LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK KECIL BLOK 20 MODUL 5 LUKA BAKAR Disusun Oleh : Kelompok 2 ELISA PURBA 1710015007 RIZKI PRATAMA NURBI DAYATULAH 1710015023 GRACE MAYCHALE LAMBE 1710015032 IKA SARI OKTAFIANI 1710015046 GUSTI FERRI SANDARIA 1710015048 IMAM FATHUR ROZI 1710015070 HERMAWATI RAHMAN 1710015079 UTARI NISA CAHYANI 1710015098 APRIAN 1710015103 ASLAM 1710015105 RANGGA OCTOVIAN FODJU 1610015013 Tutor : dr. Nurul Hasanah, M. Kes FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2020 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena terselesaikannya laporan DKK (Diskusi Kelompok Kecil) mengenai kegawadaruratan abdomen. Laporan ini dibuat sesuai dengan gambaran jalannya proses DKK kami, lengkap dengan pertanyaan-pertanyaan dan jawaban yang disepakati oleh kelompok kami. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam proses pembuatan laporan DKK ini. Pertama, kami berterima kasih kepada Dr. dr. Nurul Hasanah, M. Kes selaku tutor kami yang telah dengan sabar menuntun kami selama proses DKK. Terima kasih pula kami ucapkan atas kerja sama rekansekelompok di Kelompok 2. Tidak lupa juga kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam mencari informasi maupun membuat laporan DKK. Akhir kata, kami sadar bahwa kesempurnaan tidak ada pada manusia. Oleh sebab itu, kami mohon kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan di kemudian hari. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai referensi atau perkembangan pengetahuan. Hormat Kami, Kelompok 2 i DAFTAR ISI Kata Pengantar ……………………………………………… i Daftar isi ……………………………………………………… ii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ..……………………………………….. 1 1.2. Tujuan dan Manfaat …………………………………....1 BAB II ISI DAN PEMBAHASAN 2.1. Skenario …………………………………………………. 2 2.2. Identifikasi Istilah ..…………………………………….. 2 2.3. Identifikasi Masalah …………………………………… 2 2.4. Analisa Masalah ……………………………………….. 3 2.5. Strukturisasi Konsep …………………………………. 7 2.6. Learning Objectives ………………………………….. 8 2.7. Belajar Mandiri ………………………………………… 8 2.8. Sintesis …………………………………………………. 8 BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan ……………………………………………. 22 3.2. Saran ……………………………………………………. 22 Daftar Pustaka ……………………………………………… 23 ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar adalah kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti air, api, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar akan mengakibatkan tidak hanya kerusakan kulit, tetapi juga amat memengaruhi seluruh sistem tubuh. . Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai peranan dalam homeostasis. Kulit merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Prinsip penanganan dalam penyembuhan luka bakar antara lain mencegah infeksi sekunder, memacu pembentukan jaringan kolagen dan mengupayakan agar sisa-sisa sel epitel dapat berkembang sehingga dapat menutup permukaan luka. Proses penyembuhan luka bakar dapat dibagi dalam tiga fase, yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan maturasi. Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka bakar sampai hari ketujuh, fase proliferasi berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ketiga dan fase maturasi dapat berlangsung berbulanbulan kemudian dan dinyatakan berakhir kalau semua tanda radang sudah lenyap. Gejala klinis yang ditimbulkan oleh luka bakar ini tergantung dari kedalaman yang terbagi menjadi 4 derajat berdasarkan lapisan yang terkena dan dari luas area tubuh yang terkena. B. Tujuan Setelah melewati modul ini, mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami tentang Luka Bakar dari definisi, etiologi, patomekanisme, manifestasi klinis, cara mendiagnosis, penatalaksanaan awal serta komplikasi yang bisa timbul. 1 BAB II ISI Skenario KEJUTAN DI HARI PERTAMA Hari ini adalah hari pertama dr. Sandi bertugas di Unit Gawat Darurat sebuah RSUD. Sandi merasa bahagia dan bangga melihat namanya tertulis sebagai salah satu dokter yang bertugas. Masih asyik menatap tulisan namanya di papan tiba-tiba terdengar suara rem mobil berdecit berhenti di depan pintu UGD. Tak lama seorang pasien laki-laki berusia sekitar 30 tahun didorong masuk, dengan pakaian yang basah kuyup sambil menjerit-jerit kesakitan. Seorang wanita sambil menangis berteriak gaduh...dokter tolong dok....suami saya tersiram air panas. Dr. Sandi dengan jantung berdebar keras berusaha konsentrasi dan mengingat-ingat kembali tahapan-tahapan yang harus dikerjakannya sebagai seorang dokter UGD. Step 1. Identifikasi Istilah 1. Tersiram air panas: salah satu penyebab trauma luka bakar. Air panas : suhu di atas 43,5 derajat Celcius Step 2. Identifikasi Masalah 1. Apa saja yang dapat menyebabkan luka bakar? 2. Patofisiologi luka bakar hingga menyebabkan gangguan elektrolit? 3. Pemeriksaan apa saja yang diperlukan ? 4. Apakah bisa diperkirakan derajat keparahan luka bara terhadap penyebab luka bakar ? 5. Tatalaksana awal sebagai dokter umum ? Bagaimana cara pemberian resusitasi cairan pada pasien luka bakar ? 6. Indikasi rawat inap pada pasien luka bakar? 2 7. Komplikasi yang dapat terjadi terhadap pasien luka bakar ? Step 3. Analisis masalah 1. Penyebab luka bakar Konduksi panas : Api, air panas, radiasi (bahan aktif industri), listrik dan terpapar cahaya matahari yang terlalu lama bisa juga karena suhu yang sangat dingin 2. Patofisiologi Luka Bakar HIngga Menyebabkan Ganguan Elektrolot Jika kulit terpapar suhu yang sangat panas dapat menyebakan kulit menjadi rusak sehingga cairan dapat keluar Sel kulit dapat menahan suhu hingga 44 derajat celcius , jika lebih maka metabolisme tubuh tidak dapat menahan lagi . Jika sudah melebihi maka setiap peningkatan 1 derajat akan menyebabkan kerusakan jaringan kulit yang semakin parah Luka bakar akan menyebabkan zat-zat proinflamasi yang akan menyebabkan permeabilitas meningkat sehingga cairan tubuh banyak keluar , semakin luas luka bakar maka semakin banyak cairan yang dapat keluar Saat terjadi luka bakar juga kulit akan berespon meningkatkan evaporasi Paparan respon lokal akan 3. Pemeriksaan Luka Bakar A. Luasnya luka bakar : rule of nine (dewasa) pediatrik rule of nine (bayi) 3 B. Air way : curiga trauma inhalasi . sevikal spine control C. Breathing : ekscar dapat menghambat rekoil dari paru D. Circulation : cek akral dan nadi , suhu , Pantau urine ouput (0,5- 1 cc) E. Disability : GCS F. Eksposure : head to toe G. Secondary survey (AMPEL) H. Pemeriksaan laboratorium Hitung leukosit, kadar HB, serum elektrolit Pemeriksaan penunjang tergantung luas luka bakar jika ringan maka tidak diperlukan pemeriksaan laboratorium . jika luas luka bakar sedang sampai berat I. Fluid : pemberian cairan dan juga analgetik 4. Apakah bisa menilai derajat keparahan berdasarkan penyebab? a. Derajat I Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar), kulit kering kemerahan, nyeri sekali, sembuh dalam 3 - 7 hari dan tidak ada jaringan parut. 4 b. Derajat II Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar) dan dermis (kulit bagian dalam), terdapat vesikel (benjolan berupa cairan atau nanah) dan oedem sub kutan (adanya penimbunan dibawah kulit), luka merah dan basah, mengkilap, sangat nyeri, sembuh dalam 21 - 28 hari tergantung komplikasi infeksi. Luka bakar Sampai 30% c. Derajat III Kerusakan pada semua lapisan kulit, nyeri tidak ada, luka merah keputih-putihan (seperti merah yang terdapat serat putih dan merupakan jaringan mati) atau hitam keabu-abuan (seperti luka yang kering dan gosong juga termasuk jaringan mati), tampak kering, lapisan yang rusak tidak sembuh sendiri (perlu skin graf). dapat mempengaruhi jantung Luka bakar karena zat kimia : tergantung lama kontak dan konsentrasi dari zat kimia Luka bakar karena Listrik : tergantung lama kontak dan tegangan Jika terjadi luka bakar karena sengatan listrik dan trauma inhalasi sudah termasuk luka bakar berat Luka bakar ringan : kurang dari 2 % pada anak dan 20 % pada dewasa Ringan : kurang dari 2% Sedang : kurang dari 10% Berat : lebih dari 10% 5. Tatalaksana awal a. Lepaskan dari sumber panas bisa berikan air untuk mengurangi nyeri b. Lakukan ABCD c. Resusitasi cairan d. Berikan antibiotik sefalosporin e. Rujuk pada pasien luka bakar sedang sampai berat 5 f. Luka derajat 2 hingga 3 sudah bisa dilakukan insisi 6. Indikasi rawat inap a. Pasien luka bakar sedang dan berat atau derajat 2, 3 dan 4 b. Pasein dengan komorbid dm dan HIV c. Pasien trauma listrik dan kimia d. Pasien yang membutuhkan intervensi rehabilitasi e. Wanita hamil, Bayi, orang tua f. Luka bakar genital , wajah 7. Komplikasi a. Masalah pada airway b. Syok c. Kesalahan resusitasi (overhidrasi) d. Infeksi e. Terbentuk jaringan parut f. Luka bakar pada wajah abrasi kornea g. ARDS h. Ganguuan ginjal 6 Step 4. Strukturisasi Konsep LUKA BAKAR LUKA KEPARAHAN LUKA BAKAR KEDALAMAN DERAJAT 1 DERAJAT 2 LUAS DERAJAT 3 KATEGORI RINGAN SEDANG PERAWATAN LUKA BERAT SESUAI ATLS (RESUSITASI & PERAWATAN LUKA) RAWAT JALAN RAWAT INAP 7 Step 5. Learning objective Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan 1. Etiopatofisiologi dari luka bakar 2. Manifestasi klinik dan derajat dari luka bakar 3. Alur diagnosis dari luka bakar (anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang ) 4. Tatalaksana dari pasien luka bakar di pelayanan primer dan sekunder 5. Komplikasi dari pasien luka bakar Step 6. Belajar Mandiri Step 7. Sintesis 1. Etiologi a. Luka Bakar Termal Luka bakar termal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya. Penyebab paling sering yaitu luka bakar yang disebabkan karena terpajan dengan suhu panas seperti terbakar api secara langsung atau terkena permukaan logam yang panas (Fitriana, 2014). b. Luka Bakar Kimia Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat– zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer (Rahayuningsih, 2012). c. Luka Bakar Elektrik Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakkan dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang 8 elektrik itu sampai mengenai tubuh (Rahayuningsih, 2012). Luka bakar listrik ini biasanya lukanya lebih serius dari apa yang terlihat di permukaan tubuh (Fitriana, 2014). d. Luka Bakar Radiasi Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi (Rahayuningsih, 2012). Patogenesis Berdasarkan perjalanan penyakitnya, luka bakar dibagi menjadi fase akut, fase subakut dan fase lanjut. Pada fase akut terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat sistemik yang dapat mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik. Fase sub akut berlangsung setelah syok berakhir yang ditandai dengan keadaan hipermetabolisme, infeksi hingga sepsis serta inflamasi dalam bentuk SIRS (Systemic Inflamatory Respon Syndrome). Luka terbuka akibat kerusakan jaringan (kulit dan jaringan di bawahnya) menimbulkan inflamasi, sepsis dan penguapan cairan tubuh disertai panas/energi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan proses inflamasi dan infeksi, problem penutupan luka pada luka telanjang atau tidak berepitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional, dan keadaan hipermetabolisme. Fase lanjut berlangsung setelah fase subakut hingga pasien sembuh. Penyulit pada fase ini adalah paru yanG hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan timbulnya kontraktur. Letak luka bakar karena panas dibagi menjadi tiga zon). Zona yang pertama adalah zona koagulasi dimana zona ini merupakan zona yang terdalam. Pada zona ini sirkulasi darah telah berhenti dan terdapat koagulasi nekrosis seluler yang sangat luas karena area ini mendapatkan kerusakann yang paling parah oleh paparan panas yang ekstrim. Sel – sel telah mati dan tidak bisa beregenerasi secara mandiri. Zona kedua adalah zona stasis. 9 Zona ini melingkari zona koagulasi dan merupakan zona dengan resiko tinggi terjadinya nekrosis seluler karena aliran darah pada zona ini sangat berkurang. Kelangsungan hidup kulit pada zona ini bergantung pada resusitasi cairan yang tepat dan penatalaksanaan yang tepat pula untuk dapat bertahan. Penatalaksanaan pada 24 jam sampai 72 jam pertama merupakan hal yang sangat penting. Zona ketiga merupakan zona hyperemia. Zona ini merupakan zona dengan kerusakan yang minimal karena zona ini jauh dari sumber luka. Respon dari kulit pada zona ini adalah mengeluarkan menyebabkan mediator terjadinya inflamasi vasodilatasi. seperti Vasodilatasi sitokin yang menyebabkan masuknya nutrisi yang diperlukan untuk membantu pemulihan dan pengeluaran zat – zat sisa. Secara struktur, zona ini tidak mengalami kerusakan dan akan beregenerasi. Proses penyembuhan luka Krisanty (2009) mengatakan bahwa proses penyembuhan luka bakar terdiri dari 3 fase meliputi fase inflamasi, fase fibioblastik, dan fase maturasi. Adapun proses penyembuhannya antara lain: a. Fase inflamasi Fase terjadinya luka bakar sampai 3-4 hari pasca luka bakar. Pada fase ini terjadi perubahan vascular dan proliferase seluler.Daerah luka mengalamiagregasi trombosit dan mengeluarkar serotonin serta mulai timbul epitalisasi. b. Fase Fibi Oblastik Fase yang dimulai pada hari ke 4 sampai 20 pasca luka bakar Pada fase ini timbul abrobast yang membentuk kolagen yang tampak secara klinis sebagai jaringan granulasi yang berwarna kemerahan. c. Fase Maturasi Proses pematangan kolagen dan terjadi penurunan aktivitas seluler dan vaskuler. Hasil ini berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih dari satu tahun dan berakhir jika sudah tidak ada tanda-tanda inflamasi untuk akhir dari fase ini berupa jaringan parut yang berwarna pucat, tipis, lemas tanpa rasa nyeri atau gatal. 10 2. Apabila kulit terbakar atau terpajan suhu tinggi, pembuluh kapiler dibawahnya, area sekitarnya akan rusak dan menyebabkan permeabilitas meningkat terjadilah kebocoran cairan intrakapiler ke interstisial sehingga terjadi edema dan bula yang mengandung banyak protein dan elektrolit. Rusaknya kulit akibat luka bakar juga akan mengakibatkan hilangnya fungsi kulit sebagai barier dan penahan penguapan sehingga dengan cepat menyebabkan berkurangnya cairan intravaskuler. Bila kulit yang terbakar > 20% LPT (Luas Permukaan Tubuh) dapat terjadi syok hipovolemik disertai gejala khas seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urine berkurang. Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karna gas, asap dan uap panas yang terhirup. Edema laring yang di timbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak napas, takipnea, stridor, suara parau, dan dahak berwarna gelap akibat jelaga. Dapat juga terjadi keracunan gas CO tau gas beracun lainnya. Karbon monoksida sangat kuat berikatan dengan hemoglobin sehingga hemoglobin tidak mampu mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan yaitu lemas, bingung, pusing, mual, dan muntah. Pada yang keracunan berat terjadi koma. 11 Klasifikasi Derajat Kedalaman Luka Bakar a. Luka bakar superfisial Luka bakar superfisial adalah luka bakar yang dapat sembuh secara spontan dengan bantuan epitelisasi. Luka bakar superfisial dibagi dua yaitu luka bakar epidermal dan superficial dermal. Luka bakar epidermal. Luka bakar yang hanya terkena pada bagian epidermis pasien. Penyebab tersering luka bakar ini adalah matahari dan ledakan minor. Lapisan epidermis yang bertingkat terbakar dan mengalami proses penyembuhan dari regenerasi lapisan basal epidermis. Akibat dari produksi mediator inflamasi yang meningkat, luka bakar ini menjadi hiperemis dan cukup menyakitkan. Dapat sembuh dalam waktu cepat (7 hari), tanpa meninggalkan bekas luka kosmetik. Luka bakar superficial dermal. Luka bakar yang terkena pada bagian epidermis dan bagian superfisial dermis (dermis papiler). Ciri khas dari tipe luka bakar ini adalah munculnya bula. Bagian kulit yang melapisi bula telah mati dan terpisahkan dari bagian yang masih viable dengan membentuk edema. Edema ini dilapisi oleh lapisan nekrotik yang disebut 12 bula. Bula dapat pecah dan mengekspos lapisan dermis yang dapat meningkatkan kedalaman dari jaringan yang rusak pada luka bakar. Oleh karena saraf sensoris yang terekspos, luka bakar kedalaman ini biasanya sangat nyeri. Dapat sembuh secara spontan dengan bantuan epiteliasasi dalam 14 hari yang meninggalkan defek warna luka yang berbeda dengan kulit yang tidak terkena. Namun eskar tidak terjadi dalam tipe luka bakar ini. b. Luka bakar mid-dermal Luka bakar mid-dermal adalah luka bakar yang terletak diantara luka bakar superficial dermal dan deep dermal. Pada luka bakar middermal jumlah sel epitel yang bertahan untuk proses re-epitelisasi sangat sedikit dikarenakan luka bakar yang agak dalam sehingga penyembuhan luka bakar secara spontan tidak selalu terjadi. Capillary refilling pada pasien dengan luka bakar kedalaman ini biasanya berkurang dan edema jaringan serta bula akan muncul. Warna luka bakar pada kedalaman ini berwarna merah muda agak gelap, namun tidak segelap pada pasien luka bakar deep dermal. Sensasi juga berkurang, namun rasa nyeri tetap ada yeng menunjukkan adanya kerusakan pleksus dermal dari saraf cutaneous. c. Luka bakar deep Luka bakar deep memiliki derajat keparahan yang sangat besar. Luka bakar kedalaman ini tidak dapat sembuh spontan dengan bantuan epitelisasi dan hanya dapat sembuh dalam waktu yang cukup lama dan meninggalkan bekas eskar yang signifikan. Luka bakar deep-dermal. Luka bakar dengan kedalaman deep-dermal biasanya memiliki bula dengan dasar bula yang menunjukkan warna blotchy red pada reticular dermis. Warna blotchy red disebabkan karena ekstravasasi hemoglobin dari sel darah merah yang rusak karena rupturnya pembuluh darah. Ciri khas pada luka bakar kedalaman ini disebut dengan fenomena capillary blush. Pada kedalaman ini, ujung-ujung saraf pada kulit menyebabkan sensasi rasa nyeri menjadi hilang. 13 juga terpengaruh Luka bakar full thickness. Luka bakar tipe ini merusak kedua lapisan kulit epidermis dan dermis dan bisa terjadi penetrasi ke struktur-struktur yang lebih dalam. Warna luka bakar ini biasanya berwarna putih dan waxy atau tampak seperti gosong. Saraf sensoris pada luka bakar full thickness sudah seluruhnya rusak menyebabkan hilangnya sensasi pinprick. Kumpulan kulit-kulit mati yang terkoagulasi pada luka bakar ini memiliki penampilan leathery, yang disebut eskar. 3. Manajemen yang sukses terhadap trauma bergantung pada 6 steps berikut: 1. Triase 2. Primary Survey 3. Secondary Survey 4. Stabilization 5. Transfer 6. Definitive care Hal hal yang perlu diperhatikan yaitu: Mulai resusitasi bersamaan dengan melakukan Primary Survey Jangan memulai Secondary Survey sampai menyelesaikan Primary Survey Jangan memulai pengobatan definitive sampai Secondary Survey selesai. 14 Gambar 1. 6 Langkah manajemen trauma Triase Triase adalah sistem yang membuat penilaian cepat untuk setiap pasien dan menetapkan peringkat prioritas berdasarkan kebutuhan dan urgensi klinis. Tujuan triase adalah melakukan kebaikan terbesar untuk jumlah yang besar. Oleh karena itu, orang yang sangat membutuhkan harus dirawat terlebih dahulu. Tidaklah membantu untuk menghabiskan banyak waktu dan sumber daya pada individu yang kebutuhannya melebihi layanan yang tersedia, terutama jika ini mengorbankan pasien lain yang dapat dibantu dengan keterampilan dan sumber daya yang tersedia secara lokal. Sehingga triase bergantung pada: Kebutuhan medical Ketersediaan Personel Ketersediaan Sumber Daya Primary Survey ABCDE adalah cara sederhana untuk mengingat hal-hal penting dari survei utama. Ini adalah survei pertama; itu juga sesuatu yang harus dilakukan kembalik setiap kali kondisi pasien menjadi lebih buruk - apakah ini terjadi 5 menit atau 5 hari setelah pasien datang. A untuk Airway Tidak ada oksigen yang dapat mencapai jaringan jika jalan napas terhalang; Penyebab tersering dari obstruksi adalah ketidaksadaran yang dikombinasikan dengan posisi terlentang, yang menyebabkan lidah jatuh ke belakang dan faring runtuh. Penyebab lainnya termasuk trauma leher dan benda asing. B untuk Breathing Bahkan dengan saluran napas terbuka, tidak ada oksigen yang mencapai paru-paru kecuali pasien bernapas atau seseorang memberikan ventilasi buatan pada paru-paru. Pernapasan dapat terhenti karena cedera kepala yang parah, hipoksia, henti mekanis atau circulatory arrest. 15 C untuk Circulation Oksigen di paru-paru tidak dapat mencapai jaringan kecuali jika jantung bekerja; alasan umum untuk sirkulasi yang tidak adekuat termasuk kehilangan darah (syok) dan peningkatan tekanan pada jantung dari pneumotoraks atau hemoperikardium. Syok dan tekanan darah rendah berbahaya bagi semua pasien, terutama bagi pasien dengan cedera kepala, karena suplai darah ke otak akan semakin berkurang. Hal ini menyebabkan lingkaran setan di mana hipoksia menyebabkan pembengkakan otak lebih lanjut yang pada gilirannya mengurangi aliran darah ke otak. D untuk Disability dan neurological Damage (otak dan korda spinalis) Memeriksa kerusakan neurologis adalah bagian penting dari survei utama. Jangan melakukan pemeriksaan neurologis lengkap pada tahap ini. Menilai tingkat kesadaran awal pasien menggunakan klasifikasi sederhana seperti: A = Alert V = Verbal respon P = Pain Respon U = Unresponsive. Selesaikan pemeriksaan dalam 30 detik. E untuk Exposure Lepaskan pakaian pasien dan periksa seluruh tubuh pasien, depan dan belakang, tapi jangan biarkan pasien kedinginan. Memeriksa seluruh pasien adalah satu-satunya cara untuk memastikan bahwa tidak melewatkan cedera lain. Resusitasi Ada sejumlah kecil keterampilan praktis yang penting untuk resusitasi awal pasien cedera. Satu-satunya cara untuk mempelajarinya adalah dengan memperoleh pengalaman praktis di bawah pengawasan penggunaannya. Keterampilan yang dibutuhkan meliputi: 16 orang yang ahli dalam Melakukan pemeriksaan cepat untuk mendiagnosis dan mengobati cedera yang mengancam jiwa, termasuk kemungkinan perlunya resusitasi kardiopulmoner Keterampilan jalan nafas: manuver sederhana, penggunaan jalan nafas buatan, intubasi trakea dan trakeostomi, jika diperlukan Penempatan kanula intravena dengan andal di vena yang tersedia Manajemen syok Penanganan pasien: perawatan cedera tulang belakang, traksi in-line dan log rolling Insersi chest drain. Secondary Survey Tujuan dari survei sekunder adalah untuk memeriksa semua sistem dan bagian tubuh untuk memastikan tidak ada hal penting yang terlewat. Selama survei sekunder, harus mengidentifikasi semua cedera dan mulai memikirkan rencana perawatan. Pemeriksaan sinar-X, jika tersedia, merupakan bagian dari survei sekunder. Selama survei sekunder, lihat secara detail: Kepala, leher, dan tulang belakang Sistem saraf: sekarang Anda dapat melakukan pemeriksaan neurologis yang lebih ekstensif Thorax Abdomen: jika Anda mencurigai adanya perdarahan intra-abdominal pertimbangkan diagnostik peritoneal lavage; meskipun hasilnya negatif, Anda mungkin perlu melakukan laparotomi segera Cedera panggul dan tungkai Setelah survei sekunder, dokumentasikan temuan dengan lengkap, termasuk: Sejarah rinci cederanya Riwayat kesehatan sebelumnya Obat Alergi obat 17 Temuan selama pemeriksaan survei primer dan sekunder: o Hasil investigasi khusus o Detail pengobatan yang diberikan dan respon pasien. Stabilisasi dan Transfer Setelah memeriksa pasien, merawat kondisi yang mengancam jiwa dan melakukan pemeriksaan kedua untuk mendeteksi cedera lainnya. Rencana manajemen pasien sekarang harus jelas. Ketika dokumentasi telah selesai, analgesia diberikan, penyelidikan laboratorium dikirim dan setiap fraktur immobilisasi. Kemudian dapat memutuskan pilihan pengobatan terbaik: Pindah ke bangsal Pindah ke ruang operasi Pindah ke departemen sinar-X Pindah ke rumah sakit lain. Sebelum merujuk pasien: Ingatlah bahwa rujukan bukanlah bentuk perawatan medis Lakukan kontak dengan pusat rujukan untuk memastikan bahwa mereka dapat membantu Antisipasi kesalahan lain yang mungkin terjadi di jalan dan bersiaplah untuk itu Berikan pereda nyeri selama perjalanan Atur orang yang terlatih untuk pergi bersama pasien. Definitive Care Setelah pasien diresusitasi, distabilkan, dan dipindahkan, koreksi cedera yang direncanakan dapat dilanjutkan. Untuk menyelamatkan nyawa pasien, mungkin 18 perlu dilakukan prosedur pembedahan segera sebagai bagian dari survei primer awal dan resusitasi awal. Keputusan apakah akan membawa pasien ke ruang operasi membutuhkan konsultasi yang cermat dan komunikasi yang baik antara ahli bedah dan ahli anestesi. 4. Tatalaksana Prinsip-prinsip Primary Survey dan Secondary Survey pada trauma (ATLS) dan resusitasi secara simultan harus diterapkan. 1. Primary survey Segera identifikasi kondisi-kondisi mengancam jiwa dan lakukan manajemen emergensi. a. (Airway) : Penalataksanaan jalan nafas dan manajemen trauma cervical b. (Breathing) : Pernapasan dan ventilasi c. (Circulation) : Sirkulasi dengan kontrol perdarahan d. (Disability) : Status neurogenik e. (Exposure) : Pajanan dan Pengendalian lingkungan 2. Secondary survey Merupakan pemeriksaan menyeluruh mulai dari kepala sampai kaki. Pemeriksaan dilaksanakan setelah kondisi mengancam nyawa diyakini tidak ada atau telah diatasi. Tujuan akhirnya adalah menegakkan diagnosis yang tepat. a. Riwayat penyakit: Informasi yang harus didapatkan mengenai riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum terjadi trauma: A (Allergies) : Riwayat alergi M (Medications) : Obat – obat yang di konsumsi P (Past illness) : Penyakit sebelum terjadi trauma L (Last meal) : Makan terakhir E (Events) : Peristiwa yang terjadi saat trauma b. Mekanisme trauma: Informasi yang harus didapatkan mengenai interaksi antara pasien dengan lingkungan: 19 1) Luka bakar: a) Durasi paparan b) Jenis pakaian yang digunakan c) Suhu dan Kondisi air, jika penyebab luka bakar adalah air panas d) Kecukupan tindakan pertolongan pertama 3. Tata laksana bedah emergensi a. Eskarotomi Pengertian :Tindakan insisi eskar yang melingkari dada atau ekstremitas. Tujuan: 1) Mencegah gangguan breathing. 2) Mencegah penekanan struktur penting pada ekstremitas (pembuluh darah, saraf). Eskarotomi dilakukan bila ada indikasi.Indikasi: pada luka bakar yang mengenai seluruh ketebalan dermis sehingga timbul edema yang dapat menjepit pembuluh darah, misalnya luka bakar melingkar di ekstremitas dan dada. b. Fasciotomi Dilakukan bila ada indikasi tanda-tanda sindroma kompartemen: terasa keras pada palpasi, sensasi perifer menghilang secara progresif, dan nadi tidak teraba. 4. Perawatan luka pada luka bakar Salah satu manajemen luka bakar adalah penggunaan balutan atau wound dressing. Pemilihan pembalut luka (dressing) harus menyerupai fungsi normal kulit yaitu sebagai proteksi, menghindari eksudat, mengurangi nyeri lokal, respon psikologis baik, dan mempertahankan kelembaban dan menghangatkan guna mendukung proses penyembuhan. Kriteria Ideal Dressing Luka Bakar berdasarkan Balutan untuk luka bakar dangkal (derajat 2A) menggunakan film dressing, karena dapat menutup area yang luas, mudah untuk memonitor kedalaman luka (transparan) tanpa harus buka balutan, tidak nyeri pada waktu penggantian balutan. Untuk luka bakar dalam (derajat 2B) menggunakan kasa berparafit atau salep antibiotik seperti Silver Sulfadiazin krim, atau yang sesuai dengan pola kuman seperti gentamisin krim untuk pseudomonas dan mupirocin salep untuk MRSA. Bentuk yang lebih praktis adalah nanocrystal silver untuk luka bakar dalam derajat 2B dan 3 dengan eskar yang tipis karena kemampuannya untuk membunuh bakteri yang luas dan menembus eskar. 20 Untuk luka bakar derajat 3 dengan eskar yang tebal kami selalu lakukan eskarotomi dini, karena dibawah eskar terdapat kolonisasi bakteri dan eskar itu sendiri memicu inflamasi berlebihan. 5. Luka bakar bisa menimbulkan kondisi yang lebih serius jika tidak ditangani dengan tepat. Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang bisa terjadi akibat luka bakar: 5. Bekas luka. Kondisi ini bisa disebabkan oleh pertumbuhan jaringan parut yang berlebihan akibat luka bakar. 6. Hipotermia. Kondisi yang berbahaya ini terjadi ketika suhu tubuh menjadi sangat rendah akibat luka bakar. 7. Gangguan bergerak. Hal ini bisa terjadi ketika luka bakar membuat jaringan tubuh, seperti kulit atau otot menjadi lebih pendek dan kencang. 8. Infeksi. Infeksi kulit akibat luka bakar dapat berkembang menjadi infeksi dalam aliran darah, hingga sepsis. 9. Gangguan pernapasan. Kondisi ini dapat terjadi jika penderita menghirup udara atau asap saat kebakaran. 10. Kehilangan banyak cairan tubuh. Kondisi ini dapat menimbulkan kurangnya cairan dalam pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah. 21 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Luka bakar didefinisikan sebagai suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi dan suatu keadaan yang memerlukan pertolongan segera mengingat komplikasi yang ditimbulkannya dapat mengancam nyawa. Untuk itu dibutuhkan ketepatan dalam mendiagnosa dan pemeriksaan penunjang yang memadai. Selain itu, kemampuan klinisi yang luas dalam kedua hal tersebut juga harus dimiliki untuk menghindari keterlambatan penanganan luka bakar tersebut. Penanganan awal luka bakar sendiri terdiri dari penangaan pre-hospital (menjauhkan pasien dari sumber luka bakar, menghilangkan sumber luka bakar, dan menyiram luka bakar sebanyak banyaknya), primary survey, secondary survey kemudian tindakan pembedahan jika dibbutuhkan. B. Saran Laporan ini tentu masih banyak terdapat kekurangan, sehingga diperlukan bimbingan dari dosen-dosen pengajar untuk mengarahkan teori yang telah didapatkan mahasiswa agar bisa diterapkan di lapangan secara optimal. Mahasiswa juga diharapkan terus belajar tentang materi terkait untuk memperkaya ilmu pengetahuan. 22 DAFTAR PUSTAKA Kementrian Kesehatan RI. 2019. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Luka Bakar. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI Sjamsuhidajat R, De Jong W, Editors. 2016. Buku Ajar Ilmu Bedah Sistem Organ dan Tindak Bedahnya. Edisi 4 Volume 1.Jakarta : EGC World Health Organization. Surgical Care at the District Hospital. London: Interprint Limited 23