Studi awal pemanfaatan energi surya sebagai penggerak mesin pengepresan briket Dicky Risky, Muhammad Yusuf, Adi Setiawan* Program Studi Magister Teknik Energi Terbarukan, Universitas Malikussaleh Lhokseumawe, 24355, Indonesia * Korespondensi: [email protected] Abstrak Indonesia memiliki potensi yang besar dalam hal sumber energi biomassa. Namun, penggunaan energi biomassa masih terbatas dan belum efisien. Salah satu strategi terbaik dalam mengoptimalkan pemanfaatan energi biomassa adalah melalui metode densifikasi dimana kepadatan energi biomassa meningkat dan biaya yang terkait dengan transportasi dan penyimpanan berkurang. Untuk melaksanakan densifikasi limbah biomassa, diperlukan alat yang handal. Limbah biomassa biasanya terkonsentrasi di daerah pedesaan dengan akses transportasi yang sering tidak memadai dan tidak tersedianya jaringan listrik. Di sisi lain, Indonesia memiliki intensitas sinar matahari yang cukup sepanjang tahun untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan. Studi ini meneliti peluang untuk pemanfaatan energi matahari (sistem PV) untuk menggerakkan mesin briket biomassa di daerah pedesaan. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap termasuk studi literatur, pengumpulan data intensitas radiasi matahari, serta perhitungan dan persiapan desain mesin. Targetnya adalah menyiapkan desain untuk briket yang digerakkan oleh energi matahari. Investigasi pendahuluan ini menyimpulkan bahwa mesin pengepres briket dengan kapasitas produksi empat buah briket dalam sekali tekan mampu dioperasikan menggunakan panel surya dengan kapasitas 100 wp yang dilengkapi dengan baterai 12 volt 33Ah. Untuk menggerakkan dongkrak hidrolik, aktuator dc 12 volt digunakan pada kecepatan rendah. Mesin tersebut dapat menekan briket dalam bentuk kubus dengan ukuran 2,5 x 2,5 x 2,5 cm Kata kunci : densifikasi biomassa, briket, panel surya, mesin pengepres, motor dc Preliminary study on the use of solar energy to drive biomass briquetting machines Abstrack Indonesia is highly potential in biomass resources. However, the use of biomass as energy resource is still limited and inefficient. One of the best strategies in optimizing biomass energy utilization is through the densification methods where biomass density increases and costs associated with transportation and storage are reduced. To carry out densification of biomass waste, reliable tools are required. Biomass waste can usually be located in rural areas where inadequate transportation access and the unavailability of electricity networks are often the issues too. On the other hand, Indonesia has abundant sunlight intensity throughout the year to be utilized as a renewable energy source. This study examines opportunities for the utilization of solar energy (PV systems) to drive biomass briquette machines in the rural areas. This research was carried out through several stages including literature study, data collection on the intensity of solar radiation, and calculation and preparation of machine design. The target is to prepare a design for the briquettes pressing machine powered by solar energy. This preliminary investigation concluded that the briquette pressing machine with a production capacity of four briquettes in a single press was able to be operated using 100wp solar panels equipped with a 12 volt 33Ah battery. To drive a hydraulic jack, a 12 volt dc actuator is used at low speeds. The machine is capable of producing briquettes in the form of cubical with the size of 2.5 x 2.5 x 2.5 cm. Keywords : biomass densification, briquettes, solar panels, presses machines, dc motor 1. Pendahuluan Indonesia memiliki intensitas cahaya matahari sepanjang tahun yang cukup berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan. Alat yang mampu mengkonversi energi matahari menjadi energi lain salah satunya adalah fotovoltaik. Fotovoltaik atau yang lebih dikenal dengan sebutan panel surya merupakan sebuah benda berbahan semikonduktor yang mampu mengubah intensitas cahaya menjadi energi listrik. Fotovoltaik biasanya disusun menjadi sebuah modul Jurnal Polimesin. Volume 18, Nomor 2, Agustus 2020 dan ditempatkan di atap rumah, di dinding bangunan, atau dilapangan terbuka dengan skala yang besar. Energi listrik yang dihasilkan oleh fotovoltaik dapat dimanfaatkan untuk mendukung aktifitas sehari-hari, terutama ditempat yang akses energi listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) sulit dijangkau. Contohnya seperti di perkebunan atau persawahan yang biasanya tempat tersebut jauh dari rumah masyarakat. Energi listrik yang dihasilkan fotovoltaik dapat dikonversi menjadi berbagai 144 macam bentuk energi lainnya, salah satunya energi gerak mekanis [1]. Energi gerak mekanis atau yang lebih dikenal dengan sebutan aktuator bisa didapatkan dari putaran motor dc. Pada saat pengoperasiannya, motor dc membutuhkan suplai tegangan searah yang bisa didapatkan melalui fotovoltaik. Tegangan searah tersebut kemudian dialirkan ke kumparan medan sehingga terjadi medan magnet. Selain kumparan medan, motor dc juga memiliki kumparan jangkar yang memiliki fungsi sebagai tempat terciptanya gaya gerak listrik (GGL). Bila arus dalam kumparan jangkar bertemu dengan medan magnet, maka akan timbul torsi (T) yang akan memutar motor dc [2]. Pada Tabel 1 dapat dilihat perkembangan pemanfaatan energi surya untuk penggerak mekanik. Tabel 1. Perkembangan Pemanfaatan Energi Surya untuk Penggerak Mekanik No Deskripsi Jenis Aktuator Keterangan 1 Alat Suplai Air Tambak Udang Pompa Air (motor dc 12v) PV 3 unit 50Wp x [3] 2 Alat Pengisi Tandon Air Pompa Dc 60 Watt PV 1 unit 50Wp [4] Penggera k Solar Tracker Motor dc PV Amorphous 10V 30mA, PV berbentuk bulat (Diameter 50mmx48mm), PV 2 unit x 250Wp, PV 1 unit 50Wp, PV 1 unit 5Wp [5], [6], [7], [8], [9] [10] 3 4 Ref Motor Servo PV 1 unit 20Wp Penggera k Perahu Nelayan Motor Dc 12 V (450 w) PV 3 unit x 150 Wp 6 Robot 6WD Motor Dc Baterai 1 unit 2200mAh [12] 7 Otomasi atap stadion Motor Dc PV 1 unit 50Wp [13] Jurnal Polimesin. Volume 18, Nomor 2, Agustus 2020 Pompa Air Tenaga surya Motor dc PV 1 50Wp, unit [14] 9 Sepeda Listrik Motor Brushles s DC PV 1 unit 40Wp [15] Berdasarkan data pada Tabel 1 diatas, energi yang dihasilkan panel surya sudah banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi yang dibutuhkan motor listrik. Studi literatur ini juga menjelaskan bahwa pemanfaatan energi surya untuk menggerakkan alat pengepres briket belum dikaji secara intensif. Pada pembahasan ini penulis akan membuat studi awal pemanfaatan energi surya untuk pengepresan briket yang berbahan limbah perkebunan kopi. Pada penelitian yang dilakukan oleh [16], telah diciptakan sebuah produk briket dari pencampuran antara residu kopi dengan kayu pinus. Residu kopi itu sendiri terdiri dari batang kopi, cabang utama, cabang sekunder, dan kulit kopi. Dari hasil pengujian kepadatan, tanpa dicampur dengan kayu pinus, kulit kopi memiliki tingkat kepadatan tertinggi dibanding residu kopi lainnya yaitu sebesar 340 kg.m-3. Berdasarkan data tersebut, kulit kopi dapat dimanfaatkan menjadi bahan bakar dalam bentuk briket Briket adalah produk hasil proses pemadatan residu biomassa yang digunakan sebagai bahan bakar dan dicetak dengan menggunakan perekat. Briket dari biomassa memiliki nilai kalor yang tinggi. Faktor yang mempengaruhi kualitas briket adalah komposisi bahan baku dan waktu karbonisasi. Proses karbonisasi dalam pembuatan briket dapat menambah nilai kalor dan mengurangi asap yang dihasilkan dari pembakaran briket [17]. Briket memiliki standar tersendiri untuk menganalisa kualitas dari sebuah briket. Tabel 2 menjelaskan beberapa parameter yang menjadi perhatian dalam proses pembuatan briket [18]. Robot Line Follower 5 8 Tabel 2. Standar Pembuatan Briket Standar Kada r Air (%) Nilai Kalor (Kal/g ) Kerapata n (g/cm3) Kuat Tekan (Kg/cm3 ) Indonesi a (SNI. 01-62352000) 8 5000 - - Jepang 3,5 7289 - - Inggris 6 60007000 - [11] 145 Dari Tabel 2 diatas, terlihat bahwa kualitas dari sebuah briket ditentukan berdasarkan tingkat nilai kalornya, semakin tinggi nilai kalornya maka semakin bagus kualitas dari briket tersebut. Kadar air biasanya berbanding lurus dengan nilai kalornya, semakin rendah kadar air, maka semakin tinggi nilai kalornya. Untuk kerapatan dan kuat tekan briket tidak ada standar khusus, karena setiap jenis biomassa memiliki karakteristik yang berbeda sehingga tingkat kerapatan dan kuat tekan briket disesuaikan dengan kondisi yang ada. Briket sendiri sudah lama digunakan untuk keperluan memasak di rumah-rumah penduduk, kebutuhan industri, maupun perusahaan dagang yang mampu menggantikan peran kayu bakar tanpa harus menebang hutan. Hal ini tentu saja dapat mengurangi efek buruk terhadap lingkungan. Lokasi perkebunan biasanya berjauhan dari permukiman penduduk serta akses energi listrik masih sangat terbatas. Di butuhkan teknologi khusus dan energi tambahan untuk bisa mengolah limbah biomassa tersebut langsung diarea perkebunan tanpa harus dibawa dulu ke tempat yang aman. Memproduksi briket langsung diarea perkebunan dapat menghemat biaya transportasi. Hal ini diarenakan bahan baku briket masih dalam bentuk serpihan atau serbuk, sehingga membutuhkan banyak tempat jika dibandingkan dengan briket yang sudah dipadatkan. Pada Gambar 1 terlihat potensi intensitas energy matahari di kawasan Aceh utara, berdasarkan prediksi yang dilakukan oleh lembaga World Bank Group melalui pemantauan dengan satelit [19]. Gambar 2. Intensitas Kabupaten Aceh Besar Dari Gambar 1 diatas, puncak intensitas energi matahari terjadi pada bulan juni, yaitu sebesar 85 kWh/m2/bulan. Namun pada bulan desember intensitas energi matahari turun menjadi 50 kWh/m2/bulan. Tingginya potensi energi matahari dikawasan Aceh juga didukung oleh penelitian yang dilakukan [19]. Pada Gambar 2 merupakan grafik intensitas cahaya matahari di kabupaten Aceh Besar yang diukur menggunakan alat Lux Meter. Jurnal Polimesin. Volume 18, Nomor 2, Agustus 2020 Matahari di Berdasarkan Gambar 2, terlihat bahwa intensitas rata-rata pada tahun 2019 di bulan April sebesar 5,77 kWh/m2/hari, bulan Mei sebesar 5,96 kWh/m2/hari, dan bulan Juni sebesar 5,67 kWh/m2/hari. Dengan rata-rata penyinaran selama 10 jam dalam sehari serta temperatur rata-rata 32,7oC[20]. Manfaat lain dari penelitian ini adalah membantu masyarakat sekitar untuk memanfaatkan limbah hasil perkebunan yang masih minim penggunaanya menjadi briket sehingga menambah alternatif lain untuk bahan bakar memasak. Masyarakat juga mendapatkan keuntungan tambahan dari hasil panen perkebunan bila briket yang dihasilkan berkualitas dan layak untuk dipasarkan. Penelitian ini bertujuan mengkaji peluang pemanfaatan energi surya (PV System) untuk menggerakkan alat pengepres briket biomassa. 2. Gambar 1. Grafik Intensitas Radiasi Matahari Cahaya Metode Penelitian Pemanfaatan energi surya untuk pengepres briket yang dirancang dalam studi ini dapat dilihat pada Gambar 3. Energi listrik yang dibangkitkan oleh panel surya disambungkan ke controller yang berfungsi untuk mengatur tegangan serta arus dari panel surya yang selanjutnya disimpan didalam baterai. Baterai tersebut kemudian dimanfaatkan sebagai sumber daya untuk pengoperasian alat pengepres briket. Untuk mendapatkan ukuran briket yang diinginkan, dipasang sebuah limit switch yang berfungsi sebagai pemutus dan penyambung arus listrik. Limit switch bekerja bila ada peralatan yang menyentuh switch, maka secara otomatis sistem akan memtuskan energi listrik. 146 Panel Surya 3. 4. Controller Motor DC Baterai Dongkrak Hydrolik Limit Switch Mesin Pengepres Gambar 3. Skema Dasar Sistem Pengepres Briket Menggunakan Energi Surya Alat dan bahan yang digunakan dalam studi ini terdiri dari peralatan elektrik dan mekanik, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Persiapan Alat & Bahan No Alat & Bahan Jumlah 1 Panel Surya 100 WP 1 2 Baterai Lead Acid VRLA VA 12V 33AH 1 3 Controller 20A 1 4 MC4 1 5 Kabel 2 meter 6 Motor DC 12V Wiper 1 7 Dongkrak Hidrolik 1 8 Mesin Pengepres 1 9 Multimeter 1 10 Sensor limit switch 1 Height (Total Height) Weight Terminal : 155 (180) mm : 9,68 Kg : Nut & Bolt Controller 20 A yang digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut: Rated Voltage :12V/24V Rated Current : 10A & 20A Charging Mode : PWM USB Output : 5V/3A Self-Consume : Operating Temperature -35 ~ 60oC Storage Temperature : -35 ~ 60oC Motor dc wiper yang digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut: Tegangan : 12 Vdc Daya : 30 Watt Kecepatan tanpa beban : 60 rpm Kecepatan dengan beban : 45 rpm Arus tanpa beban : 1,1A Arus dengan beban : 0,7A Stall Torque : 22 nm Berat : 1,75kg Sensor limit switch digunakan untuk menghentikan proses pengepresan briket ketika ketebalan briket yang dibutuhkan sudah terpenuhi. Spesifikasinya sebagai berikut: Type : Micro limit switch roller 3 Pin Dimensi : 20 x10 x 6 mm (P x L x T) Rated Voltage : 125V-250V Current Rating : 5A Pembuatan aktuator untuk mengepres briket terdiri dari motor dc wiper yang dicoupling dengan dongkrak hidrolik. Tujuannya adalah untuk mengkonversi energi mekanis menjadi energi kinetik. Dari perubahan energi ini menghasilkan daya yang jauh lebih besar dan tenaga yang dibutuhkan untuk pengoprasian lebih sedikit. Pada studi ini, panel surya yang digunakan berjenis polikristal dengan kemampuan sebesar 100 Wp. Alasan penggunaan panel surya jenis ini akan dijelaskan pada bagian pembahasan. Spesifikasinya sebagai berikut: Perancangan alat pengepres menggunakan bahan besi yang dilas sesuai desain. Pada bagian cetakannya menggunakan bahan stainless steel untuk menghindari terjadinya korosi akibat dari cairan limbah biomassa. Solar panel GH Solar 100 WP, 100 watt Voltage at Pmax :18.3 V Current at Pmax : 5.47 A Open Circuit voltage : 22.5 V Short circuit current : 5.91 A Ukuran (mm) : 1020 x 670 x 30 3. Baterai yang digunakan adalah lead acid VRLA,. Perhitungan penggunaan baterai ini dijelaskan pada bagian pembahasan. Spesifikasi sebagai berikut: Volt/Capacity : 12V 33AH Lenght : 195 mm Widht : 128 mm Jurnal Polimesin. Volume 18, Nomor 2, Agustus 2020 Hasil dan Pembahasan Dalam studi ini dilakukan beberapa tahap yaitu melakukan perancangan alat pengepres, pemilihan motor dan dongkrak sebagai aktuator pengepres, dan penentuan spesifikasi panel surya serta baterai penyimpananya. 3.1 Perancangan Alat Pengepres Alat pengepres dirancang dengan kemampuan 4 briket dalam sekali mencetak. Cetakannya berbentuk kubus dengan ukuran 2.5 x 147 2.5 x 2.5 cm, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh [21]. Ukuran seperti ini banyak diminati dikalangan industri internasional. Perancangan dilaksanakan dengan bantuan software AutoDesk Inventor Student Version Untuk desain dari alat pengepres briket ini dapat dilihat pada Gambar 4ab. 1. Besi L 50 mm x 50 mm, dengan tebal 5mm, berfungsi sebagai tiang utama (besi biasa) 2. Hollow 25 mm x 25 mm,dengan tebal 2 mm, berfungsi sebagai cetakan briket 3. Plat stainless steel 300 mm x 300 mm, dengan tebal 5 mm berfungsi sebagai penahan briket 4. Besi stainless steel 12 mm, batang pendorong briket 5. Plat stainless steal 150 mm x 150mm, dengan tebal 5 mm, berfungsi sebagai plat dudukan dongkrak. 6. Plat UNP 5mm, penahan atas dongkark (Besi Biasa) 7. Besi 10mm, penyokong kaki-kaki bawah (besi biasa) 3.2 (a) (b) Gambar 4: a. Desain Alat Pengepres Briket, b. Tempat pengambilan hasil cetakan Pada Gambar 4a, plat yang berwarna kuning merupakan tempat dimana dongkrak hidrolik berada. Saat dongkrak hidrolik diberi putaran searah jarum jam oleh motor dc hingga menyentuh plat bagian atas dari alat pengepres, maka secara tidak langsung dongkrak juga menekan bagian dasar dari dongkrak itu sendiri yang bersentuhan langsung dengan cetakan briket. Pemilihan Motor & Dongkrak Pemilihan motor listrik pada studi ini menggunakan motor listrik 12 volt dengan kapasitas daya maximal 100 watt. Dongkrak yang digunakan adalah dongkrak hidrolik yang berkekuatan 2 ton. Dongkrak hidrolik memiliki kelebihan mampu memberikan tekanan yang besar dengan daya yang kecil. Sehingga tuas pada dongkrak hidrolik yang biasanya diputar secara manual oleh pengguna, dapat digantikan dengan putaran pada motor dc. Garis merah pada Gambar 6ab merupakan tempat yang akan dipasang coupling. Setelah proses pengepresan selesai, tempat pengambilan briket yang sudah jadi dapat dilihat pada Gambar 4b. Alat ini berfungsi untuk menahan briket saat proses pengepresan. Struktur permukaan dari alat ini dibuat berpori-pori agar ner melepaskan air atau liquid yang berasal dari limbah perkebunan. Material rangka yang digunakan dapat dilihat pada gambar 5. (a) (b) Gambar 6: a) Motor Dc Wiper, b) Dongkrak Hidrolik Gambar 5. Material Rangka Mesin Pengepres Pada Gambar 5 terlihat susunan material yang digunakan dalam pembuatan mesin pengepres briket yang dirancang menggunakan bahan dan ukuran sebagai berikut: Jurnal Polimesin. Volume 18, Nomor 2, Agustus 2020 Kelebihan dari motor dc wiper diantaranya adalah kecepatanya mudah dikendalikan, torka awalnya besar, performasinya mendekati linier, sistem kontrolnya relatif lebih murah, respon dinamiknya baik, serta memiliki daya yang rendah. Motor dc dan dongkrak hidrolik dihubungkan dengan sebuah coupling yang sudah dimodifikasi sehingga mampu mentransmisikan energi gerak mekanik ke energi gerak hidrolik pada proses pengepresan briket. 3.3 Penentuan Panel Surya & Baterai Pada penelitian yang dilakukan oleh [15] yang menggunakan panel surya 40 WP dengan daya 148 baterai 324 Watt-hour, mampu mengoperasikan sepeda listrik sejauh 54,855 Km, dengan kecepatan 5,56 m/sekon. Namun pada penelitian tersebut menggunakan 3 unit batrai yang memerlukan biaya yang besar. Dalam studi ini hanya menggunakan 1 panel surya yang diharapkan mampu memberikan suplai arus listrik sesuai kebutuhan. Gambar 7 merupakan desain sistem kelistrikan pada studi ini. Total beban = 3,5 jam x 100 watt = 350 watt Kapasitas baterai = 350watt / 12volt = 29,16 Ah. Melihat hasil perhitungan kapasitas baterai, didapatkan baterai yang digunakan harus berkapasitas diatas 29,16 Ah. Sehingga pada studi ini menggunakan baterai 12 V dengan kapasitas 33 Ah disesuaikan dengan ukuran yang tersedia di pasaran. Untuk memaksimalkan penyerapan energi surya maka perlu dipasang controller, dengan kapasitas 20 A. Selain itu,untuk mendapatkan ukuran briket yang sesuai, modul ini dilengkapi dengan sensor limit switch untuk memutus tegangan listrik sehingga proses pengepresan terhenti. Sesuai judul dari tulisan ini, bahwa fokus penelitian ke studi awal dan desain. Maka dari itu hasil pengujian dan penyempurnaan desain akan dilaporkan dalam tulisan berikutnya. 4. Gambar 7. Desain Sistem Kelistrikan Awal proses terbentuknya energi listrik dapat dilihat pada Gambar 7. Panel surya dihubungan ke controller menggunakan penghubung MC4 yang disambung dengan kabel. Kabel positif (+) dari panel surya dihubungkan ke sisi positif (+) dari controller, begitu juga dengan kabel negatifnya (-) dihubungkan ke sisi negatif (-) controller. Selanjutnya keluaran positif (+) & negatif (-) dari controller dihubungkan ke sisi positif (+) & negatif (-) dari baterai. Pada controller terdapat keluaran untuk pembebanan ke sistem, keluaran inilah yang akan mengalirkan arus listrik ke limit switch & motor dc. Untuk memaksimalkan kinerja dari alat pengepres, dibutuhkan baterai yang berfungsi untuk menyimpan energi dari panel surya selama alat pengepres tidak dioperasikan. Baterai yang digunakan berkapasitas 33 AH dengan tegangan 12 volt. Pemilihan panel surya berdasarkan perhitungan dari penyerapan energy surya diasumsikan selama 5 jam, dan baterai yang digunakan 12 volt/33 Ah. Sehingga kapasitas baterai yang diperoleh sebesar 12 volt x 33 Ah yaitu 396 Watt. Kapasitas panel surya sebesar 396 Watt/5 jam, berdasarkan perhitungan tersebut maka didapat panel surya yang dibutuhkan sebesar 79.2 Wp Perhitungan diatas menjelaskan bahwa panel surya yang dibutuhkan harus berkapasitas diatas 79,2 Wp. Sehingga pada studi ini menggunakan sebuah panel surya yang berkapasitas 100 Wp Alat pengepres briket direncanakan akan beroperasi selama 1 jam, maka total konsumsi daya oleh motor dc 100 watt tersebut adalah: Jurnal Polimesin. Volume 18, Nomor 2, Agustus 2020 Kesimpulan Dari percobaan dan perhitungan yang dilakukan terhadap penggunaan PV, dapat disimpulkan bahwa perancangan alat pengepres briket dengan panel surya berkapasitas 100Wp dan baterai 12V 33AH mampu untuk mengoperasikan alat pengepres briket. Panel surya dan baterai yang digunakan masing-masing sebanyak 1 buah.. Berdasarkan desain yang telah dibuat, alat pengepres mampu mencetak briket sebanyak 4 buah dalam sekali operasi dengan ukuran 2.5 x 2.5 x 2.5 cm. Referensi [1] W. Yandi, Syafii and A. B. Pulungan, “Tracker Tiga Posisi Panel Surya Untuk Peningkatan Konversi Energi Dengan Catu Daya Rendah,” Jurnal Nasional Teknik Elektro, vol. 6, no. 3, pp. 159-160, 2017. [2] N. Nugroho and S. Agustina, “Analisa Motor DC (Direct Current) Sebagai Penggerak Mobil Listrik,” Mikrotiga, vol. 2, no. 1, pp. 28-34, 2015. [3] Jalaluddin, A. Rasyid Jalil, R. Tarakka and Wardi, “Implementasi Pompa Air Pada Tambak Udang dengan Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan,” vol. 1, no. 1, pp. 23-32, 2018. [4] D. Waluyo Putranto, F. Budi Antono, R. Handoko and Istiadi, “Perancangan Sistem Irigasi Otomatis Dengan Wireless Sensor Network (WSN) Berbasis Energi Surya,” vol. 9, no. 2, pp. 825-832, 2018. [5] R. Syafrialdi and Wildian, “Rancang Bangun Solar Tracker Berbasis MikrokontrollerAtMega 8535 Dengan Sensor LDR & Penampil LCD,” vol. 4, no. 2, pp. 11-20, 2015. 149 [6] A. Shodiqin and A. Yani, “Analisa Charging Time Sistem Solar Cell Menggunakan Pencari Arah Sinar Matahari Yang Dielngkapi Dengan Pemfokus Cahaya,” vol. 5, no. 1, pp. 1-7, 2016. [7] W. Yandi, Syafii and A. Basrah Pulungan, “Tracker Tiga Posisi Panel Surya Untuk Peningkatan Konversi Energi Dengan Catu Daya Rendah,” vol. 6, no. 3, pp. 159-167, 2017. [8] H. Situngkir and M. Fadlan Siregar, “PanelSurya Berjalan Dengan Mengikuti Gerak Laju Matahari,” vol. 3, no. 3, pp. 128-131, 2018. [9] H. Ida Lailatun, R. Sabani, G. M. Dwi Putra and D. Ajeng Setiawati, “Sistem Otomasi Photovoltaic Pada Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Berbasis Mikrokontroller Arduino Skala Laboratorium,” vol. 8, no. 2, pp. 130-138, 2019. [10] T. Rahmany Fajriah, R. Kusumanto and P. Risma, “Pengaruh Penerimaan Intensitas Cahaya Pada Gerak Robot Line Follower Menggunakan Sel surya,” vol. 9, no. 1, pp. 2529, 2020. [11] Iradiratu and B. Yan Dewantara, “Perhitungan Kebutuhan Daya Listrik untuk Penggerak Perahu Nelayan Bertenaga Surya,” vol. 3, no. 1, pp.18-21, 2020. [12] M. Y. Hendrayanto, I. B. Alit Swamardika and P. A. Mertasana, “Rancang Bangun Sistem Smart Charging Menggunakan Panel Surya pada Robot 6WD Berbasis mikrokontroller Atmega 2560,” vol. 17, no. 1, pp. 42-50, 2018. [13] A. Julisman, I. Devi Sara and R. Halid Siregar, “Prototipe Pemanfaatan Panel Surya Sebagai Sumber Energi Pada Sistem Otomasi Atap Stadion Bola,” vol. 2, no. 1, pp. 35-42, 2017. [14] Z. Iqtimal, I. Devi Sara and Syahrizal, “Aplikasi Sistem Tenaga Surya Sebagai Sumber Tenaga Listrik Pompa Air,” vol. 3, no. 1, pp. 1-8, 2018. [15] B. Nainggolan, F. Inaswara, G. Pratiwi and H. Ramadhan, “Rancang Bangun Sepeda Listrik Menggunakan Panel Surya Sebagai Pengisi Baterai,” vol. 15, no. 3, pp. 263-272, 2016. [16] Mendoza Martinez. Clara, Sermyagina E, Olivera Carneiro, V. Esa and C. Marcelo, “Production and Characterization of coffe-pine wood residue briquettes as an alternative fuel for local firing system in brazil.,”Biomass and Bioenergy, pp. 70-77, 2019 [17] Iriany, C. Carnella and C. Novita Sari, “Pembuatan Biobriket dari Pelepah dan Cangkang Kelapa Sawit: Pengaruh Variasi Komposisi Bahan Baku dan Waktu Karbonisasi Terhadap Kualitas Briket.,” Jurnal Teknik Kimia USU, pp. 31-37, 2016. Jurnal Polimesin. Volume 18, Nomor 2, Agustus 2020 [18] P. Djoko, “Pembuatan Briket Arang Tempurung Sawit dengan Perlakuan Waktu Pengarangan dan Konsentrasi Prekat.,’’Jurnal Riset Industri Hasil Hutan, Vol. 7, no. 1, pp. 18, 2015. [19] Global Solar Atlas, "Global Solar Atlas," World Bank Group, 4 July 2020. [Online]. Available: https://globalsolaratlas.info/map?s=4.916521,9 7.000128,10. [Accessed 4 July 2020]. [20] T. Zulfadli and Muhyin, "Studi Kelayakan Energi Matahari-Angin (hybrid) Sebagai Sumber Daya Pompa Air Untuk Sistem Pengairan di Kawasan Aceh Besar," vol. 17, no. 2, pp. 61-65, 2019. [21] A. Adhi Pratama, D. Shadewa and Muhyin, "Pengaruh Komposisi Bahan Dasar dan Variasi Jenis Perekat Terhadap Nilai Kalor, Kadar Air, Kadar Abu Pada Briket Campuran Sekam Padi dan Tempurung Kelapa," vol. 1, no. 2, pp. 110, 2018 150