Uploaded by User80645

LP S.K.GERONTIK RACHMAWATI NIRMALA DEWI

advertisement
SIKLUS KEPERAWATAN GERONTIK
“LAPORAN KASUS ASKEP GERONTIK DENGAN DIABETES MELLITUS”
Dosen : Ns. Edo Gusdiansyah, M.Kep
OLEH:
Rachmawati Nirmala Dewi
(2014901035)
Profesi Ners Program A
PROGRAM STUDY PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ALIFAH PADANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELLITUS
A. KONSEP DASAR
1.
Definisi
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi
yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya
dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, dan neuropati (Yuliana elin, 2009
dalam NANDA NIC-NOC, 2013).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Mansjoer, 2000).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan multifaktorial yang
dicirikan dengan hiperglikemia dan hipoglikemia (Mary,2009)
2.
Anatomi Fisiologis
Pankreas manusia secara anatomi letaknya menempel pada duodenum dan terdapat
kurang lebih 200.000 – 1.800.000 pulau Langerhans. Dalam pulau langerhans jumlah sel
beta normal pada manusia antara 60% - 80% dari populasi sel Pulau Langerhans. Pankreas
berwarna putih keabuan hingga kemerahan. Organ ini merupakan kelenjar majemuk yang
terdiri atas jaringan eksokrin dan jaringan endokrin. Jaringan eksokrin menghasilkan enzimenzim pankreas seperti amylase, peptidase dan lipase, sedangkan jaringan endokrin
menghasilkan hormon-hormon seperti insulin, glukagon dan somatostatin (Dolensek,
Rupnik & Stozer, 2015).
(Universitas Michigan, 2012)
Pulau Langerhans mempunyai 4 macam sel yaitu (Dolensek, Rupnik & Stozer, 2015):
a. Sel Alfa  sekresi glukagon
b. Sel Beta  sekresi insulin
c. Sel Deltasekresi somatostatin
d. Sel Pankreatik
Hubungan yang erat antar sel-sel yang ada pada pulau Langerhans menyebabkan
pengaturan secara langsung sekresi hormon dari jenis hormon yang lain. Terdapat hubungan
umpan balik negatif langsung antara konsentrasi gula darah dan kecepatan sekresi sel alfa,
tetapi hubungan tersebut berlawanan arah dengan efek gula darah pada sel beta. Kadar gula
darah akan dipertahankan pada nilai normal oleh peran antagonis hormon insulin dan
glukagon, akan tetapi hormon somatostatin menghambat sekresi keduanya (Dolensek,
Rupnik & Stozer, 2015).
Insulin
Insulin (bahasa latin insula, “pulau”, karena diproduksi di pulau-pulau Langerhans di
pankreas) adalah sebuah hormon yang terdiri dari 2 rantai polipeptida yang mengatur
metabolisme karbohidrat (glukosa  glikogen). Dua rantai dihubungkan oleh ikatan
disulfida pada posisi 7 dan 20 di rantai A dan posisi 7 dan 19 di rantai B (Guyton & Hall,
2012).
Fisiologi Pengaturan Sekresi Insulin
Peningkatan kadar glukosa darah dalam tubuh akan menimbulkan respons tubuh berupa
peningkatan sekresi insulin. Bila sejumlah besar insulin disekresikan oleh pankreas,
kecepatan pengangkutan glukosa ke sebagian besar sel akan meningkat sampai 10 kali lipat
atau lebih dibandingkan dengan kecepatan tanpa adanya sekresi insulin. Sebaliknya jumlah
glukosa yang dapat berdifusi ke sebagian besar sel tubuh tanpa adanya insulin, terlalu sedikit
untuk menyediakan sejumlah glukosa yang dibutuhkan untuk metabolisme energi pada
keadaan normal, dengan pengecualian di sel hati dan sel otak (Guyton & Hall, 2012).
(The New Zealand Institute of Health and Fitness, 2007)
Mekanisme Insulin Dalam Menyimpan Glukosa Darah ke Dalam Sel
Pada kadar normal glukosa darah puasa sebesar 80-90 mg/100ml, kecepatan sekresi
insulin akan sangat minimum yakni 25mg/menit/kg berat badan. Namun ketika glukosa
darah tiba-tiba meningkat 2-3 kali dari kadar normal maka sekresi insulin akan meningkat
yang berlangsung melalui 2 tahap (Guyton & Hall, 2012) :
1. Ketika kadar glukosa darah meningkat maka dalam waktu 3-5 menit kadar insulin
plasama akan meningkat 10 kali lipat karena sekresi insulin yang sudah terbentuk lebih
dahulu oleh sel-sel beta pulau langerhans. Namun, pada menit ke 5-10 kecepatan sekresi
insulin mulai menurun sampai kira-kira setengah dari nilai normalnya.
2. Kira-kira 15 menit kemudian sekresi insulin mulai meningkat kembali untuk kedua
kalinya yang disebabkan adanya tambahan pelepasan insulin yang sudah lebih dulu
terbentuk oleh adanya aktivasi beberapa sistem enzim yang mensintesis dan melepaskan
insulin baru dari sel beta.
3.
Epidemiologi
Diabetes terutama prevalen diantara kaum lanjut usia. Diantara individu yang berusia
lebih dari 65 tahun, 8,6% menderita diabetes tipe II. Angka ini mencakup 15% populasi
pada panti lansia.
4.
Etiologi
a.
Diabetes Melitus
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat menyebabkan
insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya memegang peranan penting pada
mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
1.
Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel
beta melepas insulin.
2.
Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang
dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang
diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3.
Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang
disertai pembentukan sel-sel antibodi antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan
sel- sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
4.
Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan
terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran sel
yang responsir terhadap insulin.
b.
Gangren Kaki Diabetik
Faktor – faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki diabetik dibagi
menjadi endogen dan faktor eksogen.
Faktor endogen : a. Genetik, metabolik
b. Angiopati diabetik
c. Neuropati diabetik
Faktor eksogen : a. Trauma
b. Infeksi
c. Obat
5.
Patofisiologis
a. Diabetes Melitus
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu
efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
1.
Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan naiknya
konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl.
2.
Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan
terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol
pada dinding pembuluh darah.
3.
Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan
kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada
hiperglikemia yng parah yang melebihi ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah
sebesar 160 – 180 mg/100 ml ), akan timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis
tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan
diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida,
potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi.
Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan
protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang
lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan
mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga
berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi.
Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran
basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.
b. Gangren Kaki Diabetik
Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat
hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.
1.
Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan
jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yang
berlebihan ini tidak akan termetabolisasi habis secara normal melalui glikolisis,
tetapi sebagian dengan perantaraan enzim aldose reduktase akan diubah menjadi
sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam sel / jaringan tersebut dan menyebabkan
kerusakan dan perubahan fungsi.
2.
Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada semua
protein, terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi
pada protein membran basal dapat menjelaskan semua komplikasi baik makro
maupun mikro vaskular.
Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor – faktor disebutkan
dalam etiologi. Faktor utama yang berperan timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan
infeksi. Neuropati merupakan faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya neuropati perifer
akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan sensorik akan
menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami
trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga
akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang
menyebabkan ulsetrasi pada kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran
darah ke kaki. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka
penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi
gangguan pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di
malam hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati
tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen ( zat asam ) serta
antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit sembuh ( Levin,1993). Infeksi sering
merupakan komplikasi yang menyertai KD akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati,
sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhdap penyembuhan atau pengobatan
dari KD.
6.
Klasifikasi
a) Klasifikasi klinis :
1) DM
Tipe I : IDDM
Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses autoimun
Tipe II : NIDDM
Disebakan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin
adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh
jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati :
a) Tipe II dengan obesitas
b) Tipe II tanpa obesitas
2) Gangguan toleransi glukosa
3) Diabetes kehamilan
b) Klasifikasi resiko statistik :
1) Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
2) Berpotensi menderita kelainan glukosa
Gangren kaki diabetik dibagi menjadi enam tingkatan, yaitu :
Derajat 0: Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai
kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Derajat 1 : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat 2 : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat 3 : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat 4 : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
Derajat 5 : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
7.
Manifestasi Klinis
Gejala yang lazim terjadi pada diabetes mellitus pada tahap awal sering ditemukan sebagai
berikut :
1) Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya
serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotik diuresis yang mana gula banyak
menarik cairan dan elektrolit sehingga klien banyak kencing
2) Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena
poliuri, sehngga untuk mengeimbangi klien lebih banyak minum
3) Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).
Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak
makan, tetap saja makanan tersebut hanya kan berada sampai pada pembuluh darah.
4) Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh
berusaha mendapat peleburan zat dari bagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein,
karena tubuh terus merasakan lapar maka tubuh termasuk yang berada di jaringan otot
dan lemak sehingga klien dengan DM banyak makan akan tetap kurus.
5) Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas (glukosa-sarbitol fruktasi) yang disebabkan
karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga
menyebabkan pembentukkan katarak
8.
Komplikasi
a. Komplikasi akut
1) Hipoglikemia
Hipoglikemia (kadar gula darah yang abnormal rendah) terjadi apabila kadar
glukosa darah turun dibawah 50 mg/dl. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian
insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit
atau karena aktivitas fisik yang berat.
Adanya penyakit gangren kaki diabetik akan mempengaruhi kehidupan individu dan
keluarga. Adapun dampak masalah yang bisa terjadi meliputi :
a.
Pada Individu
Pola dan gaya hidup penderita akan berubah dengan adanya penyakit ini, Gordon telah
mengembangkan 11 pola fungsi kesehatan yang dapat digunakan untuk mengetahui
perubahan tersebut.
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana
hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gangren kaki diabetuk
sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan
untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena
itu perlu adanya penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar
gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering
kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan mudah lelah.
Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan
metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.
c) Pola eliminasi
Adanya
hiperglikemia
menyebabkan
terjadinya
diuresis
osmotik
yang
menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urine (
glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
d) Pola tidur dan istirahat
Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka dan situasi rumah sakit yang ramai akan
mempengaruhi waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga pola tidur dan waktu
tidur penderita mengalami perubahan.
e) Pola aktivitas dan latihan
Adanya luka gangren dan kelemahan otot – otot pada tungkai bawah menyebabkan
penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal,
penderita mudah mengalami kelelahan.
f) Pola hubungan dan peran
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu dan
menarik diri dari pergaulan.
g) Pola sensori dan kognitif
Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada luka
sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.
h) Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh, lamanya
perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien
mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga ( self esteem ).
i) Pola seksual dan reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga
menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan kualitas maupun
ereksi, serta
memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.
j) Pola mekanisme stres dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif
berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan
penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka pada
kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi
pola ibadah penderita.
b. Dampak pada keluarga
Dengan adanya salah satu anggota keluarga yang sakit dan dirawat di rumah sakit
akan muncul bermacam –macam reaksi psikologis dari kelurga, karena masalah
kesehatan yang dialami oleh seorang anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh
anggota keluarga. Waktu perawatan yang lama dan biaya yang banyak akan
mempengaruhi keadaan ekonomi keluarga dan perubahan peran pada keluarga karena
salah satu anggota keluarga tidak dapat menjalankan perannya.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangren kaki diabetik hendaknya
dilakukan secara komperhensif dengan menggunakan proses keperawatan.
Proses keperawatan adalah suatu metode sistematik untuk mengkaji respon manusia
terhadap masalah-masalah dan membuat rencana keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah – masalah tersebut. Masalah-masalah kesehatan dapat berhubungan dengan klien
keluarga juga
orang terdekat atau masyarakat. Proses keperawatan mendokumentasikan
kontribusi perawat dalam mengurangi / mengatasi masalah-masalah kesehatan.
Proses keperawatan terdiri dari lima tahapan, yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1.
Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan yang
mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
a.
Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan
status kesehatan dan pola pertahanan penderita , mengidentifikasikan, kekuatan dan
kebutuhan penderita yang dapt diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan
fisik,
pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
l)
Anamnese
a) Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan
diagnosa medis.
b) Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak - sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya
yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
d) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang ada kaitannya
dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.
Adanya riwayat
penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang
pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
e) Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang
juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan
terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
f) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.
g) Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat
badan dan tanda – tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,
telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah
sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi
mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia,
lensa mata keruh.
c. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan
pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
d. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
e. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau
berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
f. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
g. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
h. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat
lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
i. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,
reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120
mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan
merah bata ( ++++ ).
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.
b.
Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokan dan dilakukan analisa serta
sintesa data. Dalam mengelompokan data dibedakan atas data subyektif dan data
obyektif dan berpedoman pada teori Abraham Maslow yang terdiri dari :
1. Kebutuhan dasar atau fisiologis
2. Kebutuhan rasa aman
3. Kebutuhan cinta dan kasih sayang
4. Kebutuhan harga diri
5. Kebutuhan aktualisasi diri
Data yang telah dikelompokkan tadi di analisa sehingga dapat diambil kesimpulan
tentang masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab, yang dapat dirumuskan
dalam bentuk diagnosa keperawatan meliputi aktual, potensial, dan kemungkinan.
2.
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau
komunitas terhadap proses kehidupan/ masalah kesehatan. Aktual atau potensial dan
kemungkinan dan membutuhkan
tindakan keperawatan untuk memecahkan masalah
tersebut.
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangren kaki diabetik adalah
sebagai berikut :
3.
1.
Defisit Volume Cairan
2.
Pola Nafas tidak efektif
3.
Resiko Infeksi
4.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5.
Cemas
6.
Kurang pengetahuan
Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan aktivitas keperawatan
perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan, dan mencegah masalah keperawatan
penderita. Tahapan ini disebut perencanaan keperawatan yang meliputi penentuan prioritas,
diagnosa keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan, menetapkan kriteria evaluasi dan
merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan.
No
1
Diagnosa Keperawatan
Defisit Volume Cairan
Definisi
:
cairan
NOC:
Penurunan
intravaskuler,
interstisial,
Itujuan Dan Kriteria Hasil
NIC :
Fluid balance
Fluid management
Hydration
dan/atau
Nutritional Status :
Ini
Food and Fluid Intake
intrasellular.
mengarah ke dehidrasi, Kriteria Hasil :
kehilangan
Intervensi
diperlukan
output yang akurat
cairan
Mempertahankan urine
pengeluaran
output sesuai dengan
kelembaban
usia dan BB, BJ urine
mukosa, nadi adekuat, tekanan
Batasan Karakteristik :
normal, HT normal
darah
- Kelemahan
Tekanan darah, nadi,
diperlukan
- Haus
suhu
Monitor vital sign
dengan
sodium
-
-
-
Penurunan
turgor
tubuh
dalam
batas normal
ortostatik
membran
),
jika
nitor masukan makanan /
kulit/lidah
Tidak ada tanda tanda
cairan dan hitung intake kalori
Membran mukosa/kulit
dehidrasi,
harian
kering
turgor
Peningkatan
nadi,
denyut
penurunan
tekanan
darah,
membran
Elastisitas
kulit
baik,
mukosa
cairan IV
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan
penurunan
ruangan
volume/tekanan nadi
-
Pengisian
vena
menurun
-
nesogatrik sesuai output
Perubahan
status
mental
-
membantu pasien makan
Konsentrasi
urine
meningkat
-
buah segar )
Temperatur
tubuh
meningkat
cairan
muncul
- Hematokrit meninggi
meburuk
-
Kehilangan berat badan
Atur kemungkinan tranfusi
seketika (kecuali pada
Persiapan untuk tranfusi
third spacing)
Faktor-faktor
yang
berhubungan:
-
Kehilangan
volume
cairan secara aktif
-
Kegagalan mekanisme
pengaturan
2
berlebih
Pola Nafas tidak efektif
NOC :
NIC :
Definisi : Pertukaran udara
inspirasi
dan/atau
ekspirasi tidak adekuat
Batasan karakteristik :
-
Penurunan
tekanan
Respiratory status :
teknik chin lift atau jaw thrust
Vital sign Status
bila perlu
Kriteria Hasil :
Penurunan pertukaran
udara per menit
-
Airway Management
Ventilation
Airway patency
inspirasi/ekspirasi
-
Respiratory status :
Menggunakan
otot
pernafasan tambahan
Mendemonstrasikan
batuk
efektif
suara
nafas
bersih,
dan
yang
tidak
ada
- Nasal flaring
sianosis dan dyspneu
- Dyspnea
(mampu
- Orthopnea
mengeluarkan
-
Perubahan
penyimpangan dada
mampu
bernafas
dengan
mudah,
-
pursed lips)
Assumption of 3-point
position
tidak
-
ekspirasi
(klien tidak merasa
sangat
tercekik, irama nafas,
-
anterior-posterior
-
Pernafasan
yang
dalam
normal,
rata-
rata/minimal
atau suction
paten
frekuensi pernafasan
Peningkatan diameter
buatan
jalan
nafas
lama
pemasangan alat jalan nafas
adanya suara tambahan
Menunjukkan
berlangsung
tor
basah NaCl Lembab
rentang
tidak
ada
suara nafas abnormal)
Bayi : < 25 atau > 60
dalam rentang normal
Usia 1-4 : < 20 atau >
(tekanan darah, nadi,
30
pernafasan)
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan
status O2
Terapi oksigen
Bersihkan mulut, hidung dan
secret trakea
25
ng
Usia > 14 : < 11 atau >
paten
24
- Kedalaman pernafasan
Dewasa
volume
tidalnya 500 ml saat
istirahat
hipoventilasi
Bayi volume tidalnya
6-8 ml/Kg
- Timing rasio
-
bila
perlu
Tanda Tanda vital
Usia 5-14 : < 14 atau >
perlunya
ada
- Pernafasan pursed-lip
Tahap
pasien
perlu
sputum,
- Nafas pendek
memaksimalkan ventilasi
Penurunan kapasitas
pasien terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
vital

Faktor yang berhubungan :
RR
-
Hiperventilasi
-
Deformitas tulang
-

Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
Kelainan bentuk

dinding dada
-
Monitor TD, nadi, suhu, dan
Monitor
VS
saat
pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
Penurunan

energi/kelelahan
Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan

Perusakan/pelemahan
nadi,
RR,
aktivitas
-
Obesitas
-
Posisi tubuh
-
Kelelahan
otot

Monitor kualitas dari nadi

Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
pernafasan
Hipoventilasi
sindrom

Monitor suara paru

Monitor
pola
pernapasan
abnormal
-
Nyeri
-
Kecemasan
-

Neuromuskuler
-
Kerusakan

Monitor sianosis perifer

Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
persepsi/kognitif
Perlukaan
bradikardi,
pada
peningkatan
sistolik)
jaringan syaraf tulang

belakang
-
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
Disfungsi
-
TD,
sebelum, selama, dan setelah
muskulo-skeletal
-
Monitor
Identifikasi
penyebab
dari
perubahan vital sign
Imaturitas
Neurologis
3
Resiko Infeksi
Definisi
:
NOC :
Peningkatan
resiko
masuknya
organisme patogen
Faktor-faktor resiko :
-
Immune Status
Infection
Knowledge : Infection
Ketidakcukupan
pengetahuan
untuk
menghindari
paparan
patogen
Control
infeksi)
dipakai pasien lain
Kriteria Hasil :
Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi
Menunjukkan
kemampuan
untuk mencuci tangan saat
untuk
berkunjung
-
Trauma
mencegah timbulnya
berkunjung
-
Kerusakan jaringan
infeksi
pasien
dan
peningkatan
(Kontrol
control
Risk control
Prosedur Infasif
-
NIC :
Jumlah leukosit dalam
dan
setelah
meninggalkan
paparan lingkungan
-
batas normal
Ruptur membran
amnion
-
Menunjukkan perilaku
hidup sehat
Agen
farmasi
untuk cuci tangan
dan
sesudah
tindakan
kperawtan
(imunosupresan)
-
Malnutrisi
-
sebagai alat pelindung
Peningkatan
paparan
lingkungan
patogen
-
aseptik selama pemasangan
alat
Imonusupresi
-
Ketidakadekuatan
imum buatan
-
Tidak
central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
adekuat
pertahanan
sekunder
(penurunan
Hb,
untuk
menurunkan
infeksi
kandung kencing
Leukopenia, penekanan
respon inflamasi)
-
Tidak
pertahanan
Berikan terapi antibiotik bila
adekuat
tubuh
primer (kulit tidak utuh,
trauma
Infection Protection (proteksi
terhadap infeksi)
jaringan,
penurunan kerja silia,
cairan
perlu
tubuh
infeksi sistemik dan lokal
statis,
perubahan sekresi pH,
WBC
perubahan peristaltik)
-
Penyakit kronik
infeksi
penyakit menular
pada pasien yang beresiko
ankan teknik isolasi k/p
area epidema
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
bedah
cukup
minum antibiotik sesuai resep
tanda dan gejala infeksi
infeksi
Laporkan kultur positif
4
Ketidakseimbangan nutrisi NOC :
kurang
dari
kebutuhan
NIC :
Nutritional Status : Nutrition Management
tubuh
food and Fluid Intake
Definisi : Intake nutrisi
Nutritional Status :
tidak
cukup
untuk
nutrient Intake
untuk
menentukan
keperluan metabolisme Kriteria Hasil :
kalori
dan
tubuh.
dibutuhkan pasien.
Adanya peningkatan
Batasan karakteristik :
berat
-
dengan tujuan
Berat badan 20 % atau
lebih di bawah ideal
-
Dilaporkan
adanya
intake makanan yang
kurang
dari
Daily
Allowance)
Membran mukosa dan
konjungtiva pucat
-
untuk
Luka, inflamasi pada
rongga mulut
Mudah
meningkatkan intake Fe
ideal
meningkatkan
badan
vitamin C
protein
dan
Mampumengidentifik
asi kebutuhan nutrisi
mengandung tinggi serat untuk
Tidk ada tanda tanda
mencegah konstipasi
malnutrisi
menelan/mengunyah
-
yang
sesuai
sesuai dengan tinggi
Kelemahan otot yang
digunakan
-
Beratbadan
nutrisi
RDA
(Recomended
-
badan
jumlah
merasa
kenyang, sesaat setelah
Menunjukkan
peningkatan
fungsi
pengecapan
dari
menelan
(
sudah
dengan ahli gizi)
bagaimana
membuat
Tidak
terjadi
penurunan
berat
badan yang berarti
dikonsultasikan
catatan
makanan
harian.
kandungan kalori
mengunyah makanan
-
Dilaporkan atau fakta
adanya
kekurangan
makanan
-
Dilaporkan
Kaji
untuk
adanya
perubahan sensasi rasa
-
kebutuhan nutrisi
Perasaan
kemampuan
pasien
mendapatkan
nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
ketidakmampuan untuk
tor
mengunyah makanan
adanya
penurunan
berat badan
- Miskonsepsi
-
Kehilangan BB dengan
aktivitas yang biasa dilakukan
makanan cukup
-
Keengganan
untuk
orangtua selama makan
makan
- Kram pada abdomen
makan
- Tonus otot jelek
-
Nyeri
dengan
dan
abdominal
atau
tindakan tidak selama jam
tanpa
makan
patologi
-
-
-
n
Kurang
berminat
perubahan pigmentasi
terhadap makanan
Monitor turgor kulit
Pembuluh darah kapiler
Monitor kekeringan, rambut
mulai rapuh
kusam, dan mudah patah
Diare
dan
atau
Monitor mual dan muntah
steatorrhea
-
Monitor kadar albumin, total
Kehilangan
yang
cukup
rambut
protein, Hb, dan kadar Ht
banyak
(rontok)
Monitor pertumbuhan dan
- Suara usus hiperaktif
-
perkembangan
Kurangnya informasi,
pucat, kemerahan, dan
misinformasi
kekeringan
Faktor-faktor
yang
jaringan
konjungtiva
berhubungan :
Ketidakmampuan
nuntrisi
pemasukan
atau
mencerna makanan atau
hiperemik, hipertonik papila
mengabsorpsi
lidah dan cavitas oral.
gizi
zat-zat
berhubungan
Catat jika lidah berwarna
dengan faktor biologis,
psikologis
magenta, scarlet
atau
ekonomi.
5
Cemas
NOC :
NIC :
Definisi :
Anxiety control
Anxiety Reduction (penurunan
Perasaan gelisah yang tak
Coping
kecemasan)
jelas
dari
ketidaknyamanan
atau Kriteria Hasil :
ketakutan yang disertai
respon
autonom
Impulse control
Klien
menenangkan
mampu
mengidentifikasi dan
Nyatakan
harapan
dengan
terhadap
jelas
pelaku
(sumner tidak spesifik
mengungkapkan
pasien
atau
gejala cemas
Jelaskan semua prosedur dan
tidak
diketahui
oleh individu); perasaan
keprihatinan
mengungkapkan dan
disebabkan
dari
antisipasi
bahaya.
Mengidentifikasi,
terhadap
Sinyal
merupakan
ini
peringatan
menunjukkan
untuk
apa yang dirasakan selama
prosedur
tehnik
mengontol
terhdap situasi stres
cemas
Vital sign dalam batas
memberikan keamanan dan
adanya ancaman yang
normal
mengurangi takut
akan
Postur tubuh, ekspresi
datang
dan
memungkinkan
individu
untuk
mengambil
untuk
wajah, bahasa tubuh
mengenai diagnosis, tindakan
dan tingkat aktivitas
prognosis
langkah
menunjukkan
menyetujui
berkurangnya
menemani anak
kecemasan
Lakukan back / neck rub
terhadap tindakan
Ditandai dengan
kan
dengan
penuh
perhatian
yang menimbulkan kecemasan
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan, persepsi
menggunakan teknik relaksasi
Barikan
obat
untuk
mengurangi kecemasan
6
Kurang pengetahuan
NOC :
Definisi :
Tidak
Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
adanya
kurangnya
kognitif
atau
informasi
sehubungan
dengan topic spesifik.
Batasan
NIC :
karakteristik
process
1. Berikan penilaian tentang
Kowledge : health
Behavior
pengetahuan
pasien
tentang proses penyakit yang
spesifik
Kriteria Hasil :
:
tingkat
Pasien dan keluarga 2. Jelaskan patofisiologi dari
memverbalisasikan
menyatakan
adanya
pemahaman
tentang
ini
ketidakakuratan
penyakit,
kondisi,
anatomi dan fisiologi, dengan
mengikuti
prognosis
dan
masalah,
instruksi,
perilaku tidak sesuai.
Faktor yang berhubungan :
keterbatasan
kognitif,
penyakit dan bagaimana hal
program pengobatan
berhubungan
dengan
cara yang tepat.
3. Gambarkan tanda dan gejala
Pasien dan keluarga
yang
biasa
muncul
pada
mampu melaksanakan
penyakit, dengan cara yang
interpretasi
terhadap
prosedur
informasi yang salah,
dijelaskan
kurangnya
benar
untuk
keinginan
mencari
informasi,
mengetahui
tidak
sumber-
sumber informasi.
yang
tepat
secara 4. Gambarkan proses penyakit,
dengan cara yang tepat
Pasien dan keluarga 5.
Identifikasi
kemungkinan
mampu menjelaskan
penyebab, dengna cara yang
kembali
tepat
apa
yang
dijelaskan
6.
Sediakan informasi pada
perawat/tim kesehatan
pasien tentang kondisi, dengan
lainnya.
cara yang tepat
7. Hindari jaminan yang kosong
8.
Sediakan bagi keluarga
atau SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara
yang tepat
9.
Diskusikan
perubahan
gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan
datang
dan
atau
proses
pengontrolan penyakit
10.
Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
11.
Dukung
pasien
mengeksplorasi
untuk
atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
12.
Eksplorasi kemungkinan
sumber
atau
dukungan,
dengan cara yang tepat
13.
Rujuk pasien pada grup
atau agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
14.
Instruksikan
pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk
melaporkan
pada
pemberi perawatan kesehatan,
dengan cara yang tepat
Download