Uploaded by User80751

LP gagal ginjal

advertisement
LAPORAN PENDAHULUAN ACUTE RENAL FAILURE (ARF)
A. Pengertian
Gagal ginjal akut adalah penurunan laju filtrasi glomerulus secara tiba-tiba, sering kali
dengan oliguri, peningkatan kadar urea dan kreatinin darah, serta asidosis metabolic dan
hiperkalemia. ( D. Thomson 1992 : 91 )
Gambar A.1. GGA
B.
Etiologi
1.
Pre renal
a) Hipoperfusi .
b) Hipovolemia : perdarahan hebat, diare, muntah, diurisis.
c)
2.
Hipotensia : shock, AMI luas, anestesia.
Renal (intrinsik): kerusakan struktur & fungsi ginjal
a) Hipoperfusi berkepanjangan.
b) Nekrosis tubular akut akibat :
c)
Hipotensi : pasca bedah
d) Hipovolemik dan infeksi : luka bakar.
e) Hipotensi akibat trauma berat
f)
Infeksi,
nefrotoksis,
penyakit
parenkim
ginjal
(pielonefritis
akut,
glomerulonefritis akut)
3.
Post renal (obstruktif).
a) Endapan asam urat, kristal sulfat.
b) Obstruksi : batu KK, hipertrofiprostat, cancer kolon, cancer servik & uterus.
c)
Pembedahan ureter.
Natalia Arakang Raolika. Prodi Ners RSKD Balikpapan 2019[Type text]
Page 1
d) Obstruksi uretra ; striktura uretra
C. Patofisiologi
Beberapa kondisi berikut yang menyebabkan pengurangan aliran darah renal dan
gangguan fungsi ginjal : hipovelemia, hipotensi, penurunan curah jantung dan gagal
jantung kongestif, obstruksi ginjal atau traktus urinarius bawah akibat tumor, bekuan
darah atau ginjal, obstruksi vena atau arteri bilateral ginjal. Jika kondisi itu ditangani dan
diperbaiki sebelum ginjal rusak secara permanen, peningkatan BUN, oliguria dan tandatanda lain yang berhubungan dengan gagal ginjal akut dapat ditangani.
Terdapat 4 tahapan klinik dari gagal ginjal akut yaitu :
1.
Stadium awal dengan awitan awal dan diakhiri dengan terjadinya oliguria.
2.
Stadium Oliguria. Volume urine 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak.
Kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN
ini berbeda-beda, tergantung dari kadar dalam diit. Pada stadium ini kadar kreatinin
serum mulai meningkat melebihi kadar normal.
Azotemia biasanya ringan kecuali bila penderita mengalami stress akibat infeksi, gagal
jantung atau dehidrasi. Pada stadium ini pula mengalami gelala nokturia (diakibatkan oleh
kegagalan pemekatan) mulai timbul. Gejala-gejala timbul sebagai respon terhadap stress
dan perubahan makanan dan minuman yang tiba-tiba. Penderita biasanya tidak terlalu
memperhatikan gejala ini. Gejala pengeluaran kemih waktu malam hari yang menetap
sampai sebanyak 700 ml atau penderita terbangun untuk berkemih beberapa kalipada
waktu malam hari. Dalam keadaan normal perbandingan jumlah kemih siang hari dan
malam hari adalah 3 : 1 atau 4 : 1. Sudah tentu nokturia kadang-kadang terjadi juga
sebagai respon teehadap kegelisahan atau minum yang berlebihan.
Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada penyakit yang terutamam
menyerang tubulus, meskipun poliuria bersifat sedang dan jarang lebih dari 3 liter/hari.
Biasanya ditemukan anemia pada gagal ginjal dengan faal ginjal diantara 5%-25 %. Faal
ginjal jelas sangat menurun dan timbul gelala-gejala kekurangan farahm tekanan darah
akan naik, terjadi kelebihan, aktifitas penderita mulai terganggu.
3.
Stadium III.
Semua gejala sudah jelas dan penderita masuk dalam keadaan dimana tak dapat
melakukan tugas sehari-hari sebagaimana mestinya. Gejala-gejala yang timbul antara lain
mual, muntah, nafsu makan berkurang, kurang tidur, kejang-kejang dan akhirnya terjadi
Natalia Arakang Raolika. Prodi Ners RSKD Balikpapan 2019[Type text]
Page 2
penurunan kesadaran sampai koma. Stadium akhir timbul pada sekitar 90 % dari masa
nefron telah hancur. Nilai GFR nya 10 % dari keadaan normal dan kadar kreatinin
mungkin sebesar 5-10 ml/menit atau kurang. Pada keadaan ini kreatnin serum dan kadar
BUN akan meningkat dengan sangat mencolok sebagai penurunan. Pada stadium akhir
gagal ginjal, penderita merasakan gejala yang cukup parah karene ginjal tidak sanggup
lagi mempertahankan homeostatis cairan dan elektrolit dalam tubuh. Penderita biasanya
menjadi oliguri (pengeluaran kemih) kurang dari 500/hari karena kegagalan glomerulus
meskipun proses penyakit mula-mula menyerang tubulus ginjal. Kompleks menyerang
tubulus ginjal, kompleks perubahan biokimia dan gejala-gejala yang dinamakan sindrom
uremik memepengaruhi setip sisitem dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal,
penderita pasti akan meninggal kecuali ia mendapat pengobatan dalam bentuk
transplantasi ginjal atau dialisis.
D. Manifestasi Klinis
a) Perubahan
haluaran urine (haluaran urin sedikit, mengandung darah dan
gravitasinya rendah (1,010) sedangkan nilai normalnya adalah 1,015-1,025)
b) Peningkatan BUN, creatinin
c)
Kelebihan volume cairan
d) Hiperkalemia
e) Serum calsium menurun, phospat meningkat
f)
Asidosis metabolic
g) Anemia
h) Letargi
i)
Mual persisten, muntah dan diare
j)
Nafas berbau urin
k)
Manifestasi sistem syaraf pusat mencakup rasa lemah, sakit kepala, kedutan otot
dan kejan
E.
Komplikasi
a) Jantung : edema paru, aritmia, efusi pericardium
b) Gangguanelektrolit : hyperkalemia, hiponatremia, asidosis
c)
Neurlogi : iritabilitasneuromuskuler, flap, tremor, koma, gangguankesadaran,
kejang
Natalia Arakang Raolika. Prodi Ners RSKD Balikpapan 2019[Type text]
Page 3
d) Gastrointestinal : nausea, muntah, gastritis, ulkus, peptikum, perdarahaan
gastrointestinal
e) Hematologi : anemia, diathesis hemoragik
f)
F.
Infeksi : pneumonia, septikemis, infeksi nosocomial
Pemeriksaan Penunjang
a)
Urine : Volume, Warna, Sedimen, Berat jenis, Kreatinin, Protein.
b)
Arteriogram ginjal
c)
Biopsi ginjal
d)
Darah : BUN/kreatinin, Hitung darah lengkap, Sel darah merah, Natrium
serum, Kalium, Magnesium fosfat, Protein, Osmolaritas serum.
e)
KUB Foto : Menunjukkan ukuran ginjal/ureter/kandung kemih dan adanya
obstruksi .
f)
Pielografi retrograde
g)
Sistouretrogram berkemih
h)
Ultrasono ginjal
i)
Endoskopi ginjal nefroskopi
j)
EKG
G. Penatalaksanaan
1.
Penatalaksanaan secara umum adalah:
Kelainan dan tatalaksana penyebab.
a) Kelainan praginjal. Dilakukan klinis meliputi faktor pencetus keseimbangan
cairan, dan status dehidrasi. Kemudian diperiksa konsentrasi natrium urin,
volume darah dikoreksi, diberikan diuretik, dipertimbngkan pemberian
inotropik dan dopamin.
b) Kelainan pasca ginjal. Dilakukan pengkajian klinis meliputi apakah kandung
kemih penuh, ada pembesaan prostat, gangguan miksi atau nyeri
pinggang. Dicoba memasang kateter urin, selain untuk mengetahui adanya
obstruksi juga untuk pengawasan akurat dari urin dan mengambil bahan
pemeriksaan. Bila perlu dilakukan USG ginjal.
Natalia Arakang Raolika. Prodi Ners RSKD Balikpapan 2019[Type text]
Page 4
c)
Kelainan ginjal. Dilakukan pengkajian klinis, urinalinasi, mikroskopik urin,
dan pertimbangkan kemungkinan biopsi ginjal, arteriografi, atau tes
lainnya.
2.
Penatalaksanaan gagal ginjal
a) Mencapai & mempertahankan keseimbangan natrium dan air. Masukan
natrium dibatasi hingga 60 mmol/hari dan cairan cukup 500 ml/hari di
luar kekurangan hari sebelumnya atau 30 mmol/jam di luar jumlah urin
yang dikeluarkan jam sebelumnya. Namun keseimbangan harus tetap
diawasi.
b) Memberikan nutrisi yang cukup. Bisa melalui suplemen tinggi kalori atau
hiperalimentaasi intravena. Glukosa dan insulin intravena, penambahan
kalium, pemberian kalsium intravena pada kedaruratan jantung dan
dialisis.
c)
Mencegah dan memperbaiki infeksi, terutama ditujukan terhadap infeksi
saluran napas dan nosokomial. Demam harus segera harus dideteksi dan
diterapi. Kateter harus segera dilepas bila diagnosis obstruksi kandung
kemih dapat disingkirkan.
d) Mencegah dan memperbaiki perdarahan saluran cerna. Feses diperiksa
untuk adanya perdarahan dan dapat dilakukan endoskopi. Dapat pula
dideteksi dari kenaikan rasio ureum/kreatinin, disertai penurunan
hemoglobin. Biasanya antagonis histamin H (misalnya ranitidin) diberikan
pada pasien sebagai profilaksis.
e) Dialisis dini atau hemofiltrasi sebaiknya tidak ditunda sampai ureum
tinggi, hiperkalemia, atau terjadi kelebihan cairan. Ureum tidak boleh
melebihi 30-40 mmol/L. Secara umum continous haemofiltration dan
dialisis peritoneal paling baik dipakai di ruang intensif, sedangkan
hemodialisis intermitten dengan kateter subklavia ditujukan untuk pasien
lain dan sebagai tambahan untuk pasien katabolik yang tidak adekuat
dengan dialisis peritoneal/hemofiltrasi.
Natalia Arakang Raolika. Prodi Ners RSKD Balikpapan 2019[Type text]
Page 5
MANAJEMEN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a.
Pengkajian Anamnesis
Pada pengakajian anamnesis data yang diperoleh yakni identitas klien dan
identitas penanggung jawab,identitas klien yang meliputi nama, usia, jenis
kelamin, pekerjaan,serta diagnosa medis. Penyakit Gagal Ginjal Akut dapat
menyerang pria maupun wanita dari rentang usia manapun,khususnya bagi orang
yang sedang menderita penyakit serius,terluka serta usia dewasa dan pada
umumnya lanjut usia. Pada pengkajian jenis kelamin, pria
disebabkan oleh
hipertrofi prostat sedangkan pada wanita disebabkan oleh infeksi saluran kemih
yang berulang, serta pada wanita yang mengalami perdarahan pasca melahirkan.
Untuk pengkajian identitas penanggung jawab data yang didapatkan yakni
meliputi nama, umur, pekerjaan, hubungan dengan si penderita.
b. Riwayat Kesehatan
1.
Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering adalah terjadi penurunan produksi miksi.
2.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian ditujukan sesuai dengan predisposisi etiologi penyakit terutama
pada prerenal dan renal. Secara ringkas perawat menanyakan berapa lama
keluhan penurunan jumlah urine output dan apakah penurunan jumlah urine
output tersebut ada hubungannya dnegna predisposisi penyebab, seperti
pasca perdarahan setelah melahirkan, diare, muntah berat, luka bakar nluas,
cedera luka bakar, setelah mengalami episode serangan infark, adanya
riwayat minum obat NSAID atau pemakaian antibiotik, adanya riwayat
pemasangan tranfusi darah, serta adanya riwayat trauma langsung pada
ginjal.
Natalia Arakang Raolika. Prodi Ners RSKD Balikpapan 2019[Type text]
Page 6
3.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem perkemihan
yang berulang, penyakit diabetes melitus dan penyakit hipertensi pada masa
sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab pasca renal. Penting untuk
dikaji tentang riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat
alergi terhadap jenis obat dan dokumentasikan.
4.
Riwayat psikososialcultural
Adanya kelemahan fisik, penurunan urine output dan prognosis penyakit
yang berat akan memberikan dampak rasa cemas dan koping yang
maladaptif pada klien.
c.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum dan TTV :
Keadaan umum klien lemah, terlihat sakit berat, dan letargi. Pada TTV sering
didapatkan adanya perubahan, yaitu pada fase oliguri sering didapatkan suhu
tubuh meningkat, frekuensi denyut nadi mengalami peningkatan dimana
frekuensi meningkat sesuai dengan peningkatan suhu tubuh dan denyut nadi.
tekanan darah terjadi perubahan dari hipetensi rinagan sampai berat.
Pemeriksaan Pola Fungsi :
B1 (Breathing).
Pada periode oliguri sering didapatkan adanya gangguan pola napas dan jalan
napas yang merupakan respons terhadap azotemia dan sindrom akut uremia.
Klien bernapas dengan bau urine (fetor uremik) sering didapatkan pada fase ini.
Pada beberapa keadaan respons uremia akan menjadikan asidosis metabolik
sehingga didapatkan pernapasan kussmaul.
B2 (Blood).
Pada kondisi azotemia berat, saat perawat melakukan auskultasi akan
menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda khas efusi perikardial
sekunder dari sindrom uremik. Pada sistem hematologi sering didapatkan adanya
anemia. Anemia yang menyertai gagal ginjal akut merupakan kondisi yang tidak
dapat dielakkan sebagai akibat dari penurunan produksi eritropoetin, lesi
gastrointestinal uremik, penurunan usia sel darah merah, dan kehilangan darah,
biasanya dari saluran G1. Adanya penurunan curah jantung sekunder dari
Natalia Arakang Raolika. Prodi Ners RSKD Balikpapan 2019[Type text]
Page 7
gangguan fungsi jantung akan memberat kondisi GGA. Pada pemeriksaan
tekanan darah sering didapatkan adanya peningkatan.
B3 (Brain).
Gangguan status mental, penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran
(azotemia, ketidakseimbangan elektrolit/asam/basa). Klien berisiko kejang, efek
sekunder akibat gangguan elektrolit, sakit kepala, penglihatan kabur, kram
otot/kejang biasanya akan didapatkan terutama pada fase oliguri yang berlanjut
pada sindrom uremia.
B4 (Bladder).
Perubahan pola kemih pad aperiode oliguri akan terjadi penurunan frekuensi dan
penurunan urine output <400 ml/hari, sedangkan pada periode diuresis terjadi
peningkatan yang menunjukkan peningkatan jumlah urine secara bertahap,
disertai tanda perbaikan filtrasi glomerulus. Pada pemeriksaan didapatkan
perubahan warna urine menjadi lebih pekat/gelap.
B5 (Bowel).
Didapatkan adanya mual dan muntah, serta anoreksia sehingga sering didapatkan
penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
B6 (Bone).
Didapatkan adnaya kelemahan fisik secara umum efek sekunder dari anemia dan
penurunan perfusi perifer dari hipetensi.
2.
Diagnosa Keperawatan
1.
Defisit volume cairan b.d. fase diuresis dari gagal ginjal akut
2.
Aktual/risiko tinggi pola napas tidak efektif b.d penurunan pH pada ciaran
serebrospinal, perembesan cairan, kongesti paru efek sekunder perubahan
membran kapiler alveoli dan retensi cairan interstisial dari edema paru pada
respons asidosis metabolic
3.
Aktual/risiko tinggi menurunnya curah jantung b.d penurunan kontraktilitas
ventrikel kiri, perubahan frekuensi, irama, konduksi elektrikal efek sekunder
penurunan pH, hiperkalemi, dan uremia
4.
Aktual/risiko penurunan perfusi serebral b.d. penurunan pH pada cairan
serebrospinal efek sekunder dari asidosis metabolic
Natalia Arakang Raolika. Prodi Ners RSKD Balikpapan 2019[Type text]
Page 8
5.
Aktual/risiko tinggi aritmia b.d gangguan konduksi elektrikal efek sekunder
dari hiperkalemi
3.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1 :
Defisit volume cairan b.d. fase diuresis dari gagal ginjal akut
Tujuan
: Defisit volume cairan dapat teratasi
Kriteria Hasil
:
- Klien tidak mengeluh pusing,
- membran mukosa lembab
- turgor kulit normal
- TTV dalam batas normal
- CRT < 3 detik
urine > 600 ml/hari
Intervensi :
1.
Monitoring status cairan (turgor kulit, membran mukosa, urine output)
Rasional : Jumlah dan tipe cairan pengganti ditentukan dari keadaan status cairan
Penurunan
volume
cairan
mengakibatkan
menurunnya
produksi
urine,
monitoring yang ketat pada produksi urine <600 ml/hari karena merupakan
tanda-tanda terjadinya syok hipovolemik.
2.
Auskultasi TD dan timbang berat badan.
Rasional : Hipotensi dapat terjadi pada hipovolemik. Perubahan berat badan
sebagai parameter dasar terjadinya defisit cairan.
3.
Programkan untuk dialysis.
Rasional : Program dialisis akan mengganti fugnsi ginjal yang terganggu dalam
menjaga keseimbangan cairan tubuh.
4.
Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan diaforesis secara teratur.
Rasional : Mengetahui adanya pengaruh adanya peningkatan tahanan perifer.
5.
Kolaborasi Pertahankan pemberian cairan secara intravena
Rasional : Jalur yang paten penting untuk pemberian cairan secara cepat dan
memudahkan perawat dalam melakukan kontrol intake dan output cairan.
Natalia Arakang Raolika. Prodi Ners RSKD Balikpapan 2019[Type text]
Page 9
Diagnosa 2 :
Aktual/risiko tinggi pola napas tidak efektif b.d penurunan pH pada ciaran
serebrospinal, perembesan cairan, kongesti paru efek sekunder perubahan membran
kapiler alveoli dan retensi cairan interstisial dari edema paru pada respons asidosis
metabolic.
Tujuan
: Tidak terjadi perubahan pola napas
Kriteria Hasil
:
-
Klien tidak sesak napas
-
RR dalam batas normal 16-20 x/menit
-
Pemeriksaan gas arteri pH 7.40 ± 0,005, HCO, 24 ± 2 mEq/L, dan PaCO, 40
mmHg
Intervensi :
1.
Kaji faktor penyebab asidosis metabolic.
Rasional : Mengeidentifikasi untuk mengatasi penyebab dasar dari asidosis
metabolic.
2.
Monitor ketat TTV.
Rasional : Perubahan TTV akan memberikan dampak pada risiko asidosis yang
bertambah berat dan berindikasi pada intervensi untuk secepatnya melakukan
koreksi asidosis
3.
Istirahatkan klien dengan posisi fowler.
Rasional : Posisi fowler akan meningkatkan ekspansi paru optimal istirahat akan
mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan jantung, dan
menurunkan tekanan darah.
4.
Ukur intake dan output.
Rasional : Penurunan curah jantung, mengakibatkan gangguan perfusi ginjal,
retensi natrium/air, dan penurunan urine output.
5.
Lingkungan tenang dan batasi pengunjung.
Rasional :
Lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal dan
pembatasan pengunjung akan membantu meningkatkan O2 ruangan yang akan
berkurang apabila banyak pengunjung yang berada di ruangan.
6.
Berikan cairan ringer laktat secara intravena.
Natalia Arakang Raolika. Prodi Ners RSKD Balikpapan 2019[Type text]
Page 10
Rasional : Larutan IV ringer laktat biasanya merupakan cairan pilihan untuk
memperbaiki keadaan asidosis metabolik dengan selisih anion normal, serta
kekurangan volume ECF yang sering menyertai keadaan ini.
7.
Berikan bikarbonat.
Rasional : Kolaborasi pemberian bikarbonat. Jika penyebab masalah adalah
masukkan klorida, maka pengobatannya adalah ditujukan pada menghilangkan
sumber klorida.
8.
Pantau data laboratorium analisis gas darah berkelanjutan.
Rasional : Tujuan intervensi keperawatan pada asidosis metabolik adalah
meningkatkan pH sistemik sampai ke batas yagn aman dan menanggulangi
sebab-sebab asidosis yang mendasarinya. Dengan monitoring perubahan dari
analisis gas darah berguna untuk menghindari komplikasi yang tidak diharapkan.
Diagnosa 3 :
Aktual/risiko tinggi menurunnya curah jantung b.d penurunan kontraktilitas ventrikel
kiri, perubahan frekuensi, irama, konduksi elektrikal efek sekunder penurunan pH,
hiperkalemi, dan uremia.
Tujuan
: Tidak terjadi aritmia
Kriteria Hasil
:
-
Klien tidak gelisah, tidak mengeluh mual-mual dan muntah
-
GCS 4, 5, 6 tidak terdapat papiledema. TTV dalam batas normall
-
Klien tidak mengalami defisit neurologis, kadar kalium serum dalam batas
normal
Intervensi :
1.
Kaji faktor penyebab dari situasi/keadaan individu dan faktor-faktor hiperkalemi.
Rasional : Banyak faktor yang menyebabkan hiperkalemia dan penanganan
disesuaikan dengan faktor penyebab.
2.
Beri diet rendah kalium
Rasional : Makanan yang mengandung kalium tinggi yang harus dihindari
termausk kopi, cocoa, the, buah yang dikeringkan, kacang yang dikeringkan, dan
roti gandum utuh. Susu dan telur juga mengandung kalium yang cukup besar.
Natalia Arakang Raolika. Prodi Ners RSKD Balikpapan 2019[Type text]
Page 11
Sebaliknya, makanan dengan kandungan kalium minimal termasuk mentega,
margarin, sari buah, atau saus cranbeery, bir jahe, permen karet, atau gula-gula
(permen), root beer, gula dan madu.
3.
Memonitor tanda-tanda vital tiap 4 jam.
Rasional : Adanya perubahan TTV secara cepat dapat menjadi pencetus aritmia
pada klien hipokalemi.
4.
Monitoring ketat kadar kalium darah dan EKG.
Rasional : Upaya deteksi berencana untuk mencegah hiperkalemi.
5.
Monitoring klien yang berisiko terjadi hipokalemi.
Rasional : Asidosis dan kerusakan jaringan seperti pada luka bakat atau cedera
remuk, dapat menyebabkan perpindahan kalium dari ICF ke ECF, dan masih ada
hal-hal lain yang dapat menyebabkan hiperkalemia. Akhirnya, larutan IV yang
mengandung kalium harus diberikan perlahan-lahan untuk mencegah terjadinya
beban kalium berlebihan latrogenik.
6.
Monitoring klien yang mendapat infus cepat yang mengandung kalium.
Rasional : Aspek yang paling penting dari pencegahan hiperkalemia adalah
mengenali keadaan klinis yang dapat menimbulkan hiperkalemia karena
hiperkalemia adalah akibat yang bisa diperkirakan pada banyak penyakit dan
pemberian obat-obatan. Selain itu, juga harus diperhatikan agar tidak terjadi
pemberian infus larutan IV yang mengandung kalium dengan kecepatan tinggi.
Diagnosa 4 :
Aktual/risiko penurunan perfusi serebral b.d. penurunan pH pada cairan serebrospinal
efek sekunder dari asidosis metabolic.
Tujuan
: Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal.
Kriteria Hasil
:
-
Klien tidak gelisah, tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kajang, GCS 4,5,6,
pupil isokor, refleks cahaya (+).
-
Tanda-tanda vital normal (nadi 60-100 kali/menit, suhu : 36-36,70C,
pernapasan 16-20 kali/menit).
-
Serta klien tidak mengalami defisit neurologis seperti : lemas, agitasi, iritabel,
hiperefleksia, dan spastisitas dapat terjadi hingga akhirnya timbul koma,
kejang
Natalia Arakang Raolika. Prodi Ners RSKD Balikpapan 2019[Type text]
Page 12
Intervensi :
1.
Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS.
Rasional : Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjut.
2.
Monitor tanda-tanda vital seperti TD, nadi, suhu, respirasi, dan hati-hati pada
hipertensi sistolik.
Rasional : Pada keadaan normal, autoregulasi mempertahankan keadaan tekanan
darah sistemik yang dapat berubah secara fluktuasi. Kegagalan autoreguler akan
menyebabkan kerusakan vaskular serebral yang dapat dimanifestasikan dengan
peningkatan sistolik dan diikuti oleh penurunan tekanan diastolik, sedangkan
peningkatan suhu dapat menggambarkan pejralanan infeksi.
3.
Bantu klien untuk membatasi muntah dan batuk. Anjurkan klien untuk
mengeluarkan napas apabila bergerak atau berbalik di tempat tidur.
Rasional
:
Aktivitas
ini
dapat
meningkatkan
tekanan
intrakranial
dan
intraabdomen. Mengeluarkan napas sewaktu bergerak atau mengubah posisi
dapat melindungi diri dari efek valsava.
4.
Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan
Rasional : Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan
potensial terjadi perdarahan ulang.
5.
Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung.
Rasional : Rangsangan aktivitas yang meningkatkan dapat meningkatkan
kenaikan TIK. Istirahat total dan ketegangan mungkin diperlukan untuk
pencegahan terhadap perdarahan dalam kasusu stroke hemoragik/perdarahan
lainnya.
6.
Monitor kalium serum
Rasional : Hiperkalemi terjadi dengan asidosis, hipokalemi dapat terjadi pada
kebalikan asidosis dan perpindahan kalium kembali ke sel.
Diagnosa 5 :
Aktual/risiko tinggi aritmia b.d gangguan konduksi elektrikal efek sekunder dari
hiperkalemi.
Tujuan
: Perawatan risiko kejang berulang tidak terjadi
Kriteria Hasil
-
:
Klien tidak mengalami kejang
Natalia Arakang Raolika. Prodi Ners RSKD Balikpapan 2019[Type text]
Page 13
Intervensi :
1.
Kaji dan catat faktor-faktor yang menurunkan kalsium dari sirkulasi.
Rasional : Penting artinya untuk mengamati hipokalsemia pada klien berisiko.
Perawat harus bersiap untuk kewaspadaan kejang bila hipokalsemia hebat.
2.
Kaji stimulus kejang.
Rasional : Stimulus kejang pada tetanus adalah rangsang cahaya dan peningkatan
suhu tubuh.
3.
Monitor klien yang berisiko hipokalsemi.
Rasional : Individu berisiko terhadap osteoporosis diinstruksikan tentang perlunya
masukan kalsium diet yang adekuat; jika dikonsumsi dalam diet, suplemen
kalsium harus dipertimbangkan.
4.
Hindari konsumsi alkohol dan kafein yang tinggi.
Rasional : Alkohol dan kafein dalam dosis yang tinggi menghambat penyerapan
kalsium dan perokok kretek sedang meningkatkan ekskresi kalsium urine
5.
Monitor pemeriksaan EKG dan laboratorium kalsium serum.
Rasional : Menilai keberhasilan intervensi
4.
Implementasi Keperawatan
Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari
masalah status kesehatan yang dihadapi ke status yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan dan di lakukan sesuai intervensi
kepetawatan.
5.
Evaluasi Keperawatan
Hasil yang diharapkan setelah mendapatkan intervensi adalah sebagai berikut:
1.
Defisit volume cairan teratasi
2.
Pola napas kembali efektif
3.
Tidak terjadi penurunan curah jantung
4.
Peningkatan perfusi serebral
5.
Tidak terjadi aritmia
Natalia Arakang Raolika. Prodi Ners RSKD Balikpapan 2019[Type text]
Page 14
Natalia Arakang Raolika. Prodi Ners RSKD Balikpapan 2019[Type text]
Page 15
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer,Arif,dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran.edisi 3,jilid 1. Jakarta : Salemba Medika
Muttaqin,Arif,Kumala Sari.2011. Askep Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba
Medika.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica
Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC.
Wilkinson,Judith
M,dkk.2013.Buku
Saku
Diagnosis
Keperawatan.NANDA,Intervensi
NIC,criteria Hasil NOC,edisi 9.Jakarta :EGC
Natalia Arakang Raolika. Prodi Ners RSKD Balikpapan 2019[Type text]
Page 16
Download