MAKALAH MENGENAI KERANGKA KARANGAN (OUTLINE) Tugas ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Bahasa Indonesia Disusun Oleh : SYAFIRASARI RIZKI HANAFI 26218898 3EB88 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA 2020 DAFTAR ISI DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... ii Kata Pengantar ................................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang ........................................................................................................................ 1 1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................................... 1 1.3. Tujuan Penulisan ..................................................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................... 2 2.1. Pengertian Kerangka Karangan .............................................................................................. 2 2.1.1. Pengertian Outline........................................................................................................... 2 2.1.2. Pengertian Karangan ....................................................................................................... 2 2.1.3. Pengertian Kerangka Karangan....................................................................................... 2 2.2. Manfaat dan Fungsi dari Kerangka Karangan ........................................................................ 2 2.2.1. Manfaat dari Kerangka Karangan ................................................................................... 2 2.2.2. Fungsi dari Kerangka Karangan...................................................................................... 3 2.3. Pola Penyusunan Kerangka Karangan .................................................................................... 4 2.3.1. Pola Alamiah ................................................................................................................... 4 2.3.2. Pola logis ......................................................................................................................... 5 2.4. Jenis-Jenis Kerangka Karangan .............................................................................................. 7 2.4.1. Jenis Kerangka Berdasarkan Karakteristiknya ................................................................ 7 2.4.2. Jenis karangan berdasarkan sifatnya ............................................................................... 8 2.5. Macam-Macam Kerangka Karangan ...................................................................................... 9 2.5.1. Berdasarkan Perincian..................................................................................................... 9 2.5.2. Kerangka Karangan Berdasarkan Teks ......................................................................... 10 2.6. Syarat Kerangka Karangan yang Baik .................................................................................. 11 2.7. Langkah-Langkah dalam Pembuatan Kerangka Karangan ................................................... 12 BAB III PENUTUP ......................................................................................................................... 15 3.1. Kesimpulan ................................................................................................................................ 15 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 16 Kata Pengantar ii Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang mana atas berkat rahmat, dan ridho-NYA lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “MAKALAHMENGENAI KERANGKA KARANGAN (OUTLINE)”. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Tri Budiarta selaku Dosen pada mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Depok, 18 Desember 2020 Syafirasari Rizki Hanafi iii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu karangan terdiri dari beberapa kalimat yang kemudian disusun menjadi satu kesatuan dengan suatu kesesuaian yang kemudian membentuk paragraf-paragraf, sehingga dapat terbentuk suatu karangan. Pada suatu karangan, tentunya akan mengacu pada maksud dari penulisan karangan tersebut terutama dalam menentukan topik yang ada dalam bagian karangan, sehingga pembaca dapat mengerti maksud dari karangan tersebut. Menurut Finoza (dalam buku Hikmat, 2013: 82) menerangkan kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan yang berfungsi untuk mengatur hubungan antara gagasan tersebut. Adanya kerangka karangan gagasan yang akan ditulis didokumentasikan atau ditulis dengan baik. Selanjutnya, dengan adanya kerangka karangan penulis akan tetap konsisten terhadap ide dasar yang telah dibuat. Selain itu, juga berfungsi menghindari pembahasan yang berulang-ulang, dan menghasilan tulisan dengan ide yang sistematis sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Cara membuat kerangka karangan harus sesuai dengan topik yang terbentuk dari gagasan yang lebih terperinci dari topik. Kerangka karangan memiliki beberapa pola. Sebuah kerangka karangan mengandung rencana kerja, memuat ketentuan-ketentuan pokok bagaimana suatu topik harus diperinci dan dikembangkan. Sebuah kerangka karangan tidak boleh diperlakukan sebagai suatu pedoman yang kaku, tetapi selalu dapat mengalami perubahan dan perbaikan untuk mencapai suatu bentuk yang semakin lebih sempurna. Kerangka karangan dapat berbentuk catatan-catatan sederhana, tetapi dapat juga berbentuk mendetil, dan digarap dengan sangat cermat. 1.2. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud kerangka karangan? 2. Apa manfaat dan fungsi kerangka karangan? 3. Apa saja pola susunan dari kerangka karangan? 4. Bagaimana macam-macam bentuk kerangka karangan? 5. Bagaimana kriteria kerangka karangan yang baik? 6. Bagaimana langkah-langkah kerangka karangan? 1.3. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengertian dari kerangka karangan. 2. Untuk mengetahui manfaat serta fungsi dari kerangka karangan. 3. Untuk mengetahui bagaimana pola susun dari kerangka karangan. 4. Untuk mengetahui macam-macam bentuk kerangka karangan. 5. Untuk mengetahui kriterian kerangka karangan yang baik. 6. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam pembuatan kerangka karangan. 1 BAB II PEMBAHASAN 2.1.Pengertian Kerangka Karangan Berikut ini adalah pengertian dari kerangka karangan (outline), yaitu : 2.1.1. Pengertian Outline Pengertian outline menurut bahasa adalah kerangka, regangan, garis besar, atau guratan. Jadi, outline merupakan rencana penulisan yang memuat garisgaris besar dari suatu karangan yang akan digarap dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur. 2.1.2. Pengertian Karangan Menurut Keraf (1994: 2) karangan adalah bahasa tulis yang merupakan rangkaian kata demi kata sehingga menjadi sebuah kalimat, paragraf, dan akhirnya menjadi sebuah wacana yang dibaca dan dipahami. Widyamartaya (1990) mengatakan bahwa mengarang dapat dipahami sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami dengan tepat seperti yang dimaksud oleh pengarang. 2.1.3. Pengertian Kerangka Karangan Menurut Nursisto(2000:5-4) Kerangka karangan adalah rencana penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan ditulis, dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur. Kerangka karangan dibuat untuk mempermudah penulisan agar tetap terarah dan tidak keluar dari topik atau tema yang dituju. Pembuatan kerangka karangan ini sangat penting, terutama bagi penulis pemula, agar tulisan tidak kaku dan penulis tidak bingung dalam melanjutkan tulisannya. Kerangka karangan ditulis dalam rangka untuk menghindari adanya tumpang tindih pada bagian-bagian tertentu. Selain itu, penyimpangan-penyimpangan dari topik pun dapat dihindarkan, dan juga akan menjamin bahwa penulisan akan bersifat konseptual, menyeluruh, terarah, dan bersasaran dari target pembacanya. 2.2. Manfaat dan Fungsi dari Kerangka Karangan Berikut adalah manfaat dan fungsi dari kerangka karangan, yaitu: 2.2.1. Manfaat dari Kerangka Karangan Menurut Keraf (1984:133-134), manfaat dari kerangka karangan adalah: a) Untuk menyusun karangan secara teratur. Kerangka karangan membantu penulis untuk melihat gagasan-gagasan dalam sekilas pandang, sehingga dapat dipastikan apakah susunan dan hubungan 2 3 timbal-balik antara gagasan-gagasan itu sudah tepat, apakah gagasan-gagasan itu sudah disajikan dengan baik, harmonis dalam perimbangannya. b) Mempermudah pembahasan tulisan. Supaya pembaca dapat terpikat secara terus-menerus menuju klimaks utama, susunan bagian-bagian harus diatur sehingga tercipta klimaks yang berbedabeda yang dapat memikat perhatian pembaca. c) Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih. Ada kemungkinan suatu bagian perlu dibicarakan dua kali atau lebih, sesuai kebutuhan tiap bagian dari karangan itu. Namun penggarapan suatu topik sampai dua kali atau lebih tidak perlu, karena hal itu hanya akan membawa efek yang tidak menguntungkan; misalnya, bila penulis tidak sadar betul maka pendapatnya mengenai topik yang sama pada bagian terdahulu berbeda dengan yang diutarakan pada bagian kemudian, atau bahkan bertentangan satu sama lain. Hal yang demikian ini tidak dapat diterima. Kalau memang tidak dapat dihindari maka penulis harus menetapkan pada bagian mana topik tadi akan diuraikan, sedangkan di bagian lain cukup dengan menunjuk kepada bagian tadi. d) Memudahkan penulis mencari materi tambahan. Dengan mempergunakan rincian-rincian dalam kerangka karangan penulis akan dengan mudah mencari data-data atau fakta-fakta untuk memperjelas atau membuktikan pendapatnya. Atau data dan fakta yang telah dikumpulkan itu akan dipergunakan di bagian mana dalam karangannya itu. Memudahkan penulis mencapai klimaks yang berbeda-beda. Setiap tulisan dikembangkan menuju ke satu klimaks tertentu. Namun sebelum mencapai klimaks dari seluruh karangan itu, terdapat sejumlah bagian yang berbedabeda kepentingannya terhadap klimaks utama tadi. Tiap bagian juga mempunyai klimaks tersendiri dalam bagiannya. Supaya pembaca dapat terpikat secara terus menerus menuju kepada klimaks utama, maka susunan bagian-bagian harus diatur pula sekian macam sehingga tercapai klimaks yang berbeda-beda yang dapat memikat perhatian pembaca. 2.2.2. Fungsi dari Kerangka Karangan Menurut Kunjana Rahardi(2009:59), fungsi dari kerangka karangan yaitu: a) Memudahkan pengendalian variabel. b) Memperlihatkan pokok bahasan, sub-subbahasan karangan dan memberi kemungkinan perluasan bahasan tersebut sehingga memungkinkan penulis menciptakan suasana kreatif sesuai dengan variasi yang diinginkan. c) Mencegah pembahasan keluar dari sasaran yang sudah dirumuskan dalam topik, judul, masalah, tujuan, dan kalimat tesis. d) Memudahkan penulis menyusun karangan secara menyeluruh, e) Mencegah ketidaklengkapkan bahasan. f) Mencegah pengulangan pembahasaan ide. 4 2.3. Pola Penyusunan Kerangka Karangan Pola susunan yang paling utama pada kerangka karangan adalah pola alamiah dan pola logis. 2.3.1. Pola Alamiah Susunan atau pola alamiah adalah suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di alam. Sebab itu susunan alamiah dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian utama, yaitu urutan berdasarkan waktu (urutan kronologis), urutan berdasarkan ruang (urutan spasial), dan urutan berdasarkan topik yang sudah ada. a. Urutan waktu Urutan waktu atau urutan kronologis adalah urutan yang didasarkan pada runtutan peristiwa atau tahap-tahap kejadian. Tahapan yang paling mudah dalam urutan ini adalah mengurutkan peristiwa menurut kejadiannya atau berdasarkan kronologinya. Suatu corak lain dari urutan kronologis yang sering dipergunakan dalam roman, novel, cerpen, dan dalam bentuk karangan naratif lainnya, adalah suatu variasi yang mulai dengan suatu titik yang menegangkan, kemudian mengadakan sorot balik sejak awal mula perkembangan hingga titik yang menegangkan tadi . Urutan kronologis adalah urutan yang paling umum, tetapi juga merupakan satu-satunya cara yang kurang menarik dan paling lemah. Topik : bahasa Tema: perkembangan bahasa Indonesia Judul: perjalanan bahasa Indonesia i. ii. iii. iv. v. Bahasa Indonesia pada masa penjajahan Belanda Bahasa Indonesia pada masa penjajahan Jepang Bahasa Indonesia pada masa orde lama Bahasa Indonesia pada masa orde baru Bahasa Indonesia pada masa kini b. Urutan ruang Urutan ruang atau urutan spasial menjadi landasan yang paling penting, bila topik yang diuraikan mempunyai pertalian yang sangat erat dengan ruang atau tempat. Urutan ini terutama digunakan dalam tulisan-tulisan yang bersifat deskriptif. Topik: Menyimak Tema: Pembelajaran Menyimak Judul: Meningkatan keterampilan menyimak i. Hakikat menyimak a. Pengertian menyimak b. Keterampilan menyimak c. Menyimak sebagai proses komunikasi ii. Tujuan menyimak 5 a. Tujuan informatif b. Tujuan kreatif c. Tujuan hiburan iii. Jenis menyimak a. Menyimak intensif b. Menyimak ekstensif c. Topik yang ada Suatu pola peralihan yang dapat dimasukkan dalam pola alamiah adalah urutan berdasarkan topik yang ada . Suatu barang, hal, atau peristiwa sudah dikenal dengan bagian-bagian tertentu . Untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau tidak mau bagian-bagian itu harus dijelaskan berturutturut dalam karangan itu, tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya, tanpa memberi tanggapan atas bagian-bagiannya itu. 2.3.2. Pola logis Tanggapan yang sesuai dengan jalan pikiran untuk menemukan landasan bagi setiap persoalan, mampu di tuang dalam suatu susunan atau urutan logis. Urutan logis sama sekali tidak ada hubungan dengan suatu ciri yang inheren dalam materinya, tetapi erat dengan tanggapan penulis. Macam-macam urutan logis yang dikenal : a. Urutan Klimaks dan Anti Klimaks Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang paling menonjol . Bila posisi yang paling penting itu berada pada akhir rangkaian maka urutan ini disebut klimaks . Dalam urutan klimaks pengarang menyusun bagian-bagian dari topik itu dalam suatu urutan yang semakin meningkat kepentingannya, dari yang paling rendah kepentingannya, bertingkat-tingkat naik hingga mencapai ledakan pada akhir rangkaian. Urutan yang merupakan kebalikan dari klimaks adalah anti klimaks. Penulis mulai suatu yang paling penting dari suatu rangkaian dan berangsur-angsur menuju kepada suatu topik yang paling rendah kedudukan atau kepentingannya. Topik: Sepak Bola Tema: Real Madrid dan barcelona bertemu di laga final La Liga a. Kemenangan dan kekalahan klub real madrid menuju final. b. Perjalanan klub Barcelona menuju partai final. c. Hasil pertandingan final antara BC dan Real M b. Urutan kausal Urutan kausal mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat, dan urutan akibat ke sebab . Pada pola pertama suatu masalah di anggap sebagai sebab, yang kemudian di lanjutkan dengan perincian-perincian yang menelusuri akibat-akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan-persoalan yang di hadapi umat manusia pada umumnya . Sebaliknya, bila suatu masalah di 6 anggap sebagai akibat, yang di landaskan dengan perincian -perincian yang berusaha mencari sebab-sebab yang menimbulkan masalah tadi, maka urutannya merupakan akibat sebab. Topik: lingkungan Tema: dampak pemanasan global a. penebangan liar b. efek rumah kaca c. polusi udara d. banjir dan tanah longsor sebagi efek rumah kaca. c. Urutan Pemecahan Masalah Urutan pemecahan masalah di mulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut . Sekurang-kurangnya uraian yang mempergunakan landasan pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi, dan akhirnya alternative-alternative untuk jalan keluar dari masalah yang di hadapi tersebut. Dengan demikian untuk memecahkan masalah tersebut secara tuntas, penulis harus benar-benar menemukan semua sebab baik yang langsung maupun yang tidak langsung bertalian dengan masalah tadi . Setiap masalah tersebut tidak bisa hanya terbatas pada penemuan sebab-sebab, tetapi juga harus menemukan semua akibat baik yang langsung maupun yang tidak langsung, yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi kelak. Topik: bahasa Tema: polemik Bahasa Alaya. a. bahasa alay merajalela 1) Bahasa alay di twitter 2) Bahasa alay di facebook b. Bahasa alay merusak bahasa indonesia c. Mengembalikan BI yang baik d. Urutan Familiaritas Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah dikenal, kemudian berangsur-angsur pindah kepada hal-hal yang kurang dikenal atau belum di kenal. Dalam keadaan-keadaan tertentu cara ini misalnya di terapkan dengan mempergunakan analogi. Topik: menulis Tema: keterampilan menulis a. pengertian menulis b. fungsi menulis c. jenis tulisan 1) Fiksi 2) Nonfiksi d. teknik menulis 7 e. Urutan Akseptabilitas Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas mempersoalkan apakah suatu barang atau hal sudah dikenal atau tidak oleh pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan di terima atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu pendapat disetujui atau tidak oleh para pembaca. 2.4. Jenis-Jenis Kerangka Karangan Jenis karangan dapat dibedakan berdasarkan jenis karakteristik dan sifatnya (Hikmat, 2013: 87). Secara umum setelah menyusun kerangka, adalah mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan. Karangan merupakan kumpulan dari paragraf-paragraf yang membentuk suatu karya tulis. Paragraf yang digunakan adalah pengembangan dari subtema dari kerangka karangan. Subtema tersebut merupakan gagasan pokok yang ingin diuraikan dalam bentuk paragraf. Oleh karena itu kumpulan beberapa paragraf yang ditulis meskipun jumlahnya lebih dari satu namun isinya masih dalam satu tema sehingga antara paragraf satu dengan yang lainnya menjadi padu. 2.4.1. Jenis Kerangka Berdasarkan Karakteristiknya Berikut ini tabel yang menunjukkan perbedaan jenis-jenis karangan berdasarkan karakteristiknya. 8 2.4.2. Jenis karangan berdasarkan sifatnya 1) Karangan Narasi Karangan ini merupakan karangan yang disajikan dengan cara menggambarkan proses terjadinya suatu peristiwa secara runtut dan kronologi. Adapun beberapa ciri dari karangan ini antara lain: Berisi tentang suatu peristiwa yang disampaikan secara runtut dan kronologis. Bersifat relatif (bisa subjektif, bisa juga objektif). Bertujuan untuk memberi tahu pembaca akan suatu peristiwa yang telah terjadi. 2) Karangan Deskripsi Karangan deskripsi adalah sebuah karangan yang disajikan dengan cara menggambarkan sebuah objek secara terperinci, sehingga pembaca seolaholah ada di dekat objek tersebut. Adapun beberapa ciri yang melekat karangan ini antara lain: Berisi gambaran suatu objek yang ditulis secara terperinci. Objek bisa berupa ruangan, orang, ataupun makhluk hidup lainnya. Bersifat relatif, entah itu objektif maupun subjektif, tergantung dari bagaimana si penulis hendak menyampaikan karangan ini. Bertujuan untuk memberi pembaca gambaran dari suatu objek. 3) Karangan Eksposisi Karangan ini merupakan merupakan karangan yang disajikan dengan cara atau proses pembuatan suatu hal. Berbeda dengan dua jenis karangan sebelumnya, jenis karangan ini sifatnya sangatlah objektif. Adapun ciri-ciri yang melekat pada karangan ini adalah sebagai berikut : Berisi proses pembuatan suatu hal. Bersifat objektif dan informatif. Bertujuan untuk memberi informasi kepada pembaca. 4) Karangan Argumentasi Karangan ini merupakan jenis karangan yang disajikan dengan cara menampilkan sejumlah fakta, lalu kemudian di dalamnya disampaikan argumentasi atau pendapat dari sang penulis. Jadi, bisa disimpulkan bahwa karangan argumentasi merupakan karangan yang menjadikan argumentasi atau pendapat sang penulis sebagai unsur utamanya.Adapun beberapa ciri yang melekat pada karangan ini antara lain : Argumentasi sang penulis menjadi elemen utamanya, di mana argumentasi ini biasanya disampaikan di tengah atau menjelang akhir sebuah karangan. 9 Menampilkan sejumlah fakta yang memperkuat argumentasi atau pendapat sang penulis. Mengandung subjektivitas penulis, mengingat bahwa isi karangan ini adalah argumentasi dari sang penulis. 5) Karangan Persuasi Karangan ini merupakan karangan yang disajikan dengan cara menuliskan beberapa fakta yang di dalamnya tersimpan ajakan khusus kepada pembaca agar pembaca melakukan sesuatu yang diinginkan oleh penulis. Adapun ciriciri karangan ini antara lain: Berisi ajakan untuk melakukan sesuatu atau membeli suatu produk. Bersifat subjektif. Bertujuan agar pembaca mau membeli produk yang ditawarkan atau mau melakukan apa yang hendak diperintahkan oleh penulis. 2.5.Macam-Macam Kerangka Karangan 2.5.1. Berdasarkan Perincian Kerangka berdasarkan perinciannya terbagi menjadi 2, yaitu: a) Kerangka Karangan Sementara(Non Formal) Kerangka karangan sementara atau non formal merupakan suatu alat bantu, sebuah penuntun bagi suatu tulisan yang terarah. Sekaligus ia menjadi dasar untuk penelitiaan kembali guna mengadakan perombakan-perombakan yang dianggap perlu. Karena kerangka karangan ini bersifat sementara, maka tidak perlu disusun secara terperinci. Tetapi karena ia juga merupakan sebuah kerangka karangan maka ia harus memungkinkan pengarangnya untuk menggarap persoalannya secara dinamis, sehingga perhatian harus dicurahkan sepenuhnya pada penyusunn-penyusunan kalimat-kalimat, alenia-alenia, atau bagian-bagian tanpa memepersoalkan lagi bagaimana susunan karangannya, atau bagaimana susunan bagian-bagiannya. Perencanaan kerangka karangan sementara dilakukan sesuai dengan prosedur. Mula-mula penulis merumuskan tesis berdsarkan topik dan maksud utama dari karangan itu. Kemudian dibawah tesis itu dibuat perinciaan berupa pencatatan semua hal yang mungkin dijadikan pokok-pokok utama atau pokok-pokok tambahan bagi tesis tadi.Pokok-pokok yang mempunyai hubungan satu sama lain atua mempunyain hubungan logis di hubung-hubungkan dengan tanda panah, atau pokok yang tidak mempunyai hubungan dengan tesis dicoret. Pokok-pokok yang diterima sebagai perinciaan dari tesis lalu diurutkan sesuai dengan pola susunan yang dipilih, dengan diberi nomor-nomor urut sesuai dengan pola susunan. Kerangka karangan non-formal biasanya terdiri dari tesis dan pokok-pokok utama, paling tinggi dua tingkat perincian. Alasan untuk menggarap sebuah kerangka karangan sementara dapat berupa topik yang tidak kompleks atau karena penulis segera menggarap karangan itu. 10 b) Kerangka karangan formal Kerangka karangan formal biasanya timbul dari penimbanga bahwa topik yang akan digarap bersifat sangat kompleks, atau suatu topik yang sederhana tetapi penulis tidak bermaksud untuk segera menggarapnya. Proses perencanaan sebuah karangan formal mengikuti prosedur yang sama seperti kerangka non-formal. Tesisnya dirumuskan dengan cermat dan tepat, kemudian dipecah-pecah menjadi bagian-bagian bawahan (sub-ordinasi) yang dikembangkan untuk menjelaskan gagasan sentralnya. Setiap sub-bagian dapat diperinci lebih lanjut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, sejauh diperlukan untuk menguraikan persoalan itu sejelas-jelasnya. Dengan perincian yang sekian banyak, sebuah kerangka karangan dapat mencapai lima atau enam tingkat perincian. Suatu tesis yang diperinci minimal atas tiga tingkat perincian sudah dapat disebut kerangka formal. 2.5.2. Kerangka Karangan Berdasarkan Teks Kerangka karangan berdasarkan teks dibagi menjadi 2, yaitu: a) Kerangka Kalimat Kerangka kalimat mempergunakan kalimat berita yang lengkap untuk merumuskan tiap unit, baik untuk merumuskan tesis maupun untuk merumuskan unit-unit utama dan unit-unit bawahannya. Perumusan tesis dapat mempergunakan kalimat majemuk bertingkat, sebaliknya untuk merumuskan tiap unit hanya boleh mempergunakan kalimat tunggal. Penggunaan kerangka kalimat mempunyai beberapa manfaat antara lain : - Memaksa penulis untuk merumuskan dengan tepat topik yang akan di uraikan. - Perumusan topik-topik dalam unit akan tetap jelas, walaupun telah lewat bertahuntahun. - Kalimat yang dirumuskan dengan baik dan cermat akan jelas bagi siapa pun, seperti bagi pengarangnya sendiri. b) Kerangka Topik Kerangka topik dimulai dengan perumusan tesis dalam sebuah kalimat yang lengkap. Sesudah itu semua pokok, baik pokok-pokok utama maupun pokokpokok bawahan, di rumuskan dengan mencantumkan topiknya saja, dengan tidak mempergunakan kalimat yang lengkap. Kerangka topik di rumuskan dengan mempergunakan kata atau frasa. Sebab itu kerangka topik tidak begitu jelas dan cermat seperti kerangka kalimat. Kerangka topik manfaatnya kurang bila di bandingkan dengan kerangka kalimat, terutama jika tenggang waktu antara perencanaan kerangka karangan itu dengan penggarapannya cukup lama. Kerangka topik mengikuti persyaratan yang sama seperti sebuah kerangka kalimat, misalnya dalam pembagiannya, penggunaan simbol, subordinasinya, dan sebagainya. 11 2.6.Syarat Kerangka Karangan yang Baik Syarat kerangka karangan yang baik harus memiliki 4 unsur yang tedapat didalamnya, yaitu: 1. Tesis atau Pengungkapan Maksud Harus Jelas Tesis atau pengungkapan maksud merupakan tema dari kerangka karangan yang akan di garap. Sebab itu perumusan tesis atau pengungkapan maksud harus dirumuskan dengan jelas dalam struktur kalimat yang baik, jelas menampilkan topik mana yang di jadikan landasan uraian dan tujuan mana yang akan di capai oleh landasan tadi. Tesis atau pengungkapan maksud yang akan mengarahkan kerangka karangan itu. 2. Tiap Unit dalam Kerangka Karangan Hanya Mengandung Satu Gagasan Karena tiap unit dalam kerangka karangan, baik unit atasan maupun unit bawahan, tidak boleh mengandung lebih dari satu gagasan pokok, maka akibatnya tidak boleh ada unit yang di rumuskan dalam dua kalimat, atau dalam kalimat majemuk setara, atau kalimat majemuk bertingkat, atau dalam frasa koordinatif. Bila ada dua atau tiga pokok di masukkan bersamasama dalam satu simbol yang sama, maka hubungan strukturnya tidak akan tampak jelas. Bila terjadi hal yang demikian maka unit itu harus segera di revisi. Bila kedua gagasan itu berada dalam keadaan setara, maka masing-masingnya harus di tempatkan dalam urutan simbol yang sama derajatnya. Bila terdapat gagasan-gagasan yang tidak setara, maka ide-ide yang berbeda tingkatnya itu harus di tempatkan dalam simbol-simbol yang berlainan derajatnya. 3. Pokok-pokok dalam Kerangka Karangan Harus disusun Secara Logis Kerangka karangan yang di susun secara logis dan teratur mempersoalkan tiga hal, yaitu: a) apakah tiap unit yang lebih tinggi telah di perinci secara maksimal b) apakah tiap perincian mempunyai hubungan langsung dengan unit atasan langsungnya c) apakah urutan perincian itu sudah baik dan teratur. 4. Harus Mempergunakan Pasangan Simbol yang Konsisten Penggunaan pasangan simbol yang konsisten mencakup dua hal yaitu pemakaian angka dan huruf sebagai penanda tingkatan dan urutan unit-unitnya, tipografi yaitu penempatan angka dan huruf penanda tingkatan dan teks dari tiap unit kerangka karangan. Pemakaian angka dan huruf sebagai penanda tingkatan dan urutan unit-unit kerangka karangan biasanya mengikuti konvensi berikut : 1) Angka Romawi : I, II, III, IV, dsb. Di pakai untuk Tingkatan pertama. 2) Huruf Kapital : A, B, C, D, dsb. Di pakai untuk Tingkat ke dua. 3) Angka Arab : 1, 2, 3, 4, dsb. Di pakai untuk menandai Tingkat ke tiga. 4) Huruf Kecil : a, b, c, d, e, dsb. Di pakai untuk menandai tingkat ke empat. 5) Angka Arab dalam kurung : (1), (2), (3), (4), dsb. Di pakai untuk menandai tingkat ke lima. 6) Huruf kecil dalam kurung : (a), (b), (c), (d), dsb. 12 Di pakai untuk menandai tingkatan ke enam. Sebaliknya konvensi yang menyangkut tipografi adalah : semakin penting atau tinggi sebuah unit, semakin ke kiri tempatnya. Semakin berkurang kepentingan unitnya, semakin ke kanan tempatnya. Namun ada satu hal yang tidak boleh di lakukan yaitu merubah nilai simbol-simbol itu di tengah-tengah kerangka karangan. Pokok-pokok yang memiliki kepentingan atau tingkatan yang sama harus mempergunakan simbol yang sama, sedangkan pokok-pokok yang berbeda kepentingannya tidak boleh mempergunakan simbol tadi. 2.7. Langkah-Langkah dalam Pembuatan Kerangka Karangan Berikut ini terdapat beberapa langkah-langkah menyusun kerangka karangan, terdiri atas: 1. Menentukan tema dan judul a) Tema Tema adalah pokok persoalan, permasalahan, atau pokok pembicaraan yang mendasari suatu karangan. Sedangkan yang dimaksud dengan judul adalah kepala karangan. Kalau tema cakupannya lebih besar dan menyangkut pada persoalan yang diangkat sedangkan judul lebih pada penjelasan awal (penunjuk singkat) isi karangan yang akan ditulis. Tema sangat terpengaruh terhadap wawasan penulis. Semakin banyak penulis membiasakan membaca buku, semakin banyak aktifitas menulis akan memperlancar penulis memperoleh tema. Namun, bagi pemula perlu memperhatikan beberapa hal penting agar tema yang diangkat mudah dikembangkan. diantaranya : - Jangan mengambil tema yang bahasannya terlalu luas. - Pilih tema yang kita sukai dan kita yakini dapat kita kembangkan. - Pilih tema yang sumber atau bahan-bahannya dapat dengan mudah kita peroleh. Terkadang memang dalam menentukan tema tidak selamanya selalu sesuai dengan syarat-syarat diatas. Contohnya saat lomba mengarang, tema sudah disediakan sebelumnya dan kita hanya bisa memakainya. Ketika tema sudah didapatkan, perlu diuraikan atau membahas tema menjadi suatu bentuk karangan yang terarah dan sistematis. Salah satu caranya dengan menentukan judul karangan. Judul yang baik adalah judul yang dapat menyiratkan isi keseluruhan karangan kita. b) Judul Judul adalah perincian atau penjabaran dari topik. Judul lebih spesifik dan sering telah menyiratkan permasalahan atau variabel yang akan dibahas. Judul tidak harus sama dengan topik. Jika topik sekaligus menjadi judul, biasanya karangan akan bersifat umum dan ruang lingkupnya sangat luas. Judul dibuat setelah selesai menggarap tema, sehingga bisa terjamin bahwa judul itu cocok dengan temanya. Sebuah judul yang baik akan merangsang perhatian pembaca 13 dan akan cocok dengan temanya. Judul hanya menyebut ciri-ciri yang utama atau yang terpenting dari karya itu, sehingga pembaca sudah dapat membayangkan apa yang akan diuraikan dalam karya itu. Syarat judul yang baik, yaitu: - Harus relevan, judul harus mempunyai pertalian dengan temanya, atau dengan beberapa bagian yang penting dari tema tersebut. - Judul harus dapat menimbulkan keingintahuan pembaca terhadap isi buku atau karangan. - Harus singkat, tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa yang panjang, tetapi harus berbentuk kata atau rangkaian kata yang singkat. Bila harus membuat judul yang panjang, ciptakanlah judul utama yang singkat dengan judul tambahan yang panjang. - tidak provokatif. Judul karangan seharusnya singkat dan padat, dapat menarik perhatian, dan menggambarkan inti permasalahan. Contoh : Upaya menurunkan risiko bahaya letusan gunung Penanggulangan krisis air di Jakarta 2. Mengumpulkan bahan Sebelum melanjutkan menulis, perlu ada bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan. Bagaimana ide, dan inovasi dapat diperhatikan kalau tidak ada hal yang menjadi bahan ide tersebut muncul. Buat apa ide muluk-muluk kalau tidak diperlukan. Perlu ada dasar bekal dalam melanjutkan penulisan. Untuk membiasakan, kumpulkanlah kliping-kliping masalah tertentu (biasanya yang menarik penulis) dalam berbagai bidang dengan rapi. Hal ini perlu dibiasakan calon penulis agar ketika dibutuhkan dalam tulisan, penulis dapat membuka kembali kliping yang tersimpan sesuai bidangnya. Banyak cara mengumpulkannya, masingmasing penulis mempunyai cara sesuai juga dengan tujuan tulisannya. 3. Menyeleksi Bahasa Agar tidak terlalu biasa dan abstrak, perlu dipilih bahan-bahan yang sesuai dengan tema pembahasan. Polanya melalui klarifikasi tingkat urgensi bahan yang telah dikumpulkan dengan teliti dan sistematis. berikut ini petunjuk-petunjuknya: a) Catat hal penting semampunya. b) Jadikan membaca sebagai kebutuhan. c) Banyak diskusi, dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah. 4. Membuat Kerangka Perlu di susun selangkah demi selangkah agar tujuan awal kita dalam menulis tidak hilang atau melebar ditengah jalan. Kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa bahasan yang lebih fokus dan terukur. 5. Mengembangkan Kerangka Karangan Proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan kita terhadap materi yang hendak kita tulis. Jika benar-benar memahami materi dengan baik, permasalahan dapat diangkat dengan kreatif, mengalir dan nyata. Terbukti pula 14 kekuatan bahan materi yang dikumpulkan dalam menyediakan wawasan untuk mengembangkan karangan. Pengembangan karangan juga jangan sampai menumpuk dengan pokok permasalahan yang lain. Untuk itu pengembangannya harus sistematis, dan terarah. Alur pengembangan juga harus disusun secara teliti dan cermat. Semakin sistematis, logis dan relevan pada tema yang ditentukan, semakin berbobot pula tulisan yang dihasilkan. Tahapan dalam menyusun kerangka karangan : - Mencatat gagasan. Alat yang mudah digunakan adalah pohon pikiran (diagram yang menjelaskan gagasan-gagasan yang timbul) - Mengatur urutan gagasan. - Memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab. - Membuat kerangka yang terperinci dan lengkap. Merangka karangan yang baik adalahkerangka yang urut dan logis. Bila terdapat ide yang bersilangan, akan mempersulit proses pengembangan karangan. (karangan tidak mengalir). BAB III PENUTUP 3.1.Kesimpulan Suatu kerangka karangan terdiri dari beberapa kalimat yang kemudian disusun menjadi satu kesatuan dengan suatu kesesuaian yang kemudian membentuk paragrafparagraf, sehingga dapat terbentuk suatu karangan. Pada suatu karangan, tentunya akan mengacu pada maksud dari penulisan karangan tersebut terutama dalam menentukan topik yang ada dalam bagian karangan, sehingga pembaca dapat mengerti maksud dari karangan tersebut. Sebuah kerangka karangan tidak boleh diperlakukan sebagai suatu pedoman yang kaku, tetapi selalu dapat mengalami perubahan dan perbaikan untuk mencapai suatu bentuk yang semakin lebih sempurna. Penyusunan outline (kerangka karangan) secara garis besar dapat dilakukan dengan menggunakan pola alamiah dan pola logis. Macam– macam outline (kerangka karangan) dapat berdasarkan atas : sifat rinciannya dan berdasar perumusan teksnya. Syarat outline (kerangka karangan) yang baik adalah tesis atau pengungkapan maksud harus jelas, tiap unit hanya mengandung satu gagasan. Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis, sehingga rangkaian ide atau pikiran itu tergambar jelas. Dan, Harus menggunakan simbol yang konsisten. 15 DAFTAR PUSTAKA Budi Karyanto, umum. 2009. Bahasa Indonesia untuk perguruan tinggi. Pekalongan: STAIN Pekalongan Press. Finoza, L. (2013). Komposisi bahasa indonesia untuk mahasiswa nonjurusan bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia. Hikmat, Ade dan Nani Solihati. (2013). Bahasa Indonesia. Jakarta : Grasindo. Keraf, Gorys. (1994). Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia. Keraf, Gorys (1997). Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende-Flores, Penerbit Nusa Indah. Nursisto. (2000). Penuntun mengarang. Yogyakarta : Adicita Karya Nusa. Purwono, Y.Y. Perbedaan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Kerangka Karangan dan Dengan Menggunakan Media Gambar Pada Siswa SD Kelas VI Studi Kasusu: SD Maria Assumpta Klaten. Rahardi, K. (2009). Bahasa Indonesia untuk perguruan tinggi. Jakarta: Erlangga. Widyamartaya, A. (1990). Seni Menuangkan Gagasan.Yogyakarta : Kanisius.