LAPORAN PENDAHULUAN CANCER COLON Oleh : NUR WULANDARI NIM. 142012017031 PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG T.A 2020/2021 LAPORAN PENDAHULUAN CANCER COLON A. Definisi Kolon adalah bagian terbesar dari usus besar. Panjangnya hampir 5 kaki. Kolon memiliki empat bagian yaitu kolon ascending, transverse, descending, dan sigmoid. Dindingnya memiliki empat lapisan utama mukosa, submukosa, muskularis propia, dan serosa atau adventitia. Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel yang abnormal, bila hal ini terjadi di usus besar atau rectum maka disebut kanker kolorektal (American Cancer Society, 2017). American Cancer Society (ACA) tahun 2016, menjelaskan bahwa kanker kolorektal adalah kanker yang dimulai di usus besar atau rektum. Kanker ini juga bisa disebut kanker usus besar atau kanker rektum, tergantung tempat bermulanya. Kanker usus besar dan kanker rektum sering dikelompokkan bersama karena memiliki banyak kesamaan. Hampir semua kanker usus besar adalah adenokarsinoma. Adenokarsinoma adalah kanker sel yang melapisi kelenjar dan, dalam kasus kanker usus besar, memmproduksi lendir (National Comprehensive Cancer Network, 2016) Awalnya kanker kolorektal dapat muncul sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas, menginvasi dan menghancurkan jaringan normal, dan meluas ke struktur sekitarnya (Smeltzer, 2015). B. Etiologi Sebagian besar kanker kolon dimulai dari polip pada lapisan dalam usus besar atau rektum Beberapa jenis polip dapat berubah menjadi kanker selama beberapa tahun, namun tidak semua polip menjadi kanker. Kemungkinan berubah menjadi kanker tergantung pada jenis polip. 2 jenis polip utama adalah: 1. Adenomatous polyps (adenoma): Polip ini kadang berubah menjadi kanker. Karena itu, adenoma disebut kondisi pra-kanker. 2. Hyperplastic polyps dan inflammatory polyps: Polip ini lebih sering terjadi, namun secara umum tidak bersifat pra-kanker. Adapun faktor resiko dari kanker kolorektal berdasarkan National Cancer Institute (2017) adalah : 1. Usia Menurut ACA (2017), risiko kanker kolorektal meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Proporsi kasus yang di diagnosis pada individu yang berusia dibawah 50 tahun meningkat dari 6 % pada tahun 1990 menjadi 11% pada tahun 2013. Sebagian besar (72%) pada kasus ini terjadi pada individu dengan usia di atas 40 tahun. 2. Genetik Hampir 30% pasien kanker kolorektal memiliki riwayat keluarga dengan penyakit ini, sekitar 5% diantaranya disebabkan oleh kelainan genetic yang diwariskan. Individu dengan riwayat keluarga tingkat pertama (orangtua, saudara kandung atau anak) yang didiagnosis dengan kanker kolorektal memiliki risiko 2 sampai 4 kali dibandingkan mereka yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan penyakit tersebut. 3. Riwayat menderita adenoma beresiko tinggi (polip kolorektal yang berukuran 1 sentimeter atau lebih besar atau memiliki sel yang terlihat abnormal di bawah mikroskop). 4. Riwayat menderita kolitis ulserativa kronis atau penyakit Crohn selama 8 tahun atau lebih. Penyakit Crohn juga sering disebut colitis granulomatosis atau colitis transmural, merupakan peradangan di seluruh dinding granulomatois, sedangkan colitis ulseratif secara primer adalah inflamasi yang terbatas di selaput lendir kolon. Risiko terjadinya kanker kolon pada Crohn;s lebih besar. 5. Mengonsumsi alcohol Konsumsi alcohol sedang dan berat (<12,5 gram perhari, sekitar satu minuman), dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker kolon. Dibandingkan dengan seseorang yang tidak minum alcohol dan hanya mengonsumsi sesekali, seseorang yang ratarata mengonsumsi 2 sampai 3 minuman beralkohol per hari memiliki risiko kanker 20% lebih tinggi, dan yang mengonsumsi lebih dari 3 minuman per hari memiliki sekitar 40% peningkatan risiko. 6. Merokok Badan Penelitian Kanker Internasional pada November 2009 melaporkan bahwa merokok dapat menyebabkan kanker kolorektal. Kaitan terhadap rectum lebih besar dibandingkan dengan kolon. 7. Gaya hidup (obesitas) Obesitas dapat meningkatkan risiko kanker kolon yang lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita. Secara khusus seseorang dengan berat badan normal, pria obesitas memiliki 50% risiko kanker kolon lebih tinggi dan kanker rectal 20%, sedangkan wanita obesitas memiliki sekitar 20% peningkatan risiko kanker kolon dan risiko kanker rectal 10%. Obesitas dapat berdampak negative pada kesehatan metabolic yang merupakan fungsi utama dari semua proses biokimia didalam tubuh. Studi terbaru menunjukkan bahwa kesehatan metabolic yang buruk memiliki kaitan dengan kejadian kanker kolorektal. C. Patofisiologi 1. Anatomi fisiologi kolon Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Pada mamalia, kolon tediri dari kolon menanjak (ascending), kolon melintang (descending), sigmoid, dan rektum. transverse), kolon menurun Bagian kolon dari usus buntu hingga pertengahan kolon melintng sering di sebut dengan “kolon kanan”, sedangkan bagian sisanya serng di sebut dengan “kolon kiri” . 2. Perubhan patologi Karsinoma kolon sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Biasanya tumor ini tumbuh tidak terdeteksi sampai gejala-gejala muncul secara perlahan dan tampak membahayakan. Penyakit ini menyebar dalam beberapa metode. Tumor mungkin menyebar dalam tempat tertentu pada lapisan dalam di perut, mencapai serosa dan mesenterikfat, kemudian umor ini mulai mendekat pada organ yang ada di sekitarnya, kemudian meluas ke dalam lumen pada usus besar atau menyebar ke limfa atau pada sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi ini langsumg masuk dari tumor utama melewati pembuluh darah pada usus besar melalui limfa, setelah sel tumor masuk pada sistem sirkulasi, biasanya sel bergerak menuju liver. Tempat yang kedua adalah tampat yang jauh kemudian metastase ke paru-paru. Tempat metastase yang lain di antaranya : Kelenjar Adrenalin, Ginjal, Kulit, Tulang, Otak. Penambahan untuk infeksi secara langsung dan menyebar melalui limfa dan sistem sirkulasi, tumor kolon juga dapat menyebar pada bagian peritonial sebelum pembedahan tumor di lakukan. Penyebaran terjadi ketika tumor di hilangkan dan sel kanker dari tumor pecah menuju ke rongga peritonial. D. Manifestasi Klinik / Tanda dan Gejala Kanker kolon seringkali dapat dideteksi dengan prosedur skrining. Adapun manifestasi klinis dari kanker kolon menurut (Network, 2016) adalah : 1. Anemia 2. Perdarahan pada rectum 3. Nyeri abdomen 4. Perubahan kebiasaan defekasi 5. Obstruksi usus atau perforasi. Sementara (Smeltzer, 2015) menjelaskan manifestasi klinis dari kanker kolon maupun kanker rektum yaitu : 1. Keluarnya darah di dalam atau pada feses 2. Penurunan berat badan dan keletihan 3. Lesi di sisi kanan kemungkinan disertai dengan nyeri abdomen yang tumpul dan melena 4. Lesi sisi kiri dikaitkan dengan obstruksi (nyeri dan kram abdomen, penyempitan ukuran feses, konstipasi dan distensi) dan darah berwarna merah terang di feses. 5. Lesi rectal dikaitkan dengan tenesmus (mengejan yang nyeri dan tidak efektif saat defekasi), nyeri rectal, mengalami konstipasi dan diare secara bergantian, feses berdarah 6. Tanda-tanda komplikasi : obstruksi usus parsial atau komplet, ekstensi tumor dan ulserasi ke pembuluh darah sekitar (perforasi, pembentukan abses, peritonitis, sepsis, atau syok) 7. Dalam banyak kasus, gejala tidak muncul sampai kanker kolorektal berada dalam stadium lanjut. E. Pemeriksaan Penunjang Smeltzer (2015) mengemukakan pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk diagnosis kanker kolorektum adalah : 1. Pemeriksaan abdomen dan rectal; pemeriksaan darah samar pada feses; barium enema; proktosigmoidoskopi; dan kolonoskopi, biopsy, atau apusan sitologi 2. Pemeriksaaan CEA (carsinoembryogenic antigen) adalah ditemukannya glikoprotein di membran sel pada banyak jaringan, termasuk kanker kolorektal. Pemeriksaan ini harus kembali normal dalam 48 jam sejak eksisi tumor (reliable dalam memprediksi prognosis dan kekambuhan). F. Peñatalaksanaan 1. Penatalaksanaan medis Terapi kanker bergantung pada stadium penyakit dan komplikasi yang terkait. Obstruksi ditangani dengan cairan IV dan pengisapan nasogastrik dan dengan terapi darah jika perdarahan cukup berat. Terapi suportif dan terapi pelengkap ( misalnya kemoterapi, terapi radiasi, imunoterapi) termasuk dalam penatalaksanaan medis (Smeltzer, 2015). 2. Penatalaksanaan bedah a. Pembedahan adalah terapi primer untuk sebagian besar kanker kolon dan rectal; jenis pembedahan bergantung pada lokasi dan ukuran tumor, dan dapat bersifat kuratif atau paliatif. b. Kolonoskopi dilakukan pada kanker yang terbatas pada satu tempat. Kolonoskopi adalah prosedur yang dilakukan untuk mengevaluasi bagian dalam kolon. c. Kolotomi laparoskopik dengan polipektomi meminimalkan luasnya pembedahan yang diperlukan dalam beberapa kasus d. Neodimium : laser ittrium-aluminium-garnet (Nd:YAG) efektif pada beberapa lesi e. Reseksi usus dengan anastomosis dan kemungkinan kolostomi atau ileostomi sementara atau permanen (kurang dari sepertiga pasien) atau pembuatan kantung/wadah koloanal (kantung J kolonik). G. Komplikasi Komplikasi primer dihubungkan dengan kanker kolorektal, antara lain : 1. Obstruksi usus diikuti dengan penyempitan lumen akibat lesi 2. Perforasi dari dinding usus oleh tumor, diikuti kontaminasi organ peritoneal 3. Perluasan langsung ke organ-organ yang berdekatan H. KONSEP KEPERAWATAN A. Pengkajian Keperawatan Pengumpulan Data Biodata identitas klien dan penanggung jawab 1. Identitas Klien Dikaji nama, jenis kelamin, agama, alamat, suku bangsa, pekerjaan dan lain-lain. 2. Identitas penanggung jawab Dikaji nama, alamat, pekerjaan dan hubungan dengan klien. 3. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama (Menjelaskan keluhan yang paling dirasakan oleh klien saat ini) b. Riwayat Kesehatan Sekarang (Menjelaskan uraian kronologis sakit klien sekarang sampai klien dibawa ke RS, ditambah dengan keluhan klien saat ini yang diuraikan dalam konsep PQRST) 1) P : Palitatif /Provokatif (Apakah yang menyebabkan gejala, apa yang dapat memperberat dan menguranginya) 2) Q : Qualitatif /Quantitatif (Bagaimana gejala dirasakan, nampak atau terdengar, sejauhmana merasakannya sekarang) 3) R : Region (Dimana gejala terasa, apakah menyebar) 4) S : Skala (Seberapakah keparahan dirasakan dengan skala 1 s/d 10) 5) T : Time (Kapan gejala mulai timbul, berapa sering gejala terasa, apakah tiba-tiba atau bertahap) c. Riwayat Kesehatan Dahulu (Mengidentifikasi riwayat kesehatan yang memiliki hubungan dengan atau memperberat keadaan penyakit yang sedang diderita klien saat ini. Termasuk faktor predisposisi penyakit dan ada waktu proses sembuh) d. Riwayat Kesehatan Keluarga (Mengidentifikasi apakah di keluarga klien ada riwayat penyakit turunan atau riwayat penyakit menular) e. Pola Aktivitas Sehari-hari (Membandingkan pola aktifitas keseharian klien antara sebelum sakit dan saat sakit, untuk mengidentifikasi apakah ada perubahan pola pemenuhan atau tidak) 4. Pemeriksaan Fisik (Fokus pada struktur dan perubahan fungsi yang terjadi dengan tehnik pemeriksaan yang digunakan Head to Toe yang diawali dengan observasi keadaan umum klien. Dan menggunakan pedoman 4 langkah yaitu Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi) 5. Data Psikologis (Berisi tentang status emosi klien, kecemasan, pola koping, gaya komunikasi, dan konsep diri) 6. Data Sosial (Berisi hubungan dan pola interaksi klien dalam keluarga dan masyarakat) 7. Data Spiritual (Mengidentifikasi tentang keyakinan hidup, optimisme terhadap kesembuhan penyakit, gangguan dalam melaksanakan ibadah) 8. Data Penunjang (Berisi tentang semua prosedur diagnostik dan laporan laboratorium yang dijalani klien, dituliskan hasil pemeriksaan dan nilai normal, dituliskan hanya 3 kali pemeriksaan terakhir secara berturut-turut. Bila hasilnya fluktuatif, buat keterangan secara naratif) 9. Program dan Rencana Pengobatan (Berisi tentang program pengobatan yang sedang dijalani dan yang akan dijalani oleh klien) B. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan, trauma muskuloskletal, kehancuran yang terus-menerus (misalnya lokalisasi) 2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pembedahan. 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual / muntah 4. Konstipasi berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan serat, kelemahan otot abdomen sekunder akibat mekanisme kanker kolon. 5. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap perubahan status kesehatan, ancaman terhadap pola interaksi dengan orang yang berarti, krisis stuasi atau krisis maturasi. 6. Rasa aman nyaman berhubungan dengan perubahan kimia misalnya penggunaan obatobat farmasi, hipoksia, lingkungan terapeutik yang terbatas misalnya stimulus sensori yang berlebihan ; stress fisiologis. C. Intervensi Keperawatan No 1. 2. Diagnosa keperawatan Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan, trauma musculoskeletal Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan keadaan kulit yang tidak di inginkan - Tujuan dari kriteria hasil Tujuan : pasien mengatakan bahwa rasa nyeri telah terkontrol atau hilang. Criteria hasil : pasien tampak rileks, dapat beristirahat / tidur dan melakukan pergerakan yang berarti sesuai toleransi. Rencana Tindakan Evaluasi rasa sakit secara reguler, catat karakteristik, lokasi dan intensiltas (0-10) Rasional R : sediakan informasi mengenai kebutuhan/efektivitas intervensi Kaji tanda-tanda vital, perhatikan takikardi, hipertensi dan peningkatan pernapasan, bahkan jika pasien menyangkal adanya rasa sakit. R : dapat mengindikasikan rasa sakit akut dan keidaknyamanan - Berikan iinformasikan mengenai sifat ketidaknyamanan, sesuai kebutuhan R : pahami penyebab ketidaknyamanan , sedangkan jaminan emosional - Observasi efek analgetik Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka R : respirasi mungkin menurun pada pemberian narkotik, dan mungkin menimbulkan efek-efek sinergestik dengan zatzat anastesi. R : mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam melakukan tindakan yang tepat. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan R : mengindentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi. Tujuan : mencapaipenyembuhan luka pada waktu yang sesuai. Criteria hasil : tidak ada tandatanda infeksi seperti pus luka bersih tidak lembab dan - tidak kotor tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat di toleransi. luka Pantau peningkatan suhu tubuh - Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement. - 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual / muntah - - - R : suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan R : agar benda asing atau jaringan terinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit normal lainnya. Setelah debridement, ganti balutan sesuai dengan kebutuhan. R : balutan dapat di ganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi parah/tidaknya luka, agar tidak terjadi infeksi - Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi R : antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme patogen pada daerah yang beresiko terjadi infeksi Tujuan : klien Kaji sejauh mana mampu ketidakadekuatan mempertahankan nutrisi pasien & meningkatkan intake nutrisi. - Timbang berat Criteria hasil : badan sesuai klien akan indikasi memperlihatkan perilaku Anjurkan makan mempertahankan sedikit tapi sering atau meningkatkan berat badan dengan nilai Tawarkan minum laboratorium saat makan bila normal. toleran Klien mengrti dan mengikuti Kolaborasi anjuran diet dengan ahli gizi Tidak ada mual pemberian / muntah. makanan yang bervariasi R : menganalisa penyebab melaksanakan intervensi. R : mengawasi kefektifan secara diet R : tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat di tingkatkan R : dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas. R : Menstimulasi nafsu makan dan mempertahankan intake nutrisi yang adekuat. 4. 5. Konstipasi berhubungan dengan penurunan frekuensi defekasi yang normal pada seseorang di sertai dengan kesulitan keluarnya feses yang tidak lengkap atau keluarnya feses yang keras dan kering Ansietas berhubungan dengan perasaan ketidaknyamanan yang tidak mudahatau dread yang di sertai dengan respons autonomis - - - 6. Rasa aman nyaman berhubungan dengan gangguan aktivitas dan kerja kognitif (misalnya, pikiran sadar, orientasi realita, Tujuan : pola eliminasi dalam rentang yang di harapkan : feses lembut dan berbentuk. Criteria hasil klien akan menunjukkan pengetahuan akan program defekasi yang di butuhkan melaporkan keluarnya feses dengan berkurangnya nyeri dan mengejan Tujuan : ansietasberkurang atau terkontrol. Criteria hasil : klien mampu merencanakan stategi koping untuk situasi yang membuat stress. Klien mampu mempertahankan penampilan peran Klien melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori Klien melaporkan tidak ada manisfestasi kecemasan secara fisik. Tujuan : meningkatkan tingkat kesadarn. Criteria hasil: pasien mampu mengenali keterbatasan diri dan mencari sumber bantuan kaji warna dan konsistensi feses, frekuensi, keluarnya flatus, bising usus dan nyeri tekan abdomen pantau tanda gejala rupture usus. Kaji faktor penyebab konstipasi R : penting untuk menilai keefektifan intervensi, dan memudahkan rencana selanjutnya. R : keadaan ini dapat menjadi penyebab kelemahan otot abdomen dan penurunan peristaltik usus, yang dapat menebabkan konstipasi. R : mengetahui dengan jelas faktor penyebab memudahkan pilihan intervensi yang tepat Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien. R : memudahkan intervensi Kaji mekanisme koping yang di gunakan pasien untuk mengatasi ansietas di masa lalu R : mempertahankan mekanisme koping adaftif, meningkatkan kemampuan mengontrol ansietas Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan. Orientasikan kembali pasien secara terusmenerus setelah keluar dari pengaruh anastesi ; nyatakan bahwa operasi telah selesai dilakukan R : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk mengeksternalisasikan R : karena pasien telah meningkat kesadarannya, maka dukungan dan jaminan akan membantu menghilangkan ansietas. pemecahan masalah, dan penilaian yang terjadi pada individu) sesuai kebutuhan. - Bicara dengan pasien dengan suara yang jelas dan normal tanpa membentak, sadar penuh akan apa yang di ucapkan R : tidak dapat di tentukan kapan pasien akan sadar penuh, namun sensori pendengaran merupakan kemampuan yang pertama kali akan pulih - Gunakan bantalan pada tepi tempat tidur, lakukan pengikatan jika diperlukan R : berikan keamanan bagi pasien selama tahap darurat, mencegah terjadinya cedera pada kepala dan ekstermits bila pasien melakukan perlawanan selama masa disorientasi DAFTAR PUSTAKA American Cancer Society.(2016, October 15). About Colorectal Cancer. Retrieved May 14, 2017, from American Cancer Society: https://www.cancer.org/cancer/colon-rectal- cancer/about/what-is-colorectal-cancer.html American Cancer Society.(2017). Colorectal Cancer. Facts & Figures 2017-2019. Atlanta: American Cancer Society. Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Douchterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC). Singapore: Elsevier. Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). NANDA International Inc. Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications 2015-2017. Jakarta: EGC. National Cancer Institute. (2017, March 6). Colorectal Cancer. Retrieved May 13, 2017, from National Cancer Institute: https://www.cancer.gov/types/colorectal/patient/rectaltreatment-pdq Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes Classifications (NOC). Singapore: Elsevier. National Comprehensive Cancer Network. (2016). Colon Cancer. Washington: National Comprehensive Cancer Network. Smeltzer, S. C. (2015). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.