara layak atau normal. Walaupun memiliki keterbatasan fisik maupun psikis, sejatinya penyandang difabel berhak untuk mendapatkan pekerjaan di sektor formal. Terlebih pada UU Nomor 4 tahun 1997 pada pasal 14, penyandang difabel memiliki kuota satu persen dari setiap 100 orang yang bekerja di suatu perusahaan. Di tingkat DIY juga sudah ada Perda, yakni Perda Nomor 4 tahun 2012 Tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak‑Hak Penyandang Difabel. Keluarga merupakan pelaku utama dalam mendukung pemenuhan hak-hak tersebut. Sebagian keluarga penyandang difabel mampu menerima anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada keluarga mereka. Namun tidak sedikit para keluarga yang tidak dapat menerima hal tersebut. Perilaku keluarga yang tidak bersikap dewasa menyebabkan mereka menyembunyikan anggota keluarganya. Hal tersebut menyebabkan penyandang difabel tidak mendapatkan hak-hak mereka. Sepeti hak mendapatkan pendidikan, hak mendapatkan pelayanan kesehatan, hak mendapatkan pekerjaan dan sebagainya. Bahkan terkadang kemampuan dari kaum difabel dianggap sebelah mata oleh masyarakat normal lainnya. Bagi panyandang difabel yang mendapatkan hak pendidikan namun belum tentu dapat menjamin mereka untuk hidup secara mandiri. Hal tersebut dikarenakan keahlian penyandang difabel yang masih terbatas. Keterbatasan keahlian penyandang difabel menyebabkan mereka tidak mendapatkan pekerjaan sehingga dapat hidup secara mandiri. Ketidakmandirian mereka berdampak pada ekonomi keluarga. Pemberdayaan masyarakat yang menjadi sebuah proses di mana masyarakat berinisiatif memulai kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Perlu adanya usaha mandiri yang mampu menghasilkan produk yang mempunyai nilai jual sehingga dapat menunjang kondisi sosial masyarakat. Jenis produk yang akan dihasilkan dalam pelatihan pemberdayaan masyarakat ini berupa kerajinan tangan dari kain perca dan manik-manik. Bahan tersebut mudah didapatkan dan mampu bersaing di dunia pasar. Selain itu, pelatihan pembuatan kerajinan tangan ini sebagai salah satu cara untuk melatih kemampuan penyandang difabel di Yogyakarta. Perkembangan Teknologi Informasi (TI) telah memacu cara baru bagi masyarakat dalam menjalankan bisnis. Teknologi Informasi pun telah menjadikan kegiatan-kegiatan bisnis menjadi lebih cepat, mudah dan efisien. Salah satunya dengan e-Commerce. e-Commerce adalah penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang dan jasa melalui sistem elektronik seperti internet atau televisi, atau jaringan komputer lainnya. Dengan pelatihan tentang e-Commerce kepada para penyandang difabel diharapkan nantinya mereka tidak hanya menghasilkan produk/keterampilan, tapi juga dapat memasarkan produk yang mereka buat. Keberadaan penyandang difabel selama ini masih dipandang sebelah mata dan belum memiliki kemampuan yang mumpuni untuk mengurusi diri mereka sendiri. Dari adanya fakta dan data dilapangan maka kami mencoba menawarkan solusi yaitu “Pemberdayaan Ekonomi Penyandang Difabel Melalui Pembangunan Usaha Mandiri Kerajinan Tangan Dengan Memanfaatkan e-Commerce “. Harapannya pelatihan ini dapat menunjang kemampuan dan kreatifitas masyarakat difabel dan mengubah sudut pandang masyarakat terhadap kaum difabel yang dianggap sebelah mata. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana cara melakukan pemberdayaan bagi penyandang difabel melalui usaha mandiri? 2. Bagaimana cara mengoptimalkan usaha mandiri melalui pemanfaatan e-Commerce? 3. Bagaimana cara meningkatkan taraf sosial dari penyandang difabel di Yogyakarta? C. TUJUAN Tujuan yang hendak dicapai dalam program ini yaitu: 1. Terwujudnya pemberdayaan bagi penyandang difabel melalui usaha mandiri kerajinan tangan. 2. Terwujudnya usaha mandiri yang optimal dalam penjualan melalui e-Commerce. D. INDIKATOR KEBERHASILAN PROGRAM 1. Program diikuti minimal 15 orang penyandang difabel. 2. Peserta dapat membuat produk yang bernilai jual. 3. Peserta dapat memanfaatkan marketplace dan sosial media untuk mengoptimalkan penjualan produk. 4. Peserta memperoleh pendapatan dari hasil penjualan produk 5. Penyandang difabel dapat berinklusi dengan masyarakat umum. E. LUARAN YANG DIHARAPKAN 1. Desa Sumberadi menjadi desa percontohan usaha mandiri kerajinan tangan bagi desa yang lain 2. Proses bisnis dapat dijalankan secara mandiri oleh Masyarakat dengan pendampingan dan hasilnya dijual secara online. 3. Mempunyai mitra sebagai sarana pemasaran produk 4. Luaran cetak media masa berupa koran Kedaulatan Rakyat 5. Laporan hasil pemberdayaan usaha mandiri kerajinan tangan dengan memanfaatkan eCommerce dalam bentuk paper F. KEGUNAAN 1. Bagi Penyandang Difabel a. Menjadi sarana edukasi bagi penyandang difabel. b. Dapat mendorong mereka untuk berfikir kreatif dalam memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan taraf hidup dan taraf sosial. c. Membantu memperbaiki perekonomian warga melalui pembangunan usaha mandiri. d. Membantu penyandang difabel untuk bersosialisasi dengan masyarakat umum. 2. Bagi Keluarga Penyandang Difabel a. Menjadi sarana edukasi bagi keluarga penyandang difabel terkait dengan eCommerce. Sehingga mereka mengetahui cara untuk mengoptimalkan pemasaran melalui internet. b. Keluarga penyandang difabel dapat memahami bahwa anggota keluarga mereka memiliki hak yang sama dengan manusia pada umumnya. 3. Bagi Masyarakat Desa a. Menjadi sarana edukasi bagi masyarakat desa Sumberadi. terkait dengan e-Commerce. Sehingga dapat mengurangi kesenjangan teknologi dari masyarakat. b. Mengingklusikan penyandang difabel dengan masyarakat umum. c. Mempunyai usaha sarana belajar dan praktek teknologi informasi bagi penyandang difabel dan non-difabel. 4. Bagi Pemuda a. Sebagai media pembelajaran dan pengalaman hidup. b. Sebagai sarana pengabdian dan kepedulian kita terhadap sesama manusia c. Dapat Mengaplikasikan nilai-nilai yang di dapat. 5. Bagi Mitra Usaha a. Edukasi bagi pengusaha agar dapat memberikan ruang bagi penyandang difabel. b. Memperoleh keuntungan dari kerja sama dagang dengan usaha mandiri penyandang difabel c.membantu memasarkan produk kerajinan yang di buat oleh penyandang difabel H. METODE PELAKSANAAN 1. Survei dan Penetapan Lokasi survei dilaksanakan di salah satu desa di kecamatan Mlati, Sleman. Hal yang kita survei antara lain kondisi sosial masyarakat difabel dan non-difabel. Kemudian Tim Pengusul berdiskusi dengan tokoh masyarakat setempat. Dalam pelaksanaan survey didapatkan gambaran dari salah seorang tokoh penyandang difabel kecamatan Mlati. Atas saran dari beliau Tim Pengusul menetapkan desa Sumberadi sebagai objek kegiatan program. 2. Pengumpulan Data a. Wawancara Dalam hal ini Tim Pengusul melakukan wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat. Orang pertama yang diwawancarai adalah pak Dody, beliau adalah ketua perkumpulan penyandang difabel kecamatan Mlati. Wawancara dimaksudkan untuk mengetahui respon tentang rencana program Pembangunan Usaha Mandiri Dengan Memanfaatkan e-Commerce di desa Sumberadi Mlati Sleman. b. Observasi Dalam tahap ini dikumpulkan data dan informasi mengenai permasalahan dan potensi masyarakat penyandang difabel. Potensi yang dimaksud adalah pemanfaatan sumber daya manusia yaitu para penyandang difabel yang belum optimal menjadi lebih produktif dan mandiri. Untuk mencapai maksud tersebut, tim melakukan observasi desa sumberadi. Setelah semua data terkumpul dilanjutkan dengan penyusunan program Pemberdayaan Penyandang difabel melalui Pembangunan Usaha Mandiri Dengan Memanfaatkan e-Commerce. 3. Analisis Kebutuhan a. Kebutuhan Fungsional ● Pemaparan materi secara teori Peserta dapat belajar dan menerima penjelasan secara teori tentang pembuatan produk dan juga cara melakukan kegiatan e-Commerce ● Praktik Peserta dapat mempraktekan materi yang sudah dijelaskan dengan perlengkapan yang sudah tersedia ● Inklusi Peserta difabel dan non-difabel dapat menyatu sehingga memberikan kesan inklusifitas bagi penyandang difabel. b. Kebutuhan Nonfungsional ● Ruang Pelatihan Ruang belajar merupakan tempat yang kondusif, sejuk dan teduh. ● Komputer Komputer yang kita gunakan dapat menjalankan sistem operasi modern, aplikasi perkantoran dan aplikasi web browser. ● Koneksi Internet Koneksi Internet yang digunakan dapat mengakses layanan Internet berupa website seperti marketplace, e-mail,dan sosial media. ● Pengajar/mentor Pengajar yang dihadirkan merupakan tenaga ahli di bidangnya. ● Bahan Baku Bahan baku yang nantinya akan di gunakan untuk pembuatan produk. 4. Desain Usaha Mandiri Sejauh ini, dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan para penyandang difabel kurang berinklusi dengan masyarakat. Disebabkan mereka dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Sehingga hak-hak mereka tidak terpenuhi, seperti hak mendapatkan pendidikan dan hak mendapatkan pekerjaan. Desain kegiatan yang mengandung multifungsi untuk masyarakat desa. Fungsi pertama yaitu menginklusikan para penyandang difabel dengan masyarakat umum. Agar mereka tidak dipandang sebelah mata oleh masyarakat umum yang mayoritasnya adalah non-difabel. Hal ini juga berfungsi untuk mengedukasi masyarakat bahwa anggota keluarga yang memiliki keterbatasan juga memiliki hak yang sama. Desain kegiatan ini agar dapat diikuti oleh semua kalangan masyarakat desa. Peserta yang diutamakan dalam kegiatan ini adalah para penyandang tunadaksa atau penyandang kecacatan fisik. Peserta-peserta lainnya adalah para keluarga penyandang difabel mental. Sehingga dengan membaurnya mereka dalam kegiatan ini akan menambah kesan inklusif bagi kalangan difabel dengan masyarakat. Fungsi kedua yaitu memberikan edukasi terutama kepada para penyandang difabel untuk dapat membuat produk yang bernilai jual. Dan juga memberikan edukasi tentang berwirausaha dan pengoptimalan dengan memanfaatkan e-Commerce. Sehingga dapat meningkatkan tingkat penjualan. 5. Tahapan Usaha Mandiri 1. Melakukan Pelatihan Untuk Pelatiha dilakukan dengan rincian sebagai berikut : a. Pelatihan Produksi Barang Peserta program diberikan pelatihan untuk memproduksi barang berupa kerajinan tangan mulai dari pembuatan hingga pemasaran. Dari produk tersebut yang kemudian menjadi produk yang mempunyai nilai jual. b. Pelatihan Wirausaha Peserta program diberikan pelatihan mengenai bagaimana cara mengelola usaha dengan baik. Dari pelatihan ini diharapkan peserta dapat memahami hal - hal yang terkait dengan manajemen usaha. c. Pelatihan e-Commerce Peserta program diberikan pelatihan mengenai e-Commerce. Dengan pelatihan ini peserta dapat memahami proses jual - beli yang dilakukan melalui Internet. Dengan eCommerce tersebut juga diharapkan dapat mengoptimalkan penjualan produk. 2. Melakukan Pendampingan Dari pelatihan yang terdiri dari pelatihan pembuatan produk, wirausaha, dan e-Commerce, di harapkan peserta dapat menerapkan secara langsung apa yang sudah di ajarkan. Peserta dapat memulai proses usaha secara mandiri disertai dengan pendampingan. Pendampingan dilakukan selama 15 hari. I. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN . Pertemuan dilakukan selama 30 hari. Hal tersebut belum termasuk kegiatan sosialisasi, pembukaan acara utama, penutupan dan pendampingan. J. KEMITRAAN Untuk melancarkan Program Hibah Bina Desa ini tentunya tidak dapat berjalan sendiri, perlu adanya hubungan dengan pihak lain untuk mengembangkan program ini agar menjadi lebih baik lagi. Tim pelaksana menjalin hubungan kemitraan dengan pihak Desa tempat di laksanakan nya program. Selain itu komunitas KPPD juga bermitra dengan Komunitas Difabel Kecamatan Sleman, dinas sosial Kabupaten Sleman,, Usaha dagang,dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan. K. Estimasi Dana No Kegiatan 1 PERSIAPAN PROGRAM Volume Rincian Jumlah Rincian : a. Rapat persiapan tim pengusul dan dosen 2 pertemuan 10 orang 2x10x12.000 240.000 b. Diskusi dengan perangkat desa mengenai rencana pelaksana program 1 pertemuan 15 orang 1x15x15.000 225.000 c. 1 pertemuan 10 orang 1x10x10.000 100.000 Transportasi Amikom-Sumberadi Rp. 565.000 2 SOSIALISASI PROGRAM Rincian : 2 pertemuan a. Rembug dengan penyandang difabel 65 orang dan keluarganya 2x65x15.000 1.800.000 b. Sewa Sound System 2x1x500.000 1.000.000 2 pertemuan 1 paket c. Diskusi final dengan perangkat Desa 1 pertemuan 15 orang 1x15x15.000 225.000 Rp. 3.025.000 3 PELAKSANAAN PROGRAM Rincian : a. Acara Launching program 1 paket 1x 2.500.000 2.500.000 b. Pelatihan 10 pertemuan 30 orang 10x30x15.000 4.500.000 c. Pendampingan 20 pertemuan 30 orang 20x30x15.000 9.000.000 c. Transportasi panitia dan mentor 30 pertemuan 10 orang 30x10x10.000 3.000.000 d. Fee mentor 10 pertemuan 1 orang 10x1x100.000 1.000.000 e. Penyediaan bahan baku 10 paket 10x400.000 4.000.000 f. Sewa Komputer 15 pertemuan 3 unit 15x3x150.000 6.750.000 g. Sewa LCD Proyektor dan Viewer 15 pertemuan 1 paket 15x1x50.000 750.000 h. Clossing Ceremony 1 paket 1x2.500.000 2.500.000 Rp. 34.000.000 5. PEMASARAN Rincian : a. Pembuatan Website 1 buah 1x600.000 600.000 b. Brosur 1 rim 1x200.000 200.000 c. Label brand 1 paket 1x500.000 500.000 d. Facebook Ads 3 bulan 3x1.200.000 3.600.000 Rp. 4.900.000 6. ADMINISTRASI KEGIATAN Rincian : a. Kertas HVS 2 rim 2x40.000 80.000 b. Buku Inventaris, Buku Presensi, Buku Tamu 1 paket 1x100.000 100.000 c. 60 buah 60x2000 120.000 Sertifikat Rp. 300.000 7. DOKUMENTASI & PUBLIKASI Rincian : a. Sewa Kamera DSLR 15 pertemuan 1 buah 15x1x80.000 1.200.000 b. Cetak X-Banner 3 buah 3x50.000 150.000 c. Cetak Banner (3x1) 2 buah 2x66 000 132.000 d. Cocard Panitia & Peserta 30 buah 30x2500 75.000 Rp. 1.557.000 TOTAL ANGGARAN DANA Rp. 44.347.000 Yogyakarta, 5 juli 2018 Wahyu Al Alif PROPOSAL KARYA “KOMUNITAS PEMUDA PEDULI DIFABEL” Pemberdayaan Ekonomi Penyandang Difabel Melalui Usaha Mandiri Kerajinan Tangan Dengan Memanfaatkan e-Commerce Penyusun : Wahyu Al Alif Komisariat Universitas Amikom Yogyakarta