kelompok besar daerah pembuatan seni kerajinan

advertisement
PROBLEMATBKA HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HKI)
PADA KERAJINAN BATIK KAYU
Moch Najib Imanullah, Rofikah, Prasetyo Hadi Purwandoko.
Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.
Abstract: The aim of the research are to identify Intellectual Property
Right and as problems of wood batik handycraft, and looking for
alternative solution. To achieve that, normative and empirical juridical
research is conducted. The research use secondary and primary data.
The analysis is using the editing analysis style. From the research,
researcher have as as conclusion that the art of wood batik handycraft
potential to protect by Intellectual Property Right, such as copy right
for inovation/ alternative batik, patent for colour formula and Mark for
trade mark. But, there are technical problems and high cost as the
problem to obtain Intellectual Property Rights.
Keywords: Intellectual Property Rights, Wood Batik Handycraft.
PENDAHULUAN
Seni kerajinan batik hingga kini tetap berkembang di daerah-daerah
tertentu di tanah air. Hal tersebut menunjukkan bahwa jenis identitas budaya
nasional yang satu ini mampu bertahan hidup dan bahkan sanggup menjadi
identitas kultural yang patut diperhitungkan dalam komunitas nasional
maupun internasional, meskipun terus menerus ditempa arus globalisasi
yang membawa serta liberalisme ekonomi dan persaingan bebas.
Menilik sejarahnya, seni kerajinan batik di negeri ini di golongkan
dan dibedakan ke dalam dua jenis kelompok pembagian, yang terutama di
dasarkan pada sifat ragam hias dan corak warnanya ditinjau dari sudut
kelompok besar daerah pembuatan seni kerajinan batik. Pengelompokan
yang dibuat sejak zaman penjajahan Belanda dan nampaknya akan tetap
berlaku hingga sekarang ini menentukan dua kelompok besar yang
membedakan seni kerajinan batik yang satu dengan yang lainnya, yakni:
batik Vorstenlanden dan batik Pesisir (Depertemen Pendidikan Nasional,
2000: 1).
Batik Vorstenlanden adalah seni kerajinan batik yang terdapat di
daerah kerajaan yang pada zaman penjajahan Belanda disebut
Vorstenlanden dan menunjuk pada dua daerah keraton-sentris yaitu Solo
dan Yogya. Ragam hias pada batik Solo dan Yogya ini bersifat simbolis
berlatarkan kebudayaan Hindu-Jawa dengan warna-warna dominan, yaitu
sogan, biru, hitam dan putih.
Yustisia Edisi Nomor 68 Januari - Maret 2005
Problematika hak kekavaan intelektual
1232
Download