3. Tahap dan Gejala AIDS

advertisement
BAB
OBAT LAIN - LAIN
A. HIV dan Anti AIDS
1. Pendahuluan
Acquired Immune Deficiency Syndrome atau AIDS merupakan masalah global
yang mulai melanda dunia sejak awal tahun 80-an. AIDS dapat diartikan sebagai
sindroma (kumpulan gejala) penyakit yang disebabkan oleh rusak atau menurunnya
sistem kekebalan tubuh. Rusak atau menurunnya sistem kekebalan tubuh disebabkan
oleh infeksi virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). AIDS bukan merupakan
penyakit keturunan.
Dengan melemahnya sistem kekebalan, penderita sangat mudah terkena
serangan penyakit yang ringan sekalipun. Hingga kini belum ada obat yang ditemukan
untuk melawan secara efektif penyakit ini. Ada beberapa jenis obat yang sudah
digunakan untuk melawan penyakit ini, diantaranya yaitu AZT, DDI, DDC. Namun
efeknya hanya untuk menahan laju HIV menghancurkan sistem kekebalan tubuh
penderita dan belum mampu mematikan secara total virus ini.
Di Indonesia menurut data Direktorat Jenderal Peyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan, Depkes RI, hingga akhir Desember 2001 tercatat 2.575 kasus HIV-AIDS,
ditambah 213 kasus baru pada bulan yang sama, sehingga total kasus HIV-AIDS sampai
31 Desember 2001 sebanyak 2.788 kasus.
2. Cara Kerja Virus HIV
Human Immunodeficiency Virus termasuk golongan retro virus. Retro virus
adalah virus yang dapat berkembang biak dalam darah manusia dan memiliki
kemampuan mengcopy cetak biru materi genetik (DNA-RNA) mereka di dalam materi
genetik sel-sel manusia yang ditumpangi. Dengan proses ini HIV dapat mematikan sel-sel
darah putih (khususnya limfosit atau sel T-4 atau sel CD-4). HIV sangat kecil ukurannya,
lebih kecil daripada seperseribu tampang sehelai rambut. Virus ini bentuknya seperti
binatang bulu babi (yaitu binatang laut) yang berbulu tegak dan tajam.
Gambar Virus HIV.
1
Bagaimana tepatnya proses HIV melemahkan sistem kekebalan (imunitas) masih
diselidiki. Menurut teori yang paling banyak diterima, HIV langsung menyerang sel
darah putih. Enzim yang ada pada tonjolan bagian luar HIV menempel dan merusak
dinding sel darah putih dan akhirnya, virus tersebut masuk ke dalamnya. RNA (Ribo
Nucleic Acid) virus akan menempel pada DNA (Deoksiribo Nucleic Acid) sel darah putih,
lalu sel darah putih akan pecah, dan virusnya pun akan memecah diri lalu mencari sel
darah putih lainnya.
Karena serangan virus HIV, lambat laun jumlah sel darah putih yang sehat
semakin berkurang dan akhirnya sistem kekebalan menjadi lumpuh. Orang yang sel darah
putihnya sudah terinveksi HIV, dapat dipastikan yang bersangkutan sudah memiliki
antibodi spesifik terhadap HIV dan ia sudah digolongkan mengidap HIV.
3. Tahap dan Gejala AIDS
Gejala-gejala AIDS baru bisa dilihat pada seseorang yang tertular HIV sesudah
masa inkubasi. Masa inkubasi adalah satu periode waktu antara masuknya virus HIV ke
dalam darah (awal infeksi) sampai dengan timbulnya gejala-gejala penyakit AIDS. Masa
inkubasi berkisar 5 sampai 10 tahun setelah terinfeksi.
Selama masa inkubasi jumlah HIV dalam darah terus bertambah sedangkan
jumlah sel darah putih semakin berkurang. Kekebalan tubuhpun semakin rusak jika
jumlah sel darah putih kian sedikit.
Masa inkubasi terdiri dari beberapa tahap, yaitu :
Tahap Pertama
Disebut masa jendela atau window period yaitu tenggang waktu pertama setelah HIV
masuk ke dalam aliran darah. Berlangsung hingga 6 bulan. Pada tahap ini test HIV
menunjukkan hasil negatif. Hal ini karena tes yang mendeteksi antibodi HIV belum
dapat menemukannya, sehingga hasilnya negatif. Biasa disebut negatif palsu karena
orang yang bersangkutan sebenarnya sudah terinfeksi. Pada kondisi ini penderita
sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain.
Tahap Kedua
Disebut kondisi asimptomatik, yaitu suatu keadaan yang tidak menunjukkan gejalagejala walaupun sudah terinfeksi HIV. Kondisi ini dapat berlangsung 5-10 tahun
tergantung sistem kekebalan tubuh penderita. Pada tahap ini penderita bisa
menularkan kepada orang lain.
Tahap Ketiga
Disebut dengan penyakit yang terkait dengan HIV (HIV related illness), ditandai
dengan gejala-gejala awal penyakit. Gejala-gejalanya antara lain :

pembesaran kelenjar limfe / kelenjar getah bening

hilang selera makan

berkeringat berlebihan pada malam hari

timbul bercak-bercak di kulit

diare terus menerus

flu tidak sembuh-sembuh
Tahap ini dapat berlangsung sekitar 6 bulan sampai 2 tahun.
2
Tahap Keempat
Disebut masa AIDS. Ditandai dengan jumlah sel darah putih (limfosit / sel T-4)
kurang dari 200 / mikroliter. Kondisi ini ditandai dengan munculnya berbagai
penyakit, terutama penyakit yang disebabkan oleh infeksi oportunistik (TBC,
Pneumonia, Gangguan syaraf, Herpes, dll).
4. Penularan HIV
Kondisi yang diperlukan untuk terjadi penularan virus HIV adalah bahwa virus
HIV harus masuk ke aliran darah. HIV sangat rapuh dan cepat mati di luar tubuh. Virus
ini juga sensitif terhadap panas dan tidak tahan hidup pada suhu di atas 60 0C.
Untuk tertular harus ada konsentrasi HIV yang cukup tinggi. Di bawah
konsentrasi tertentu, tubuh manusia cukup kebal HIV sehingga tidak terjadi infeksi.
HIV ada di hampir semua cairan tubuh manusia seperti keringat, air ludah, air
mata, darah, cairan sperma, cairan vagina. HIV dalam air ludah, air mata dan keringat
konsentrasinya tidak cukup tinggi untuk dapat menularkan HIV. Cairan yang dapat
menularkan hanyalah darah, cairan sperma dan cairan vagina yang mengandung HIV.
Penularan dapat terjadi jika salah satu dari ketiga cairan tersebut masuk ke
dalam aliran darah seseorang. Penularan HIV melalui :
(a) cara seksual.
hubungan seksual (homoseks atau heteroseks) yang tidak aman dengan orang
yang terinveksi HIV.
(b) cara parenteral
 transfusi darah yang tercemar HIV
 menggunakan jarum suntik, tindik, tato atau alat lain yang dapat menimbulkan
luka yang telah tercemar HIV secara bersama-sama dan tidak di sterilkan.
(c) cara perinatal
dari ibu hamil yang terinfeksi HIV kepada anak yang dikandungnya.
5. Mengurangi Risiko Penularan
Cara mengurangi risiko penularan infeksi HIV adalah dengan tidak melakukan
kegiatan berisiko, yaitu menjaga agar jangan sampai cairan tubuh yang sudah tercemar
HIV masuk ke dalam tubuh. Cara-cara tersebut adalah antara lain :
(a) Bagi yang belum aktif melakukan kegiatan seksual (belum menikah):
Tidak melakukan hubungan seks sama sekali.
(b) Bagi yang sudah aktif melakukan kegiatan seksual (sudah menikah)
 hubungan dengan mitra tunggal
 menggunakan alat kontrasepsi (misal kondom)
 jika memiliki Penyakit Menular Seksual (PMS), segera diobati.
(c) Hanya melakukan transfusi darah yeng bebas HIV
(d) Mensterilkan alat-alat yang dapat menularkan
 jarum suntik
 tindik
 pisau cukur
 tatto, dll
(e) Ibu pengidap HIV agar mempertimbangkan kembali jika ingin hamil
3
6. Sterilisasi Alat
Penularan HIV dapat melalui alat kesehatan yang tercemar virus ini. Agar
menghindari risiko penularan maka perlu dilakukan sterilisasi terhadap alat-alat tersebut.
Sterilisasi alat dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
(a) Natriumhipochlorit (0,5%), Ethanol (70%), dan NPO4 (0,5%) dapat membantu
menahan perkembangan HIV dalam waktu satu menit.
(b) H2O2 (0,3%), Lisol (0,5%), Isopropilalkohol (70%), efektif menahan
perkembangan HIV dalam waktu 2-10 menit.
(c) Amonium chlorida kuartener (0,08%) efektif menahan HIV dalam waktu
10 menit.
(d) Nonoksinol-9 (surfaktan yang bersifat spermicid) dapat memperkuat fungsi
kondom mencegah penularan HIV.
(e) Paraformaldehid (0,5%), efektif menahan HIV dalam waktu 25 menit; formalin
(1:4), dan Glutaraldehid (0,1%) efektif dalam waktu 1 jam.
(f) HIV tidak sensitif terhadap sinar gamma (diperlukan dosis 10 kali lipat dibanding
untuk sterilisasi makanan), dosis sinar UV jauh lebih tinggi dibutuhkan untuk
membuat HIV inaktif di dalam ruang operasi dan laboratorium.
(g) Merebus alat dengan temperatur 100 0C juga akan dapat membunuh virus HIV.
7. Pengobatan
Hingga saat ini masih belum ditemukan obat –obat yang dapat melawan virus
HIV secara efektif. Beberapa obat mulai dikembangkan, cukup membantu meskipun
tidak dapat mengatasi secara total. Farmakoterapi diberikan masih sebatas membantu
memperlambat rusaknya daya tahan tubuh seseoarang dan memperlambat perkembangan
virus.
Obat-obat golongan retro virus ini sayangnya hingga saat ini masih belum
diproduksi di dalam negeri. Obat-obat tersebut adalah :
1. Generik : Zidovudin (AZT). Patent : Retrovir , Avirzid
2. Generik : Didanosin (ddl). Patent : Videx
3. Generik : Zalsitabin (ddC)
4. Generik : Stavudin (d4T). Patent : Zerit
5. Generik : Lamivudin (3TC). Patent : Epivir
6. Inhibitor HIV Protease :
o Generik : Saquinavir. Patent : Invirase
o Generik : Ritonavir. Patent : Norvir
o Generik : Indinavir. Patent : Crixivan
4
5
Download