II.5. Pergerakan Nilai Tukar Tahun 2016 6

advertisement
Daftar Isi
Daftar Isi
1
BAB I Pendahuluan
I.1. Latar Belakang
2
I.2. Rumusan Masalah
2
I.3. Tujuan Mini Riset
2
BAB II Pembahasan
II.1. Nilai Tukar
3
II.2. Pergerakan Nilai Tukar Tahun 2015
4
II.3. Penyebab Kurs Tidak Sehat Tahun 2015 di Indonesia
4
II.4. Dampak Melemahnya Nilai Tukar 2015
5
II.5. Pergerakan Nilai Tukar Tahun 2016
6
II.6. Rupiah Cenderung Menguat 2016
6
II.7. Kebijakan Lanjutan Stabilisasi Nilai Rupiah
7
BAB III Penutup
III.1. Kesimpulan
8
III.2. Saran
8
Daftar Pustaka
9
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Nilai tukar yang melemah pada tahun 2015 sangat mengkhawatirkan, tentu saja
pengaruhnya sangat besar bagi perekonomian di Indonesia. Ketika itu yang mengakibatkan
melamahnya nilai tukar di Indonesia yaitu menguatnya perdagangan di kawasan Amerika yang
mengakibatkan dollar menguat oleh ekspor besar yang menjadi stretegi utama perdagnangn
Amerika. Selain menguatnya dollar terdapat pula kebijakan oleh The Fed yang menarik dana
insentif guna memperbaiki perekonomian Amerika, sedang perekonmian Amerika memang
sudah membaik (kebijakan ini sering disebut Tappering Off)
Hal ini dinilai menjadi salah satu faktor yang membuat nilai tukar rupiah terhadap dollar
semakin melemah. Selain itu, pada tahun 2015 perekonomian di Indonesia dinilai tidak sehat
karena lebih banyak melakukan impor bahan baku industri dan kecilnya daya saing barang
ekspor di pasar Internasioanl. Lemahnya rupiah pada saat itu menyebabkan perekonomian tidak
sehat. Oleh karena itu kami lebih memusatkan pada pergerakan nilai tukar pada tahun 2015
hingga 2016 ini, lalu apa saja faktor lain yang menyebabkan perubahan peregerakan nilai tukar
I.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang kami tentukan adalah:
1. Bagaimana pergerakan nilai tukar rupiah tahun 2015 hingga 2016?
2. Faktor apa yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah?
3. Apa saja dampak dari pergerakan nilai tukar yang fluktuatif?
4. Bagaimana menjaga nilai tukar agar tetap stabil?
I.3. Tujuan Mini Riset
Tujuan yang ingin kami capai dalam mini riset ini yaitu:
1. Agar mengetahui pergerakan nilai tukar dari tahun 2015 hingga 2016
2. Agar mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan nilai tukar rupiah begitu flutuatif
3. Agar mengetahui apa saja dampak yang ditimbulkan dari pergerakan nilai tukar
4. Agar mengetahui bagaimana cara menjaga nilai tukar sehingga tetap stabil.
2
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Nilai Tukar
Nilai tukar atau dikenal sebagai kurs adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai
tukar mata uang terhadap pembayaran saat kini atau di kemudian hari, antara dua mata uang
masing-masing negara atau wilayah,
Fluktuasi Nilai Tukar
Nilai tukar yang berdasarkan pada kekuatan pasar akan selalu berubah disetiap kali nilainilai salah satu dari dua komponen mata uang berubah. Sebuah mata uang akan cenderung
menjadi lebih berharga bila permintaan menjadi lebih besar dari pasokan yang tersedia. nilai
akan menjadi berkurang bila permintaan kurang dari suplai yang tersedia.
Peningkatan permintaan terhadap mata uang adalah yang terbaik karena
denganmeningkatnya permintaan untuk transaksi uang, atau mungkin adanya peningkatan
permintaan uang yang spekulatif. Transaksi permintaan uang akan sangat berhubungan dengan
tingkat aktivitas bisnis negara berkaitan, produk domestik bruto (PDB) (gross domestic product
(GDP) atau gross domestic income (GDI)) , dan tingkat permintaan pekerja. Semakin tinggi
tingkat menganggur pada suatu negara akan semakin sedikit masyarakatnya yang secara
keseluruhan akan dapat menghabiskan uang pada belanja pengeluaran untuk pembelian barang
dan jasa dan Bank Sentral, di Indonesia dalam hal ini dilakukan oleh Bank Indonesia biasanya
akan sedikit kesulitan dalam melakukan penyesuaian pasokan uang yang dalam persediaan
untuk mengakomodasi perubahan dalam permintaan uang berkaitan dengan transaksi bisnis.
Dalam mengatasi permintaan uang dengan tujuan untuk spekulatif, Bank Sentral akan
sangat sulit untuk mengakomodasinya akan tetapi akan selalu mencoba untuk melakukan
dengan melakukan penyesuaian tingkat suku bunga agar seseorang Investor dapat memilih
untuk membeli kembali mata uangnya bila (yaitu suku bunga) cukup tinggi, akan tetapi, dengan
semakin tinggi sebuah negara menaikan suku bunganya maka kebutuhan untuk mata uangnya
akan semakin besar pula.
Dalam hal perlakuan tindakan spekulasi terhadap realitas mata uang akan berkaitan dan
dapat menghambat pada pertumbuhan perekonomian negara serta para pelaku spekulasi akan
terus, terutama sejak mata uang secara sengaja dibuat agar bisa dalam bawah tekanan terhadap
mata uang dalam rangka untuk memaksa agar Bank Sentral dapat menjual mata uangnya untuk
tetap membuat stabilitas (bila hal ini terjadi maka para spekulan akan berusaha dapat membeli
kembali mata uang tersebut dari bank dan pada harga yang lebih rendah atau selalu akan dekat
dengan posisi harapan dengan demikian pengambilan keuntungan terjadi)
3
II.2. Pergerakan Nilai Tukar pada Tahun 2015
Grafik Pergerakan Nilai Tukar
Grafik diatas merupakan pergerekan nilai tukar rupiah tahun 2015. Nilai tukar mata uang
rupiah cenderung menurun bahkan selama enam bulan pertama tahun 2015 terdepresiasi sekitar
5-6%. Tercatat pada bulan Juli, rupiah diperdagangkan di kisaran Rp13.280 untuk US$1, yang
melampui asumsi dari APBN Perubahan 2015 sebesar Rp12.500 yang telah beberapa kali
direvisi dari patokan sebelumnya Rp11.900.
Pada 29 September 2015 kurs tengah mencapai Rp. 14.728. Semakin melemahnya nilai
tukar terus terjadi hingga bulan Oktober dimana pada tanggal 7 Oktober 2015 masih pada
angka Rp. 14.065. Inilah yang dinamakan kurs tidak sehat.
II.3. Penyebab Kurs Tidak Sehat pada Tahun 2015 di Indonesia
Ada 2 faktor yang kami tengarai sebagai penyebab melemahnya nilai tukar pada tahun
2015, yaitu faktor eksternal dan internal. Berikut penjelasannya:
1. Faktor Eksternal:
Nilai rupiah turun karena mata uang dolar Amerika Serikat menguat di tengah
peningkatan pertumbuhan ekonomi dan antisipasi kenaikan suku bunga di negara itu. Dampak
menguatnya dollar tidak hanya terjadi pada nilai tukar rupiah tetapi hampir kepada seluruh
mata uang dunia. Selain itu kebijakan Bank Sentral AS (The Fed) untuk menarik dana insentif
untuk memperbaiki ekonomi AS karena ekonomi AS memang sudah membaik (dikenal sebagai
kebijakan Tappering Off) juga dinilai dapat melemahkan nilai tukar.
2. Faktor Internal:
- Permintaan dollar
Walaupun selama ini pemerintah mengedepankan penguatan dollar, inilah justru menjadi
salah satu faktor melemahnya rupiah. Faktor neraca transaksi dari tahun ke tahun cenderung
mengalami defisit, walaupun saat ini sudah mulai positi.
4
Tetapi bukan karena peningkatan ekspor, melainkan karena penurunan impor.
Masalahnya, walaupun neraca perdagangannya positif tetapi devisanya tidak masuk di dalam
negeri. Eksportir melakukan saving di luar, sedang didalam merupakan penanam modal/saham
saja. Sementara masih terjadi peningkatan permintaan terhadap dolar Amerika Serikat, hal ini
makin memperburuk nilai tukar rupiah.
Untuk impor dan yang kedua untuk membayar utang valuta asing karena sekarang hampir
sebagian besar utang valuta asing sektor swasta yang totalnya US$167 miliar, sebagian besar
tidak di-hedge (tidak dilindungi nilainya). Hanya sekitar 24% yang di-hedge. Hal itu
menyebabkan menjadi panik ketika dolarnya naik sehingga terjadi pembelian di pasar spot.
-Penyerapan Anggaran
Selanjutnya karena adanya indikasi perekonomian bermasalah, dapat diketahui dari
adanya penurunan pertumbuhan ekonomi dari target di atas 5% menjadi 4,7%.Penurunan ini
bisa dipahami sebab hingga kini pengeluaran pemerintah masih bermasalah. Kinerja belanja
negara selama enam bulan tahun 2015 diperkirakan baru terserap 39% dari total alokasi
anggaran Rp 1.984 triliun dalam APBNP.
Keadaan ini berubah mulai pertengahan tahun ini setelah kementerian-kementerian
rampung melakukan perombakan dan seluruh program ekonomi Presiden Joko Widodo
ditampung dalam APBNP. Sementara rupiah masih merosot, para pedagang valuta asing tidak
berani menumpuk dolar.
II.4. Dampak Melemahnya Nilai Tukar pada 2015
1. Pertumbuhan ekonomi melambat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2015
mengalami perlambatan, dengan tumbuh sebesar 4,6 persen. Angka ini menurun jika
dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2015 sebesar 4,7 persen
2. Pemutusan hubungan kerja (PHK) meningkat. PHK terjadi pada industri yang selama ini
menggantungkan bahan baku dari impor. Buruh yang di PHK terus meningkat jumlahnya,
seiring dengan terus melemahnya mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat
3. Pengangguran meningkat. Jumlah pencari kerja setiap tahun sekitar 2,5 juta orang. Dengan
pertumbuhan ekonomi yang terjadi sebelumnya, maka banyak pencari kerja yang masih
menganggur, sekarang ditambah lagi dengan buruh yang di PHK
4. Inflasi bahan pangan meningkat. Meningkatnya inflasi dibidang sembako, sangat terkait erat
dengan kebijakan masa lalu yang import minded. Dalam 5 (lima) tahun terakhir, inflasi
sembako setiap tahun mencapai 60 persen
5. Kemiskinan meningkat. Kalau barang-barang terutama sembako meningkat harganya,
penghasilan tidak meningkat bahkan tidak mempunyai penghasilan karena di PHK dan
menganggur, maka otomatis kemiskinan meningkat
6. Daya beli menurun. Konsekuensi logis meningkatnya harga-harga barang terutama sembako
dan penghasilan tidak meningkat, bahkan penghasilan hilang karena di PHK dan
menganggur, maka otomatis daya beli masyarakat menurun
7. Kesejahteraan masyarakat menurun. Dampak spiral selanjutntya ialah menururnnya tingkat
kesejahteraan masyarakat (kesmas)
8. Gizi masyarakat menurun. Dampak turunannya dari 7 faktor di atas, maka otomatis gizi
masyarakat memburuk. Melalui paket kebijakan ekonomi tahap 1, pemerintah berusaha
keras mencegahnya semakin menurunnya gizi masyarakat
5
9. Angka putus sekolah meningkat terutama mereka yang sekolah di swasta dan sedang kuliah
di perguruan tinggi
10. Depresi meningkat, Menurut Kartono (2002) depresi adalah kemuraman hati (kepedihan,
kesenduan, keburaman perasaan) yang patologis sifatnya. Biasanya timbul oleh; rasa
inferior, sakit hati yang dalam, penyalahan diri sendiri dan trauma psikis. Jika depresi itu
psikotis sifatnya, maka ia disebut melankholi. Terus melemahnya mata uang rupiah, tidak
hanya karena kuatnya tekanan dari luar, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor psikologis dari
masyarakat kelas menengah dan atas, dan bahkan ada yang berharap situasi semakin
memburuk supaya rakyat marah dan terjadi pergantian rezim
II.5. Pergerakan Nilai Tukar pada Tahun 2016
Grafik Pergerakan Nilai Tukar awal Januari 2016 hingga Mei 2016
Data yang kami peroleh dari pertengahan Oktober 2015 hingga Maret 2016, kurs
cenderung menguat. Untuk awal tahun 2016 sendiri, kurs tengah yaitu Rp. 13.931 ini
merupakan awal yang baik dibandingkan dengan kurs pada Desember tahun 2016. Hingga pada
bulan Maret rupiah semakin menguat hingga Rp. 13.276.
II.6. Rupiah Cenderung Menguat di 2016
Menguatnya nilai rupiah merupakan kabar baik baik perekonomian. Dari sektor industri
yang melakukan ekspor dinilai dapat meningkatkan GDP, itu artinya produk dalam negeri
mampu bersaing kembali di pasar internasional.
Penguatan rupiah ini terjadi karena terjadi tekanan kepada dolar AS. Pelemahan dolar AS
ini terhadap sebagai besar mata uang utama dunia seperti yen, pound sterling dan beberapa
lainnya. Mata uang AS melemah karena data konstruksi di negara tersebut turun. Penurunan
tersebut lebih dalam jika dibandingkan dengan proyeksi para analis dan ekonom.
6
Dengan data ekonomi yang bergerak negatif tersebut maka pelaku pasar memperkirakan
bisa membuat Bank Sentral AS menahan rencana awal untuk menaikkan suku bunga. Tidak
hanya dolar AS yang melemah terhadap mayoritas kurs di Asia tetapi membaiknya harga
komoditas juga mendorong penguatan rupiah.
II.7. Kebijakan Lanjutan Stabilisasi Nilai Rupiah
Menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah Kehadiran Bank Indonesia di pasar valas domestik
dalam melakukan stabilisasi nilai tukar Rupiah diperkuat dengan intervensi di pasar forward.
Di samping melakukan intervensi di pasar spot, Bank Indonesia juga akan melakukan
intervensi di pasar forward guna menyeimbangkan penawaran dan permintaan di pasar forward.
Upaya menjaga keseimbangan pasar forward semakin penting dalam mengurangi tekanan di
pasar spot.
1. Memperkuat pengelolaan likuiditas rupiah, pengendalian likuiditas rupiah diperkuat dengan
menerbitkan Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI) 3 bulan dan Reverse Repo SBN
dengan tenor 2 minggu. Penerbitan instrumen operasi pasar terbuka (OPT) tersebut
dimaksudkan untuk mendorong penyerapan likuiditas sehingga bergeser ke instrumen yang
bertenor lebih panjang. Pergeseran likuiditas ke tenor yang lebih panjang diharapkan dapat
mengurangi risiko penggunaan likuiditas rupiah yang berlebihan pada kegiatan yang dapat
meningkatkan tekanan terhadap nilai tukar rupiah
2. Memperkuat pengelolaan penawaran dan permintaan valuta asing (valas). Pengelolaan
penawaran dan permintaan terhadap valas diperkuat dengan berbagai kebijakan. Hal ini
dilakukan dengan tujuan meningkatkan penawaran dan mengendalikan permintaan terhadap
valas dengan cara sebagai berikut:
a. Penguatan kebijakan untuk mengelola supply & demand valas di pasar forward.
Kebijakan ini bertujuan mendorong transaksi forward jual valas/ Rupiah dan
memperjelas underlying forward beli valas/ Rupiah. Hal ini dilakukan dengan
meningkatkan threshold forward jual yang wajib menggunakan underlying dari semula
1 juta dolar AS menjadi 5 juta dolar AS per transaksi per nasabah dan memperluas
cakupan underlying khusus untuk forward jual, termasuk deposito valas di dalam negeri
dan luar negeri
b. Penerbitan Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) Valas. Penerbitan tersebut akan
mendukung pendalaman pasar keuangan, khususnya pasar valas
c. Penurunan holding period SBI dari 1 bulan menjadi 1 minggu untuk menarik aliran
masuk modal asing
d. Pemberian insentif pengurangan pajak bunga deposito kepada eksportir yang
menyimpan Devisa Hasil Ekspor (DHE) di perbankan Indonesia atau mengkonversinya
ke dalam rupiah, sebagaimana yang telah disampaikan oleh Pemerintah. Kebijakan ini
diharapkan dapat mendorong DHE untuk menetap lebih lama di dalam negeri
e. Mendorong transparansi dan meningkatkan ketersediaan informasi atas penggunaan
devisa dengan memperkuat laporan lalu lintas devisa (LLD). Dalam hal ini, pelaku LLD
wajib melaporkan penggunaan devisanya dengan melengkapi dokumen pendukung
untuk transaksi dengan nilai tertentu. Ketentuan ini sejalan dengan UU No.24 tahun
1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar dimana Bank Indonesia
berwenang meminta keterangan dan data terkait lalu lintas devisa kepada penduduk.
7
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Krisis nilai tukar ini sudah terpuruk karena gabungan pengaruh faktor ekonomi (internal
dan eksternal) dan juga faktor-faktor non ekonomi, politik, sosial dan psikologis. Untuk
memperkuat nilai tukar dilakukan dengan cara perbaikan defisit transaksi berjalan dengan cara
mulai membangun industri-industri substitusi impor.
III.2. Saran
Dalam membuat kebijakan dibutuhkan telaah terhadap kondisi perekonomian secara
menyeluruh agar kebijakan-kebijakan yang dibuat Bank Indonesia dapat bersinergi dengan
paket kebijakan Pemerintah dalam mendukung prospek perekonomian Indonesia yang diyakini
akan lebih baik ke depan. Seluruh rangkaian kebijakan diharapkan segera diimplementasikan,
sehingga dapat secara efektif mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi, termasuk nilai
tukar, demi pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
8
Daftar Pustaka
Gideon, Arthur. “Rupiah Kembali Menguat ke 13.112 per Dolar AS”. 20 April 2016.
http://bisnis.liputan6.com/read/2488064/rupiah-kembali-menguat-ke-13112-per-dolar-as.
Nordiansyah, Eko. “Stabilisasi Nilai Tukar Rupiah, BI Luncurkan Paket Kebijakan Lanjutan”. 30
September 2015. http://jateng.metrotvnews.com/read/2015/09/30/436088/stabilisasi-nilai-tukarrupiah-bi-luncurkan-paket-kebijakan-lanjutan.
Umar, Musni. “10 Dampak Negatif pada Masyarakat Melemahnya Rupiah”. 11 September 2015.
http://www.kompasiana.com/musniumar/10-dampak-negatif-pada-masyarakat-melemahnyarupiah_55f21cf34df9fd7e0e532e94.
Data
Kurs
dari:
http://pusatdata.kontan.co.id/makroekonomi/kurs_bi/?startdate=2016-0101&enddate=2016-05-15.
9
Download