Uploaded by User80245

Glaukoma

advertisement
GAMBARAN UMUM
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh excavatio glaukomatosa, neuropati n.
opticus, dan defek lapang pandang yang khas. Biasanya disebabkan oleh tekanan bola mata yang
tidak normal
Aliran Aqueous Humor
Processus ciliaris  Camera oculi posterior  Pupil  Camera oculi anterior  Angulus
iridocornea 
1. Jalur Konvensional / Trabekular (90%)
Trabecular meshwork  Canalis Schlemm  Canalis collectivus  V. episclera
2. Jalur Non Konvensional / Uveosklera (10%)
Corpus ciliaris  Ruang suprachoroid  Vena di sekitar corpus ciliaris, choroid, dan sklera
Resistensi pada Aliran Aqueous Humor
1. Resistensi Fisiologis Pertama
 Aqueous humor harus melewati pupil untuk menuju ke camera oculi anterior

Iris terletak mendatar di permukaan anterior lensa  Aqueous humor tidak dapat
melawan resistensi pupil  Membutuhkan tekanan untuk mengangkat iris dari
permukaan lensa  Aliran bersifat pulsatil
2. Resistensi Fisiologis Kedua
Trabecular meshwork, yaitu jaringan avaskular berpori yang terletak di sudut iridocornea
Pemeriksaan Khusus pada Glaukoma
 Pemeriksaan iluminasi
Pemeriksaa kedalaman COA
 Pemeriksaan slit-lamp
 Gonioskopi
 Palpasi
Pemeriksaan tekanan intraokular  Tonometer Schiotz
 Tonometer non kontak
Pemeriksaan lapang pandang
Pemeriksaan discus opticus
 Pemeriksaan konfrontasi
 Perimetri
Fundoskopi
 Tes kopi
Tes provokasi
 Tes minum air
 Tes steroid
 Tes variasi diurnal
1. Pemeriksaan Kedalaman COA
a. Pemeriksaan Iluminasi
COA dalam
Cahaya tersebar merata
di permukaan iris
b. Pemeriksaan Slit-Lamp
COA dangkal
Cahaya tidak tersebar merata
di permukaan iris
COA dangkal apabila refleks kornea dan refleks iris saling bersentuhan. Diperlukan
gonioskopi untuk pemeriksaan lanjutan
c. Gonioskopi
1) Penggunaan Klinis

Dapat melihat sudut iridocornea secara lansung

Membedakan antara glaukoma sudut terbuka dengan sudut tertutup

Mendeteksi perlekatan iris di bagian perifer
2) Interpretasi
 Sudut terbuka apabil dapat melihat trabecular meshwork, scleral spur, dan
processus iris secara menyeluruh

Sudut sempit apabila hanya dapat melihat garis Schwalbe atau sebagian kecil
trabecular meshwork

Sudut tertutup apabila tidak dapat melihat garis Schwalbe
2. Gangguan Lapang Pandang
a. Defek Lapang Pandang Sentral
 Skotoma parasentral

Tanda Seidel : Perluasan bintik buta yang berbentuk seperti bulan sabit, sisi konkaf
menghadap ke sentral

Skotoma Bjerrum / arkuata : Berbentuk melengkung yang berjalan dari bintik buta di
atas meridian horizontal
 Skotoma annularis : Skotoma arkuata ganda di atas dan di bawah meridian horizontal
b. Defek Lapang Pandang Perifer
 Roenne’s step : Defek lapang pandang yang berbatas tegas pada meridian horizontal

Temporal-central island / tunnel vision
3. Fundoskopi
a. Stadium Awal
 Rasio cup-disc > 0,5 mm

Ketebalan neuroretinal rim tidak mengikuti aturan ISNT
 Pendarahan splinter di sekitar discus opticus
b. Stadium Lanjut
 Pembuluh darah retina bergeser ke arah nasal

Tanda bayonet : Pembuluh darah retina tampak terputus di tepi cup karena melekuk
ke belakang sepanjang excavatio

Lamellar dot sign : Lamina cribrosa tampak sebagai titik hitam di dalam cup
4. Tes Provokasi
a. Tes Kopi
 Minum 1 – 2 mangkok kopi pekat
 Positif apabila TIO meningkat 20 – 40 menit kemudian
b. Tes Minum Air
 Minum banyak air akan menurunkan tekanan osmotik menurun sehingga air masuk
ke bola mata  TIO meningkat

Sebelum sarapan  Ukur TIO  Minum air 1 liter  Ukur TIO setiap 15 menit
 Positif apabila TIO meningkat sebesar 8 – 15 mmHg setelah 45 menit
c. Tes Steroid
 Tetes mata betametason atau deksametason 0,1% diberikan 3 – 4 kali sehari -> Ukur
TIO setiap minggu
 Positif apabila TIO meningkat setelah 2 minggu
d. Tes Variasi Diurnal
 TIO bersifat intermiten dan bervariasi dari waktu ke waktu

Dilakukan pengukuran TIO setiap 2 – 3 jam sehari penuh selama 3 hari

Positif apabila flukturasi harian > 6 mmHg
Obat Anti Glaukoma
1. Analog Prostaglandin
a. Mekanisme Kerja
Meningkatkan aliran aqueous humor melalui jalur uveosklera
b. Efek Samping
Konjunctiva hiperemis, hiperpigmentasi kulit periorbita, hiperpigmentasi iris permanen,
bulu mata bertambah panjang dan tebal
c. Indikasi
 Pilihan pertama untuk glaukoma sudut terbuka
 Terapi adjuvan bersama dengan beta-blocker, analog epinefrin, pilokarpin, dan
inhibitor karbonat anhidrase
d. Sediaan dan Dosis
Sediaan
Dosis
Latanoprost Tetes mata 0,005%
1 kali sehari 1 tetes (malam)
Travoprost Tetes mata 0,004%
1 kali sehari 1 tetes (malam)
Bimatoprost Tetes mata 0,03% 0,01% 1 kali sehari 1 tetes (malam)
2. Beta-Blocker
a. Mekanisme Kerja
Menghambat produksi aqueous humor tanpa mengubah ukuran pupil
b. Efek Samping
Bradikardia, bronkokonstriksi, hipotensi, dislipidemia
c. Indikasi
 Glaukoma primer sudut terbuka

Glaukoma sekunder sudut terbuka
 Glaukoma sekunder sudut tertutup
d. Kontraindikasi
Asma, gagal jantung, penyakit arteri perifer, bradiaritmia
e. Sediaan dan Dosis
Sediaan
Dosis
Timolol maleate Tetes mata 0,25% 0,5% 2 kali sehari 1 tetes
Carteolol
Tetes mata 2%
2 kali sehari 1 tetes
Betaxolol
Tetes mata 0,5%
2 kali sehari 1 tetes
3. Agonis 2
a. Mekanisme Kerja
 Apraklonidin : Menghambat produksi aqueous humor tanpa meningkatkan drainase
 Brimonidin : Menghambat produksi aqueous humor dan meningkatkan drainase
dengan cara menurunkan tekanan v. episclera
b. Efek Samping
Konjunctivitis alergi, xerostomia, gangguan kardiovaskular
c. Indikasi
 Mencegah peningkatan TIO setelah operasi laser pada segmen anterior (iridektomi,
trabekuloplasti, ekstraksi katarak)

Menurunkan TIO sebelum operasi glaukoma
 Terapi jangka pendek untuk glaukoma yang rekuren
Tidak sesuai untuk terapi jangka panjang karena efek terapeutik semakin lama semakin
menurun dan meningkatkan risiko efek samping
d. Sediaan dan Dosis
Sediaan
Dosis
Apraklonidin Tetes mata 0,5% 1% 2 – 3 kali sehari 1 tetes
Brimonidin
Tetes mata 0,2%
2 – 3 kali sehari 1 tetes
4. Inhibitor Karbonat Anhidrase
a. Mekanisme Kerja
Menghambat produksi aqueous humor
b. Efek Samping
Asidosis metabolik, hipokalemia, paresthesia, mengantuk, malaise, depresi
c. Indikasi
 Glaukoma akut sudut tertutup
 Glaukoma kronis yang tidak merespons terhadap terapi topikal
d. Sediaan dan Dosis
Sediaan
Dosis
Glaukoma kronis : 4 kali sehari
Tab 250 mg
Glaukoma akut : 500 mg
Asetazolamid
Inj 500 mg
500 mg IV
Dorzolamid
Tetes mata 2% 2 – 3 kali sehari 1 tetes
Brinzolamid Tetes mata 1% 2 – 3 kali sehari 1 tetes
5. Agen Parasimpatomimetik
a. Mekanisme Kerja
 Meningkatkan aliran aqueous humor dengan cara merangsang kontraksi m. ciliaris
dan membuka trabecular meshwork
 Miosis  Menarik iris dari trabecular meshwork  Membuka sudut iridocornea
b. Efek Samping
Miopia karena kontraksi m. ciliaris, spasme akomodatif, pandangan kabur pada katarak
c. Indikasi
 Glaukoma primer sudut terbuka
 Glaukoma akut sudut tertutup
d. Sediaan dan Dosis
Sediaan
Dosis
3 – 4 kali sehari 1 tetes
Pilokarpin Tetes mata 2%
1 tetes setiap 30 menit setelah TIO turun
GLAUKOMA PRIMER SUDUT TERBUKA (POAG)
Faktor Risiko
 Umur > 65 tahun, ras kulit hitam

TIO > 21 mmHg

Riwayat glaukoma pada keluarga

Diabetes mellitus, miopia, merokok, penyakit kardiovaskular

Konsumsi kontrasepsi oral jangka panjang
Patofisiologi
Peningkatan resistensi trabecular meshwork dan/atau canalis Schlemm
Gejala Klinis
1. Anamnesis
 Onset tersembunyi, asimptomatik, bersifat progresif perlahan, tidak nyeri

Kadang ditemukan secara kebetulan saat pemeriksaan

Pencuri penglihatan : Kehilangan penglihatan dari perifer ke sentral yang semakin lama
semakin berat. Penglihatan sentral jarang terganggu  Tunnel vision

Mata cepat lelah untuk membaca atau melihat dekat

Nyeri mata seperti ditekan atau mengganjal
 Sering berganti kacamata, presbiopia prekoks
2. Kriteria Diagnosis (Trias POAG)
Harus memenuhi ketiga kriteria dibawah ini

Defek lapang pandang

Peningkatan TIO

Excavatio glaukomatosa : Rasio cup-disc > 0,5
Terapi
1. Terapi Farmakologi
 Merupakan terapi pilihan pada glaukoma primer sudut terbuka

Pilihan pertama adalah analog prostaglandin atau beta-blocker

Diawali dengan monoterapi. Jika belum efektif, maka diberikan terapi kombinasi
 Target TIO adalah < 20 mmHg
2. Terapi Laser
a. Indikasi
 Tidak merespons terhadap terapi farmakologi
 Kepatuhan minum obat rendah
b. Teknik
Trabekuloplasti : Modifikasi trabecular meshwork dengan laser (biasanya argon) untuk
meningkatkan aliran aqueous humor
3. Operasi
a. Indikasi
 Tidak merespons terhadap terapi farmakologi dan terapi laser

Kepatuhan minum obat rendah

Terapi laser tidak tersedia
 TIO sangat tinggi, excavatio glaukomatosa berat
b. Teknik
Trabekulektomi : Mengangkat sebagian trabecular meshwork
GLAUKOMA PRIMER SUDUT TERTUTUP (PACG)
Etiologi
1. Faktor Risiko
 Umur > 60 tahun, perempuan lebih sering daripada laki – laki

Riwayat glaukoma pada keluarga

Hipermetropia, diameter aksial pendek, COA dangkal

Lensa mata dan stroma iris tebal
 Iris plateau : Iris terletak mendatar di permukaan lensa
2. Faktor Pencetus
Akomodasi, midriasis, blokade pupil
 Penggunaan tetes mata midriatikum

Stress emosional

Cahaya redup
Patofisiologi
Iris menempel di permukaan lensa  Blokade pupil relatif  Aqueous humor terjebak dalam
camera oculi posterior  Tekanan camera oculi posterior meningkat  Iris terdorong ke depan
(iris bombe)  Menutup sudut iridocornea dan trabecular meshwork
Glaukoma Akut Sudut Tertutup
1. Gejala Klinis
a. Anamnesis
 Pandangan kabur mendadak, mungkin sampai 1/300 atau 1/~

Nyeri mata unilateral, cekot – cekot, fotophobia, lakrimasi
 Nyeri kepala unilateral yang berat, mual, muntah
b. Pemeriksaan Fisik
 Palpebrae edema dan hiperemis

Injeksi konjunctiva dan injeksi siliaris

Kornea keruh karena edema, sensibilitas menurun atau negatif

COA dangkal dan sudut iridocornea tertutup sempurna

Pupil fixed and dilated

TIO sangat tinggi biasanya 50 – 100 mmHg
c. Trias AACG
Visus turun, kornea keruh, pupil midriasis
2. Terapi
a. Menurunkan Produksi Aqueous Humor

Asetazolamid 500 mg IV yang diikuti oleh 250 mg per oral 3 kali sehari

Jika tidak merespons, maka diberikan manitol 20% 1 – 2 gram/kgBB IV selama 1
jam, gliserol 50% 1 gram/kgBB per oral, atau isosorbid 1 – 1,5 gram/kgBB per oral
b. Memperlancar Aliran Aqueous Humor
 Tetes mata pilokarpin 1% 1 tetes setiap 5 – 15 menit

Jangan diberikan saat TIO masih tinggi (> 50 mmHg) karena m. sphincter pupil
mengalami ischemic dan tidak merespons terhadap pilokarpin
c. Terapi Simptomatik
Analgesik opioid, antiemesis, sedatif
d. Operasi
Harus tetap dilakukan sebagai terapi definitif, meskipun TIO sudah normal

Iridotomi laser : Membuat lubang pada iris

Iridektomi : Mengangkat sebagian iris
GLAUKOMA LAINNYA
Glaukoma Kongenital
Glaukoma yang terjadi pada bayi karena kelainan pembentukan sudut COA
1. Etiologi
 Sudut COA tidak terbentuk
 Sudut COA terbentuk tetapi trabecular meshwork tertutup oleh membran
2. Epidemiologi
 Jarang ditemukan, biasanya bilateral, diturunkan secara autosomal resesif
 Muncul sebelum umur 1 tahun, laki – laki lebih sering daripada perempuan
3. Gambaran Klinis
 Trias : Epifora, fotophobia, blefarospasme

Karena bola mata masih sangat elastis, maka peningkatan tekanan intraokular
menyebabkan bola mata membesar seperti mata sapi (buphtalmos)

Kornea keruh dan membesar dengan diameter > 12 mm. Disebabkan oleh edema dan
rupture membran Descemet

Sklera tipis dan berwarna biru karena jaringan uvea di bawahnya

COA dalam, iridodenesis, bercak atrofi pada iris
4. Kriteria Diagnosis
 Stadium awal : Trias, TIO > 21 mmHg

Stadium lanjut : Trias, kornea keruh dan membesar, TIO > 21 mmHg
 Stadium akhir : Buphtalmos
5. Terapi
a. Terapi Farmakologi
 Tetes mata timolol 0,25% setiap 12 jam
 Asetazolamid 15 mg/kgBB setiap 8 jam
 Tetes mata pilokarpin 1% setiap 6 jam
b. Terapi Definitif
 Goniotomi apabila kornea masih jernih

Trabekulotomi apabila kornea keruh
Glaukoma Fakotopik
1. Glaukoma Fakomorfik pada Katarak Immatur

Cairan masuk ke dalam lensa  Lensa menjadi bengkak (intumesensi)  Iris terdorong
ke depan  Menutup sudut COA
 Intumesensi lensa menyebabkan iris terdorong ke depan dan menutup sudut COA
2. Glaukoma Fakolitik pada Katarak Hipermatur
 Kapsul lensa pecah  Substansi lensa masuk ke COA  Menutup trabecular meshwork

Lisis korteks pada kapsul lensa yang rapuh sehingga substansi lensa masuk ke COA dan
menutup trabecular meshwork
Download