BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan budaya yang telah lama berkembang dan dikenal oleh masyarakat Indonesia. Batik mempunyai nilai dan perpaduan seni yang tinggi, sarat dengan makna filosofis dan simbol penuh makna yang memperlihatkan cara berpikir masyarakat pembuatnya. Batik adalah kerajinan yang telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak dahulu. Batik adalah sebuah tradisi melukis di atas kain asli Indonesia. Kainkain yang digambar dengan aneka motif unik dan khas itu kemudian dikreasikan dalam berbagai rupa dan fungsi, serta digunakan oleh masyarakat. Perkembangan batik yang sudah menempuh perjalanan berabad-abad silam, telah melahirkan berbagai jenis dan corak batik yang khas disetiap daerahnya. Kita sebagai warga negara Indonesia harus bangga dan ikut mempertahankan warisan budaya ini. Dengan adanya karya tulis ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai perbatikan. B. Perumusan Masalah Adapun rumusan masalah pada penelitian ini yaitu: 1. Apakah definisi dari batik? 2. Bagaimana perkembangan batik di Indonesia? 3. Apa filosofi yang terdapat dalam motif batik? 4. Bagaimana proses pembuatan batik? C. Tujuan Penulisan Untuk memperluas pengetahuan tentang perbatikan dan mengetahui makna dibalik motif-motif batik. D. Manfaat Penulisan Menambah pemahaman kita dalam dunia perbatikan. 1 BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Batik Bagi orang Jawa, batik terdiri dari dua kata, yaitu amba dan tik. Amba berarti menggambar atau menulis, dan tik dari kata titik. Jika digabung, hambatik atau ambatik diartikan secara harfiah sebagai menggambar titik-titik. Batik didefinisikan sebagai proses penulisan gambar atau ragam hias dengan penggunaan lilin batik sebagai alat perintang warna di berbagai media. Pada prinsipnya motif batik itu dibedakan hanya menjadi 2 jenis, yaitu motif batik geometris dan motif batik non geometris. 1. Motif Batik Geometris Motif batik geometris ini merupakan batik dengan motif yang ornamenya tersusun secara geometris. Dalam golongan motif geometris ini mempunyai motif bentuk dasar seperti ilmu ukur biasa, seperti segiempat, persegi panjang, lingkaran, laying-layang dan bentuk lainnya. Contoh batik dengan motif geometris: 2. Motif Batik Non Geometris Motif Batik Non Geometris adalah motif batik yang susunan motifnya tidak teratur menurut bidang geometris. Motif-motif golongan non geometris tersusun dari ornamen-ornamen tumbuhan, Meru, Pohon Hayat, Candi, Binatang, Burung, Garuda, Ular(Naga) dalam susunan tidak teratur. 2 Batik memiliki unsur pokok yang tergambarkan dan dapat terlihat dalam motif batiknya, yaitu : 1. Ornamen pokok/utama berbentuk stilisasi dari benda alam atau hewan, melambangkan suatu makna, mempunyai arti filosofis, seperti ornamen meru, pohon hayat, ular atau naga, lidah api dan sebagainya. Biasanya berukuran cukup besar atau dominan dalam sebuah motif. Beberapa contoh ornamen pokok antara lain sebagai berikut: a. Ornamen Meru Ornamen Meru berupa stilisasi bentuk gunung. Kata meru berasal dari Gunung Mahameru. Gunung ini dianggap sebagai tempat tinggal atau singgasana bagi para dewa, Tri Murti, yang melambangkan sumber segala kehidupan, sumber kemakmuran, dan sumber kebahagiaan hidup di dunia b. Ornamen Pohon Hayat Ornamen pohon hayat disebut juga Pohon Surga, merupakan suatu bentuk pohon khayalan yang bersifat perkasa dan sakti, dan merupakan lambang kehidupan. Pohon ini digambarkan terdiri atas batang, dahan, kuncup, daun, berakar tunjang atau sobrah. Pohon ini hampir terdapat di semua daerah di Indonesia dengan berbagai variasi 3 c. Ornamen Gurda Ornamen gurda. Gurda berasal dari kata garuda. Garuda merupakan burung besar yang dalam pandangan masyarakat Jawa, burung garuda mempunyai kedudukan yang sangat penting. Bentuk ornamen gurda ini terdiri dari dua buah sayap (lar) dan di tengahnya terdapat badan dan ekor. Garuda merupakan tunggangan Batara Wisnu yang dikenal sebagai Dewa Matahari. Selain yang telah disebutkan di atas, masih ada lagi bentuk motif batik ornamen yang lain, yaitu: ornamen tumbuh-tumbuhan, ornamen burung, ornamen bangunan,ornamen lidah api, ornamen naga, ornamen binatang dan ornamen kupu-kupu. 4 2. Isen motif batik Motif batik terdiri dari ornamen utama dan ornamen pengisi. Isen motif batik adalah berupa titik-titik, garis-garis, gabungan titik dan garis yang berfungsi untuk mengisi ornamen-ornamen dari motif atau pengisi bidang diantara ornamen-ornamen tersebut. Isen motif ada bermacam-macam dan sekarang masih berkembang, seperti: cecek, cecek pitu, sisik melik, cecek sawut, cecek sawu daun, sisik gringsing, galaran, rambutan, sirapan, cacah gori, dan sebagainya. 5 B. Perkembangan Batik di Indonesia Seni pewarnaan kain dengan teknik perintang (menghalangi warna) menggunakan malam adalah salah satu bentuk seni kuno. Namun, teknik perintang atau menghalangi warna untuk menghasilkan pola berkembang lebih pesat di Tanah Air. Penemuan di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal semenjak abad ke-4 SM, dengan diketemukannya kain pembungkus mumi yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola. Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I atau sekitar tahun 1920-an. Batik di Indonesia berkembang dalam berbagai ragam dan pola, sesuai kebudayaan masing masing daerah dan unsur yang memengaruhinya. Batik pesisir seperti Cirebon dan Pekalongan --misalnya, menyerap pengaruh luar dari pedagang asing dan pihak luar yang berkaitan dengan masyarakat pesisir Lain halnya dengan motif batik Yogyakarta atau Solo. Sebagian besar motif batik Yogyakarta dan Solo tidak menggambarkan benda, hewan atau tumbuhan secara langsung, melainkan menjadikannya sebuah simbol. 6 C. Filosofi Motif Batik Falsafah Agraris Batik Ada kaitannya hubungan antara motif batik dengan lingkungan alam sekitarnya. Bentuk dan warna biji dan bunga menjadi inspirasi dari motif batik yang dibuat sedemikian indah oleh seniman tradisional yang kreatif menghasilkan berbagai motif dengan makna filosofisnya yang dalam. Motif dari rambut disela-sela pelepah daun pohon kolang kaling, melahirkan motif batik kawung. Dari bunga kenikir lahir motif batik ceplok kembang kenikir, dari bunga asam lahir motif batik semen kembang asem, dari buah manggis lahir motif batik ceplok manggis, dari merekahnya bunga kecil lahirlah motif batik truntum, dari mata parang yang rusak lahirlah motif parang. Untuk pengisi ruang kosongnya diberi motif bunga sirih, rembyang, cengkehan, bunga delima dan lain-lain. Warna batik yang merah putih itu asalnya darti warna gula kelapa, hijau putih dari gadung mlati, merah ibarat hutan terbakar. Beberapa motif batik yang kita tahu lahir dari sebuah filosofi yang ‘diawetkan’ dalam sebuah motif batik. Setiap pembuat batik membuat batik dengan hati-hati, seksama dan nyaris tanpa cela karena batik menyimpan sejuta makna. Sebagai contoh Batik Slobog. Merupakan salah satu contoh dari beraneka ragam batik Solo. Slobog yang dapat di artikan lobok atau loggar dalam bahasa indonesia. Batik Slobog ini juga sering di pakai orang – orang untuk melayat, makna yang terkandung di dalam hal ini bertujuan agar yang meninggal tidak mengalami kesulitan saat menghadap kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Batik ini juga sering di pakai pada saat pelantikan para pejabat pemerintahan karena melambangkan harapan agar selalu diberi petunjuk dan kelancaran dalam menjalankan semua tugas-tugas yang menjadi tangung jawabnya nanti. Ada pun kepercayaan bahwa saat memakai batik tidak boleh sembarangan karena ada motif batik tertentu yang dipercaya memberikan kekuatan pada pemakainya. Maka si pemakai juga bukan orang sembarangan, batik jenis itu disebut batik larangan. Batik larangan banyak tersebar di 7 Yogyakarta, Surakarta dan Cirebon. Dari tiga daerah itu ada karaton yang dihuni oleh para Sultan. Keyakinan akan adanya kekuatan spiritual serta aura magis yang terkandung dalam tiap-tiap motif batik menjadi salah satu alasan lahirnya batik larangan di Yogyakarta. Atas dasar itulah beberapa motif batik terutama yang memiliki nilai falsafah tinggi, dinyatakan sebagai batik larangan. Adapun yang termasuk batik larangan di Keraton Yogyakarta antara lain berupa kain batik dengan motif parang termasuk didalamnya ada parang rusak barong, parang rusak gendreh, parang klithik, motif udan liris, motif rujak senthe, motif cemukiran, motif kawung, motif huk dan juga motif semen. Setiap Sultan yang sedang bertahta memiliki kewenangan untuk menetapkan motif batik tertentu sebagai batik larangan. Motif batik inipun tidak hanya dimaknai sebagai simbol yang mencerminkan status pemakainya, namun juga menjadi alat komunikasi terhadap sesama penguasa, rakyat dan juga lawan politik. 1. Motif batik parang rusak menjadi motif batik pertama yang dicanangkan sebagai pola larangan di Kesultanan Yogyakarta oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I pada 1785. 2. Sementara saat pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VII, batik larangan ditekankan pada motif huk dan kawung. Motif Parang Batik motif parang merupakan salah satu motif batik yang sangat populer di Indonesia. Pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono VIII bertahta (1921-1939), motif parang dan variasinya menjadi batik larangan yang sangat ditekankan di Keraton Yogyakarta, artinya hanya raja dan kerabatnya diijinkan memakai. Besar kecilnya motif parang juga menyimbolkan status sosial pemakainya di dalam lingkungan kerajaan. Penggunaannya secara khusus tertuang dalam “Rijksblad van Djokjakarta” tahun 1927, tentang Pranatan Dalem Bab Jenenge Panganggo Keprabon Ing Keraton Nagari Yogyakarta. 8 1. Parang rusak dengan ukuran lebih dari 10 cm hingga tak terbatas hanya boleh dikenakan oleh raja dan putra mahkota. 2. Parang barong dengan ukuran 10 cm - 12 cm dipakai oleh putra mahkota, permaisuri, kanjeng panembahan dan istri, kajeng gusti pangeran adipati dan istri, putra sulung sultan dan istri, putra-putri sultan dari permaisuri dan patih. 3. Parang gendreh ukuran 8 cm dipakai oleh istri sultan (ampeyan dalem), istri putra mahkota, putra-putri dari putra mahkota, pangeran sentana, para pangeran dan istri utamanya. 4. Parang klithik ukuran 4 cm ke bawah dipakai oleh putra ampeyan dalem dan garwa ampeyan (selir putra mahkota), cucu, cicit/buyut, canggah dan wareng. Sekalipun bentuk atau ornamen yang tergambar pada motif parang terlihat dangat sederhana, motif batik yang satu ini justru memiliki makna atau filosofi yang cukup mendalam. Motif batik parang rusak yang diciptakan oleh Panembahan Senopati ketika bertapa dipantai memiliki makna kebijaksanaan dan watak mulia karakter yang akan menang. Motif ini juga melambangkan kekuasaan dan kekuatan. Motif batik parang barong yang diciptakan oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma memiliki makna pengendalian diri, kebijaksanaan dalam gerakdan kehati-hatian dalam perbuatan. Motif batik parang klitik yang memiliki stilasi halus dan ukuran pola yang lebih kecil memiliki kesan yang feminim dan melambangkan perilaku halus serta lemah lembut. 9 Motif Udan Liris Motif udan liris termasuk ke dalam jenis motif batik yang bentuk pokoknya berupa garis-garis miring sejajar dengan latar berwarna putih. Motif udan liris ini bisa juga diartikan sebagai hujan gerimis atau hujan rintik-rintik yang merupakan simbol dari kesuburan, kesejahteraan dan rahmat dari Tuhan. Makna yang terkandung pada motif udan liris yaitu berupa pengharapan agar pemakainya selamat sejahtera, tabah dan berprakarsa dalam menunaikan kewajiban demi kepentingan nusa dan bangsa. Motif udan liris ini juga mengandung makna ketabahan menjalani hidup prihatin walau dilanda hujan dan panas. Khusus di Keraton Yogyakarta dulunya batik ini termasuk ke dalam batik larangan dan hanya boleh dikenakan oleh putra dari garwa ampeyan, wayah, buyut, canggah, Pangeran Sentana dan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom. Namun dengan berjalannya waktu, motif ini bisa dipakai oleh siapa saja. Motif Rujak Senthe Sering disalah artikan sebagai motif udan liris karena corak yang ditampilkan sama-sama terdiri dari garis diagonal, motif rujak senthe pada prinsipnya termasuk ke dalam jenis motif yang memiliki keunikan tersendiri. Latar yang digunakan pada batik inipun tidak putih seperti udan liris melainkan hitam. Motif yang berbeda di setip lerengnya ini menggambarkan bahwa dalam kehidupan manusia akan banyak cobaan maupun rintangan yang menghadang, dan sebagai seorang manusia yang perlu dilakukan hanyalah 10 menjalani segala cobaan tersebut dengan hati yang legowo dengan lapang untuk menyelesaikannya. Dahulu motif rujak senthe ini termasuk motif larangan yang hanya diperkenankan dikenakan oleh keluarga kerajaan. Namun dengan berjalannya waktu, motif ini diperkenankan dipakai oleh siapa saja. Motif Cemukiran Motif cemukiran merupakan salah satu motif batik yang memiliki bentuk menyerupai lidah api atau sinar. Pola seperti sinar ini dapat diibaratkan sebagai pancaran matahari yang melambangkan kehebatan dan keagungan, keberanian, kesaktian, ambisi dan menjadi salah satu simbol penguasa. Baik api maupun sinar dalam konsep Jawa juga dapat diterjemahkan sebagai mawateja atau bersinar seperti wahyu, yaitu salah satu kriteria yang harus dimiliki seorang raja. Karena alasan itulah motif cemukiran ini umumnya hanya boleh dikenakan oleh raja dan putra mahkota. Motif Kawung Corak yang bermotif bulatan mirip buah kawung (sejening kepala) yang ditata rapi secara geomatris. Palang hitam-hitam dalam bulatan diibaratkan biji kawung untuk orang Jawa, biji itu lambang kesuburan. Motif kawung juga bisa di interprestasikan sebagai gambar lotus (teratai) dengan empat lembar daun bunga yang merekah. Lotus melambangkan umur panning dan kesucian. Beberapa variasi kawung adalah ceplok, truntum dan sidomukti. Salah satu variasi lain tumbal, diperuntukkan kaum brahmana dan cendekiawan. 11 Motif kawung dengan empat bentuk elips yang mengelilingi satu pusat ini dapat dimaknai sebagai empat sumber tenaga alam atau empat penjuru mata angin. Dalam hal ini raja sebagai pusat yang dikelilingi rakyatnya. Kerajaan merupakan pusat ilmu, seni budaya, agama, pemerintahan dan perekonomian. Rakyat harus patuh pada pusat, namun raja juga senantiasa melindungi rakyatnya. Motif Huk Huk merupakan motif batik yang juga termasuk ke dalam motif batik larangan. Sebelum pemerintahan Sultan HB IX (1940-88), motif ini konon hanya boleh dipakai putra mahkota dan Raja. Motif huk sendiri umumnya terdiri dari motif kerang, binatang, tumbuhan, cakra, burung, sawat (sayap) dan garuda. 1. Motif kerang bermakna kelapangan hati. 2. Binatang menggambarkan watak sentosa. 3. Tumbuhan melambangkan kemakmuran 4. Sedangkan sawat ketabahan hati. Dalam budaya Jawa motif ini sering dipakai sebagai simbol pemimpin yang berbudi luhur, berwibawa, cerdas, mampu memberi kemakmuran, serta selalu tabah dalam menjalankan pemerintahannya. Karena alasan itulah motif huk hanya boleh dikenakan oleh raja dan putra mahkota. Motif Semen Motif semen menjadi motif batik larangan berikutnya yang berkonotasi “semi” atau “tumbuh” sehingga motif semen ini dapat diartikan sebagai perlambangan kehidupan yang yang berkembang atau makmur. Motif semen juga termasuk ke dalam golongan dari batik klasik yang tersusun secara bebas. 12 Tiap-tiap ornamen yang diaplikasikan pada batik semen inipun umumnya juga memiliki makna berbeda satu sama lain. Pemakai motif semen diharapkan dapat pemimpin yang menjadi mampu melindungi bawahannya. Adapun aturan pemakaian motif semen yang tertuang dalam Pranatan Dalem yaitu sebagai berikut: 1. Kampuh motif semen gedhe sawat gurdha dipakai untuk cucu sultan, istri para pangeran, penghulu, wedana ageng prajurit, bupati nayaka lebet, bupati nayaka njawi, bupati patih kadipaten, bupati polisi, pengulu landraad, wedana keparak para gusti ( nyai riya), bupati anom, serta riya bupati anom. 2. Kampuh semen gedhe sawat lar dipakai untuk buyut dan canggah sultan. Namun ada satu pengecualian dalam pemakaian motif semen. Motif semen tanpa lukisan meru, garuda (sawat) dan sayap (lar), boleh dipakai siapa saja tanpa harus memperhitungkan garis keturunannya. D. Proses Pembuatan Batik Teknik pembuatan batik 1. Batik tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 23 bulan. 2. Batik cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari. 13 3. Batik lukis adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain putih. Alat dan Bahan Untuk Membuat Batik 1. Kain Mori Kain mori merupakan bahan utama untuk membuat batik tulis, kain ini berasal dari bahan kapas yang telah mengalami proses pemutihan dan memiliki klasifikasi khusus. Kain yang bisa digunakan untuk bahan batik tentunya adalah kain yang mudah menyerap zat-zat pewarna batik. Selain tiga jenis kain mori tadi, untuk bahan batik tulis juga bisa menggunakan kain Kain rayon, Kain Kapas, Kapas Grey dan bisa juga menggunakan kain sutera. 2. Canting Canting merupakan salah satu alat utama yang sudah kami terangkan di artikel “2 senjata legendaris batik tulis“, tanpa canting sebagai alat melukis motif, batik tulis bukanlah batik tulis tradisional dan yang dibanggakan bangsa Indonesia. 14 3. Malam atau Lilin Batik Malam tidak hanya di gunakan untuk membuat batik tulis tapi juga menjadi salah satu pembuatan batik cap. Malam atau lilin batik ini secara garis besar berfugnsi untuk menutupi bagian tertentu agar tidak terkena pewarna atau bisa juga disebut sebagai perintang. 4. Zat Pewarna Untuk pembuatan batik terdapat dua jenis zat pewarna yang bisa dipakai, zat pewarna alami dan sintetis/buatan, memiliki masing-masing kelebihan dan kekurangan. Untuk industri batik saat ini sebagian pembatik lebih banyak menggunakan zat pewarna sintetis karena lebih praktis, bahan mudah didapat, murah dan terdapat banyak pilihan warna. 5. Gawangan Kalau yang ini fungsinya untuk penyangga kain saat proses membatik berlangsung. Gawangan batik ini bisa terbuat dari kayu ataupun bambu. Untuk para juragan batik jaman dulu biasanya memiliki gawangan yang diberi motif hiasan pada bagian atasnya. Biasanya berupa ukiran kayu yang membentuk motif tertentu seperti naga ataupun motif lung-lungan (tumbuhan). 6. Wajan dan kompor kecil (anglo) Wajan dan kompor kecil (anglo) ini berfungsi untuk memanaskan atau mencairkan malam/lilin batik. 15 7. Dingklik Dingklik merupakan kursi kecil terbuat dari kayu, plastik atau apapun sebagai tempat duduk pengrajin. Biasanya memang proses menggambar batik tulis dilakukan dengan cara duduk di bawah, tidak dilakukan dengan berdiri sebagaimana yang dilakukan pengrajin saat membuat batik cap. 8. Bandul Adalah alat pemberat yang digunakan untuk menahan kain batik agar tidak mudah bergeser ketika sedang dilukis dengan malam. Bandul ini bisa terbuat dari kayu, besi atau apapun yang bisa difungsikan sebagai pemberat. 9. Taplak Merupakan selembar kain yang digunakan sebagai alat untuk alas saat membatik. Alas ini ditempatkan diantara paha dan kain batik agar tidak mengotori pembatik. 10. Kemplongan Meja kayu yang sering difungsikan sebagai alas untuk menggambar pola motif pada kain batik. Selain itu juga dapat digunakan untuk meluruskan atau meratakan permukaan kain yang kusut sebelum proses batik membatik dilakukan. Kemplongan terbuat dari kayu yang bentuk layaknya meja. Kemplongan ini terdiri dari kayu, penggilasan kayu dan palu. 16 Proses Pembuatan Batik Sebelum memulai proses pembuatan batik tulis maka terlebih dahulu siapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk membuat batik. Setelah semua alat dan bahan yang dibutuhkan selesai disiapkan setelah itu bisa mulai membuat batik dengan tahapan sebagai berikut: 1. Menyiapkan kain mori Tahap paling awal yang harus anda lakukan untuk membuat batik tulis yaitu mempersiapkan kain mori. Untuk hasil yang maksimal kain mori perlu diketel (mencuci), dikanji (menganji), dan dikemplong (setrika). 2. Nyoret Kain mori yang sudah disiapkan harus dipola lebih dulu. Nyoret merupakan tahap menggambar pola batik pada kain yang siap untuk dibatik dengan pensil. Pada proses pembuatan batik tulis, pola bisa dibuat langsung pada kain dan bisa juga menyalin dari pola yang sudah ada 3. Nglowong Mori dipersiapkan yang sudah harus telah berbeda di atas gawangan dekat anglo. Pembatik duduk di antara gawangan dan anglo. Gawangan berdiri di sebelah kiri dan anglo di sebelah kanan pembatik. Orang yang pekerjaannya membatik disebut pengobeng. Nglowong merupakan tahap membatik garis-garis pola yang sudah digambar pada kain dengan menggunakan lilin atau malam yang sudah dicairkan. Malam yang digunakan untuk nglowong yaitu berupa malam klowong. Pada tahap ini anda juga membutuhkan canting klowong sebagai 17 alat bantu untuk memindahkan malam ke kain. Canting klowong merupakan jenis canting bercucuk satu yang biasa digunakan untuk membuat kerangka motif batik pada kain atau membuat pola awal motif batik. Kerangka motif ini ukurannya bisa dibuat cukup besar atau bahkan mendominasi sebuah motif batik. Batik tulis dengan kualitas tinggi, biasanya dilakukan nglowong pada kedua sisi kainnya (bagian baik dan bagian buruk). Nglowong pada sebelah kain disebut juga ngengreng dan setelah selesai dilanjutkan dengan nerusi pada sebelah lainnya. 4. Membuat Isen-isen Proses membatik selanjutnya yakni mengisi motif atau ornamen-ornamen yang telah dibuat pada proses sebelumnya, proses ini biasa disebut “isen-isen”. Isen-isen untuk batik tulis dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu cecek dan sawut. Untuk membuat isen-isen motif batik diperlukan canting isen-isen karena tapak lilin yang dihasilkan cenderung lebih kecil jika dibandingkan dengan jenis canting lainnya. Canting isen biasanya bercucuk kecil baik tunggal maupun rangkap. 5. Nembok Nembok merupakan proses membatik yang dilakukan untuk menutupi bagian putih dari kain mori dengan menggunakan lilin atau malam yang sudah dicairkan. Bagian putih yang dimaksud yaitu berupa bagian yang nantinya tidak akan diwarnai dengan pewarna. Malam yang digunakan untuk nembok yaitu berupa 18 malam tembokan, sementara canting yang dipakai yakni berupa canting tembok. Lapisan malam pada proses nembok ini ibaratnya sebuah tembok yang dipakai untuk menahan zat pewarnanya agar jangan sampai merembes kebagian-bagian yang tertutup malam. 6. Medel Medel merupakan tahap pencelupan pertama kain mori yang sudah dilaipsi malam ke dalam zat pewarna.. Kini dengan adanya zat pewarna sintetis proses medel menjadi jauh lebih cepat dan waktu pengerjaannya dapat diperpendek. pewarnaan Proses pertama ini dilakukan pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin. Caranya celupkan kain yang sudah diberi malam ke dalam pewarna tertentu setelah itu keringkan dengan cara dijemur. 7. Ngerok Setelah proses medel selesai dilakukan selanjutnya adalah melakukan proses “ngerok” dan “ngremok”. menghilangkan Ngerok ornamen merupakan sawut tahap dengan menggunakan pisau atau benda logam sebelun diproses lebih lanjut dengan tahap pewarnaan sogan. Bagian yang akan disoga agar berwarna coklat, dikerok dengan cawuk (semacam pisau tumpul dibuat dari seng) untuk menghilangkan malam. Selesai dilakukan proses ngremok anda bisa melanjutkan proses ngremok yaitu mengucek atau mencuci bagian yang telah dikerok agar bersih dari lilin. 19 8. Mbironi Mbironi merupakan tahap membatik bagian-bagian yang akan disoga dengan menggunakan malam. Pekerjaan mbironi dikerjakan juga pada kedua sisi kain. Jenis malam yang diperlukan untuk tahap ini yaitu berupa malam biron. Mbironi hanya menutup bagian bagian tertentu yang diharapkan tetap berwarna gelap. 9. Menyoga Menyoga merupakan tahap pencelupan kain mori ke dalam zat warna yang kedua. Istilah menyoga berasal dari soga ialah jenis pohon tertentu yang kulitnya dapat memberi warna coklat jika direndam dalam air. Pada proses ini membuat ornamen yang tidak ditutup dengan malam yang akan berwarna sogan, coklat tua atau coklat gosong. 10. Nglorod Nglorod merupakan tahap menghilangkan malam dari kain mori sehingga motif yang sudah dibuat pada kain akan terlihat dengan jelas. Setelah mendapat warna-warna yang dikehendaki, malam yang menempel pada kain harus dihilangkan. Cara menghilangkan malam yang paling efektif yaitu dengan mencelupkan kain pada air yang sudah dipanaskan di atas tungku. 20 11. Mencuci Kain Batik Setelah semua tahapan selesai dilakukan sekarang anda dapat mencuci kain batik tulis dan menjemurnya sampai kering. Setelah kering kain batik bisa digunakan. Terdapat dua jenis dalam pewarnaan batik, yaitu : a. Pewarna Alami Bahan pewarna alami biasanya dibuat dari bahan ekstrak tumbuh-tumbuhan, mulai dari akar, batang, kulit, daun, bunga maupun buahnya. Beberapa bahan pewarna alami diantaranya : 1) Daun Teh (Camelia sinensis), Bagian daun yang sudah tua dapat dimanfaatkan sebagai zat pewarna alami batik. Bagian daun teh dapat menghasilkan warna cokelat pada kain yang dibatik. 2) Alpukat (Persea), Daunnya bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan warna hijau kecoklatan pada batik. 3) Jati (Tectona Grandis L), Daunnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alami batik yang menghasilkan warna hijau kecoklatan. 4) Indigo/tarum (Indigofera tinctoria), Daun dan ranting dari tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna batik, warna yang dihasilkan adalah warna biru. 5) Mangga (Mangitera Indica Lina), Pohon mangga selain buahnya untuk dimakan, bagian kulit kayu pohon ini bisa digunakan untuk bahan dasar membuat pewarna batik. Kulit kayu dan daun pohon mangga dapat menghasilkan warna hijau pada batik. 21 6) Pace/Mengkudu (Morinda citrifolia), Pewarna batik alami dari akar pohon mengkudu dapat dimanfaatkan dan diolah untuk menghasilkan warna merah. 7) Kelapa (Cocos nucifera), Kulit luar (sabut/serabut) buah kelapa bisa dijadikan bahan pewarna yang menghasilkan warna krem kecoklatan. 8) Putri Malu (Mimosa Pudica), Tanaman putri malu dapat dijumpai dimanapun juga, mulai di pinggir jalan, semak-semak ataupun di kebun. Tanaman Putri malu ketika daunnya disentuh maka ia akan bergerak menutup. Bunga dan daun putri malu dapat menghasilkan warna alami batik warna kuning kehijau-hijauan. 9) Tingi (Ceriops condolleana), jambal (Pelthopherum pterocarpum) dan tegeran (Cudrania javanensis), Merupakan tiga jenis tumbuhan yang dapat dicampur menjadi satu dari kulit dan kayunya sehingga menghasilkan warna merah gelap atau kecoklatan pada kain batik. 10) Kunyit (Curcuma domestica val), Bagian tanaman yang digunakan adalah rimpang dan umbi akarnya yang dapat menghasilkan warna kuning. 11) Bawang Merah (Allium ascalonicium L), Selain dimanfaatkan untuk bumbu masak, bawang merah dapat digunakan sebagai bahan pewarna batik. Bahan yang diambil adalah bagian kulit yang dapat menghasilkan warna jingga kecoklatan. b. Pewarna Sintetis / Pewarna Buatan Zat pewarna sintetis atau pewarna buatan merupakan zat pewarna yang dibuat dari bahan-bahan kimia tertentu sehingga dapat digunakan untuk mewarnai kain. Namun tidak semua bahan dapat digunakan karena pada saat proses pewarnaan batik tidak boleh menggunakan proses pemanasan, jika pewarnaan dilakukan dengan pemanasan maka dapat dipastikan lilin/malam batik akan meleleh. Berikut bahan pewarna sintetis/pewarna buatan yang sering digunakan : 22 1) Naphtol, Zat pewarna sintetis ini digunakan dalam proses pewarnaan dengan teknik celup, terdiri dari dua bagian yang memiliki fungsi yang berbeda yakni naphtol dasar dan pembangkit warna. Naphtol dasar (penaphtolan) biasanya digunakan pertama kali dalam proses pewarnaan, pada proses pencelupan pertama ini warna belum nampak dalam kain, untuk membangkitkan warna dalam kain dibutuhkan garam diazonium sehingga akan memunculkan warna sesuai larutan yang diharapkan. Secara teknis Naphtol tidak dapat larut dalam air, untuk melarutkannya biasanya para perajin menggunakan zat lain seperti kostik soda. 2) Indigosol, Zat warna Indigosol dalam penggunaannya untuk menghasilkan warna yang lembut pada kain batik, dapat dipakai dengan teknik celup maupun colet/kuas. Proses penggunaan pada zat warna Indigosol juga hampir sama dengan penggunaan pada Naphtol, pencelupan dibutuhkan dua kali proses. Proses pertama sebagai pencelupan dasar dan yang kedua untuk membangkitkan warna pada kain. Warna akan dapat muncul sesuai yang diharapkan setelah dilakukan oksidasi, yakni memasukkan kain yang telah diberi Indigosol ke dalam larutan asam sulfat atau asam florida (HCl atau H2SO4) ataupun Natrium Nitrit (NaNO2). 3) Rapid, Merupakan salah satu zat warna yang biasa dipakai untuk membatik dengan teknik colet/kuas. Terdiri dari campuran naphtol dan garam diazonium yang distabilkan. Untuk membangkitkan warna biasanya digunakan asam sulfat atau asam cuka. Zat pewarna sintetis lainnya yang dapat digunakan sebagai zat pembantu untuksec proses pewarnaan batik diantaranya caustic soda, soda abu, TRO (Turkish Red Oil), teepol, asam chloride, asam sulfat, tawas, kapur dan minyak kacang. 23 BAB III SIMPULAN Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, selain mempelajari makna dan filosofi yang terkandung dalam motif batik dapat diketahui pula bagaimana proses serta tahapan dalam memproduksi kain batik. Batik merupakan salah satu budaya khas indonesia yang patut dijaga, dikembangkan, dilindungi dan dilestarikan. Sebagai warga Indonesia yang peduli terhadap budaya, senantiasa harus memajukan dunia perbatikan baik dari segi motif dan ragam hiasnya ataupun pemasarannya. 24 DAFTAR PUSTAKA Infobatik.id. Diakses tanggal 6 November 2020 Slide Presentasi Modul Mata Kuliah Perbatikan, Sri Mayasari, ST., Universitas Islam Batik Surakarta Travel.kompas.com. (2013, 5 Juni 2013). Mengenal Batik, Mahakarya Indonesia. Diakses pada 8 November 2020, dari https://travel.kompas.com/read /2013/ 06/05/18400710/ Mengenal.Batik..Mahakarya.Indonesia?page=all 25