Uploaded by User80015

POLNES-PPL-07 ASPEK YURIDIS (Legal Aspects) (2)

advertisement
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN
MATA KULIAH
PRAKTIKUM PERBANKAN
(LANJUTAN)
SEMESTER VII (Tujuh)
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
Disusun Oleh :
MUSTIKA JANU CAHYONO.SE
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
ASPEK LEGAL
KREDIT/PEMBIAYAAN
(Legal Aspects)
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
BANK & NASABAH
Bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak
(Pasal 1 ayat 1 UU RI No.7 Tahun 1992 Tentang PERBANKAN sebagaimana Telah
Diubah dengan UU No.10 Tahun 1998)
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
HUBUNGAN HUKUM
ANTARA BANK & NASABAH
1. Hubungan hukum antara bank (debitur) dengan
nasabah penyimpan dana (kreditur), berupa
perjanjian penyimpanan (perjanjian simpanan) dana
2. Hubungan hukum antara bank (kreditur) dengan
nasabah peminjam dana (debitur), berupa
perjanjian kredit/pembiayaan
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
DASAR HUBUNGAN HUKUM
ANTARA BANK & NASABAH PENYIMPAN
Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh
masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian
penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito,
sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu
(Pasal 1 ayat 5 UU RI No.7 Tahun 1992 Tentang PERBANKAN sebagaimana Telah
Diubah dengan UU No.10 Tahun 1998)
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
DASAR HUBUNGAN HUKUM
ANTARA BANK & NASABAH PEMINJAM
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjammeminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga
(Pasal 1 ayat 11 UU RI No.7 Tahun 1992 Tentang PERBANKAN sebagaimana Telah Diubah dengan UU No.10 Tahun 1998)
Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil
(Pasal 1 ayat 12 UU RI No.7 Tahun 1992 Tentang PERBANKAN sebagaimana Telah Diubah dengan UU No.10 Tahun 1998)
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
UNSUR KREDIT/PEMBIAYAAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Penyediaan uang atau tagihan
Berdasarkan persetujuan
Berdasarkan kesepakatan pinjam-meminjam
Antara pihak (bank dgn pihak lain)
Kewajiban pihak peminjam melunasi utang
Ketentuan jangka waktu
Ketentuan bunga / imbalan atau bagi hasil
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Filosofi utama kegiatan
transaksi keuangan di bank
adalah transaksi yang
didasari dengan dokumen
(based on document)
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
RUANG LINGKUP ASPEK YURIDIS
KREDIT/PEMBIAYAAN
1.
2.
3.
4.
5.
Permohonan kredit/pembiayaan
Persetujuan kredit/pembiayaan
Perjanjian kredit/pembiayaan
Jaminan (agunan) kredit/pembiayaan
Pengikatan jaminan (agunan) kredit/pembiayaan
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
1. Permohonan kredit/pembiayaan
Permohonan kredit/pembiayaan adalah surat
permohonan yang dibuat dan ditandatangani oleh
debitur/calon debitur untuk dapat menjadi nasabah
peminjam dana dari bank tempat dimana dia
bermohon.
Permohonan kredit/pembiayaan merupakan dokumen
awal dari kronologis suatu transaksi pemberian
kredit/pembiayaan, terutama secara historis yuridis.
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Yang harus dilakukan terhadap dokumen surat permohonan
kredit/pembiayaan, adalah :
a) Periksa, siapakah yang menjadi subyek hukumnya? Apakah
Perseorangan atau Badan usaha (berbadan hukum atau tidak
berbadan hukum) ?
Subyek hukum adalah seseorang atau suatu badan yang mempunyai hak & kewajiban untuk melakukan suatu perbuatan
hukum, baik sepihak maupun perbuatan antar pihak, yaitu :
1) Manusia, yang dilakukan oleh orang itu sendiri
2) Badan hukum, yang dilakukan/diwakili oleh orang atas
nama badan hukum tersebut.
Selain itu dari sisi ekonomi ataupun dari sisi hukum, di dalam
badan hukum terdapat pemisahan harta/asset antara pemilik
dan perusahaan (badan hukum).
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Yang harus dilakukan terhadap dokumen surat permohonan
kredit/pembiayaan, adalah :
b) Jika pemohon atas nama pereorangan, periksa data identitas
pemohon (KTP & KK, Paspor atau identitas lainnya).
1)
2)
Pastikan data & fakta adalah valid, agar subyek hukumnya jelas
Pastikan kejelasan alamat domisili pemohon, untuk keperluan
korespondensi dan juga untuk menentukan yuridiksi atau kepaniteraan
pengadilan yang dipilih bila terjadi sengketa yg harus diselesaikan
melalui pengadilan.
c) Periksa tanggal surat permohonan dan pastikan bahwa surat
permohonan telah & benar ditandatangani oleh pemohon.
Tandatangan merupakan pernyataan yg membenar-kan
pembuatan, isi & tanggal surat permohonan tersebut.
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Yang harus dilakukan terhadap dokumen surat permohonan
kredit/pembiayaan, adalah :
d) Jika pemohon sudah berkeluarga, periksa apakah surat
permohonan tersebut juga disetujui/ditandatangani oleh
isteri/suami pemohon, agar pada saat pengikatan perjanjian
tidak mengalami kesulitan.
1)
2)
Untuk mencegah adanya pemalsuan identitas suami/isteri, apabila
salah satu pihak ternyata tidak setuju.
Jika terdapat persetujuan sejak awal, akan menghindarkan perkerjaan
yang sia-sia dalam proses kredit/pembiayaan.
e) Jika pemohon berbentuk badan usaha, periksa apakah :
1)
2)
Berbadan hukum (PT, Koperasi, Yayasan)
Tidak berbadan hukum (CV, Fa, UD, dsb)
Perbedaan prinsipnya, ada pengesahan pemerintah dan
adanya pemisahan harta pemilik dan perusahaan.
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Yang harus dilakukan terhadap dokumen surat permohonan
kredit/pembiayaan, adalah :
f) Periksa Akta Pendirian/Anggaran Dasar dan akta-akta
perubahannya atas akta pendirian/anggaran dasar badan
usaha tersebut. Pastikan bahwa akta perubahan yang ada
merupakan akta perubahan yang terakhir.
1)
2)
Dalam akta pendirian/anggaran dasar, menyebutkan kepemilikan,
kepengurusan (susunan Direksi & Komisaris), serta kewenangan
bertindak melakukan perbuatan hukum dari para pengurus.
Setiap perubahan kepemilikan/pengurus selalu disertai dengan
perubahan akta pendirian/anggaran dasar, kecuali berbentuk badan
hukum koperasi (perubahan pengurus tidak selalu disertai dengan
perubahan anggaran dasar).
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Yang harus dilakukan terhadap dokumen surat permohonan
kredit/pembiayaan, adalah :
g) Periksa, apakah akta pendirian/anggaran dasar badan usaha
telah disahkan oleh yang berwenang, sebagai syarat sahnya
suatu badan usaha berbadan hukum.
h) Periksa, apakah permohonan kredit/pembiayaan dilengkapi
dengan ijin-ijin usaha, sesuai bidang usaha yang akan
dibiayai?
1)
2)
Perijinan usaha adalah salah satu bukti secara yuridis formal,
seseorang atau badan usaha diperbolehkan berusaha dalam bidang
tertentu, sesuai surat ijin yang ada.
Penggunaan fasilitas kredit, harus sesuai dengan bidang usaha yang
didukung dengan ijin-ijin usaha yang diperoleh oleh Debitur/Calon
Debitur (agar tidak terjadi side streaming, penggunaan dana kredit/
pembiayaan)
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
2. Persetujuan kredit/pembiayaan
Persetujuan kredit/pembiayaan adalah persetujuan
prinsip oleh bank yang dituangkan dalam bentuk
surat pemberitahuan persetujuan kredit/pembiayaan
(offering letter) yang ditandatangani oleh pejabat
yang berwenang, yang ditujukan kepada pemohon
kredit, yang isinya memberitahukan bahwa bank
setuju secara prinsip untuk memberikan kredit/
pembiayaan kepada pemohon yang bersangkutan.
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Critical point dalam pembuatan surat pemberitahuan persetujuan
kredit/pembiayaan, adalah :
1. Yang dimaksud dengan surat pemberitahuan persetujuan
kredit/pembiayaan adalah surat yang dikeluarkan oleh bank
kepada debitur/calon debitur, sebagai penyampaian pemberitahuan bahwa bank setuju secara prinsip memberikan kredit/
pembiayaan kepada debitur/calon debitur yang bersangkutan
2. Surat pemberitahuan persetujuan kredit/pembiayaan tersebut
berisi syarat-syarat umum mengenai kredit/pembiayaan yang
akan diberikan, antara lain :
a)
b)
c)
d)
Nama debitur/calon debitur
Besaran plafond yg disetujui
Tujuan penggunaan
Jenis/setting fasilitas
e) Suku bunga/bagi hasil
f) Biaya-biaya yg terkait
g) Jaminan/Agunan
h) Ketentuan & persyaratan
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Critical point dalam pembuatan surat pemberitahuan persetujuan
kredit/pembiayaan, adalah :
3. Karena merupakan surat persetujuan dan sebagai tanda
persetujuannya atas ketentuan dan syarat-syarat yang
ditawarkan bank, maka debitur/calon debitur harus pula
memberikan persetujuannya dengan cara membubuhkan
tandatangannya pada (copy) surat tersebut dengan dibubuhi
meterai yang cukup.
Surat pemberitahuan persetujuan kredit/pembiayaan, pada
dasarnya adalah merupakan hasil keputusan lembaga/komite
kredit yang tertuang pada Memorandum hasil Rapat Lembaga/
Komite Kredit, yang disampaikan kepada Debitur/Calon Debitur
dalam bentuk surat pemberitahuan persetujuan kredit/
pembiayaan
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Pentingnya Surat Pemberitahuan Persetujuan Kredit/Pembiayaan
disampaikan secara tertulis, adalah :
1.
Sebagai jawaban atas surat permohonan kredit dari debitur/ calon debitur
yang telah diajukan sebelumnya.
2.
Sebagai bukti tertulis bagi bank maupun debitur/calon debitur bahwa
permohonannya telah disetujui oleh bank dengan ketentuan &
persyaratan seperti yang tertuang pada surat pemberitahuan persetujuan
kredit/pembiayaan yang disampaikan.
3.
Sebagai dasar kesepakatan untuk pembuatan Perjanjian Kredit antara
bank dengan debitur/calon debitur, dengan demikian seluruh ketentuan &
persyaratan seperti yang tertuang pada surat pemberitahuan persetujuan
kredit/pembiayaan akan dimuat juga pada Perjanjian Kredit.
4.
Sebagai pegangan dasar kesepakatan yang mudah dibaca, yang memuat
pokok-pokok perjanjian, dibanding jika harus membaca isi Perjanjian
Kredit secara lengkap.
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Yang harus diperhatikan dalam pembuatan Surat Pemberitahuan
Persetujuan Kredit/Pembiayaan (SPPK/P), adalah :
a) Buatlah SPPK/P dengan menggunakan kertas berlogo resmi
bank (kop surat) dan dibubuhi dengan tanggal pembuatan
dan nomor surat.
b) Cantumkan nama Debitur dan ketentuan struktur kredit/
pembiayaan (jenis & setting kredit/pembiayaan), sebagaimana hasil rapat lembaga/komite kredit yang tertuang dalam
Memorandum hasil rapat lembaga/ komite kredit.
c) Cantumkan nama jaminan/agunan yang diminta dan akan
diserahkan kepada bank sebagai jaminan/agunan kredit/
pembiayaan.
d) Cantumkan ketentuan2 & persyaratan2 pokok atas pemberian
kredit/pembiayaan, sebagaimana yg tertuang di Memorandum
hasil rapat lembaga/komite kredit.
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Yang harus diperhatikan dalam pembuatan Surat Pemberitahuan
Persetujuan Kredit/Pembiayaan (SPPK/P), adalah :
e) Surat persetujuan belum merupakan suatu perjanjian, karena
itu belum dan tidak mengikat bank. Untuk itu pada surat
persetujuan agar dibuat statement yang berbunyi :
“Surat persetujuan ini bukan merupakan pernyataan yang mengikat bank
dan atas pertimbangan tertentu, bank sewaktu-waktu dapat dan berhak
menarik atau membatalkan surat persetujuan ini”
f) Pastikan apakah debitur/calon debitur menyetujui & bertandatangan pada surat persetujuan dan disampaikan kembali
kepada bank sesuai batas waktu yg ditentukan, sebagai dasar
dibuatnya perjanjian kredit/pembiayaan, buatlah statement :
“ Sebagai tanda persetujuan, kami harap Bapak/Ibu/Saudara bersedia
menandatangani copy surat persetujuan ini dengan dibubuhi meterai
Rp. 6.000.- dan distempel perusahaan, serta diserahkan kembali kepada
bank paling lambat 15 (limabelas) hari kerja setelah tanggal surat ini ”.
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Yang harus diperhatikan dalam pembuatan Surat Pemberitahuan
Persetujuan Kredit/Pembiayaan (SPPK/P), adalah :
g) Pastikan, apakah surat persetujuan telah ditandatangani
(disertai dengan tanggal) oleh orang yang tercantum
namanya (jika debitur atas nama perorangan) atau orang
yang berhak/berwenang mewakili perusahaannya (jika
debitur atas nama badan usaha/badan hukum).
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
3. Perjanjian kredit/pembiayaan
Perjanjian kredit/pembiayaan adalah suatu perbuatan hukum
atau suatu perikatan, dimana terdapat dua pihak (dalam hal ini
bank dengan debitur) saling berjanji, dimana bank
berkewajiban menyediakan untuk menyediakan sejumlah
dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu
kepada pihak lainnya (debitur), dan berhak untuk menagihnya
kembali setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan
bunga/bagi hasil.
Dasar hukumnya adalah : Pasal 1 ayat 11 atau ayat 12 UU RI
No.7 Tahun 1992 Tentang PERBANKAN sebagaimana Telah
Diubah dengan UU No.10 Tahun 1998)
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
DASAR HUBUNGAN HUKUM
ANTARA BANK & NASABAH PEMINJAM
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjammeminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga
(Pasal 1 ayat 11 UU RI No.7 Tahun 1992 Tentang PERBANKAN sebagaimana Telah Diubah dengan UU No.10 Tahun 1998)
Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil
(Pasal 1 ayat 12 UU RI No.7 Tahun 1992 Tentang PERBANKAN sebagaimana Telah Diubah dengan UU No.10 Tahun 1998)
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Adanya kalimat : “berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain” yang terdapat
pada Pasal 1, ayat 11 atau ayat 12 ayat 5 UU RI No.7 Tahun 1992
Tentang PERBANKAN sebagaimana Telah Diubah dengan UU
No.10 Tahun 1998 tersebut, menunjukkan :
1. Bahwa hubungan kredit/pembiayaan bank adalah hubungan
kontraktual antara bank dengan debitur yang berbentuk
pinjam meminjam karenanya berlaku KUH Perdata.
2. Tersirat bahwa hubungan kredit/pembiayaan bank harus
dibuat berdasakan perjanjian tertulis.
Sehingga meskipun kredit/pembiayaan didasari dengan
kepercayaan, namun dalam pemberiannya haruslah didahului
dengan Perjanjian Kredit/Pembiayaan.
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Yang harus diperhatikan dalam pembuatan Perjanjian Kredit/
Pembiayaan, adalah :
1. Perhitungkan risiko yang akan dihadapi bank, kemudian
pertimbangkan, apakah perjanjian harus dibuat secara
Notariel ataukah secara dibawah tangan.
a)
b)
Kekuatan akta perjanjian yang dibuat secara notariel, memiliki
kekuatan pembuktian yang lebih kuat, dibanding dengan akta yang
dibuat secara dibawah tangan.
Pengikatan secara notariel mempunyai 2 (dua) cara pengikatan, yaitu :
1) Dibuat oleh dan di hadapan Notaris
Artinya draft akta dibuat oleh Notaris dan dibacakan oleh Notaris
di hadapan para pihak, kemudian ditandatangani oleh para pihak
dihadapan Notaris.
2) Dibuat di hadapan Notaris
Artinya draft akta dibuat oleh para pihak, sebelum ditandatangani
dibacakan terlebih dahulu oleh Notaris di hadapan para pihak,
kemudian ditandatangani oleh para pihak dihadapan Notaris.
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Yang harus diperhatikan dalam pembuatan Perjanjian Kredit/
Pembiayaan, adalah :
c)
Pengikatan secara dibawah tangan mempunyai 2 (dua) cara
pengikatan, yaitu :
1) Dibuat oleh Notaris
Artinya draft akta dibuat oleh Notaris, tetapi ditandatangani oleh
para pihak, tanpa melibatkan Notaris.
2) Dibuat oleh dan di hadapan Para Pihak
Artinya draft akta dibuat dan ditandatangani oleh para pihak,
tanpa melibatkan Notaris.
2. Pastikan bahwa perjanjian kredit/pembiayaan diberikan judul
Perjanjian Kredit atau Perjanjian Pembiayaan, untuk
memudahkan dalam mengenali perjanjian apa yang dibuat,
serta untuk menentukan ketentuan hukum yg mengaturnya,
yaitu perjanjian tersebut tunduk dan diatur oleh peraturan
Hukum Perjanjian (Kredit/Pembiayaan).
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Yang harus diperhatikan dalam pembuatan Perjanjian Kredit/
Pembiayaan, adalah :
3. Pastikan bahwa perjanjian yang dibuat memuat komparisi.
Yang dimaksud dengan komparisi adalah bagian suatu akta
yang berisi keterangan tentang orang/pihak yang bertindak
mengadakan perbuatan hukum/perjanjian. Uraiannya adalah :
a)
b)
c)
Uraian rinci tentang identitas, yang meliputi nama, pekerjaan dan
domisili para pihak.
Dasar hukum yang memberi kewenangan yuridis untuk bertindak dari
para pihak.
Kedudukan para pihak.
4. Pastikan bahwa perjanjian yang dibuat memuat klausul
tentang struktur kredit/pembiayaan (seperti setting kredit,
besaran plafond, tujuan penggunaan, jangka waktu kredit/
pembiayaan).
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Yang harus diperhatikan dalam pembuatan Perjanjian Kredit/
Pembiayaan, adalah :
5. Pastikan bahwa perjanjian yang dibuat memuat klausul
tentang kewajiban debitur untuk membayar angsuran pokok,
bunga/bagi hasil, denda dan atau biaya-biaya lainnya yang
timbul akibat dari pemberian kredit/pembiayaan tersebut.
6. Pastikan bahwa perjanjian yang dibuat memuat klausul
tentang kuasa kepada bank untuk membebankan kewajiban
debitur dengan cara melakukan pendebetan atas rekening
debitur untuk membayar segala bentuk kewajibannya yang
timbul akibat dari pemberian kredit/pembiayaan tersebut.
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Yang harus diperhatikan dalam pembuatan Perjanjian Kredit/
Pembiayaan, adalah :
7. Pastikan bahwa perjanjian yang dibuat memuat klausul
tentang syarat-syarat tangguh yang harus dipenuhi terlebih
dahulu oleh debitur, sebelum dilakukan drawdown (pencairan
dana) oleh bank kepada debitur.
8. Pastikan bahwa perjanjian yang dibuat memuat klausul
tentang janji-janji debitur untuk melakukan hal-hal tertentu
selama perjanjian masih berlaku atau selama fasilitas
kredit/pembiayaan belum lunas.
9. Pastikan bahwa perjanjian yang dibuat memuat klausul
tentang janji-janji debitur untuk tidak melakukan hal-hal
tertentu (negative covenant) dan janji-janji debitur untuk
melakukan hal-hal tertentu (positive covenant), selama
fasilitas kredit/pembiayaan belum lunas.
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Yang harus diperhatikan dalam pembuatan Perjanjian Kredit/
Pembiayaan, adalah :
10. Pastikan bahwa perjanjian yang dibuat memuat klausul
tentang jaminan/agunan kredit/pembiayaan dan keharusan
dicover asuransi atas jaminan/agunan tersebut (termasuk
asuransi jiwa debitur) dan memberikan kuasa kepada bank
untuk mengurus asuransi tersebut.
11. Pastikan bahwa perjanjian yang dibuat memuat klausul
tentang kewenangan tindakan yang dapat diambil oleh bank
dalam rangka monitoring kredit/pembiayaan, pengamanan,
penyelamatan, penyehatan dan penyelesaian kredit/
pembiayaan.
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Yang harus diperhatikan dalam pembuatan Perjanjian Kredit/
Pembiayaan, adalah :
12. Pastikan bahwa perjanjian yang dibuat memuat klausul
tentang hak yang diberikan kepada bank untuk secara
sepihak mengakhiri perjanjian yang masih berjalan, untuk
seketika dan sekaligus menagih seluruh sisa kredit/
pembiayaan, apabila terjadi sesuatu yang menurut bank,
akan dapat merugikan bank.
13. Pastikan bahwa perjanjian yang dibuat memuat klausul
tentang kemungkinan perubahan syarat2 perjanjian,
termasuk perpanjangan jangka waktu, penambahan plafond
kredit/pembiayaan, perubahan suku bunga/bagi hasil dsb.
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Yang harus diperhatikan dalam pembuatan Perjanjian Kredit/
Pembiayaan, adalah :
14. Pastikan bahwa perjanjian yang dibuat memuat klausul
tentang tempat/domisili kepaniteraan pengadilan yang dipilih
bila terjadi sengketa antara bank dengan debitur, selama
fasilitas kredit/pembiayaan belum lunas.
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
4. Jaminan (agunan) kredit/pembiayaan
Yang dimaksud dengan Jaminan/Agunan adalah tanggungan
yang diberikan oleh debitur dan atau pihak ketiga kepada
kreditur (bank), karena pihak kreditur (bank) mempunyai
kepentingan bahwa debitur harus memenuhi kewajibannya
dalam suatu perikatan.
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Critical point dalam pemahamam masalah jaminan/agunan ini,
adalah :
1. Jaminan/Agunan yang diberikan kepada kreditur (bank),
dapat berupa hak kebendaan maupun hak perorangan.
a)
b)
Hak kebendaan dapat berupa :
• Benda berujud dan benda tidak berwujud
• Benda bergerak maupun tidak bergerak.
Hak perorangan, tidak lain adalah penanggungan hutang.
2. Jaminan/Agunan yang diberikan kepada kreditur (bank),
dapat diberikan oleh :
a)
b)
Debitur sendiri
Pihak ketiga, yang disebut juga Penjamin atau Penanggung
Jaminan perorangan atau penanggungan hutang selalu diberikan
oleh pihak ketiga kepada kreditur (bank), baik dgn sepengetahuan
ataupun tanpa sepengetahuan debitur yang bersanggkutan.
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Critical point dalam pemahamam masalah jaminan/agunan ini,
adalah :
3. Jaminan/Agunan yang diberikan kepada kreditur (bank),
adalah untuk keamanan dan kepentingan kreditur, karenanya
harus diadakan dengan suatu perikatan khusus.
Perikatan tersebut bersifat assessoir dari perjanjian kredit
atau pengakuan hutang, yang diadakan antara debitur
dengan kreditur.
4. Pentingnya Jaminan/Agunan bagi kreditur (bank), adalah
untuk mengantisipasi risiko yang mungkin timbul dalam
tenggang waktu antara pelepasan dan pelunasan kredit.
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Yang harus diperhatikan terhadap Jaminan/Agunan Kredit/
Pembiayaan, adalah :
a. Pastikan tentang kepemilikan, keabsahan, kebenaran dan
keaslian dari Jaminan/Agunan yang diserahkan (meskipun
hal ini juga sudah dilakukan pada saat dilakukan investigasi
kredit).
1. Untuk menentukan sispa-siapa yang berhak & berwenang
menandatangani perjanjian/pengikatan jaminan/agunan.
2. Untuk memastikan apakah jaminan/agunan yang dikuasai
bank adalah benar-benar jaminan/agunan yang buktibukti kepemilikannya adalah sah, benar dan asli serta
tidak ada sengketa dalam kepemilikannya.
3. Agar bila terjadi sengketa mengenai jaminan/agunan tsb,
bank memiliki bukti yang cukup kuat dan sempurna,
sehingga siap untuk berperkara.
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Yang harus diperhatikan terhadap Jaminan/Agunan Kredit/
Pembiayaan, adalah :
b. Pastikan bentuk jaminan/agunan yang diserahkan, apakah
tanah & bangunan, kendaraan, kapal, mesin-mesin,
emas/perhiasan, dana tabungan/deposito (cash collateral),
atau jaminan perorangan (personal garansi), dsb.
1. Untuk menentukan menentukam jenis pengikatan dan
juga lembaga jaminan yang harus digunakan untuk
mengikat jaminan/agunan tsb.
2. Untuk menentukan sifat jaminan/agunan, apakah menjadi
jaminan pokok, jaminan tambahan atau bahkan hanya
menjadi supporting collateral.
3. Untuk mengetahui bukti/dokumen kepemilikan apa yang
harus dikuasai bank.
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Yang harus diperhatikan terhadap Jaminan/Agunan Kredit/
Pembiayaan, adalah :
c. Bila jaminan/agunan berupa tanah dan atau bangunan,
pastikan jenis hak atas tanah tersebut dan pastikan siapa
pemilik atas bangunan yang berada di atas tanah tsb.
1. Hak atas tanah terdapat beberapa jenis dan secara yuridis
formal masing2 memiliki karakteristik yang berbeda,
termasuk jangka waktu kepemilikannya.
2. Kepastian kepemilikan bangunan atau benda yang berada
di atas tanah yang dijaminkan sangat diperlukan, karena
dalam hukun positif di Indonesia, sangat dimungkinkan
perbedaan kepemilikan tanah & bangunan atau benda
yang berada di atas tanah tersebut.
3. Pastikan Sertifikat Tanah & IMB dikuasai bank setelah
terjadi pengikatan jaminan/agunan.
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Yang harus diperhatikan terhadap Jaminan/Agunan Kredit/
Pembiayaan, adalah :
d. Pastikan apakah pemegang hak atas tanah tersebut, sesuai
dengan ketetntuan UU Pokok Agraria.
1. Tidak semua orang dapat memiliki hak atas tanah di
Indonesia.
2. Tidak semua orang yang tertera namanya pada sertifikat
hak atas tanah tersebut masih hidup, sehingga
seharusnya tanah tersebut telah menjadi milik orang lain,
apakahkarena warisan atau sebab lain.
e. Pastikan apakah hak atas tanah tersebut terbebani Hak
Tanggungan oleh pihak lain, bila demikian artinya sedang
menjadi jaminan/agunan kepada pihak lain.
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Yang harus diperhatikan terhadap Jaminan/Agunan Kredit/
Pembiayaan, adalah :
f. Bila jaminan/agunan berupa Kapal, pastikan apakah kapal
tersebut memiliki surat kebangsaan kapal atau tidak? dan
juga periksa berapa ukuran berat (tonase) kapal tersebut.
1. Surat kebangsaan untuk mengetahui kepemilikannya,
apakah kapal Indonesia atau kapal asing.
2. Ukuran kapal untuk mengetahui sifat kapal secara yuridis
formal, apakah masuk katagori benda bergerak atau
benda tidak bergerak, guna menentukan jenis pengikatan
dan lembaga jaminan yang akan digunakan.
3. Untuk menentukan surat kepemilikan dan dokumen2 apa
yang harus dimiliki oleh kapal tersebut.
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Yang harus diperhatikan terhadap Jaminan/Agunan Kredit/
Pembiayaan, adalah :
g. Bila jaminan/agunan berupa Kendaraan Bermotor, pastikan
apakah nama yang tertera pada BPKB sama dengan pemilik
yang sebenarnya, karena jual beli kendaraan bermotor, tidak
selalu disertai dengan balik nama BPKB
h. Pastikan jenis kendaraan yang diserahkan sebagai
jaminan/agunan, apakah kendaraan pribadi atau kendaraan
yang mempunyai kegunaan khusus seperti truck, angkot,
taksi, bus angkutan umum dalam/antar kota dsb.
1. Untuk memastikan kelengkapan surat2 yg harus dimiliki.
2. Secara ekonomis juga ada memiliki risiko penurunan nilai
bila menjadi jaminan/agunan.
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Yang harus diperhatikan terhadap Jaminan/Agunan Kredit/
Pembiayaan, adalah :
i. Bila jaminan/agunan berupa mesin-mesin, pastikan apakah
mesin-mesin tersebut melekat dengan tanah atau tidak? Hal
ini untuk mengetahui apakah mesin tersebut masuk katagori
benda bergerak atau tidak bergerak, guna menentukan jenis
pengikatan dan lembaga jaminan yang akan digunakan.
j. Periksa dan pastikan apa bukti-bukti kepemilikan mesinmesin yang menjadi jaminan/agunan tersebut.
1. Bukti kepemilikan mesin2 dapat berupa invoice/faktur
pembelian atau kuitansi pembelian dari penjual.
2. Pada beberapa kasus, tidak jarang mesin-mesin tidak
mempunyai bukti-bukti kepemilikan, karena beberapa
sebab..
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Yang harus diperhatikan terhadap Jaminan/Agunan Kredit/
Pembiayaan, adalah :
k. Bila jaminan/agunan berupa stock barang atau persediaan
barang, pastikan terdapat Daftar Stock Barang yang telah
ditandatangani olen debitur.
1. Sebagai bukti bahwa debitur memiliki sebanyak/sebesar
daftar stock barang yang dibuatnya, termasuk jenis dan
jumlah barang yang menjadi jaminan/agunan. Daftar stock
harus disampaikan kpd bank secara rutin & periodik
2. Lakukan stock opname secara rutin, bersama-sama antara
petugas bank dan debitur, untuk memastikan kebenaran
data.
3. Pada beberapa kasus, sebaiknya stock barang tidak
dijadikan sebagai agunan utama.
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Yang harus diperhatikan terhadap Jaminan/Agunan Kredit/
Pembiayaan, adalah :
l. Bila jaminan/agunan berbentuk emas/perhiasan, mintakan
bukti kepemilikan dan bukti teraan dari pihak yang
berwenang/penilai.
1. Emas/perhiasan adalah barang yang paling mudah hilan
atau dicuri, sehingga diperlukan bukti kepemilikan yg sah.
2. Bukti teraan untuk memastikan keaslian emas/perhiasan.
3. Bukti teraan juga bertujuan untuk menghindari complain
dari pemilik jaminan, bahwa barang yang diserahkan
sebelumnya berbeda dengan barang yang dikembalikan
bank.
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Yang harus diperhatikan terhadap Jaminan/Agunan Kredit/
Pembiayaan, adalah :
m. Bila jaminan/agunan berupa dana simpanan dalam bentuk
Giro/Tabungan/Deposito (cash collateral), mintakan Surat
Pernyataan & Kuasa dari debitur/penjamin, sehubungan
dengan penjaminan dana simpanan tersebut.
1.
2.
Sebagai dasar hukum bank untuk memblokir dana tersebut sebagai
jaminan/agunan kredit.
Sebagai dasar hukum bank untuk mencairkan dana tersebut, jika
kredit/pembiayaan yang diterima oleh debitur tidak dapat
dikembalikan sebagaimana mestinya.
n. Pastikan kebenaran & keabsahan Surat Pernyataan & Kuasa
yang dibuat.
o. Upayakan Surat Pernyataan & Kuasa dibuat, secara Notariel.
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Yang harus diperhatikan terhadap Jaminan/Agunan Kredit/
Pembiayaan, adalah :
p. Bila jaminan/agunan berupa Jaminan Perorangan/Pribadi dari
seseorang (Personal Guarantee), mintakan persetujuan dari
isteri/suami dari penjamin dalam perjanjian jaminan
perorangan/pribadi tersebut.
1.
2.
Segala harta yang menjadi jaminan/agunan, dianggap sebagai harta
bersama antara suami dan isteri.
Selain itu terkait, bahwa warisan yang ditinggalkan oleh penjamin
bukan saja berupa harta, tetapi dapat juga berupa hutang, jika si
penjamin meninggal dunia, maka perikatan penjaminannya beralih
kepada ahli warisnya.
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Yang harus diperhatikan terhadap Jaminan/Agunan Kredit/
Pembiayaan, adalah :
q. Bila jaminan/agunan berupa Jaminan dari sebuah
perusahaan berbadan hukum (Coorporate Guarantee),
mintakan pengurus yang berhak mewakili perusahaan untuk
melakukan perjanjian dan menandatangai perjanjian sebagai
wakil perusahaan dalam memberikan penjaminan.
r. Pastikan dalam perjanjian terdapat klausul yg menyebutkan
penjamin melepaskan hak-hak istimewa yang diatur dalam
KUH Perdata. Agar bank dapat menagih penjamin tanpa
harus menagih debitur terlebih dahulu.
s. Pastikan bahwa penjamin tidak menjadi debitur baik di bank
yang sama maupun di bank lain, karena secara yuridis
formal, orang yang berhutang telah menjadikan seluruh
hartanya untuk menjadi jaminan atas hutang-hutangnya,
sehingga dia tidak lagi memiliki harta.
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Yang harus diperhatikan terhadap Jaminan/Agunan Kredit/
Pembiayaan, adalah :
t. Pastikan bahwa penjamin mengetahui dan menyetujui setiap
ada perubahan atas perjanjian kredit yang dijaminnya.
1.
2.
Setiap hutang yang dijamin, harus diketahui oleh penjamin, sehingga
tidak akan ada sangkalan dari penjamin, karena si penjamian
mengetahui dan menyetujui adanya perubahan tersebut.
Tidak boleh ada perluasan penjaminan hingga melebihi ketentuan
yang menjadi syarat sewaktu mengadakannya.
u. Secara faktual jaminan pribadi atau jaminan dari perusahaan,
jarang yang menjadi jaminan/agunan utama, tetapi lebih
sering hanya sebagai ikatan moral yang bertujuan untuk
lebih mempertebal keyakinan bank terhadap pengembalian
kredit/pembiayaan yang diberikan kepada debitur.
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
5. Pengikatan Jaminan/Agunan
kredit/pembiayaan
Pengikatan Jaminan/Agunan adalah perjanjian perikatan atas
jaminan/agunan yang diserahkan kepada bank dalam rangka
menjamin suatu fasilitas kredit/pembiayaan yang diterima
oleh debitur dari bank.
Pengikatan Jaminan/Agunan perlu dilakukan dalam rangka :
1. Untuk mendapatkan hak preverent atau hak yang
diutamakan atas hasil penjualan barang jaminan/agunan
kredit/ pembiayaan yang dimaksud.
2. Dapat berfungsi sebagai second way out dalam
penyelesaian kredit/pembiayaan apabila
kredit/pembiayaan yang diberikan tidak dikembalikan
sebgaimana mestinya.
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Untuk memperoleh hak preverent, maka jaminan/agunan
harus dilakukan pengikatannya melalui lembaga jaminan
yang diatur oleh undang-undang.
UU yng berlaku yang terkait lembaga jaminan adalah :
1. KUH Perdata untuk Hipotik dan Gadai
2. UU No.4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
3. UU No.42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fiducia
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Yang harus diperhatikan terhadap Pengikatan Jaminan/Agunan
Kredit/ Pembiayaan, adalah :
1. Pastikan perjanjian/pengikatan jaminan/agunan dibuat secara
notariel atau di bawah tangan.
a) Perhitungkan risiko yang akan dihadapi bank, kemudian
pertimbangkan, apakah perjanjian harus dibuat secara
Notariel ataukah secara dibawah tangan
b) Kekuatan akta perjanjian yang dibuat secara notariel,
memiliki kekuatan pembuktian yang lebih kuat, dibanding
dengan akta yang dibuat secara dibawah tangan.
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Yang harus diperhatikan terhadap Pengikatan Jaminan/Agunan
Kredit/ Pembiayaan, adalah :
c) Pengikatan secara notariel mempunyai 2 (dua) cara
pengikatan, yaitu :
1) Dibuat oleh dan di hadapan Notaris
Artinya draft akta dibuat oleh Notaris dan dibacakan
oleh Notaris di hadapan para pihak, kemudian
ditandatangani oleh para pihak dihadapan Notaris.
2) Dibuat di hadapan Notaris
Artinya draft akta dibuat oleh para pihak, sebelum
ditandatangani dibacakan terlebih dahulu oleh Notaris
di hadapan para pihak, kemudian ditandatangani oleh
para pihak dihadapan Notaris.
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Yang harus diperhatikan dalam pembuatan Perjanjian Kredit/
Pembiayaan, adalah :
d) Pengikatan secara dibawah tangan mempunyai 2 (dua)
cara pengikatan, yaitu :
1) Dibuat oleh Notaris
Artinya draft akta dibuat oleh Notaris, tetapi
ditandatangani oleh para pihak, tanpa melibatkan
Notaris.
2) Dibuat oleh dan di hadapan Para Pihak
Artinya draft akta dibuat dan ditandatangani oleh para
pihak, tanpa melibatkan Notaris.
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Yang harus diperhatikan terhadap Pengikatan Jaminan/Agunan
Kredit/ Pembiayaan, adalah :
2. Pastikan perjanjian/pengikatan jaminan/agunan dibuat
menyebutkan obyek yang sesuai dengan jaminan/agunan
yang dikuasai bank.
1.
2.
Bank tidak dapat melakukan eksekusi jaminan/agunan bila debitur
wanprestasi.
Harus ditelusuri penyebab kesalahan dalam menentukan obyek
jaminan/agunan.
3. Pastikan jenis perjanjian/pengikatan jaminan/agunan dan
lembaga jaminan yang digunakan telah sesuai dengan jenis
barang jaminan/agunan yang dikuasai bank, karena akan
dapat menyebabkan bank kehilangan hak preverent.
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Yang harus diperhatikan terhadap Pengikatan Jaminan/Agunan
Kredit/ Pembiayaan, adalah :
4. Bila lembaga jaminan Hak Tanggungan, segera daftarkan ke
Kantor BPN setempat.
1.
2.
Hak Tanggungan akan efektip setelah didaftar ke kantor BPN.
Pastikan akta Hak Tanggungan benar menunjuk perjanjian kredit yang
dibuat sebelumnya .
5. Bila lembaga jaminan Hipotik (untuk jaminan/agunan berupa
kapal) atau Surat Kuasa Memasang Hipotik (SKMH), segera
daftarkan kapal yang dihipotik ke Syahbandar setempat.
6. Bila obyeknya berupa barang gadai, mintakan barang yang
menjadi jaminan/agunan agar dikuasai bank secara penuh.
7. Bila lembaga jaminan Fiducia (untuk kendaraan, mesinmesin, stock barang), segera daftarkan ke Kemenkumham
setempat agar diterbitkan akta fiducia.
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan
Oleh : M.JANU CAHYONO
Terima Kasih
TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “
Download