Uploaded by User83629

PRESKAS HORDEOLUM

advertisement
PRESENTASI KASUS
HORDEOLUM EKSTERNA
Disusun oleh :
dr. Fheby Syabrina
Pembimbing:
dr. Ratu Wulandari
PROGRAM DOKTER INTERNSIP
PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KAMPUNG SAWAH
PERIODE AGUSTUS-MEI 2020
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 3
ILUSTRASI KASUS .............................................................................................. 3
1.1
IDENTITAS PASIEN ............................................................................. 3
1.2
ANAMNESIS ......................................................................................... 3
1.3
PEMERIKSAAN FISIK ......................................................................... 4
1.5
PEMERIKSAAN PENUNJANG ............................................................ 8
1.6
DIAGNOSIS ........................................................................................... 8
1.7
DIAGNOSIS BANDING ........................................................................ 8
1.8
TATALAKSANA ................................................................................... 8
1.9
RESUME ................................................................................................ 9
1.8
PROGNOSIS .......................................................................................... 9
BAB IITINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 10
2.1
DEFINISI .............................................................................................. 10
2.2
ANATOMI PALPEBRA ...................................................................... 10
2.3
ETIOLOGI ............................................................................................ 13
2.4
PATOFISIOLOGI ................................................................................. 13
2.5
GAMBARAN KLINIS ......................................................................... 13
2.6
DIAGNOSIS ......................................................................................... 14
2.7
DIAGNOSIS BANDING ...................................................................... 14
2.8
PENATALAKSANAAN ...................................................................... 15
2.9
KOMPLIKASI ...................................................................................... 16
2.10
PROGNOSIS ........................................................................................ 16
BAB I
ILUSTRASI KASUS
1.1 IDENTITAS PASIEN
Nama
: Nn. M
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
: 26 tahun
Agama
: Islam
Alamat
: Jl Ciputat Raya
Pendidikan terakhir
: Tamat SMA
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Status Pernikahan
: Menikah
1.2 ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan pada tanggal 14 November 2020 berdasarkan
autoanamnesis kepada pasien pukul 10.00 WIB.
Keluhan Utama
Terdapat benjolan pada kelopak mata kanan atas sejak 4 hari yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli puskesmas Kampung Sawah dengan keluhan terdapat
benjolan pada kelopak mata kanan atas sejak 4 hari sebelum datang ke puskesmas.
Sebelumnya benjolan hanya berukuran kecil namun semakin hari benjolan makin
membesar, merah dan terasa nyeri bila ditekan. Pasien juga mengeluh kelopak mata
kanan atas terasa mengganjal.
Keluhan mata menjadi merah atau pun penglihatan menurun tidak ada.
Riwayat trauma, kontak dengan benda asing, dan bahan kimia pada mata disangkal.
Pasien tidak pernah menggunakan riasan di area mata yang terdapat benjolan.
Keluhan baru pertama kali dialami pasien dan belum pernah berobat atas
keluhan yang dialami nya saat ini. Riwayat kontak dengan pasien COVID-19
disangkal.
3
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan yang serupa sebelumnya tidak ada. Tidak ada riwayat infeksi
matamenahun sebelumnya. Riwayat penyakit liver sebelumnya disangkal. Riwayat
alergi makanan ataupun obat tidak ada. Riwayat diabetes, stroke, jantung, asma dan
TBC disangkal. Riwayat transfusi darah disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan serupa di keluarga tidak ada. Riwayat hepatitis, diabetes, hipertensi,
penyakit jantung, paru disangkal.
Riwayat Sosial
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga. Sehari-hari pasien hanya
dirumah. Pasien sudah menikah, memiliki suami dan 2 orang anak. Riwayat
berganti-ganti pasangan sebelumnya disangkal. Pembiayaan menggunakan BPJS.
Pasien tidak memiliki tatto. Riwayat merokok dan sering minum tidak ada. Tidak
ada riwayat penggunaan narkoba suntik. Sehari-hari pasien makan tiga kali sehari,
pasien jarang membeli makanan di luar rumah.
1.3 PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: Tampak sakit ringan
Kesadaran
: Compos mentis
Berat Badan
: 55 kg
Tinggi Badan
: 155 cm
IMT
: 22,1 kg/m2  normoweigh
a. Tanda Vital
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Frekuensi Nadi
: 82 kali/menit, reguler, isi cukup Frekuensi
Pernapasan
: 20 kali/menit, regular, kedalaman cukup
Suhu
: 36.3 ºC
Saturasi O2
: 99%.
4
-
Kepala
: Normocephali, warna rambut hitam, distribusi merata, tidak
mudah dicabut, nyeri tekan sinus frontalis dan maksilaris -/-
Mata
: sesuai dalam status oftalmologi
-
THT
: Normotia, tidak hiperemis, liang telinga lapang, serumen -/-
, nyeri tekan tragus -/-, nyeri tekan aurikula -/-, nyeri tekan retroaurikula -/-,
deformitas -/-. Tidak ada deviasi septum dan napas cuping hidung, kavum nasi
lapang, sekret -/-, darah -/-. Pada pasien terpasang nasal kanul 3 lpm. Oral
hygiene baik, tidak ada gusi berdarah, uvula terletak ditengah, arkus faring
simetris, tonsil T1-T1 tenang, tanda dehidrasi (-)
-
Leher
: Trakea di tengah, Penggunaan otot pernafasan tambahan m.
Sternokleidomastoideus (-), pembesaran KGB (-), nyeri tekan (-), JVP 5-2
cmH2O, bruit carotis (-)
-
Thoraks
: Ginekomastia (-), spidernevi (-)
-
Jantung
: I : iktus kordis tidak terlihat
P : iktus kordis tidak teraba
P : Batas jantung kanan di ICS IV sternalis dextra, Batas
jantung kiri di ICS V 1 jari kearah medial dari midclavicula
sinistra. Batas pinggang jantung di ICS 3 linea parasternalis
sinistra.
A : bunyi jantung I dan II reguler, murmur dan gallop tidak
ada
-
Paru
: I : pergerakan dada tampak simetris saat statis dan dinamis,
retraksi sela iga tidak ada, barrel chest tidak ada
P : vokal fremitus pada paru kanan dan kiri sama
P : sonor pada seluruh lapang paru. Batas paru-hepar pada
linea midklavikula kanan di ICS 6. Batas paru-lambung pada
linea aksilaris anterior kiri di ICS 8
A : vesikular di kedua lapang paru, ronkhi -/-, wheezing -/-
5
-
Abdomen :
I : Simetris, buncit, caput medusa (-)
A : Bising usus (+) normal, bruit (-)
P : Supel, nyeri tekna (-), Hepar dan lien tidak teraba
P : Pekak, gelombang cairan (-)
-
Ekstremitas
: akral hangat, capilary refil time (CRT) <2 detik, sianosis
tidak ada, edema -/-
1.4 PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
A. Inspeksi
Pemeriksaan
OD
OS
Sekret (-), edema (+),
Sekret (-),edema (-),
Tampak massa (+)
massa tumor (-),
berdiameter 0,5 cm,
hiperemis (-)
Palpebra
hiperemis (+), nyeri
tekan (+)
Apparatus lakrimalis
Hiperlakrimasi (-)
Hiperlakrimasi (-)
Silia
Normal
Normal
Konjungtiva
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Bola Mata
Normal
Normal
6
Gerak Bola Mata
Kornea
Jernih
Jernih
Bilik mata depan
Kesan normal
Kesan normal
Iris
Coklat
Coklat
Pupil
Bulat, diameter 0,5 cm
Bulat, diameter 0,5 cm
Lensa
Jernih
Jernih
B. Palpasi
Pemeriksaan
OD
OS
Tekanan Okular
Normal perpalpasi
Normal perpalpasi
Nyeri tekan
(+)
(-)
Massa
(+)
(-)
Glandula pre-aurikular
Pembesaran (-)
Pembesaran (-)
C. Tonometri
Tidak dilakukan pemeriksaan
D. Visus
VOD
: 20/20
VOS
: 20/20
E. Penyinaran Oblik
Pemeriksaan
OD
OS
Konjungtiva
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Kornea
Jernih
Jernih
BMD
Normal
Normal
Iris
Coklat, kripte (+)
Coklat, kripte (+)
7
Pupil
Lensa
Bulat, isokor, Refleks
Bulat, isokor, Refleks
Cahaya Langsung (+)
Cahaya Langsung (+)
Jernih
Jernih
F. Funduskopi
Tidak dilakukan pemeriksaan
1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
1.6 DIAGNOSIS
Hordeolum eksterna OD
1.7 DIAGNOSIS BANDING
-
Calazion
-
Blefaritis
-
Selulitis preseptal
-
Granuloma piogenik
1.8 TATALAKSANA
-
Non medikamentosa:
•
Mata dikompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit setiap kalinya
•
Kelopak mata dibersihkan dengan air bersih ataupun dengan sambun
yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi.
-
•
Jangan menekan atau menusuk hordeolum
•
Hindari pemakaian make up pada mata
•
Jangan memakai lensa kontak
Medikamentosa:
•
Kloramfenikol salep mata setiap 8 jam pada mata yang sakit
•
Asam Mefenamat tablet oral 3x500 mg/hari
8
1.9 RESUME
Pasien perempuan, 26 tahun datang ke poli puskesmas Kampung Sawah dengan
keluhan terdapat benjolan pada kelopak mata kanan atas sejak 4 hari sebelum
datang ke puskesmas. Sebelumnya benjolan hanya berukuran kecil namun semakin
hari benjolan makin membesar, merah dan terasa nyeri bila ditekan. Pasien juga
mengeluh kelopak mata kanan atas terasa mengganjal. Tidak ada keluhan mata
menjadi merah atau pun penurunan penglihatan. Keluhan baru pertama kali dialami
pasien dan belum pernah berobat atas keluhan yang dialami nya saat ini.
Pada inspeksi kelopak mata kanan atas ditemukan massa berdiameter 0,5 cm,
hiperemis, konsistensi padat, dan terdapat nyeri tekan.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien di diagnosis dengan
Hordeolum eksterna oculi dekstra. Lalu pasien diedukasi mengenai penyakit dan
factor-faktor pencetus penyakitnya serta menjelaskan tentang pengobatan yang
diberikan. Pasien diberikan Kloramfenikol salep mata setiap 8 jam pada mata yang
sakit dan Asam Mefenamat tablet oral 3x500 mg/hari
1.8 PROGNOSIS
ad vitam
: Bonam
ad functionam : Bonam
ad sanationam : Bonam
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
DEFINISI
Hordeolum merupakan infeksi atau peradangan pada kelenjar di tepi kelopak
mata bagian atas maupun bawah yang disebabkan oleh bakteri. Hordeolum dapat
timbul pada 1 kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar kelopak mata tersebut
meliputi kelenjar Meibom, kelenjar Zeis, dan Moll.(1,2,9)
Berdasarkan tempatnya, hordeolum terbagi menjadi 2 jenis, yaitu: hordeolum
interna terjadi peradangan pada kelenjar Meibom. Pada hordeolum interna ini
benjolan mengarah ke konjungtiva (selaput kelopak mata bagian dalam).
Hordeolum eksterna terjadi peradangan pada kelenjar Zies dan kelenjar Moll.
Benjolan ini Nampak dari luar pada kulit kelopak mata (palpebra). (2,4)
Gambar 1. Hordeolum Interna
Gambar 2. Hordeolum Eksterna
2.2
ANATOMI PALPEBRA
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat
menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea
dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata, palpebra
inferior menyatu dengan pipi. (2,7)
10
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam
terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan
fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebrae). Kulit pada
palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar, dan elastis,
dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan. Muskulus orbikularis okuli
berfungsi untuk munutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi fissura palpebra
secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan
ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai
bagian pratarsal, bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar
palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.(1,2)
Jaringan Areolar terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan
degan lapis subaponeurotik dari kulit kepala. Tarsus merupakan struktur penyokong
utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat yang disebut tarsus superior
dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar
Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah).(2)
Konjungtiva palpebra, bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran
mukosa, konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus. Tepian palpebra
dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan
posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll. Glandula
Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut
pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang
bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan
bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar
sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal). (1,2)
Gambar 3. Anatomi Kelopak Mata
11
Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra.
Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus
terkait ke sakus lakrimalis. (2,7)
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka.
Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5
cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Septum orbitale adalah
fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di antara tepian
orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum
orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan tarsus
superior, septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior.(2,8)
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior, bagian
otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks orbita dan
berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih
dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis
superior). Di palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus rektus inferior,
yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus meuskulus obliqus inferior
dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot
polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus
rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris.(2)
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah A. Palpebra. Persarafan
sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V, sedang kelopak
mata bawah oleh cabang kedua nervus V. (2)
12
Gambar 4. Potongan Sagital Palpebra Superior
2.3
ETIOLOGI
Hordeolum merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus
dan Streptoccocus pada kelenjar sebasea kelopak mata. Staphylococcus aureus
merupakan agent infeksi pada 90-95% kasus hordeolum.(3,9)
2.4
PATOFISIOLOGI
Hordeolum disebabkan oleh adanya infeksi dari bakteri Staphylococcus aureus
yang akan menyebabkan inflamasi pada kelenjar kelopak mata. Hordeolum
externum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum
internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus.
Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan
sekitarnya.
Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis. Apabila infeksi
pada kelenjar Meibom mengalami infeksi sekunder dan inflamasi supuratif dapat
menyebabkan komplikasi konjungtiva. (2)
2.5
GAMBARAN KLINIS
Gejala utama pada hordeolum yaitu nyeri, bengkak, dan merah. Intensitas nyeri
menandakan hebatnya pembengkakan palpebral. Gejala dan tanda yang lain pada
13
hordeolum yaitu: eritema, terasa panas dan tidak nyaman, sakit bila ditekan serta
ada rasa yang mengganjal. Biasanya disertai dengan adanya konjungtivitis yang
menahun. (1,2,4)
Ada 2 stadium pada hordeolum, yaitu: stadium infiltrat yang ditandai dengan
kelopak mata bengkak, kemerahan, nyeri tekan dan keluar sedikit kotoran. Stadium
supuratif yang ditandai dengan adanya benjolan yang berisi pus (core). (1,6)
2.6
DIAGNOSIS
Diagnosis hordeolum ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda klinis yang
muncul pada pasien dan dengan melakukan pemeriksaan mata yang sederhana.
Karena kekhasan dari manifestasi klinis penyakit ini pemeriksaan penunjang tidak
diperlukan dalam mendiagnosis hordeolum.(3)
2.7
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari hordeolum, yaitu: kalazion, selulitis preseptal, tumor
palpebra. Kalazion merupakan suatu peradangan granulomatosa kelenjar Meibom
yang tersumbat. Kalazion memberikan gejala benjolan pada kelopak mata, tidak
hiperemi, dan tidak ada nyeri tekan, serta adanya pseudoptosis. Hal yang
membedakan antara kalazion dan hordeolum adalah pada hordeolum terdapat
hiperemi palpebra dan nyeri tekan. (1,6)
Selulitis preseptal merupakan infeksi umum pada kelopak mata dan jaringan
lunak periorbital yang dikarakteristikkan denan adanya eritema pada kelopak mata
yang akut dan edema. Yang membedakan selulitis preseptal dengan hodeolum
adalah perjalanan penyakitnya, yang ditandai dengan adanya demam yang diikuti
oleh pembengkakan. (5)
Tumor palpebra merupakan suatu pertumbuhan sel yang abnormal pada
kelopak mata. Adapun gejala yang membedakan antara tumor palpebra dengan
hordeolum adalah tidak adanya tanda-tanda peradangan seperti hiperemi dan
hangat. Tumor palpebra harus ditegakkan diagnosisnya dengan pemeriksaan
biopsy. (5)
14
2.8
PENATALAKSANAAN
Pada umumnya hordeolum dapat sembuh dengan sendiri dalam waktu 5-7 hari.
Penatalaksaan pada hordeolum dilakukan dengan terapi medikamentosa pada
stadium infiltrate dan pembedahan untuk fase supuratif atau tidak sembuh dengan
menggunakan terapi medikamentosa.(2,10)
Untuk terapi medikamentosa dapat dilakukan dengan memberikan kompres
hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk membantu drainase,
kemudian bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun atau
sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Pasien dianjurkan untuk
tidak menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat menimbulkan infeksi yang
lebih serius. Menghindari pemakaian makeup pada mata, karena kemungkinan hal
itu menjadi penyebab infeksi, menghindari memakai lensa kontak karena dapat
menyebarkan infeksi ke kornea. Selain itu pasien juga diedukasi bahwa penyakit
hordeolum dapat berulang sehingga pasien dan keluarga dianjurkan untuk menjaga
hygiene dan kebersihan lingkungan(2,10)
Terapi dengan menggunakan antibiotik topikal diindikasikan bila dengan
kompres hangat selama 24 jam tidak ada perbaikan, dan bila proses peradangan
menyebar ke sekitar daerah hordeolum. Pemberian terapi topical dengan
Oxytetrasiklin salep mata atau kloramfenikol salep mata setiap8 jam. Apabila
menggunakan kloramfenikol tetes mata sebanyak 1 tetes tiap 2 jam.
Pasien juga dapat diberikan terapi oral sistemik dengan Eritromisin 500 mg
pada dewasa dan anak sesuai dengan berat badan atau Dikloksasilin 4 kali sehari
selama 3 hari.
Pembedahan dilakukan apabila dengan terapi medikamentosa tidak berespon
dengan baik dan hordeolum tersebut sudah masuk dalam stadium supuratif, maka
prosedur pembedahan diperlukan untuk membuat drainase pada hordeolum.(9,10)
Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan
pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan prokain atau lidokain di
daerah hordeolum. Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus,
tegak lurus (vertikal) pada margo palpebral dan pada hordeolum eksternum dibuat
insisi sejajar (horizontal) dengan margo palpebra. (2,4,10)
15
2.9
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari hordeolum adalah selulitis palpebral
yang merupakan radang jaringan ikat longgar palpebral di depan septum orbita,
serta abses palpebral. (2)
Lesi yang luas dari kelopak mata atas dilaporkan dapat menurunkan penglihatan
secara sekunder hingga mampu menyebabkan astigmatisma ataupun hyperopia
yang disebabkan mendatarnya kornea sentral. Jaringan bergranulasi terkadang
dapat ditemui setelah hordeolum yang mulai pulih.(11)
2.10 PROGNOSIS
Walaupun hordeolum tidak berbahaya dan komplikasinya sangat jarang, tetapi
hordeolum sangat mudah kambuh. Hordeolum biasanya sembuh sendiri atau pecah
dalam beberapa hari sampai minggu. Dengan pengobatan yang baik hordeolum
cenderung sembuh dengan cepat dan tanpa komplikasi. Prognosis baik apabila
hordeolum tidak ditekan atau ditusuk karena infeksi dapat menyebar ke jaringan
sekitar. (2,4)
16
BAB III
ANALISIS KASUS
Pasien perempuan, 26 tahun datang ke poli puskesmas Kampung Sawah dengan
keluhan terdapat benjolan pada kelopak mata kanan atas sejak 4 hari sebelum
datang ke puskesmas. Sebelumnya benjolan hanya berukuran kecil namun semakin
hari benjolan makin membesar, merah dan terasa nyeri bila ditekan. Pasien juga
mengeluh kelopak mata kanan atas terasa mengganjal. Tidak ada keluhan mata
menjadi merah atau pun penurunan penglihatan. Keluhan baru pertama kali dialami
pasien dan belum pernah berobat atas keluhan yang dialami nya saat ini.
Pada inspeksi kelopak mata kanan atas ditemukan massa berdiameter 0,5 cm,
hiperemis, konsistensi padat, dan terdapat nyeri tekan. Hasil pemeriksaan
didapatkan tanda peradangan berupa edema, hiperemis dan nyeri tekan. Gejala ini
sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan peradangan umumnya disebabkan
infeksi bakteri staphylococcus aureus pada kelenjar Zeis dan Moll.(1,3,5)
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien di diagnosis dengan
Hordeolum eksterna oculi dekstra.
Lalu pasien diedukasi mengenai penyakit dan factor-faktor pencetus
penyakitnya serta menjelaskan tentang pengobatan yang diberikan. Pasien
diberikan Kloramfenikol salep mata setiap 8 jam pada mata yang sakit dan Asam
Mefenamat tablet oral 3x500 mg/hari.
Pemilihan terapi didasarkan penyebab dan gejala yang dialami pasien. Pada
pasien ini diberikan antibiotik topikal yaitu kloramfenikol sesuai yang dinyatakan
pada kepustakaan, secara umum hordeolum disebabkan oleh infeksi bakteri
stapyilococcus aureus, merupakan bakteri gram positif.
(3,5)
Terapi lain untuk
mengatasi gejala diberikan NSAID Asam mefenamat untuk mengatasi gejala
peradangan berupa nyeri dan edema.Tindakan opertif belum dilakukan sesuai
kepustakaan menyatakan tindakan operatif dilakukan apabila tatalaksana
farmakoterapi tidak efektif atau keluhan yang dialami berulang.(5)
Selain terapi medikamentosa pasien juga dianjurkan untuk kompres hangat 4-6
kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk membantu drainase pada hordeolum,
kemudian bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun atau
17
sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Pasien dianjurkan untuk
tidak menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat menimbulkan infeksi yang
lebih serius. Menghindari pemakaian makeup pada mata, karena kemungkinan hal
itu menjadi penyebab infeksi, menghindari memakai lensa kontak karena dapat
menyebarkan infeksi ke kornea. Selain itu pasien juga diedukasi bahwa penyakit
ini dapat berulang sehingga pasien dan keluarga dianjurkan untuk menjaga hygiene
dan kebersihan lingkungan(2,10)
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Bessette
M.
Hordeolum
and
Stye.2010.
Available
from:
http://emedicine.medscape.com/article/1213080-overview.
2. Vaughan, D.G. 2015. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
3. Khurana AK. 2011. Comprehensive Ophtalmology. Fourth Edition. New Delhi.
New Age International Publishers.
4. Sidarta, I. 2013. Ilmu Penyakit Mata. Edisi IV. Jakarta. Balai Penerbit FK UI.
5. Sidarta, I, dkk. 2008. Penuntun Sari Ilmu Penyakit Mata. edisi III. Jakarta. Balai
Penerbit FK UI
6. Marinopaulus, S. Spyridon. 2014. “John hopkins ABX guide : Hordeolum
(stye)/ chalazion” .Available from :
http://www.prod.hopkinsabxguide.org/diagnosis/heent/hordeolum_stye_chala
zion.html
7. Olver J, Cassisy L.2005. Ophtalmology at a Glance. First published. England.
Blackwell Science. Garsington Road, Oxford
8. Raftery AT., Lim, Eric., 2010. Churchill’s Pocketbook of Differential
Diagnosis. Elsevier’s.
9. Yanoff, M., Duker, J. 2010. Textbook Of Ophtalmology. Moaby Elsevier’s
10. Bessette M. 2010. “Hordeolum and Stye: Treatment & Medication”. Available
from: http://emedicine.medscape.com/article/798940-treatment
11. Michael P. 2017. Hordeolum Differential Diagnoses. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/1213080-differential
19
Download