Uploaded by User79851

1913024039 M.DimasDhityaAsri PratikumInsektarium

advertisement
`
MAKALAH PRAKTIKUM
INSEKTARIUM ARTHROPODA
Penulis : M.Dimas Dhitya Asri (1913024017)
Kelas : A
Mata Kuliah : Zoologi Invertebrata
Dosen
: Dr. Dewi Lengkana, M.Sc.
Berti Yolida, S.Pd., M.Pd
Ismi Rakhmawati, S.Pd., M.Pd.
Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
Bandar Lampung
24 Desember 2020
i
`
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyusun makalah Filum Arthropoda ini. Shalawat serta salam
semoga tercurah limpahkan kepada junjunan kita, Nabi Muhammad SAW, serta
keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya yang senantiasa ta’at hingga akhir
zaman.
Makalah ini kami susun guna sebagai tugas mata kuliah Zoologi Invertebrata.
Dalam makalah ini dipaparkan mengenai materi Arthropoda mulai dari Foto insektarium,
Prosedur pembuatan insektarium, Pembahasan tentang masing-masing hewan pada kelas
anthropoda (Morfologi, anatomi, fisiologi dan ekologinya). Dengan demikian, diharapkan
saya mampu mengetahui, memahami, dan menyimpulkan pada materi Arthropoda ini.
Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan atau
kekeliruan, oleh karna itu kami menerima kritik dan saran yang membangun guna
perbaikan dalam penyusunan makalah di waktu yang akan datang.
Pekalongan, 24 Desember 2020
Penulis,
i
`
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................................... 1
1.3 Manfaat ..................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Insektarium .............................................................................................. 3
2.2 Foto Insektarium Arthropoda..................................................................................... 4
2.3 Prosedur Pembuatan Insektarium ............................................................................... 5
2.4 Deskripsi Masing-masing Kelas pada Arthropoda ..................................................... 6
2.4.1 kepiting sawah (Crustacea)................................................................................................ 6
2.4.2 Kepik (Insecta)................................................................................................................... 9
2.4.3 Laba laba (Arachnida)........................................................................................................ 13
2.4.4 Kaki seribu (Myriapoda.) .................................................................................................. 16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................... 20
3.2 Saran .................................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 21
ii
`
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Artropoda adalah hewan dengan kaki beruas ruas dengan system saraf tangga tali dan
organ tubuh tela berkembanga pesat. Artropoda disebut juga Hexapoda (dari bahasa
Yunani, berarti Salah satu kelas dari filum artropoda yang utama adalah insecta. Dimana
Insecta disebut pula Serangga. Serangga ditemukan di hampir semua lingkungan kecuali
di lautan. Kajian Banyak anggota insekta yang dapat ditemukan disekitar kita misalnya
lalat, kupu- kupu, kecoak, jangkrik, semut, nyamuk dan belalang. Anggota insekta sangat
beragam, tetapi memiliki cirri khusus,yaitu kakinya berjumlah enam buah,sehingga
disebut juga hexapoda ( hexa = enam, podos = kaki ). Tubuh terbagi menjadi tiga bagian
yaitu kepala, dada, dan perut. Insekta merupakan satu-satunya invertebrata yang dapat
terbang, dengan ukuran tubuh yang beragam. Dengan habitat yang sangat luas insekta
mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Peranan yang
menguntungkan antara lain: penyerbukan tanaman oleh lebah atau insekta lain, tetapi ada
juga yang merugikan misalnya: wereng coklat menyerang hektaran tanaman padi.
Arthropoda adalah filum yang paling besar dalam dunia hewan dan mencakup
serangga, laba-laba, udang, lipan dan hewan sejenis lainnya. Arthropoda adalah nama
lain hewan berbuku-buku. Arthropoda biasa ditemukan di laut, air tawar, darat, dan
lingkungan udara, termasuk berbagai bentuk simbiosis dan parasit.
mengenai
peri
kehidupan
serangga
disebut entomologi.
Lebih
dari
800.000 spesies insekta
sudah
ditemukan.
Terdapat
5.000
spesies bangsa capung (Odonata), 20.000 spesies bangsa belalang (Orthoptera), 170.000
spesies bangsa kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera), 120.000 bangsa lalat dan
kerabatnya (Diptera), 82.000 spesies bangsa kepik (Hemiptera), 360.000 spesies
bangsa kumbang (Coleoptera),
dan
110.000
spesies
bangsa semut dan lebah (Hymenoptera)
Pada kesempatan kali ini kita akan membahas masing masing hewan pada tiap kelas
yang ada pada arthopoda kepiting sawah (Crustacea), Kepik (Insecta), Laba laba
(Arachnida) dan Kaki seribu (Myriapoda.)
1.2 Tujuan
1. Mempraktekkan untuk membuat insektarium berbagai jenis hewan Arhropoda.
2. Mempelajari morfologi, anatomi, fisiologi hewan Arthropoda.
3. Sebagai media untuk pembelajaran.
1
`
1.3 Manfaat
Manfaat membuat insektarium adalah untuk memperjelas objek sebab merupakan
spesimen asli sehingga siswa dapat belajar lebih bermakna. Pengawetan serangga sangat
diperlukan terutama untuk memenuhi kebutuhan pada masa yang akan datang, dalam
membantu perkembangan ilmu.
2
`
BAB II
Pembahasan
2.1 Pengertian Insektarium
Insektarium merupakan koleksi serangga berupa awetan-awetan kering. Spesimenspesimen yang telah dikeringkan dan dilabeli lalu disimpan di dalam kotak serangga. Kotak
tersebut lalu dilapisi dengan gabus atau styrofoam dan ditutup.
Londonzoo
adalahsalah
satu
insectariumspublik
pertama
di
dunia(1881).
(http://fr.wikipedia.org/wiki/Insectarium#Histoire)
Kebun Binatang London adalah kebun binatang tertua di dunia.Kebun binatang ini
dibuka di London pada tanggal 27 April 1828, dan awalnya digunakan untuk mengumpulkan
objek dan hasil penelitian ilmu pengetahuan. Tempat ini dibuka untuk umum pada tahun
1847. London zoo membuka juga Reptile house (1849), first public Aquarium (1853), first
insect house (1881) and the first children's zoo (1938).
Menurut Purwiji tahun 2011, Insektarium adalah suatu objek biologi memakai media
kaca sebagai tempat untuk meneliti kehidupan serangga.
Dalam dunia entomology, pengawetan serangga termasuk dalam kegiatan koleksi
serangga atau insektarium;
Bertujuan untuk :
1) Memperlajari taksonomi (indetifikasi , deskripsi dan klasifikasi) serangga
2) Mempelajari keanekaragaman , sejarah hidup , perilaku , ekologi, habitat, dan
distribusi serangga
3) Sebagai materi pembanding identifikasi untuk membantu program pengelolaan
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
4) untuk keperluan pameran (display) dengan maksud memperkenalkan jenis-jenis
serangga di sekitar kita
3
`
2.2 Foto Insektarium Arthropoda
4
`
2.3. Prosedur Pembuatan Insektarium
Setelah mendapatkan serangga dan bahan-bahan lainnya, insektarium dapat dibuat.
Berikut adalah langkah-langkah pembuatan insektarium :
1. Perlengkapan dan Metode Pengkoleksian
Terbagi menjadi dua katagori, yaitu kolektor aktif (aktif mencari serangga dengan
peralatan berupa insect net, aspirator, beating sheet, dll) dan kolektor pasif (menggunakan
perangkap/trap).
Beberapa cara pengumpulan serangga

Hand Collecting

Spesimen diambil langsung di tempat dengan tangan atau pinset (bila berbahaya)

Pengambilan serangga dengan aspirator . Sangat berguna bagi serangga-serangga
kecil, seperti pada ordo diptera.
scene.asu.edu
Gambar 2.1 Aspirator
 Pengambilan serangga permukaan tanah dengan Pitfall Trap
 Pitfall trap dapat ditambah umpan untuk serangga yang akan ditangkap.
5
`
Gambar 2.2 Pitfall Trap

Pengambilan serangga dengan Malaise Net

Pengambilan seranggga dengan Insect Net
2. Menangkap/Pengumpulan Spesimen
Serangga dapat langsung ditangkap dengan menggunakan insect net atau dengan
menggunakan metode lainnya yang dapat menangkap tanpa merusak morfolgi serangga
tsb. Ada beberapa macam wadah yang umum digunakan saat kita menangkap serangga,
yaitu botol pembunuh (berisi alkohol 90% dan digunakan untuk membunuh serangga
berukuran kecil, seperti semut, lebah, dll) dan kertas papilot (lipatan kertas yang
berguna untuk penyimpanan sementara serangga bersayap rapuh seperti kupu – kupu dan
capung)
web.ipb.ac.id
Gambar 2.3 Cara Membuat Kertas Papilot
6
`
3. Pinning
Pinning adalah cara yang terbaik untuk mengawetkan serangga bertubuh keras. Letak
pin yang akan ditusukan akan berbeda - beda. Pada Coleoptera ditusuk pada elytron
kanan. Hemiptera dan Homoptera ditusuk melalui scuttelum. Ordo lain ditusuk melalui
mesothorax.
Spesimen
yang terlalu
kecil
dan
rapuh
untuk
dilakukan
pinning,
ditempatkan pada micropins atau cardboard pins.
uky.edu
Gambar 2.4 Ilustrasi melakukan pinning yang benar
Untuk hasil terbaik, kupu-kupu dan ngengat sayapnya dibentangkan. Pertama tusuk
serangga melalui mesothorax dan tancapkan pada papan. Pindahkan sayap bagian depan,
sehingga batas belakangnya membentuk garis paralel dengan tubuhnya. Tahan posisi
sayap sementara dengan meletakan pin. Hal serupa dilakukan pada sayap belakangnya,
kemudian tempelkan kertas melintasi sayapnya dan beri pin pada kertas & garis luar
sayapnya (pin tidak boleh menusuk sayapnya). Pin-pin tersebut dapat dicabut kembali
setelah 3-5 hari ditusukkan (Elzinga, 1997).
4. Mengeringkan Spesimen
Spesimen yang kecil akan sangat cepat kering di udara terbuka, begitu halnya dengan
serangga berukuran besar, tetapi tidak dianjurkan untuk meninggalkan mereka terbuka
dalam jangka waktu yang lama karena kemungkinan kerusakan oleh dermestid, semut
dan hama
lainnya.
Sebuah ruangan dengan satu atau lebih bola
mempercepat pengeringan. (Borror, 1997).
7
lampu akan
`
5. Pelabelan
Semua spesimen yang ditemukan harus diberi label mengenai data waktu dan lokasi
penangkapan. Data sebaiknya ditulis seperti ini 10.Aug.1977m 10.VIII>1977, atau
VIII.10.1977. Label
ditempatkan
ditempatkan
pada pin
serangga.
Nama
kolektor
ditempatkan pada label kedua di bawah label mengenai waktu dan lokasi ditemukan.
1. Pemajangan dan Penyimpanan
Koleksi menjadi lebih berarti ketika spesimen tersebut dapat dipelajari dan dipajang.
Museum dan banyak koleksi pribadi biasanya ditemaptkan di semacam lemari kayu
atau besi yang dilapisi kaca. Tiap-tiap laci memiliki suatu baki yang memudahkan
spesimen yang telah dikoleksi untuk dimasukan
dan
dikeluarkan
sebanyak
yang
diperlukan. Tiap baki terdiri dari 1 species dan disusun secara alfabet berdasarkan
spesies dalam suatu genus, genus dalam suatu famili dan begitu seterusnaya. Diperlukan
pengasapan dan repellent,selain itu pemeriksaan secara rutin mengenai kerusakan koleksi
(sisa serbuk di bawah spesimen yang mengindikasikan spesies tersebut dimakan oleh
serangga hama). Awetan serangga secara rutin harus tetap dirawat supaya tidak cepat
rusak. Perawatannya cukup mudah, yaitu dengan cara membersihkan kotoran yang
menempel pada serangga dan pada tempat penyimpanannya dengan menggunakan kapas
atau tisu kering. Selain itu, tempat penyimpanan harus dijaga supaya tidak lembab.
Pada kondisi tempat yang lembab, akan memicu tumbuhnya jamur-jamur yang dapat
merusak awetan serangga.
8
`
2.5Deskripsi tiap tiap kelas Arhtopoda
2.6
2.4.1. kepiting sawah (Crustacea)
Sumber : http://deviansouisa.blogspot.com/2011/10/kepiting-bakau.html
1.Urutan Takson
Kerajaan:
Filum:
Subfilum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
Animalia
Arthropoda
Crustacea
Malacostraca
Decapoda
Gecarcinucidae
Parathelphusa
Paranthelphusa convexa
2.Morfolologi
sawah memiliki tanda yang sangat khas dan mudah dikenali. Tanda ini
dapat dipakai untuk
membedakannya dengan yuyu-yuyu lainnya. Yuyu sawah
berukuran 5—7 cm panjang karapaksnya. Karapaks yuyu atau cangkang yuyu memiliki
tanda garis berubang yang cukup jelas yang terdapat di tengah-tengah karapaknya di
antara mata yuyu (tanda sentring). Karapak yuyu bagian bawah terdapat cetakan berupa
trapezium (tanda trapesium). Kedua tanda ini adalah khas miliki yuyu sawah. Karapaks
yuyu sawah berwarna cokelat tua atau cokelat-kekuningan atau abu-abu muda terkadang
di air yang agak keruh warna kerapaknya ada yang berwarna abu-abu pucat atau di
tempat yang berair kotor karapaksnya berwarna kehitaman. Seperti umumnya kepiting
air tawar, yuyu sawah tidak memiliki kali renang pada kaki terakhirnya. Kepiting air asin
atau air laut memiliki kaki renang pada kaki terakhirnya. Yuyu jantan memiliki satu capit
yang lebih besar daripada capit lainnya. Sedangkan pada yuyu betina ukuran capitnya
relatif hampir sama besar. Penutup dubur pada yuyu jantan bentuknya kecil dan runcing,
9
`
sedangkan pada yuyu betina penutup duburnya ukurannya besar dan melebar. Penutup
dubur yang besar pada betina digunakan untuk menyimpang telur-telurnya.
Yuyu sawah berkembang biak dengan bertelur. Jantan menaiki betinanya dari
depan ketika sang betina sedang bertelur sehingga sperma sang jantan disemprotkan
yang kemudian membuahi telur-telur yang terdapat di dalam tempat penyimpanan telur
sang betina. Setelah beberapa hari telur menetas dan tetap berkumpul di dalam lubang
tempat telur betina sampai anak-anak yuyu sawah sudah akan besar, baru sang induk
mengusir anak-anaknya itu untuk menjauhinya agar pergi mencari makan sendiri-sendiri.
3. Penyebaran
Sampai saat ini informasi tentang penyebaran yuyu sawah meliputi Pulau
Jawa, dan Lampung (Sumatra bagian selatan).
4. Manfaat yuyu untuk manusia
Yuyu sawah dibanyak tempat di Jawa dimakan orang setelah terlebih dahulu
direbus kemudian dimask kembali dengan diberi bumbu. Banyak menu masakan untuk
yuyu yang dapat dimakan sebagai teman makan nasi. Secara tradisional yuyu sawah
dimakan untuk mengobati penyakit hepatitis tetapi uji klinis untuk ini belum
dilakukan. Yuyu di percaya bisa menyembuhkan penyakit liver karena memiliki
kandungan kalori dan protein cukup tinggi, Yuyu sawah yang diolah menjadi ekstrak,
ternyata dapat mengobati penyakit hati pada ayam pedaging, Dampak positif dari
normalnya hati itu dapat dilihat ketika ayam pedaging yang diberikan ekstrak yuyu
perilakunya menjadi lebih aktif.
5. Kerugian yuyu di kehidupan manusia
Kepiting memangsa benih dengan jalan menangkap benih menggunakan dua
capitnya. Umumnya benih yang dicapit kepiting tidak meloloskan diri dan mengalami
luka kemudian mati. Kepiting memangsa benih tidak serakus predator lainnya. Namun
demikian, hal lain yang membuat peternak atau pembenih ikan mengalami kerugian
besar adalah kebocoran tanggul. Hal ini disebabkan sifat kepiting yang suka bersembunyi
di dalam lubang, dan umumnya lubang dibuat di sepanjang tanggul sehingga tanggul
bocor. Kebocoran tanggul menjadi jalan bagi benih untuk meloloskan diri.
daging sapi atau ayam dapat memanfaatkannya sebagai sumber protein yang
tak kalah tinggi. Yuyu juga dapat diolah sedemikian rupa sehingga tampilannya lebih
menarik dan enak untuk dimakan, dapat digunakan sebagai obat dari beberapa penyakit
dengan mengkonsumsi yuyu maka secara tidak langsung kita membantu petani
mengurangi hama perusak tanaman padi.
10
`
2.4.2 Kepik (Insecta)
Sumber : https://www.wikiwand.com/id/Kumbang_koksi
1. Urutan Takson
Kerajaan
Filum
Kelas
Ordo
Subordo
Superfamili
Famili
Animalia
Arthropoda
Insecta
Coleoptera
Polyphaga
Cucujoidea
Coccinellidae
2. Morfologi
Kumbang ini berukuran kecil: hanya 7-8 mm. Tetapi kumbang ini rakus makan beberapa
jenis kutu. Bila tidak diusir oleh semut, kumbang ini bisa dijumpai pada tempat di mana
kutu-kutu berkumpul pada pohon lada. Kalau menemukan kutu-kutu, kumbang koksi
tetap di sana dan mulai makan. Setelah matahari terbit, kumbang dewasa mencari
makanan.
Kumbang koksi dapat kawin dengan kumbang koksi lain dengan pola warna berbeda.
Sebelum bertelur, kumbang koksi betina akan memilih tempat yang banyak dihuni
serangga makanannya agar begitu menetas, larva mereka dikelilingi oleh persediaan
makanan melimpah. Telurnya berbentuk lonjong dengan warna kuning hingga orange dan
biasanya diletakkan di bagian bawah daun. Telur akan menetas menjadi larva setelah 3-7
hari tergantung cuaca. Larva nya berbentuk panjang, berbulu, & memiliki 6 kaki. Larva
setiap jenis kumbang koksi berwarna berbeda, tapi mirip dengan dewasa. Kumbang hitam
berbintik
merah mempunyai larva abu-abu tua dengan tanda merah. Larva rakus, dengan memakan
ratusan kutu-kutu
11
`
setiap hari. Lama fase larva bervariasi antara 10 – 21 hari. Larva yang sudah cukup besar
akan memasuki fase pupa/kepompong. Setelah 5-7 hari dari dalam kepompong akan
keluar kumbang koksi muda. Seluruh proses dari telur hingga muda memakan waktu 4-7
minggu. Kepompong ini biasanya menempel pada benda-benda seperti daun atau ranting
dan berwarna kuning dan hitam.
3. Anatomi
Ada delapan bagian dengan anatomi ladybug (kumbang koksi), masing-masing
dengan tujuan sendiri. Semua Ladybug (kumbang koksi) kurang dari ¼ inci panjang,
berbentuk oval atau bulat, dan memiliki enam kaki yang pendek. Ladybug (kumbang
koksi) biasanya memiliki warna yang sangat terang, seperti merah atau oranye, dan sering
memiliki semacam pola pada mereka, seperti bintik-bintik. Warna-warna dan pola
diperkirakan memperingatkan predator selera buruk ladybug dan racun. Kadang-kadang,
meskipun, ladybug akan menjadi warna solid tanpa pola sama sekali, dan bisa menjadi
kuning, coklat, atau hitam. Bagian-bagian tubuh delapan adalah kepala, antena, mata,
pronotum, dada, elytra, sayap, dan kaki.
Sumber : http://adearisandi.wordpress.com/2011/05/29/ladybugladybirdlady-beetle/
4.Hibernasi
Seperti kebanyakan serangga dan hewan, Kumbang koksi di wilayah empat musim
juga melakukan hibernasi (tidur panjang di musim dingin). Kumbang koksi biasanya
berkumpul dalam jumlah besar di tempat-tempat seperti di bawah balok kayu, kulit batang,
atau timbunan daun saat berhibernasi. Selama periode tidur panjang itu, mereka bertahan
dengan memanfaatkan persediaan makanan di tubuhnya.
5.Pertahanan Diri
Hewan-hewan yang memangsa Kumbang koksi umumnya adalah hewan-hewan
pemangsa serangga seperti burung dan laba-laba. Kumbang koksi memiliki cara unik dalam
mempertahankan diri. Bila merasa terancam bahaya, ia akan berpura-pura mati dengan cara
membalikkan tubuhnya dan menarik kakinya ke dalam. Sebagai mekanisme perlindungan
12
`
lebih lanjut, ia akan mengeluarkan cairan berwarna kuning dari persendian kakinya. Cairan
ini memiliki bau dan rasa yang tidak enak sehingga jika berhasil, pemangsanya tidak jadi
memakannya karena tidak tahan dengan cairan tersebut.
2.4.3 Laba laba (Arachnida)
1.Urutan Takson
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Arachnida
Ordo
: Araneae
Famili
: Aranedae
Genus
: Araneus
Spesies
: Araneus Diadematus
2. Morfologi Laba-laba
Kelas Arachnida dibedakan dengan kelas yang lainnya dengan tidak
adanya anggota badan sebagai organ perasa yang sering disebut antena yang
biasanya terdapat di bagian depan kepala di keempat kelas lainnya.
Tak seperti serangga yang memiliki tiga bagian tubuh, laba-laba hanya
memiliki dua. Segmen bagian depan disebut cephalothorax atau prosoma, yang
sebetulnya merupakan gabungan dari kepala dan dada (thorax). Sedangkan
segmen bagian belakang disebut abdomen (perut) atau opisthosoma. Antara
cephalothorax dan abdomen terdapat penghubung tipis yang dinamai pedicle atau
pedicellus.
Pada cephalothorax melekat empat pasang kaki, dan satu sampai empat
pasang mata. Selain sepasang rahang bertaring besar (disebut chelicera), terdapat
pula sepasang atau beberapa alat bantu mulut serupa tangan yang disebut
pedipalpus. Pada beberapa jenis laba-laba, pedipalpus pada hewan jantan dewasa
membesar dan berubah fungsi sebagai alat bantu dalam perkawinan.
3. Struktur Anatomi dan Fisiologi Laba-laba
Di daerah sefalotorak terdapat khelisera, pedipalpi, mata dan tungkai
Khelisera merupakan sepasang organ yang digunakan untuk menaklukkan mangsa
atau menggigit sebagi bentuk pertahanan kalau terancam. Pada beberapa
kelompok laba-laba alat ini digunakan sebagai alat menggali (pada kelompok
laba-laba penjerat), untuk mengangkut mangsa dan membawa kantung telur pada
beberapa laba-laba lainnya. Setiap khelisera terdiri atas bagian dasar yang kuat
(paturon) dan bagian gigi taring yang dapat bergerak (fang). Fang ini terletak di
dalam celah dan akan bergerak saat berfungsi. Di dekat bagian ujung setiap fang
terdapat lubang halus tempat keluarnya venom, yang berasal dari kelenjar venom
di bagian dasar kelisera. Mulut laba-laba terletak tepat di belakang kelisera.
Sebagian besar laba-laba mempunyai 8 mata terletak di bagian depan sefalotoraks.
Pada bagian abdomen (opistosoma) laba-laba terdiri dari mesosoma dan
metasoma. Pada bagian posterior abdomen terdapat spineret yang merupakan
organ berbentuk kerucut dan dapat berputar bebas. Didalam spineret terdapat
13
`
banyak spigot yang merupakan lubang pengeluaran kelenjar benang halus atau
kelenjar benang abdomen. Kelenjar benang halus mensekresikan cairan yang
mengandung protein elastik. Protein elastik tersebut akan mengeras di udara
membentuk benang halus yang digunakan untuk menjebak mangsa.
Laba-laba bernapas dengan paru-paru buku atau trakea. Paru-paru buku
adalah organ respirasi berlapis banyak seperti buku dan terletak pada bagian
abdomen. Ekskresi laba-laba dilakukan dengan tubula ( tunggal = tubulus )
Malpighi. Tubula Malpighi merupakan tabung kecil panjang dan buntu dan organ
ini terletak di dalam hemosol yang bermuara ke dalam usus. Selain Tubula
Malpighi, ekskresi lainnya dilakukan dengan kelenjar koksal. Kelenjar koksal
merupakan kelenjar ekskretori buntu yang bermuara pada daerah koksa (segmen
pada kaki insecta).
Sumber : http://m-luqmanulhakim.blogspot.com/2014/12/laba-laba.html
4. Daur Hidup Laba-laba
Setelah fertilisasi (pembuahan), labah-labah betina menghasilkan kantung
telur, yang ukuran dan bentuknya berbeda-beda tergantung spesies. Kantung telur
umumnya terdiri atas kumpulan benang sutera yang membungkus telur. Beberapa
spesies meninggalkan kantung ini di dekat habitatnya atau di dalam galian. Telur
menetas di dalam kantung, dan labah labah muda berganti kulit sekali sebulum
muncul. Labah-labah muda ini disebut spiderling atau nimfa, dan sudah mencari
makanan sendiri. Nimfa ini adalah bentuk miniatur labah-labah dewasa, yang
mempunyai spineret dan kelenjar racun yang sudah berfungsi. Nimfa mengalami
molting 2-12 kali sebagai juvenil, tergantung jenis laba-labah, sebelum mencapai
dewasa kelamin. Labah-labah ini bisa memencar dengan mengembangkan
benang-benang suteranya dan terbawa angin.
Daur hidup pada kebanyakan labah-labah pemintal benang adalah kurang
dari 12 bulan, tetapi pada labah-labah penggali tanah berekembang lebih lama dan
tampaknya mempunyai daur hidup yang lebih lama (beberapa tahun).
14
`
Perkawinan labah-labah sangat menarik. Organ reproduksi pada yang jantan
terletak di pedipalpi. Bila siap berkopulasi laba-laba jantan memintal jaring kecil
dan menaruh setitik spermanya di situ atau di tanah atau beberapa tumpukan
serasah. Setelah itu dia mengambil cairan tersebut dipindahkan ke dalam labulabu kecil pada pedipalpinya. Setelah itu dia mengambil cairan tersebut dengan
pedipalpi dan mencari betina, serta menyalurkannya kepada spermateka betina.
Setelah betina dibuahi, jantan seringkali ditangkap dan dimakan oleh yang betina.
Laba-laba mengalami sangat sedikit metamorfosis selama perkembangan
mereka. Apabila menetas, mereka kelihatan seperti dewasa-dewasa yang kecil.
Bila tungkai-tungkai hilang selama perkembangan, mereka biasanya dapat
beregenerasi. Laba-laba biasanya berganti kulit dari 4 sampai 12 kali selama
pertumbuhan mereka sampai dewasa. Kebanyakan laba-laba berumur 1-2 tahun
(Borror, 1996).
5.Ekologi Laba-laba
Laba-laba mampu beradaptasi di berbagai habitat namun laba-laba sangat
sensitif terhadap gangguan yang terjadi di lingkungannya. Adapun gangguan
lingkungan yang berdampak negatif terhadap kelimpahan laba-laba, antara lain:
pengolahan tanah, pemangkasan tumbuhan serta penggunaan pestisida sintesis.
Berubahnya komposisi spesies laba-laba di ekosistem pertanian sangat
dipengaruhi oleh berubahnya komposisi tanaman di lahan budidaya tanaman.
Beberapa riset menyimpulkan laba-laba rentan terhadap sejumlah pestisida.
Penurunan jumlah laba-laba akan berdampak terhadap peningkatan populasi
serangga pengganggu tanaman. Tanpa laba-laba, populasi serangga akan
menyebar tak terkendali sehingga menggagalkan panen dan menyebarkan
penyakit. Laba-laba juga menjadi makanan bermutu bagi makhluk lainnya.
Dimana laba-laba sangat berperan penting dalam jaring makanan karena
kebiasaan makan laba-laba (Historia, 2011).
Kunci kelangsungan keberhasilan araknid terletak pada kemampuannya
untuk mendiami habitat dimana serangga tidak mampu mencapai suatu
keunggulan. Dimana selagi serangga beterbangan di udara, araknid telah
berkembang dengan subur di banyak kawasan hunian, asalkan terdapat vegetasi
rendah, tumpukan dedaunan dan tanah dan dalam banyak hal lebih berhasil
daripada serangga pada situasi yang sedemikian. Seringkali hewan araknid
berukuran sangat kecil, tetapi memiliki peran utama untuk membatasi populasi
hama serangga serta dalam aneka proses biologis untuk meningkatkan kesuburan
tanah.
Hutan hujan tropis memiliki keanekaragaman spesies laba-laba yang
tinggi. Hal ini dikarenakan laba-laba menyukai habitat yang terlindung dari suhu
ekstrim, dapat menempelkan jaringnya, aman terhadap kerusakan sarang dan
jaringnya serta dapat memaksimalkan waktu mencari mangsanya. Laba-laba
banyak ditemukan pada iklim subtropis, sehingga di Indonesia sebagai negara
subtropis laba-laba banyak ditemukan dimana-mana, habitat laba-laba dapat
ditemukan dalam tanah, di bawah batu, di rumput, di cabang-cabang pohon, di
gua-gua dan di atas air.
Bagi laba-laba yang hidup di serasah, daun-daun yang gugur di hutan
merupakan habitat yang sesuai baginya. Jumlahnya meningkat lebih banyak
ketika lapisan serasah semakin tebal karena lebih banyak tempat tersedia untuk
bersembunyi dan terhindar dari suhu yang ekstrim (Suana, 200
15
`
2.4.4 Kaki seribu (Myriapoda.)
1. Urutan Takson
Kingdom
Sub Kingdom
Phylum
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species
: Animalia
: Invertebrata
: Arthropoda
: Myriapoda
: Diplopoda
: Juluidae
: Julus
: Julus virgatus
2.Morfologi Kaki Seribu
Kepala
Kepala kaki seribu biasanya dibulatkan ke atas dan diratakan di bawahnya dan
dikenakan sepasang mandibula besar di depan struktur seperti piring yang disebut
gnathochilarium ("bibir rahang"). Kepala berisi sepasang antena tunggal dengan tujuh
atau delapan segmen dan sekelompok kerucut sensorik di ujungnya.
Banyak ordo juga memiliki sepasang organ sensorik yang dikenal sebagai organ
Tömösváry, berbentuk cincin oval kecil posterior dan lateral ke dasar antena. Fungsi
mereka tidak diketahui, tetapi juga terjadi pada beberapa kelabang , dan mungkin
digunakan untuk mengukur tingkat kelembaban atau cahaya di lingkungan sekitarnya.
Mata kaki seribu terdiri dari beberapa ocelli datar datar yang disusun dalam kelompok
atau tempelan di setiap sisi kepala. Patch ini juga disebut bidang okular atau ocellaria.
Banyak spesies kaki seribu, termasuk seluruh pesanan Polydesmida dan kaki seribu yang
tinggal di dalam gua seperti Causeyella dan Trichopetalum , memiliki nenek moyang
yang bisa melihat namun kemudian kehilangan mata mereka dan buta.
Tubuh
Tubuh kaki seribu diratakan atau dilapisi silindris, dan terdiri dari banyak segmen
metemerik , masing-masing dengan exoskeleton yang terdiri dari lima piring chitinous :
satu piring di atas (yang tergite ), satu di setiap sisi ( pleurites ), dan piring di bagian
bawah ( sternite ) dimana kaki menempel. Dalam banyak kaki seribu, lempeng ini
menyatu dengan berbagai tingkat, kadang membentuk cincin silindris tunggal. Pelatnya
biasanya keras, diresapi dengan garam kalsium. Karena mereka kekurangan kutikula lilin,
kaki seribu rentan terhadap kehilangan air dan harus menghabiskan sebagian besar
waktunya di lingkungan lembab atau lembab.
Segmen pertama di belakang kepala tanpa kaki dan dikenal sebagai collum (dari
bahasa Latin untuk leher atau kerah). Segmen tubuh kedua, ketiga, dan keempat masingmasing memiliki sepasang kaki masing-masing dan dikenal sebagai "haplosegment", dari
haplo Yunani, "tunggal" (tiga haplosegments kadang-kadang disebut sebagai " thorax ").
16
`
Segmen yang tersisa, dari yang kelima sampai posterior, dikenal sebagai
diplosegment atau segmen ganda, dibentuk oleh perpaduan dua segmen embrio. Setiap
diplosegment memiliki dua pasang kaki, bukan hanya satu seperti pada kelabang. Pada
beberapa kaki seribu, beberapa segmen terakhir mungkin tanpa kaki. Istilah "segmen"
atau "cincin tubuh" sering digunakan secara bergantian untuk mengacu pada haplo dan
diplosment. Segmen terakhir dikenal sebagai telson dan terdiri dari cincin preanal tanpa
kaki, sepasang katup anal (pelat dekat di sekitar anus), dan skala kecil di bawah anus.
Kaki seribu dalam beberapa pesanan memiliki ekstensi seperti jepitan dari dinding
tubuh yang dikenal sebagai paranota , yang dapat sangat bervariasi dalam bentuk, ukuran,
dan tekstur; Modifikasi meliputi lobus, papila, punggung bukit, puncak, duri dan takik.
Paranota memungkinkan kaki seribu agar terjepit lebih kencang ke celah-celah,
melindungi kaki, atau membuat kaki seribu lebih sulit bagi predator untuk ditelan.
Kaki terdiri dari tujuh segmen, dan menempel di bagian bawah bodi. Kaki seorang
individu pada umumnya agak mirip satu sama lain, meskipun sering kali lebih panjang
pada pria daripada wanita, dan jantan dari beberapa spesies mungkin memiliki kaki kaki
pertama yang berkurang atau diperbesar. Modifikasi kaki yang paling mencolok terlibat
dalam reproduksi, yang dibahas di bawah ini. Meskipun memiliki nama yang sama, tidak
ada kaki seribu yang ditemukan dengan 1.000 kaki: spesies umum memiliki antara 34 dan
400 kaki, dan catatan dipegang oleh antena Illacme , dengan individu yang memiliki
hingga 750 kaki - lebih banyak daripada makhluk lainnya di Bumi.
Organ Internal
Kaki seribu Gerimis menghirup dua pasang spirakel yang terletak di setiap segmen di
dekat pangkal kaki. Masing-masing membuka ke kantong internal, dan terhubung ke
sistem trakea. Jantung memenuhi seluruh tubuh, dengan aorta membentang ke kepala.
Organ ekskretoris adalah dua pasang tubulus malponi , terletak di dekat bagian tengah
usus. Saluran pencernaan adalah tabung sederhana dengan dua pasang kelenjar ludah
untuk membantu mencerna makanan.
3. Reproduksi Dan Pertumbuhan Kaki Seribu
Dalam ordo basal Polyxenida (bulu seribu kaki seribu), kawin tidak langsung: deposit
spermatophores jantan ke jaring yang mereka persiapkan dengan kelenjar khusus, dan
spermatofor kemudian diambil oleh betina.
Pada semua kelompok kaki seribu lainnya, laki-laki memiliki satu atau dua pasang
kaki yang dimodifikasi yang disebut gonopoda yang digunakan untuk mentransfer sperma
ke betina selama persetubuhan. Lokasi gonopoda berbeda antar kelompok: pada laki-laki
Pentazonia mereka berada di bagian belakang tubuh dan dikenal sebagai telopoda dan
mungkin juga berfungsi dalam menangkap betina, sementara di Helminthomorpha sebagian besar spesies - mereka berada pada segmen bodi ketujuh. Beberapa spesies
partenogenetik , memiliki sedikit, jika ada, jantan.
Gonopoda terjadi dalam keragaman bentuk dan ukuran, dan dalam kisaran dari kaki
berjalan mirip dengan struktur kompleks tidak seperti kaki sama sekali. Dalam beberapa
kelompok, gonopoda tetap ditarik ke dalam tubuh; Di tempat lain mereka
17
`
memproyeksikan sejajar dengan tubuh. Morfologi Gonopoda adalah alat predominan
untuk menentukan spesies di antara kaki seribu: strukturnya mungkin sangat berbeda
antara spesies yang berdekatan namun sangat sedikit di dalam spesies. Gonopoda
berkembang secara bertahap dari berjalan kaki melalui moults berturut-turut sampai
kematangan reproduksi.
Pembukaan genital ( gonopori ) dari kedua jenis kelamin terletak di bagian bawah
segmen tubuh ketiga (dekat kedua kaki kedua) dan mungkin disertai pada pria dengan
satu atau dua pena yang menyimpan paket sperma ke gonopoda. Pada wanita, pori-pori
genital terbuka ke dalam kantung kecil berpasangan yang disebut cyphopoda atau vulvae,
yang ditutupi oleh tutup kap kecil, dan digunakan untuk menyimpan sperma setelah
sanggama. Morfologi cyphopoda juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi spesies.
Sperma kaki seribu kekurangan flagella , sifat unik di antara myriapods.
Dalam semua kecuali serigala serigala, sanggama terjadi dengan dua individu saling
berhadapan. Kopulasi dapat didahului oleh perilaku laki-laki seperti mengetuk dengan
antena, berlari di sepanjang bagian belakang betina, menawarkan sekresi kelenjar yang
dapat dimakan. Selama persetubuhan pada kebanyakan kaki seribu, posisi laki-laki berada
di segmen ketujuh di depan segmen ketiga wanita, dan mungkin memasukkan
gonopodanya untuk mengusir vulva sebelum menekuk tubuhnya untuk menyalurkan
sperma ke gonopoda dan memasukkan kembali gonopoda "yang dibebankan" ke
perempuan.
Betina bertelur dari sepuluh sampai tiga ratus telur sekaligus, tergantung pada spesies,
memupuknya dengan sperma yang tersimpan saat mereka melakukannya. Banyak spesies
menyimpan telur di tanah lembab atau detritus organik, namun beberapa membangun
sarang yang dilapisi kotoran kering, dan dapat melindungi telur dalam kepompong sutra.
Pada kebanyakan spesies, betina meninggalkan telur setelah mereka diletakkan,
namun beberapa spesies dalam pesanan Platydesmida dan Stemmiulida memberikan
perawatan orang tua untuk telur dan anak-anak.
Menetas muda setelah beberapa minggu, dan biasanya hanya memiliki tiga pasang
kaki, diikuti oleh empat segmen tanpa kaki. Saat mereka tumbuh, mereka terus mereda ,
menambahkan segmen dan kaki lebih jauh saat mereka melakukannya. Beberapa spesies
mabung di dalam ruang tanah atau sutra yang dipersiapkan secara khusus, dan mungkin
juga berlindung pada saat cuaca basah, dan kebanyakan spesies memakan exoskeleton
yang dibuang setelah moulting.
Tahap dewasa, ketika individu menjadi dewasa secara reproduktif, umumnya
mencapai tahap akhir mabung, yang bervariasi antara spesies dan pesanan, walaupun
beberapa spesies terus mengalami murtad setelah dewasa. Selanjutnya, beberapa spesies
bergantian antara tahap reproduksi dan non-reproduksi setelah jatuh tempo, sebuah
fenomena yang dikenal sebagai periodomorphosis, di mana struktur reproduksi
mengalami regresi selama tahap non-reproduksi.
Kaki seribu bisa hidup dari satu sampai sepuluh tahun, tergantung spesiesnya.
4.Ekologi Kaki Seribu
18
`
5. Distribusi Dan Habitat Kaki Seribu
Kaki seribu tersebar di semua benua kecuali Antartika, dan menempati hampir semua
habitat terestrial, mulai dari utara sampai Lingkaran Arktik di Islandia, Norwegia, dan
Rusia Tengah, dan sejauh selatan Provinsi Santa Cruz, Argentina .
Biasanya penghuni lantai hutan, mereka tinggal di serasah daun, kayu mati, atau
tanah, dengan preferensi untuk kondisi lembab. Di daerah beriklim sedang , kaki seribu
paling banyak ada di hutan gugur lembab, dan bisa mencapai kepadatan lebih dari 1.000
individu per meter persegi. Habitat lainnya termasuk hutan jenis konifera, padang pasir,
gua, dan ekosistem alpine. Beberapa spesies dapat bertahan hidup dari banjir air tawar
dan hidup terendam air hingga 11 bulan. Beberapa spesies terjadi di dekat pantai dan
dapat bertahan dalam kondisi yang agak asin.
Menggali
Diplosegsi kaki seribu telah berevolusi dalam hubungannya dengan kebiasaan
menggali mereka, dan hampir semua kaki seribu mengadopsi gaya hidup subterranean.
Mereka menggunakan tiga metode utama menggali; bulldozing, wedging dan boring.
Anggota ordo Julida , Spirobolida dan Spirostreptida , menurunkan kepala mereka dan
menerobos masuk ke substrat, koluminya menjadi bagian exoskeleton mereka yang
mengarah ke jalan.
Kaki seribu yang didukung datar sesuai ordo Polydesmida cenderung menyisipkan
ujung depannya, seperti irisan, ke dalam celah horizontal, dan kemudian melebar retakan
dengan mendorong ke atas dengan kaki mereka, paranota dalam contoh ini merupakan
permukaan pengangkat utama. Boring digunakan oleh anggota ordo Polyzoniida. Ini
memiliki segmen yang lebih kecil di bagian depan dan semakin besar kembali; Mereka
mendorong diri mereka maju ke celah dengan kaki mereka, tubuh berbentuk baji yang
melebar saat mereka pergi. Beberapa kaki seribu telah mengadopsi gaya hidup di atas
tanah dan kehilangan kebiasaan menggali. Ini mungkin karena terlalu kecil untuk
memiliki pengaruh yang cukup besar untuk menggali, atau karena terlalu besar untuk
membuat usaha bermanfaat, atau dalam beberapa kasus karena mereka bergerak relatif
cepat (untuk seekor kaki seribu) dan merupakan predator aktif.
Makanan Kaki Seribu
Sebagian besar kaki seribu adalah detritivora dan memakan vegetasi, kotoran, atau
bahan organik yang dicampur dengan tanah. Mereka sering memainkan peran penting
dalam pemecahan dan penguraian sampah pabrik : perkiraan tingkat konsumsi untuk
spesies individu berkisar antara 1 sampai 11 persen dari semua sampah daun, tergantung
pada spesies dan wilayah, dan secara kolektif kaki seribu mungkin mengkonsumsi hampir
semua serasah daun dalam wilayah.
Sampah daun terfragmentasi di usus milipede dan diekskresikan sebagai pelet
fragmen daun, alga, jamur, dan bakteri, yang memudahkan penguraian oleh
mikroorganisme. Bila populasi cacing tanah rendah di hutan tropis, kaki seribu
memainkan peran penting dalam memfasilitasi penguraian mikroba dari serasah daun.
Beberapa kaki seribu adalah herbivora, memberi makan tanaman hidup, dan beberapa
spesies bisa menjadi hama tanaman yang serius.
19
`
Kaki seribu dalam urutan ganggang ganggang Polyxenida dari kulit kayu, dan
Platydesmida memakan jamur. Beberapa spesies omnivora atau kadang-kadang
karnivora, memberi makan serangga, kelabang, cacing tanah, atau siput. Beberapa spesies
memiliki bagian mulut yang menusuk yang memungkinkan mereka menyedot jus
tanaman.
Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Insektarium adalah media untuk menampilkan berbagai spesies terutama dari Arthropoda
yang sudah diawetkan. Tujuannya adalah untuk memudahkan melihat perbedaan antara satu
spesies dengan yang lainnya serta mengenali berbagai spesies dari hewan arthopoda
Pada proses pembuatan insektarium, dapat disimpulkan beberapa hal dari metodemetode yang digunakan. Pertama, jika laba laba dijemur dalam keadaan sayap ditutup maka
ketika akan dibuat offset menjadi lebih sulit untuk merentangkan sayapnya. Kedua,
penggunaan eter pada pengawetan laba-laba secara lama dan berlebih menyebabkan
kerusakan pada tubuh laba-laba dan perubahan warna pada tubuh kumbang.
3.2 Saran
Pada proses pembuatan awetan laba lab, sebaiknya dicari spesimen yang sedikit lebih
besar dan menangkapnya jangan terlalu kasar agar bagian tubuhnya tidak rusak.Selain itu
pengidentifikasian athopoda dapat dilakukan dengan lebih cermat dan memperhatikan semua
ciri-ciri dari masing masing kelas pada arthopoda sehingga kemungkinan terjadi salah spesies
lebih kecil.
20
`
Daftar Pustaka
(http://fr.wikipedia.org/wiki/Insectarium#Histoire)
scene.asu.edu
http://deviansouisa.blogspot.com/2011/10/kepiting-bakau.html
web.ipb.ac.id
https://www.wikiwand.com/id/Kumbang_koksi
http://adearisandi.wordpress.com/2011/05/29/ladybugladybirdlady-beetle/
http://m-luqmanulhakim.blogspot.com/2014/12/laba-laba.html
Neil A. Campbell, Jane B. Reece edisi ke 8
21
Download