Uploaded by diovanihernanta

MPA PENDAHULUAN revASP (1)

advertisement
USAHA PEMBESARAN IKAN LELE SANGKURIANG
(Clarias sp.) DI KOLAM TERPAL
Disusun Oleh:
ASEP AKMAL AONULLAH
WILDAN NURUSSALAM
C151130341
C151130061
ILMU AKUAKULTUR
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang
(Clarias sp.) ini dapat disusun.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Enang Harris, Dr. Ir.
Tatag Budiardi, M.Si, Ir. Yani Hadiroseyani, MM, dan Ir. Iis Diatin, MM selaku
dosen pengampu Mata Kuliah Manajemen Produksi Akuakultur yang telah
membimbing dan mengarahkan penyusunan makalah ini hingga tuntas.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik membangun dari semua pihak.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi para pembaca.
Bogor, Juni 2014
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penulisan
Metode
2
PROSES PRODUKSI
Sistem Produksi
Input Produksi
Lokasi Usaha
Fasilitas Pembesaran Lele Sangkuriang
Proses Produksi
Persiapan kolam
Penebaran benih lele sangkuriang
Pemeliharaan lele sangkuriang
Pemanenan lele sangkuriang
Output Produksi
Kapasitas Produksi
Manajemen Persediaan
Manajemen Sumber Daya Manusia
Organisasi
Ketenagakerjaan
Kepemimpinan
3
PENGENDALIAN PROSES PRODUKSI
Pengendalian Pasar
Monitoring
Hama dan penyakit
Evaluasi
4
ANALISIS USAHA
Asumsi-Asumsi
Pembiayaan
Biaya Investasi dan Penyusutan
Biaya Operasional
Biaya tetap
Biaya variabel
Penerimaan
Nilai Sisa (Salvage value)
Analisis Keuntungan (Laba Rugi)
Jumlah Biaya Produksi
Jumlah Keuntungan
iii
ii
iii
v
v
v
1
1
3
3
4
4
4
4
4
6
6
6
7
8
8
8
9
9
9
10
10
12
12
13
13
14
16
16
17
17
18
18
18
19
20
20
21
21
DAFTAR ISI (Lanjutan)
Break Event Point (BEP)
R/C Ratio
Payback Period
Harga Pokok Produksi (HPP)
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
21
22
22
22
23
23
24
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Proses usaha pembesaran ikan lele sangkuriang
2. Struktur organisasi pembesaran ikan lele sangkuriang
6
9
DAFTAR TABEL
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Produksi Perikanan Budidaya Air Tawar Berdasarkan Kota dan
Kabupaten di Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
Perkembangan Produksi Ikan Konsumsi di Kabupaten Bogor Tahun
2008-2009
Kebutuhan Pakan untuk Satu Kolam
Jadwal Kegiatan satu kolam dalam satu siklus
Kualifikasi dan spesifikasi tenaga kerja
Gejala Klinis pada Ikan Lele yang Terserang Penyakit
Formulir Identifikasi Awal
1
2
7
8
11
14
14
Formulir Catatan Pakan dan Mortalitas Harian
9. Formulir Catatan Pergantian Air dan Kondisi Ikan
10. Formulir Sampling
11. Asumsi Analisis Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang
15
15
16
16
12.
13.
14.
15.
16.
17
18
19
20
20
Uraian Biaya Investasi Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang
Biaya Tetap Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang 1 Tahun
Biaya Variabel Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang 1 Tahun
Penerimaan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang per Tahun
Hasil Analisa Keuntungan
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.
2.
Layout Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang
Pola Tanam Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang
v
25
26
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Permintaan global terhadap ikan dan produk perikanan lainnya dalam sepuluh
tahun terakhir meningkat karena terjadinya perubahan kecenderungan konsumsi
dunia dari protein hewani ke protein ikan. Komoditi perikanan merupakan
komoditi ekspor dimana kebutuhan ikan dunia meningkat rata-rata 5 persen per
tahun. Berdasarkan data FAO, konsumsi ikan di dunia telah mencapai rekor
tertinggi. Rata-rata setiap orang memakan 17 kg ikan setiap harinya. Sektor
perikanan telah mensuplai sekitar 145 ton tahun 2009, memberikan sekitar 15%
asupan protein hewani untuk seluruh populasi masyarakat di dunia (Waluyani
2012).
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memasok sekitar
30 persen produksi ikan yang ada di Indonesia. Produksi ikan di Jawa Barat masih
didominasi oleh sektor budidaya air tawar yang mencapai 620.000 ton, sedangkan
sisanya dari ikan tangkapan perairan umum maupun laut (Dinas Perikanan
Provinsi Jawa Barat, 2008).
Beberapa jenis ikan air tawar yang dibudidayakan di Provinsi Jawa Barat
diantaranya adalah ikan nila, mas, lele, patin, dan gurame. Pada Tabel 1
memperlihatkan produksi budidaya air tawar berdasarkan kota dan kabupaten di
Provinsi Jawa Barat pada tahun 2009.
Tabel 1. Produksi Perikanan Budidaya Air Tawar Berdasarkan Kota dan
Kabupaten di Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
Produksi (ton)
No
Kabupaten/Kota
Nila
Mas
Lele
Patin Gurame
1
Kab. Cianjur
20.600 34.362
248
1.319
2.884
2
Kota Tasikmalaya
1.771
1.540
566
0
691
3
Kab. Tasikmalaya
4.460
9.215
583
0
509
4
Kota Bogor
559
470
480
485
390
5
Kab. Bogor
1.842
3.859 18.315
585
1.946
6
Kota Cirebon
14
8
34
7
2
7
Kab. Cirebon
245
199
448
45
283
8
Kota Bandung
468
1.260
891
0
0
9
Kab. Bandung Barat
10.635 12.412
394
3.611
189
10 Kab. Purwakarta
23.831 39.745
250
6.617
1
11 Lainnya
22.714 26.230 25.834
247
6.126
Sumber: Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat, 2010
Tabel 1 menunjukkan bahwa setiap kota dan kabupaten di Jawa Barat
menghasilkan produksi ikan yang berbeda-beda. Kota Tasikmaya, Kabupaten
Cianjur, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Purwakarta yang merupakan
sentra produksi ikan nila yang mencapai 1.771 ton sampai 23.831 ton per
tahunnya. Komoditi ikan mas dihasilkan oleh Kabupaten Cianjur dan Kabupaten
Purwakarta, untuk sentra produksi ikan lele yang mencapai 18.315 ton
pertahunnya dihasilkan oleh Kabupaten Bogor. Untuk ikan patin mayoritas
dihasilkan oleh Kabupaten Bandung, Kabupaten Purwakarta. Sedangkan untuk
2
sentra gurame di Jawa Barat adalah Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor.
Kota Bogor dan Kabupaten Bogor mempunyai produksi yang cukup merata untuk
setiap komoditi yang dihasilkan.
Kota Bogor merupakan salah satu daerah penghasil ikan air tawar yang
terdapat di Provinsi Jawa Barat. Hasil perikanan budidaya air tawar yang banyak
diusahakan oleh masyarakat Kota Bogor adalah ikan lele. Menurut data dari Dinas
Kelautan dan Perikanan Perikanan Jawa Barat (2009), produksi ikan lele Kota
Bogor mencapai 470.37 ton untuk ikan lele ukuran konsumsi, sedangkan untuk
benih ikan lele mencapai 100.000.000 ekor. Selain itu, produksi ikan lele di
Kabupaten Bogor dari tahun 2008-2009 terus mengalami peningkatan hingga
87.37%. Akan tetapi kebutuhan akan ikan konsumsi di Kabupaten Bogor belum
sepenuhya terpenuhi sehingga harus di datangkan dari daerah lain seperti Cianjur,
Bandung, Sukabumi, Tasikmalaya dan sebagian daerah Jawa Tengah.
Perkembangan produksi ikan konsumsi di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2009
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perkembangan Produksi Ikan Konsumsi di Kabupaten Bogor Tahun
2008-2009
Produksi (Ton)
Perubahan
No
Jenis Ikan
(%)
2008
2009
1. Lele
9.774,80
18.315,02
87.37
2. Mas
8.124,35
3.859,62
-54.49
3. Gurame
1.854,82
1.946,43
4.94
4. Nila
3.494,96
1.842,17
-47.29
5. Bawal
904.91
2.026,14
123.91
6. Patin
571.76
584.84
2.29
7. Tawes
278.80
75.76
-72.83
8. Tambakan
48.50
33.67
-30.58
9. Mujair
29.21
31.68
8.46
10. Nilem
8.23
2.10
-74.46
11. Lain-lain
26.95
25.30
-6.14
Total
25.087,29
28.742,72
14.57
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2010.
Perkembangan konsumsi ikan akan mendorong peningkatan produksi lele
sebagai ikan konsumsi pada masa mendatang dan diperkirakan akan terus
mengalami perkembangan seiring dengan bertambahnya penduduk,
perkembangan kesejahteraan dan kesadaran masyarakat akan arti penting nilai gizi
produk perikanan bagi kesehatan dan kecerdasan otak. Menurut Prasetya (2011),
permintaan akan ikan lele di wilayah Bogor mencapai 30 ton per hari. Hal tersebut
membuat pengusaha budidaya ikan lele dapat memiliki pasar yang prospektif. Hal
ini mengindikasikan bahwa Kota Bogor memiliki potensi untuk mengembangkan
usaha budidaya ikan lele.
Salah satu jenis ikan lele yang banyak dibudidayakan pembudidaya ikan lele
adalah ikan lele Sangkuriang (Clarias sp). Kelebihan lele Sangkuriang yaitu
produksi tinggi karena panen lebih cepat, kemampuan bertelur dan daya tetas
yang tinggi, lebih tahan penyakit, teknik pemeliharaan lebih mudah karena dapat
bertahan hidup dalam kondisi air yang minimum dan benih mudah di peroleh.
Selain itu, ikan ini juga dapat dipijahkan sepanjang tahun, tumbuh lebih cepat,
3
dapat hidup pada lingkungan yang kotor dan sedikit oksigen, dan dapat mencapai
ukuran yang lebih besar, dan dapat diberikan pakan tambahan bermacam-macam
(Nasrudin 2010).
Keunggulan lainnya antara lain memiliki FCR (food conversion ratio) 1:1
yang artinya, satu kilogram pakan yang diberikan kepada Ikan lele menghasilkan
satu kilogram daging. Ikan lele yang bergerak sangat lincah menyebabkan
korelasi positif dengan rasa dagingnya. Membuat dagingnya terasa lebih enak dan
gurih karena lemak yang terkandung dalam ikan lele lebih sedikit. Selain itu, ikan
lele dalam pertumbuhannya lebih cepat, dan lebih tahan terhadap penyakit dengan
survival rate ikan lele dapat mencapai 90 persen. Oleh karena itu, budidaya ikan
lele jenis Sangkuriang sangat efisien dan memiliki prospek pasar yang cukup baik
dilihat dari kelebihan ikan lele jenis lain (Sunarma, 2004).
Dalam menjalankan usaha pembesaran lele, sekarang ini tidak hanya
dilakukan dalam skala besar dengan lahan yang luas, namun dengan pemanfatan
lahan sempit dan modal yang relatif terjangkau juga dapat menjalankan usaha
pembesaran lele sangkuriang. Penggunaan kolam terpal sebagai tempat wadah
atau media budidaya pembesaran lele sangkuriang merupakan solusi dari
penggunaan lahan sempit. Proses pembuatannya relatif cepat, kemudahan dalam
pembuatannya, dan minimnya modal untuk membuat kolam terpal. Kolam terpal
sangat fleksibel sehingga mudah di bongkar pasang dan disesuaikan dengan
ukurannya (Hendriana 2010).
Semakin berkembangnya budidaya lele dan kebutuhannya yang semakin
meningkat setiap tahunnya, maka diperlukan pengelolaan sistem produksi secara
intensif dalam kegiatan budidaya udang mulai dari pemanfaatan lahan,
pengembangan teknologi dalam kegiatan budidaya, manajemen produksi,
manajemen SDM, monitoring dan evaluasi serta analisis usaha yang tepat agar
memperoleh hasil (profit) yang maksimal, ramah lingkungan serta produksi yang
berkelanjutan.
Tujuan
Tujuan dari usaha budidaya lele Sangkuriang (Clarias sp.) sistem kolam
terpal adalah untuk memproduksi lele sangkuriang ukuran konsumsi (8 ekor/Kg)
dengan target produksi 703.125 Kg/tahun dalam lingkungan yang terkendali, yaitu
pada sistem kolam terpal, yang dilakukan pada skala intensif, dengan berorientasi
ekonomi, berkelanjutan serta berwawasan lingkungan.
Metode
Metode yang digunakan untuk mendapatkan data pada makalah ini adalah
melalui studi pustaka (buku dan internet), serta pengalaman yang pernah
dilakukan di lapangan.
4
PROSES PRODUKSI
Sistem Produksi
Sistem produksi dalam usaha pembesaran lele ini mencakup tiga unsur yaitu
input, proses dan output produksi. Input produksi meliputi lokasi usaha dan
fasilitas yang akan digunakan pada pembesaran ikan lele. Proses produksi
meliputi persiapan wadah budidaya, penebaran benih, pemeliharaan dan
pemanenan. Output produksi meliputi kapasitas produksi yang akan dihasilkan
dari kegiatan pembesaran budidaya.
Input Produksi
Lokasi Usaha
Lahan yang digunakan merupakan lahan sewa di daerah Bogor dengan
pertimbangan sumber pasokan air yang memadai, dekat dengan pasar, dan akses
fasilitas sarana dan prasarana umum yang mendukung.
Fasilitas Pembesaran Lele Sangkuriang
Pelaksanaan kegiatan produksi yang diterapkan di usaha pembesaran lele
sangkuriang menggunakan beberapa sarana dan prasarana produksi. Adapun
sarana dan prasarana produksi yang digunakan dalam kegiatan produksi
pembesaran lele sangkuriang adalah sebagai berikut:
a. Kantor
Bangunan kantor digunakan sebagai tempat bekerja manager serta sebagai
tempat menerima tamu. Kantor memiliki ukuran 5x5 m dengan umur ekonomis 10
tahun.
b. Rumah Karyawan
Bangunan rumah karyawan digunakan sebagai tempat tinggal dan tempat
istirahat bagi karyawan. Rumah karyawan memiliki ukuran 7m x5 m dengan umur
ekonomis selama 10 tahun.
c. Tempat Sortir
Tempat sortir digunakan untuk menyortir ikan hasil panen sebelum diangkut
menuju tempat pembeli. Tempat sortir memiliki ukuran bangunan 10 m x 5 m
dengan umur ekonomis 10 tahun.
d. Bangunan (Gudang Pakan dan Alat)
Bangunan (gudang pakan dan alat) digunakan sebagai tempat penyimpanan
pakan dan tempat penyimpanan alat-alat produksi. Ukuran bangunan 10m x 10 m
dengan umur ekonomis bangunan (gudang) adalah 10 tahun.
e. Lapangan Parkir
Lapangan parkir digunakan untuk tempat parkir bagi kendaraan pengangkut
ikan ataupun sebagai tempat parkir bagi tamu yang berkunjung ke tempat
budidaya
5
f. Kolam Terpal
Kolam digunakan untuk pembesaran lele sangkuriang adalah kolam yang
terbuat dari terpal. Jumlah kolam 50 unit dengan ukuran 5 m x 10 m x 1 m. Umur
ekomonis penggunaan kolam terpal selama 2 tahun.
g. Tandon
Tandon terbuat dari Terpal yang berfungsi sebagai penampungan air dengan
jumlah 10 buah dan berukuran 5 m x 10 m x 1 m, volume 50.000 liter. Umur
ekomonis penggunaan tandon selama 2 tahun.
h. Pompa Air
Pompa air digunakan untuk mengalirkan air dari sumber air ke tendon air dan
juga untuk mengalirkan air ke kolam-kolam pemeliharaan. Pompa air yang
digunakan dengan merek Grundfos KP Basic 600A sebanyak 3 unit dengan umur
ekonomis 5 tahun.
i. Ember sortir/panen
Ember Sortir digunakan untuk proses penyotiran dan pemanenan. Adapun
tujuan penyortiran dilakukan untuk menghindari sifat lele sangkuriang kanibal
yang mana lele yang lebih besar memangsa lele yang lebih kecil. Penyortiran juga
dilakukan pada saat lele sangkuriang akan panen. Ember sortir yang digunakan
sebanyak 15 buah dengan umur ekonomis ember 2 tahun.
j. Ember Pakan
Ember pakan digunakan untuk wadah pemberian pakan sebanyak 10 buah
dengan umur ekonomis 2 tahun.
k. Selang Air
Selang air digunakan untuk mengisi air apabila kolam baru dibersihkan dan
airnya diganti. Selang air disambung dari pipa saluran air yang ada pada mesin
pompa air. Selang yang digunakan pada usaha pembesaran lele sangkuriang
berdiameter 1,25 inch sebanyak 20 m, dengan umur ekonomis 2 tahun.
l. Instalasi Pipa
Instalasi pipa digunakan untuk mengalirkan air pada saat pengisian air.
Pengisian air dilakukan pada saat sehabis panen ataupun ketika jumlah air yang
ada pada kolam pemeliharaan berkurang akibat penguapan atau penyedotan pada
saat kualitas air kurang baik. Instalasi pipa memiliki berada pada semua kolam
pemeliharaan. Umur ekonomis dari instalasi pipa selama 5 tahun.
m. Jaring Panen
Jaring panen yang digunakan berukuran 10 m sebanyak 2 buah dengan umur
ekonomis 5 tahun.
n. Peralatan lain-lain
Peralatan lain-lain digunakan pada proses pembuatan kolam meliputi cangkul,
palu, golok, tang, meteran dan timbangan.
6
Proses Produksi
Pembesaran ikan lele Sangkuriang merupakan kegiatan usaha atau bisnis
membesarkan benih ikan lele Sangkuriang mencapai ukuran konsumsi kemudian
menjualnya. Waktu yang dibutuhkan untuk pembesaran ikan lele konsumsi ini
adalah 2.5 bulan sampai 3 bulan. Ukuran ikan lele konsumsi yakni 8-10 ekor per
kilogram. Adapun tahapan pembesaran ikan lele dapat dilihat pada Gambar 1.
Persiapan Kolam
Penebaran Benih
Pemeliharaan Lele
Monitoring / Evaluasi
Pemanenan Lele
Gambar 1. Proses Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang
Persiapan Kolam
Kolam yang digunakan adalah kolam dari terpal yang berukuran 10 m x5 m
meter sebanyak 50 kolam, dengan ketinggian 1 meter (Lampiran 1). Sebelum
terpal digunakan dalam kolam, terpal dicuci dengan kain atau sikat untuk
menghilangkan bau lem atau zat kimia yang dapat mematikan benih ikan. Setelah
itu kolam dikeringkan selama satu hari, selanjutnya kolam di isi dengan air
setinggi 70 cm. Setelah dilakukan pengisian air, maka selanjutnya adalah
pemupukan.
Pemupukan ini dilakukan dengan menggunakan kotoran kambing sebanyak
1.5 kilogram per m2. Jadi, untuk 1 kolam pembesaran ukuran kolam 10 m x 5 m
dibutuhkan kotoran kambing sebanyak 75 kilogram. Harga kotoran kambing
sebesar Rp 2.500,00 per kilogram, sehingga dibutuhkan 2250 kilogram.
Pemupukan dengan kotoran kambing tersebut dilakukan dengan cara
memasukkan kotoran kambing ke dalam karung, kemudian memasukkannya ke
dalam kolam selama delapan hari. Pemupukan ini dilakukan dengan tujuan untuk
menumbuhkan plankton. Setelah delapan hari, karung berisi kotoran kambing
tersebut di angkat. Pada hari ke-10 benih di tebar ke dalam kolam tersebut.
Penambahan pupuk juga dilakukan dengan menambahkan pupuk TSP, ZA,
dan UREA. Pupuk ini ditambahkan untuk menumbuhkan mikro-alga. Mikro-alga
ditambahkan diawal sebagai starter. Biakan awal dilakukan sendiri untuk
mengurangi biaya produksi
Penebaran Benih Lele Sangkuriang
Benih ikan lele yang di tebar akan menentukan hasil akhir. Benih yang di beli
didatangkan dengan media drum plastik berisi air dan media plastik yang di beri
oksigen. Sebelum penebaran benih, perlu dilakukan penyesuaian benih-benih
terhadap lingkungan yang bertujuan untuk penyesuaian benih terhadap lingkungan
kolam. Penyesuaian terhadap lingkungan dilakukan dengan membenamkan atau
meletakkan media tempat benih di atas permukaan air pada kolam sambil
menambah sedikit demi sedikit air pada media, kemudian setelah beberapa menit
benih dapat di tebar pada kolam.
Penebaran benih sekitar 500 ekor benih ikan lele per m2. Kolam pembesaran
ikan berukuran 10 m x5 m sebanyak 25.000 ekor benih ikan lele berukuran 5-7
7
cm untuk satu kolam. Benih yang di tebar dilakukan seleksi terlebih dahulu agar
benih yang di tebar berkualitas. Benih berkualitas biasanya dapat diamati dari
fisik dan gerakannya. Fisik benih memiliki tubuh yang seragam dan proposional
(ukuran kepala dan tubuh seimbang) tidak cacat, warna tubuh mengkilap, dan
sungutnya tidak pucat. Selain itu benih yang berkualitas dicirikan dengan gerakan
yang gesit, aktif, tidak berdiri atau menggantung di dalam air. Pemilihan benih
yang berkualitas bertujuan agar pertumbuhannya baik, dan tahan terhadap
serangan penyakit. Benih lele yang akan di tebar sebaiknya diketahui terlebih
dahulu asal asul benihnya untuk mengantisipasi tercampurnya benih dengan jenis
lain (bukan lele sangkuriang). Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari.
Pemeliharaan Lele Sangkuriang
Kegiatan pemeliharan ikan lele meliputi pemberian pakan, pemberian
Probiotik, penambahan dan pergantian air.
a. Pemberian pakan
Pemeliharaan ikan lele mencakup pemberian pakan yang rutin. Pakan yang
diberikan pada kegiatan pembesaran ikan lele terdiri atas pelet apung (Pelet L1,
Pelet L2, Pelet L3) dan pelet tenggelam. Pelet apung digunakan untuk masa
pertumbuhan ikan lele, sedangkan pelet tenggelam digunakan untuk masa
pembobotan ikan lele hingga mencapai ikan lele ukuran konsumsi. Satu kolam
pembesaran ikan lele dengan benih ikan lele yang di tebar sebanyak 25.000 ekor
dibutuhkan pakan sebanyak 170 ton selama proses pembesaran.
Tabel 3. Kebutuhan Pakan untuk Satu Kolam
Jenis Pakan
Waktu pemberian (hari)
Jumlah Pakan (kg)
Pelet L1
1-7
30.000
Pelet L2
8-21
35.000
Pelet L3
22-42
35.000
Pelet Tenggelam
43-panen
68.000
Pemberian jenis pakan yang digunakan dalam pembesaran lele sangkuriang
biasanya dilakukan 4 kali sehari yaitu pagi hari pukul 08.00 WIB, siang pukul
12.00 WIB, dan sore 17.00 WIB dan malam pukul 21.00 WIB. Pemberian pakan
jangan terlalu banyak tetapi perlahan-lahan hingga lele terlihat terlihat mulai
menjauh dan tidak begitu gesit. Karena dengan pemberian pakan yang langsung
banyak mengakibatkan lele tidak mau makan sehingga pakan mengendap di
kolam dan menyebabkan timbulnya penyakit dan bau pada kolam terpal.
Pemberian pakan pada pagi hari dilakukan setelah matahari menyinari permukaan
kolam atau pemberian pakan pada pukul 08.00 WIB.
b. Pemberian probiotik
Probiotik merupakan mikroba hidup yang menguntungkan karena mampu
menciptakan kondisi yang optimum bagi kecernaan pakan dan meningkatkan
efisiensi konversi pakan sehingga dapat mempermudah proses penyerapan
nutrient, meningkatkan kesehatan serta mempercepat proses pertumbuhan. Proses
pemberian probiotik dapat dilakukan baik melalui pakan, media air maupun pakan
alami.
8
c. Penambahan dan Pergantian Air
Penambahan air dilakukan bila air dalam kolam terpal berkurang karena
proses penguapan maka air ditambahkan hingga tinggi air kembali pada posisi
normal. Penambahan air dilakukan dari tinggi air 30 cm hingga menjadi 80 cm.
secara bertahap setiap bulannya (dalam sebulan air perlu di tambah 15-20 cm).
Pergantian air dilakukan saat air mulai tampak kotor (hal ini ditandai dengan ikan
mulai menggantung). Penggantian air sampai umur 2 bulan biasanya dilakukan 2
kali. Kemudian di bulan ketiga dilakukan 2 minggu sekali (hal ini dilakukan
karena pada bulan ketiga pemberian makan semakin banyak dan populasi ikan
semakin padat). Pergantian air dengan cara membuka saluran pengeluaran
(paralon) hingga air tinggal sedikit. Pada saat pergantian air biasanya dilakukan
penyortiran dengan memisahkan ikan yang pertumbuhan sangat cepat. Bila
setelah pergantian air dilakukan beberapa hari kemudian air kelihatan coklat dan
berbau anyir maka perlu dilakukan penambahan dan pengurangan air (sirkulasi air
masuk dan keluar).
.
Pemanenan Lele Sangkuriang
Pemanenan dilakukan pada ikan lele sampai berumur 2 bulan semenjak benih
ikan lele dimasukkan dalam kolam pembesaran. Panen ikan lele di kolam terpal
dapat dilakukan dengan cara panen sortir atau dengan panen sekaligus (semua).
Panen sortir adalah dengan memilih ikan yang sudah layak untuk dikonsumsi
(dipasarkan) biasanya ukuran 5 sampai 10 ekor per kg atau sesuai dengan
keinginan pasar, kemudian ukuran yang kecil di pelihara kembali. Panen sekaligus
biasanya dengan menambah umur ikan agar ikan dapat di panen semua dengan
ukuran yang sesuai keinginan pasar. Jadwal kegiatan usaha pembesaran ikan lele
sangkuriang dapat dilihat pada Tabel 4, sedangkan pola tanam per siklusnya dapat
dilihat pada Lampiran 2.
Tabel 4. Jadwal kegiatan satu kolam dalam satu siklus
Minggu keNo. Kegiatan
1
2
3
4
5
6
7
8
1
Persiapan wadah
2
Penebaran benih
3
Pemeliharaan
4
Panen
Output Produksi
Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi dalam pembesaran lele sangkuriang dengan ukuran kolam
terpal 10 m x 5 m x1 m. Padat tebar pembesaran adalah 500 ekor/m2 sehingga
pada 1 kolam di tebar benih sebanyak 25.000 ekor. Total benih yang di tebar
adalah 50 kolam x 25.000 benih = 1.250.000 benih. Panen dilakukan setelah
berumur 2 bulan persiklus sehingga dalam setahun dapat dilakukan lima siklus
karena diperlukan evaluasi dan monitoring kondisi usaha (perawatan dan
pengecekan kolam, evaluasi pegawai, pelatihan tambahan, antisipasi kondisi yang
tidak diinginkan). Penentuan target produksi lele sangkuriang adalah sebagai
berikut:
9
a. Jumlah Benih: 1.250.000 ekor
b. SR (Survival Rate): 90 persen
c. Jumlah untuk setiap 1 kilogram lele konsumsi adalah 8 ekor
Target Produksi
=
=
Jumlah Benih x SR
8 ekor untuk setiap 1 kilogram lele konsumsi
1.250.000 x 90%
8 ekor
140.625 Kg
=
Setiap siklus didapatkan produksi sebanyak 140.625 kg sehingga untuk
setahun dapat diperoleh sebanyak 703.125 kg.
Manajemen Persediaan
Dalam usaha budidaya lele, ketersediaan benih dan pakan merupakan faktor
utama dalam keberlanjutan usaha. Kegiatan pembesaran ini memerlukan dua
gedung, satu gedung semi permanen ukuran 10 m x 10 m yang berfungsi sebagai
tempat penyimpanan pakan kapasitas 150 sak per bulan dan gudang peralatan
serta obat-obatan yang dipisakkan dengan sekat masing-masing 2 meter.
Pembenihan lele telah banyak dilakukan oleh masyarakat sehingga sangat mudah
untuk mendapatkan benih. Benih di jual seharga Rp 200,00 per ekor. Di daerah
bogor benih dapat langsung di antar ke tempat budidaya. Sedangkan untuk
ketersediaan pakan dapat di peroleh di distributor pakan dan banyak tersedia di
daerah bogor.
Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumberdaya manusia merupakan salah satu komponen penting
dalam suatu proses usaha atau kegiatan. Dimana manajemen SDM yang baik
dapat membantu optimalisasi dan kelancaran suatu proses produksi. Aspek-aspek
yang diperhatikan dalam pengelolaan SDM diantaranya adalah struktur
organisasi, ketenaga kerjaan serta kepemimpinan.
Organisasi
Struktur organisasi pada kegiatan pembesaran lele dalam kolam terpal adalah
seperti pada Gambar 2.
Pemilik
Manajer
Logistik
Teknisi
Keamanan
Gambar 2. Struktur organisasi pembesaran ikan lele sangkuriang
10
Usaha pembesaran lele sangkuriang tergolong kedalam usaha kolam rakyat
sehingga pengelolaan organisasinya tergolong sederhana yaitu terdiri manajer,
petugas keamana karyawan.
Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan budidaya pembesaran ikan lele
ini relatif tidak terlalu banyak. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan relatif
banyak hanya pada saat pembangunan kolam beserta fasilitas pendukungnya serta
pemanenan. Tenaga kerja untuk kegiatan budidaya ini dalam operasionalnya
hanya membutuhkan enam orang pekerja untuk satu unit usaha yang dilakukan
secara kontinyu sepanjang tahun. Para pekerja ini umumnya di bayar secara
bulanan. Pekerja antara lain melaksanakan kegiatan pengaturan keuangan,
pengaturan produksi, pembelian pakan, pemberian pakan ikan lele, melakukan
pembersihan, memanen serta menjaga keamanan.
Keberhasilan usaha budidaya lele sangat ditentukan oleh kejujuran dan
kedisiplinan karyawan atau pelaksana kerja sehari-hari. Kontrol yang ketat
merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi kebocoran-kebocoran yang
berakibat pada pembengkakan pada biaya operasional. Pada usaha budidaya ikan
lele kebocoran yang sering terjadi adalah pada penggunaan pakan. Pemberian
pakan yang berlebihan selain akan menyebabkan pembengkakan biaya
operasional juga akan menurunkan produktivitas dan menurunkan kualitas
perairan. Pengaturan ketenagakerjaan dapat dilihat pada Tabel 5.
Kepemimpinan
Actuating dalam kepemimpinan adalah bagaimana seorang pemimpin dapat
mempengaruhi perilaku bawahan sehingga bawahan tersebut mau bekerja sama
dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu kegiatan usaha
budidaya. Manajer selaku pemimpin usaha menggunakan gaya kepemimpinan
model participating-sharing terhadap bawahannya. Artinya, antara pemimpin
dengan bawahan bersama-sama terlibat dalam pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan sehingga komunikasi dua arah sangat mendominasi.
Efektifitas kepemimpinan seseorang tergantung pada kemampuannya
membaca situasi yang dihadapi sehingga efektif dalam menjalankan fungsi
kepemimpinannya. Dalam usaha ini seorang manajer yang berperan sebagai :
a. Memberikan petunjuk, bimbingan dan pengarahan untuk bawahan
b. Bekerja sama dengan bawahan
c. Menciptakan suasana kerja yang baik sehingga bawahan dapat bekerja dengan
baik pula.
11
Tabel 5. Kualifikasi dan spesifikasi tenaga kerja
Posisi
Manajer
Produksi
Jumlah
1
Kualifikasi
Pendidikan
Min S1
Kualifikasi Kemampuan
Tenaga Ahli
Analisis kuantitatif dan kualitatif
Pengetahuan manajerial
Kemampuan
memimpin
memotivasi
dan
Manajer
Keuangan
1
Tenaga Ahli
Analisis kuantitatif dan kualitatif
Pengetahuan manajerial
Kemampuan
memimpin
dan
memotivasi
Tenaga ahli
Kemampuan teknis dan memimpin
Min S1
Teknisi Ahli
1
Teknisi
5
Tenaga terampil
-
Logistik
Keamanan
1
1
Tenaga terampil
Tenaga terampil
-
Tanggung Jawab Utama
• Bertanggung jawab terhadap operasional secara menyeluruh, memimpin,
mengarahkan, dan mengawasi tugas para karyawan yang lain
• Bersama-sama dengan teknisi melakukan perencanaan kegiatan berdasarkan
tujuan yang telah ditetapkan perusahaan sehingga target produksi tercapai
• Berkoordinasi dengan keamanan dan dapur dalam menjaga kelancaran proses
produksi
• Mengurus segala administrasi dan aliran keuangan
• Berkoordinasi dengan manajer produksi dan pemilik guna kelancaran proses
produksi
• Melakukan analisis pasar dan strategi pemasaran
Min D3
• Menjaga dan bertanggungjawab atas kelancaran proses pemijahan maupun
pendederan
• Mencatat penggunaan bahan
• Memberikan laporan kegiatan secara rutin kepada manajer
• Membantu bagian kolam dalam melaksanakan kegiatan budidaya
• Memberi pakan ikan
• Menjaga dan merawat sarana prasarana kolam
• Menjaga kelancaran proses budidaya
• Melaporkan keadaan ikan kepada teknisi secara berkala
• Membantu proses pemanenan
• Bekerjasama dengan keamanan untuk menjaga keamanan kolam
• Memastikan ketersediaan ransum karyawan
• Menjaga keamanan lokasi pembesaran ikan
12
PENGENDALIAN PROSES PRODUKSI
Pengendalian adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang
sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan
pelaksanaan dengan standar, menganalisis kemungkinan adanya penyimpangan
antara pelaksanaan dan standar, kemudian mengambil tindakan pembetulan yang
diperlukan agar sumber daya digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka
mencapai sasaran. Proses pengendalian produksi kegiatan akuakultur harus
dilakukan terhadap input produksi dan output produksi yaitu pengendalian pasar,
sedangkan untuk pengendalian proses produksi melalui monitoring dan evaluasi.
Pengendalian Pasar
Pengendalian pasar dapat dilakukan dengan penyediaan lele sesuai kebutuhan
pasar dan ketersediaan hasil produksi yang terus menerus sehingga dilakukan
pemeliharaan dan pemanenan setiap minggunya. Dengan demikian, kebutuhan
atau permintaan akan lele di pasaran dapat dipenuhi secara terus menerus. Selain
itu, pemanenan dapat dilakukan secara parsial dan panen masal sesuai dengan
permintaan pasar. Pemasaran merupakan kegiatan usaha yang berperan untuk
mendistribusikan ikan lele sangkuriang dari pembudidaya hingga ke tangan
konsumen akhir. Dalam sebuah pemasaran dikenal beberapa komponen yang
terlibat di dalamnya, yaitu produk, produsen dan pembeli. Dalam prosesnya
diperlukan strategi pemasaran. Hal ini dilakukan agar proses produksi hingga
penjualan dapat terkendali.
a. Potensi pasar
Usaha pembesaran ikan lele sangkuriang memiliki potensi pasar yang luas.
Permintaan ikan lele konsumsi dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan
baik untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga, rumah makan, pasar, supermarket
maupun pemancingan. Kebutuhan (permintaan) ikan lele konsumsi di Jakarta,
Tangerang, Bekasi, dan Depok mencapai 60 ton per hari, sedangkan kebutuhan
ikan lele konsumsi di Bogor mencapai 30 ton per hari dan hanya bisa dipenuhi
setengahnya. Dari data kebutuhan ikan lele konsumsi tersebut, maka permintaan
akan ikan lele konsumsi jelas adanya dan memiliki peluang besar untuk
mengusahakan pembenihan dan pembesaran ikan lele.
b. Strategi pemasaran
Strategi pemasaran merupakan langkah penting bagi keberlangsungan roda
usaha pembesaran ikan leel sangkuriang. Pada analisis strategi pemasaran di
dalamnya terdiri dari aspek-aspek produksi, harga, promosi dan distribusi.
Produksi merupakan salah satu komponen penting, dimana keberlangsungan
proses produksi harus terus diupayakan agar pemenuhan kebutuhan pasar dapat
terus tercukupi. Selain itu kelancaran proses produksi juga akan berpengaruh
terhadap stabilitas harga di pasaran. Perluasan jaringan sangat diperlukan dalam
sebuah usaha dimana semakin luas jaringan pasar maka keberlanjutan proses
produksi dan pengembangan usaha dapat terus dilakukan,
13
Monitoring
Salah satu kendala yang sering dihadapi oleh pembudidaya ikan lele adalah
serangan hama dan penyakit. Kerugian akibat hama biasanya tidak sebesar
serangan penyakit. Meskipun demikian kedua-duanya harus mendapat perhatian
penuh, sehingga usaha budidaya dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan.
Pencegahan merupakan tindakan yang paling efektif dibandingkan dengan
pengobatan. Dengan padat penebaran yang demikian tinggi pada pembudidaya
yang intensif, maka serangan penyakit dapat terjadi sewaktu-waktu, bahkan secara
ekstrim dapat dikatakan tinggal menunggu waktu. Monitoring yang ketat dan
konsisten merupakan langkah yang harus dikerjakan dalam usaha budidaya.
Monitoring tidak hanya dilakukan pada ikan yang dibudidayakan saja, tetapi
juga terhadap kondisi airnya. Kalau diperhatikan dengan cermat, sebelum ikan
terkena penyakit maka akan menunjukkan gejala-gejala terlebih dahulu. Gejala–
gejala tersebut diantaranya adalah nafsu makan yang berkurang, gerakan menjadi
lambat, pengeluaran lendir yang berlebihan dan pada stadium selanjutnya akan
terlihat perubahan warna, bahkan mulai ada luka pada tubuhnya. Semua gejala ini
dapat dilihat secara visual. Gejala ini sebenarnya tidak hanya tampak pada
ikannya saja, tapi juga kondisi airnya. Air kolam tampak lebih kental atau pekat,
akibat pengeluaran lendir yang berlebihan. Apabila melihat gejala ini, maka harus
segera dilakukan langkah pengobatan sebelum penyakitnya menjadi lebih parah.
Pengobatan yang lebih dini akan mengurangi jumlah ikan yang mati, bahkan akan
menyelamatkan ikan yang dibudidayakan.
Hama dan Penyakit
Hama adalah organisme pengganggu yang dapat memangsa, membunuh dan
mempengaruhi produktivitas. Hama ini bisa berasal dari aliran air masuk, udara
maupun darat. Hama pada ikan lele yang biasanya ada adalah ular, belut, ikanikan buas, linsang dan burung pemakan ikan. Cara yang biasanya digunakan
yaitu: 1) Melakukan pengeringan dan pemupukan kolam, dan 2) Memasang
saringan pada pintu pemasukan air (inlet). Penyebab penyakit dari satu ikan ke
ikan lainnya dapat melalui: 1) Aliran air yang masuk ke kolam; 2) Media tempat
ikan tersebut hidup; 3) Kontak langsung antara ikan yang sakit dan ikan yang
sehat 4) Kontak tidak langsung yaitu melalui peralatan yang terkontaminasi
(selang air, gayung, ember dan sebagainya) dan 5) Agent atau carrier (perantara
atau pembawa). Tindakan untuk mengatasi berbagai antara lain aplikasi obat
langsung ke ikan. Pengobatan ini dapat dilakukan melalui penyuntikan. Tindakan
pengobatan melalui penyuntikan ini hanya efektif jika ikan yang terserang
penyakit jumlahnya sedikit. Bakteri, jamur dan parasit merupakan sumber utama
penyakit pada ikan lele, walaupun demikian masih ada penyakit lain yang belum
diketahui penyebabnya (Tabel 6).
14
Tabel 6. Gejala Klinis pada Ikan Lele yang Terserang Penyakit
Gejala Klinis
Diagnosis
Ikan berenang dengan posisi mulut di atas
Myxobacteria
(menggantung). Ada bintik putih pada kulit dan
sekitar mulut
Permukaan kulit ada semacam benang - benang putih
Saprolegnia
halus (seperti kapas)
Gerakan lemah, tubuh kurus, sering menggosokkan
Trichodina,
badan ke benda–benda keras
Dactylogyrus,
Gyrodactylus
Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilakukan diakhir kegiatan budidaya dengan tujuan untuk
mengetahui kekurangan dari kegiatan budidaya yang telah dilakukan sesuai
dengan perencanaan. Dengan adanya evalusi dapat mengurangi kerugian untuk
siklus selanjutnya. Evaluasi dapat dilakukan melalui pencatatan-pencatatan yang
telah dilakukan selama kegiatan produksi mulai penebaran benih sampai panen.
Pencatatan data benih pada awal penebaran meliputi jenis kolam, ukuran kolam,
ketinggian air pada waktu penebaran benih, data benih, kegiatan harian,
pemberian pakan dan nama petugas yang menangani, secara detail, formulir
catatan untuk penebaran benih disajikan pada tabel berikut:
Tabel 7. Formulir Identifikasi Awal
Kolam dan Sistem
No. Kolam:
Ukuran (p x l x t): .. m x…..m x…..m Tinggi air : ……cm
Data Ikan Lele
Tgl tebar : ....
Sumber : ……..
Jenis : ……….
Strain : ………
Jml tebar : …
Jantan : ……….
Betina : ………
Ukuran : …….
Berat total: …………………….
Berat/ekor : …………………………….
Kegiatan Rutin
Pemeriksaan kolam
Per ……. Hari
Pemeriksaan kualitas air
Per ……. Hari
Pemupukan
Per ……. Bulan
Perlakuan pemberian pakan
Pemberian pakan
Pagi dan sore
Jenis pakan yang diberikan
1…. 2….. 3…..
Start awal jumlah pemberian pakan per hari
Pelet………… kg
Perlakuan khusus lainnya : …………………………………………………
Petugas harian :
Selain itu dilakukan pula pencatatan harian, mencatat semua kegiatan yang
berhubungan dengan pembesaran ikan lele sangkuriang di kolam setiap hari.
Untuk memudahkan petugas lapangan dalam pencatatan, perlu disediakan
formulir kosong. Setelah diisi, formulir ini disimpan sebagai data historis.
Formulir ini mencatat pemberian pakan harian dan mortalitasm catatan pergantian
air dan kondisi ikan serta formulir sampling.
15
Tabel 8. Formulir Catatan Pakan dan Mortalitas Harian
No. Kolam :
Bulan : …………………………….
Tgl
Jam
dari tgl …….. s/d ………
Jumlah pemberian
Mortalitas
pakan
Paraf
07.00-08.00
12.00-13.00
17.00-18.00
07.00-08.00
12.00-13.00
17.00-18.00
07.00-08.00
12.00-13.00
17.00-18.00
07.00-08.00
12.00-13.00
17.00-18.00
07.00-08.00
12.00-13.00
17.00-18.00
Diisi dengan tanda √ jika pemberian pakan sama dengan standar acuan
Catatan :
Kode penyebab kematian
1. Mati dengan mata rusak
2. Mati terlihat bekas luka
3. Mati karena keracunan
4. Mati tidak diketahui penyebabnya
Tabel 9. Formulir Catatan Pergantian Air dan Kondisi Ikan
No. Kolam :
Bulan : …………………………….
Tgl
Jam
Asal Air
Catatan :
Kondisi ikan
1. Sehat dan lincah
2. Kondisi kurang gesit
3. Berenang ke atas
4. Ada yang mati
dari tgl …….. s/d ………
Jumlah air yang
Kondisi ikan
diganti
Paraf
16
Tabel 10. Formulir Sampling
Tgl
No. Kolam :
Bulan : …………………………….
tgl ……..
Jumlah ikan
Bobot ikan
Biomassa ikan
Paraf
Diisi dengan angka
Catatan :
Kondisi ikan
1. Sehat dan lincah
2. Kondisi kurang gesit
3. Berenang ke atas
4. Ada yang mati
ANALISIS USAHA
Asumsi-Asumsi
Asumsi atau pendugaan dilakukan untuk melakukan suatu analisa atau
permisalan dari suatu kondisi usaha serta untuk menduga ketercapaian target serta
proses dari suatu unit usaha.
Tabel 11. Asumsi Analisis Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Komponen
Luas lahan usaha
Ukuran kolam
Jumlah kolam
Padat penebaran
Jumlah benih per kolam
Rerata ukuran benih awal
Rerata bobot benih awal
SR lele sangkuriang
FCR lele sangkuriang
Harga benih
Harga panen
Ukuran panen
Target produksi
Lama pemeliharaan
Keterangan
Lahan sewa seluas 700 m2
10 m x 5 m x 1.2 m
50 unit
500 ekor/m2
25.000 ekor benih
5-7 cm
3-5 gram
90%
1:1.2
Rp. 200 (ukuran 5-7 cm)
Rp. 15.000/Kg
8 ekor/Kg (125 gr/ekor)
142.625 Kg
2 bulan (5 siklus dalan setahun)
17
Pembiayaan
Pembiayaan atau arus pengeluaran (outflow) merupakan biaya yang
dikeluarkan untuk membiayai kegiatan yang dilakukan pada usaha atau bisnis
yang dijalankan. Pada usaha pembesaran lele sangkuriang, arus pengeluaran
(outflow) terdiri dari pengeluaran untuk biaya investasi dan biaya operasional
(biaya tetap dan biaya variabel). Analisis biaya atau pengeluaran (outflow)
mencerminkan pengeluaran yang akan terjadi selama umur proyek.
Biaya Investasi dan Penyusutan
Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal tahun proyek
atau awal siklus dan pada saat tertentu untuk memperoleh manfaat beberapa tahun
(siklus) kemudian. Biaya tersebut dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan sarana
dan prasarana yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ikan lele sangkuriang.
Penyusutan atau depresiasi adalah pengalokasian harga perolehan dari suatu
aktiva tetap karena adanya penurunan nilai aktiva tetap tersebut. Biaya investasi
dan penyusutan usaha pembesaran lele sangkuriang per tahun dapat dilihat pada
Tabel 12 dibawah ini.
Penyusutan = Harga Perolehan-Nilai Sisa
Umur Ekonomis
Tabel 12. Uraian Biaya Investasi Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang.
No
Uraian
Jumlah
Satuan
1
555
m2
2
Bangunan
Semi
Permanen
Kolam Terpal
Harga
Barang
250.000
138.750.000
35.000.000
Umur
Ekonomis
120
50
unit
1.500.000
75.000.000
7.500.000
36
3
Pompa Utama
1
4
3
6
Pompa Air
Tandon
Tandon
Terpal
Tandon Air
buah
4.000.000
4.000.000
400.000
60
720.000
unit
2.700.000
8.100.000
810.000
36
2.430.000
10
unit
1.500.000
15.000.000
1.500.000
36
4.500.000
7
Ember Sortir
2
unit
1.200.000
2.400.000
240.000
60
432.000
15
unit
30.000
450.000
0
12
450.000
8
Drum Plastik
10
unit
200.000
2.000.000
200.000
36
600.000
9
Selang Air
20
meter
15.000
300.000
0
12
300.000
10
Instalasi Pipa
1
11
Ember Pakan
10
set
15.000.000
15.000.000
0
36
5.000.000
unit
15.000
150.000
0
12
150.000
12
Golok
2
unit
50.000
100.000
0
12
100.000
13
Palu
2
unit
30.000
60.000
0
12
60.000
14
15
Cangkul
2
unit
75.000
150.000
0
12
150.000
Gayung
10
unit
10.000
100.000
0
12
100.000
16
Tang
2
unit
30.000
60.000
0
12
60.000
17
Timbangan
1
unit
350.000
350.000
0
12
350.000
18
Jaring
20
meter
20.000
400.000
0
12
400.000
19
Meteran
1
unit
50.000
50.000
0
12
50.000
20
Televisi
1
unit
800.000
800.000
160.000
60
128.000
21
Meja Kerja +
Kursi
3
set
300.000
900.000
180.000
60
144.000
5
Total Harga
Nilai Sisa
Penyusutan
per Tahun
10.375.000
22.500.000
18
Lanjutan Tabel 12. Uraian Biaya Investasi Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang
No
Uraian
Jumlah
Satuan
22
Kompor Gas
1
unit
Harga
Barang
150.000
23
1
set
24
Tabung +
Regulator
Kulkas
1
25
Alat Makan
1
26
Alat Masak
27
Mobil Pick
Up
Total Harga
Nilai Sisa
150.000
0
Umur
Ekonomis
12
Penyusutan
per Tahun
150.000
550.000
550.000
0
12
550.000
unit
1.200.000
1.200.000
240.000
60
192.000
set
200.000
200.000
0
12
200.000
1
set
300.000
300.000
0
12
300.000
1
unit
100.000.000
100.000.000
30.000.000
120
7.000.000
Total
366,520,000.00
76,230,000
57,391,000
Biaya Operasional
Biaya operasional adalah biaya keseluruhan yang berhubungan dengan
kegiatan operasional dari usaha ikan lele sangkuriang. Biaya tersebut dikeluarkan
secara berkala selama usaha tersebut berjalan yang terdiri dari biaya tetap dan
biaya variabel.
Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang harus dikeluarkan yang jumlahnya tidak
terpengaruh oleh jumlah produksi atau penjualan hasil produksi. Biaya tetap yang
dikeluarkan pada usaha pembesaran lele sangkuriang dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Biaya Tetap Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang 1 Tahun.
No
Uraian
Jumlah
Satuan
Harga Satuan
Total Harga
1
Sewa Tempat
1
tahun
15,000,000
15,000,000
2
3
Listrik
Gaji karyawan
Manager
Karyawan
Tunjangan Hari Raya
Ransum karyawan
Alat Tulis
Perawatan pompa air
Perawatan instalasi listrik
Perawatan kulkas
Perawatan TV
Biaya lain-lain
(komunikasi dll)
Penyusutan
12
bulan
250,000
3,000,000
2
8
1
12
12
2
1
1
1
Orang
Orang
Kali
bulan
bulan
kali
kali
kali
kali
2,700,000
1,500,000
4,200,000
13,200,000
150,000
100,000
100,000
100,000
100,000
64,800,000
144,000,000
4,200,000
158,400,000
1,800,000
200,000
100,000
100,000
100,000
12
bulan
200,000
2,400,000
1
tahun
57,391,000
57,391,000
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Total
451,491,000
Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang harus dikeluarkan seiring dengan
perubahan produksi, bertambah ataupun berkurangnya volume produksi. Biaya
variabel akan mengalami perubahan jika volume produksi berubah. Biaya variabel
yang dikeluarkan untuk usaha pembesaran lele sangkuriang dapat dilihat pada
Tabel 14.
19
Tabel 14. Biaya Variabel Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang 1 Tahun.
No
Uraian
1
Benih Ikan Lele
2
Pupuk
4
Obat-obatan
5
Pakan
6
Harga
Satuan
Harga/Satuan per
siklus produksi
Total Harga
per tahun
ekor
200
250,000,000
1,250,000,000
Kg
1,500
3,750,000
18,750,000
paket
150,000
150,000
750,000
Jumlah
Satuan
1,250,000
2,500
1
Pelet L1
30,000
Kg
16,000
480,000,000
2,400,000,000
Pelet L2
35,000
Kg
8,500
297,500,000
1,487,500,000
Pelet L3
35,000
Kg
7,500
262,500,000
1,312,500,000
Pelet Tenggelam
68,000
Kg
5,500
374,000,000
1,870,000,000
100,000
100,000
500,000
1,668,000,000
8,340,000,000
Probiotik
1
paket
Total
Penerimaan
Penerimaan (Inflow) merupakan merupakan hasil perkalian antara kuantitas
produksi yang dihasilkan dengan harga jual yang ditetapkan pada suatu siklus.
Pada usaha pembesaran ikan lele sangkuriang, satu kali produksi atau satu siklus
adalah 2 bulan, sehingga dalam 1 tahun sebanyak 5 siklus dikarenakan diperlukan
evaluasi dan monitoring kondisi usaha (perawatan dan pengecekan kolam,
evaluasi pegawai, pelatihan tambahan, antisipasi kondisi yang tidak diinginkan).
Penerimaan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang dalam 1 tahun berasal dari
siklus 1 sampai siklus 5. Padat tebar pembesaran adalah 500 ekor/m2 sehingga
pada 1 kolam berukuran 10 m x 5 meter ditebar benih sebanyak 25.000 ekor.
Total benih yang ditebar adalah 50 kolam x 25.000 benih = 1.250.000 benih.
Penentuan target produksi ikan Lele sangkuriang pada adalah sebagai berikut:
Diketahui :
a. Jumlah Benih
= 1.250.000 ekor
b. SR (Survival Rate) = 90 persen
c. Jumlah per 1 Kg = 8 ekor
Target Produksi
=
=
=
Jumlah Benih x SR
8 ekor per 1 Kg lele konsumsi
1.250.000 x 90%
8 ekor
140.625 Kg/siklus
Pada setiap siklus didapatkan penerimaan sebanyak 140.625 Kg x Penjualan
Rp 15.000/Kg = Rp 2.109.375.000. Total penerimaan usaha pembesaran ikan lele
sangkuriang selama 1 tahun dapat dilihat pada Tabel 15.
20
Tabel 15. Penerimaan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang per Tahun
Siklus
1
2
3
4
5
Jumlah Ikan Lele Konsumsi (Kg)
140.625
140.625
140.625
140.625
140.625
Penerimaan: Hasil Panen =
Harga Jual =
Penjualan =
=
=
Pajak UMKM (0,5%) =
Penerimaan =
=
=
Harga Lele (Rp)
Penerimaan (Rp)
15.000
15.000
15.000
15.000
15.000
Jumlah (Rp)
2.109.375.000
2.109.375.000
2.109.375.000
2.109.375.000
2.109.375.000
10.546.875.000
703.125 Kg
Rp 15.000/ Kg
Hasil Panen x Harga Jual
703.125 kg x Rp 15.000
Rp 10.546.875.000
Rp 52.734.375
Penjualan - Pajak
Rp 10.546.875.000 – Rp 52.734.375
Rp 10.494.140.625
Nilai Sisa (Salvage Value)
Nilai sisa adalah semua biaya modal yang tidak habis digunakan selama umur
usaha. Nilai sisa yang terdapat hingga akhir umur usaha dapat ditambahkan
sebagai manfaat usaha. Tidak semua komponen investasi masih memiliki nilai
sisa. Nilai sisa usaha pada pembesaran ikan lele sangkuriang ini adalah sebesar Rp
76.230.000 (Tabel 12).
Analisis Keuntungan (Laba Rugi)
Analisis laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan usaha
dalam kurun waktu tertentu. Komponen laba rugi terdiri dari penerimaan, biaya
operasional, biaya penyusutan, dan biaya lain diluar usaha serta pajak penghasilan
usaha. Analisis keuntungan pembenihan ikan lele sangkuriang ini meliputi jumlah
biaya produksi, jumlah keuntungan, Break Event Point (BEP), R/C Ratio,
Payback Period, dan Harga Pokok Produksi (HPP).
Tabel 16. Hasil Analisa Keuntungan
Keuntungan Bersih
Harga Pokok Produksi (HPP)
Laba per Kilogram
Tingkat Keuntungan (Profit Rate)
Imbangan Penerimaan Biaya (R/C ration)
Break Even Point Produksi (BEP) (Kg)
Break Even Point Harga (BEP) (Rp)
Jangka waktu pengembalian modal (PP)
hasil analisa
hasil analisa
hasil analisa
hasil analisa
hasil analisa
hasil analisa
hasil analisa
hasil analisa
Rp 1.702.649.625
Rp. 12.503
Rp. 2.496
16.22 %
1.19
143.848
Rp. 2.157.720.370
0,22 tahun
21
Jumlah Biaya Produksi
Biaya produksi atau biaya total merupakan jumlah pengeluaran dari biaya
tetap dan biaya variabel pembenihan ikan lele sangkuriang.
Total Biaya = Biaya Tetap + Biaya Variabel
= Rp 451.491.000 + Rp 8.340.000.000
= Rp 8.791.491.000
Jumlah Keuntungan
Jumlah keuntungan adalah keuntungan bersih yang didapatkan oleh
perusahaan pembenihan ikan lele sangkuriang setelah penerimaan dikurangi biaya
produksi.
Keuntungan = Penerimaan – Total Biaya
= Rp 10.494.140.625 - Rp 8.791.491.000
= Rp 1.702.649.625
Break Event Point (BEP)
Break Event Point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi
perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total
biaya). BEP sangat penting dalam membuat usaha agar tidak mengalami kerugian,
baik itu usaha jasa maupun manufaktur, manfaat BEP adalah
a. Alat perencanaan untuk hasilkan laba
b. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta
hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat
penjualan yang bersangkutan.
c. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan
d. Mengganti sistem laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan
dimengerti.
BEP (Rp) =
Rp 451.491.000
1 – (Rp 8.340.000.000 / Rp 10.546.875.000)
= Rp. 2.157.720.370
Jadi, pendapatan akan memiliki titik impas (tidak untung atau rugi) apabila
penjualan yang dilakukan sebesar Rp. 2.157.720.370
22
BEP (unit) =
Rp 451.491.000
RP 15.000 – (Rp 8.340.000.000 / 703.125)
= 143.848 Kg
Jadi, pendapatan akan memiliki titik impas (tidak untung atau rugi) apabila
penjualan sebanyak 143.848 Kg.
R/C Ratio
Merupakan perimbangan biaya produksi dengan penerimaan dan merupakan
analisa yang digunakan untuk mengetahui penerimaan dari suatu biaya produksi
yang dikeluarkan dalam suatu usaha. Adapun R/C Ratio yang didapat adalah
sebagai berikut:
R/C = Rp 10.494.140.625
Rp 8.791.491.000
= 1.19
Jadi, setiap Rp 1 biaya produksi akan memperoleh penerimaan sebesar Rp
1.19. Karena R/C ratio > 1, maka usaha budidaya ikan Lele sangkuriang layak
untuk dikembangkan. Adapun lama pengembalian modal investasi, diukur dengan
Payback Period (PP).
Payback Period
Payback period (PP) merupakan perhitungan analisis usaha pada ikan lele
sangkuriang untuk mengetahui masa kembali modal yang dikeluarkan pada biaya
investasi.
Investasi awal
PP =
Keuntungan bersih
Rp 366.520.000.000
=
Rp 1.702.649.625
= 0,22 Tahun
Jadi, modal usaha akan kembali pada 0,21 tahun setelah masa produksi
dimulai.
Harga Pokok Produksi (HPP)
HPP adalah perhitungan harga pokok penjualan ikan lele sangkuriang yang
seharusnya agar tidak merugi.
HPP = Rp 8.791.491.000
703.125 KG
= Rp 12.503/Kg
23
Laba per Kg
=
=
=
Harga Jual – (HPP + Biaya pemasaran)
Rp. 15.000,00 – (Rp. 12.503+ 0)
Rp. 2.496
PENUTUP
Usaha pembesaran ikan lele sangkuriang pada kolam terpal mempunyai
prospek yang sangat baik, namun pengelolaannya harus diiringi dengan aplikasi
manajemem yang baik sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Kedisiplinan terhadap semua yang telah direncanakan dan standar prosedur yang
telah dibuat menjadi hal yang sangat penting untuk kelancaran operasional selama
kegiatan dan evaluasi kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA
[DPP] Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2010. Buku Data
Perikanan Tahun 2009. Bogor: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Bogor.
[DPP] Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2011. Buku data
Perikanan Tahun 2010. Bogor: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Bogor.
Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat. 2009. Ikan Lele menjadi Komoditas
Utama. http://www.dkp.go.id. Diakses 20 Juni 2014.Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Bogor. 2010. Data Potensi Peternakan dan Perikanan.
Dinas Peternakan dan Perikanan. Bogor.
Hendriana A. 2010. Pembesaran Lele di Kolam Terpal. Jakarta. Penebar Swadaya.
Nasrudin. 2010. Juru Sukses Beternak Lele Sangkuriang. Bogor: PT AgroMedia
Pustaka.
Prasetya WB. 2011. Bisnis Benih Lele Untung 200%. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sunarma A. 2004. Peningkatan Produktivitas Usaha Lele Sangkuriang (Clarias
sp.). Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya. BBPBAT Sukabumi
Waluyani, 2012. Konsumsi Ikan di Dunia Terus Meningkat. http://food.detik.com.
Diakses pada tanggal 20 Juni 2014.
24
LAMPIRAN
25
Lampiran 1. Layout Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang
Pintu Masuk
Sungai
Jalan Raya
Keterngan:
A : Tempat Pasca Panen (Sortir, dll)
B : Kantor
C : Gudang Pakan dan Peralatan
D : Mess Karyawan dan dapur
E : Kolam Utama
F : Tandon Air Kolam m2
G : Pos Keamanan
26
Lampiran 2. Pola Tanam Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang
Keterangan:
*Skema pola tanam dalam satu siklus pembesaran ikan lele (setahun terdapat 5 siklus)
*Untuk tahun selanjutnya skema pola tanam akan berkelanjutan (kembali pada pola awal)
Download