Uploaded by User84078

Makalah Kebijakan Kesehatan

advertisement
Makalah Kebijakan Kesehatan
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perencanaan
kesehatan
adalah
sebuah
proses
untuk
merumuskan
masalah-masalah kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan
kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang
paling pokok dan menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Perencanaan akan menjadi efektif jika perumusan masalah
sudah dilakukan berdasarkan fakta-fakta dan bukan berdasarkan emosi atau
angan-angan saja. Fakta-fakta diungkap dengan menggunakan data untuk
menunjang perumusan masalah. Perencanaan juga merupakan proses pemilihan
alternative tindakan yang terbaik untuk mencapai tujuan. Perencanaan juga
merupakan suatu keputusan untuk mengerjakan sesuatu di masa akan datang,
yaitu suatu tindakan yang diproyeksikan di masa yang akan datang.
Kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan keputusan formal
organisasi, yang bersifat mengikat, yang mengatur perilaku dengan
tujuan untuk menciptakan tata nilai baru dalam masyarakat,. Kebijakan
akan menjadi rujukan utama para anggota organisasi atau anggota
masyarakat dalam berperilaku. Kebijakan pada umumnya bersifat problem
solving dan proaktif. Berbeda dengan Hukum (Law) dan Peraturan
(Regulation).
Contoh kebijakan adalah:
1.
Undang-Undang,
2.
Peraturan Pemerintah
3.
Keputusan Presiden
4.
Keputusan Mentri
5.
Peraturan Daerah
6.
Keputusan Bupati
7.
Keputusan Direktur
Setiap kebijakan yang dicontohkan di sini adalah bersifat mengikat
dan wajib dilaksanakan oleh obyek kebijakan. Contoh di atas juga
memberi pengetahuan pada kita semua bahwa ruang lingkup kebijakan
dapat bersifat makro, meso, dan mikro. Analisis kebijakan adalah suatu
aktivitas intelektual dan praktis yang ditujukan untuk menciptakan,
menerapkan, secara kritis menilai, dan mengkomunikasikan substansi
kebijakan.
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan apa
saja yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu :
1.
Bagaimana perumusan masalah kebijakan ?
2.
Bagaimana merencanakan kebijakan kesehatan ?
3.
Apa yang menjadi dasar-dasar dalam membuat kebijakan
kesehatan ?
4.
3.
Bagaimana kebijakan kesehatan di Indonesia ?
Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan di atas, tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk menjelaskan bagaimana perumusan masalah kebijakan.
2.
Untuk menjelaskan bagaimana merencanakan kebijakan
kesehatan.
3.
Untuk menjelaskan dasar-dasar membuat kebijakan
kesehatan.
4.
Untuk menggambarkan bagaimana kebijakan kesehatan di
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Analisis Kebijakan Kesehatan, terdiri dari 3 kata yang mengandung arti atau
dimensi yang luas, yaitu analisa atau analisis, kebijakan, dan kesehatan.
Analisa atau analisis, adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (seperti
karangan, perbuatan, kejadian atau peristiwa) untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya, sebab musabab atau duduk perkaranya.
Kebijakan merupakan suatu rangkaian alternative yang siap dipilih berdasarkan
prinsip-prinsip tertentu. Kebijakan merupakan suatu hasil analisis yang mendalam
terhadap berbagai alternative yang bermuara kepada keputusan tentang alternative
terbaik.
Kebijakan adalah rangkaian dan asas yang menjadi garis besar dan dasar
rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan kepemimpinan, dan cara bertindak (tentag
organisasi, atau pemerintah); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai
garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran tertentu.
Contoh: kebijakan kebudayaan, adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi
garis besar rencana atau aktifitas suatu negara untuk mengembangkan kebudayaan
bangsanya. Kebijakan Kependudukan, adalah konsep dan garis besar rencana suatu
pemerintah untuk mengatur atau mengawasi pertumbuhan penduduk dan dinamika
penduduk dalam negaranya
Kebijakan berbeda makna dengan Kebijaksanaan. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia kebijaksanaan adalah kepandaian seseorang menggunakan akal
budinya (berdasar pengalaman dan pangetahuannya); atau kecakapan bertindak apabila
menghadapi kesulitan.
Kebijaksanaan berkenaan dengan suatu keputusan yang memperbolehkan
sesuatu yang sebenarnya dilarang berdasarkan alasan-alasan tertentu seperti
pertimbangan kemanusiaan, keadaan gawat dll. Kebijaksanaan selalu mengandung
makna melanggar segala sesuatu yang pernah ditetapkan karena alasan tertentu.
Menurut UU RI No. 23, tahun 1991, tentang kesehatan, kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara soial dan ekonomi (RI, 1992).
Pengertian ini cenderung tidak berbeda dengan yang dikembangkan oleh WHO,
yaitu: kesehatan adalah suatu kaadaan yang sempurna yang mencakup fisik, mental,
kesejahteraan dan bukan hanya terbebasnya dari penyakit atau kecacatan.Menurut UU
No. 36, tahun 2009 Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial
dan ekonomis.
Jadi, analisis kebijakan kesehatan adalah pengunaan berbagai metode penelitian
dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan
kebijakan sehingga dapat dimanfaatkan ditingkat politik dalam rangka memecahkan
masalah kebijakan kesehatan.
Analisis kebijakan kesehatan awalnya adalah hasil pengembangan dari analisis
kebijakan publik. Akibat dari semakin majunya ilmu pengetahuan dan kebutuhan akan
analisis kebijakan dalam bidang kesehatan itulah akhirnya bidang kajian analisis
kebijakan kesehatan muncul. Sebagai suatu bidang kajian ilmu yang baru, analisis
kebijakan kesehatan memiliki peran dan fungsi dalam pelaksanaannya. Peran dan
fungsi itu adalah:
Adanya analisis kebijakan kesehatan akan memberikan keputusan yang fokus
pada masalah yang akan diselesaikan.
Analisis kebijakan kesehatan mampu menganalisis multi disiplin ilmu. Satu disiplin
kebijakan dan kedua disiplin ilmu kesehatan. Pada peran ini analisis kebijakan
kesehatan menggabungkan keduanya yang kemudian menjadi sub kajian baru
dalam khazanah keilmuan.
Adanya analisis kebijakan kesehatan, pemerintah mampu memberikan jenis
tindakan kebijakan apakah yang tepat untuk menyelesaikan suatu masalah.
Memberikan kepastian dengan memberikan kebijakan/keputusan yang sesuai atas
suatu masalah yang awalnya tidak pasti.
Dan analisis kebijakan kesehatan juga menelaah fakta-fakta yang muncul kemudian
akibat dari produk kebijakan yang telah diputuskan/diundangkan.
1. PERUMUSAN MASALAH KEBIJAKAN
Masalah kebijakan, adalah nilai, kebutuhan atau kesempatan yang belum
terpenuhi, tetapi dapat diindentifikasikan dan dicapai melalui tindakan publik.
Tingkat kepelikan masalah tergantung pada nilai dan kebutuhan apa yang
dipandang paling panting.
Staf puskesmas yang kuat orientasi materialnya (gaji tidak memenuhi
kebutuhan), cenderung memandang aspek imbalan dari puskesmas sebagai
masalah mandasar dari pada orang yang punya komitmen pada kualitas pelayanan
kesehatan.
Menurut Dunn (1988) beberapa karakteristik masalah pokok dari masalah
kebijakan, adalah:
1. Interdepensi (saling tergantung)
yaitu kebijakan suatu bidang (energi) seringkali mempengaruhi masalah
kebijakan lainnya (pelayanan kesehatan). Kondisi ini menunjukkan adanya
sistem masalah. Sistem masalah ini membutuhkan pendekatan Holistik, satu
masalah dengan yang lain tidak dapat di piahkan dan diukur sendirian.
2. Subjektif,
yaitu kondisi eksternal yang menimbulkan masalah diindentifikasi,
diklasifikasi dan dievaluasi secara selektif. Contoh: Populasi udara secara
objektif dapat diukur (data). Data ini menimbulkan penafsiran yang beragam
(l. gangguan kesehatan, lingkungan, iklim, dan lain-lain). Muncul situasi
problematis, bukan problem itu sendiri.
3. Artifisial,
yaitu pada saat diperlukan perubahan situasi problematis, sehingga dapat
menimbulkan masalah kebijakan.
4. Dinamis
yaitu masalah dan pemecahannya berada pada suasana perubahan yang
terus menerus. Pemecahan masalah justru dapat memunculkan masalah baru,
yang membutuhkan pemecahan masalah lanjutan.
5. Tidak terduga
yaitu masalah yang muncul di luar jangkauan kebijakan dan sistem
masalah kebijakan.
2. MERENCANAKAN KEBIJAKAN KESEHATAN
Perencanaan yang baik, mempunyai beberapa ciri-ciri yang harus
diperhatikan. Menurut Azwar (1996) ciri-ciri tersebut secara sederhana dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Bagian dari sistem administrasi
Suatu perencanaan yang baik adalah yang berhasil menempatkan
pekerjaan perencanaan sebagai bagian dari sistem administrasi secara
keseluruhan. Sesungguhnya, perencanaan pada dasarnya merupakan salah
satu dari fungsi administrasi yang amat penting. Pekerjaan administrasi yang
tidak didukung oleh perencanaan, bukan merupakan pekerjaan administrasi
yang baik.
2. Dilaksanakan secara terus-menerus dan berkesinambungan
Suatu perencanaan yang baik adalah yang dilakukan secara terus-menerus
dan berkesinambungan. Perencanaan yang dilakukan hanya sekali bukanlah
perencanaan yang dianjurkan. Ada hubungan yang berkelanjutan antara
perencanaan dengan berbagai fungsi administrasi lain yang dikenal.
Disebutkan perencanaan penting untuk pelaksanaan, yang apabila hasilnya
telah dinilai, dilanjutkan lagi dengan perencanaan. Demikian seterusnya
sehingga terbentuk suatu spiral yang tidak mengenal titik akhir.
3. Berorientasi pada masa depan
Suatu perencanaan yang baik adalah yang berorientasi pada masa depan.
Artinya, hasil dari pekerjaan perencanaan tersebut, apabila dapat dilaksanakan,
akan mendatangkan berbagai kebaikan tidak hanya pada saat ini, tetapi juga
pada masa yang akan datang.
4. Mampu menyelesaikan masalah
Suatu perencanaan yang baik adalah yamg mampu menyelesaikan
berbagai masalah dan ataupun tantangan yang dihadapi. Penyelesaian masalah
dan ataupun tantangan yang dimaksudkan disini tentu harus disesuaikan
dengan kemampuan. Dalam arti penyelesaian masalah dan ataupun tantangan
tersebut dilakukan secara bertahap, yang harus tercermin pada pentahapan
perencanaan yang akan dilakukan.
5. Mempunyai tujuan
Suatu perencanaan yang baik adalah yang mempunyai tujuan yang
dicantumkan secara jelas. Tujuan yang dimaksudkandi sini biasanya
dibedakan atas dua macam, yakni tujuan umum yang berisikan uraian secara
garis besar, serta tujuan khusus yang berisikan uraian lebih spesifik.
6. Bersifat mampu kelola
Suatu perencanaan yang baik adalah yang bersifat mampu kelola, dalam
arti bersifat wajar, logis, obyektif, jelas, runtun, fleksibel serta telah
disesuaikan dengan sumber daya. Perencanaan yang disusun tidak logis serta
tidak runtun, apalagi yang tidak sesuai dengan sumber daya bukanlah
perencanaan yang baik.
3.
DASAR - DASAR MEMBUAT KEBIJAKAN KESEHATAN
Dasar kebijakan strategis dalam pembangunan kesehatan
Memahami dasar-dasar pembangunan kesehatan pada hakekatnya
merupakan upaya mewujudkan nilai kebenaran dan aturan pokok sebagai
landasan untuk berpikir dan bertindak dalam pembangunan kesehatan. Nilai
tersebut merupakan landasan dalam menghayati isu strategis, melaksanakan visi,
dan misi sebagai petunjuk pokok pelaksanaan pembangunan kesehatan secara
nasional sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Kesehatan
menuju Indonesia Sehat, yang meliputi: perikemanusiaan, adil dan merata,
pemberdayaan dan kemandirian, pengutamaan dan manfaat.
1. Isu Strategis Pembangunan Kesehatan
Banyak masalah kesehatan dapat dideteksi dan diatasi secara dini di
tingkat paling bawah. Jumlah dan mutu tenaga kesehatan belum memenuhi
kebutuhan. Pemanfaatan pembiayaan kesehatan belum terfokus dan sinkron.
Hasil sarana kesehatan bisa dijadikan pendapatan daerah. Masyarakat miskin
belum sepenuhnya terjangkau dalam pelayanan kesehatan. Beban ganda
penyakit dapat menimbulkan masalah lainnya secara fisik, mental dan sosial.
2. Visi Strategis Pembangunan Kesehatan
Dengan memperhatikan isu strategis pembangunan kesehatan tersebut dan
juga dengan mempertimbangkan perkembangan, masalah, serta berbagai
kecenderungan pembangunan kesehatan ke depan maka ditetapkan visi
pembangunan kesehatan oleh Departemen Kesehatan yaitu Masyarakat Yang
Mandiri Untuk Hidup Sehat.
Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat adalah suatu kondisi di mana
masyarakat Indonesia menyadari, mau, dan mampu untuk mengenali,
mencegah dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga
dapat bebas dari gangguan kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakit
termasuk gangguan kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan dan
perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat.
3. Misi Strategis Pembangunan Kesehatan
Visi pembangunan kesehatan tersebut kemudian diejawantahkan melalui
misi pembangunan kesehatan, yakni Membuat Rakyat Sehat. Misi kesehatan
ini kemudian dijalankan dengan mengembangkan nilai-nilai dasar dalam
pelayanan kesehatan yaitu berpihak pada rakyat, bertindak cepat dan tepat,
kerjasama tim, integritas yang tinggi, transparansi dan akuntabilitas.
4.
KEBIJAKAN KESEHATAN DI INDONESIA
Isu strategis

Pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu belum
optimal

Sistem perencanaan dan penganggaran departemen kesehatan belum
optimal

Standar dan pedoman pelaksanaan pembangunan kesehatan masih kurang
memadai

Dukungan departemen kesehatan untuk melaksanakan pembangunan
kesehatan masih terbatas.
Strategi kesehatan di Indonesia

Mewujudkan komitmen pembangunan kesehatan

Meningkatkan pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan

Membina sistem kesehatan dan sistem hukum di bidang kesehatan

Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan

Melaksanakan jejaring pembangunan kesehatan.
BAB III
SIMPULAN
Berdasarkan uraian makalah diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam
perencanaan kesehatan khususnya pada tahap perencanaan kebijakan kesehatan perlu
dilakukan perumusan masalah kebijakan itu sendiri, kemudian merencanakan
kebijakan kesehatan dan menganalisis dasar-dasar dalam membuat kebijakan
kesehatan demi terwujudnya perencanaan kesehatan masyarakat Indonesia yang
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Dunn, William N. 1999. Analisis Kebijakan. Diterjemahkan Drs. Samodra Wibawa,
MA dkk. Edisi ke 2. Jakarta
Http://ekayuniar.blogspot.com/2011/06/1-pengantar-tentang-kebijakan-kesehatan.htm
l
Http://stikesmbbaksos.blogspot.com/2010/04/kebijakan-kesehatan-di-era-otonomi.ht
ml
Http://sofyan-fkm-ump.blogspot.com/2012/02/kebijakan-kesehatan.html
Http://vendiaria.blogspot.com/p/dasar-dasar-membuat-kebijakan-kesehatan.html
Kebijakan pelayanan kesehatan
1. 1. 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupaan
sehari-hari kita sering menemui pelayanan kesehatan di tempat tertentu, baik
di Pustu, Puskesmas, Klinik dan rumah sakit. Pelayanan kesehatan meliputi
peningkatan, pencegahan, pengobatan, dan pemulihan, baik pelayanan
kesehatan konvensional maupun pelayanan kesehatan yang terdiri dari
pengobatan tradisional dan komplementer melalui pendidikan dan pelatihan
dengan selalu mengutamakan keamanan dan efektifitas yang tinggi. Ruang
lingkup pelayanan kesehatan masyarakat menyangkut kepentingan masyarakat
banyak, maka peranan pemerintah dalam pelayanan kesehatan masyarakat
mempunyai bagian atau porsi yang besar. Namun karena keterbatasan sumber
daya pemerintah, maka potensi masyarakat perlu digali atau diikutsertakan
dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat tersebut. Didalam kehidupan
nyata sekarang ini masih ada masyarakat yang belum mendapatkan hak
pelayanan kesehatan, kurangnya informasi serta sosialisasi merupakan salah
satu faktor yang menjadikan masyarakat belum bisa menikmati pelayanan
kesehatan dengan layak. Progam tentang pelayanan kesehatan dari pemerintah
pun sampai sekarang belum mencapai angka keberhasilan yang tinggi. Dalam
pelayanan pemerintah, rasa puas masyarakat terpenuhi bila apa yang diberikan
oleh pemerintah kepada mereka sesuai dengan apa yang mereka harapkan,
dengan memperhatikan kualitas dan kuantitas pelayanan itu di berikan serta
biaya yang relatif terjangkau dan mutu pelayanan yang baik. Jadi, terdapat tiga
unsur pokok dari pelayanan itu sendiri. Pertama, biaya harus relatif lebih
rendah, kedua, waktu yang diperlukan, dan terakhir mutu pelayanan yang
diberikan relatif baik. Keterlibatan pemerintah dalam hal ini sebagai
penanggung jawab di bidang pembangunan dalam rangka penyelenggaraan
pembangunan kesehatan masyarakat sebagai salah satu unsur kesejahteraan
umum yang merupakan tujuan nasional yang harus diwujudkan sesuai dengan
cita-cita Bangsa Indonesia. Untuk itu makalah ini membahas tentang
kebijakan pelayanan kesehatan yang mana
2. 2. 2 diharapkan dapat memberikan jawaban tentang kebijakan-kebijakan yang
sudah tercapai atau belum dalam kehidupan nyata sekarang ini. B. Tujuan dan
Manfaat 1. Tujuan a. Kebijaksanaan/Kebijakan b. Pengertian Pelayanan
Kesehatan c. Konsep Pelayanan Kesehatan Masyarakat d. Macam Pelayanan
Kesehatan e. Pola Pikir Dalam Perilaku Kesehatan f. Sistem Kesehatan g.
Pelayanan
Kesehatan
Masyarakat
h.
Program
Pelayanan
Kesehatan
Masyarakat i. Perkembangan Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat Di
Indonesia 2. Manfaat Pembuatan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat
bagi siapa saja yang ingin menambah wawasan dan pengetahun tentang
pelayanan
kesehatan
masyarakat
dan
program
pelayanan
kesehatan
masyarakat di Indonesia serta upaya untuk pengembangan pelayanan
kesehatan masyarakat.
3. 3. 3 BAB II. LANDASAN TEORI A. Kebijaksanaan/Kebijakan Pemerintah
dalam peningkatan pelayanan publik terdapat beberapa kebijakan- kebijakan
pemerintah dalam hal ini biasa juga disebut sebagai kebijaksanaan.
Kebijaksanaan Menurut Amara Raksasataya, adalah sebagai suatu taktik dan
strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan. Sejalan dengan yang
dikemukakan oleh Dr. SP. Siagian, MPA dalam proses pengolahan
Pembangunan Nasional, bahwa Kebijaksanaan adalah serangkaian keputusan
yang sifatya mendasar untuk dipergunaan sebagai landasan bertindak dalam
usaha
untuk
mencapai
suatu
tujuan
yang
ditetapkan
sebelumnya.
Kesimpulannya, Kebijakan/kebijaksanaan adalah suatu rangkaian keputusan
yang telah di tetapkan dengan cara yang terbaik untuk mencapai suatu tujuan
yang telah ditetapkan sebelum kebijakan tersebut diambil. Secara garis besar
ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembuatan kebijakan, yaitu : 1.
Adanya pengaruh tekanan dari luar 2. Adanya pengaruh kebiasaan lama
(konservatisme) 3. Adanya pengaruh sifat pribadi 4. Adanya pengaruh dari
kelompok luar 5. Adanya pengaruh keadaan masa lalu. B. Pengertian
Pelayanan Kesehatan Pengertian pelayanan kesehatan banyak macamnya.
Menurut pendapat Levey dan Loomba (1973), Pelayanan kesehatan adalah
setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam
suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah
dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,
keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.
4. 4. 4 C. Konsep Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pelayanan pada hakikatnya
adalah serangkaian kegiatan, karena itu ia merupakan proses. Sebagai proses,
pelayanan secara rutin dan berkesinambugan orang dalam masyarakat.
Pelayanan merupakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia berusaha,
baik melalui aktivitas sendiri, maupun secara langsung melalui aktivitas orang
lain aktivitas adalah suatu proses penggunaan akal, pikiran, panca indra dan
anggota badan dengan atau tanpa alat bantu yang dilakukan oleh seseorang
untuk mendapkan sesuatu yang diinginkan baik dalam bentuk barang maupun
jasa. Proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang secara
langsung inilah yang dinamakan pelayanan. Timbulnya pelayanan dari orang
lain kepada seseorang yang orang lain tidak ada kepentingan langsung atas
sesuatu yang orang lain tidak ada kepentingan langsung atas sesuatu yang
dilakukan karena faktor penyebab yang bersifat ideal mendasar dan bersifat
material. Selanjutnya faktor material adalah oraganisasi, yang menimbulkan
hak dan kewajiban, baik dalam maupun keluar. Hak dan kewajiban kedalaman
dapat disebut misalnya : Hak : 1. Hak mendapatkan perlakuan yang sama atas
dasar aturan yang adil dan jujur. 2. Hak atas penghasilan berdasarkan
paraturan yang ada. 3. Hak menjalankan ibadah di tempat kerja. 4. Hak
istirahat sesuai konfensi Interational Labour Organisation (ILO) 5. Hak
perlindungan terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Kewajiban : 1.
Menyelesaikan tugas/pekerjaan yang dibebankan kepadanya dalam waktu
yang telah ditentukan. 2. Melayani keperluan orang yang berkepentingan, baik
orang dalam (sesame pegawai/karyawan) maupu orang lain bukan
pegawai/karyawan, dengan cara da sikap yang sama (sesuai dengan norma
umum dan upaya organisasi).
5. 5. 5 3. Mentaati aturan organisasi. 4. Bersikap dan bertingkah laku sesuai
dengan doktrin dan budaya organisasi. Adapun hak dan kewajiban keluar
ditujukan kepada orang luar atau masyarakat yang berkepentingan ialah : Hak :
1. Bertahan terhadap paksaan yang bersifat penyimpangan dari aturan
organisasi. 2. Melakukan tindakan darurat dilapangan apabila diperlukan.
Kewajiban, yaitu melayani keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai
kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang
telah ditetapkan. Berdasarkan undang-undang Republik Indonesia Nomor 25
tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. yang dimaksud dengan pelayanan
public adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap
warga Negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administrative yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan public.
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau
secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan
kesehatan masyarakat yang ditandai dengan cara pengorganisasian yang
umumnya secara bersama-sama dalam satu organisasi, tujuan utamanya untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit yang
sasaran utamanya untuk kelompok dan masyarakat. Lingkungan pelayanan
kesehatan meliputi sistem pembiayaan kesehatan, peraturan perundang –
undangan, kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan, kebijakan
pembiayaan dan peraturan keuangan, serta sistem regulasi
6. 6. 6 kesehatan. Seluruh sistem yang berlaku di masyarakat sangat berpengaruh
terhadap sistem organisasi pelayanan kesehatan dan sistem mikro pelayanan
kesehatan. Untuk melakukan perbaikan mutu pelayanan kesehatan, perlu
diperhatikan empat tingkat perubahan, yaitu : 1. Pengalaman pasien dan
masyarakat 2. Sistem mikro pelayanan 3. Sistem organisasi pelayanan
kesehatan 4. Lingkungan pelayanan kesehatan
7. 7. 7 Pembangunan di bidang kesehatan sangat penting untuk melaksanakan
program, seperti program air bersih dan sanitasi, pelayanan klinik, dan
pengembangan Sumber Daya Manusia. Syarat pelayanan kesehatan yang baik
setidaknya dapat dibedakan atas 13 macam, yakni tersedia , menyeluruh,
terpadu, berkesinambungan , adil/merata, mandiri, wajar, efektif, efisien, serta
bermutu. Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu
banyak upaya yang dapat dilaksanakan. Upaya tersebut jika- dilaksanakan
secara terarah dan terencana, dalam Ilmu administrasi kesehatan dikenal
dengan nama Program Menjaga Mutu D. Macam Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan kedokteran (medical services) dan
pelayanan kesehatan masyarakat (public health services). Jika dijabarkan dari
pendapat Hodgetts dan Cascio (1983) adalah : 1. Pelayanan kedokteran
ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri atau secara
bersama-sama dalam satu organisasi, tujuan utamanya ialah untuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, serta sasarannya
terutama untuk perseorangan dan keluarga. 2. Pelayanan kesehatan masyarakat
ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya bersama-sama dalam
satu organisasi, tujuan utamanya ialah untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit, serta sasarannya terutama untuk
kelompok dan masyarakat. 3. Bentuk Pelayanan Kesehatan Secara umum, ada
3 tingkat atau gradasi penyakit yaitu sakit ringan (mild), sakit sedang
(moderate), dan sakit parah (severe) yang menuntut bentuk pelayanan
kesehatan yang berbeda pula. Oleh sebab itu, perlu dibedakan adanya 3 bentuk
pelayanan, yakni : 1) Pelayanan kesehatan tingkat pertama (Primary health
care) : Pelayanan kesehatan ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan
dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau
promosi kesehatan. Pelayanan yang diperlukan pada jenis ini bersifat
pelayanan kesehatan
8. 8. 8 dasar (basic health services) atau juga merupakan pelayanan kesehatan
primer atau utama (primary health care). Bentuk pelayanan ini seperti
Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, dan Balkesmas. 2)
Pelayanan kesehatan tingkat kedua (secondary health services) : Pelayanan
kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan
perawatan nginap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan
primer. Bentuk pelayanan ini misalnya Rumah Sakit tipe C dan D, dan
memerlukan tersedianya tenaga-tenaga spesialis. 3) Pelayanan kesehatan
tingkat ketiga (tertiary health services) : Pelayanan kesehatan ini diperlukan
untuk kelompok masyarakat atau pasiaen yang sudah tidak dapat ditangani
oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan kesehatan ini sudah komplek,
dan memerlukan tenaga-tenaga super spesialis. Contohnya Rumah sakit
bertipe A dan B. E. Pola Pikir dalam Prilaku Kesehatan Masyrakat luas di
Amerika Serikat beranggapan bahwa mendapatkan pelayanan kesehatan yang
bermutu adalah hak mereka. Hal ini tentu memicu para penyelenggara
pelayanan kesehatan untuk secara serius berupaya meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan yang akan diberikan kepada masyarakat. Bercermin dari
pola pikir masyarakat Amerika tersebut, yang memandang bahwa kesehatan
yang bermutu adalah suatu hak yang harus didapatkan. Masyarakat Indonesia
juga harus menyadari bahwa kesehatan adalah hak mutlak kita semua karena
kesehatan adalah kebutuhan dasar yang paling utama. Pada dasarnya masih
banyak pola pikir dan prilaku tentang kesehatan di masyarakat kita yang masih
kental menganut kepercayaan praktek kesehatan tradisional diantaranya masih
banyak persalinan di pedesaan dan semi-kota yang ditolong dukun bayi, masih
ada anggapan masyarakat bahwa penyakit disebabkan oleh makhluk halus
sehingga mereka lebih memilih berobat ke dukun daripada memanfaatkan
sarana kesehatan dan masih ada prilaku masyarakat merasa membutuhkan
upaya kesehatan jika mereka telah berada dalam tahap sakit yang parah.
9. 9. 9 Masih kurangnya kesadaran masyarakat kita tentang prilaku sehat dan
memanfaatkan sarana kesehatan merupakan pekerjaan rumah bagi pemerintah
daerah untuk lebih menggiatkan program promotif kesehatan dan pendidikan
kesehatan bagi masyarakat di daerahnya masing-masing. Dengan cara ini
maka penggunaan sarana kesehatan diharapkan dapat lebih ditingkatkan
kualitas pelayananya dan masyarakat dapat menyadari bahwa sarana kesehatan
yang telah disediakan oleh pemerintah memang diperuntukkan bagi
masyarakat. F. Sistem Kesehatan Pemahaman sempit tentang sistem pelayanan
kesehatan membuat fokus pelayanan lebih kuratif dibanding preventif. Sistem
pelayanan kesehatan seperti ini dapat memacu investasi besar pada rumah
sakit. Anggaran kesehatan yang masih rendah, sistem pengobatan dan
penggunaan dana yang tidak efektif dan efesien adalah satu elemen kronis
penyebab lemahnya sistem pelayanan kesehatan terutama ibu dan anak.Sejauh
ini sumber swasta menempati kisaran 75 % sampai 80% pembiayaan
kesehatan. Dari sumber swasta ini sekitar 72% dari kantong masyarakat.
Situasi ini membuat pelayanan kesehatan akan menjadi lebih mahal terlebih
bagi masyarakat miskin. Kinerja sektor kesehatan diperlemah oleh rendahnya
kompetensi dan ketimpangan distribusi tenaga kesehatan. Disamping itu
banyak tenaga kesehatan pemerintah bekerja tidak resmi disektor swasta
karena alasan pendapatan dan tradisi. Akses dan kualitas pelayanan kesehatan
masih memprihatinkan. Belum ada suatu mekanisme yang menjamin akses
terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi masyarakat miskin. G.
Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pelayanan kesehatan masyarakat bertujuan
untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit dengan sasaran
utamanya adalah masyarakat. Oleh karena ruang lingkup pelayanan kesehatan
masyarakat menyangkut kepentingan masyarakat banyak, maka peranan
pemerintah dalam pelayanan kesehatan masyarakat mempunyai bagian atau
porsi yang besar. Namun karena keterbatasan
10. 10. 10 sumber daya pemerintah, maka potensi masyarakat perlu digali atau
diikutsertakan dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat tersebut.
Mengalang potensi masyarakat mencakup 3 dimensi, yaitu : 1. Potensi
masyarakat dalam arti komunitas (misalnya masyarakat RT, RW, Kelurahan
dan sebagainya). Bentuk-bentuk partisipasi dan penggalian potensi masyarakat
dalam pelayanan kesehatan masyarakat seperti adanya dana sehat, iuran untuk
PMT (Pembinaan Makanan Tambahan), untuk anak balita, dan sebagainya. 2.
Menggalang potensi masyarakat melalui organisasi-organisasi masyarakat atau
sering
disebut
Lembaga-lembaga
Swadaya
Masyarakat
(LSM).
Penyelenggaraan pelayanan-pelayanan kesehatan masyarakat oleh LSM-LSM
pada hakikatnya merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam system
pelayanan kesehatan masyarakat. 3. Menggalang potensi masyarakat melalui
perusahaan-perusahaan swasta yang ikut membantu meringankan beban
penyelenggara pelayanan kesehatan masyarakat (Puskesmas, Balkesmas, dan
sebagainya). Ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan dalam
pelayanan kesehatan masyarakat, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun swasta, antara lain : a. Penanggung jawab: pengawasan, standar
pelayanan, dan sebagainya dalam pelayanan kesehatan masyarakat baik
pemerintah (Puskesmas) maupun swasta (Balkesmas) berada di bawah
koordinasi penanggung jawab seperti Departemen Kesehatan. b. Standar
pelayanan: pelayanan kesehatan masyarakat, baik pemerintah maupun swasta
harus berdasarkan pada suatu standar tertentu. Di Indonesia standar ini telah
ditetapkan oleh Departemene Kesehatan, dengan adanya “Buku Pedoman
Puskesmas”. c. Hubungan kerja: dalam hal ini harus ada pembagian kerja yang
jelas antara bagian satu dengan yang lain. Artinya fasilitas kesehatan harus
mempunyai struktur organisasi yang jelas yang menggambarkan hubungan
kerja baik horizontal maupun vertical.
11. 11. 11 d. Pengorganisasian potensi masyarakat: keikutsertaan masyarakat atau
pengorganisasian masyarakat ini penting, karena adanya keterbatasan
sumber-sumber daya penyelenggara pelayanan kesehatan masyarakat. H.
Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat Untuk memberikan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh kepada seluruh masyarakat, maka berikut ini
akan dipaparkan beberapa program pelayanan kesehatana masyarakat. 1.
Puskesmas Usaha kesehatan masyarakat terutama dilakukan melalui
peningkatan pelayanan Puskesmas dan upaya kesehatan kerja. Upaya
kesehatan Puskesmas direncanakan terutama ditujukan kepada golongan ibu,
anak, tenaga kerja, dan masyarakat berpenghasilan rendah baik di pedesaan
maupun di perkotaan. Puskesmas akan dikembangkan menjadi pusat
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Pemerataan upaya kesehatan
Puskesmas akan diusahakan, baik melalui peningkatan fungsi Puskesmas
maupun peran serta masyarakat dengan pendekatan Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa (PKMD). 2. Keluarga Berencana Kegiatan kelurga
berencana diarahkan pada pengembangan keluarga sehat sejahtera, yaitu
dengan makin diterimanya Norma Keluaga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera
(NKKBS) melalui kegiatan penyuluhan dan motivasi pada pasangan usia
subur, generasi muda serta pelayanan medic KB. Pelaksanaan program KB
dilaksanakan secara bertahap, mula – mula program mempunyai orientasi
klinis. Kemudian berkembang dengan pesat, untuk mendapat liputan yang
lebih luas, beberapa tenaga pelaksana lapangan ditempatkan di klinik juga
diwajibkan mengadakan kunjungan ke rumah-rumah untuk memberikan
motivasi dan penerangan di mana dapat memperoleh pelayanan KB.
Peningkatan peranan masyarakat dalam program KB akan memungkinkan alih
peran pengelolaan program KB kepada masyarakat di masa yang akan datan,
dengan demikian perkembangan NKKBS juga akan menjadi kenyataan.
12. 12. 12 3. Kesejahteraan Ibu dan Anak Pelayanan dan monitoring ibu hamil,
ibu melahirkan, dan ibu menyusui ditingkatkan melalui pemeriksaan
kehamilan, imunisasi, identifikasi risiko tinggi kehamilan dan tindak lanjutnya,
pelayanan ibu menyusui dan pertolongan oleh tenaga terlatih. Pelayanan bayi
dan anak prasekolah termasuk murid Taman Kanak-kanak dilakukan melalui
penelitian dan pengamatan dari pertumbuhan dan perkembangan secara
berkala, imunisasi, identifikasi risiko tinggi dengan tindak lanjutdan
pencegahan
dehidrasi.
Peran
serta
masyarakat
ditingkatkan
melalui
penyuluhan yang terutama ditujukan kepada ibu dan dukun beranakserta guru
TK. Penyuluhan juga dilakukan melalui PKK. 4. Kesehatan Sekolah Melalui
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) diharapkan dapat ditingkatkan derajat
kesehatan dan kemampuan untuk hidup sehat dari anak sekolah pada tingkat
Sekolah Dasar dan Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), SMP, dan SMA
termasuk pondok pesantren melalui upaya peningkatan, pencegahan,
pengobatan dan pemeliharaan sehingga mempunyai dampak terhadap
penurunan angka absensi karena sakit. 5. Kesehatan Gigi dan Mulut Dalam
memperluas jangkauan, pemerataan dan peningkatan suatu pelayanan
kesehatan gigi dan mulut dilakukan kegiatan-kegiatan : a. Pelayanan kesehatan
gigi pada unit kelurga terutama ibu hamil, ibu menyusui dan anak pra sekolah.
b. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara paripurna di sekolah dasar,
kegiatan promotif dan preventif di SD. c. Pelayanan medic dasar kedokteran
gigi dilakukan di puskesmas. 6. Kesehatan Jiwa Tujuan pokok kesehatan ini
adalah mencegah meningkatnya angka penderita berbagai gangguan jiwa,
seperti psikonerotik, psikomatik, retardasi mental,
13. 13. 13 kelainan perilaku dan penyalahgunaan narkotik, alcohol, obat, dan
bahan berbahaya lainnya. Pelayanan kesehatan jiwa dilakukan berdasarkan
pendekatan yang menyeluruh dan mendalam dari berbagai segi yang saling
berkaitan, dan melakukan pembinaan sehingga dapat memberikan pelayanan
kesehatan jiwa, terutama untuk dapat mendeteksi secara dini berbagai
gangguan kesehatan jiwa. 7. Laboratorium sederhana Sasaran pokok kegiatan
ini adalah meningkatkan kemampuan pemeriksaan sediaan, untuk mencapai
ini
dilakukan
penataran
tenaga
laboratorium.
Kegiatannya
adalah
melaksanakan pelayanan rutin, penyuluhan dan pengiriman sediaan penyakit
dalam rangka pengamatan kejadian penyakit. 8. Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa (PKMD) PKMD diselenggarakan oleh masyarkat sendiri
yang pengelolaan di lapangan memanfaatkan sumber-sumber setempat dalam
penyelenggaraan secara terus- menerus serta terorganisir hingga ikut
merangkaikan hasil-hasil kegiatannya secara tersambung dengan perpanjangan
program-program Puskesmas di desanya serta mampu terpadu dan menunjang
system kesehatan nasional. 9. Program pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular Tujuan pokok kegiatan ini adalah untuk mencegah
timbulnya penyakit, menurunkan angka kesakitan, kematian, dan akibt buruk
dari
penyakit
menular.
Untuk
mencapai
tujuan
tersebut
diambil
langkah-langkah untuk meningkatkan: a. Pengamatan penyakit menular,
termasuk pelabuhan. b. Kualitas dan kuantitas tenaga di bidang epidemiologi,
entomologi, ekologi, sanitasi, dan laboratorium. c. Kemampuan masyarakat
untuk menolong dirinya sendiri dalam hal pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular dengan menggunakan teknologi tepat guna dan secara
sederhana yang berhasilguna dan berdayaguna. d. Penggunaan alat, serum dan
vaksin dalam negeri. e. Isolasi penderita npenyakit manular. f. Pengamatan
vector penyakit.
14. 14. 14 10. Pencegahan dan pemberantasan penyakit tak menular Tujuan
kegiatan ini adalah menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat
penyakit jantung, dan pembuluh darah, kanker, kecelakaan, dan lain-lain.
Kegiatan
pelayanan
penyembuhan
dan
pemulihan
diutamakan
pada
pengobatan jalan melalui Puskesmas dan rujukannya. Sebagai langkah
pertama diadakan kegiatan pengumpulan data dan penelitian tentang masalah
penyakit tak menular, antara lain dengan mengadakan kegiatan panduan dan
penjaringan selektif pada Puskesmas di daerah tertentu. 11. Program perbaikan
gizi Program ini bertujuan bertujuan untuk menunjang upaya penurunan angka
kematian balita, dan meningkatkan kemampuan masyarakat guna mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal, melalui peningkatan status gizi, terutama bagi
golongan rawan dan masyarakat berpenghasilan rendah baik di desa maupun
di kota. Pokok kegiatan yang dilaksanakan dalm program perbaikan gizi
adalah
Usaha
Perbaikan
Gizi
Keluarga
(UPKG),
pencegahan
dan
penanggulangan penyakit gangguan gizi terutama KKP, Kekurangan Vitamin
A, gondok endemic dan anemi gizi besi, peningkatan gizi anak sekolah, dan
pelayanan gizi institusi. 12. Program peningkatan kesehatan lingkungan
Program ini bertujuan mencapai mutu lingkungan yang dapat menjamin
kesehatan menuju derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta untuk
mewujudkan keikutsertaan dan kesadaran masyarakat dan sector pemerintah
yang berkaitan dalam tanggung jawab upaya peningkatan dan pelestarian
kesehatan lingkungan. Program ini meliputi program peningkatan air bersih,
program penyehatan perumahan dan lingkungan, program pengawasan
kualitas lingkungan, dan pengembangan kegiatan instalasi pemeriksaan
specimen kesehatan lingkungan. Dengan terbitnya undang-undang Nomor 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN) dan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (UU BPJS) , Pemerintah diwajibkan
15. 15. 15 untuk memberikan lima jaminan dasar bagi seluruh masyarakat
Indonesia yaitu jaminan kesehatan, kecelakaan kerja, kematian, pensiun, dan
tunjangan hari tua. Jaminan dimaksud akan dibiayai oleh perseorangan,
pemberi kerja, dan/atau Pemerintah. Dengan demikian, Pemerintah akan mulai
menerapkan kebijakan Universal Health Coverage dalam hal pemberian
pelayanan kesehatan kepada masyarakat, dimana sebelumnya Pemerintah
(Pusat) hanya memberikan pelayanan kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil
dan ABRI-Polisi. Kebijakan ini umumnya diterapkan di negara-negara yang
menganut paham welfare state yaitu negara di Eropa Barat dan negara jajahan
mereka serta beberapa negara Amerika Latin. Perubahan kebijakan dalam
layanan kesehatan dimaksud tidak terlepas dari himbauan World Health
Assembly (WHA), pada sidang ke-58 pada tahun 2005 di Jenewa, agar setiap
negara anggota memberikan akses terhadap pelayanan kesehatan kepada
seluruh masyarakat khususnya bagi yang kurang mampu. Ada pun mekanisme
yang digunakan adalah mekanisme asuransi kesehatan sosial. Hal ini pun
sudah sejalan dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan yang menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang
sama dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan
terjangkau. Dalam implementasi SJSN, Pemerintah akan membentuk dua
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan akan menyelenggarakan program jaminan
kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan akan menyelenggarakan program
jaminan atas kecelakaan kerja, kematian, pensiun dan hari tua. Secara eksplisit,
UU SJSN menyatakan bahwa 4 (empat) BUMN di bidang asuransi yaitu PT
Jamsostek (Persero), PT Taspen (Persero), PT Asabri (Persero), dan PT Askes
(Persero) akan ditransformasi menjadi BPJS. Berkaitan dengan institusi BPJS
Kesehatan, UU BPJS secara jelas menyatakan bahwa PT Askes (Persero) akan
bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan. Selanjutnya semua program
jaminan kesehatan yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan,
Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia,
16. 16. 16 Kepolisian Republik Indonesia, PT Jamsostek (Persero), dan PT Askes
(Persero) akan diambil alih oleh BPJS Kesehatan. Pada Buku Peta Jalan
Menuju Jaminan Kesehatan Nasional 2012-2019 dinyatakan bahwa pada tahun
2014, Pemerintah menargetkan sebanyak 121,6 juta penduduk akan diberikan
jaminan kesehatan oleh BPJS Kesehatan. Jumlah dimaksud diasumsikan
berasal dari program Jamkesmas (96,4 juta jiwa), peserta yang dikelola oleh
PT Askes (Persero) (17,2 juta jiwa), peserta Jaminan Pelayanan Kesehatan
(JPK) Jamsostek (5,5 juta jiwa), dan dari peserta Program Jaminan Kesehatan
Masyarakat Umum (PJKMU) dari pemerintah daerah (2,5 juta jiwa).
Selanjutnya pada tahun 2019, Pemerintah menargetkan seluruh masyarakat
yaitu sebanyak 257,5 juta jiwa akan dijamin oleh BPJS Kesehatan. I.
Perkembangan Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Indonesia
Mengkaji perkembangan pelayanan kesehatan massyarakat di Indonesia
memang sejalan dengan perjuangan bangsa mensejahterahkan masyarakat
Indonesia. Beberapa catatan penting di bawah ini baik sebelum maupun
sesudah Indonesia merdeka dapat dijadikan tonggak sejarah perkembangan
program kesehatan masyarakat di Indonesia. a. Tahun 1942 : Mulai dirintis
pengembangan program pendidikan kesehatan masyarakat untuk peningkatan
sanitasi lingkungan di wilayah pedesaan. b. Tahun 1952 : Pengembangan
upaya usaha Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) mulai dirintis dengan
didirikannya Direktorat KIA di lingkungan Kementrian Kesehatan c. Tahun
1956 : Proyek UKS diperkenalkan di wilayah Jakarta. d. Tahun 1959 :
Program pemberantasan penyakit malaria di milai dengan bantuan WHO. e.
Tahun 1960 : UU Pokok kesehatan dirumuskan. f. Tahun 1969 : Dengan mulai
tersusunnya Repelita, sector kesehatan juga mulai menata perencanaannya
secara nasional. g. Tahun 1982 : Sistem Kesehatan Nasional (SKN) mulai
diberlakukan. h. Tahun 1988 : Penggunaan obat generic diperkenalkan.
17. 17. 17 i. Tahun 1991 : Dokter sebagai pegawai tidak tetap (PTT) mulai
diberlakukan. j. Tahun 1992 : UU no. 23 mulai diterapkan untuk sector
kesehatan. k. Tahun 1994 : Keppres 36 tentang strategi penanggulangan AIDS
Nasional dan Daerah. l. Tahun 1995 : Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dimulai
untuk mencapai target Indonesia bebas polio tahun 2000. Pembangunan
Puskesmas di Indonesia mulai dirintis dengan berbagai pertimbangan yang
bersifat strategis. Untuk jangka panjang pengembangan pelayanan kesehatan
dasar (Primary Health Care/PHC) melalui Puskesmas dinilai jauh lebih efisien
dan efektif hasilnya dibandingkan pengembangan pelayanan RS. Dari konsep
pengembangan PHC lahirlah konsep PKMD (Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa) di Indonesia. PKMD saat ini sudah berkembang menjadi
model peran serta masyarakat di bidang pelayanan kesehatan yang kemudian
diberikan nama sesuai dengan muatan lokalnya seperti muatan tambahan
program gizi dikenal dengan nama UPKG (Upaya Pelayanan Gizi Keluarga);
Proyandu (Program Pelayanan Terpadu) yang diberikan muatan program KIA,
Gizi (Penimbangan Balita, pemberian vitamin A untuk Balita, dan Sulfas
Ferrosus untuk Ibu Hamil), P2M (Imunisasi dan pemberantasan diare,
cacingan), program KB (Konseling); POD (Pos Obat Desa); DUKM (Dana
Upaya Kesehatan Masyarakat) semacam ansuransi kesehatan di desa; Bidan
Desa dengan Polindes (Poliknik Persalinan); pembinaan pengobatan
tradisional, dan sebagainya. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan dunia
(AFTA 2003 dan APEC 2010- 2020) akan berpengaruh pada kebijakan
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Peningkatan kualitas
SDM melalui pendidikan dan pelatihan sangat dibutuhkan untuk memasuki
persaingan global di bidang kesehatan. Setelah 25 tahun Indonesia
mengembangkan primary health care services, Indonesia sudah mencatat
sukses besar dengan turunnya tingkat kematian bayi (IMR), tingkat fertilitas
(FR), tingkat kematian ibu bersalin (MMR), kematian
18. 18. 18 kasar (CDR), angka kesakitan beberapa penyakit menular terutama
yang bisa dicegah dengan imunisasi dan memperpanjang angka harapan hidup.
Meskipun Indonesia sudah mencatat sukses besar di bidang pembangunan
kesehatan namun globalisasi di bidang jasa pelanyanan kesehatan juga akan
ditandai dengan adanya investasi modal asing di Indonesia untuk membangun
pusat–pusat pelayanan kesehatan seperti RS dan laboratorium, termasuk di
biidang farmasi dengan membangun pabrik obat PMA . Akibatnya, persaingan
tenaga kesehatan juga akan berlangssung semakin ketat.
19. 19. 19 BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Ketentuan
yang perlu diperhatikan dalam pelayanan kesehatan masyarakat yaitu
Penanggung jawab, standar pelayanan, hubungan kerja, dan pengorganisasian
potensi masyarakat. 2. Program-program pelayanan kesehatan masyarakat
meliputi Puskesmas, Keluarga Berencana, Kesejahteraan Ibu dan Anak, Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS), Kesehatan Gigi dan Mulut, Kesehatan Jiwa,
Laboratorium sederhana, Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD),
Program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, Pencegahan dan
pemberantasan penyakit tak menular, Program perbaikan gizi, dan Program
peningkatan kesehatan lingkungan. 3. Bentuk pelayanan kesehatan dari tahun
ke tahun mengalami perubahan. Di tahun sekarang pemerintah menerapkan
sistem BPJS yang dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat dengan
syarat terdaftar menjadi anggota BPJS. Diharapkan dengan sistem pelayanan
kesehatan tersebut tanggung jawab pemerintah dalam melayani kesehatan
semua rakyatnya dapat tercapai sehingga angka kesehatan masyarakat dapat
meningkat. Oleh karena itu diciptakanlah kebijakan dalam pelayanan
kesehatan supaya mempunyai tujuan bersama yang bersifat jelas karena
kebijakan dapat diartikan sebagai tujuan bersama. B. Saran Untuk dapat
mencapai visi dan misi dalam pelayanan kesehatan untuk seluruh masyarakat
Indonesia membutuhkan waktu yang panjang, untuk itu diperlukan kerja
samanya kepada semua instansi pemerintahan dalam meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan serta mensosialisasikan hal tersebut kepada semua
kalangan masyarakat, sehingga pemenuhan pelayanan kesehatan dapat
tercapai dengan optimal.
20. 20. 20 DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman.(2012). Kebijakan Pemerintah
Daerah Dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Di Kecamatan Bacan Tengah
Kabupaten
Halmahera
Selatan.Universitas
Hasanuddin
Makassar:tidak
diterbitkan. Ferdi, Roni.(2008). Kebijakan Pelayanan Kesehatan Sistem
Desentralisasi.STIKES alma’arif Baturaja:tidak diterbitkan. Fitri, Arini.(2012).
Pelayanan Kesehatan Masyarakat.Universitas Hasanuddin Makasar:tidak
diterbitkan Janis, Novijan.(2014).BPJS Kesehatan, Supply, dan Demand
Terhadap Layanan Kesehatan. Kepala Subbidang Analisis Risiko Ekonomi,
Keuangan, dan Sosial:tidak diterbitkan.
(https://www.slideshare.net/selvyytjahbalet/kebijakan-pelayanan-kesehatan)
Download