BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Tingkat risiko bencana erupsi merapi untuk kelompok difabel tubuh dipengaruhi oleh faktor ancaman, kerentanan dan kapasitas. Desa kepuharjo termasuk kawasan Area Terdampak Langsung (ATL) dan kawasan rawan bencana III maka semua difabel tubuh memiliki tingkat ancaman tinggi. Difabel tubuh yang memiliki kerentanan kategori tinggi berjumlah 5 orang, kerentanan kategori sedang berjumlah 16 orang dan 12 orang difabel tubuh yang masuk kategori rendah. Difabel tubuh yang termasuk kapasitas kategori tinggi berjumlah 6 orang, kategori sedang berjumlah 7 orang dan 20 orang masuk kategori rendah. Kelompok difabel tubuh yang memiliki risiko bencana kategori tinggi berjumlah 4 orang, kategori sedang berjumlah 11 orang dan kategori risiko rendah berjumlah 18 orang. PRB inklusi difabel akan membantu difabel tubuh dalam menghadapi erupsi merapi di masa depan. Mereka secara signifikan akan mendapatkan keuntungan dari akses bantuan, evakuasi, jaringan, sarana dan komunikasi dalam kegiatan kebencanaan. Kegiatan PRB inklusi difabel tubuh di Desa Kepuharjo antara lain: a. Sosialisasi dan Pelatihan kebencanaan kepada difabel tubuh yang dilaksanakan di Desa Kepuharjo. b. Peningkatan partisipasi difabel tubuh dengan mempermudah aksesibilitas terhadap kegiatan dan sarana kebencanaan. c. Pelatihan untuk memahami akan aspek kecacatan seperti cara evakuasi dan pemenuhan kebutuhan difabel tubuh dalam manajemen kebencanaan. d. Keterlibatan difabel tubuh langsung dalam pendataan warga difabel membuat data lebih rinci dan akurat. e. Manajemen Kebencanaan dengan aspek: keselamatan, kemudahan, kegunaan, kemandirian para difabel tubuh. 5.2. Saran a. Identifikasi faktor individu dan struktural difabel tubuh dalam konteks bencana secara lebih lengkap. b. Diperlukan pelatihan petugas yang membantu penyandang disabilitas tidak terpinggirkan dalam kegiatan PRB dan semua fase kebencanaan. c. Memperkuat sistem informasi berdasarkan penilaian kerentanan dan kapasitas partisipatif difabel tubuh yang rinci dan akurat tentang difabel tubuh. d. Mengantisipasi perbedaan bahasa dalam masyarakat. Penggunaan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa membantu difabel tubuh memahami dan mengikuti proses pembelajaran kebencanaan. e. Perlu penelitian lebih lanjut terhadap difabel lain seperti difabel rungu, netra, wicara, mental maupun eks psikotik. f. Perlu adanya informasi atau data pembanding pelaksanaan PRB kepada setiap jenis difabel.