universal health coverage bagi sektor informal

advertisement
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
UNIVERSAL HEALTH COVERAGE
BAGI SEKTOR INFORMAL
Dr. Ir. Lukita Dinarsyah Tuwo, MA
Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/
Wakil Kepala Bappenas
High Level Forum on Expanding Coverage to the Informal Sector
Yogyakarta, 30 September 2013
KERANGKA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
• UU No. 17/2007 tentang RPJPN menyebutkan visi
pembangunan ekonomi nasional sampai dengan 2025
adalah ”mewujudkan masyarakat Indonesia yang
mandiri, maju, adil dan makmur.”
• Mengacu proyeksi pertumbuhan RPJMN yg berkisar
6,3% - 6,8% per tahun, pada tahun 2014 PDB
diperkirakan akan berkisar US$1.200 miliar dan PDB per
kapita sedikit di bawah US$5.000.
• Untuk jangka waktu yang lebih panjang, pertumbuhan
ekonomi Indonesia diproyeksikan sbb:
• PDB pada tahun 2025 berkisar antara US$ 3.760 –
4.730 miliar.
• Dengan proyeksi penduduk sekitar 293 juta jiwa,
PDB per kapita akan berkisar antara US$ 12.855 –
16.160.
• Menurut Goldmann Sachs dan Economist, pada
tahun 2050 PDB Indonesia akan mencapai lebih dari
US$ 26.000 miliar dan menjadi kekuatan 6 besar
dunia.
“Mendorong Indonesia menjadi kekuatan 10 besar dunia
di tahun 2030 dan 6 besar dunia pada tahun 2050 melalui
”pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif dan
berkelanjutan”
Percepatan dan perluasan pertumbuhan ekonomi yg inklusif
dlaam rangka peningkatan kesejahteraan rakyat
2
LANDASAN UU SJSN & BPJS
MENGAMANATKAN ASURANSI SOSIAL
1. Pendorong cakupan universal
2. Pencegah kegagalan pasar
3. Pendorong efisiensi makro
4. Mendukung kinerja kesehatan
3
SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL
UU 40/2004
tentang SJSN
UU 24/2011
tentang BPJS
Askes, Jamkesmas, JPK
bertransformasi menjadi
BPJS Kesehatan
BPJS
Kesehatan
Jaminan
Kesehatan
Program
Kesehatan
Jamsostek
ditransfer ke
BPJS
Kesehatan
pada 1
Januari 2014
Jaminan
Kecelakaan
Kerja
Transformasi
harus selesai
pada 1 Januari
2014
Jamsostek
bertransformasi menjadi
BPJS Ketenagakerjaan
BPJS
Ketenagakerjaan
Jaminan
Hari Tua
Jaminan
Pensiun
BPJS
ketenagakerjaan
harus mulai
diselenggarakan
pada 1 Juli 2015
Jaminan
Kematian
4
PENTINGNYA PERLUASAN CAKUPAN JKN
1. Amendemen Konstitusi memberi
mandat bahwa negara harus
mengembangkan jaminan sosial
bagi seluruh warga nerga.
Ditindak lanjuti oleh UU No. 40/2004
tentang SJSN dan UU No. 24/2011
tentang BPJS.
2. Bonus Demografi dan kompetisi
global ke depan membutuhkan
sumberdaya manusia yang sehat
dan berkualitas.
3. Perlindungan bagi kelompok
miskin dan rentan
Terutama mencegah tidak jatuh lebih
miskin saat sakit.
5
Manfaat (which benefits are covered?)
KEBIJAKAN UNIVERSAL HEALTH COVERAGE
ASURANSI ASKES JAM
SOS
SWASTA
TEK
Pembiayaan (what proportion of the cost is covered?)
diperkirakan sekitar
32,5 juta pekerja
informal yang belum
tercover (IES)
JAMKESMAS
JAMKESDA
Kepesertaan (who is insured?)
6
KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN
(Perpres No. 12/2013 tentang Jamkes)
Kepesertaan mencakup:
1. Pengalihan dan integrasi peserta Jamkesmas/da, JPK Jamsostek, PNS/TNI/Polri.
2. Perluasan kepesertaan di kelompok pekerja swasta dan pekerja mandiri (sektor informal).
PBI
Fakir
miskin
BUKAN PBI
Tidak
mampu
Pekerja
Penerima upah
(dan ART)
•
•
•
•
•
PNS
TNI
Polri
Pejabat negara
Pegawai
Pemerintah non
PNS
• Pensiunan
• Pegawai Swasta
• Pekerja lain yg
menerima upah
Bukan
Pekerja
(dan ART)
Pekerja Bukan
Penerima upah
(dan ART)
• Pekerja diluar
hubungan
kerja/pekerja
mandiri
• Pekerja lain yg
tidak menerima
upah
•
•
•
•
•
Investor
Pemberi kerja
Penerima Pensiun
Veteran
Perintis
kemerdekaan
• Bukan pekerja
lainnya yang
mampu membayar
iuran
7
BEBERAPA KARAKTERISTIK SEKTOR INFORMAL
•
Saat ini, dari 120 juta angkatan
kerja, 114 juta adalah pekerja,
sedangkan 6 juta orang
menganggur.
•
60% diantaranya adalah pekerja
informal (BPS, Feb 2013).
– Sekitar 20 juta pekerja (28,3%)
adalah unpaid family workers.
– Sekitar 35,6 juta orang (31,5%)
bekerja kurang dari 35 jam/minggu
(kategori setengah menganggur).
•
Sekitar 55,5 juta pekerja (49,2%)
hanya berpendidikan SD ke bawah.
•
Rata2 pendapatannya adalah Rp.1,5
juta/bulan.
8
BEBERAPA TANTANGAN PERLUASAN CAKUPAN
KEPADA SEKTOR INFORMAL
• Tersebar di berbagai pelosok nusantara
(termasuk diantaranya petani, nelayan, buruh
perkebunan, dsb)
• Sekitar 43% berusaha pada tempat yang tidak permanen.
• Mobilitas tenaga kerja sangat tinggi
• Dapat memiliki 2-3 pekerjaan sekaligus, atau jam kerja
tidak menentu
• Pendapatan sering tidak stabil dan
berkelanjutan
• Kurang terlibat dalam jasa keuangan.
• Hanya 16% dari pekerja informal yang memiliki rekening
bank atas nama sendiri
• Sekitar 86% menerima pendapatan dalam bentuk tunai
9
GAP KETERSEDIAAN FASILITAS DAN TENAGA MEDIS
DI PUSKESMAS DAN PUSTU
Indikator Gap
Instalasi Air
Puskesmas
Pustu
517
2.837
5.860
22.154
Listrik
305
10.282
(termasuk Poskesdes dan Polindes)
Keberadaan Dokter
733
20.871
Keberadaan Bidan
187
5.831
Keberadaan Dokter
Gigi
106
7.400
Inkubator bayi
Sumber: Podes 2011
10
DISTRIBUSI/PERSEBARAN BIDAN DI TINGKAT DESA
Sumber: Podes 2011
11
PERSEBARAN FASKES YANG DILENGKAPI LISTRIK
Sumber: Podes 2011
12
PENGALAMAN NEGARA LAIN - STRATEGI
PERLUASAN CAKUPAN SEKTOR INFORMAL
3 Pilihan Strategi:
1. Contributory (contoh: US,
Jepang, Taiwan)
2. Non contributory
(contoh: Thailand, Korsel,
dan Philipina)
3. Kombinasi 1 dan 2
(contoh: Vietnam, China)
13
HAL-HAL PENTING DALAM STRATEGI
PERLUASAN KEPESERTAAN
Hasil IES:
• Sekitar 48% pekerja
informal tidak
mengetahui tentang
jaminan kesehatan.
• Sekitar 38% pekerja
informal tidak
mengetahui bagaimana
proses pendaftaran
kepesertaan jaminan
kesehatan
• Dari yang telah memiliki
jaminan kesehatan,
cukup banyak yang tidak
memahami paket
manfaat yg diberikan.
1. Design kontribusi dan manfaat
yang didapat harus jelas agar
masyarakat yakin perlunya
menyisihkan pendapatan yg
terbatas.
2. Pengumpulan/pembayaran
premi yg fleksibel waktu dan
besarannya, terpercaya, dan
mudah.
3. Informasi (Social marketing):
pentingnya hidup sehat,
pengobatan yang benar, prinsip
asuransi sosial, dsb.
14
KESIMPULAN
• Peran pemerintah daerah penting dalam mendukung perluasan kepesertaan.
– Berdasarkan survei SMERU, setidaknya sebanyak 245 kabupaten/kota memiliki Jamkesda,
sebagiannya telah melakukan pengumpulan premi/iuran, baik secara langsung (melalui UPTD)
maupun tidak langsung (menggunakan pihak ketiga).
• Memanfaatkan sistem kelembagaan masyarakat yang telah berakar di
masyarakat: koperasi, asosiasi, dan organisasi sosial kemasyarakatan lainnya.
– Perlu penilaian terhadap dasar hukum kelembagaan, kapasitas pengelolaan, dan tata kelola.
• Memanfaatkan inovasi: branchless banking – e money untuk pengumpulan
premi di daerah sulit.
• Melakukan uji coba berbagai alternatif strategi dan evaluasinya.
• Pengalaman negara lain dapat membantu penyusunan strategi yang dapat
menyeimbangkan prinsip: keadilan, keberlanjutan, efisiensi, dan kualitas
layanan.
TERIMA KASIH
15
Download