PROBLEM IDENTIFICATION Mr. Budi 55 tahun CHIEF COMPLAINT : Chest pain selama 1 jam. Chest pain (terasa ditekan) terjadi secara mendadak di dada kiri, setelah bangun tidur pada pagi hari. Ada keringat dan kelemasan. Kali ini merupakan yang ketiga kalinya dirawat di rumah sakit Past History : - (2007) adanya nyeri dengan sensasi seperti terbakar yang terjadi secara episodic, di area retrosternal dan menjalar ke leher dan lengan kiri - nyeri ini terjadi jika melakukan kegiatan, setelah makan dan ketika terlalu senang - nyeri ini tidak dipengaruhi oleh perubahan posisi tubuh, bernafas atau konsumsi antacid - nyeri ini terjadi tidak lebih dari 10 menit - jika istirahat atau meminum nitroglyserine sakit akan hilang 2-3 menit kemudian - punya 2 faktor resiko CAD (DM, riwayat keluarga yang meninggal karena penyakit jantung) - nyeri semakin tambah parah. Muncul meskipun hanya sedikit kegiatan (jalan kaki 500 meter atau menggosok gigi - tidak ada pingsan, dyspnea saat aktifitas, orthopnea, edema atau nyeri saat istirahat - (mei, 2008) melakukan operasi coronary angioplasty dan pemasangan stent di LAD arteri koroner. Keluar dari rumah sakit 2 hari setelah operasi. - (february, 2011) pasien melakukan test treadmill dengan hasil 9 menit 42 detik sudah lelah dan HR max 150 - tidak ada keluhan nyeri dada saat test - EKG normal - Selama 3 tahun tidak ada gejala sampai pagi hari ini mengeluhkan adanya rasa sakit pada dada sisi kanan PE : - BP 180/100 (meningkat), pulse rate 100bpm (batas maximal) dan regular, - terlihat obese dan adanya sesak napas - auskultasi dada : ada diffuse rales - pemeriksaan jantung : PMI terpalpasi di ICS V LMCS (ada pembesaran), terdengar suara S3 tapi tidak ada murmur LAB : - Leukosit meningkat Pemeriksaan penunjang : - EKG : ST elevation pada lead II, III dan AVF), P-R interval memanjang - Kolesterol dalam serum : kolesterol total 280 mg/dl (meningkat), HDL 24 mg/dl(menurun), LDL 180 mg/dl (meningkat), TAG 250 mg/dl (meningkat) 1|KELOMPOK L - Glukosa darah puasa 190 mg/dl (meningkat) - Enzyme dalam serum : CK/CKMB pada waktu 3 jam setelah onset (kurang dari 2 kali normal), pada waktu 8 jam setelah onset (meningkat lebih dari 2 kali normal) Treatment : - diberi streptokinase 1,5 juta unit di ruang UGD, lalu dipindahkan ke CCU (Coronary Care Unit). - di CCU dilakukan perawatan berupa istirahat, semi fowler position, morphine, aspirin, diazepam dan nasal oksigen. P-R interval memanjang dalam 2 hari. 3 detak jantung prematur diobati dengan memberikan amiodarone secara IV drip. - kondisi terlihat membaik, lalu pada hari ketiga dipindahkan ke Intermediate Care Unit (ICU) - pada hari kelima kolaps, resusitasi gagal lalu meninggal AUTOPSI - berat jantung 445 gr, ada penebalan ventrikel jantung (2,2cm) - rupture (4,3cm) dinding posterior ventrikel kiri jantung sehingga didapatkan darah (600ml) pada pericardium, Right Coronary Artery terdapat oklusi oleh old thrombus, pada tempat rupture ada transmural softened zone (2*3cm), area yang berwarna kuning dikelilingi area berwarna abu-abu dengan heperemia focal. - pada liver ditemukan adanya tampakan Nutmeg 2|KELOMPOK L BAB 1 BASIC SCIENCE A. VASKULARISASI DAN CORONARY JANTUNG Endokardium dapat menerima oksigen dan nutrisi dari difusi langsung dari chamber jantung. Tapi subendokardium, myokardium, dan epicardium dapat menerima oksigen dan nutrisi dari sirkulasi coronary. Arteri koroner merupakan cabang dari aorta. Arteri koroner termasuk kedalam jenis arteri muskular. Lapisan di arteri koroner ada 3 lapis. Seperti lapisan pembuluh darah pada umumnya. Tunika Intima terdiri dari : endotel (menghasilkan antitrombotik agent), subendotel (tersusun dari jaringan ikat), smooth muscle cell, internal elastic lamina. Tunika Media terdiri dari sekitar 40 lapis otot polos dan jaringan ikat (elastic fiber, collagen, proteoglycan), external elastic lamina Tunika Adventitia terdiri dari : terdiri dari jaringan fibrosa (collagen & fiber elastik), diselimuti Vasa Vasorum sebagai pemberi nutrisi untuk arteri koronernya sendiri. Jika ada masalah dalam arteri koroner, akan ada bantuan dari kolateral arteri untuk membantu supply ke jantung (KOLATERALISASI). Kolateralisasi tersebut merupakan arteriogenesis dan angiogenesis yang tidak mudah rapuh. 3|KELOMPOK L 4|KELOMPOK L B. FISIOLOGI Myocardial Oxygen Supply Supply oksigen ke myocardium bergantung pada: 1. Kadar oksigen, konsenterasi Hb dan tingkat oksigenasi sistemik 2. Kecepatan aliran darah coroner Dimana Q=P/Ryang Q= coronary artery flow P= tekanan pembuluh darah, yang dipengaruhi oleh aortic diastolic preasure R= resistensi coronary R ini dipengaruhi oleh: 1. External compression a. Myocardium berkontraksi, terutama pada saat systole b. Intramyocardial preassure yang tinggi 2. Intrinsic coronary tone a. Metabolic factor b. Endothelial factor: NO, prostacyclin, EDHF, endotelin 1 c. Neural factor: didominasi oleh simpatis dan parasimpatis danterdapatnya a2-b2 adrenergic reseptor Myocardial Oxygen Demand Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen myocardium: 1. Ventricular wall stress 2. Heart rate 3. Contractility (inotropic state) Dimana a= Pxr/2h yang a= ventricular wall stress P= intraventricular preassure r= radius of ventricular h= ventricular wall thickness Myocardial supply and demand ini diejeksikan saat keadaan jantung diastole. Pada saat diastole inilah aliran darah akan dapat masuk ke myocardium. Respon imun terhadap antigen jaringan sendiri yang disebabkan adanya kegagalan mekanisme normal yang berperan untuk mempertahankan self-tolerance sel B, sel T, atau keduanya (hilangnya self-tolerance tubuh). (UI) Melibatkan terjadinya kerusakan sel yang terjadi saat limfosit atau antibodi berikatan dengan antigen membran sel yang menyebabkan lisis atau respon inflamasi. (Kuby) 5|KELOMPOK L Cardiac Continuum C. REVIEW STRUKTUR ENDHOTELIAL - Tunika intima: single layer, fungsi untuk metabolically active barrier antara circulasi darah dan vessel wall - Tunia media: tebal, dibatasi internal elastika lamina, memiliki smooth muscle (prominent di arteriole), memiliki ECM dan berfungsi sebagai kontraktil, elastic function Tunika adventitia: nerve, lymph, vasa vasorum Sel endotel = metabolic signaling function, yang meregulasi sistem imun dan memproduksi vasodilator (NO, Prostaglandyn), vasokonstriktor (endotelin) dan memproduksi molecule antitrombothic untuk mencegah clotting. Peran di atherogenesis, dengan respon local injury yang mengeluarkan chemokine dan akan mengikat WBC di area injury Vascular smooth muscle cell = produksi collagen, elastin, proteoglycan membentuk vascularECM, dan sintesis vasoactive, mediator inflamasi IL-6, TNFalfa, peran di atherosclerosis plaque yang cytokine ini akan mempromote proliferasi leukosit dan induce untuk adhesi leukosit - - 6|KELOMPOK L D. ATHEROSCLEROSIS Definisi: Penebalan dan pengerasan dari pembuluh darah karena akumulasi lipid oleh makrofag. Faktor resiko: risk dislipidemia Tobacco smoking Hipertensi diabetes Penurunan physical activity Status estrogen 7|KELOMPOK L Non traditional risk faktor Peningkatan CRP Peningkatan serum fibrinogen Resistensi insulin Oxidative stress Infeksi Periodontal disease Proses: - - - - Adanya endotelial injury , dimana menyebabkan tidak adanya yang mengeluarkan antitrombotic dan vasodilatasi. Menyebabkan peningkatan ROS dan menstimulasi terjadinya inflamasi yang mengeluarkan cytokine, TNF alfa, IFN gama, IL-1, toxic oxigen radical dan heat shock protein. Juga menyebabkan lemahnya barrier permeabilitas sehinggal LDL masuk ke tunica intima, dan akan terakumulasi di subendotelial space yang akan melakukan trapping dengan proteoglycan komponen ECM. Efek dari stimulasi lainnya, adalah peningkatan produksi adhesion cell untuk recruitment dari leukosit, terutama monosit dan limfosit T, dengan ekspresi dari LAM (Leukosit adhesi molecule) seperti VCAM,ICAM, P dan E selectin dan ekspresi chemoatractan signal seperti: MCP-1, IL-8, IFN. Sehingga akan melakukan diapedesis ke subendotelial space, dimana monosit sendiri akan berdiferensiasi menjadi makrofag dan akan memakan lipoprotein tadi yaitu LDL. Sehingga akan terbentuk FOAM CELL dan yang terakumulasi akan menjadi FATTY STREAK. Yang menyebabkan pengeluaran dari cytokine sehingga meningkatkan stimulasi dan juga pengeluaran PDGF, dan tissue factor sehingga terjadi trombosis dan aktvasi plateler dan libatkan heparinase dan efeknya penurunan heparan sulfat 8|KELOMPOK L - - - Plaque yang sudah terbentuk dapat semakin protusi ke pembuluh darah sehingga dapat memunculkan berbagai manfes seperti: 1) Lemahnya dinding pembuluh darah sehingga terjadi aneurysm 2) Obstruksi aliran darah terutama ke distal saat exercise sehingga terjadi angina dan intermitter claudication 3) Efek terganggunya aliran ke otak dapat menyebabkan stroke Plaque ini dapat mengalami disruption/rupture/ complicated plaque karena peran dari limfosit T, yang pengaruhi smooth muscle agar terhambat produksi collagen dan elastin, lalu stimulasi CD40L ke foam cell untuk produksi MMP, cathepsin untuk degradasi endotel Efek plaque yg ruptur, dan ke jaringan akan menstimulasi terjadinya adhesi platelet, inisiasi clotting cascade sehingga terjadi rapid trombus formation, sehingga terjadinya ischemia dan infark. 9|KELOMPOK L E. DD NYERI DADA SYSTEM CARDIAC SYNDROME Angina Rest or unstable angina Myocardial Infarction Pericarditis VASCULAR Aortic Dissection Pulmonary Embolism Pulmonary Hypertension MUSCULOSKELETAL Costochondritis CLINICAL DESCRIPTION Rasa tertekan di dada bagian retrosternal , seperti terbakar dan berat yang menjalar ke leher , rahang , epigastrium bahu dan lengan kiri Sama dengan angina , bisa lebih parah KEY DISTINGUISHING FEATURES -Disebabkan oleh exercise , udara dingin , emotional stress -Durasi 2-10 menit Sama dengan angina , bisa lebih parah -Onset tiba-tiba , ≥ 30 menit , berhubungan dengan shortness of breath , weakness , nausea dan vomiting -Typical < 2o menit -Onset tiba-tiba , saat beraktivitas ringan maupun beristirahat Sharp , pleuritic pain yang dipicu -Pericardial friction rub oleh perubahan posisi dan durasi bervariasi Excruciating , ripping pain dengan -Biasanya muncul pada kondisi onset tiba-tiba di dada anterior ke hipertensi atau underlying punggung connective tissue disorder Localized pleuritic pain , onset tiba-Dyspnea , tachypnea , tachycardia tiba dengan dyspnea dan tanda gagal jantung kanan Tekanan pada daerah substernal , -Pain berhubungan dengan dyspnea diperparah dengan aktivitas dan tanda pulmonary hipertension Sudden onset of Intensive fleeting -Beberapa pasien terdapat pain pembengkakan dan inflamasi di costochondral joint Cervical disc Disease Sudden onset of fleeting pain -Dihasilkan dari pergerakan leher Trauma Constant pain -Dihasilkan dari palpasi atau pergerakan dinding dada atau lengan INFECTION Herpes Zoster PHYSCHOLOGICAL Panic Disorder Prolonged burning pain sesuai distribusi dermatom Dada sakit atau sesak , biasanya terdapat dyspnea dan bertahan ≥ 30 menit , tidak berhubungan dengan aktivitas dan pergerakan -Vesiel , kemerahan , sesuai dengan distribusi dermatom -Kemungkinan terdapat emotional stress 10 | K E L O M P O K L PULMONARY GASTROINTESTINAL Pleuritis and or Pneumonia Pleuritic pain , biasanya sebentar dan area nyeri meluas -Pain pleuritic & lateral to midline , berhubungan dengan dyspnea Tracheobronchitis Rasa terbakar di daerah midline -Midline location , berhubungan dengan batuk Spontaneous Pneumothorax Unilateral pleuritic pain , onset tibatiba dan dyspnea -Abrupt onset of dyspnea & pain Esophageal Reflux Burning substernal & epigastric Durasi 10-60 menit -Dipicu oleh makan yang terlalu panas atau dingin & tidur setelah makan -Relieved by antacid Peptic Ulcer Rasa terbakar yang berkepanjangan di epigastric atau substernal -Berkurang dengan makan dan meminum antacid Gallbladder Disease Prolonged epigastric atau right upper quadrant pain -Tidak ada pemicu Pancreatitis Prolonged , intense epigastric dan substernal -Faktor resiko : konsumsi alkohol , hypertriglyceridemia dan konsumsi obat-obatan Klasifikasi Angina Klasifikasi Gambar Karakteristik Stable angina Terjadi penyempitan lumen dan vasokonstriksi yang tidak tepat Unstable Terjadi rupture plaque, aggregasi platelet, pembentukan thrombus dan vasokontriksi angina pada lumen pembuluh darah. Variant Tidak ditemukan plaque, angina varian terjadi akibat adanya vasospasme pada lumen. angina Angina varian biasa terjadi saat istirahat karena adanya penurunan suplai myocardial. Silent angina - Tidak adanya nyeri atau ketidaknyamanan pada dada saat terjadi ischemia myocardial Syndrome X - Pasien memiliki gejala angina pectoris tetapi tidak ditemukan stenoses coronary pada angiogram Faktor Resiko Penyakit Jantung Sangat berhubungan dengan atherosclerosis. A. Modifiable (yang dapat dirubah) seperti : 1. Dislipidemia 2. Merokok 3. Hipertensi 4. Diabetes Mellitus 5. Kurangnya aktivitas fisik B. Non-Modifiable (yang tidak dapat dirubah) seperti : 1. Umur 2. Jenis kelamin (laki-laki lebih sering terkena penyakit jantung) 3. Riwayat keluarga yang memiliki penyakit jantung 11 | K E L O M P O K L BAB 2 KASUS A. Perbedaan Ischemia dan Infark Ishemia= defisiensi darah pada suatu bagian, biasanya akibat konstriksi fungsional/obstruksi actual pembuluh darah. Infark= daerah nekrosis iskemik terbatas yang disebabkan oleh penurunan supplai arteri/aliran vena pada bagian tersebut. B. Klasifikasi Hipertensi 12 | K E L O M P O K L C. Klasifikasi Obesitas Obesitas dapat dibagi menjadi beberapa derajat berdasarkan persen kelebihan lemak (Misnadiarly, 2007). Antara lain : Mild obesity Dikatakan mild obesity bila berat badan individu antara 20-30% di atas berat badan ideal. Moderate obesity Apabila berat badan individu antara 30-60% di atas berat badan ideal. Morbid Penderita-penderita obesitas yang berat badannya 60% atau lebih di atas berat badan ideal. Pada derajat ini risiko mengalami gangguan respirasi, gagal jantung, dan kematian mendadak meningkat dengan tajam. D. Coronary Artery Disease Definisi CAD adalah dikarakteristikkan dengan obstruksi coronary arteri, paling sering oleh atheromatous plaque, irrespective of the occurrence of symptoms and signs. Etiologi Penyebab CAD selain atherosclerotic : 1. Congenital abnormality of the coronary artery 2. Myocardial bridging 3. Coronary arteritis 4. Radiation-induced coronary disease 5. Vasospasm in non-disease coronary arteries 6. Emboli to coronary arteries Epidemiologi - 13.200.000 orang amerika menderita CAD, 6.500.000 mengalami anigina pectoris dan 7.200.000 mengalami myocardial infarction. - Lifetime resiko untuk berkembang menjadi symptom setelah usia 40 ♂ (49%) dan ♀ (32%). - Pada 2003, CAD merupakan 53% penyebab seluruh kematian dengan cardiovascular disease. - Diperkirakan tiap 26 second, seseorang di US akan menderita coronay evebt dan tiap 60 second coronary evebt akan menghasilkan outcome fatal. - Ischemic heart disease sekarang ini merupakan pencetus kematian di seluruh dunia dan diperkirakan rata-rata CAD akan berkembang capat pada decade berikutnya, dengan kontribusi factor : (1) aging of population (2) alarming increase in worldwide prevalence of obesity 13 | K E L O M P O K L (3) type 2 diabetes (4) metabolic syndrome, dan factor resiko ini juga meningkat pada usia muda. WHO memperkirakan pada 2020, jumlah global kematian dari CAD akan meningkat dari 7,2 juta (2002) menjadi 11,1 juta. - Faktor Resiko Risk Factor For Coronary Artery Disease Risk Factor Traditional Novel Dyslipidemia Homocycstein Hypertension Fibrinogen Smoking Lp(a) Insulin resistence and diabetes hs-CRP Obesity ICAM-1 Hormone status PAI-1 Ohysical inactivity t-PA Family history of CAD Four Basic Categories of Risk Factor Categories Risk Factor Predisposing factors Age, sex, family history, genes. Risk-modifying behaviors Smoking, atherogenic diet, alcohol intake, physical inactivity. Metabolic risk factor Dyslipidemia, hypertension, diabetes, obesity, metabolic syndrome. Disease markers Calcium score, catherization result, dtress test result, LVH on echocardiography, personal history of cardiovascular disease (prior MI or stroke, angina, peripheral vascular 14 | K E L O M P O K L disease), inflammatory state. Classification of Risk Fact on the Responsiveness to Intervention Category I Intervention have been proved to lower risk: smoking, LDL-C, high cholesterol siet, hypertension, left ventricular hypertrophy. Category II Intervention are likely to lower risk : diabetes, HDL-C, physical inactivity, triglyceride, small-dense LDL, obesitypostmenopause status. Category III Risk modification might lower risk : psychosocial factor, Lp(a), homocystein, oxidative stress, no alcohol consumption. Category IV Risk factor cannot be modified : age, male gender, low socioeconomic status, family history of early onset of CVD Risk Factor for Coronary Artery Disease Major Modifiable Nonmodifiable Advance age Dyslipidemia Sex Hypertention Family history Cigarette smoking Genes Diabetes & inslin resistance Obesity Life style Atherogenic diet Minor Increase serum marker for inflamation and thrombosis Hyperhomocysteinemia Infection 15 | K E L O M P O K L Patgen dan Patfis Atherosclerosis Plaque rupture Intraplaque hemorrhage Release of tissue factor ↓Vessel lumen diameter Activation of coagulation cascade Exposure of subendothelial collagen Dysfunctional Endothelium Turbulent ↓Vasodilator ↓Antithrombotic blood effect Effect flow Platelet activation and aggregation Vasoconstriction Coronary thrombosis Small thrombus (Non-flow liliting) Partially occlusive thrombus (Transient ischemia) ST segment depression and/or T wave inversion No ECG changes (-) serum biomarkers Healing and plaque enlargement 16 | K E L O M P O K L Unstable Angina Occlusive thrombus (Prolonged ischemia) ST elevation (Q waves later) (+) serum biomarkers Non-ST-segment Elevation MI ST-segment Elevation MI Sign and Symptom - MI - Angina pectoris, iskemi ringan, angina stabil, unstable angina - IHD kronik dengan gagal jantung - Kematian jantung mendadak Diagnosis - EKG abnormalitas - Serum marker: troponin, creatinin kinase, LDH, SGOT - Chest radiography - Angiography abnormal - Stress jantung Komplikasi Infark→aritmia, ventrikel fibrilasi, dysfunction ventrikel Prognosis - 25% meninggal sebelum ke RS - Mortalitas 15-30% - < 50 tahun 10-20% - >50 tahun 20-80% Management - ACS: 1. Anti iskemik medication (b-blocker, nitrate, Ca channel blocker) 2. General measure (oxygen pain control) 3. Terapi - STEMI: aspirin, heparin, fibrinolotik drug - N-STEMI: GP IIb/ IIIa inhibitor, cardiac catheterization Klasifikasi - ACS - STEMI - N-STEMI - Angina stable - Angina unstable E. Acute Coronary Syndrome Definisi syndrome yang berkelanjutan dari unstable patttern dari angina pectorid untuk membentuk bagian yang lebih besar dari AMI (acute myocordial infark) kondisi dari irreversible necrosis pada heart muscle 17 | K E L O M P O K L Epidemiologi 1,4 juta orang di amerika terkena ACS dan 38% meninggal Etiology - Atherosclerotic plaque rupture with superimposed thrombus - Vasculitic syndromes (see Chapter 15) - Coronary embolism (e.g., from endocarditis, artifi cial heart valves) - Congenital anomalies of the coronary arteries - Coronary trauma or aneurysm - Severe coronary artery spasm (primary or cocaine-induced) - Increased blood viscosity (e.g., polycythemia vera, thrombocytosis) - Spontaneous coronary artery dissection - Markedly increased myocardial oxygen demand (e.g., severe aortic stenosis) Klasifikasi - Unstable Angina - ST elevation Myocardial Infarct - non ST elevation Myocardial Infarct Patophysiology 18 | K E L O M P O K L 19 | K E L O M P O K L ime Line in Transmural Infarction Time Event Terjadinya perkembangan setelah necrosis Early changes - 1–2 min ATP levels fall; cessation of contractility - 10 min 50% depletion of ATP; cellular edema, decreased membrane potential and - susceptibility to arrhythmias - 20–24 min Irreversible cell injury - 1–3 hr Wavy myofi bers - 4–12 hr Hemorrhage, edema, PMN infi ltration begins - 18–24 hr Coagulation necrosis (pyknotic nuclei with eosinophilic cytoplasm), edema - 2–4 days Total coagulation necrosis (no nuclei or striations, rimmed by hyperemic tissue); monocytes appear; PMN infi ltration peaks Late changes - 5–7 days Yellow softening from resorption of dead tissue by macrophages - 7" days Ventricular remodeling - 7 weeks Fibrosis and scarring complete - ATP, adenosine triphosphate; PMN, polymorphonuclear leukocyte. Clinical Feature Unstable Angina - Cressendo pattern Terjadi pada saat istirahat tanpa provokasi Dijelaskan sebagai parah, pada pasien tanpa symptomp sebelumnya dari coronary artery Myocardial Infarctgns and Symptoms o 1. 2. 3. 4. 5. Characteristic pain (Severe, persistent, typically substernal) Sympathetic effect (Diaphoresis, Cool and clammy skin) Parasympathetic (vagal effect) (Nausea, vomiting, Weakness) Inflammatory response (Mild fever) Cardiac findings S4 (and S3 if systolic dysfunction present) (Gallop) (Dyskinetic bulge (in anterior wall MI) (Systolic murmur (if mitral regurgitation or VSD) 6. Other (Pulmonary rales (if heart failure present) (Jugular venous distention (if heart failure or right ventricular MI) 20 | K E L O M P O K L BAB 3 PEMERISKSAAN A. Coronary Angioplasty Prosedur ini dapat membuka arteri yang menyempit, sehingga aliran darah ke otot jantung bisa lebih baik. Persiapan: Dengan anastesi local dan sebelumnya lakukan tes darah, ECG, angiogram. Prosedur: - Insisi kecil di arteri pada paha, lengan/pergelangan tangan - Masukan kateter via arteri yang terinsisi ke arteri coroner (kateter yang digunakan berupa balon yang dapat dipompa) - Ketika kateter sampai di pembuluh darah yang mengandung fatty deposit, balon akan dipompa perlahan untuk menekan fatty deposit, sehingga lumen pembuluh darah terbuka. - Setelah itu, balon akan dikempiskan dan dilepas, sehingga melancarkan aliran darah di arteri ke jantung - Stent biasa digunakan untuk menahan lumen arteri yang telah dibuka, setelah balon dilepas. Stent terbuat dari bahan mental yang aman, tetapi ada juga yang dilapisi obat untuk mencegah terjadinya koagulasi darah (drug-eluting stents B. Treadmill Test Treadmill test uji latih jantung beban dengan cara memberikan stress fisiologis yang dapat menyebabkan abnomalitas kardiovaskular yang tidak ditemukan pada saat istirahat. Prinsipnya adalah dengan berjalan/berlari di atas treadmill yang nantinya elektroda ditempelkan pada dada dan dihubungkan dengan EKG pada mesin pemeriksaan. Cara: 1. Anemnesa dan jelaskan tata cara, maksud, manfaat dari test (informed consent) 2. Tent. Target HR (max HR: 220-umur, submax: 85% dr target HR max) 3. Pasang elektroda dalam keadaan berbaring 4. Ukur tekanan darah awal 5. Rekam EKG 12 leads 6. Jalankan treadmill dengan kecepatan sesuai 7. Setiap 3 menit speed dan elevation akan meningkat 8. Pantau perubahan setiap 3 menitdan keluhan selama test 9. Rekam EKG 12 leads dan BP 10. Hentikan!!! Interpretasi: - > 1mm ST depression= ischemia on ECG - > 2mm ST depression= severe CAD 21 | K E L O M P O K L C. Serum Markers of Infarction Cardiac-spesific Troponins Troponin adalah protein dalam sel otot yang mengontrol interaksi antara myosin dan aktin yang terdiri dari 3 subunit: TnC, TnI, TnT. Kadar troponin I dan Troponin T didalam serum hampir tidak ada (negatif) pada orang yang sehat. Jika ada peningkatan sedikit maka penanda yang sensitif dan kuat dalam terjadinya kerusakan miosit. Sebagai catatan, bahwa troponin jantung dapat dideteksi dalam jumlah kecil dalam serum pada kondisi-kondisi lain yang menyebabkan regangan atau inflamasi jantung akut (eksaserbasi gagal jantung, miokarditis, krisis hipertensi, atau emboli paru yang menyebabkan regangan ventrikel kanan. Pada infark miokard, kadar serum troponin mulai meningkat 3-4 jam setelah awal timbulnya gejala, puncaknya antara 18 dan 36 jam dan kemudian menurun perlahan, dapat terdeteksi hingga 10-14 hari pada infark miokard yang luas. Pengukuran troponin dapat membantu untuk mendeteksi infark miokard selama hampir 2 minggu setelah terjadi. mengingat sensitifitas dan spesifitasnya yang tinggi, troponin jantung adalah biomarker serum utama dalam mendeteksi nekrosis miokard. Creatin Kinase Enzim CK secara reversibel mentransfer gugus fosfat dari creatine phosphate ke ADP untuk memproduksi ATP. Ditemukan di jantung, otot rangka, otak, dan organ lainnya sehingga kadar enzim meningkat karena salah satu jaringan tersebut. 3 isoenzim CK dapat meningkatkan spesifisitas diagnostik: CK MM (otak rangka), CK BB (otak), CK MB (jantung). CK MB dapat ditemukan sedikit dalam jaringan diluar jantung, termasuk rahim, prostat, usus, diafragma, dan lidah. CK MB juga membantu 1-3 % dari creatine kinase dalam otot rangka/skeletal. Dengan tidak adanya trauma pada organ-organ lain dan jaringan, maka 22 | K E L O M P O K L elevasi CKMB lebih mengarah pada cedera miokard. Jika menggunakan CK MB untuk diagnosis infark miokard umumnya dengan menghitung rasio CK MB terhadap CK total yang nilainya >2,5%. Kadar serum CKMB mulai naik 3-8 jam setelah infark, puncaknya pada 24 jam, dan kembali normal dalam waktu 48-72 jam. Kadar troponin dan CK MB baru mulai meningkat beberapa jam setelah timbulnya infark miokard sehingga jika nilainya normal pada pemeriksaan pertama (mis: dirumah sakit gawat darurat) maka belum bisa menyingkirkan adanya infark miokard akut, dapat diulang 3-6 jam kemudian. Iskemia pada gambaran EKG 1. Depresi ST (ciri khas/ dasar iskemia miokard) Ada 3 macam jenis depresi ST: a. Horizontal b. Landai ke bawah c. Landai ke atas 2. Inversi T Gelombang T yang negatif (vektor T berlawanan arah dengan vektor QRS) bisa terdapat pada iskemia miokard tidak terlalu spesifik . yang lebih spesifik ialah gelombang T ini simetris dan berujung lancip. 3. Inversi U Gelombang U yang negatif (terhadap 1) cukup spesifik untuk iskemia miokard. Pengaruh elektrolit terhadap perubahan EKG Elektrolit memiliki peranan penting pada otot jantung. Kelebihan atau kekurangan jumlah elektrolit akan menyebabkan perubahan pada elektrofisiologi jantung yang akan mengakibatkan perubahan dalam rekam jantung (EKG) 1. Hiperkalemia T menjadi tinggi dan lancip R menjadi lebih pendek QRS menjadi lebih lebar QRS bersatu dengan T, sehingga segmen ST hilang P mengecil dan akhirnya menghilang 2. Hipokalemia U menjadi prominen T menjadi datar dan akhirnya terbalik Depresi ST Interval PR memanjang Sering U yang prominen dikira T sehingga seolah-olah interval QT memanjang. 3. Hiperkalsemia Kelainan EKG yang terpenting ialah interval QT yang memendek 23 | K E L O M P O K L 4. Hipokalsemia Kelainan EKG yang terpenting ialah perpanjangan segmen ST, sehingga interval QT memanjang. Pemeriksaan lab untuk penyakit jantung koroner Cholesterol total Jumlah kolesterol yang terdapat di dalam sermua lipropotein tubuh (semua jenis kolesterol dan trigliserida), mendeteksi gangguan metabolisme lemak dan menentukan faktor resiko penyakit jantung koroner. HDL Memprediksi terjadinya arteroslerosis dan resiko penyakit jantung koroner LDL Mendeteksi gangguan metabolisme lemak, menentukan faktor resiko penyakit jantung koroner, dan memantau terapi penurunan lipid. Trigliserida Menentukan faktor resiko independent untuk penyakit jantung koroner dan menentukan. Mendeteksi sindrom metabolik CRP Penanda inflamasi, berkaitam dengan perkembangan arterosklerosis, mempengaruhi stabilitas plak arterosklerosis D. Interpretasi Autopsy Berat jantung normal 445 gr, ketebalan left ventricle 2,2 cm thickness. Berat jantung normal adalah 250-300 gr. - Jantung mengalami penebalan dan pembesaran. Pericardium berisi 600 mL darah dari rupture 4,3 cm di posterior wall dari left ventricle - Merupakan ciri khas komplikasi ventricular free wall rupture. - Komplikasi yang jarang tapi mematikan - Rupture LV wall melalui sobekan myocardium yang necrosis - Biasanya terjadi 2 minggu setelah Myocardium Infarct. - Rupture inilah yang mengakibatkan cardiac tamponade, yaitu kondisi kompresi jantung karena pengumpulan cairan atau darah di pericardial cavity - Volume cardia tamponade >200 mL dapat mengancam jiwa karena sudah dapat mengakibatkan kekakuan pada jantung. - Normal volume pada pericardial cavity adalah 10-15 mL. Right coronary artery wall totally occluded by old thrombus - Merupakan thrombus yang terbentuk akibat rupture nya atherosclerosis - Merupakan ciri khas ACS STEMI 24 | K E L O M P O K L Transmural softened zone 2 x3 cm, irregularly yellow area were surrounded by grayish zone with focal hyperemia. - Merupakan kondisi necrosis pada ventricular wall Nutmeg appearance liver - Terdapat white area yang dikelilingi oleh red area. - Kondisi ini diakibatkan congested liver yang seringnya diakibatkan oleh heart failure.. BAB 4 OBAT-OBATAN A. NITROGLYCERINE Golongan Nitrates dan Nitrit Merupakan nitric dan nitrous acid esters of polyalcohol. Nitroglycerine merupakan obat tablet sublingual yang potensinya akan berkurang jika disimpan pada permukaan plastic, oleh karena itu sebaiknya disimpan dalam botol kaca. Farmakokinetik Dihati terdapat organic nitrate reductase dalam jumlah besar yang dapat membuang nitrate group dan inaktivasi obat ini. Bioavailibilitas peroral hanya <10-20% oleh karena itu rute sublingual dianjurkan untuk menghindari first pass metabolism tersebut, tujuannya untuk mencapai dosis terapeutik dalam darah dalam beberapa menit. Total durasi efeknya cukup singkat selama 15-30 menit, dapat diperlama dengan pemberian dosis cukup secara peroral atau rute lain seperti transdermal dan buccal (slow release preparation). Ekskresi dalam bentuk glucuronide derivate of denitrate metabolite di ginjal Farmakodinamik MOA smooth muscle : Nitroglycerin denitrated oleh glutathione S-transferase → free nitrate ion released → diconverted jadi Nitrit oxide → aktivasi guanylyl cyclase dan ↑cAMP → smooth muscle relaxation Efek pada system organ -vascular smooth muscle, semua vascular dari arteri besar sampai vena besar akan relaksasi oleh nitrogliserin. Efek utama ditandai dengan relaksasi vena sehingga ↓ preload ventrikel, ↓ tekanan vascular pulmonal, ↓ ukuran jantung, ↓ CO -other smooth muscle, relaksasi otot bronkus, GI tract (billiary system), genitourinary (ereksi) 25 | K E L O M P O K L Efek samping Kompensasi vasodilatornya menyebabkan takikardi dan headache Kontraindikasi Pada tekanan tinggi intracranial B. MORFIN Meskipun morfin dapat dibuat secara sintetik, tetapi secara komersial lebih mudah dan menguntungkan, yang dibuat dari bahan getah papaver somniferum. Morfin paling mudah larut dalam air dibandingkan golongan opioid lain dan kerja analgesinya cukup panjang (long acting). Efek kerja dari morfin (dan juga opioid pada umumnya) relatife selektif, yakni tidak begitu mempengaharui unsur sensoris lain, yaitu rasa raba, rasa getar (vibrasi), penglihatan dan pendengaran ; bahakan persepsi nyeripun tidak selalu hilang setelah pemberian morfin dosis terapi. Efek analgesi morfin timbul berdasarkan 3 mekanisme ; (1) morfin meninggikan ambang rangsang nyeri ; (2) morfin dapat mempengaharui emosi, artinya morfin dapat mengubah reaksi yang timbul dikorteks serebri pada waktu persepsi nyeri diterima oleh korteks serebri dari thalamus ; (3) morfin memudahkan tidur dan pada waktu tidur ambang rangsang nyeri meningkat. Farmakodinamik Efek morfin terjadi pada susunan syaraf pusat dan organ yang mengandung otot polos. Efek morfin pada system syaraf pusat mempunyai dua sifat yaitu depresi dan stimulasi. Digolongkan depresi yaitu analgesia, sedasi, perubahan emosi, hipoventilasi alveolar. Stimulasi termasuk stimulasi parasimpatis, miosis, mual muntah, hiper aktif reflek spinal, konvulsi dan sekresi hormone anti diuretika (ADH).2, 3, 4, 6 Farmakokinetik Morfin tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi dapat menembus kulit yang luka. Morfin juga dapat mmenembus mukosa. Morfin dapat diabsorsi usus, tetapi efek analgesik setelah pemberian oral jauh lebih rendah daripada efek analgesik yang timbul setelah pemberian parenteral dengan dosis yang sama. Morfin dapat melewati sawar uri dan mempengaharui janin. Ekresi morfin terutama melalui ginjal. Sebagian kecil morfin bebas ditemukan dalam tinja dan keringat.2, 3, 4, 6 Indikasi Morfin dan opioid lain terutama diidentifikasikan untuk meredakan atau menghilangkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati dengan analgesik non-opioid. Lebih hebat nyerinya makin besar dosis yang diperlukan. Morfin sering diperlukan untuk nyeri yang menyertai ; 26 | K E L O M P O K L (1) Infark miokard ; (2) Neoplasma ; (3) Kolik renal atau kolik empedu ; (4) Oklusi akut pembuluh darah perifer, pulmonal atau koroner ; (5) Perikarditis akut, pleuritis dan pneumotorak spontan ; (6) Nyeri akibat trauma misalnya luka bakar, fraktur dan nyeri pasca bedah. Efek samping Efek samping morfin (dan derivat opioid pada umumnya) meliputi depresi pernafasan, nausea, vomitus, dizzines, mental berkabut, disforia, pruritus, konstipasi kenaikkan tekanan pada traktus bilier, retensi urin, dan hipotensi. Dosis dan sediaan Morfin tersedia dalam tablet, injeksi, supositoria. Morfin oral dalam bentuk larutan diberikan teratur dalam tiap 4 jam. Dosis anjuran untuk menghilangkan atau mengguranggi nyeri sedang adalah 0,1-0,2 mg/ kg BB. Untuk nyeri hebat pada dewasa 1-2 mg intravena dan dapat diulang sesuai yamg diperlukan.2 C. DIAZEPAM Golongan : Benzodiazepam drug Farmakokinetik : -80-90% absorbs baik di liver dan cepat Indikasi : anyi anestesi, ansietas, terapi tambahan untuk meringankan spasm otot rangka Kontra indikasi : hipsen, glaucoma, dperesi pernapasan, wanita hamil dan menyusui Sediaan : tablet, IV, parectal Dosis : 2-10 mg/hari 2-4x sehari Efek samping : mengantuk, erupsi pada kulit, edema, mual, muntah, amnesia dan hipotensi. D. Streptokinase Class : fibrinolytic drug MoA : secara cepat melisiskan thrombi dengan mengkatalase pembentukan serin protease plasmin dari precusornya plasminogen Efek : membantu dalam dissolution of clot Indikasi : pulmonary embolism, severe deep venousm thrombosis, AMI, arterial thrombus Efek samping : bleeding dan reaksi alergi Kontra indikasi : active internal bleeding dan intracranial hemorrage 27 | K E L O M P O K L E. AMIODARON Merupakan obat golongan kelas III yang mempunyai kemampuan memperpanjang lama potensial aksi dan refractoriness serabut purkinje dan serabut otot ventrikel. Absorpsi : lambat dan tidak sempurna pada pemberian peroral Bioavailabilitas : sekitar 30%, pada pemberian peroral kadar puncak tercapai setelah 5-6 jam. Metabolisme : lambat, dihati Waktu paruh : panjang, 25-26 hari Sediaan : tablet 200mg, injeksi 150 mg/3ml Indikasi : digunakan untuk mengobati ventricular tachycardi atau fibrilasi ventrikular. Kontra indikasi : - Sinus bradikardi - Blok SA node - Blok AV node - Sick sinus syndrome - Gangguan fungsi tiroid - Wanita hamil dan menyusui Dosis : Dosis awal : tablet 600-800 mg/hari selama 4 minggu injeksi 5mg/kgBB dengan infus 20 menit-2 jam dapat diulang 2-3x/hari dosis pemeliharaan : tablet 100-400 mg/hari injeksi 10-20 mg/kgBB/24 jam efek samping : - Hipotensi - Pusing - Insomnia - Gangguan ingatan - Peripheral neurophaty - Fotosensitivitas - Nausea - Vomit - Anoreksia - Konstipasi - Gangguan hati 28 | K E L O M P O K L MONA (morphine, oxygen, nitrit, aspirin) Oxygen Diberikan pada pasien hipoksemia dengan STEMI, abnormalitas ventilasi-perfusi yang squelae kegagalan ventrikel kiri, pneumonia dan penyakit paru intrinsik. Terapi diberikan pada pasien dengan saturasi oxygen arteri < 90%. Diberikan 2-4 liter/menit dari 100% oxygen selama 6-12 jam melalui masker oxygen atau nasal prongs. Pasien rawat inap dengan STEMI diberikan oxygen paling sedikit 24-48 jam. Pemberian oxygen ini dapat melindungi miokardium iskemik. Aspirin Merupakan obat antiplatelet. MOA : Aspirin menghambat TXA2 dengan cara tidak dibentuknya COX-I sehingga tidak terjadi recrutment platelet dan aktivasi platelet. Dosis : 75-325 mg/hari Indikasi : - Mencegah kambuh MI fatal non fatal - Coronary artery disease - Peripheral vascular disease Efek samping : - Tidak enak perut - Mual - Perdarahan saluran cerna - Kombinasi dengan bersama heparin akan meningkatkan perdarahan. 29 | K E L O M P O K L BAB 5 PATOMEKANISME Mr. Budi (55) ↓ dislipidemia 2007 diabetes riwayat keluarga Atherosclerosis Sumbatan pemb. darah ↓ Supply O2 ke myocardium ↓ ↑ aktivitas fisik ↓ bersemangat Myocarsial ischemi ↓ ↓ ↑ demand O2 myocardium Metabolisme anaerob ↓ Akumulasi laktat dan hidrogen ↓ Menstimulasi kemosensitif- mekanosensitif reseptor ↓ Menstimulasi pelepasan bradikinin, adenosin sympathetic ↓ C3- T4 ↓ Bersinaps ke somatic fiber ↓ Anginal pain Episodic burning pain di retrosternal 30 | K E L O M P O K L endothelial dysfunction ↓ × vasodilatasi makan ↓ vaskularisasi/ sirkulasi ke GI (fokus) ↓ ↓ sirkulasi O2 ke jantung vagal ↓ bersinap di nucleus traktus solitarius di MO ↓ Descending ke Upper cervical Spinothalamic tract ↓ Anginal pain Menjalar ke leher Dan left arm Diberi nitroglycerine ↓ Anginal pectoris (stable angina) ↓ Vasodilatasi ↓ Demand O2 terpenuhi ↓ Sembuh Sakit ≤ 10 menit 2008 Plaque rupture ↓ Collagen dan VWF terekspose ↓ Deposisi fibrin dan platelet ↓ Trombus formation ↓ Menutup pembuluh darah ( >70%) incomplete ↓ Acute coronary syndrome ↓ Transient ischemi ↓ grade 3 : Unstable angina coronary angioplasty& stent sakit dada, muncul pada saat di anterior descending aktivitas ringan, berjalan 500 m, Coronary artery menggosok gigi myocardial dysfunction ↓ Kontraksi lemah ↓ Volume ventrikel ↑ ↓ Overload dilatasi ventrikel ↓ CO (↓) 31 | K E L O M P O K L trombus membentuk emboli ↓ Ischemi terus menerus ↓ Myocardial infark ↓ ↓ supply O2 ke myocardium ↓ Anginal pain ↓ Mengaktivasi sympathetic nerve Streptokinase - ST elevasi - PR interval memanjang - CK/ CKMB (+) ↓ Kontraksi (↑) Berkeringat ↓ ↓ Mudah rapuh → ruptur Kulit lembab ↓ Darah masuk ke pericardium (tamponade) ↓ Darah tidak masuk ke aorta ↓ Darah ke seluruh tubuh ↓ ↓ Darah ke otak ↓ ↓ Meninggal BHP - IIMC - - hormon stress di adrenal & memblok β- cell pada pankreas ↓ Gula darah ↑ (190) Menjelaskan kepada keluarga pasien bagaimana kronologi kejadian pasien sampai meninggal Melakukan otopsi jantung dengan persetujuan tertulis ahli waris/ ahli warisnya sendiri yang meminta nya Pasal 134 KUHAP 1. Dalam hal sangat diperlukan untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, wajib memberitahukan terlebih dahulu pada keluarga pasien 2. Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut Al- Imran : 145 “sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Alloh, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya ...” Al- Anaam : 2 “dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukan ajalnya, dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan (untuk berbangkit) yang ada pada sisi- Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya) 32 | K E L O M P O K L 33 | K E L O M P O K L BLOKADE INDUKSI Blokade Induksi adalah setiap obstruksi atau perlambatan pada jalur konduksi listrik normal Terdapat tiga tipe blockade konduksi berdasarkan lokasi anatomiknya : 1. Blokade Nodus Sinus Pada keadaan ini nodus sinus mencetuskan impuls seperti biasa, tetapi gelombang depolarisasi segera di blockade dan tidak dihantarkan ke Atrium. Pada EKG tampak seperti jeda pada siklus jantung normal. 2. Blokade AV 3. Blokade cabang berkas 2. Blokade AV Ada 3 varian blockade AV : a. b. Blokade AV derajat pertama Ditandai dengan adanya memanjangnya perlambatan konduksi pada nodus AV Untuk mendiagnosis hanya perlu interval PR yang lebih lama dari 0.2s Walaupun ada hambatan di nodus AV, setiap impuls atrium akhirnya berhasil melewati nodus AV untuk mengaktivasi ventrikel Blockade AV pertama bukan benar-benar blockade, lebih berupa perlambatan konduksi Setiap kompleks QRS didahului dengan P tunggal Dijumpai pada jantung normal Merupakan tanda awal penyakit degenerative system konduksi atau manifestasi sesaat miokarditis atau toksisitas obat Blokade AV derajat II Tidak semua impuls atrium mampu melewati nodus AV menuju ventrikel Gelombang P gagal dihantarkan ke Ventrikel rasio P dengan QRS lebih dari 1:1 Terdapat dua tipe : Blokade Wenckebach ( Blokade AV tipe II Mobitz tipe I) - - hampir selalu disebabkan oleh blockade didalam nodus sinus efeknya bersifat unik blockade atau hambatan bervariasi, bertambah kuat pada setiap impuls berikutnya setiap impuls atrium berurutan mengalami perlambatan yang semakin panjang dinodus AV sampai suatu saat satu impuls (biasanya impuls ketiga atau keempat) gagal melewatinya gambaran pada EKG pemanjangan gelombang PR yang progresif pada setiap denyut dan kemudian ada gelombang P yang tidak diikuti QRS Blokade Mobitz tipe II 34 | K E L O M P O K L disebabkan oleh blockade dibawah nodus AV pada berkas His hamper sama dengan blockade Wenckebach, tapi tidak ada pemajangan PR konduksinya lebih berupa all-or-none EKG menunjukan dua atau lebih denyut normal dengan interval PR normal kemudian gelombang P tidak diikuti QRS - Rasio gelombang P dengan kompleks QRS berubah ubah mulai 2:1-3:1 Blokade AV derajat 3 Adalah rajanya blockade jantung Tidak ada impuls atrium yang berhasil melewati dan mengaktifasi dari ventrikel Disebut blockade jantung total Berlokasi pada nodus AV dibawahnya Ventrikel merespon keadaan berbahaya ini dengan menghasilkan irama lolos yang tidak adekuat Atrium dan ventrikel saling tidak berhubungan dan dipisahkan oleh penghalang blockade konduksi yang absolut (disosiasi AV) Pada EKG gelombang P yang berbasis sepanjang strip irama dengan frekuensi seperti biasa dan punya hubungan dengan QRS yang muncul dengan frekuensi lolos yang jauh lebih lambat Diagnosis blockade jantung derajat 3 : disosiasi AV, ketika frekuensi ventrikel lebih lambat daripada frekuensi sinus atau atrium Penyebab penyakit degenerative pada system konduksi penyebab utama blockade jantung derajat tiga, dan dapat menjadi infark miokardium akut - c. 3. Blokade Cabang Berkas Blockade cabang berkas didiagnosis dengan cara melihat lebar dan konfigurasi kompleks QRS. a. Blokade Cabang Berkas Kanan konduksi yang melewati kanandiobstruksi depolarisasi ventrikel kanan terlambat dan tidak dimulai sampai ventrikel kiri hamper terepolarisasi sepenuhnya, sehingga menyebabkan dua hal pada EKG : 1. tertundanya depolarisasi ventrikel kompleks QRS melebar melebihi 0.12s 2. gelombang R kedua yang disebut R’ pada sadapan V1 dan V2 3. seluruh kompleksnya disebut RSR’ dan gambarannya menyerupai telinga kelinci 4. pada sadapan (I,aVL, V5 dan V6) depilarisasi ventrikel kanan yang terlambast menyebabkan gambaran gelombang S reipokal yang dalam dan muncul terlambat b. Blokade cabang berkas Kanan Depolararisasi ventrikel kiri yang dihambat Gambaran EKG : 1. tertunda depolarisasi ventrikel kiri durasi kompleks QRS melebar melebihi 0.12s 2. kompleks QRS pada sadapan (I,avL, V5 dan V6) pada gelombang QRS adanya di kelompok R tertinggi 35 | K E L O M P O K L