Dampak Afforestasi Terhadap Jangka Panjang Keberlangsungan Global Oleh: Karima Harbani (1906288902) Tidak terasa bumi sudah berumur. Proses berumurnya bumi pun diliputi dengan berbagai fenomena yang menarik. Fenomena tersebut terlibat dengan iklim pastinya. Pada kurun waktu sekitar 48 juta tahun yang lalu bumi mengalami perubahan iklim yang sangat signifikan seperti zaman es. Keberlangsungan zaman es tersebut juga didokumentasikan dalam film kartun Ice Age yang alur ceritanya mengambarkan perubahan iklim bumi. Selain zaman es yang berlangusng terdapat juga zaman pemanasan global, dimana pada zaman tersebut temperatur sangat sulit diadaptasikan untuk keberlangsungan kehidupan makhluk hidup. Setelah sekian lama fenomena saling bertukar sandiwara. Bumi pun Kembali dalam kondisi baik iklim dan bentang alam normal, walaupun topografi dan strukturnya berbeda Namun, keadaan normal tersebut memiliki dampak yang kurang diterima bagi manusia. Seperti manusia yang tinggal dalam lintang 30° dan memiliki struktur alam berupa gurun membuat kenyamanan hilang. Pasalnya kondisi gurun sering kali dilibatkan dengan agen angin yang membawa bencana seperti kekringan bahkan badai pasir. Sehingga masyarakat yang terkena dampaknya memutar balikan pikirannya untuk bisa bertahan hidup. Seperti yang dilakukan negara Tiongkok, karena ketidaknyamanan beradaptasi di alam gurun, akhirnya pemerintah membuat kebijakan afforestasi. Afforestasi adalah mengubah lahan yang ditinggalkan dan tergredasi menjadi hutan. Berbeda dengan reforestation yaitu penanaman kembali pohon di lahan yang terdeforestasi. (Francisca dkk.2019). Menurut data Proyek Penghijauan Gunung di Tiongkok utara, yang dimulai pada tahun 1999, akan mencakup 110 kabupaten di provinsi Beijing, Hebei, Henan, dan Shanxi, dengan rencana untuk menanam 3,6 juta ha hutan (investasi ¥ 50 miliar dari 1999 hingga 2010). Dari 1999 hingga 2005, 2,6 juta ha padang rumput telah ditanami pohon. Program aforestasi skala besar lainnya, Proyek Grain for Green, berencana untuk menghabiskan tambahan 300 miliar yen untuk mengubah 147 juta ha lahan pertanian di lereng curam (≥25 °) atau dengan hasil rendah dan 173 juta ha padang rumput menjadi hutan di 25 provinsi di Cina dari1999 hingga 2010. (Shixiong Cao, 2008). Kebijakan yang dibuat akan berpengaruh pada kehidupan sekitar. Keuntungan yang didapat dari terbitnya program afforestasi gurun diantaranya penurunan erosi yang diakibatkan oleh angin dan air. Temperatur akan lebih rendah dibanding sebelum diterbitkannya program. Keuntungan lain dari program tersebut adalah masyarakat dapat membuat sistem komersial dalam produksi dari pohon yang ditanam. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa dalam permainan komersial tersebut membuat sabuk pelindung gurun menjadi hilang. Masayarakat yang tinggal harus dibekali kemampuan dan pengetahuan dalam mengelola serta melestarikan program. Yang perlu digaris bawahin pula dalam pemilihan pohon. Karakteristik gurun yang gersang membuat banyak pohon sulit untuk mendapatkan air, sehingga jarang pohon yang digunakan dalam program afforestasi berhasil. Dari kemampuan tumbuh kembang dan adaptasi tumbuhan asli gurun dapat disimpulkan memiliki perkembangan yang baik. Namun, proses bertumbuhnya memakan waktu yang lama, walaupun daya adaptasinya sangat mendukung untuk diproduksi lebih banyak. contohnya seperti Populus tremula L. tumbuhan yang terkait memiliki daya tumbuh yang cepat, namun berpengaruh pada pengurangan air tanah dimana membuat tanah cepat kering. Oleh karena itu pemilihan pohon sangat penting demi kelancaran afforestasi. Selain dampak positif yang disertai pemilihan bahan yang mendukung, kegagalan selama berjalannya program menjadi koreksi penting pula bagi integritas. Dari artikel yang saya baca, kegagalan dalam program afforestasi Tiongkok memuat banyak poin ekosistem dan hidrologi. Diantaranya vegetasi yang dijadikan hutan akan menguragi intensittas cahaya matahari pada tumbuhan di bawah pohon besar akan terkena dampaknya. . Menurut (Shixiong Cao, 2008) banyak penelitian sebelumnya telah melaporkan bahwa ketika konsumsi curah hujan oleh perkebunan pohon lebih tinggi daripada tingkat konsumsi oleh vegetasi alami, peningkatan tutupan hutan mengurangi limpasan bersih dari suatu DAS. Penelitian sebelumnya di Tiongkok utara mengungkapkan bahwa limpasan dari plot penghutanan turun dengan rata-rata 77% (berkisar 57-96%) dibandingkan dengan padang rumput dan lahan pertanian. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa keterlibatan manusia membawa perubahan besar pada bumi. Seperti afforestasi yang membawa keuntungan baik secara alamiah maupun komersial. Namun, koreksi penting diberlakukannya kebijakan tersebut harus lah menitik beratkan kerugian yang dialami seperti berdampak pada ekosistem dan komponen bentang alam baik biotik maupun abiotik. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan yang baik dan dikolaborasikan dengan kemampuan dan pengetahuan inovasi yang berkembang. REFERENSI Chaudry P, V.P Tewari, (2017). Afforestation: An Effective Intervention for Sustainable Development of Fragile Desert Ecosystem. at: https://www.researchgate.net/publication/318119920 Diakses pada Selasa, 10 November 2020 pukul 10:02 pm Shixiong Cao, (2008). Why Large-Scale Afforestation Efforts in China Have Failed To Solve the Desertiļ¬cation Problem. China: Minzu University of China https://www.researchgate.net/publication/5442299 diakses pada Selasa, 10 November 2020 pukul 9:34 pm