PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN MATA KULIAH PRAKTIKUM PERBANKAN (LANJUTAN) SEMESTER VII (Tujuh) TAHUN AKADEMIK 2020/2021 Disusun Oleh : MUSTIKA JANU CAHYONO.SE PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO BANK & NASABAH Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Pasal 1 ayat 1 UU RI No.7 Tahun 1992 Tentang PERBANKAN sebagaimana Telah Diubah dengan UU No.10 Tahun 1998) TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO HUBUNGAN HUKUM ANTARA BANK & NASABAH 1. Hubungan hukum antara bank (debitur) dengan nasabah penyimpan dana (kreditur), berupa perjanjian penyimpanan (perjanjian simpanan) dana 2. Hubungan hukum antara bank (kreditur) dengan nasabah peminjam dana (debitur), berupa perjanjian kredit/pembiayaan TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO DASAR HUBUNGAN HUKUM ANTARA BANK & NASABAH PENYIMPAN Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu (Pasal 1 ayat 5 UU RI No.7 Tahun 1992 Tentang PERBANKAN sebagaimana Telah Diubah dengan UU No.10 Tahun 1998) TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO DASAR HUBUNGAN HUKUM ANTARA BANK & NASABAH PEMINJAM Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjammeminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Pasal 1 ayat 11 UU RI No.7 Tahun 1992 Tentang PERBANKAN sebagaimana Telah Diubah dengan UU No.10 Tahun 1998) Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Pasal 1 ayat 12 UU RI No.7 Tahun 1992 Tentang PERBANKAN sebagaimana Telah Diubah dengan UU No.10 Tahun 1998) TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO UNSUR KREDIT/PEMBIAYAAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Penyediaan uang atau tagihan Berdasarkan persetujuan Berdasarkan kesepakatan pinjam-meminjam Antara pihak (bank dgn pihak lain) Kewajiban pihak peminjam melunasi utang Ketentuan jangka waktu Ketentuan bunga / imbalan atau bagi hasil TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Filosofi utama kegiatan transaksi keuangan di bank adalah transaksi yang didasari dengan dokumen (based on document) TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO RUANG LINGKUP ASPEK YURIDIS KREDIT/PEMBIAYAAN 1. 2. 3. 4. 5. Permohonan kredit/pembiayaan Persetujuan kredit/pembiayaan Perjanjian kredit/pembiayaan Jaminan (agunan) kredit/pembiayaan Pengikatan jaminan (agunan) kredit/pembiayaan TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO 1. Permohonan kredit/pembiayaan Permohonan kredit/pembiayaan adalah surat permohonan yang dibuat dan ditandatangani oleh debitur/calon debitur untuk dapat menjadi nasabah peminjam dana dari bank tempat dimana dia bermohon. Permohonan kredit/pembiayaan merupakan dokumen awal dari kronologis suatu transaksi pemberian kredit/pembiayaan, terutama secara historis yuridis. TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Yang harus dilakukan terhadap dokumen surat permohonan kredit/pembiayaan, adalah : a) Periksa, siapakah yang menjadi subyek hukumnya? Apakah Perseorangan atau Badan usaha (berbadan hukum atau tidak berbadan hukum) ? Subyek hukum adalah seseorang atau suatu badan yang mempunyai hak & kewajiban untuk melakukan suatu perbuatan hukum, baik sepihak maupun perbuatan antar pihak, yaitu : 1) Manusia, yang dilakukan oleh orang itu sendiri 2) Badan hukum, yang dilakukan/diwakili oleh orang atas nama badan hukum tersebut. Selain itu dari sisi ekonomi ataupun dari sisi hukum, di dalam badan hukum terdapat pemisahan harta/asset antara pemilik dan perusahaan (badan hukum). TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Yang harus dilakukan terhadap dokumen surat permohonan kredit/pembiayaan, adalah : b) Jika pemohon atas nama pereorangan, periksa data identitas pemohon (KTP & KK, Paspor atau identitas lainnya). 1) 2) Pastikan data & fakta adalah valid, agar subyek hukumnya jelas Pastikan kejelasan alamat domisili pemohon, untuk keperluan korespondensi dan juga untuk menentukan yuridiksi atau kepaniteraan pengadilan yang dipilih bila terjadi sengketa yg harus diselesaikan melalui pengadilan. c) Periksa tanggal surat permohonan dan pastikan bahwa surat permohonan telah & benar ditandatangani oleh pemohon. Tandatangan merupakan pernyataan yg membenar-kan pembuatan, isi & tanggal surat permohonan tersebut. TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Yang harus dilakukan terhadap dokumen surat permohonan kredit/pembiayaan, adalah : d) Jika pemohon sudah berkeluarga, periksa apakah surat permohonan tersebut juga disetujui/ditandatangani oleh isteri/suami pemohon, agar pada saat pengikatan perjanjian tidak mengalami kesulitan. 1) 2) Untuk mencegah adanya pemalsuan identitas suami/isteri, apabila salah satu pihak ternyata tidak setuju. Jika terdapat persetujuan sejak awal, akan menghindarkan perkerjaan yang sia-sia dalam proses kredit/pembiayaan. e) Jika pemohon berbentuk badan usaha, periksa apakah : 1) 2) Berbadan hukum (PT, Koperasi, Yayasan) Tidak berbadan hukum (CV, Fa, UD, dsb) Perbedaan prinsipnya, ada pengesahan pemerintah dan adanya pemisahan harta pemilik dan perusahaan. TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Yang harus dilakukan terhadap dokumen surat permohonan kredit/pembiayaan, adalah : f) Periksa Akta Pendirian/Anggaran Dasar dan akta-akta perubahannya atas akta pendirian/anggaran dasar badan usaha tersebut. Pastikan bahwa akta perubahan yang ada merupakan akta perubahan yang terakhir. 1) 2) Dalam akta pendirian/anggaran dasar, menyebutkan kepemilikan, kepengurusan (susunan Direksi & Komisaris), serta kewenangan bertindak melakukan perbuatan hukum dari para pengurus. Setiap perubahan kepemilikan/pengurus selalu disertai dengan perubahan akta pendirian/anggaran dasar, kecuali berbentuk badan hukum koperasi (perubahan pengurus tidak selalu disertai dengan perubahan anggaran dasar). TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Yang harus dilakukan terhadap dokumen surat permohonan kredit/pembiayaan, adalah : g) Periksa, apakah akta pendirian/anggaran dasar badan usaha telah disahkan oleh yang berwenang, sebagai syarat sahnya suatu badan usaha berbadan hukum. h) Periksa, apakah permohonan kredit/pembiayaan dilengkapi dengan ijin-ijin usaha, sesuai bidang usaha yang akan dibiayai? 1) 2) Perijinan usaha adalah salah satu bukti secara yuridis formal, seseorang atau badan usaha diperbolehkan berusaha dalam bidang tertentu, sesuai surat ijin yang ada. Penggunaan fasilitas kredit, harus sesuai dengan bidang usaha yang didukung dengan ijin-ijin usaha yang diperoleh oleh Debitur/Calon Debitur (agar tidak terjadi side streaming, penggunaan dana kredit/ pembiayaan) TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO 2. Persetujuan kredit/pembiayaan Persetujuan kredit/pembiayaan adalah persetujuan prinsip oleh bank yang dituangkan dalam bentuk surat pemberitahuan persetujuan kredit/pembiayaan (offering letter) yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang, yang ditujukan kepada pemohon kredit, yang isinya memberitahukan bahwa bank setuju secara prinsip untuk memberikan kredit/ pembiayaan kepada pemohon yang bersangkutan. TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Critical point dalam pembuatan surat pemberitahuan persetujuan kredit/pembiayaan, adalah : 1. Yang dimaksud dengan surat pemberitahuan persetujuan kredit/pembiayaan adalah surat yang dikeluarkan oleh bank kepada debitur/calon debitur, sebagai penyampaian pemberitahuan bahwa bank setuju secara prinsip memberikan kredit/ pembiayaan kepada debitur/calon debitur yang bersangkutan 2. Surat pemberitahuan persetujuan kredit/pembiayaan tersebut berisi syarat-syarat umum mengenai kredit/pembiayaan yang akan diberikan, antara lain : a) b) c) d) Nama debitur/calon debitur Besaran plafond yg disetujui Tujuan penggunaan Jenis/setting fasilitas e) Suku bunga/bagi hasil f) Biaya-biaya yg terkait g) Jaminan/Agunan h) Ketentuan & persyaratan TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Critical point dalam pembuatan surat pemberitahuan persetujuan kredit/pembiayaan, adalah : 3. Karena merupakan surat persetujuan dan sebagai tanda persetujuannya atas ketentuan dan syarat-syarat yang ditawarkan bank, maka debitur/calon debitur harus pula memberikan persetujuannya dengan cara membubuhkan tandatangannya pada (copy) surat tersebut dengan dibubuhi meterai yang cukup. Surat pemberitahuan persetujuan kredit/pembiayaan, pada dasarnya adalah merupakan hasil keputusan lembaga/komite kredit yang tertuang pada Memorandum hasil Rapat Lembaga/ Komite Kredit, yang disampaikan kepada Debitur/Calon Debitur dalam bentuk surat pemberitahuan persetujuan kredit/ pembiayaan TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Pentingnya Surat Pemberitahuan Persetujuan Kredit/Pembiayaan disampaikan secara tertulis, adalah : 1. Sebagai jawaban atas surat permohonan kredit dari debitur/ calon debitur yang telah diajukan sebelumnya. 2. Sebagai bukti tertulis bagi bank maupun debitur/calon debitur bahwa permohonannya telah disetujui oleh bank dengan ketentuan & persyaratan seperti yang tertuang pada surat pemberitahuan persetujuan kredit/pembiayaan yang disampaikan. 3. Sebagai dasar kesepakatan untuk pembuatan Perjanjian Kredit antara bank dengan debitur/calon debitur, dengan demikian seluruh ketentuan & persyaratan seperti yang tertuang pada surat pemberitahuan persetujuan kredit/pembiayaan akan dimuat juga pada Perjanjian Kredit. 4. Sebagai pegangan dasar kesepakatan yang mudah dibaca, yang memuat pokok-pokok perjanjian, dibanding jika harus membaca isi Perjanjian Kredit secara lengkap. TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Yang harus diperhatikan dalam pembuatan Surat Pemberitahuan Persetujuan Kredit/Pembiayaan (SPPK/P), adalah : a) Buatlah SPPK/P dengan menggunakan kertas berlogo resmi bank (kop surat) dan dibubuhi dengan tanggal pembuatan dan nomor surat. b) Cantumkan nama Debitur dan ketentuan struktur kredit/ pembiayaan (jenis & setting kredit/pembiayaan), sebagaimana hasil rapat lembaga/komite kredit yang tertuang dalam Memorandum hasil rapat lembaga/ komite kredit. c) Cantumkan nama jaminan/agunan yang diminta dan akan diserahkan kepada bank sebagai jaminan/agunan kredit/ pembiayaan. d) Cantumkan ketentuan2 & persyaratan2 pokok atas pemberian kredit/pembiayaan, sebagaimana yg tertuang di Memorandum hasil rapat lembaga/komite kredit. PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Yang harus diperhatikan dalam pembuatan Surat Pemberitahuan Persetujuan Kredit/Pembiayaan (SPPK/P), adalah : e) Surat persetujuan belum merupakan suatu perjanjian, karena itu belum dan tidak mengikat bank. Untuk itu pada surat persetujuan agar dibuat statement yang berbunyi : “Surat persetujuan ini bukan merupakan pernyataan yang mengikat bank dan atas pertimbangan tertentu, bank sewaktu-waktu dapat dan berhak menarik atau membatalkan surat persetujuan ini” f) Pastikan apakah debitur/calon debitur menyetujui & bertandatangan pada surat persetujuan dan disampaikan kembali kepada bank sesuai batas waktu yg ditentukan, sebagai dasar dibuatnya perjanjian kredit/pembiayaan, buatlah statement : “ Sebagai tanda persetujuan, kami harap Bapak/Ibu/Saudara bersedia menandatangani copy surat persetujuan ini dengan dibubuhi meterai Rp. 6.000.- dan distempel perusahaan, serta diserahkan kembali kepada bank paling lambat 15 (limabelas) hari kerja setelah tanggal surat ini ”. PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Yang harus diperhatikan dalam pembuatan Surat Pemberitahuan Persetujuan Kredit/Pembiayaan (SPPK/P), adalah : g) Pastikan, apakah surat persetujuan telah ditandatangani (disertai dengan tanggal) oleh orang yang tercantum namanya (jika debitur atas nama perorangan) atau orang yang berhak/berwenang mewakili perusahaannya (jika debitur atas nama badan usaha/badan hukum). PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO 3. Perjanjian kredit/pembiayaan Perjanjian kredit/pembiayaan adalah suatu perbuatan hukum atau suatu perikatan, dimana terdapat dua pihak (dalam hal ini bank dengan debitur) saling berjanji, dimana bank berkewajiban menyediakan untuk menyediakan sejumlah dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu kepada pihak lainnya (debitur), dan berhak untuk menagihnya kembali setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan bunga/bagi hasil. Dasar hukumnya adalah : Pasal 1 ayat 11 atau ayat 12 UU RI No.7 Tahun 1992 Tentang PERBANKAN sebagaimana Telah Diubah dengan UU No.10 Tahun 1998) TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO DASAR HUBUNGAN HUKUM ANTARA BANK & NASABAH PEMINJAM Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjammeminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Pasal 1 ayat 11 UU RI No.7 Tahun 1992 Tentang PERBANKAN sebagaimana Telah Diubah dengan UU No.10 Tahun 1998) Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Pasal 1 ayat 12 UU RI No.7 Tahun 1992 Tentang PERBANKAN sebagaimana Telah Diubah dengan UU No.10 Tahun 1998) TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Adanya kalimat : “berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain” yang terdapat pada Pasal 1, ayat 11 atau ayat 12 ayat 5 UU RI No.7 Tahun 1992 Tentang PERBANKAN sebagaimana Telah Diubah dengan UU No.10 Tahun 1998 tersebut, menunjukkan : 1. Bahwa hubungan kredit/pembiayaan bank adalah hubungan kontraktual antara bank dengan debitur yang berbentuk pinjam meminjam karenanya berlaku KUH Perdata. 2. Tersirat bahwa hubungan kredit/pembiayaan bank harus dibuat berdasakan perjanjian tertulis. Sehingga meskipun kredit/pembiayaan didasari dengan kepercayaan, namun dalam pemberiannya haruslah didahului dengan Perjanjian Kredit/Pembiayaan. TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Yang harus diperhatikan dalam pembuatan Perjanjian Kredit/ Pembiayaan, adalah : 1. Perhitungkan risiko yang akan dihadapi bank, kemudian pertimbangkan, apakah perjanjian harus dibuat secara Notariel ataukah secara dibawah tangan. a) b) Kekuatan akta perjanjian yang dibuat secara notariel, memiliki kekuatan pembuktian yang lebih kuat, dibanding dengan akta yang dibuat secara dibawah tangan. Pengikatan secara notariel mempunyai 2 (dua) cara pengikatan, yaitu : 1) Dibuat oleh dan di hadapan Notaris Artinya draft akta dibuat oleh Notaris dan dibacakan oleh Notaris di hadapan para pihak, kemudian ditandatangani oleh para pihak dihadapan Notaris. 2) Dibuat di hadapan Notaris Artinya draft akta dibuat oleh para pihak, sebelum ditandatangani dibacakan terlebih dahulu oleh Notaris di hadapan para pihak, kemudian ditandatangani oleh para pihak dihadapan Notaris. TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Yang harus diperhatikan dalam pembuatan Perjanjian Kredit/ Pembiayaan, adalah : c) Pengikatan secara dibawah tangan mempunyai 2 (dua) cara pengikatan, yaitu : 1) Dibuat oleh Notaris Artinya draft akta dibuat oleh Notaris, tetapi ditandatangani oleh para pihak, tanpa melibatkan Notaris. 2) Dibuat oleh dan di hadapan Para Pihak Artinya draft akta dibuat dan ditandatangani oleh para pihak, tanpa melibatkan Notaris. 2. Pastikan bahwa perjanjian kredit/pembiayaan diberikan judul Perjanjian Kredit atau Perjanjian Pembiayaan, untuk memudahkan dalam mengenali perjanjian apa yang dibuat, serta untuk menentukan ketentuan hukum yg mengaturnya, yaitu perjanjian tersebut tunduk dan diatur oleh peraturan Hukum Perjanjian (Kredit/Pembiayaan). TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Yang harus diperhatikan dalam pembuatan Perjanjian Kredit/ Pembiayaan, adalah : 3. Pastikan bahwa perjanjian yang dibuat memuat komparisi. Yang dimaksud dengan komparisi adalah bagian suatu akta yang berisi keterangan tentang orang/pihak yang bertindak mengadakan perbuatan hukum/perjanjian. Uraiannya adalah : a) b) c) Uraian rinci tentang identitas, yang meliputi nama, pekerjaan dan domisili para pihak. Dasar hukum yang memberi kewenangan yuridis untuk bertindak dari para pihak. Kedudukan para pihak. 4. Pastikan bahwa perjanjian yang dibuat memuat klausul tentang struktur kredit/pembiayaan (seperti setting kredit, besaran plafond, tujuan penggunaan, jangka waktu kredit/ pembiayaan). TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Yang harus diperhatikan dalam pembuatan Perjanjian Kredit/ Pembiayaan, adalah : 5. Pastikan bahwa perjanjian yang dibuat memuat klausul tentang kewajiban debitur untuk membayar angsuran pokok, bunga/bagi hasil, denda dan atau biaya-biaya lainnya yang timbul akibat dari pemberian kredit/pembiayaan tersebut. 6. Pastikan bahwa perjanjian yang dibuat memuat klausul tentang kuasa kepada bank untuk membebankan kewajiban debitur dengan cara melakukan pendebetan atas rekening debitur untuk membayar segala bentuk kewajibannya yang timbul akibat dari pemberian kredit/pembiayaan tersebut. TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Yang harus diperhatikan dalam pembuatan Perjanjian Kredit/ Pembiayaan, adalah : 7. Pastikan bahwa perjanjian yang dibuat memuat klausul tentang syarat-syarat tangguh yang harus dipenuhi terlebih dahulu oleh debitur, sebelum dilakukan drawdown (pencairan dana) oleh bank kepada debitur. 8. Pastikan bahwa perjanjian yang dibuat memuat klausul tentang janji-janji debitur untuk melakukan hal-hal tertentu selama perjanjian masih berlaku atau selama fasilitas kredit/pembiayaan belum lunas. 9. Pastikan bahwa perjanjian yang dibuat memuat klausul tentang janji-janji debitur untuk tidak melakukan hal-hal tertentu (negative covenant) dan janji-janji debitur untuk melakukan hal-hal tertentu (positive covenant), selama fasilitas kredit/pembiayaan belum lunas. TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Yang harus diperhatikan dalam pembuatan Perjanjian Kredit/ Pembiayaan, adalah : 10. Pastikan bahwa perjanjian yang dibuat memuat klausul tentang jaminan/agunan kredit/pembiayaan dan keharusan dicover asuransi atas jaminan/agunan tersebut (termasuk asuransi jiwa debitur) dan memberikan kuasa kepada bank untuk mengurus asuransi tersebut. 11. Pastikan bahwa perjanjian yang dibuat memuat klausul tentang kewenangan tindakan yang dapat diambil oleh bank dalam rangka monitoring kredit/pembiayaan, pengamanan, penyelamatan, penyehatan dan penyelesaian kredit/ pembiayaan. TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Yang harus diperhatikan dalam pembuatan Perjanjian Kredit/ Pembiayaan, adalah : 12. Pastikan bahwa perjanjian yang dibuat memuat klausul tentang hak yang diberikan kepada bank untuk secara sepihak mengakhiri perjanjian yang masih berjalan, untuk seketika dan sekaligus menagih seluruh sisa kredit/ pembiayaan, apabila terjadi sesuatu yang menurut bank, akan dapat merugikan bank. 13. Pastikan bahwa perjanjian yang dibuat memuat klausul tentang kemungkinan perubahan syarat2 perjanjian, termasuk perpanjangan jangka waktu, penambahan plafond kredit/pembiayaan, perubahan suku bunga/bagi hasil dsb. TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Yang harus diperhatikan dalam pembuatan Perjanjian Kredit/ Pembiayaan, adalah : 14. Pastikan bahwa perjanjian yang dibuat memuat klausul tentang tempat/domisili kepaniteraan pengadilan yang dipilih bila terjadi sengketa antara bank dengan debitur, selama fasilitas kredit/pembiayaan belum lunas. TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO 4. Jaminan (agunan) kredit/pembiayaan Yang dimaksud dengan Jaminan/Agunan adalah tanggungan yang diberikan oleh debitur dan atau pihak ketiga kepada kreditur (bank), karena pihak kreditur (bank) mempunyai kepentingan bahwa debitur harus memenuhi kewajibannya dalam suatu perikatan. TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Critical point dalam pemahamam masalah jaminan/agunan ini, adalah : 1. Jaminan/Agunan yang diberikan kepada kreditur (bank), dapat berupa hak kebendaan maupun hak perorangan. a) b) Hak kebendaan dapat berupa : • Benda berujud dan benda tidak berwujud • Benda bergerak maupun tidak bergerak. Hak perorangan, tidak lain adalah penanggungan hutang. 2. Jaminan/Agunan yang diberikan kepada kreditur (bank), dapat diberikan oleh : a) b) Debitur sendiri Pihak ketiga, yang disebut juga Penjamin atau Penanggung Jaminan perorangan atau penanggungan hutang selalu diberikan oleh pihak ketiga kepada kreditur (bank), baik dgn sepengetahuan ataupun tanpa sepengetahuan debitur yang bersanggkutan. TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Critical point dalam pemahamam masalah jaminan/agunan ini, adalah : 3. Jaminan/Agunan yang diberikan kepada kreditur (bank), adalah untuk keamanan dan kepentingan kreditur, karenanya harus diadakan dengan suatu perikatan khusus. Perikatan tersebut bersifat assessoir dari perjanjian kredit atau pengakuan hutang, yang diadakan antara debitur dengan kreditur. 4. Pentingnya Jaminan/Agunan bagi kreditur (bank), adalah untuk mengantisipasi risiko yang mungkin timbul dalam tenggang waktu antara pelepasan dan pelunasan kredit. TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Yang harus diperhatikan terhadap Jaminan/Agunan Kredit/ Pembiayaan, adalah : a. Pastikan tentang kepemilikan, keabsahan, kebenaran dan keaslian dari Jaminan/Agunan yang diserahkan (meskipun hal ini juga sudah dilakukan pada saat dilakukan investigasi kredit). 1. Untuk menentukan sispa-siapa yang berhak & berwenang menandatangani perjanjian/pengikatan jaminan/agunan. 2. Untuk memastikan apakah jaminan/agunan yang dikuasai bank adalah benar-benar jaminan/agunan yang buktibukti kepemilikannya adalah sah, benar dan asli serta tidak ada sengketa dalam kepemilikannya. 3. Agar bila terjadi sengketa mengenai jaminan/agunan tsb, bank memiliki bukti yang cukup kuat dan sempurna, sehingga siap untuk berperkara. TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Yang harus diperhatikan terhadap Jaminan/Agunan Kredit/ Pembiayaan, adalah : b. Pastikan bentuk jaminan/agunan yang diserahkan, apakah tanah & bangunan, kendaraan, kapal, mesin-mesin, emas/perhiasan, dana tabungan/deposito (cash collateral), atau jaminan perorangan (personal garansi), dsb. 1. Untuk menentukan menentukam jenis pengikatan dan juga lembaga jaminan yang harus digunakan untuk mengikat jaminan/agunan tsb. 2. Untuk menentukan sifat jaminan/agunan, apakah menjadi jaminan pokok, jaminan tambahan atau bahkan hanya menjadi supporting collateral. 3. Untuk mengetahui bukti/dokumen kepemilikan apa yang harus dikuasai bank. TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Yang harus diperhatikan terhadap Jaminan/Agunan Kredit/ Pembiayaan, adalah : c. Bila jaminan/agunan berupa tanah dan atau bangunan, pastikan jenis hak atas tanah tersebut dan pastikan siapa pemilik atas bangunan yang berada di atas tanah tsb. 1. Hak atas tanah terdapat beberapa jenis dan secara yuridis formal masing2 memiliki karakteristik yang berbeda, termasuk jangka waktu kepemilikannya. 2. Kepastian kepemilikan bangunan atau benda yang berada di atas tanah yang dijaminkan sangat diperlukan, karena dalam hukun positif di Indonesia, sangat dimungkinkan perbedaan kepemilikan tanah & bangunan atau benda yang berada di atas tanah tersebut. 3. Pastikan Sertifikat Tanah & IMB dikuasai bank setelah terjadi pengikatan jaminan/agunan. TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Yang harus diperhatikan terhadap Jaminan/Agunan Kredit/ Pembiayaan, adalah : d. Pastikan apakah pemegang hak atas tanah tersebut, sesuai dengan ketetntuan UU Pokok Agraria. 1. Tidak semua orang dapat memiliki hak atas tanah di Indonesia. 2. Tidak semua orang yang tertera namanya pada sertifikat hak atas tanah tersebut masih hidup, sehingga seharusnya tanah tersebut telah menjadi milik orang lain, apakahkarena warisan atau sebab lain. e. Pastikan apakah hak atas tanah tersebut terbebani Hak Tanggungan oleh pihak lain, bila demikian artinya sedang menjadi jaminan/agunan kepada pihak lain. TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Yang harus diperhatikan terhadap Jaminan/Agunan Kredit/ Pembiayaan, adalah : f. Bila jaminan/agunan berupa Kapal, pastikan apakah kapal tersebut memiliki surat kebangsaan kapal atau tidak? dan juga periksa berapa ukuran berat (tonase) kapal tersebut. 1. Surat kebangsaan untuk mengetahui kepemilikannya, apakah kapal Indonesia atau kapal asing. 2. Ukuran kapal untuk mengetahui sifat kapal secara yuridis formal, apakah masuk katagori benda bergerak atau benda tidak bergerak, guna menentukan jenis pengikatan dan lembaga jaminan yang akan digunakan. 3. Untuk menentukan surat kepemilikan dan dokumen2 apa yang harus dimiliki oleh kapal tersebut. TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Yang harus diperhatikan terhadap Jaminan/Agunan Kredit/ Pembiayaan, adalah : g. Bila jaminan/agunan berupa Kendaraan Bermotor, pastikan apakah nama yang tertera pada BPKB sama dengan pemilik yang sebenarnya, karena jual beli kendaraan bermotor, tidak selalu disertai dengan balik nama BPKB h. Pastikan jenis kendaraan yang diserahkan sebagai jaminan/agunan, apakah kendaraan pribadi atau kendaraan yang mempunyai kegunaan khusus seperti truck, angkot, taksi, bus angkutan umum dalam/antar kota dsb. 1. Untuk memastikan kelengkapan surat2 yg harus dimiliki. 2. Secara ekonomis juga ada memiliki risiko penurunan nilai bila menjadi jaminan/agunan. TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Yang harus diperhatikan terhadap Jaminan/Agunan Kredit/ Pembiayaan, adalah : i. Bila jaminan/agunan berupa mesin-mesin, pastikan apakah mesin-mesin tersebut melekat dengan tanah atau tidak? Hal ini untuk mengetahui apakah mesin tersebut masuk katagori benda bergerak atau tidak bergerak, guna menentukan jenis pengikatan dan lembaga jaminan yang akan digunakan. j. Periksa dan pastikan apa bukti-bukti kepemilikan mesinmesin yang menjadi jaminan/agunan tersebut. 1. Bukti kepemilikan mesin2 dapat berupa invoice/faktur pembelian atau kuitansi pembelian dari penjual. 2. Pada beberapa kasus, tidak jarang mesin-mesin tidak mempunyai bukti-bukti kepemilikan, karena beberapa sebab.. TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Yang harus diperhatikan terhadap Jaminan/Agunan Kredit/ Pembiayaan, adalah : k. Bila jaminan/agunan berupa stock barang atau persediaan barang, pastikan terdapat Daftar Stock Barang yang telah ditandatangani olen debitur. 1. Sebagai bukti bahwa debitur memiliki sebanyak/sebesar daftar stock barang yang dibuatnya, termasuk jenis dan jumlah barang yang menjadi jaminan/agunan. Daftar stock harus disampaikan kpd bank secara rutin & periodik 2. Lakukan stock opname secara rutin, bersama-sama antara petugas bank dan debitur, untuk memastikan kebenaran data. 3. Pada beberapa kasus, sebaiknya stock barang tidak dijadikan sebagai agunan utama. TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Yang harus diperhatikan terhadap Jaminan/Agunan Kredit/ Pembiayaan, adalah : l. Bila jaminan/agunan berbentuk emas/perhiasan, mintakan bukti kepemilikan dan bukti teraan dari pihak yang berwenang/penilai. 1. Emas/perhiasan adalah barang yang paling mudah hilan atau dicuri, sehingga diperlukan bukti kepemilikan yg sah. 2. Bukti teraan untuk memastikan keaslian emas/perhiasan. 3. Bukti teraan juga bertujuan untuk menghindari complain dari pemilik jaminan, bahwa barang yang diserahkan sebelumnya berbeda dengan barang yang dikembalikan bank. TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Yang harus diperhatikan terhadap Jaminan/Agunan Kredit/ Pembiayaan, adalah : m. Bila jaminan/agunan berupa dana simpanan dalam bentuk Giro/Tabungan/Deposito (cash collateral), mintakan Surat Pernyataan & Kuasa dari debitur/penjamin, sehubungan dengan penjaminan dana simpanan tersebut. 1. 2. Sebagai dasar hukum bank untuk memblokir dana tersebut sebagai jaminan/agunan kredit. Sebagai dasar hukum bank untuk mencairkan dana tersebut, jika kredit/pembiayaan yang diterima oleh debitur tidak dapat dikembalikan sebagaimana mestinya. n. Pastikan kebenaran & keabsahan Surat Pernyataan & Kuasa yang dibuat. o. Upayakan Surat Pernyataan & Kuasa dibuat, secara Notariel. TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Yang harus diperhatikan terhadap Jaminan/Agunan Kredit/ Pembiayaan, adalah : p. Bila jaminan/agunan berupa Jaminan Perorangan/Pribadi dari seseorang (Personal Guarantee), mintakan persetujuan dari isteri/suami dari penjamin dalam perjanjian jaminan perorangan/pribadi tersebut. 1. 2. Segala harta yang menjadi jaminan/agunan, dianggap sebagai harta bersama antara suami dan isteri. Selain itu terkait, bahwa warisan yang ditinggalkan oleh penjamin bukan saja berupa harta, tetapi dapat juga berupa hutang, jika si penjamin meninggal dunia, maka perikatan penjaminannya beralih kepada ahli warisnya. TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Yang harus diperhatikan terhadap Jaminan/Agunan Kredit/ Pembiayaan, adalah : q. Bila jaminan/agunan berupa Jaminan dari sebuah perusahaan berbadan hukum (Coorporate Guarantee), mintakan pengurus yang berhak mewakili perusahaan untuk melakukan perjanjian dan menandatangai perjanjian sebagai wakil perusahaan dalam memberikan penjaminan. r. Pastikan dalam perjanjian terdapat klausul yg menyebutkan penjamin melepaskan hak-hak istimewa yang diatur dalam KUH Perdata. Agar bank dapat menagih penjamin tanpa harus menagih debitur terlebih dahulu. s. Pastikan bahwa penjamin tidak menjadi debitur baik di bank yang sama maupun di bank lain, karena secara yuridis formal, orang yang berhutang telah menjadikan seluruh hartanya untuk menjadi jaminan atas hutang-hutangnya, sehingga dia tidak lagi memiliki harta. TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Yang harus diperhatikan terhadap Jaminan/Agunan Kredit/ Pembiayaan, adalah : t. Pastikan bahwa penjamin mengetahui dan menyetujui setiap ada perubahan atas perjanjian kredit yang dijaminnya. 1. 2. Setiap hutang yang dijamin, harus diketahui oleh penjamin, sehingga tidak akan ada sangkalan dari penjamin, karena si penjamian mengetahui dan menyetujui adanya perubahan tersebut. Tidak boleh ada perluasan penjaminan hingga melebihi ketentuan yang menjadi syarat sewaktu mengadakannya. u. Secara faktual jaminan pribadi atau jaminan dari perusahaan, jarang yang menjadi jaminan/agunan utama, tetapi lebih sering hanya sebagai ikatan moral yang bertujuan untuk lebih mempertebal keyakinan bank terhadap pengembalian kredit/pembiayaan yang diberikan kepada debitur. TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO 5. Pengikatan Jaminan/Agunan kredit/pembiayaan Pengikatan Jaminan/Agunan adalah perjanjian perikatan atas jaminan/agunan yang diserahkan kepada bank dalam rangka menjamin suatu fasilitas kredit/pembiayaan yang diterima oleh debitur dari bank. Pengikatan Jaminan/Agunan perlu dilakukan dalam rangka : 1. Untuk mendapatkan hak preverent atau hak yang diutamakan atas hasil penjualan barang jaminan/agunan kredit/ pembiayaan yang dimaksud. 2. Dapat berfungsi sebagai second way out dalam penyelesaian kredit/pembiayaan apabila kredit/pembiayaan yang diberikan tidak dikembalikan sebgaimana mestinya. TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Untuk memperoleh hak preverent, maka jaminan/agunan harus dilakukan pengikatannya melalui lembaga jaminan yang diatur oleh undang-undang. UU yng berlaku yang terkait lembaga jaminan adalah : 1. KUH Perdata untuk Hipotik dan Gadai 2. UU No.4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan 3. UU No.42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fiducia TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Yang harus diperhatikan terhadap Pengikatan Jaminan/Agunan Kredit/ Pembiayaan, adalah : 1. Pastikan perjanjian/pengikatan jaminan/agunan dibuat secara notariel atau di bawah tangan. a) Perhitungkan risiko yang akan dihadapi bank, kemudian pertimbangkan, apakah perjanjian harus dibuat secara Notariel ataukah secara dibawah tangan b) Kekuatan akta perjanjian yang dibuat secara notariel, memiliki kekuatan pembuktian yang lebih kuat, dibanding dengan akta yang dibuat secara dibawah tangan. TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Yang harus diperhatikan terhadap Pengikatan Jaminan/Agunan Kredit/ Pembiayaan, adalah : c) Pengikatan secara notariel mempunyai 2 (dua) cara pengikatan, yaitu : 1) Dibuat oleh dan di hadapan Notaris Artinya draft akta dibuat oleh Notaris dan dibacakan oleh Notaris di hadapan para pihak, kemudian ditandatangani oleh para pihak dihadapan Notaris. 2) Dibuat di hadapan Notaris Artinya draft akta dibuat oleh para pihak, sebelum ditandatangani dibacakan terlebih dahulu oleh Notaris di hadapan para pihak, kemudian ditandatangani oleh para pihak dihadapan Notaris. TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Yang harus diperhatikan dalam pembuatan Perjanjian Kredit/ Pembiayaan, adalah : d) Pengikatan secara dibawah tangan mempunyai 2 (dua) cara pengikatan, yaitu : 1) Dibuat oleh Notaris Artinya draft akta dibuat oleh Notaris, tetapi ditandatangani oleh para pihak, tanpa melibatkan Notaris. 2) Dibuat oleh dan di hadapan Para Pihak Artinya draft akta dibuat dan ditandatangani oleh para pihak, tanpa melibatkan Notaris. TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Yang harus diperhatikan terhadap Pengikatan Jaminan/Agunan Kredit/ Pembiayaan, adalah : 2. Pastikan perjanjian/pengikatan jaminan/agunan dibuat menyebutkan obyek yang sesuai dengan jaminan/agunan yang dikuasai bank. 1. 2. Bank tidak dapat melakukan eksekusi jaminan/agunan bila debitur wanprestasi. Harus ditelusuri penyebab kesalahan dalam menentukan obyek jaminan/agunan. 3. Pastikan jenis perjanjian/pengikatan jaminan/agunan dan lembaga jaminan yang digunakan telah sesuai dengan jenis barang jaminan/agunan yang dikuasai bank, karena akan dapat menyebabkan bank kehilangan hak preverent. TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Yang harus diperhatikan terhadap Pengikatan Jaminan/Agunan Kredit/ Pembiayaan, adalah : 4. Bila lembaga jaminan Hak Tanggungan, segera daftarkan ke Kantor BPN setempat. 1. 2. Hak Tanggungan akan efektip setelah didaftar ke kantor BPN. Pastikan akta Hak Tanggungan benar menunjuk perjanjian kredit yang dibuat sebelumnya . 5. Bila lembaga jaminan Hipotik (untuk jaminan/agunan berupa kapal) atau Surat Kuasa Memasang Hipotik (SKMH), segera daftarkan kapal yang dihipotik ke Syahbandar setempat. 6. Bila obyeknya berupa barang gadai, mintakan barang yang menjadi jaminan/agunan agar dikuasai bank secara penuh. 7. Bila lembaga jaminan Fiducia (untuk kendaraan, mesinmesin, stock barang), segera daftarkan ke Kemenkumham setempat agar diterbitkan akta fiducia. TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “ PRAKTIKUM PERBANKAN Lanjutan Oleh : M.JANU CAHYONO Terima Kasih TOPIK : “ ASPEK LEGAL KREDIT/PEMBIAYAAN (Legal Aspects) “