Uploaded by User83963

Basuki Nim.P1337420920179 Ners Semarang

advertisement
MODUL
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Dosen Pengampu:
M.Syamsul Arif S N, S.Kep, Ns, M.Kes
Oleh:
Basuki
Nim. P133742090183
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKES KEMENKES SEMARANG
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan modul ini.Atas Rahmat dan
hidayah Nya lah penulis dapat menyelesaikan modul Keperawatan Gawat Darurat
tepat waktu.
Modul Keperawatan Gawat Daruratmdi susun guna memenuhi tugas Mata Kuliah
Keperawatan Gadar di Program Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Semarang
Selain itu penulis juga berharap agar modul ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca.
Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu selaku
Dosen Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat Tugas yang diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang keperawatan gawat
Darurat.Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan modul ini.
Penulis menyadari Modul ini masih jauh dari kata sempurna .Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan modul
ini.
Semarang, 18 September 2020
Penulis
2
DAFTAR IS
KATA PENGANTAR .....................................................................................1
DAFTAR ISI ....................................................................................................2
BAB I KONSEP DASAR KEGAWAT DARURATAN .............................5
BAB II MATERI
A. TOPIK I
Initial Assesment Dan Triage..............................................................6
Latihan Soal ........................................................................................10
B. TOPIK II
Penanganan Kegawatdaruratan Sistem Cardiovaskuler /Cardiac
Aret Dan Aritmia Lethal ....................................................................13
1. Henti Jantung ............................................................................13
2. Infark Miocard ..........................................................................15
Pengertian ..................................................................................15
Etiologi ......................................................................................15
Gejala ........................................................................................17
Diagnosa ...................................................................................17
Penatalaksanaan ........................................................................18
Komplikasi ................................................................................18
Latihan Soal .........................................................................................19
C. TOPIK III
Penanganan Kegawatan Keracunan Dan Trauma Abdomen
1. Sifat Racun ...............................................................................22
2. Pengkajian ................................................................................22
Trauma Abdomen ...............................................................................24
1. Pengertian ................................................................................24
2. Pembagian Trauma Abdomen .................................................26
3. Penegakan Diagnosa ................................................................27
Latihan Soal ..................................................................................28
D. TOPIK IV
Penanganan Kegawatan Pada Sistem Muskuloskeletal
1. Pengertian Fraktur ..................................................................31
2. Tanda-Tanda Fraktur ..............................................................31
3. Komplikasi Fraktur .................................................................32
4. Penatalaksanaan Fraktur .........................................................33
5. Prosedur Pembidaian ..............................................................34
Latihan Soal ..........................................................................................35
E. TOPIK V
3
Penanganan Kegawatan Pada Cidera Kepala Dan Syok
1. Definisi .....................................................................................43
2. Klasifikasi Trauma ...................................................................41
3. Pengkajian ................................................................................42
4. Pengertian Syok .......................................................................42
5. Jenis Syok .................................................................................43
Latihan Soal .........................................................................................44
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan .......................................................................................... 48
2. Saran ..................................................................................................... 48
Kunci Jawaban .........................................................................................48
Daftar Pustaka ..........................................................................................49
4
BAB I
KONSEP DASAR KEGAWAT DARURATAN
Pendahuluan
Pelayanan di unit gawat darurat merupakan pelayanan yang sangat penting
untuk mencegah terjadinya kematian dan kecacatan korban. Untuk dapat
mencegah kematian dan kecacatan korban dibutuhkan kemampuan kognitif,
afektif maupun psikomotor Anda untuk dapat menolong dengan cepat dan tepat.
Salah satu kajian yang harus dikuasai Anda adalah Konsep Dasar dan Prinsip
Kedaruratan. Modul berjudul Konsep Dasar Kegawatdaruratan membahas tentang
Konsep
Dasar
Kegawatdaruratan,
Pengkajian
Airway,
Breathing
dan
Circulation,Triage, dan Bantuan Hidup Dasar. Modul ini dikemas dalam 5
kegiatan belajar yang disusun sebagai urutan sebagai berikut :
Kegiatan Belajar 1:Initial assasmen dan Konsep Triase
Kegiatan Belajar 2: Penanganan Kegawatan pada sistem Kardiovasculer
Kegiatan Belajar 3: Penanganan Kegawatan keracunan dan Trauma
Abdomen
Kegiatan Belajar 4: Penanganan Kegawatan pada Sistem Muskuloskeletal
Kegiatan Belajar 5: Penanganan Kegawatan pada Cidera Kepala dan Syok
Setelah Anda belajar modul ini dengan baik dan seksama Anda dapat
memahami initial assesman dan konsep triase, penanganan kegawatan keracunan
dan trauma abdomen, penanganan kegawatan pada sistem kardiovaskuler,
penanganan kegawatan pada sistem muskuloskeletal, penanganan kegawatan pada
cidera kepala dan syok.. Kegiatan belajar tersebut sangat diperlukan oleh Anda
ketika
nantinya
Anda
memberikan
kegawatdaruratan.
5
asuhan
perawatan
pada
korban
BAB II
MATERI
A. TOPIK I
1. Initial Assasment Dan Konsep Triage
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada kasus kegawatdaruratan
selalu
diawali
dengan
melakukan
pengkajian.
Pengkajian
kegawatdaruratan pada umumnya menggunakan pendekatan A-B-C
(Airway= JALAN NAFAS, Breathing=PERNAFASAN dan Circulation =
SIRKULASI). Perlu diingat sebelum melakukanpengkajian Anda harus
memperhatikan proteksi diri (keamanan dan keselamatan diri) dan keadaan
lingkungan sekitar. Proteksi diri sangatlahpenting bagi Andadengan tujuan
untuk melindungi dan mencegah terjadinya penularan dari berbagai
penyakit yang dibawa oleh korban. Begitu juga keadaan lingkungan
sekitar haruslah aman,nyaman dan mendukungkeselamatanbaik korban
maupun penolong. Coba bayangkan bila Anda menolong korban apabila
ada api di dekat Anda, tentu Anda tidak akan aman dan nyaman ketika
anda menolong korban. Oleh sebab sangatlah penting proteksi diri dan
lingkungan yang aman dan nyaman tersebut.
PENTING UNTUK DIINGAT SEBELUM PENGKAJIAN !!
1. MENGGUNAKAN PROTEKSI DIRI
2. LINGKUNGAN SEKITAR HARUS AMAN DAN NYAMAN
Alat Proteksi Diri
Alat Pengkajian
a) Celemek /apron
a) Stetoskop
b) Sarung tangan
b) Tensi meter
c) Masker
c) Penlight
d) Kaca mata (goggle)
d) Arloji
e) Sepatu boot
e) Pulpen
f) Tutup kepala
f) Buku catatan
6
Setelah Anda menggunakan proteksi diri dan membawa alat - alat pengkajian ke
dekat korbanmaka Anda berada di dekat/samping korban mengatur posisi korban
dengan posisi terlentang atau sesuai dengan kebutuhan.
A. PENGKAJIAN AIRWAY (JALAN NAFAS)
Pengkajian jalan nafas bertujuan menilai apakah jalan nafas paten
(longgar)
atau
mengalami
obstruksi
total
atau
partialsambil
mempertahankan tulang servikal. Sebaiknya ada teman Anda (perawat)
membantu untuk mempertahankan tulang servikal. Pada kasus non trauma
dan korban tidak sadar, buatlah posisi kepala headtilt dan chin lift
Keperawatan
Kegawatdaruratan
dan
Manajemen
Bencana
4
(hiperekstensi)sedangkan pada kasus trauma kepala sampai dada harus
terkontrol atau mempertahankan tulang servikal posisi kepala. Pengkajian
pada jalan nafas dengan cara membuka mulut korban dan lihat: Apakah
ada vokalisasi, muncul suara ngorok; Apakah ada secret, darah, muntahan;
Apakah ada benda asing sepertigigi yang patah; Apakah ada bunyi stridor
(obstruksi dari lidah). Apabila ditemukan jalan nafas tidak efektif maka
lakukan tindakan untuk membebaskan jalan nafas.
B. PENGKAJIAN BREATHING (PERNAFASAN)
Pengkajian breathing (pernafasan) dilakukan setelah penilaian jalan nafas.
Pengkajian pernafasan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi. Bila
diperlukan auskultasi dan perkusi. Inspeksidada korban: Jumlah, ritme dan
tipepernafasan; Kesimetrisan pengembangan dada; Jejas/kerusakan kulit;
Retraksi intercostalis. Palpasi dada korban: Adakah nyeri tekan; Adakah
penurunan ekspansi paru. Auskultasi: Bagaimanakah bunyi nafas (normal
atau vesikuler menurun); Adakah suara nafas tambahan seperti ronchi,
wheezing, pleural friksionrub. Perkusi, dilakukan di daerah thorak dengan
hati hati, beberapa hasil yang akan diperoleh adalah sebagai berikut: Sonor
(normal); Hipersonor atau timpani bila ada udara di thorak; Pekak atau
dullnes bila ada konsolidasi atau cairan.
7
C. PENGKAJIAN CIRCULATION (SIRKULASI)
Pengkajian sirkulasi bertujuan untuk mengetahui dan menilai kemampuan jantung
dan pembuluh darah dalam memompa darah keseluruh tubuh. Pengkajian sirkulasi
meliputi:
Tekanan darah; Jumlah nadi; Keadaan akral: dingin atau hangat; Sianosis;
Bendungan vena jugolaris.
2. TRIAGE
A. Pengertian
Triage adalah suatu cara untuk menseleksi atau memilah korban
berdasarkan tingkat
kegawatan. Menseleksi dan memilah korban tersebut
bertujuan untuk mempercepat dalam memberikan pertolongan terutama pada
para korban yang dalam kondisi kritis atau emergensi sehingga nyawa korban
dapat diselamatkan. Untuk bisa melakukan triage dengan
benar maka perlu Anda memahami tentang prinsip-prinsip triage.
B. Prinsip Triage
Triage seharusnya segera dan tepat waktu, penanganan yang segera dan
tepat waktu akan segera mengatasi masalah pasien dan mengurangi terjadi
kecacatan akibat kerusakan organ. Pengkajian seharusnya adekuat dan akurat,
data yang didapatkan dengan adekuat dan akurat menghasilkan diagnosa
masalah yang tepat. Keputusan didasarkan dari
pengkajian, penegakan diagnose dan keputusan tindakan yang diberikan
sesuai kondisi pasien.
Intervensi dilakukan sesuai kondisi korban,
penanganan atau tindakan yang diberikan sesuai dengan masalah/keluhan
pasien. Kepuasan korban harus dicapai, kepuasan korban menunjukkan
teratasinya masalah. Dokumentasi dengan benar, dokumentasi yang benar
merupakan sarana komunikasi antar tim gawat darurat dan merupakan aspek
legal.
Anda telah memahami tentang prinsip triage, sekarang Anda akan
belajar tentang klasifikasi triage. Klasifikasi ini penting untuk menseleksi
8
korban yang datang sehingga keselamatan korban segera ditolong. Klasifikasi
ini dibagi menjadi 3 yaitu :
C. Proses Triage
Ketika Anda melakukan triage,waktu yang dibutuhkan adalah kurang dari
2 menit karena tujuan triage bukan mencari diagnose tapi mengkaji dan
merencanakan untuk melakukan tindakan.
D. Pengkajian Dan Seting Triage
1) Ada beberapa petunjuk saat Anda melakukan pengkajian triage yaitu:
Riwayat pasien, karena sangat penting dan bernilai untuk mengetahui
kondisi pasien;
2) Tanda, keadaaan umum pasien seperti tingkat kesadaran, sesak, bekas
injuri dan posisi tubuh;
3) Bau, tercium bau alkohol, keton dan melena;
4) Sentuhan (palpasi), kulit teraba panas, dingin dan berkeringat, palpasi
nadi dan daerah yang penting untuk dikaji serta sentuh adanya bengkak;
5) Perasaan (commonsense), gunakan perasaan dalam memutuskan jawaban
yang relevan dengan kondisi pasien
Di
saat
Anda
menemukan
korban
yang
datang
dalam
kondisi
kegawatdaruratan maka Anda melakukan proses triage dengan menerapkan S-OA-P-I-Esystem. Tahap-tahap SOAPIE sistem adalah
9
\
Pelaksanaan
S-O-A-P-I-Esystem
merupakan
suatusiklus.Setelah
Anda
mendapatkan data subjektif dan objektif maka Anda bisa merumuskan masalah
pasien, dilanjutkan merumuskan rencana tindakan keperawatan. Setelah Anda
merumuskan rencana tindakan keperawatan kemudian melakukan tindakan
keperawatan sesuai kondisi pasien saat itu, dilanjutkan dengan melakukan
evaluasi. Tahap evaluasi bisa dilaksanakan pada semua
tahap. Tahap-tahap diatas dapat dikerjakan secara bersamaan (simultan) untuk
mempercepat pemberian pertolongan kepada pasien Anda .
Latihan Soal
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. Seorang pria usia 24 tahun, korban tabrak lari dan dibawa ambulan menuju
GD. Kondisi korban tidak sadar. Anda sedang praktek dan akan
melakukan pengkajian. Untuk melindungi keamanan diri baik korban
maupun Anda,alat-alat proteksi diri yang diperlukan ntuk melakukan
pengkajian adalah:
a. Celemek, apron,sarung tangan, masker, kaca mata (goggle), sepatu
boot, tutup kepala.
10
b. Celemek, tensi meter,sarung tangan, masker, kaca mata (goggle),
sepatu boot, tutup kepala
c. Celemek, apron,sarung tangan, masker, stetoskop, sepatu boot,
tutup kepala.
d. Celemek, apron,sarung tangan, masker, kaca mata (goggle),
penlight, tutup kepala.
2. Seorang pria, usia 40 tahun, korban tabrak lari, berada di ruang
emergensiUGD, keadaan tidak sadar. Anda sebagai perawat jaga akan
melakukan pengkajian kedaruratan. Alat proteksi diri sudah digunakan.
Alat alat pengkajian yang perlu Anda siapkan adalah:
a. Stetoskop, masker, penlight, arloji, pulpen, buku catatan.
b. Stetoskop, sarung tangan, penlight, arloji, pulpen, buku catatan,
c. Stetoskop, celemek, penlight, arloji, pulpen, buku catatan,
d. Stetoskop, tensi meter, penlight, arloji, pulpen, buku catatan.
3. Seorang ibu, usia 50 tahun, dibawa ke IGD,ditempatkan di ruang
emergensi. Anda sudah memakai proteksi diri dan alat-alat pengkajian
sudah didekatkan. Anda segera melakukan pengkajian jalan nafas. Hal
yang perlu dikaji pada jalan nafas adalah:
a. Vokalisasi, ada secret, darah, tekanan darah, benda asing, bunyi
stridor.
b. Vokalisasi, ada secret, nadi, muntahan, benda asing, bunyi stridor.
c. Vokalisasi, ada secret, darah, muntahan, benda asing, bunyi stridor.
d. Vokalisasi, ada secret, darah, muntahan, benda asing, retraksi dada.
4. Seorang remaja, usia 20 tahun, korban tabrak lari dibawa ke
IGD,ditempatkan di ruang emergensi. Anda sudah memakai proteksi diri
dan alat-alat pengkajian sudah didekatkan. Anda segera melakukan
inspeksi pada breathing meliputijalan nafas.
a. Kesimetrisan pengembangan dada
b. Benda asing di mulut
c. Adanya darah di hidung
11
d. Adanya lidah yang menyumbat.
5. Seorang remaja, usia 20 tahun, korban tabrak lari dibawa ke
IGD,ditempatkan di ruang emergensi. Anda telah melakukan inspeksi
pada breathing meliputijalan nafas,selanjutnya Anda akan melakukan
auskultasi dengan cara memeprhatikan
a. Adanya jejas di dada
b. Pola nafas
c. Bentuk dada
d. Bunyi nafas dada.
6. Prinsip triage yang harus diketahui oleh seorang perawat adalah
a. Triage seharusnya segera dan tepat waktu
b. Keputusan harus berdasarkan kebiasaan
c. Pengkajian dilakukan dilakukan secara kebutuhan
d. Intervensi yang diberikan sesuai pengalaman perawat
7. Pernyataan benar tentang triage
a. Dikagorikan P2 apabila mengancam jiwa
b. Tempat perawatanP1 adalah resusitasiroom
c. Waktu tunggu P1 tidak boleh lebih dari 15 menit
d. Dikategorikan P3 apabila klien gawat tetapi tidak segera
mengancam jiwa
8. Format yang dipakai dalam melakukan proses triage adalah
a. Primarysurvey
b. Secondarysurvey
c. Secondaryassessment
d. SOAPIE
9. Pada pengkajian Triage, data subyektif yang diperlukan adalah
a. Cara klien tiba ke RS
12
b. Tingkat kesadaran pada klien trauma
c. Keadaan umum
d. Keluhan utama
10. Pada bagian Plannning dalam SOAPIE, hal yang dilakukan adalah
a. Melakukan implementasi
b. Mengumpulkan data
c. Melakukan evaluasi
d. Merencanakan tindakan .
B. TOPIK II
Penanganan Kegawatdaruratan Sistem Cardiovaskuler/Cardiac Aret
& Aritmia Lethal
1. Henti Jantung
Henti jantung adalah penghentian tiba-tiba aktivitas pompa jantung
efektif yang mengakibatkan penghentian sirkulasi. Dengan berhentinya
sirkulasi akan menyebabkan kematian dalam waktu yang singkat.
Kematian biologis dimana kerusakan otak tidak dapat diperbaiki lagi
hanya terjadi kurang lebih 4 menit setelah tanda-tanda kematian klinis.
Kematian klinis ditandai dengan hilangnya nadi karotis dan femoralis,
terhentinya denyut jantung dan atau pernafasan serta terjadinya
penurunan/hilangnya kesadaran.
1) Penyebab Henti Jantung
Keadaan henti jantung dan paru dapat terjadi secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama. Penyebab henti jantungsebagai berikut :
1. Penyakit kardiovaskuler: penyakit jantung iskemik, infarkmiokard akut
aritmia lain
2. 2. Kekurangan oskigen: sumbatan benda asing, henti nafas
3. Kelebihan dosis obat: digitalis, quinidin, anti depresan trisiklik
4. Gangguan asam basa/elektrolit: asidosis, hiperkalemi, hiperkalsemi,
hipomagnesium
5. Kecelakaan: tenggelam, tersengat listrik
6. Refleks vagal
7. Syok
13
PENTING UNTUK DIINGAT : TANDA HENTI JANTUNG !!
1.Nadi Carotis Tidak Teraba
2.Penurunan Kesadaran
3.Napas Tidak ada atau napas yang tersengal-sengal (gasping)
2) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien henti jantung dan nafas adalah dengan Resusitasi
Jantung Paru (Cardio pulmonary Resuscitation/CPR).Resusitasi Jantung Paru
adalah suatu tindakan darurat sebagai suatu usaha untuk mengembalikan
keadaan henti nafas dan atau henti jantung ke fungsi optimal untuk mencegah
kematian biologis. Oktober 2010 American Heart Association (AHA)
mengumumkan perubahan prosedur CPR yang sudah dipakai dalam 40 tahun
terakhir.
PENTING UNTUK DI INGAT: SISTEMATIKA RJP:C-A-B
Terdapat perubahan sistematika dari A-B-C (Airway-BreathingChestcompressions) menjadi C-A-B (Chestcompressions-AirwayBreathing), kecuali pada neonatus. Alasan perubahan adalah pada
sistematika A – B – C, seringkalichestcompression tertunda karena proses
Airway. Dengan mengganti langkah C – A – B maka kompresi dada akan
dilakukan ebih awal dan ventilasi hanya sedikit tertunda satu siklus
kompresi dada (30 kompresi dada secara ideal dilakukan sekitar 18 detik).
Keberhasilan resusitasi membutuhkan integrasidan koordinasi dari
kegiatan yang ada dalam Chain of Survival
14
1
Keterangan :
1. Immediaterecognitionandactivation
2. Early CPR
3. Rapiddefibrillation
4. Effectiveadvancedlifesupport
5. Integratedpost-cardiacarrestcare
Yang akan dibahas dalam modul ini adalah rantai pertama dan kedua.
PENTING UNTUK DIINGAT: PRINSIP SEBELUM RJP !!
1. DON’T BE THE NEXT VICTIM
(Jangan jadi korban selanjutnya)
2. FIRST, DO NO HARM
(Jangan Memperparah Keadaan)
2. INFARK MIOKARD
1) Pengertian
Infark
miokard
adalah
kematian/nekrosis
sel
jantung
akibat
peningkatan kebutuhan metabolik jantung dan atau penurunan oksigen
dan nutrien ke jantung melalui sirkulasi koroner (Bajzer, 2002).
15
2
2) ETIOLOGI INFARK MIOKARD
Tidak cukupnya aliran darah ke otot jantung yang berkelanjutan dapat
menyebabkan nekrosis otot jantung dan iskemia daerah sekelilingnya,
akibatnya akan timbul nyeri:
1. Penyebab terbanyak karena trombosis/aterosklerosis
2. Jarang yang disebabkan oleh spasme arteri koroner atau emboli
3. Hipotensi atau gagal jantung oleh karena refleks saraf otonom
4. Berkurangnya atau penurunan kontraktilitas otot jantung
Di bawah ini adalah faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner:
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi (nonmodifiable): Riwayat
keluarga positif; Peningkatan usia; Jenis kelamin → terjadi tiga kali
lebih sering pada pria dibanding wanita; Ras → insiden lebih tinggi
pada penduduk Amerika keturunan Afrika dibanding Kaukasia. Faktor
risiko yang dapat dimodifikasi (modifiable): Kolesterol darah tinggi;
Tekanan darah tinggi; Merokok; Gula darah tinggi (DM); Obesitas;
16
Inaktivitas fisik; Stress; Penggunaan kontrasepsi oral; Kepribadian,
seperti sangat kompetitif, agresif atau ambisius; Geografi → insiden
lebih tinggi pada daerah industri.
3) GEJALA KLINIS INFARK MIOKARD
Sering Anda melihat seseorang yang mengalami infark miokard atau
serangan jantung divisualisasikan mengalami keluhan nyeri dada.
Nyeri dada pada IMA khas, Nyeri hebat, di tengah dada agak ke
bawah, seperti dicengkeram atau menekan terus menerus. Mungkin
radiasi ke leher, rahang, gigi, lengan, perut, punggung. Nyeri tidak
menghilang dengan sediaan nitrat dan istirahat.
Lokasi nyeri pada pasien Nyeri pada infark miocark
4) DIAGNOSIS INFARK MIOKARD
Saat Anda menemukan seseorang mengeluh nyeri dada, belum bisa
Anda mendiagnosa bahwa orang tersebut mengalami Infak Miokard
Akut. Terdapat beberapa pemeriksaan yang harus dilakukan untuk
mendiagnosis seseorang mengalami IMA, yaitu: adanya perubahan
EKG yang khas dan atau kenaikan enzim otot jantung yang bermakna
17
disertai ataupun tidak disertai gejala klinis; Adanya dua kriteria triad
(Perubahan EKG (Qpatologis, ST elevasi) dan Kenaikan enzim otot
jantung (CPK, CKMB, LDH, SGOT, SGPT).
Perubahan gelombang EKG
5) PENATALAKSANAAN INFARK MIOKARD
Saat Anda merawat pasien dengan IMA maka tujuannya adalah
memperkecil kerusakan jantung sehingga mengurangi kemungkinan
terjadinya komplikasi, dengan cara:
Istirahat total; Diet makanan lunak/saring serta rendah garam (bila ada
gagal jantung; Pasang infus dekstrosa 5 % untuk persiapan pemberian
obat intra vena; Atasi nyeri (Morfin, nitrat, antagonis kalsium, beta
bloker);
Oksigen
2
–
4
liter/menit;
Sedatif;
Antikoagulan;
Trombolitik.
6) KOMPLIKASI INFARK MIOKARD
Perluasan infark dan iskemia paska infark, aritmia (sinus bradikardi,
supraventrikuler takiaritmia, aritmia ventrikuler, gangguan konduksi),
disfungsi otot jantung (gagal jantung kiri, hipotensi dan syok), infark
18
ventrikel kanan, defek mekanik, ruptur miokard, aneurisma ventrikel
kiri, perikarditis dan trombus mural.
Soal Latihan
1. Laki-laki, 39 tahun, datang ke IGD diantar istrinya. Keluhan nyeri dada
saat di rumah.Menurut istri, pasien sudah menderita hipertensi sejak 8
tahun yang lalu. Setelah dilakukan perekaman jantung didapatkan hasil
adanya ST elevasi. Menurut klien nyeri dirasakan tiba-tiba setelah pulang
kantor, nyeri dirasakan di dada sebelah kiri menjalar ke lengan.Keluhan
pasien di atas merupakan gejala dari:
A. Decomp cordis
B. COPD
C. Infark Miokard Akut
D. Hipertensi
E. Miokarditis
2. Wanita, 50 tahun, dirawat di RS Healthy dengan diagnose Infark Miokard
Akut di ruang Anyelir. Pasien mengeluh dada sebelh kiri terasa nyeri.
Saat ini anda bertugas sebagai perawat di ruang tersebut. Diagnose
keperawatan prioritas apa yang muncul pada pasien tersebut:
A. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara
suplai oksigen miokard dan kebutuhan, adanya iskemia/nekrotik
jaringan miokard, efek obat depresan jantung (penyekat beta,
antidisritmia)
B. Nyeri (akut) berhubungan dengan iskhemia otot jantung sekunder
terhadap sumbatan arteri koroner
C. Ansietas/ketakutan berhubungan dengan ancaman atau perubahan
kesehatan dan status ekonomi; ancaman kehilangan/kematian, tidak
sadar konflik tentang esensi nilai, keyakinan, dan tujuan hidup;
transmisi interpersonal/penularan
D. Risiko tinggi kelebihan volume cairan berhubungan dengan
penurunan perfusi organ (ginjal); peningkatan natrium/retensi air
;peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma
(menyerap cairan dalam area interstisial/ jaringan)
E. Potensial terjadi ketidakpatuhan terhadap aturan terapeutik
berhubungan dengan tidak mau menerima perubahan pola hidup yang
sesuai.
3. Laki-laki, 55 tahun, dibawa ke IGD oleh keluarganya dengan keluhan tibatiba terasa nyeri di dada sebelah kiri. Kondisi pasien saat ini lemah,
19
tampak memegangi dada sebelah kiri. Apa yang Anda lakukan sebagai
perawat IGD saat pertama kali menrima pasien?
A. Menanyakan biodata pasien
B. Memasang infus
C. Merekam EKGD. Memberikan oksien 2-4 ltr/mnt
D. Memberikan terapi beta bloker
4. Laki-laki, 45 tahun di rawat di RS Sumber Kasih dengan diagnose INfark
miokard akut. Instruksi dokter pasien diharuskan istirahat total.Apa tujuan
Instruksi dokter tersebut?
A. Memenuhi nutrisi, sehingga energy pasien terpenuhi
B. Supaya pasien tidak sesak
C. Menurunkan kebutuhan oksigen, sehingga beban kerja jantung
menurun
D. Memulihkan kondisi pasien
E. Memenuhi kebutuhan istirahat tidur pasien
5. Wanita, 50 tahun, dirawat di RS Healthy dengan diagnose Infark Miokard
Akut. Setelah 10 hari dirawat oleh dokter pasien sudah diperbolehkan
untuk pulang. Apa kriteria pemulangan pasien tersebut?
A. Nutrisi terpenuhi
B. Intake cairan adekuat
C. Aktifitas adekuat
D. Permintaan pasien
E. Tidak ada nyeri/terkontrol
6. Keluhan yang paling sering timbul pada pasien dengan gangguan
cardiovaskuler akut.
A. Kram Dada
B. Nyeri Dada
C. Kaku pada lengan
D. Nyeri tengkuk
E. Nyeri Hebat Pada epigastrium
7. Gejala khas pada pasien dengan Infark Miocardia (IMA) adalah nyeri khas
pada....
A. Kaki menjalar ke telapak kaki
B. Lengan sampai ke telapak tangan
C. Dada tengah menjalar ke bahu sebelah kiri
D. Tengkuk ke lengan kiri
E. Epigastrium
20
8. Asma bronkhiale adalah penyakit obstruksi saluran nafas yang ditandai
oleh tiga serangkai yaitu:
A. Kontraksi otot-otot bronkhus, inflamasi airway dan peningkatan
sekresi.
B. Kontraksi otot-otot bronkhus, inflamasi airway dan batuk berulang
C. Kontraksi otot-otot bronkhus, wheezing dan peningkatan sekresi
D. Nafas dangkal, inflamasi airway dan peningkatan sekresi
E. Kontraksi otot-otot bronkhus, inflamasi airway dan sesak malam atau
pagi hari
9. Tn. X, 45 tahun masuk instalasi gawat darurat dengan diantar ambulance.
Pengkajian awal tampak pasien kesulitas nafas, nafas cepat dan dangkal,
terdengar suaranwheezing. Tampak bibir pasien berwarna biru. Tindakan
apakah yang pertama kali harus diberikan kepada pasien
A. Wawancara riwayat penyakit pasien
B. Berikan oksigen dengan konsentrasi tinggi
C. Berikan obat salbutalmol IV
D. Persiapkan ventilasi mekanis
E. Berikan aminofilin bolus
10. Seorang pasien Asma telah dirawat di ruang intensif (ICU) selama 1 hari.
Pasien tiba-tiba tidak sadarkan diri, dan terlihat mengalami cianosis berat.
Anda sebagai perawat apa yang perlu Anda siapkan menghadapi situasi
tersebut
A. Menambah jumlah tabung oksigen khawatir kehabisan
B. Menyiapkan ventilator
C. Menyiapkan obat-obat epinefrin
D. Menyiapkan cairan infus NaCl yang sudah dioplos dengan Aminofilin
E. Menyiapkan obat magnesium sulfat
21
C. TOPIK III
Penanganan Kegawatan Keracunan Dan Trauma Abdomen
Pada Topik ini, Anda akan mempelajari materi mengenai asuhan
keperawatan kegawatdaruratan pada kasus keracunan. Adapun yang
dipelajari meliputi materi: pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
dan evaluasi kegawatdaruratan pada keracunan. Demikian beberapa materi
yang akan Anda pelajari pada kegiatan belajar ini. Keracunan merupakan
hal yang juga penting untuk Anda ketahui dalam keperawatan
kegawatdaruratan. Sebagai petugas kesehatan Anda harus selalu siap dan
dapat melakukan pertolongan serta perawatan darurat pada keracunan.
Keracunan dapat terjadi pada siapa, dimana dan kapan saja. Racun adalah
zat yang ketika tertelan dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan
cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan dapat
didefinisikan sebagai masuknya suatu zat racun ke dalam tubuh yang
mempunyai efek membahayakan/ mengganggu fungsi organ dan tidak
ditentukan oleh jumlah, jenis, frekuensi dan durasi yang terjadi karena
disengaja maupun tidak disengaja bahkan dapat menimbulkan kematian.
Keracunan bisa disebabkan karena makanan, zat kimia, gas beracun, obat
obatan/narkotika, pestisida maupun binatang berbisa.
Seseorang dicurigai keracunan bila:
1. Seseorang yang sehat mendadak sakit.
2. Gejalanya tidak sesuai dengan suatu keadaan patologik tertentu.
3. Gejalanya menjadi cepat karena dosis yang besar.
4. Anamnesa menunjukkan kearah keracunan, terutama pada kasus
bunuh /kecelakaan.
5. Keracunan kronik dicurigai bila digunakan obat dalam jangka waktu
yang lama atau lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan zat
kimia.
22
1. Sifat racun dapat dibagi menjadi:
1) Korosif: asam basa kuat (asam klorida, asam sulfat, natrium
hidroksida)
2) Non korosif: makanan, obat-obatan.
2. Pengkajian
Pengkajian Primer terdiri dari: Status A-B-C, jenis, durasi,
frekuensi, lokasi dan tingkat kesadaran. Pengkajian Sekunder meliputi:
Hasil laboratorium dan riwayat kontak dengan racun. Banyak gejala yang
dapat timbul akibat keracunan seperti muntah, pucat, kejang, koma,
somnolen, luka bakar di mulut, demam, hipereksitabilitas dan diare. Pada
pemeriksaan fisik bisa didapatkan adanya penurunan kesadaran, pupil
konstriksi/dilatasi, sianosis, dan keringat dingin.
BAHAN
Karbon monooksida
(Co
GEJALA
gejala yang timbul berbedabeda berdasarkan
konsentrasi Co dalam darah
PENANGANAN
1. berikan napas buatan
2. jaga suhu tubuh
Karbon dioksida
(Co2
gejala yang timbul berbeda2
berdasarkan konsentrasi Co
dalam
darah
-heartburn, salivasi, mual,
muntah,
sakit kepala dan lemas
– Gejala kronis,batuk, &
bronkitis kronik,
hiperasiditas lambung
terjadi pembengkakan &
pendarahandibawah kulit,
mual,
muntah dan pusing.
1. berikan napas buatan
2. jaga suhu tubuh
Tembakau
Bisa ular
Alkohol
Klorin
gangguan fungsi motorik,
muntah,
lesu,tremor dan delirium.
- keracunan peroral nyeri
tenggorokan, mual, muntah
- gejala keracunan
23
1.jauhkan dari paparan
2. berikan napas buatan
3. berikan KI
4. berikan atropin (Prn)
1. ikat daerah gigitan
2. berikan serum anti
bisa
ular
3.
pengobatan
simptomatik
1. berikan napas buatan
2. berikan glukosa dan
tiamin
diberi minum susu atau
antasida
Barbiturat
Insektisida (DDT)
Jengkol
Bongkrek
Minyak Tanah
Sianida
Morfin
Ttimbal
perinhalasi batuk,
sesak napas
reflek berkurang, depresi
pernapasan,koma, miosis
muntah, hipersalivasi,
miosis, kejang
dan depresi pernapasan
Kolik ureter,
hematuria,oliguria
pusing, mual, nyeri perut,
gangguan
pernapasan dan kejang
Iritasi saluran cerna, depresi
napas, muntah dan kadang2
kejang
nyeri kepala, mual, muntah,
& sianosis
mual, muntah, pusing,
miosis, depresi napas
dan akhirnya koma
keracunan akut jarang
terjadi, keracunan kronis
sakit kepala, rasa logam pd
mulut, sakit perut, diare
1. beri napas buatan
2. bilas lambung
3. beri MgSo4
dengan pemberian
Atropin sulfat (IV)
Dengan pemberian
Natrium Karbonat
.1.pijat jantung
2. beri adsorben
3. force diuresis
berikan O2
danpengobatansimptoma
tik
berikan segera
Natiosulfat10% (IV)
1. beri Nalokson HCl 45 mg
(bila ada depresi napas)
2. pengobatan
simptomatik (bila tidak
ada depresi napas)
1. CaNa2EDTA
2. Ca glukonat
Setelah menyelesaikan mempelajari pengkajian, selanjutnya data-data
yang didapat pengkajian Anda gunakan untuk menegakkan. Diagnosa
Keperawatan.
Diagnosa keperawatan dapat bervariasi bergantung pada jenis keracunan
dan organ terancam mengalami gangguan. Penentuan diagnosa
keperawatan berdasarkan data hasil pengkajian dan mengikuti standar
yang telah ada (NANDA).
Tahap selanjutnya adalah Anda merumuskan rencana keperawatan atau
Intervensi. Prinsip intervensi/penatalaksanaan pasien keracunan yaitu:
Kaji penyebab keracunan; Bersihkan jalan nafas dari kotoran, muntahan
atau lendir; Berikan bantuan nafas jika terjadi henti nafas, hindari bantuan
nafas dari mulut ke mulut atau gunakan panghalang (kain kasa, sapu
tangan); Hindari aspirasi gas
24
beracun dari pasien; Cegah/hentikan penyerapan racun; Kolaborasi dengan
tim kesehatan yang lain: Pengobatan simtomatik, spesifik, dan antidotum.
Evaluasi. Pasien dapat mempertahankan oksigenasi yang adekuat,
sanggup memobilisasi sekret pulmonal, tidak terjadi penurunan kesadaran.
TRAUMA ABDOMEN
1. Pengertian
Abdomen adalah bagian tubuh yang berbentuk rongga terletak diantara
toraks dan pelvis. Rongga ini berisi viscera dan dibungkus dinding
(abdominal wall) yang terbentuk dari dari otot-otot abdomen, columna
vertebralis, dan ilium.
Untuk membantu menetapkan suatu lokasi di abdomen, yang paling
sering dipakai adalah pembagian abdomen oleh dua buah bidang bayangan
horizontal dan dua bidang bayangan vertikal. Bidang bayangan tersebut
membagi dinding anterior abdomen menjadi sembilan daerah (regiones).
Dua bidang diantaranya berjalan horizontal melalui setinggi tulang rawan
iga kesembilan, yang bawah setinggi bagian atas crista iliaca dan dua
bidang lainnya vertikal di kiri dan kanan tubuh yaitu dari tulang rawan iga
kedelapan hingga ke pertengahan ligamentum inguinale. itu adalah:
a) Hypocondriaca Dextra
b) Epigastrica
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
Hypocondriaca Sinistra
Lateralis Dextra
Umbilicalis
Lateralis Sinistra
Inguinalis Dextra
Pubica
Inguinalis Sinistra
25
Gambar . Bidang bayang pembagian abdomen
Proyeksi letak organ abdomen yaitu:
1. Hypocondriaca dextra meliputi organ: lobus kanan hepar, kantung
empedu, sebagian duodenum fleksura hepatik kolon, sebagian
ginjal
kanan dan kelenjar suprarenal kanan.
2. Epigastrica meliputi organ: pilorus gaster, duodenum, pankreas dan
sebagian hepar. 3) hypocondriaca sinistra meliputi organ: gaster, lien,
bagian kaudal pankreas, fleksura lienalis kolon, bagian proksimal ginjal
kiri dan kelenjar suprarenal kiri.
3. 4) lateralis dextra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal
kanan, sebagian duodenum dan jejenum.
4. 5) Umbilicalis meliputi organ: Omentum, mesenterium, bagian bawah
duodenum, jejenum dan ileum.
5. 6) Lateralis sinistra meliputi organ: kolon ascenden, bagian distal ginjal
kiri, sebagian jejenum dan ileum.
6. Inguinalis dextra meliputi organ: sekum, apendiks, bagian distal
ileum dan ureter kanan.
7. Pubica meliputi organ: ileum, vesica urinaria dan uterus (pada
kehamilan).
8. Inguinalis sinistra meliputi organ: kolon sigmoid, ureter kiri dan ovarium
kiri.
26
Inervasi dinding abdomen oleh nervi (nn) torakalis ke-8 sampai dengan 12.
Nervus (n) torakalis ke-8 setinggi margo kostalis ke-10 setinggi umbilikus, n.
torakalis ke-12 setinggi suprainguinal. Peritoneum parietalis yang menutup
dinding abdomen depan sangat kaya saraf somatik sementara peritoneum yang
menutup pelvis sangat sedikit saraf somatik sehingga iritasi peritoneum pelvis
pasien sulit menentukan lokasi nyeri. Peritoneum diafragmatika pars sentralis
disarafi nervi spinalis C5 mengakibatkan iritasi pars sentralis diafragma
mempunyai nyeri alih di bahu, yang disebut Kehrsign.
Trauma adalah sebuah mekanisme yang disengaja ataupun tidak disengaja
sehingga menyebabkan luka atau cedera pada bagian tubuh. Jika trauma yang
didapat cukup berat akan mengakibatkan kerusakan anatomi maupun fisiologi
organ tubuh yang terkena. Trauma dapat menyebabkan gangguan fisiologi
sehingga terjadi gangguan metabolisme kelainan imunologi, dan gangguan
faal berbagai organ. Penderita trauma berat mengalami gangguan faal yang
penting, seperti kegagalan fungsi membran sel, gangguan integritas endotel,
kelainan sistem imunologi, dan dapat pula terjadi koagulasi intravaskular
menyeluruh (DIC = diseminated intravascular coagulation).
Trauma abdomen pada garis besarnya dibagi menjadi trauma tumpul dan
trauma tajam. Keduanya mempunyai biomekanika, dan klinis yang berbeda
sehingga algoritma penanganannya berbeda.
Trauma abdomen
dapat menyebabkan laserasi organ tubuh sehingga
memerlukan tindakan pertolongan dan perbaikan pada organ yang mengalami
kerusakan.
2. Trauma pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis:
a. Trauma penetrasi : Trauma Tembak, Trauma Tusuk
b. Trauma non-penetrasi atau trauma tumpul : diklasifikasikan ke
dalamekanisme utama
deselerasi
dan
, yaitu tenaga kompresi (hantaman), tenaga
akselerasi.
Tenaga
kompresi
(compression
or
concussive forces) dapat berupa hantaman langsung atau kompresi
eksternal terhadap objek yang terfiksasi. Misalnya hancur akibat
kecelakaan, atau sabuk pengaman yang salah (seat belt injury). Hal
27
yang sering terjadi adalah hantaman, efeknya dapat menyebabkan
sobek dan hematom subkapsular pada organ padat visera. Hantaman
juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intralumen pada organ
berongga dan menyebabkan ruptur.
Pengeluaran darah yang banyak dapat berlangsung di dalam kavum abdomen
tanpa atau dengan adanya tanda-tanda yang dapat diamati oleh pemeriksa,
dan akhir-akhir ini kegagalan dalam mengenali perdarahan intraabdominal
adalah penyebab utama kematian dini pasca trauma. Selain itu, sebagian besar
cedera pada kavum abdomen bersifat operatif dan perlu tindakan segera dalam
menegakan diagnosis dan mengirim pasien ke ruang operasi.
3. Penegakan Diagnosis
Hal pertama yang dilakukan saat menghadapi pasien trauma dengan sebab
apapun ialah melakukan primary survey dalam rangka menyelamatkan pasien
dari ancaman jiwa segera. Semua tindakan pemeriksaan dilakukan
sesederhana mungkin dalam memastikan kondisi airway, breathing, dan
circulation. Setelah primary suvey selesai baru dilakukan secondary survey
berupa anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
lengkap. Anamnesis dan pemeriksaan fisikmerupakan dasar diagnosis cedera
lien. Tanda fisik yang ditemukan pada ruptur lien bergantung pada ada
tidaknya organ lain yang ikut cedera, banyak sedikitnya perdarahan, dan ada
tidaknya kontaminasi rongga peritoneum. Perdarahan hebat akibat ruptur lien
dapat mengakibatkan syok hipovolemik berat. Hipotensi atau takikardi
merupakan tanda yang menunjukan adanya cedera lien.
Tanda-tanda lain adanya cedera pada lien yaitu: riwayat trauma walaupun
ringan, diikuti oleh nyeri abdomen terutama kuadran kiri atas, datang dengan
gambaran menyerupai tumor intra abdomen bagian kiri atas yang nyeri apabila
di tekan disertai tanda anemia sekunder. Elevasi tungkai di tempat tidur atau
pada posisi Trendelenberg dapat menimbulkan nyeri pada puncak bahu kiri
yang disebut Kehr sign. Ciri diagnostik lain termasuk: peningkatan atau
penurunan hematokrit, leukositosis lebih dari 15.000, foto rontgen yang
28
memperlihatkan fraktur iga kiri bawah, peninggian diafragma, letak lambung
bergeser mendesak ke arah garis tengah, gambaran tepi lien menghilang pada
pemeriksaan CT scant.
Latihan Soal
1. Seorang wanita, usia 29 tahun. Datang ke IGD diantar oleh temannya.
Menurut pengantar sebelumnya pasien makan tempe kemudian pasien
mengeluh pusing, mual dan muntah-muntah sudah 5 kali. Kondisi pasien
saat ini tidak sadar, tidak ada pergerakan nafas, nadi tidak teraba. Hal-hal
yang Anda lakukan pertama kali sebagai perawat di IGD adalah:
A. Menanyakan penyebab
B. Melakukan pengeluaran isi lambung
C. Melakukan pembebasan jalan nafas
D. Melakukan resusitasi jantung
E. Memanggil dokter untuk segera menangani pasien
2. Seorang laki-laki, usia 30 tahun. Tidak sadarkan diri, menurut temannya
pasien mabuk setelah minum alkohol. Kondisi pasien lemah, RR =
12x/mnt, pupil miosis.Tindakan yang Anda lakukan:
A. Memberikan oksigen
B. Melakukan kumbah lambung
C. Melakukan pijat jantung
D. Memberikan infus dekstrose
E. Memberikan nutrisi
3. Gejala yang timbul pada pasien yang terkena gigitan ular adalah
A. Terjadi pembengkakan dan perdarahan di bawah kulit, mual ,muntah
B. Pusing ,menggigil
C. Muntah darah dan batuk batuk
D. Perdarahan ,pusing dan demam tinggi
4. Penatalaksanaan pasien dengan keracunan Morfin adalah dengan..
A. Pemberian minum banyak dan rangsang muntah
B. Diberikan antasida
C. Diberikan bicnat
D. Berikan Nalokson HCL 4-5 mg
5. Pengkajian sekunder pada kasus keracunan adalah
29
A.
B.
C.
D.
Kaji tingkat durasi , jenis dan tingkat kesadaran
Hasil laboratorium dan riwayat kontak dengan racun
Riwayat bebergian
Tingkat nyeri dan keluhan pasien
6. Pada kasus trauma abdomen terjadi kuagulatopi di tandai dengan adanya
A. Syok
B. Anti koagulasi sistemik
C. Perdarahan pada dinding abdomen
D. Pembekuan darah perifer
7. Mortalitas trauma abdomen tidak hanya di sebabkan oleh beratnya trauma
atau trauma penyerta tetapi di sebabkan juga oleh
A. Kelemahan dari pasien itu sendiri
B. Kelalaian petugas dalam penanganan
C. Keterlambatan dalam menegakan diagnosa
D. Keterlambatan dalam pemeriksaan laboratorium
8. Berdasarkan penyebab trauma abdomen dibagi menjadi
A. Trauma tembus dan trauma tumpul
B. Trauma tajam dan trauma tumpul
C. Trauma dalam dan trauma dangkal
D. Trauma tembus dan tajam
9. Rangsngan peritonium dapat memberi gejala nyeri pada bahu yang di
sebut tanda
A. KEHR
B. KERH
C. RHKE
D. ERKE
10. Pada fase awal dari trauma kelainan koagulasi dapat menyebabkan
terjadinya peningkatan resiko perdarahan yang diikuti oleh fase
hiperkoagulabilitas dan peningkatann resiko terjadinya trombosit.Respon
fisiologis bawaan ( innate imunity) di rangsang oleh adanya kerusakan
jaringan sedangkan kehilangan darah akan menyebabkan terjadinya..
A. TIC (Trauma induced cuagulophaty)
B. ATC (Acut Traumatic Cuagulopathy)
C. DIC ( Dissaminated Intravascular Coagulation)
D. ACoTS (Acute Coagulopathy of trauma shock)
30
D. TOPIK IV
Penanganan Kegawatan Pada Sistem Muskuloskeletal
Pada Topik ini, Anda akan mempelajari materi mengenai asuhan
keperawatan kegawatdaruratan pada pasien muskulokseletal: fraktur. Adapun
yang dipelajari meliputimateri: pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
dan evaluasi kegawatdaruratan padapasien muskulokseletal: fraktur.Selain
materi tersebut Anda juga akan mempelajari asuhan keperawatan
kegawatdaruratan muskulokseletal: fraktur. Begitupula pada kasus infark
miokard akut Anda juga akan mempelajari meliputi: pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi dan evaluasi kegawatdaruratan pada pasien
muskulokseletal: fraktur. Demikian beberapa materi yang akan Anda pelajari
pada kegiatan belajar ini.
1. Pengertian Fraktur
Dalam topik 1 ini, Saudara akan belajar tentang konsep penanganan dan
perawatan kegawatdaruratan pada kasus fraktur. Apakah Anda mengetahui
pengertian fraktur? Benar fraktur adalah patah tulang, yaitu diskontinyuitas
dari suatu jaringan tulang. Tulang yang sangat kuat itu bisa mengalami patah
disebabkan oleh adanya pukulan langsung, adanya gaya yang sangat
kuat,gerakan memutar yang tiba-tiba atau terjadinya konstraksi otot yang
sangat ekstrem. Penyebab terjadinya fraktur yang tersering adalah karena
kecelakaan. Fraktur dapat juga disebabkan karena proses patologis seperti
pada kasus tumor tulang akibat dari metastase. Faktor degeneratif juga dapat
menyebabkan fraktur seperti pada penderita osteoporosis.
31
Gambar : Ilustrasi Fraktur
2. TANDA-TANDA FRAKTUR
Adanya fraktur ditandai dengan tanda-tanda pasti dan tanda-tanda palsu.
Apa beda antara tanda-tanda pasti dan tanda-tanda palsu? Tanda-tanda pasti
bermakna bahwa adanya tanda tersebut memastikan adanya patah tulang
sementara tanda-tanda palsu tidak menutup kemungkinan disebabkan oleh
gangguan lain. Berikut adalah tanda-tanda dari adanya fraktur:
 Nyeri
 Deformitas: perubahan bentuk
Gambar.Deformitas

Krepitasi
abnormal
3. KOMPLIKASI FRAKTUR
Fraktur dapat mengakibatkan kondisi-kondisi yang tidak kita harapkan dan
dapat membahayakan anggota bagian tubuh yang mengalami fraktur dan
bahkan kematian bila tidak mendapatkan pertolongan yang memadai. Karena
tulang mengandung banyak pembuluh darah, maka fraktur akan menyebabkan
putusnya pembuluh-pembuluh darah sehingga berakibat terjadinya hematom
di sekitar area fraktur. Pada kondisi tertutup, fraktur femur dan fraktur pelvis
merupakan kondisi kegawatan yang harus segera mendapat penanganan
karena perdarahan yang banyak terjadi. Diperkirakan seseorang
akanmengalami perdarahan sebanyak 1000 cc pada fraktur femur pada satu
sisi kaki sedangkan
pada fraktur pelvic sebanyak 500 cc. Perdarahan pada kedua fraktur di atas
dapat menyebabkan shock dan kematian walaupun tidak ada perdarahan yang
32
tampak dari luar. Kehilangan darah akan lebih banyak lagi bila seseorang
mengalami fraktur terbuka.
Gambar:
Sindroma
Kompartemen pada kaki kiri
Kondisi lain yang bisa timbul akibat fraktur pada anggota gerak adalah
sindroma kompartemen Sindroma kompartemen adalah suatu kondisi
dimana perfusi jaringan di otot mengalami penurunan. Biasanya
didapatkan keluhan nyeri berat yang takhenti-henti. Penyebab terjadinya
kondisi ini adalah karena fasia otot yang terlalu kencangatau dapat pula
akibat pemasangan bidai atau balutan yang terlalu rapat. Perdarahan
didalam jaringan atau edema juga sering menyebabkan kondisi ini. Tempat
yang seringmengalami sindroma kompatemen adalah otot lengan dan kaki.
Bila kondisi anoksiamelebihi 6 jam dapat mengakibatkan kematian
jaringan sehingga lengan atau kaki harusdiamputasi.
Untuk memastikan terjadinya sindroma kompartemen cukup lakukan
pemeriksaan 5 P yaitu pain (nyeri), parestesia (penurunan sensasi raba),
paralisis (kelumpuhan), pale (pucat) dan pulseness (nadi tidak teraba). Saat
ini sudah ada alat yang digunakan untuk mengukur tekanan untuk
pemeriksaan sindroma kompartemen.
Tanda-tanda sindroma kompartemen:
 Pain
 Parestesia
 Paralisis
 Pale
 Pulseness
4. Penatalaksanaan Fraktur
Tatalaksana fraktur yang tepat akan dapat mengurangi nyeri, kecacatan
dan dan komplikasi yang berat. Berikut adalah prinsip-prinsip penanganan
kegawat-daruratan pada kasus fraktur:
33
a) Imobilisasi bagian tubuh yang mengalami fraktur sebelum korban
dipindah
b) Jika pasien harus dipindah sebelum dipasang splint (bidai), tahan bagian
atas dan
bawah daerah fraktur untuk mencegah gerakan rotasi atau
anguler
c) Pembidaian dilakukan secara adekuat terutama pada sendi-sendi disekitar
fraktur
d) Pada tungkai kaki, kaki yang sehat dapat digunakan sebagai bidai
e) Pada ekstremitas atas, lengan dipasang plester elastik ke dada atau lengan
bawah dipasang sling
f) Status neurovaskuler bagian bawah fraktur dikaji untuk menentukan
adekuasi perfusi jaringan perifer dan fungsi saraf
5. Prosedur Pembidaian
Sebelum Anda melakukan prosedur pembidaian perlu dipersiapkan
terlebih dahulu alat yang akan digunakan. Biasanya alat yang digunakan
minimal terdiri dari bidai sesuai ukuran dan kain pengikat bidai. Panjang
pendek bidai tergantung dari area yang akan di bidai. Misal pembidaian kaki
disesuaikan dengan ukuran kaki yang akan di bidai. Bidai harus melebihi
panjang kaki. Kain pengikat bidai yang digunakan dapat berupa kain mitela
yang dilipat-lipat sehingga berbentuk mamanjang. Jumlah kain sesuai dengan
panjang bidai. Berikut prosedur pembidaian pada kaki akibat adanya fraktur
pada tangan atau kaki:
Gambar 3.5 Pembidaian Pada Kaki dan Tangan
34
a) Cuci tangan dan pakai sarung tangan
b) Dekatkan alat-alat ke pasien
c) Berikan penjelasan kepada pasien tentang prosedur tindakan yang akan
dilakukan
d) Bagian ekstremitas yang cidera harus tampak seluruhnya, pakaian harus
dilepas kalau perlu digunting
e) Periksa nadi, fungsi sensorik dan motorik ekstremitas bagian distal dari
tempat cidera sebelum pemasangan bidai
f) Jika ekstrimitas tampak sangat bengkok dan nadi tidak ada, coba luruskan
dengan
tarikan secukupnya, tetapi bila terasa ada tahanan jangan
diteruskan, pasang bidai dalam posisi tersebut dengan melewati 2 sendi
g) Bila curiga adanya dislokasi pasang bantal atas bawah jangan mencoba di
luruskan.
h) Bila ada patah tulang terbuka, tutup bagian tulang yang keluar dengan
kapas steril dan
jangan memasukkan tulang yang keluar ke dalam lagi, kemudian baru
dipasang bidai dengan melewati 2 sendi
i) Periksa nadi, fungsi sensorik dan motorik ekstremitas bagian distal dari
tempat cidera setelah pemasangan bidai
j) Bereskan alat-alat dan rapikan pasien
k) Lepas hand schoen dan cuci tangan
Latihan Soal
1. Tulang memiliki kekuatan yang sangat besar dalam menyangga dan
melindungi tubuh manusia. Namun demikian tulang dapat patah karena
kondisi tertentu. Patah tulang yang terjadi pada osteoporosis disebabkan
karena
A. Kecelakaan
B. Tarikan yang terlalu kuat pada tulang
C. Kontraksi otot yang ekstrem
D. Proses patologis pada tulang
E. Faktor degeneratif akibat penurunan massa tulang
2. Seorang remaja laki-laki tergeletak di jalan akibat jatuh dari motor.
Korban tampak kesakitan dan berteriak-teriak sambil memegangi kaki
sebelah kanannya. Pada pergelangan kaki korban tampak bengkak, dan
bengkok. Tampak luka di beberapa tempat termasuk di pergelangan kaki
35
kanan. Tapak kaki kanan tidak bisa digerakkan. Manakah dari tanda-tanda
di atas yang menunjukkan secara pasti korban mengalami patah tulang
A. Korban berteriak-teriak kesakitan
B. Tampak bengkak pada pergelangan kaki kanan
C. Tampak bengkok pada pergelangan kaki kanan
D. Tampak luka pada pergelangan kaki kanan
E. Tapak kaki kanan tidak bisa digerakkan
3. Terdapat serangkaian kecelakaan di jalan raya yang berakibat 5 orang
mengalami
trauma. Korban pertama diduga mengalami fraktur tibia kiri, kedua
mengalami fraktur pergelangan kaki kiri, ketiga mengalami fraktur patela
kiri, keempat mengalami fraktur femur kiri, kelima mengalami fraktur
tulang panggul. Manakah fraktur di atas yeng mendapat prioritas pertama
untuk mendapatkan pertolongan:
A. Korban pertama
B. Korban kedua
C. Korban ketiga
D. Korban keempat
E. Korban kelima
4. Seorang korban kecelakaan dibawa oleh sopir kendaraan pick up ke UGD
dengan kondisi kaki kanan dibidai akibat fraktur tibia kanan. Saat dikaji
pasien mengeluh kesakitan hebat pada kaki kanan. Menurut pengantar,
bidai dilakukan kira-kira 20 menit yang lalu. Sebagai perawat UGD apa
yang Anda lakukan?
A. Melakukan pemeriksaan 5 p (pain, parestesia, paralisis, pale dan
pulseness)
B.Melepas bidai
C. Melaporkan ke dokter Jaga
D. Memberikan analgetik
E. Menenangkan pasien bahwa rasa nyeri terjadi akibat fraktur
5. Seorang korban kecelakaan lalu lintas berjenis kelamin perempuan usia 23
tahun tampak memegangi tangan kirinya. Tangan kiri tampak bengkok dan
36
terdengar suara krepitasi. Untuk menghindari cidera yang lebih parah di
tangan kirinya, apa yang akan Anda lakukan sebagai petugas Ambulance?
A. Memeriksa kondisi tangan kiri
B. Catat adanya nadi daerah distal
C. Mengkaji fungsi motorik dan sensorik
D. Lakukan pembidaian pada tangan kiri
E. Menenangkan pasien dengan memberi analgetik
6. Fraktur adalah
A. Diskontniyuitas dari suatu jaringan tulang
B. Diskontinyuitas dari kapiler kapiler
C. Proses patah tyulang
D. Suatu kepatahan yang di sebabkan oleh usia
E. Kejadian yang tidak diinginkan
7. Suatu kondisi dimana perfusi jaringan di otot mengalami penurunan
,kondisi seperti ini dinamakan gejala dari
A. Syndrom gagal nafas
B. Syok syndrom
C. Syndrom kompartemen
D. Syndrom paralisis
E. Parastesia
8. Dibawah ini yang tidak termasuk tanda tanda syndrom kompartemen
adalah
A. Pain
B. Parestasia
C. Para;isis
D. Pulseness
E. Pali
9. Beberapa jenis dislokasi tidak memerlukan anastesi umum yaitu
A. Dislokasi Jari
B. Dislokasi Bahu
C. Dislokasi Siki
D. Dislokasi Panggul
E. Dislokasi Paha
37
1. Seorang pemain sepak bola tiba-tiba terjatuh saat merebut bola dari
lawanya .Dia tampak kesakitan sambil memegang bahunya, kemudian
seorang perawat datang dan mengamati keadaan orang tersebut dan
didapatkan hasil:lengan kaku dan siku agak terdorong menjauhi sumbu
tubuh .Ujung tulang bahu agak menonjol keluar, dibagian depan tulang
bahu nampak ada cekukang kedalam. Dibawah ini yang bukan
tindakan kegawatdaruratan untuk menangani keadaan tersebut adalah:
A. Ketiak yang cedera ditekan dengan telapak kaki (tanpa sepatu)
B. Lengan penderita ditarik sesuai dengan arah letak kedudukan ketiak itu
C. Tarikan harus dilakukan dengan pelan dan semakin lama semakin kuat
D. Lengan atas diputar keluar (arah menjauhi tubuh)
E. Lengan bagian bawah dipegang kemudian di hitungan ketiga dilakukan
tarikan yang cepat dan mendadak.
E. TOPIK V
PENANGANAN KEGAWATAN PADA CIDERA KEPALA DAN SYOK
1. Definisi

Cedera kepala (head injury) ini biasanya berkaitan dengan cedera yang
mengenai tengkorak atau otak atau keduanya (Hickey, 2003).

Menurut Nasional Institude Of Neurological Disorder And Stroke,
cedera kepala atau yang sinonim dengan brain injuri/head
injuri/traumatic brain injuri, adalah cedera yang mengenai kepala atau
otak (atau keduanya) yang terjadi ketika trauma mendadak
menyebabkan kerusakan pada otak.

Menurut Brain Injury Association of America, cedera kepala adalah
suatu kerusakan pada kepala bukan bersifat kongenital ataupun
degeneratif, tetapi disebabkan oleh trauma yang dapat menimbulkan
kerusakan kognitif dan fungsi fisik (Langlois et al. 2006).
SCALP
SKIN (Kulit )
CONNECTIVE TISSUE (Jaringan ikat)
38
APONEUROSIS (Galea)
LOOSE AREOLAR TISSUE (Jaringan areolar longgar)
PERICRANIUM (Pericranium )
SKull
a. Calvaria (kubah)
b. Basis Cranii
CNS dibungkus oleh 3 membran jaringan ikat yang disebut Meningen.
Meningen merupakan bagian dalam tengkorak, melindungi sinus vena
dan berisi Cairan cerebrospinal (CSF).
c. Lapisan bagian luar disebut Dura mater.
d. Lapisan tengah disebut Arachnoid mater.
e. Lapisan bagian dalam disebut Pia mater.
2. Pembagian Otak
a. Otak Besar ( Serebrum)
Cerebrum terdiri dari 2 (dua) belahan yang disebut
hemispher (kiri
dan kanan).
b. Berfungsi untuk untuk pengaturan semua aktivitas mental yaitu
berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori),
kesadaran, dan pertimbangan. Otak besar terletak di bagian depan
otak.
c. Otak Kecil ( serebellum)
Cerebelum berhubungan dengan midbrain, pons dan medulla
oblongata. Berfungsi untuk mengkoordinasi aktifitas otot rangka,
mempertahankan keseimbangan tubuh dan mengontrol gerakan tubuh.
d. Batang Otak ( Brainstem)
Brain stem terdiri dari :
 Midbrain
berlokasi antara diencephalon dan pons. Merupakan pusat
pendengaran dan refleks penglihatan.
 Pons
39
berlokasi dibawah mid brain, mengandung banyak jalur serabut
saraf, juga berfungsi mengontrol pernafasan.
 Medulla oblongata
berlokasi didasar batang otak yang merupakan lanjutan dari bagian
atas spinal cord.
Medulla oblongata berperan penting mengontrol frekuensi jantung,
tekanan darah, respirasi dan menelan.
3. Sistem Limbik ( Limbic System)
a. Diencephalon
Diencephalon terdiri dari thalamus, hypothalamus dan epithalamus.
b. Thalamus : memproses impuls sebelum ke corteks serebri yaitu
menseleksi, memproses dan pusat relay.
c. Hypothalamus : mengatur temperatur tubuh, metabolisme cairan,
nafsu makan, ekspresi emosi, siklus bangun dan tidur serta haus.
d. Epithalamus : merupakan sistem endokrin yang mempengaruhui
pertumbuhan dan perkembangan
4. Medula Spinalis (Spinal cord)
 Dilindungi oleh 33 ruas tulang belakang : cervical : 7, thoracal : 12,
lumbal : 5, sakral : 5 dan 4 ruas yang membentuk koksigis
 Spinal cord dimulai dari medulla oblongata sampai lumbal pertama.
 Sebagai jalur komunikasi / pesan ke dan dari otak sebagai pusat
refleks.
5. Sistem Saraf Perifer (Peripheral Nervous System/ PNS)
Sistem saraf perifer dibagi menjadi :
a.
12 pasang saraf serabut otak (saraf cranial)
 3 pasang saraf sensori.
 5 pasang saraf motori.
 4 pasang saraf gabungan.
b.
31 pasang saraf sumsum tulang belakang (saraf spinal).
 8 pasang → saraf leher (servikal).
 12 pasang → saraf punggung (Torakal).
 5 pasang → saraf pinggang (Lumbal).
 5 pasang → saraf pinggul (Sakral).
 1 pasang → saraf ekor (Koksigial).
40
6. CAIRAN SEREBROSPINAL
Diproduksi oleh pleksus koroideus Rata-rata 30 ml per jam Bersirkulasi
CEREBRAL PERFUSION PRESSURE ( CPP )
Merupakan PRIORITAS UTAMA
Rumus : CPP = Mean Arterial Pressure - ICP
CPP normal 50 – 130 mmHg
Bila < 50 mmHg : Iskemia
CEREBRAL BLOOD FLOW ( CBF)
Normal : 50 ml/100 gram otak/ menit
Bila mencapai 5 ml/ menit : cell death & irreversible damage
Glasgow Coma Scale = GCS
SEVERITY
RINGAN : GCS 14 – 15
SEDANG: GCS 9 – 13
BERAT : GCS 3 - 8
7. KLASIFIKASI TRAUMA KEPALA
 Mekanisme : High velocity atau Low velocity
 Kegawatan :
 Ringan : GCS 14 – 15 (kehilangan kesadaran < 10 mnt, pusing, nyeri
kepala, muntah, amnesia retrogad)
41
 Sedang : GCS 9 – 13 (kehilangan kesadaran > 10 mnt, nyeri kepala,
muntah, amnesia retrogad, kejang, terdapat kelumpuhan anggota
gerak)
 Berat : GCS 3 – 8 (gejala CKS yang lebih berat disertai fraktur tulang
tengkorak dan lepasnya jaringan otak)
a. Pengkajian Airway
 Kaji obstruksi jalan nafas
Obstruksi parsial atau total:

cairan (gurgling)

tertutup lidah (snoring)
suction
Bebaskan jalan nafas : manual / airway sementara
b. Teknik Airway
head tilt
chin lift
jawtrust
Airway sementara : OPA (tidak sadar) NOPA

(sadar )
cervikal Selalu pikirkan C- spine control
Curiga fraktur servikal bila terdadi trauma kapitis, multi trauma,
ada luka/jejas diatas clavikula, biomekanik yang mendukung. Fiksasi
kepala secara manual, pasang collar
c. Breathing
 Observasi nafas spontan atau tidak (dispnea dll)
 Inspeksi : adakah sianosis, simetris atau tidak

Respirasi rate : dewasa (20)
anak (30)
bayi (40)
 Auskultasi : bising nafas kiri-kanan (vesikuler)
 Perkusi : sonor kiri-kanan
 Saturasi O2 : > 95%
42
Oksimetri
Nilai Normal
Nilai Abnormal
95 – 100%
•
•
•
85 – 90%
78 – 85%
< 75%
: Hipoksia jaringan ringan
: Hipoksia jaringan sedang
: Hipoksia berat
d. Breathing
 Nafas tidak adequat
Bantu pernafasan : mouth to mouth, VTP (bagging)
 Berikan oksigenasi
 Identifikasi : tension pneumothorak, massive hematothorak,
tamponade jantung, open pneumothorak, flail chest
e. Circulation
 Kaji warna kulit, suhu, kelembaban dan capilary refill
 Kaji tanda-tanda syok (syok hemoragik): akral dingin, tachycardia
 Observasi perdarahan ; perdarahan eksternal maupun internal
(toraks, abdominal, pelvis, tulang panjang)
 Kontrol perdarahan : balut tekan
 Perbaiki volume : pasang IV line dua jalur dengan jarum yang besar
(no 20, 18,16)
f. Disability
 Kaji kesadaran : A (alert), V (verbal), P (pain), U (unresponsive)
 Nilai GCS (Glasgow Skala Scale)
 Tanda2 lateralisasi : pupil isokor atau unisokor
8. Komosio serebri (Perdarahan intra cerebral)
 Pingsan tdk lebih 10 menit
 Tidak disertai kerusakan jarigan otak
 Keluhan :nyeri kepala,vertigo,muntah
 Amnesia retrograde,terhapusnya kejadian2 diarea lobus temporalis
 Pemeriksaan : foto Kepala,EEG
 Terapi :simptomatis dg mobilisasi secepatnya setelah keluhan hilang
43
9. Edema serebri Traumatika
 Otak sembab tanpa disertai perdarahan
 Pingsan lebih 10 menit
 Px neurologik tdk dijumpai kerusakan
 TIK meningkat sedikit
 Biasanya pada petinju; kesadaran sedikit menurun,linglung,gerakan
tdk teratur,tdk efisien,tdk cepat,pusing sedkit, keadaan ini bisa
sebentar atau berhari hari
 Setelah membaik biasanya penderita tidak ingat apa yang dialami
 Terapi : istirahat ,simtomatis
10. Epidural Hematoma
 EDH : suatu akumulasi darah antara tabula interna tulang kalvaria
dan duramater yang disebabkan oleh trauma kepala.
 70-80% EDH : regio temporoparietal, sumber perdarahan arteri
meningeal media.
 85-95% pasien EDH - fraktur tulang kalvaria.
 EDH  menekan nervus kranialis III  dilatasi pupil ipsilateral dan
hemiparesis kontralateral
 EDH :
 akut : < 48 jam
 subakut : terjadi dalam 2-13 hari
 kronis : > 13 hari
11. Subdural Hematoma
 Disebabkan trauma otak yang sebabkan robeknya vena dalam ruang
subarachnoid, waktu biasanya berlangsung lama
 SDH akut jika terjadi hr 1-3, sulit dibedakan dg EDH
 Terjadi gejala desak ruang yang hebat hingga sering dianggap
neoplasma
 Gejala yang timbul Nyeri kepala hebat,gangguan penglihatan kr
edema papil N II
 Pemeriksaan: Ro Kepala,CT scan,EEG
44
 Terapi : trepanasi dan evakuasi hematom
 Prognosis lebih jelek
12. Shock Syndrome
 Kondisi penghantaran oksigen dan nutrisi tidak mencukupi
metabolik sel
 Syok merupakan suatu sindrom dan bukan suatu penyakit tersendiri
 Syok adl penurunan pengiriman darah teroksigenasi ke jaringan
(hipoperfusi)
RUMUS :
Pengiriman Oksigen Ke Jaringan Tiap Menit (DO2) = Jumlah oksigen
dalam darah x Cu
Latihan Soal
1. Tuan A mengalami kecelakaan, langsung dilarikan ke IGD dalam
perjalanan klien muntah , kehilangan kesadaran (amnesia) > 30 menit tapi
< 24 jam mengalami fraktur tengkorak, disorientasi ringan (bingung).
Menurut tanda dan gejala Tn.A mengalami?
A.
B.
C.
D.
E.
Cedera kepala Berat (CKB) GCS 3-8
Cedera Kepala Sedang (CKS) GCS 9-12
Cedera kepala terturup
Cedera Kepala Terbuka
Cedera Kepala Ringan (CKR) GCS 13-15
2. Menurut mekanisme cedera terdapat tiga mekanisme yang berpengaruh
dalam trauma kepala salah satunya jika kepala bergerak membentur benda
yang diam misalnya pada saat kepala terbentur adalah..
A. Deformitas
B. Depresi Fraktur
C. Akselerasi
D. Deselerasi
E. Rotasi
3. Pada saat mendatangi korban kecelakaan, yang pertama kali saudara
lakukan adalah
A. Memeriksa airway
45
B.
C.
D.
E.
Memasang Neck Coller
Memasang sarung tangan
Memanggil team Rescue
Memasang infus
4. Indikasi Pemasangan neck coller (splak leher) adalah
A. Curiga patah tlang leher
B. Luka memar 2x2 cm pada dahi, penderita terpental
C. Cedera kepala dengan disertai dengan penurunan kesadaran
D. Kondisi penderita tidak sadrkan diri
E. Semua benar
5. Penderita dengan cedera kepala sedang, tiba-tiba muntah dengan banyak
A. Memiringkan penderita dengan log roll
B. Terus dilakukan section
C. Kepala dimiringkan
D. Memasang oropharyngeal airway
E. Memasang Gudel
6. Seorang Wanita usia 28 tahun datang dengann keluhan nyeri perut bagian
bawah hebat secara tiba-tiba demam, keputihan (-) pasien mengatakan
melepas IUD 1 bulan yang lalu, pemeriksaan fisik didapatkan TD;60/P ,
Nadi lemah ,nyeti tekan (+), nyeri lepas (+), perdarahan vagina (+), nyeri
goyang portio (+), hb 6,9 mg/Dl pasien tiba-tiba tak sadrkan diri hal yang
paling mungkin terjadi?
A. Syok Neurogenik
B. syokSeptik
C. Syok Hipovolemik
D. Syok Kardiogenik
E. Syok Anafilaktik
7. Seorang pasien dibawa ke IGD setelah menjadi korban tabrak lari nadi >
120/ mnt , nadi turun kehilangan darah 30-40% .Menurut ATLS klasifikasi
syok perdarahan
A. I
B. II
C. III
D. IV
E. V
46
8. Laki- laki 35 tahun tertembak di rahang, dirawat di RS kemudian minta
pulang, pada saat pasien sikat gigi dan berdarah banyak dalam perjalanan
pasien meninggal kemungkinan yang di alami
A. Hypoksia
B. Syok
C. Anoksia
D. Aspirasi
E. Hipertensi
9. Gambaran klinis dari syok kecuali
A. Takipnea
B. Takikardia
C. Perubahan tingkat Kesadaran
D. Gerakan aktif
E. Oliguria
10. Tanda syok belum teratasi
A. Tekanan sistolok kurang dari 100 mmhg
B. Takikardi
C. Asidosis Laktat
D. Tekanan vena sentral Kurang dari 10 Mmhg
E. Bradikardi
47
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegawadaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang
kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduka dan
membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan jiwa/ nyawa .
Penanganan kegawatdaruratan tidak hanya membutuhkan sebuah tim medis
yang menangani kegawatdaruratan tetapi lebih pada membutuhkan petugas
kesehatan yang terlatih untuk setiap kasus-kasus kegawatdaruratan. Perinsip
umum penanganan kasus kegawatdaruratan : pastikan jalan nafas bebas
(Airway, Breathing dan Circulation), dan kecepatan melakukan Triage .Proses
triage tersebut dapat dikerjakan secara bersamaan (simultan) untuk
mempercepat pemberian pertolongan kepada pasien, agar mengurangi angka
kematian.
B. Saran
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang
menjadi pokok bahasan dalam modul ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahan , karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubunganya dengan modul ini.
Perawat
kegawatdaruratan
bisa
memberikan
pelayanan
kegawatdaruratan secara cepat dan tepat guna menunurunkan angka
kematian .Perawat harus benar benar memiliki kompetensi dalam
penangan kegawatdaruratan.
48
KUNCI JAWABAN
Topik 1
Topik2
Topik 3
Topik 4
Topik 5
1. C
1.A
1.E
1.E
1.B
2. D
2. B
2.A
2.E
2.D
3. C
3. D
3.A
3.D
3.A
4. A
4. C
4.D
4.A
4.C
5. D
5. E
5.B
5.D
5.C
6. A
6.B
6.B
6.A
6.C
7. D
7. C
7.C
7.C
7.C
8. D
8.C
8.A
8.E
8.B
9. D
9. B
9.A
9.A
9.D
10. A
10.B
10.B
10.E
10.C
49
DAFTAR PUSTAKA
Ida Mardalena, S.Kep., Ners, M. s. (2019). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat.
Yogyakarta: PT.Pustaka Baru.
Maria Diah C.T (2016).Keperawatan Kegawatdaruratan & Manajemen Bencana
Jakarta: PusDik SDM Kesehatan
Chyntia Tanaka,Ketut W & Nyoman, G.(2018). Early coagulopathy as risk factor
of mortality inabdominal trauma patients in Sanglah General Priode 20152016. Journals Medicina Volume 49, Number 3: 382-387
Jerry Marisi,H.M.(2016).Direksi Aorta: Kegawatdaruratan Kardiovaskuler.IDI .
01-04
Daniel Piter M,Hendro,B.& Rivelino,H.(2016). Hubungan Karakteristik Perawat
Dengan Penanganan Pertama Pada Pasien Kegawatan Muskuloskeletal Di
Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. journal Keperawatan(e-Kp)
Volume 4 Nomor 2,
50
Download