` MAKALAH PRAKTIKUM INSEKTARIUM ARTHROPODA Penulis : M.Dimas Dhitya Asri (1913024017) Kelas : A Mata Kuliah : Zoologi Invertebrata Dosen : Dr. Dewi Lengkana, M.Sc. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd Ismi Rakhmawati, S.Pd., M.Pd. Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Bandar Lampung 24 Desember 2020 i ` KATA PENGANTAR Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyusun makalah Filum Arthropoda ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada junjunan kita, Nabi Muhammad SAW, serta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya yang senantiasa ta’at hingga akhir zaman. Makalah ini kami susun guna sebagai tugas mata kuliah Zoologi Invertebrata. Dalam makalah ini dipaparkan mengenai materi Arthropoda mulai dari Foto insektarium, Prosedur pembuatan insektarium, Pembahasan tentang masing-masing hewan pada kelas anthropoda (Morfologi, anatomi, fisiologi dan ekologinya). Dengan demikian, diharapkan saya mampu mengetahui, memahami, dan menyimpulkan pada materi Arthropoda ini. Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan atau kekeliruan, oleh karna itu kami menerima kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dalam penyusunan makalah di waktu yang akan datang. Pekalongan, 24 Desember 2020 Penulis, i ` DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..................................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1 1.2 Tujuan ....................................................................................................................... 1 1.3 Manfaat ..................................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Insektarium .............................................................................................. 3 2.2 Foto Insektarium Arthropoda..................................................................................... 4 2.3 Prosedur Pembuatan Insektarium ............................................................................... 5 2.4 Deskripsi Masing-masing Kelas pada Arthropoda ..................................................... 6 2.4.1 kepiting sawah (Crustacea)................................................................................................ 6 2.4.2 Kepik (Insecta)................................................................................................................... 9 2.4.3 Laba laba (Arachnida)........................................................................................................ 13 2.4.4 Kaki seribu (Myriapoda.) .................................................................................................. 16 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................... 20 3.2 Saran .................................................................................................................................. 20 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 21 ii ` BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Artropoda adalah hewan dengan kaki beruas ruas dengan system saraf tangga tali dan organ tubuh tela berkembanga pesat. Artropoda disebut juga Hexapoda (dari bahasa Yunani, berarti Salah satu kelas dari filum artropoda yang utama adalah insecta. Dimana Insecta disebut pula Serangga. Serangga ditemukan di hampir semua lingkungan kecuali di lautan. Kajian Banyak anggota insekta yang dapat ditemukan disekitar kita misalnya lalat, kupu- kupu, kecoak, jangkrik, semut, nyamuk dan belalang. Anggota insekta sangat beragam, tetapi memiliki cirri khusus,yaitu kakinya berjumlah enam buah,sehingga disebut juga hexapoda ( hexa = enam, podos = kaki ). Tubuh terbagi menjadi tiga bagian yaitu kepala, dada, dan perut. Insekta merupakan satu-satunya invertebrata yang dapat terbang, dengan ukuran tubuh yang beragam. Dengan habitat yang sangat luas insekta mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Peranan yang menguntungkan antara lain: penyerbukan tanaman oleh lebah atau insekta lain, tetapi ada juga yang merugikan misalnya: wereng coklat menyerang hektaran tanaman padi. Arthropoda adalah filum yang paling besar dalam dunia hewan dan mencakup serangga, laba-laba, udang, lipan dan hewan sejenis lainnya. Arthropoda adalah nama lain hewan berbuku-buku. Arthropoda biasa ditemukan di laut, air tawar, darat, dan lingkungan udara, termasuk berbagai bentuk simbiosis dan parasit. mengenai peri kehidupan serangga disebut entomologi. Lebih dari 800.000 spesies insekta sudah ditemukan. Terdapat 5.000 spesies bangsa capung (Odonata), 20.000 spesies bangsa belalang (Orthoptera), 170.000 spesies bangsa kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera), 120.000 bangsa lalat dan kerabatnya (Diptera), 82.000 spesies bangsa kepik (Hemiptera), 360.000 spesies bangsa kumbang (Coleoptera), dan 110.000 spesies bangsa semut dan lebah (Hymenoptera) Pada kesempatan kali ini kita akan membahas masing masing hewan pada tiap kelas yang ada pada arthopoda kepiting sawah (Crustacea), Kepik (Insecta), Laba laba (Arachnida) dan Kaki seribu (Myriapoda.) 1.2 Tujuan 1. Mempraktekkan untuk membuat insektarium berbagai jenis hewan Arhropoda. 2. Mempelajari morfologi, anatomi, fisiologi hewan Arthropoda. 3. Sebagai media untuk pembelajaran. 1 ` 1.3 Manfaat Manfaat membuat insektarium adalah untuk memperjelas objek sebab merupakan spesimen asli sehingga siswa dapat belajar lebih bermakna. Pengawetan serangga sangat diperlukan terutama untuk memenuhi kebutuhan pada masa yang akan datang, dalam membantu perkembangan ilmu. 2 ` BAB II Pembahasan 2.1 Pengertian Insektarium Insektarium merupakan koleksi serangga berupa awetan-awetan kering. Spesimenspesimen yang telah dikeringkan dan dilabeli lalu disimpan di dalam kotak serangga. Kotak tersebut lalu dilapisi dengan gabus atau styrofoam dan ditutup. Londonzoo adalahsalah satu insectariumspublik pertama di dunia(1881). (http://fr.wikipedia.org/wiki/Insectarium#Histoire) Kebun Binatang London adalah kebun binatang tertua di dunia.Kebun binatang ini dibuka di London pada tanggal 27 April 1828, dan awalnya digunakan untuk mengumpulkan objek dan hasil penelitian ilmu pengetahuan. Tempat ini dibuka untuk umum pada tahun 1847. London zoo membuka juga Reptile house (1849), first public Aquarium (1853), first insect house (1881) and the first children's zoo (1938). Menurut Purwiji tahun 2011, Insektarium adalah suatu objek biologi memakai media kaca sebagai tempat untuk meneliti kehidupan serangga. Dalam dunia entomology, pengawetan serangga termasuk dalam kegiatan koleksi serangga atau insektarium; Bertujuan untuk : 1) Memperlajari taksonomi (indetifikasi , deskripsi dan klasifikasi) serangga 2) Mempelajari keanekaragaman , sejarah hidup , perilaku , ekologi, habitat, dan distribusi serangga 3) Sebagai materi pembanding identifikasi untuk membantu program pengelolaan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) 4) untuk keperluan pameran (display) dengan maksud memperkenalkan jenis-jenis serangga di sekitar kita 3 ` 2.2 Foto Insektarium Arthropoda 4 ` 2.3. Prosedur Pembuatan Insektarium Setelah mendapatkan serangga dan bahan-bahan lainnya, insektarium dapat dibuat. Berikut adalah langkah-langkah pembuatan insektarium : 1. Perlengkapan dan Metode Pengkoleksian Terbagi menjadi dua katagori, yaitu kolektor aktif (aktif mencari serangga dengan peralatan berupa insect net, aspirator, beating sheet, dll) dan kolektor pasif (menggunakan perangkap/trap). Beberapa cara pengumpulan serangga Hand Collecting Spesimen diambil langsung di tempat dengan tangan atau pinset (bila berbahaya) Pengambilan serangga dengan aspirator . Sangat berguna bagi serangga-serangga kecil, seperti pada ordo diptera. scene.asu.edu Gambar 2.1 Aspirator Pengambilan serangga permukaan tanah dengan Pitfall Trap Pitfall trap dapat ditambah umpan untuk serangga yang akan ditangkap. 5 ` Gambar 2.2 Pitfall Trap Pengambilan serangga dengan Malaise Net Pengambilan seranggga dengan Insect Net 2. Menangkap/Pengumpulan Spesimen Serangga dapat langsung ditangkap dengan menggunakan insect net atau dengan menggunakan metode lainnya yang dapat menangkap tanpa merusak morfolgi serangga tsb. Ada beberapa macam wadah yang umum digunakan saat kita menangkap serangga, yaitu botol pembunuh (berisi alkohol 90% dan digunakan untuk membunuh serangga berukuran kecil, seperti semut, lebah, dll) dan kertas papilot (lipatan kertas yang berguna untuk penyimpanan sementara serangga bersayap rapuh seperti kupu – kupu dan capung) web.ipb.ac.id Gambar 2.3 Cara Membuat Kertas Papilot 6 ` 3. Pinning Pinning adalah cara yang terbaik untuk mengawetkan serangga bertubuh keras. Letak pin yang akan ditusukan akan berbeda - beda. Pada Coleoptera ditusuk pada elytron kanan. Hemiptera dan Homoptera ditusuk melalui scuttelum. Ordo lain ditusuk melalui mesothorax. Spesimen yang terlalu kecil dan rapuh untuk dilakukan pinning, ditempatkan pada micropins atau cardboard pins. uky.edu Gambar 2.4 Ilustrasi melakukan pinning yang benar Untuk hasil terbaik, kupu-kupu dan ngengat sayapnya dibentangkan. Pertama tusuk serangga melalui mesothorax dan tancapkan pada papan. Pindahkan sayap bagian depan, sehingga batas belakangnya membentuk garis paralel dengan tubuhnya. Tahan posisi sayap sementara dengan meletakan pin. Hal serupa dilakukan pada sayap belakangnya, kemudian tempelkan kertas melintasi sayapnya dan beri pin pada kertas & garis luar sayapnya (pin tidak boleh menusuk sayapnya). Pin-pin tersebut dapat dicabut kembali setelah 3-5 hari ditusukkan (Elzinga, 1997). 4. Mengeringkan Spesimen Spesimen yang kecil akan sangat cepat kering di udara terbuka, begitu halnya dengan serangga berukuran besar, tetapi tidak dianjurkan untuk meninggalkan mereka terbuka dalam jangka waktu yang lama karena kemungkinan kerusakan oleh dermestid, semut dan hama lainnya. Sebuah ruangan dengan satu atau lebih bola mempercepat pengeringan. (Borror, 1997). 7 lampu akan ` 5. Pelabelan Semua spesimen yang ditemukan harus diberi label mengenai data waktu dan lokasi penangkapan. Data sebaiknya ditulis seperti ini 10.Aug.1977m 10.VIII>1977, atau VIII.10.1977. Label ditempatkan ditempatkan pada pin serangga. Nama kolektor ditempatkan pada label kedua di bawah label mengenai waktu dan lokasi ditemukan. 1. Pemajangan dan Penyimpanan Koleksi menjadi lebih berarti ketika spesimen tersebut dapat dipelajari dan dipajang. Museum dan banyak koleksi pribadi biasanya ditemaptkan di semacam lemari kayu atau besi yang dilapisi kaca. Tiap-tiap laci memiliki suatu baki yang memudahkan spesimen yang telah dikoleksi untuk dimasukan dan dikeluarkan sebanyak yang diperlukan. Tiap baki terdiri dari 1 species dan disusun secara alfabet berdasarkan spesies dalam suatu genus, genus dalam suatu famili dan begitu seterusnaya. Diperlukan pengasapan dan repellent,selain itu pemeriksaan secara rutin mengenai kerusakan koleksi (sisa serbuk di bawah spesimen yang mengindikasikan spesies tersebut dimakan oleh serangga hama). Awetan serangga secara rutin harus tetap dirawat supaya tidak cepat rusak. Perawatannya cukup mudah, yaitu dengan cara membersihkan kotoran yang menempel pada serangga dan pada tempat penyimpanannya dengan menggunakan kapas atau tisu kering. Selain itu, tempat penyimpanan harus dijaga supaya tidak lembab. Pada kondisi tempat yang lembab, akan memicu tumbuhnya jamur-jamur yang dapat merusak awetan serangga. 8 ` 2.5Deskripsi tiap tiap kelas Arhtopoda 2.6 2.4.1. kepiting sawah (Crustacea) Sumber : http://deviansouisa.blogspot.com/2011/10/kepiting-bakau.html 1.Urutan Takson Kerajaan: Filum: Subfilum: Kelas: Ordo: Famili: Genus: Spesies: Animalia Arthropoda Crustacea Malacostraca Decapoda Gecarcinucidae Parathelphusa Paranthelphusa convexa 2.Morfolologi sawah memiliki tanda yang sangat khas dan mudah dikenali. Tanda ini dapat dipakai untuk membedakannya dengan yuyu-yuyu lainnya. Yuyu sawah berukuran 5—7 cm panjang karapaksnya. Karapaks yuyu atau cangkang yuyu memiliki tanda garis berubang yang cukup jelas yang terdapat di tengah-tengah karapaknya di antara mata yuyu (tanda sentring). Karapak yuyu bagian bawah terdapat cetakan berupa trapezium (tanda trapesium). Kedua tanda ini adalah khas miliki yuyu sawah. Karapaks yuyu sawah berwarna cokelat tua atau cokelat-kekuningan atau abu-abu muda terkadang di air yang agak keruh warna kerapaknya ada yang berwarna abu-abu pucat atau di tempat yang berair kotor karapaksnya berwarna kehitaman. Seperti umumnya kepiting air tawar, yuyu sawah tidak memiliki kali renang pada kaki terakhirnya. Kepiting air asin atau air laut memiliki kaki renang pada kaki terakhirnya. Yuyu jantan memiliki satu capit yang lebih besar daripada capit lainnya. Sedangkan pada yuyu betina ukuran capitnya relatif hampir sama besar. Penutup dubur pada yuyu jantan bentuknya kecil dan runcing, 9 ` sedangkan pada yuyu betina penutup duburnya ukurannya besar dan melebar. Penutup dubur yang besar pada betina digunakan untuk menyimpang telur-telurnya. Yuyu sawah berkembang biak dengan bertelur. Jantan menaiki betinanya dari depan ketika sang betina sedang bertelur sehingga sperma sang jantan disemprotkan yang kemudian membuahi telur-telur yang terdapat di dalam tempat penyimpanan telur sang betina. Setelah beberapa hari telur menetas dan tetap berkumpul di dalam lubang tempat telur betina sampai anak-anak yuyu sawah sudah akan besar, baru sang induk mengusir anak-anaknya itu untuk menjauhinya agar pergi mencari makan sendiri-sendiri. 3. Penyebaran Sampai saat ini informasi tentang penyebaran yuyu sawah meliputi Pulau Jawa, dan Lampung (Sumatra bagian selatan). 4. Manfaat yuyu untuk manusia Yuyu sawah dibanyak tempat di Jawa dimakan orang setelah terlebih dahulu direbus kemudian dimask kembali dengan diberi bumbu. Banyak menu masakan untuk yuyu yang dapat dimakan sebagai teman makan nasi. Secara tradisional yuyu sawah dimakan untuk mengobati penyakit hepatitis tetapi uji klinis untuk ini belum dilakukan. Yuyu di percaya bisa menyembuhkan penyakit liver karena memiliki kandungan kalori dan protein cukup tinggi, Yuyu sawah yang diolah menjadi ekstrak, ternyata dapat mengobati penyakit hati pada ayam pedaging, Dampak positif dari normalnya hati itu dapat dilihat ketika ayam pedaging yang diberikan ekstrak yuyu perilakunya menjadi lebih aktif. 5. Kerugian yuyu di kehidupan manusia Kepiting memangsa benih dengan jalan menangkap benih menggunakan dua capitnya. Umumnya benih yang dicapit kepiting tidak meloloskan diri dan mengalami luka kemudian mati. Kepiting memangsa benih tidak serakus predator lainnya. Namun demikian, hal lain yang membuat peternak atau pembenih ikan mengalami kerugian besar adalah kebocoran tanggul. Hal ini disebabkan sifat kepiting yang suka bersembunyi di dalam lubang, dan umumnya lubang dibuat di sepanjang tanggul sehingga tanggul bocor. Kebocoran tanggul menjadi jalan bagi benih untuk meloloskan diri. daging sapi atau ayam dapat memanfaatkannya sebagai sumber protein yang tak kalah tinggi. Yuyu juga dapat diolah sedemikian rupa sehingga tampilannya lebih menarik dan enak untuk dimakan, dapat digunakan sebagai obat dari beberapa penyakit dengan mengkonsumsi yuyu maka secara tidak langsung kita membantu petani mengurangi hama perusak tanaman padi. 10 ` 2.4.2 Kepik (Insecta) Sumber : https://www.wikiwand.com/id/Kumbang_koksi 1. Urutan Takson Kerajaan Filum Kelas Ordo Subordo Superfamili Famili Animalia Arthropoda Insecta Coleoptera Polyphaga Cucujoidea Coccinellidae 2. Morfologi Kumbang ini berukuran kecil: hanya 7-8 mm. Tetapi kumbang ini rakus makan beberapa jenis kutu. Bila tidak diusir oleh semut, kumbang ini bisa dijumpai pada tempat di mana kutu-kutu berkumpul pada pohon lada. Kalau menemukan kutu-kutu, kumbang koksi tetap di sana dan mulai makan. Setelah matahari terbit, kumbang dewasa mencari makanan. Kumbang koksi dapat kawin dengan kumbang koksi lain dengan pola warna berbeda. Sebelum bertelur, kumbang koksi betina akan memilih tempat yang banyak dihuni serangga makanannya agar begitu menetas, larva mereka dikelilingi oleh persediaan makanan melimpah. Telurnya berbentuk lonjong dengan warna kuning hingga orange dan biasanya diletakkan di bagian bawah daun. Telur akan menetas menjadi larva setelah 3-7 hari tergantung cuaca. Larva nya berbentuk panjang, berbulu, & memiliki 6 kaki. Larva setiap jenis kumbang koksi berwarna berbeda, tapi mirip dengan dewasa. Kumbang hitam berbintik merah mempunyai larva abu-abu tua dengan tanda merah. Larva rakus, dengan memakan ratusan kutu-kutu 11 ` setiap hari. Lama fase larva bervariasi antara 10 – 21 hari. Larva yang sudah cukup besar akan memasuki fase pupa/kepompong. Setelah 5-7 hari dari dalam kepompong akan keluar kumbang koksi muda. Seluruh proses dari telur hingga muda memakan waktu 4-7 minggu. Kepompong ini biasanya menempel pada benda-benda seperti daun atau ranting dan berwarna kuning dan hitam. 3. Anatomi Ada delapan bagian dengan anatomi ladybug (kumbang koksi), masing-masing dengan tujuan sendiri. Semua Ladybug (kumbang koksi) kurang dari ¼ inci panjang, berbentuk oval atau bulat, dan memiliki enam kaki yang pendek. Ladybug (kumbang koksi) biasanya memiliki warna yang sangat terang, seperti merah atau oranye, dan sering memiliki semacam pola pada mereka, seperti bintik-bintik. Warna-warna dan pola diperkirakan memperingatkan predator selera buruk ladybug dan racun. Kadang-kadang, meskipun, ladybug akan menjadi warna solid tanpa pola sama sekali, dan bisa menjadi kuning, coklat, atau hitam. Bagian-bagian tubuh delapan adalah kepala, antena, mata, pronotum, dada, elytra, sayap, dan kaki. Sumber : http://adearisandi.wordpress.com/2011/05/29/ladybugladybirdlady-beetle/ 4.Hibernasi Seperti kebanyakan serangga dan hewan, Kumbang koksi di wilayah empat musim juga melakukan hibernasi (tidur panjang di musim dingin). Kumbang koksi biasanya berkumpul dalam jumlah besar di tempat-tempat seperti di bawah balok kayu, kulit batang, atau timbunan daun saat berhibernasi. Selama periode tidur panjang itu, mereka bertahan dengan memanfaatkan persediaan makanan di tubuhnya. 5.Pertahanan Diri Hewan-hewan yang memangsa Kumbang koksi umumnya adalah hewan-hewan pemangsa serangga seperti burung dan laba-laba. Kumbang koksi memiliki cara unik dalam mempertahankan diri. Bila merasa terancam bahaya, ia akan berpura-pura mati dengan cara membalikkan tubuhnya dan menarik kakinya ke dalam. Sebagai mekanisme perlindungan 12 ` lebih lanjut, ia akan mengeluarkan cairan berwarna kuning dari persendian kakinya. Cairan ini memiliki bau dan rasa yang tidak enak sehingga jika berhasil, pemangsanya tidak jadi memakannya karena tidak tahan dengan cairan tersebut. 2.4.3 Laba laba (Arachnida) 1.Urutan Takson Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Arachnida Ordo : Araneae Famili : Aranedae Genus : Araneus Spesies : Araneus Diadematus 2. Morfologi Laba-laba Kelas Arachnida dibedakan dengan kelas yang lainnya dengan tidak adanya anggota badan sebagai organ perasa yang sering disebut antena yang biasanya terdapat di bagian depan kepala di keempat kelas lainnya. Tak seperti serangga yang memiliki tiga bagian tubuh, laba-laba hanya memiliki dua. Segmen bagian depan disebut cephalothorax atau prosoma, yang sebetulnya merupakan gabungan dari kepala dan dada (thorax). Sedangkan segmen bagian belakang disebut abdomen (perut) atau opisthosoma. Antara cephalothorax dan abdomen terdapat penghubung tipis yang dinamai pedicle atau pedicellus. Pada cephalothorax melekat empat pasang kaki, dan satu sampai empat pasang mata. Selain sepasang rahang bertaring besar (disebut chelicera), terdapat pula sepasang atau beberapa alat bantu mulut serupa tangan yang disebut pedipalpus. Pada beberapa jenis laba-laba, pedipalpus pada hewan jantan dewasa membesar dan berubah fungsi sebagai alat bantu dalam perkawinan. 3. Struktur Anatomi dan Fisiologi Laba-laba Di daerah sefalotorak terdapat khelisera, pedipalpi, mata dan tungkai Khelisera merupakan sepasang organ yang digunakan untuk menaklukkan mangsa atau menggigit sebagi bentuk pertahanan kalau terancam. Pada beberapa kelompok laba-laba alat ini digunakan sebagai alat menggali (pada kelompok laba-laba penjerat), untuk mengangkut mangsa dan membawa kantung telur pada beberapa laba-laba lainnya. Setiap khelisera terdiri atas bagian dasar yang kuat (paturon) dan bagian gigi taring yang dapat bergerak (fang). Fang ini terletak di dalam celah dan akan bergerak saat berfungsi. Di dekat bagian ujung setiap fang terdapat lubang halus tempat keluarnya venom, yang berasal dari kelenjar venom di bagian dasar kelisera. Mulut laba-laba terletak tepat di belakang kelisera. Sebagian besar laba-laba mempunyai 8 mata terletak di bagian depan sefalotoraks. Pada bagian abdomen (opistosoma) laba-laba terdiri dari mesosoma dan metasoma. Pada bagian posterior abdomen terdapat spineret yang merupakan organ berbentuk kerucut dan dapat berputar bebas. Didalam spineret terdapat 13 ` banyak spigot yang merupakan lubang pengeluaran kelenjar benang halus atau kelenjar benang abdomen. Kelenjar benang halus mensekresikan cairan yang mengandung protein elastik. Protein elastik tersebut akan mengeras di udara membentuk benang halus yang digunakan untuk menjebak mangsa. Laba-laba bernapas dengan paru-paru buku atau trakea. Paru-paru buku adalah organ respirasi berlapis banyak seperti buku dan terletak pada bagian abdomen. Ekskresi laba-laba dilakukan dengan tubula ( tunggal = tubulus ) Malpighi. Tubula Malpighi merupakan tabung kecil panjang dan buntu dan organ ini terletak di dalam hemosol yang bermuara ke dalam usus. Selain Tubula Malpighi, ekskresi lainnya dilakukan dengan kelenjar koksal. Kelenjar koksal merupakan kelenjar ekskretori buntu yang bermuara pada daerah koksa (segmen pada kaki insecta). Sumber : http://m-luqmanulhakim.blogspot.com/2014/12/laba-laba.html 4. Daur Hidup Laba-laba Setelah fertilisasi (pembuahan), labah-labah betina menghasilkan kantung telur, yang ukuran dan bentuknya berbeda-beda tergantung spesies. Kantung telur umumnya terdiri atas kumpulan benang sutera yang membungkus telur. Beberapa spesies meninggalkan kantung ini di dekat habitatnya atau di dalam galian. Telur menetas di dalam kantung, dan labah labah muda berganti kulit sekali sebulum muncul. Labah-labah muda ini disebut spiderling atau nimfa, dan sudah mencari makanan sendiri. Nimfa ini adalah bentuk miniatur labah-labah dewasa, yang mempunyai spineret dan kelenjar racun yang sudah berfungsi. Nimfa mengalami molting 2-12 kali sebagai juvenil, tergantung jenis laba-labah, sebelum mencapai dewasa kelamin. Labah-labah ini bisa memencar dengan mengembangkan benang-benang suteranya dan terbawa angin. Daur hidup pada kebanyakan labah-labah pemintal benang adalah kurang dari 12 bulan, tetapi pada labah-labah penggali tanah berekembang lebih lama dan tampaknya mempunyai daur hidup yang lebih lama (beberapa tahun). 14 ` Perkawinan labah-labah sangat menarik. Organ reproduksi pada yang jantan terletak di pedipalpi. Bila siap berkopulasi laba-laba jantan memintal jaring kecil dan menaruh setitik spermanya di situ atau di tanah atau beberapa tumpukan serasah. Setelah itu dia mengambil cairan tersebut dipindahkan ke dalam labulabu kecil pada pedipalpinya. Setelah itu dia mengambil cairan tersebut dengan pedipalpi dan mencari betina, serta menyalurkannya kepada spermateka betina. Setelah betina dibuahi, jantan seringkali ditangkap dan dimakan oleh yang betina. Laba-laba mengalami sangat sedikit metamorfosis selama perkembangan mereka. Apabila menetas, mereka kelihatan seperti dewasa-dewasa yang kecil. Bila tungkai-tungkai hilang selama perkembangan, mereka biasanya dapat beregenerasi. Laba-laba biasanya berganti kulit dari 4 sampai 12 kali selama pertumbuhan mereka sampai dewasa. Kebanyakan laba-laba berumur 1-2 tahun (Borror, 1996). 5.Ekologi Laba-laba Laba-laba mampu beradaptasi di berbagai habitat namun laba-laba sangat sensitif terhadap gangguan yang terjadi di lingkungannya. Adapun gangguan lingkungan yang berdampak negatif terhadap kelimpahan laba-laba, antara lain: pengolahan tanah, pemangkasan tumbuhan serta penggunaan pestisida sintesis. Berubahnya komposisi spesies laba-laba di ekosistem pertanian sangat dipengaruhi oleh berubahnya komposisi tanaman di lahan budidaya tanaman. Beberapa riset menyimpulkan laba-laba rentan terhadap sejumlah pestisida. Penurunan jumlah laba-laba akan berdampak terhadap peningkatan populasi serangga pengganggu tanaman. Tanpa laba-laba, populasi serangga akan menyebar tak terkendali sehingga menggagalkan panen dan menyebarkan penyakit. Laba-laba juga menjadi makanan bermutu bagi makhluk lainnya. Dimana laba-laba sangat berperan penting dalam jaring makanan karena kebiasaan makan laba-laba (Historia, 2011). Kunci kelangsungan keberhasilan araknid terletak pada kemampuannya untuk mendiami habitat dimana serangga tidak mampu mencapai suatu keunggulan. Dimana selagi serangga beterbangan di udara, araknid telah berkembang dengan subur di banyak kawasan hunian, asalkan terdapat vegetasi rendah, tumpukan dedaunan dan tanah dan dalam banyak hal lebih berhasil daripada serangga pada situasi yang sedemikian. Seringkali hewan araknid berukuran sangat kecil, tetapi memiliki peran utama untuk membatasi populasi hama serangga serta dalam aneka proses biologis untuk meningkatkan kesuburan tanah. Hutan hujan tropis memiliki keanekaragaman spesies laba-laba yang tinggi. Hal ini dikarenakan laba-laba menyukai habitat yang terlindung dari suhu ekstrim, dapat menempelkan jaringnya, aman terhadap kerusakan sarang dan jaringnya serta dapat memaksimalkan waktu mencari mangsanya. Laba-laba banyak ditemukan pada iklim subtropis, sehingga di Indonesia sebagai negara subtropis laba-laba banyak ditemukan dimana-mana, habitat laba-laba dapat ditemukan dalam tanah, di bawah batu, di rumput, di cabang-cabang pohon, di gua-gua dan di atas air. Bagi laba-laba yang hidup di serasah, daun-daun yang gugur di hutan merupakan habitat yang sesuai baginya. Jumlahnya meningkat lebih banyak ketika lapisan serasah semakin tebal karena lebih banyak tempat tersedia untuk bersembunyi dan terhindar dari suhu yang ekstrim (Suana, 200 15 ` 2.4.4 Kaki seribu (Myriapoda.) 1. Urutan Takson Kingdom Sub Kingdom Phylum Classis Ordo Familia Genus Species : Animalia : Invertebrata : Arthropoda : Myriapoda : Diplopoda : Juluidae : Julus : Julus virgatus 2.Morfologi Kaki Seribu Kepala Kepala kaki seribu biasanya dibulatkan ke atas dan diratakan di bawahnya dan dikenakan sepasang mandibula besar di depan struktur seperti piring yang disebut gnathochilarium ("bibir rahang"). Kepala berisi sepasang antena tunggal dengan tujuh atau delapan segmen dan sekelompok kerucut sensorik di ujungnya. Banyak ordo juga memiliki sepasang organ sensorik yang dikenal sebagai organ Tömösváry, berbentuk cincin oval kecil posterior dan lateral ke dasar antena. Fungsi mereka tidak diketahui, tetapi juga terjadi pada beberapa kelabang , dan mungkin digunakan untuk mengukur tingkat kelembaban atau cahaya di lingkungan sekitarnya. Mata kaki seribu terdiri dari beberapa ocelli datar datar yang disusun dalam kelompok atau tempelan di setiap sisi kepala. Patch ini juga disebut bidang okular atau ocellaria. Banyak spesies kaki seribu, termasuk seluruh pesanan Polydesmida dan kaki seribu yang tinggal di dalam gua seperti Causeyella dan Trichopetalum , memiliki nenek moyang yang bisa melihat namun kemudian kehilangan mata mereka dan buta. Tubuh Tubuh kaki seribu diratakan atau dilapisi silindris, dan terdiri dari banyak segmen metemerik , masing-masing dengan exoskeleton yang terdiri dari lima piring chitinous : satu piring di atas (yang tergite ), satu di setiap sisi ( pleurites ), dan piring di bagian bawah ( sternite ) dimana kaki menempel. Dalam banyak kaki seribu, lempeng ini menyatu dengan berbagai tingkat, kadang membentuk cincin silindris tunggal. Pelatnya biasanya keras, diresapi dengan garam kalsium. Karena mereka kekurangan kutikula lilin, kaki seribu rentan terhadap kehilangan air dan harus menghabiskan sebagian besar waktunya di lingkungan lembab atau lembab. Segmen pertama di belakang kepala tanpa kaki dan dikenal sebagai collum (dari bahasa Latin untuk leher atau kerah). Segmen tubuh kedua, ketiga, dan keempat masingmasing memiliki sepasang kaki masing-masing dan dikenal sebagai "haplosegment", dari haplo Yunani, "tunggal" (tiga haplosegments kadang-kadang disebut sebagai " thorax "). 16 ` Segmen yang tersisa, dari yang kelima sampai posterior, dikenal sebagai diplosegment atau segmen ganda, dibentuk oleh perpaduan dua segmen embrio. Setiap diplosegment memiliki dua pasang kaki, bukan hanya satu seperti pada kelabang. Pada beberapa kaki seribu, beberapa segmen terakhir mungkin tanpa kaki. Istilah "segmen" atau "cincin tubuh" sering digunakan secara bergantian untuk mengacu pada haplo dan diplosment. Segmen terakhir dikenal sebagai telson dan terdiri dari cincin preanal tanpa kaki, sepasang katup anal (pelat dekat di sekitar anus), dan skala kecil di bawah anus. Kaki seribu dalam beberapa pesanan memiliki ekstensi seperti jepitan dari dinding tubuh yang dikenal sebagai paranota , yang dapat sangat bervariasi dalam bentuk, ukuran, dan tekstur; Modifikasi meliputi lobus, papila, punggung bukit, puncak, duri dan takik. Paranota memungkinkan kaki seribu agar terjepit lebih kencang ke celah-celah, melindungi kaki, atau membuat kaki seribu lebih sulit bagi predator untuk ditelan. Kaki terdiri dari tujuh segmen, dan menempel di bagian bawah bodi. Kaki seorang individu pada umumnya agak mirip satu sama lain, meskipun sering kali lebih panjang pada pria daripada wanita, dan jantan dari beberapa spesies mungkin memiliki kaki kaki pertama yang berkurang atau diperbesar. Modifikasi kaki yang paling mencolok terlibat dalam reproduksi, yang dibahas di bawah ini. Meskipun memiliki nama yang sama, tidak ada kaki seribu yang ditemukan dengan 1.000 kaki: spesies umum memiliki antara 34 dan 400 kaki, dan catatan dipegang oleh antena Illacme , dengan individu yang memiliki hingga 750 kaki - lebih banyak daripada makhluk lainnya di Bumi. Organ Internal Kaki seribu Gerimis menghirup dua pasang spirakel yang terletak di setiap segmen di dekat pangkal kaki. Masing-masing membuka ke kantong internal, dan terhubung ke sistem trakea. Jantung memenuhi seluruh tubuh, dengan aorta membentang ke kepala. Organ ekskretoris adalah dua pasang tubulus malponi , terletak di dekat bagian tengah usus. Saluran pencernaan adalah tabung sederhana dengan dua pasang kelenjar ludah untuk membantu mencerna makanan. 3. Reproduksi Dan Pertumbuhan Kaki Seribu Dalam ordo basal Polyxenida (bulu seribu kaki seribu), kawin tidak langsung: deposit spermatophores jantan ke jaring yang mereka persiapkan dengan kelenjar khusus, dan spermatofor kemudian diambil oleh betina. Pada semua kelompok kaki seribu lainnya, laki-laki memiliki satu atau dua pasang kaki yang dimodifikasi yang disebut gonopoda yang digunakan untuk mentransfer sperma ke betina selama persetubuhan. Lokasi gonopoda berbeda antar kelompok: pada laki-laki Pentazonia mereka berada di bagian belakang tubuh dan dikenal sebagai telopoda dan mungkin juga berfungsi dalam menangkap betina, sementara di Helminthomorpha sebagian besar spesies - mereka berada pada segmen bodi ketujuh. Beberapa spesies partenogenetik , memiliki sedikit, jika ada, jantan. Gonopoda terjadi dalam keragaman bentuk dan ukuran, dan dalam kisaran dari kaki berjalan mirip dengan struktur kompleks tidak seperti kaki sama sekali. Dalam beberapa kelompok, gonopoda tetap ditarik ke dalam tubuh; Di tempat lain mereka 17 ` memproyeksikan sejajar dengan tubuh. Morfologi Gonopoda adalah alat predominan untuk menentukan spesies di antara kaki seribu: strukturnya mungkin sangat berbeda antara spesies yang berdekatan namun sangat sedikit di dalam spesies. Gonopoda berkembang secara bertahap dari berjalan kaki melalui moults berturut-turut sampai kematangan reproduksi. Pembukaan genital ( gonopori ) dari kedua jenis kelamin terletak di bagian bawah segmen tubuh ketiga (dekat kedua kaki kedua) dan mungkin disertai pada pria dengan satu atau dua pena yang menyimpan paket sperma ke gonopoda. Pada wanita, pori-pori genital terbuka ke dalam kantung kecil berpasangan yang disebut cyphopoda atau vulvae, yang ditutupi oleh tutup kap kecil, dan digunakan untuk menyimpan sperma setelah sanggama. Morfologi cyphopoda juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi spesies. Sperma kaki seribu kekurangan flagella , sifat unik di antara myriapods. Dalam semua kecuali serigala serigala, sanggama terjadi dengan dua individu saling berhadapan. Kopulasi dapat didahului oleh perilaku laki-laki seperti mengetuk dengan antena, berlari di sepanjang bagian belakang betina, menawarkan sekresi kelenjar yang dapat dimakan. Selama persetubuhan pada kebanyakan kaki seribu, posisi laki-laki berada di segmen ketujuh di depan segmen ketiga wanita, dan mungkin memasukkan gonopodanya untuk mengusir vulva sebelum menekuk tubuhnya untuk menyalurkan sperma ke gonopoda dan memasukkan kembali gonopoda "yang dibebankan" ke perempuan. Betina bertelur dari sepuluh sampai tiga ratus telur sekaligus, tergantung pada spesies, memupuknya dengan sperma yang tersimpan saat mereka melakukannya. Banyak spesies menyimpan telur di tanah lembab atau detritus organik, namun beberapa membangun sarang yang dilapisi kotoran kering, dan dapat melindungi telur dalam kepompong sutra. Pada kebanyakan spesies, betina meninggalkan telur setelah mereka diletakkan, namun beberapa spesies dalam pesanan Platydesmida dan Stemmiulida memberikan perawatan orang tua untuk telur dan anak-anak. Menetas muda setelah beberapa minggu, dan biasanya hanya memiliki tiga pasang kaki, diikuti oleh empat segmen tanpa kaki. Saat mereka tumbuh, mereka terus mereda , menambahkan segmen dan kaki lebih jauh saat mereka melakukannya. Beberapa spesies mabung di dalam ruang tanah atau sutra yang dipersiapkan secara khusus, dan mungkin juga berlindung pada saat cuaca basah, dan kebanyakan spesies memakan exoskeleton yang dibuang setelah moulting. Tahap dewasa, ketika individu menjadi dewasa secara reproduktif, umumnya mencapai tahap akhir mabung, yang bervariasi antara spesies dan pesanan, walaupun beberapa spesies terus mengalami murtad setelah dewasa. Selanjutnya, beberapa spesies bergantian antara tahap reproduksi dan non-reproduksi setelah jatuh tempo, sebuah fenomena yang dikenal sebagai periodomorphosis, di mana struktur reproduksi mengalami regresi selama tahap non-reproduksi. Kaki seribu bisa hidup dari satu sampai sepuluh tahun, tergantung spesiesnya. 4.Ekologi Kaki Seribu 18 ` 5. Distribusi Dan Habitat Kaki Seribu Kaki seribu tersebar di semua benua kecuali Antartika, dan menempati hampir semua habitat terestrial, mulai dari utara sampai Lingkaran Arktik di Islandia, Norwegia, dan Rusia Tengah, dan sejauh selatan Provinsi Santa Cruz, Argentina . Biasanya penghuni lantai hutan, mereka tinggal di serasah daun, kayu mati, atau tanah, dengan preferensi untuk kondisi lembab. Di daerah beriklim sedang , kaki seribu paling banyak ada di hutan gugur lembab, dan bisa mencapai kepadatan lebih dari 1.000 individu per meter persegi. Habitat lainnya termasuk hutan jenis konifera, padang pasir, gua, dan ekosistem alpine. Beberapa spesies dapat bertahan hidup dari banjir air tawar dan hidup terendam air hingga 11 bulan. Beberapa spesies terjadi di dekat pantai dan dapat bertahan dalam kondisi yang agak asin. Menggali Diplosegsi kaki seribu telah berevolusi dalam hubungannya dengan kebiasaan menggali mereka, dan hampir semua kaki seribu mengadopsi gaya hidup subterranean. Mereka menggunakan tiga metode utama menggali; bulldozing, wedging dan boring. Anggota ordo Julida , Spirobolida dan Spirostreptida , menurunkan kepala mereka dan menerobos masuk ke substrat, koluminya menjadi bagian exoskeleton mereka yang mengarah ke jalan. Kaki seribu yang didukung datar sesuai ordo Polydesmida cenderung menyisipkan ujung depannya, seperti irisan, ke dalam celah horizontal, dan kemudian melebar retakan dengan mendorong ke atas dengan kaki mereka, paranota dalam contoh ini merupakan permukaan pengangkat utama. Boring digunakan oleh anggota ordo Polyzoniida. Ini memiliki segmen yang lebih kecil di bagian depan dan semakin besar kembali; Mereka mendorong diri mereka maju ke celah dengan kaki mereka, tubuh berbentuk baji yang melebar saat mereka pergi. Beberapa kaki seribu telah mengadopsi gaya hidup di atas tanah dan kehilangan kebiasaan menggali. Ini mungkin karena terlalu kecil untuk memiliki pengaruh yang cukup besar untuk menggali, atau karena terlalu besar untuk membuat usaha bermanfaat, atau dalam beberapa kasus karena mereka bergerak relatif cepat (untuk seekor kaki seribu) dan merupakan predator aktif. Makanan Kaki Seribu Sebagian besar kaki seribu adalah detritivora dan memakan vegetasi, kotoran, atau bahan organik yang dicampur dengan tanah. Mereka sering memainkan peran penting dalam pemecahan dan penguraian sampah pabrik : perkiraan tingkat konsumsi untuk spesies individu berkisar antara 1 sampai 11 persen dari semua sampah daun, tergantung pada spesies dan wilayah, dan secara kolektif kaki seribu mungkin mengkonsumsi hampir semua serasah daun dalam wilayah. Sampah daun terfragmentasi di usus milipede dan diekskresikan sebagai pelet fragmen daun, alga, jamur, dan bakteri, yang memudahkan penguraian oleh mikroorganisme. Bila populasi cacing tanah rendah di hutan tropis, kaki seribu memainkan peran penting dalam memfasilitasi penguraian mikroba dari serasah daun. Beberapa kaki seribu adalah herbivora, memberi makan tanaman hidup, dan beberapa spesies bisa menjadi hama tanaman yang serius. 19 ` Kaki seribu dalam urutan ganggang ganggang Polyxenida dari kulit kayu, dan Platydesmida memakan jamur. Beberapa spesies omnivora atau kadang-kadang karnivora, memberi makan serangga, kelabang, cacing tanah, atau siput. Beberapa spesies memiliki bagian mulut yang menusuk yang memungkinkan mereka menyedot jus tanaman. Bab III Penutup 3.1 Kesimpulan Insektarium adalah media untuk menampilkan berbagai spesies terutama dari Arthropoda yang sudah diawetkan. Tujuannya adalah untuk memudahkan melihat perbedaan antara satu spesies dengan yang lainnya serta mengenali berbagai spesies dari hewan arthopoda Pada proses pembuatan insektarium, dapat disimpulkan beberapa hal dari metodemetode yang digunakan. Pertama, jika laba laba dijemur dalam keadaan sayap ditutup maka ketika akan dibuat offset menjadi lebih sulit untuk merentangkan sayapnya. Kedua, penggunaan eter pada pengawetan laba-laba secara lama dan berlebih menyebabkan kerusakan pada tubuh laba-laba dan perubahan warna pada tubuh kumbang. 3.2 Saran Pada proses pembuatan awetan laba lab, sebaiknya dicari spesimen yang sedikit lebih besar dan menangkapnya jangan terlalu kasar agar bagian tubuhnya tidak rusak.Selain itu pengidentifikasian athopoda dapat dilakukan dengan lebih cermat dan memperhatikan semua ciri-ciri dari masing masing kelas pada arthopoda sehingga kemungkinan terjadi salah spesies lebih kecil. 20 ` Daftar Pustaka (http://fr.wikipedia.org/wiki/Insectarium#Histoire) scene.asu.edu http://deviansouisa.blogspot.com/2011/10/kepiting-bakau.html web.ipb.ac.id https://www.wikiwand.com/id/Kumbang_koksi http://adearisandi.wordpress.com/2011/05/29/ladybugladybirdlady-beetle/ http://m-luqmanulhakim.blogspot.com/2014/12/laba-laba.html Neil A. Campbell, Jane B. Reece edisi ke 8 21