MANAJEMEN ASET DAN LIABILITAS (ALMA) Manajemen Likuiditas Manajemen Likuiditas adalah kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana yang cukup untuk memenuhi semua kewajiban-kewajibannya maupun komitmen yang telah dikeluarkan kepada nasabahnya setiap saat. Dalam mengelola likuiditas tersebut dituntut untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut: a. Kemampuan memprediksi kebutuhan dana di waktu mendatang. b. Mencari sumber-sumber dana untuk mencukupi jumlah yang dibutuhkan. c. Melakukan penatausahaan dana atau arus dana masuk dan keluar (cash flow). Pengelolaan likuiditas ditujukan untuk memperkecil resiko likuiditas yang disebabkan oleh adanya kekurangan dana, sehingga untuk memenuhi kewajibannya tidak perlu harus mencari dana dengan suku bunga yang relatif tinggi di pasar uang atau bank terpaksa menjual sebagian asetnya dengan kerugian yang relatif besar yang akan mempengaruhi pendapatan bank. Beberapa resiko yang mungkin timbul, antara lain sebagai berikut: a. Resiko pendanaan (funding risk) Resiko ini timbul apabila tidak cukup dana untuk memenuhi kewajibannya. Beberapa hal yang dapat menyebabkan resiko pendanaan adalah penarikan deposito dan pinjaman dalam jumlah besar yang tidak diduga sebelumnya, atau jatuh tempo (maturity profile) dari aset maupun liabilitas tidak terdeteksi, dan sebagainya. b. Resiko bunga (interst risk) Adanya berbagai variasi tingkat suku bunga dalam aset maupun liabilitas dapat menimbulkan ketidakpastian tingkat keuntungan yang akan diperoleh. 1 Beberapa Alat Ukur Likuiditas Bank Dalam konsep ALMA pengukuran likuiditas bank dilakukan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk pengukuran jangka pendek, antara lain dipergunakan: a. Staturtory Reserve Requirement, yang dikenal sebagai Giro Wajib Minimum (GWM) Saldo giro pada BI >5% Kewajiban kepada pihak ketiga pada periode 2 minggu sebelumnya Untuk memenuhi GWM diperlukan dana minimal sebesar 5% dari dana pihak ketiga, sedangkan besarnya kas fisik yang diperlukan untuk operasional sehari-hari diserahkan kepada kebijakan masing-masing bank dan hal ini tergantung kepada besarnya kas yang benar-benar dibutuhkan oleh bank. Dengan demikian primary reserve bank akan selalu di atas dari dana pihak ketiga, yaitu dalam bentuk GWM sebesar 5% ditambah dengan kas fisik yang ada dibrankas masing-masing cabang. b. Basic surplus, yakni pengukuran besarnya likuiditas pada suatu keadaan tertentu yang diukur dengan rumus: Basic Surplus = Aktiva Lancar – Pasiva Lancar Tabel 1 Klasifikasi Angka Basic Surplus Angka Basic Surplus Penjelasan Positif Penempatan dana jangka pendek didukung dengan sumber dana jangka panjang Negatif Penempatan dana jangka panjang didukung dengan sumber dana jangka pendek Nol Penempatan dana jangka pendek didukung dengan sumber dana jangka pendek 2 Tabel 2 Perhitungan Basic Surplus Aktiva Jumlah Porsi Lancar Pasiva Kas dan saldo BI 2.000.000 750.000 Saldo pada bank lain 3.000.000 Penempatan s.d. 7 hari Jumlah Porsi Lancar Giro 1.000.000 - 3.000.000 Tabungan 2.000.000 - 2.500.000 2.500.000 Deposito s.d. 7 hari 4.000.000 4.000.000 20.000.000 - 18.000.000 - Surat berharga s.d. 7 hari 3.500.000 3.500.000 Call money 4.000.000 4.000.000 Surat berharga jk panjang 6.000.000 - Obligasi 7.000.000 - Modal 4.000.000 Jumlah 40.000.000 Kredit Jumlah 40.000.000 9.750.000 Simpanan lainnya 8.000.000 Catatan : GWM sebesar 5% sari simpanan (25.000.000) = 1.250.000, sehingga Kas dan Giro BI yang dipergunakan dalam perhitungan aktiva lancar sebesar 750.000 Dari data neraca tersebut diatas diperoleh basic surplus sebagai berikut: Basic Surplus = Aktiva Lancar – Pasiva Lancar = 9.750.000 – 8.000.000 = 1.750.000 (basic surplus positif) Selanjutnya untuk mengukur likuiditas jangka panjang (longer term liquidity) dapat dipergunakan alat ukur antara lain: a. Rasio Likuiditas (liquidity ratio) yang dirumuskan sebagai berikut: Total Weighted Liabilities Liquidity Index = Total Weighted Assets b. Indeks Likuiditas (liquidity index) yang dirumuskan sebagai berikut Total Weighted Liabilities Liquidity Index = Total Weighted Assets 3 c. Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah merupakan perbandingan jumlah pinjaman yang diberikan dengan simpanan masyarakat, yang dirumuskan sebagai berikut: Pinjaman yang diberikan L DR = Dana Masyarakat Tabel 3 Perhitungan Rasio Likuiditas Aktiva / Pasiva Aktiva Basic surplus Penempatan pada bank lain (>7hari) Pinjaman komersil Pinjaman Investasi Surat berharga jangka panjang Penyertaan Aktiva lainnya Posisi Sekarang Proyeksi Perubahan selama 3 bulan Proyeksi posisi pada 3 bulan kemudian 1.000.000 3.000.000 12.000.000 50.000.000 8.000.000 5.000.000 1.000.000 (500.000) 1.500.000 6.000.000 500.000 1.000.000 - 500.000 3.000.000 13.500.000 56.000.000 8.500.000 6.000.000 1.000.000 Jumlah Aktiva Pasiva Basic surplus Giro Deposito (>7hari) Pasiva jangka panjang lainnya Obligasi Kewajiban lainnya Modal 80.000.000 8.500.000 88.500.000 2.000.000 10.000.000 49.000.000 10.000.000 8.000.000 1.000.000 2.000.000 5.000.000 2.000.000 - 2.000.000 12.000.000 54.000.000 12.000.000 8.000.000 1.000.000 Jumlah Pasiva Kebutuhan Dana Neto 80.000.000 9.000.000 (500.000) 89.000.000 (500.000) MANAJEMEN GAP Manajemen gap adalah upaya-upaya untuk mengelola dan mengendalikan kesenjangan (gap) antara aset dan liabilitas pada suatu periode yang sama, meliputi kesenjangan dakam hal jumlah dana, suku bunga, saat jatuh tempo (maturity) atau perpaduaan antara ketiganya (kesenjangan tercampur atau mix mismatch). Atau dengan kata lain manajemen gap adalah upaya mengatasi perbedaaan (mismacth) antara aset 4 yang sensitif terhadap bunga (Rate Sensitive Aset/RSA) dan pasiva yang sensitif terhadap bunga (Rate Sensitive Liabilities/RSL). RSA adalah aktiva berbunga yang bunganya dapat berubah setiap saat, contoh surat-surat berharga yang tingkat bunganya mengambang dan pinjaman yang bunganya disesuaikan setiap saat (reviewable). RSL adalah pasiva berbunga yang bunganya dapat berubah setiap saat, misalnya deposito berjangka, dana yang bunganya dikaitkan dengan SIBOR/LIBOR (Singapore Interbank Offered Rate/London Interbank Offered Rate) secara singkat gap (mismatch) dirumuskan (koch &Macdonald, 2000:306) Gap = RSA - RSL Posisi gap dapat positif, negatif atau nol. Sedangkan pengaruh-pengaruhnya dapat digambarkan dalam tabel dibawah ini. Tabel 4 Pengaruh Posisi Gap Terhadap Net Interest Margin (NIM) Posisi Gap Kondisi suku bunga naik Kondisi suku bungan turun Positif (RSA>RSL) NIM meningkat NIM menurun Negatif (RSA <RSL) NIM menurun NIM meningkat Zero (RSA=RSL) NIM tetap NIM tetap Pada posisi gap positif (RSA>RSL), perubahan suku bunga yang meningkat akan menyebabkan meningkatnya pendapatan yang lebih tinggi dari kenaikan biaya dana, sehingga pendapatan bank (Net Interest Margin/NIM) meningkat. Sebaliknya bila terjadi perubahan suku bunga menurun menyebabkan penurunan pendapatan yang lebih cepat dari penurunan biaya dana, sehingga pendapatan bank (NIM) menurun. Sedangkan pada posisi gap negatif (RSA<RSL), perubahan suku bunga yang meningkat akan menyebabkan meningkatnya biaya dana lebih cepat dari meningkatnya pendapatan, sehingga pendapatan (NIM) menurun. Sebaliknya bila terjadi perubahan suku bunga menurun akan menyebabkan penurunan biaya dana lebih cepat dari 5 penurunan pendapatan, sehingga pendapatan bank (NIM) meningkat. Selanjutnya pada posisi zero (RSA=RSL) apapun perubahan suku bunga yang terjadi tidak berpengaruh terhadap perolehan pendapatan (NIM) bank. Dalam neraca bank hampir selalu terjadi ketidakseimbangan antara sumber dana di sisi liabilities dengan penggunaan dana di sisi aset. Sehingga perlu dilakukan strategi manajemen dibidang pendanaan maupun penempatannya (investment). Untuk merealisasi strategi tersebut dengan sebaik-baiknya harus dilakukan dengan mengubah tingkat suku bunga, baik suku bunga simpanan maupun suku bunga pinjaman. Oleh karena itu manajemen gap bertujuan untuk: - Menghindari kerugian akibat dari gejolak tingkat bunga. - Mengusahakan pendapatan yang maksimal dalam batas resiko tertentu. - Menunjang kebutuhan manajemen likuiditas - Mengelola resiko serendah mungkin - Menyusun struktur neraca yang dapat meningkatkan kenerja dengan tingkat suku bunga yang wajar. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penataan manajemen gap yaitu: a. Jangka waktu (Maturity) adanya perbedaan jangka waktu dari masing-masing komponen aset dan liabilities akan dapat berakibat berubahnya posisi dana maupun penempatannya serta berubahnya pendapatan maupun pembiayaannya. b. Repricing, yaitu lamanya jangka waktu penetapan suku bunga komponen aset/pinjaman dan komponen liabilites/simpanan, baik sebelum jatuh tempo maupun sesudahnya. c. Interest rate, yaitu besarnya tingkat suku bunga atau harga yaang ditetapkan atau yang akan ditetapkan untuk sisi aset maupun sisi liabilities. d. Acceleration of change, yaitu kecepatan penyesuaian yang dapat dillakukan terhadap aset maupun liabilities bila terjadi perubahan tingkat suku bunga sehingga posisinya masih tetap menguntungkan. 6 Dalam pelaksanaan pengambilan kebijakan oleh manajemen bank apakah akan mengambil posisi gap positif atau gap negatif tergantung tiga hal, yaitu: a. Prakiraan arah perkembangan tingkat bunga b. Tingkat keyakinan manajemen terhadap perkiraan tersebut c. Keberanian bank untuk mengambil resiko jika tindakan yang diambil keliru. MANAJEMEN VALUTA ASING Manajemen valuta asing (valas) adalah suatu kegiatan membeli atau menjual mata uang suatu negara. Kegiatan jual beli valuta asing membentuk suatu pasar yang disebut dengan pasar valas. Pasar valas adalah transaksi jual beli melalui jaringan komunikasi antara bank-bank, brokers maupun dealer diseluruh dunia yang dilakukan di ruangan (dealing room) masingmasing bank yang telah dilengkapi dengan jaringan komunikasi. Manajemen valas ditujukan untuk membatasi posisi eksposur masing-masing mata uang asing (foreign currency) serta memonitor kegiatan jual beli valas supaya posisinya terkendali. Secara garis besar tindakan manajemen valas dapat berupa: 1. Pengendalian kesenjangan mata uang asing (foreign currency mismatch), yang meliputi rekayasa portofolio masing-masing mata uang, mengendalikan ambang batas posisi terbuka valas (Net Open Position/NOP), memonitor arus transaksi devisa, pemusatan dan monitoring rekening devisa (nostro) menetapkan kebijakan dan penggunaan devisa, dan melakukan forecasting nilai tukar (net exchange rate), 2. Pengendalian keuntungan netto dari nilai tukar (net exchange gain) yang meliputi penetapan break even exchange rate, mengendalikan spread, malakukkan cut loss, dan membatasi eksposur. 7 Untuk mengendalikan posisi valas diperlukan berbagai instrumen pasar valas, antara lain: A. Instrumen Valas a. Transaksi SPOT Adalah transaksi valas secara tunai di mana penyerahan valutanya dillakukan dua hari kerja setelah tanggal transaksi dengan nilai tukar yang telah disepakati sebelumnya. b. Transaksi FORWARD Adalah transaksi valas secara berjangka di mana penyerahan valutanya dilakukan pada suatu tanggal tertentu dikemudian hari (umumnya lebih dari dua hari) dengan menggunakan nilai tukar yang telah disepakati pada tanggal terjadinya transaksi tersebut. c. Transaksi SWAP Adalah pertukaran dua valuta asing yang berbeda melalui penjualan secara tunai dan pembelian kembali secara berjangka atau transakasi valas yang simultan antara transaksi SPOT (jual) dengan transaksi FORWARD (beli) atau sebaliknya, biasanya dilakukan untuk menjaga posisi valas sementara waktu dengan biaya tertentu. B. Instrumen Pasar Uang a. Penempatan antarbank (interbank placement) Adalah penempatan dana lebih pada bank lain yang memerlukan untuk suatu jangka waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh pendapatan yang lebih banyak selagi kelebihan dana tersebut belum dimanfaatkan. b. Pinjaman antarbank (interbankborrowing) Adalah meminjam dana dari bank lain untuk keperluan menutup kekurangan dana valas atau untuk mendapatkan sumber dana valas yang lebih murah. c. Instrumen Pasar Uang - Foreign exchange (FX) loan dan deposit - Call and notice dan deposit - Repo/reverse repos - Bankers acceptance 8 C. - Certificates of deposit - Commercial paper - Treasury bills (T-bills) Securitas, adalah transaksi membeli atau menjual surat-surat berharga yang dapat dinegosiasikan (negotiable) untuk mendapatkan laba dari perbedaan tingkat bunga/kurs. Ada tiga alasan yang menyebabkan bank terjun ke transaksi valas: a. Untuk memberi service kepada nasabah b. Untuk kepentingan bank sendiri c. Untuk memperoleh keuntungan (spekulasi) Resiko Kegiatan Valas Jenis-jenis resiko yang dapat muncul dari kegiatan valas antara lain: a. Resiko mata uang (currency risk) Apabila bank dalam posisi long (aktiva valas lebih besar dari pasiva valas) atau overbought dalam suatu mata uang dan nilai tukarnya turun (mengalami depresiasi), maka akan menanggung rugi karena nilai uang yang dipelihara dalam posisi tertentu menjadi turun. b. Liquidity risk (mismatch maturity) Resiko ini muncul pada saat kewajiban dalam suatu mata uang jatuh tempo lebih cepat dari aktivanya c. Interest rate risk, adalah resiko yang timbul karena adanya perubahan tingkat suku bunga. d. Credit risk, adalah resiko yang timbul bila nasabah gagal memenuhi kewajibannya pada saat kredit jatuh tempo. 9 Posisi Devisa Neto (Net Open Position/NOP) Kegiatan valas dapat menempatkan suatu bank dalam posisi tertentu seperti posisi long, posisi short atau square (seimbang). Bank dikatakan mempunyai posisi long dalam suatu mata uang apabila aktiva valas lebih besar dari pasiva valas dalam mata uang tersebut. Sedang posisi short apabila pasiva valas lebih besar dari aktiva valas dalam mata uang yang bersangkutan. Apabila jumlah aktiva dan pasiva valas adalah sama, maka bank dikatakan dalam posisi square. Tabel 5 Posisi Devisa Neto 1 Aktiva valas > Pasiva valas Posisi Long 2 Aktiva valas < Pasiva valas Posisi Short 3 Aktiva valas = Pasiva valas Posisi Square Valas yang ada pada aktiva maupun pasiva bank merupakan komponen posisi valas bank pada masing-masing mata uang seperti: - Uang kertas yang ada dibrankas bank - Rekening bank yang bersangkutan di bank koresponden diluar negeri (nostro) - Pinjaman bank dari sebuah konsorsium bank di luar negeri - Uang muka kepada karyawan dalam valas - Kontrak jual beli valas yang masih berlaku Manajemen Pricing Manajemen pricing adalah suatu kegiatan manajemen untuk menentukan tingkat suku bunga dari produk-produk yang ditawarkan bank, baik di sisi aset maupun liabilitas. Penetapan tingkat suku bunga (interest rate) dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dikelompokkan sebagai berikut: 10 a. Kelompok pinjaman, faktor-faktor tersebut adalah cost of funds, premi resiko, biaya pelayanan, termasuk biaya overhead dan personel, margin keuntungan, dan frekuensi repricing. b. Kelompok simpanan, yang dipertimbangkan adalah cost of funds, biaya pelayanan, termasuk biaya overhead dan personel, margin keuntungan, struktur target maturity, pricing yield curve simpanan berjangka, dan cadangan wajib minimum likuiditas (CWM) Penetapan Suku Bunga Pinjaman (Lending Rate) Pada dasarnya pricing pinjaman (lending rate) harus ditetapkan minimal dapat menutupi semua biaya yang berkaitan dengan pinjaman sehingga diperoleh pengembaliannya yang memadai. Selain itu penetapan pricing pinjaman juga untuk mencapai target pangsa pasar, penetrasi sektor ekonomi, dan pertumbuhan aktiva serta kualitasnya disamping mencapai target manajemen gap. Dalam dunia perbankan sekarang terdapat banyak metode pricing pinjaman yang biasa digunakan. Namun yang paling umum adalah suku bunga tetap, dan suku bungan variabel yang dipengaruhi parubahan base rate, dan suku bunga variabel yang direview/direprice secara berkala. Tingkat suku bunga tersebut ditetapkan atas dasar metode pricing yang rasional dengan mempunyai 5 komponen utama, yaitu: a. Cost of fund, seluruh biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan dana tersebut. b. Premi resiko industri yang bervariasi menurut jenis industri, mencerminkan resiko dari suatu industri tertentu, berubah bila kondisi industri itu berubah, dan didasarkan pada latar belakang kolektibilitas serta prakiraan sekarang tentang prospek industri. c. Premi resiko perusahaan/debitur yang mencerminkan resiko berkaitan dengan debitur-debitur tertentu, merupakan antisipasi terhadap penghapusan pinjaman, menutupi biaya pinjaman non-lancar dan kemungkinan dipengaruhi oleh struktur pinjaman. d. Biaya pelayanan termasuk biaya personel dan biaya overhead 11 e. Margin keuntungan yang disesuaikan dengan resiko kredit yang kemungkinan timbul dan disesuaikan dengan situasi persaingan atau untuk mencapai tujuantujuan strategis. Untuk lebih memudahkan pemahaman tentang pricing pinjaman (penetapan lending rate) berikut ini akan dibahas lebih lanjut tentang lending, yang dapat dikatakan sebagai harga jual pinjaman yang sudah mencakup seluruh biaya-biaya yang dikeluarkan oleh bank termasuk menutup resiko (risk cost) serta memberikan suatu tingkat keuntungan tertentu (margin atau spread) yang ditargetkan. Lending rate (LR) dirumuskan sebagai berikut: LR = COM + RISK COST + SPREAD 1. COM (Cost of Money) merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk pinjaman yang terdiri dari biaya seluruh dana yang dapat dipinjamkan (cost of loaneble fund/COLF) dan biaya overhead (OHC) sehingga dirumuskan: COM = COLF + OHC a. Cost of Loanable Fund (COLF) adalah merupakan seluruh biaya dana yang dikeluarkan untuk mendapatkan dana termasuk cadangan yang diperlukan (Reserve Requirement/RR) COLF terdiri dari biaya bunga dana ditambah dengan biaya promosi (bila ada) serta perhitungan dengan RR-nya. COLF dapat dirumuskan sebagai berikut: COLF b. COF (1 RR ) Cost of Fund (COF) terdiri dari biaya-biaya sebagai berikut: - Biaya bunga dana, yaitu seluruh biaya dana yang dibayarkan kepada nasabah simpanan baik dalam bentuk Giro, Deposito, dan Tabungan. 12 - Biaya promosi dana, yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperlancar pengerahan dana. Biaya ini mencakup biaya periklanan, biaya undian dan biaya hadiah, dan sebagainya. c. Overhead Cost (OHC) adalah biaya-biaya diluar biaya dana yang dipergunakan untuk mendukung pengerahan dana tersebut, antara lain biaya tenaga kerja, biaya operasional pelayanan, biaya perangkat keras, dan sebagainya. 2. Resiko Kredit (Risk Cost) merupakan biaya yang ditanggung bank sebagai akibat kegagalan nasabah dalam melunasi kewajibannya. Tidak semua nasabah lancar dalam membayar kembali angsuran pokok dan bunga pinjaman, ada sebagian yang tidak membayar dan merupakan rsiko kredit yang ditanggung bank. 3. Spread, merupakan bagian keuntungan yang ditargetkan oleh bank. Target keuntungan yang ingin dicapai pada umumnya dijabarkan dalam besaran Return On Asset (ROA). Misalnya target ROA = 1,5% dengan jumlah outstanding pinjaman, misalnya 90% dari total aset, maka diperoleh besarnya spread keuntungan sebesar 1,67% (diperoleh dari perhitungan 100/90x1,5%) Cara Perhitungan Lending Rate Untuk lebih memahami rumus perhitungan lending rate diatas bersama ini diberikan contoh perhitungan lending rate dari suatu bank “X”. Berdasarkan laporan keuangan per akhir Desember 1997 diperoleh dana sebagai berikut: (angka dalam juta rupiah) 1. Biaya bunga giro 2. Biaya bunga deposito 3. Biaya bunga tabungan 4. Biaya promosi dana 5. Rata-rata outstanding giro 6. Rata-rata outstanding deposito 7. Rata-rata outstanding tabungan 8. Reserve Requirement (Kas+Giro BI) 9. Biaya overhead (non interest expenses) 10. Rata-rata aset yang menghasilkan (pinjaman) 11. Risk cost berdasarkan pengalaman selama ini 12. Spread yang diinginkan Rp 57.875 Rp 679.750 Rp 200.000 Rp 22.500 Rp 1.750.000 Rp 3.250.000 Rp 1.825.000 6,5% Rp 365.000 Rp 17.825.000 Rp 1,50% 2,5% 13 Untuk menghitung LR dari data-data tersebut perlu diingat kembali rumus-rumus perhitungannya, yaitu: a. COF = Biaya bunga + Biaya promosi Produk Biaya bunga Biaya dalam (%) Bunga Tertimbang Giro 57.875 57.875/1.750.000 = 3,31% 1.750.000/6.825.000x3,31 = 0,85% Deposito 679.750 679.750/3.250.000 = 20,92% 3.250.000/6.825.000x20,92% = 9,96% Tabungan 200.000 200.000/1.825.000 = 10.96% 1.825.000/6.825.000x10,96% = 2,93% Promosi dana 22.500 Jumlah bunga tertimbang 0,85% + 9,96% + 2,93% = 13,74% 22.500/6.825.000 = 0,33% 0,33% COF 13,74% +0,33% = 14,07% COLF b. COF 1 RR COM 14,07% 1 6,5% = COLF + OHC 14,07% 93,50% 15,05% 15,05% +(365.000/17.825x100%) = 17,10% c. LR = COM +Risk Cost + Sprad = 17,10% + 1,50% + 2,50% = 21,11% Penetapan Suku Bungan Simpanan Tujuan pricing simpanan adalah untuk meningkatkan jumlah dana yang lebih murah dibandingkan dengan suku bunga pasar, mendukung pemenuhan batasan-batasan dan target-target likuiditas dengan menyediakan dana yang sesuai dengan struktur jangka waktu yang diinginkan, mencapai target jumlah simpanan yang berjangka waktu sesuai dengan interest maturity target, dan mendukung pencapaian target posisi simpanan valas sesuai jenis mata uang tertentu yang diinginkan. 14 Dalam hal ini terdapat 4 (empat) komponen utama yang menjadi biaya dari suatu simpanan, yaitu: a. Suku bunga yang dibayarkan kepada deposan berkaitan dengan simpanannya atau suku bunga nominal b. Biaya cadangan wajib likuiditas c. Biaya pelayanan yang termasuk biaya personel dan biaya “overhead” d. Margin keuntungan termasuk target penghasilan dari sumber dana dipasar. 15