USAHA PEMBESARAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias sp.) DI KOLAM TERPAL Disusun Oleh: ASEP AKMAL AONULLAH WILDAN NURUSSALAM C151130341 C151130061 ILMU AKUAKULTUR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.) ini dapat disusun. Kami mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Enang Harris, Dr. Ir. Tatag Budiardi, M.Si, Ir. Yani Hadiroseyani, MM, dan Ir. Iis Diatin, MM selaku dosen pengampu Mata Kuliah Manajemen Produksi Akuakultur yang telah membimbing dan mengarahkan penyusunan makalah ini hingga tuntas. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik membangun dari semua pihak. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi para pembaca. Bogor, Juni 2014 Penulis ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penulisan Metode 2 PROSES PRODUKSI Sistem Produksi Input Produksi Lokasi Usaha Fasilitas Pembesaran Lele Sangkuriang Proses Produksi Persiapan kolam Penebaran benih lele sangkuriang Pemeliharaan lele sangkuriang Pemanenan lele sangkuriang Output Produksi Kapasitas Produksi Manajemen Persediaan Manajemen Sumber Daya Manusia Organisasi Ketenagakerjaan Kepemimpinan 3 PENGENDALIAN PROSES PRODUKSI Pengendalian Pasar Monitoring Hama dan penyakit Evaluasi 4 ANALISIS USAHA Asumsi-Asumsi Pembiayaan Biaya Investasi dan Penyusutan Biaya Operasional Biaya tetap Biaya variabel Penerimaan Nilai Sisa (Salvage value) Analisis Keuntungan (Laba Rugi) Jumlah Biaya Produksi Jumlah Keuntungan iii ii iii v v v 1 1 3 3 4 4 4 4 4 6 6 6 7 8 8 8 9 9 9 10 10 12 12 13 13 14 16 16 17 17 18 18 18 19 20 20 21 21 DAFTAR ISI (Lanjutan) Break Event Point (BEP) R/C Ratio Payback Period Harga Pokok Produksi (HPP) PENUTUP DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iv 21 22 22 22 23 23 24 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Proses usaha pembesaran ikan lele sangkuriang 2. Struktur organisasi pembesaran ikan lele sangkuriang 6 9 DAFTAR TABEL Halaman 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Produksi Perikanan Budidaya Air Tawar Berdasarkan Kota dan Kabupaten di Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 Perkembangan Produksi Ikan Konsumsi di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2009 Kebutuhan Pakan untuk Satu Kolam Jadwal Kegiatan satu kolam dalam satu siklus Kualifikasi dan spesifikasi tenaga kerja Gejala Klinis pada Ikan Lele yang Terserang Penyakit Formulir Identifikasi Awal 1 2 7 8 11 14 14 Formulir Catatan Pakan dan Mortalitas Harian 9. Formulir Catatan Pergantian Air dan Kondisi Ikan 10. Formulir Sampling 11. Asumsi Analisis Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang 15 15 16 16 12. 13. 14. 15. 16. 17 18 19 20 20 Uraian Biaya Investasi Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Biaya Tetap Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang 1 Tahun Biaya Variabel Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang 1 Tahun Penerimaan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang per Tahun Hasil Analisa Keuntungan DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. 2. Layout Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Pola Tanam Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang v 25 26 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permintaan global terhadap ikan dan produk perikanan lainnya dalam sepuluh tahun terakhir meningkat karena terjadinya perubahan kecenderungan konsumsi dunia dari protein hewani ke protein ikan. Komoditi perikanan merupakan komoditi ekspor dimana kebutuhan ikan dunia meningkat rata-rata 5 persen per tahun. Berdasarkan data FAO, konsumsi ikan di dunia telah mencapai rekor tertinggi. Rata-rata setiap orang memakan 17 kg ikan setiap harinya. Sektor perikanan telah mensuplai sekitar 145 ton tahun 2009, memberikan sekitar 15% asupan protein hewani untuk seluruh populasi masyarakat di dunia (Waluyani 2012). Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memasok sekitar 30 persen produksi ikan yang ada di Indonesia. Produksi ikan di Jawa Barat masih didominasi oleh sektor budidaya air tawar yang mencapai 620.000 ton, sedangkan sisanya dari ikan tangkapan perairan umum maupun laut (Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat, 2008). Beberapa jenis ikan air tawar yang dibudidayakan di Provinsi Jawa Barat diantaranya adalah ikan nila, mas, lele, patin, dan gurame. Pada Tabel 1 memperlihatkan produksi budidaya air tawar berdasarkan kota dan kabupaten di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2009. Tabel 1. Produksi Perikanan Budidaya Air Tawar Berdasarkan Kota dan Kabupaten di Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 Produksi (ton) No Kabupaten/Kota Nila Mas Lele Patin Gurame 1 Kab. Cianjur 20.600 34.362 248 1.319 2.884 2 Kota Tasikmalaya 1.771 1.540 566 0 691 3 Kab. Tasikmalaya 4.460 9.215 583 0 509 4 Kota Bogor 559 470 480 485 390 5 Kab. Bogor 1.842 3.859 18.315 585 1.946 6 Kota Cirebon 14 8 34 7 2 7 Kab. Cirebon 245 199 448 45 283 8 Kota Bandung 468 1.260 891 0 0 9 Kab. Bandung Barat 10.635 12.412 394 3.611 189 10 Kab. Purwakarta 23.831 39.745 250 6.617 1 11 Lainnya 22.714 26.230 25.834 247 6.126 Sumber: Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat, 2010 Tabel 1 menunjukkan bahwa setiap kota dan kabupaten di Jawa Barat menghasilkan produksi ikan yang berbeda-beda. Kota Tasikmaya, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Purwakarta yang merupakan sentra produksi ikan nila yang mencapai 1.771 ton sampai 23.831 ton per tahunnya. Komoditi ikan mas dihasilkan oleh Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Purwakarta, untuk sentra produksi ikan lele yang mencapai 18.315 ton pertahunnya dihasilkan oleh Kabupaten Bogor. Untuk ikan patin mayoritas dihasilkan oleh Kabupaten Bandung, Kabupaten Purwakarta. Sedangkan untuk 2 sentra gurame di Jawa Barat adalah Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor. Kota Bogor dan Kabupaten Bogor mempunyai produksi yang cukup merata untuk setiap komoditi yang dihasilkan. Kota Bogor merupakan salah satu daerah penghasil ikan air tawar yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Hasil perikanan budidaya air tawar yang banyak diusahakan oleh masyarakat Kota Bogor adalah ikan lele. Menurut data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Perikanan Jawa Barat (2009), produksi ikan lele Kota Bogor mencapai 470.37 ton untuk ikan lele ukuran konsumsi, sedangkan untuk benih ikan lele mencapai 100.000.000 ekor. Selain itu, produksi ikan lele di Kabupaten Bogor dari tahun 2008-2009 terus mengalami peningkatan hingga 87.37%. Akan tetapi kebutuhan akan ikan konsumsi di Kabupaten Bogor belum sepenuhya terpenuhi sehingga harus di datangkan dari daerah lain seperti Cianjur, Bandung, Sukabumi, Tasikmalaya dan sebagian daerah Jawa Tengah. Perkembangan produksi ikan konsumsi di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2009 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Produksi Ikan Konsumsi di Kabupaten Bogor Tahun 2008-2009 Produksi (Ton) Perubahan No Jenis Ikan (%) 2008 2009 1. Lele 9.774,80 18.315,02 87.37 2. Mas 8.124,35 3.859,62 -54.49 3. Gurame 1.854,82 1.946,43 4.94 4. Nila 3.494,96 1.842,17 -47.29 5. Bawal 904.91 2.026,14 123.91 6. Patin 571.76 584.84 2.29 7. Tawes 278.80 75.76 -72.83 8. Tambakan 48.50 33.67 -30.58 9. Mujair 29.21 31.68 8.46 10. Nilem 8.23 2.10 -74.46 11. Lain-lain 26.95 25.30 -6.14 Total 25.087,29 28.742,72 14.57 Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2010. Perkembangan konsumsi ikan akan mendorong peningkatan produksi lele sebagai ikan konsumsi pada masa mendatang dan diperkirakan akan terus mengalami perkembangan seiring dengan bertambahnya penduduk, perkembangan kesejahteraan dan kesadaran masyarakat akan arti penting nilai gizi produk perikanan bagi kesehatan dan kecerdasan otak. Menurut Prasetya (2011), permintaan akan ikan lele di wilayah Bogor mencapai 30 ton per hari. Hal tersebut membuat pengusaha budidaya ikan lele dapat memiliki pasar yang prospektif. Hal ini mengindikasikan bahwa Kota Bogor memiliki potensi untuk mengembangkan usaha budidaya ikan lele. Salah satu jenis ikan lele yang banyak dibudidayakan pembudidaya ikan lele adalah ikan lele Sangkuriang (Clarias sp). Kelebihan lele Sangkuriang yaitu produksi tinggi karena panen lebih cepat, kemampuan bertelur dan daya tetas yang tinggi, lebih tahan penyakit, teknik pemeliharaan lebih mudah karena dapat bertahan hidup dalam kondisi air yang minimum dan benih mudah di peroleh. Selain itu, ikan ini juga dapat dipijahkan sepanjang tahun, tumbuh lebih cepat, 3 dapat hidup pada lingkungan yang kotor dan sedikit oksigen, dan dapat mencapai ukuran yang lebih besar, dan dapat diberikan pakan tambahan bermacam-macam (Nasrudin 2010). Keunggulan lainnya antara lain memiliki FCR (food conversion ratio) 1:1 yang artinya, satu kilogram pakan yang diberikan kepada Ikan lele menghasilkan satu kilogram daging. Ikan lele yang bergerak sangat lincah menyebabkan korelasi positif dengan rasa dagingnya. Membuat dagingnya terasa lebih enak dan gurih karena lemak yang terkandung dalam ikan lele lebih sedikit. Selain itu, ikan lele dalam pertumbuhannya lebih cepat, dan lebih tahan terhadap penyakit dengan survival rate ikan lele dapat mencapai 90 persen. Oleh karena itu, budidaya ikan lele jenis Sangkuriang sangat efisien dan memiliki prospek pasar yang cukup baik dilihat dari kelebihan ikan lele jenis lain (Sunarma, 2004). Dalam menjalankan usaha pembesaran lele, sekarang ini tidak hanya dilakukan dalam skala besar dengan lahan yang luas, namun dengan pemanfatan lahan sempit dan modal yang relatif terjangkau juga dapat menjalankan usaha pembesaran lele sangkuriang. Penggunaan kolam terpal sebagai tempat wadah atau media budidaya pembesaran lele sangkuriang merupakan solusi dari penggunaan lahan sempit. Proses pembuatannya relatif cepat, kemudahan dalam pembuatannya, dan minimnya modal untuk membuat kolam terpal. Kolam terpal sangat fleksibel sehingga mudah di bongkar pasang dan disesuaikan dengan ukurannya (Hendriana 2010). Semakin berkembangnya budidaya lele dan kebutuhannya yang semakin meningkat setiap tahunnya, maka diperlukan pengelolaan sistem produksi secara intensif dalam kegiatan budidaya udang mulai dari pemanfaatan lahan, pengembangan teknologi dalam kegiatan budidaya, manajemen produksi, manajemen SDM, monitoring dan evaluasi serta analisis usaha yang tepat agar memperoleh hasil (profit) yang maksimal, ramah lingkungan serta produksi yang berkelanjutan. Tujuan Tujuan dari usaha budidaya lele Sangkuriang (Clarias sp.) sistem kolam terpal adalah untuk memproduksi lele sangkuriang ukuran konsumsi (8 ekor/Kg) dengan target produksi 703.125 Kg/tahun dalam lingkungan yang terkendali, yaitu pada sistem kolam terpal, yang dilakukan pada skala intensif, dengan berorientasi ekonomi, berkelanjutan serta berwawasan lingkungan. Metode Metode yang digunakan untuk mendapatkan data pada makalah ini adalah melalui studi pustaka (buku dan internet), serta pengalaman yang pernah dilakukan di lapangan. 4 PROSES PRODUKSI Sistem Produksi Sistem produksi dalam usaha pembesaran lele ini mencakup tiga unsur yaitu input, proses dan output produksi. Input produksi meliputi lokasi usaha dan fasilitas yang akan digunakan pada pembesaran ikan lele. Proses produksi meliputi persiapan wadah budidaya, penebaran benih, pemeliharaan dan pemanenan. Output produksi meliputi kapasitas produksi yang akan dihasilkan dari kegiatan pembesaran budidaya. Input Produksi Lokasi Usaha Lahan yang digunakan merupakan lahan sewa di daerah Bogor dengan pertimbangan sumber pasokan air yang memadai, dekat dengan pasar, dan akses fasilitas sarana dan prasarana umum yang mendukung. Fasilitas Pembesaran Lele Sangkuriang Pelaksanaan kegiatan produksi yang diterapkan di usaha pembesaran lele sangkuriang menggunakan beberapa sarana dan prasarana produksi. Adapun sarana dan prasarana produksi yang digunakan dalam kegiatan produksi pembesaran lele sangkuriang adalah sebagai berikut: a. Kantor Bangunan kantor digunakan sebagai tempat bekerja manager serta sebagai tempat menerima tamu. Kantor memiliki ukuran 5x5 m dengan umur ekonomis 10 tahun. b. Rumah Karyawan Bangunan rumah karyawan digunakan sebagai tempat tinggal dan tempat istirahat bagi karyawan. Rumah karyawan memiliki ukuran 7m x5 m dengan umur ekonomis selama 10 tahun. c. Tempat Sortir Tempat sortir digunakan untuk menyortir ikan hasil panen sebelum diangkut menuju tempat pembeli. Tempat sortir memiliki ukuran bangunan 10 m x 5 m dengan umur ekonomis 10 tahun. d. Bangunan (Gudang Pakan dan Alat) Bangunan (gudang pakan dan alat) digunakan sebagai tempat penyimpanan pakan dan tempat penyimpanan alat-alat produksi. Ukuran bangunan 10m x 10 m dengan umur ekonomis bangunan (gudang) adalah 10 tahun. e. Lapangan Parkir Lapangan parkir digunakan untuk tempat parkir bagi kendaraan pengangkut ikan ataupun sebagai tempat parkir bagi tamu yang berkunjung ke tempat budidaya 5 f. Kolam Terpal Kolam digunakan untuk pembesaran lele sangkuriang adalah kolam yang terbuat dari terpal. Jumlah kolam 50 unit dengan ukuran 5 m x 10 m x 1 m. Umur ekomonis penggunaan kolam terpal selama 2 tahun. g. Tandon Tandon terbuat dari Terpal yang berfungsi sebagai penampungan air dengan jumlah 10 buah dan berukuran 5 m x 10 m x 1 m, volume 50.000 liter. Umur ekomonis penggunaan tandon selama 2 tahun. h. Pompa Air Pompa air digunakan untuk mengalirkan air dari sumber air ke tendon air dan juga untuk mengalirkan air ke kolam-kolam pemeliharaan. Pompa air yang digunakan dengan merek Grundfos KP Basic 600A sebanyak 3 unit dengan umur ekonomis 5 tahun. i. Ember sortir/panen Ember Sortir digunakan untuk proses penyotiran dan pemanenan. Adapun tujuan penyortiran dilakukan untuk menghindari sifat lele sangkuriang kanibal yang mana lele yang lebih besar memangsa lele yang lebih kecil. Penyortiran juga dilakukan pada saat lele sangkuriang akan panen. Ember sortir yang digunakan sebanyak 15 buah dengan umur ekonomis ember 2 tahun. j. Ember Pakan Ember pakan digunakan untuk wadah pemberian pakan sebanyak 10 buah dengan umur ekonomis 2 tahun. k. Selang Air Selang air digunakan untuk mengisi air apabila kolam baru dibersihkan dan airnya diganti. Selang air disambung dari pipa saluran air yang ada pada mesin pompa air. Selang yang digunakan pada usaha pembesaran lele sangkuriang berdiameter 1,25 inch sebanyak 20 m, dengan umur ekonomis 2 tahun. l. Instalasi Pipa Instalasi pipa digunakan untuk mengalirkan air pada saat pengisian air. Pengisian air dilakukan pada saat sehabis panen ataupun ketika jumlah air yang ada pada kolam pemeliharaan berkurang akibat penguapan atau penyedotan pada saat kualitas air kurang baik. Instalasi pipa memiliki berada pada semua kolam pemeliharaan. Umur ekonomis dari instalasi pipa selama 5 tahun. m. Jaring Panen Jaring panen yang digunakan berukuran 10 m sebanyak 2 buah dengan umur ekonomis 5 tahun. n. Peralatan lain-lain Peralatan lain-lain digunakan pada proses pembuatan kolam meliputi cangkul, palu, golok, tang, meteran dan timbangan. 6 Proses Produksi Pembesaran ikan lele Sangkuriang merupakan kegiatan usaha atau bisnis membesarkan benih ikan lele Sangkuriang mencapai ukuran konsumsi kemudian menjualnya. Waktu yang dibutuhkan untuk pembesaran ikan lele konsumsi ini adalah 2.5 bulan sampai 3 bulan. Ukuran ikan lele konsumsi yakni 8-10 ekor per kilogram. Adapun tahapan pembesaran ikan lele dapat dilihat pada Gambar 1. Persiapan Kolam Penebaran Benih Pemeliharaan Lele Monitoring / Evaluasi Pemanenan Lele Gambar 1. Proses Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Persiapan Kolam Kolam yang digunakan adalah kolam dari terpal yang berukuran 10 m x5 m meter sebanyak 50 kolam, dengan ketinggian 1 meter (Lampiran 1). Sebelum terpal digunakan dalam kolam, terpal dicuci dengan kain atau sikat untuk menghilangkan bau lem atau zat kimia yang dapat mematikan benih ikan. Setelah itu kolam dikeringkan selama satu hari, selanjutnya kolam di isi dengan air setinggi 70 cm. Setelah dilakukan pengisian air, maka selanjutnya adalah pemupukan. Pemupukan ini dilakukan dengan menggunakan kotoran kambing sebanyak 1.5 kilogram per m2. Jadi, untuk 1 kolam pembesaran ukuran kolam 10 m x 5 m dibutuhkan kotoran kambing sebanyak 75 kilogram. Harga kotoran kambing sebesar Rp 2.500,00 per kilogram, sehingga dibutuhkan 2250 kilogram. Pemupukan dengan kotoran kambing tersebut dilakukan dengan cara memasukkan kotoran kambing ke dalam karung, kemudian memasukkannya ke dalam kolam selama delapan hari. Pemupukan ini dilakukan dengan tujuan untuk menumbuhkan plankton. Setelah delapan hari, karung berisi kotoran kambing tersebut di angkat. Pada hari ke-10 benih di tebar ke dalam kolam tersebut. Penambahan pupuk juga dilakukan dengan menambahkan pupuk TSP, ZA, dan UREA. Pupuk ini ditambahkan untuk menumbuhkan mikro-alga. Mikro-alga ditambahkan diawal sebagai starter. Biakan awal dilakukan sendiri untuk mengurangi biaya produksi Penebaran Benih Lele Sangkuriang Benih ikan lele yang di tebar akan menentukan hasil akhir. Benih yang di beli didatangkan dengan media drum plastik berisi air dan media plastik yang di beri oksigen. Sebelum penebaran benih, perlu dilakukan penyesuaian benih-benih terhadap lingkungan yang bertujuan untuk penyesuaian benih terhadap lingkungan kolam. Penyesuaian terhadap lingkungan dilakukan dengan membenamkan atau meletakkan media tempat benih di atas permukaan air pada kolam sambil menambah sedikit demi sedikit air pada media, kemudian setelah beberapa menit benih dapat di tebar pada kolam. Penebaran benih sekitar 500 ekor benih ikan lele per m2. Kolam pembesaran ikan berukuran 10 m x5 m sebanyak 25.000 ekor benih ikan lele berukuran 5-7 7 cm untuk satu kolam. Benih yang di tebar dilakukan seleksi terlebih dahulu agar benih yang di tebar berkualitas. Benih berkualitas biasanya dapat diamati dari fisik dan gerakannya. Fisik benih memiliki tubuh yang seragam dan proposional (ukuran kepala dan tubuh seimbang) tidak cacat, warna tubuh mengkilap, dan sungutnya tidak pucat. Selain itu benih yang berkualitas dicirikan dengan gerakan yang gesit, aktif, tidak berdiri atau menggantung di dalam air. Pemilihan benih yang berkualitas bertujuan agar pertumbuhannya baik, dan tahan terhadap serangan penyakit. Benih lele yang akan di tebar sebaiknya diketahui terlebih dahulu asal asul benihnya untuk mengantisipasi tercampurnya benih dengan jenis lain (bukan lele sangkuriang). Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari. Pemeliharaan Lele Sangkuriang Kegiatan pemeliharan ikan lele meliputi pemberian pakan, pemberian Probiotik, penambahan dan pergantian air. a. Pemberian pakan Pemeliharaan ikan lele mencakup pemberian pakan yang rutin. Pakan yang diberikan pada kegiatan pembesaran ikan lele terdiri atas pelet apung (Pelet L1, Pelet L2, Pelet L3) dan pelet tenggelam. Pelet apung digunakan untuk masa pertumbuhan ikan lele, sedangkan pelet tenggelam digunakan untuk masa pembobotan ikan lele hingga mencapai ikan lele ukuran konsumsi. Satu kolam pembesaran ikan lele dengan benih ikan lele yang di tebar sebanyak 25.000 ekor dibutuhkan pakan sebanyak 170 ton selama proses pembesaran. Tabel 3. Kebutuhan Pakan untuk Satu Kolam Jenis Pakan Waktu pemberian (hari) Jumlah Pakan (kg) Pelet L1 1-7 30.000 Pelet L2 8-21 35.000 Pelet L3 22-42 35.000 Pelet Tenggelam 43-panen 68.000 Pemberian jenis pakan yang digunakan dalam pembesaran lele sangkuriang biasanya dilakukan 4 kali sehari yaitu pagi hari pukul 08.00 WIB, siang pukul 12.00 WIB, dan sore 17.00 WIB dan malam pukul 21.00 WIB. Pemberian pakan jangan terlalu banyak tetapi perlahan-lahan hingga lele terlihat terlihat mulai menjauh dan tidak begitu gesit. Karena dengan pemberian pakan yang langsung banyak mengakibatkan lele tidak mau makan sehingga pakan mengendap di kolam dan menyebabkan timbulnya penyakit dan bau pada kolam terpal. Pemberian pakan pada pagi hari dilakukan setelah matahari menyinari permukaan kolam atau pemberian pakan pada pukul 08.00 WIB. b. Pemberian probiotik Probiotik merupakan mikroba hidup yang menguntungkan karena mampu menciptakan kondisi yang optimum bagi kecernaan pakan dan meningkatkan efisiensi konversi pakan sehingga dapat mempermudah proses penyerapan nutrient, meningkatkan kesehatan serta mempercepat proses pertumbuhan. Proses pemberian probiotik dapat dilakukan baik melalui pakan, media air maupun pakan alami. 8 c. Penambahan dan Pergantian Air Penambahan air dilakukan bila air dalam kolam terpal berkurang karena proses penguapan maka air ditambahkan hingga tinggi air kembali pada posisi normal. Penambahan air dilakukan dari tinggi air 30 cm hingga menjadi 80 cm. secara bertahap setiap bulannya (dalam sebulan air perlu di tambah 15-20 cm). Pergantian air dilakukan saat air mulai tampak kotor (hal ini ditandai dengan ikan mulai menggantung). Penggantian air sampai umur 2 bulan biasanya dilakukan 2 kali. Kemudian di bulan ketiga dilakukan 2 minggu sekali (hal ini dilakukan karena pada bulan ketiga pemberian makan semakin banyak dan populasi ikan semakin padat). Pergantian air dengan cara membuka saluran pengeluaran (paralon) hingga air tinggal sedikit. Pada saat pergantian air biasanya dilakukan penyortiran dengan memisahkan ikan yang pertumbuhan sangat cepat. Bila setelah pergantian air dilakukan beberapa hari kemudian air kelihatan coklat dan berbau anyir maka perlu dilakukan penambahan dan pengurangan air (sirkulasi air masuk dan keluar). . Pemanenan Lele Sangkuriang Pemanenan dilakukan pada ikan lele sampai berumur 2 bulan semenjak benih ikan lele dimasukkan dalam kolam pembesaran. Panen ikan lele di kolam terpal dapat dilakukan dengan cara panen sortir atau dengan panen sekaligus (semua). Panen sortir adalah dengan memilih ikan yang sudah layak untuk dikonsumsi (dipasarkan) biasanya ukuran 5 sampai 10 ekor per kg atau sesuai dengan keinginan pasar, kemudian ukuran yang kecil di pelihara kembali. Panen sekaligus biasanya dengan menambah umur ikan agar ikan dapat di panen semua dengan ukuran yang sesuai keinginan pasar. Jadwal kegiatan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang dapat dilihat pada Tabel 4, sedangkan pola tanam per siklusnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel 4. Jadwal kegiatan satu kolam dalam satu siklus Minggu keNo. Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Persiapan wadah 2 Penebaran benih 3 Pemeliharaan 4 Panen Output Produksi Kapasitas Produksi Kapasitas produksi dalam pembesaran lele sangkuriang dengan ukuran kolam terpal 10 m x 5 m x1 m. Padat tebar pembesaran adalah 500 ekor/m2 sehingga pada 1 kolam di tebar benih sebanyak 25.000 ekor. Total benih yang di tebar adalah 50 kolam x 25.000 benih = 1.250.000 benih. Panen dilakukan setelah berumur 2 bulan persiklus sehingga dalam setahun dapat dilakukan lima siklus karena diperlukan evaluasi dan monitoring kondisi usaha (perawatan dan pengecekan kolam, evaluasi pegawai, pelatihan tambahan, antisipasi kondisi yang tidak diinginkan). Penentuan target produksi lele sangkuriang adalah sebagai berikut: 9 a. Jumlah Benih: 1.250.000 ekor b. SR (Survival Rate): 90 persen c. Jumlah untuk setiap 1 kilogram lele konsumsi adalah 8 ekor Target Produksi = = Jumlah Benih x SR 8 ekor untuk setiap 1 kilogram lele konsumsi 1.250.000 x 90% 8 ekor 140.625 Kg = Setiap siklus didapatkan produksi sebanyak 140.625 kg sehingga untuk setahun dapat diperoleh sebanyak 703.125 kg. Manajemen Persediaan Dalam usaha budidaya lele, ketersediaan benih dan pakan merupakan faktor utama dalam keberlanjutan usaha. Kegiatan pembesaran ini memerlukan dua gedung, satu gedung semi permanen ukuran 10 m x 10 m yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan pakan kapasitas 150 sak per bulan dan gudang peralatan serta obat-obatan yang dipisakkan dengan sekat masing-masing 2 meter. Pembenihan lele telah banyak dilakukan oleh masyarakat sehingga sangat mudah untuk mendapatkan benih. Benih di jual seharga Rp 200,00 per ekor. Di daerah bogor benih dapat langsung di antar ke tempat budidaya. Sedangkan untuk ketersediaan pakan dapat di peroleh di distributor pakan dan banyak tersedia di daerah bogor. Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumberdaya manusia merupakan salah satu komponen penting dalam suatu proses usaha atau kegiatan. Dimana manajemen SDM yang baik dapat membantu optimalisasi dan kelancaran suatu proses produksi. Aspek-aspek yang diperhatikan dalam pengelolaan SDM diantaranya adalah struktur organisasi, ketenaga kerjaan serta kepemimpinan. Organisasi Struktur organisasi pada kegiatan pembesaran lele dalam kolam terpal adalah seperti pada Gambar 2. Pemilik Manajer Logistik Teknisi Keamanan Gambar 2. Struktur organisasi pembesaran ikan lele sangkuriang 10 Usaha pembesaran lele sangkuriang tergolong kedalam usaha kolam rakyat sehingga pengelolaan organisasinya tergolong sederhana yaitu terdiri manajer, petugas keamana karyawan. Tenaga Kerja Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan budidaya pembesaran ikan lele ini relatif tidak terlalu banyak. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan relatif banyak hanya pada saat pembangunan kolam beserta fasilitas pendukungnya serta pemanenan. Tenaga kerja untuk kegiatan budidaya ini dalam operasionalnya hanya membutuhkan enam orang pekerja untuk satu unit usaha yang dilakukan secara kontinyu sepanjang tahun. Para pekerja ini umumnya di bayar secara bulanan. Pekerja antara lain melaksanakan kegiatan pengaturan keuangan, pengaturan produksi, pembelian pakan, pemberian pakan ikan lele, melakukan pembersihan, memanen serta menjaga keamanan. Keberhasilan usaha budidaya lele sangat ditentukan oleh kejujuran dan kedisiplinan karyawan atau pelaksana kerja sehari-hari. Kontrol yang ketat merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi kebocoran-kebocoran yang berakibat pada pembengkakan pada biaya operasional. Pada usaha budidaya ikan lele kebocoran yang sering terjadi adalah pada penggunaan pakan. Pemberian pakan yang berlebihan selain akan menyebabkan pembengkakan biaya operasional juga akan menurunkan produktivitas dan menurunkan kualitas perairan. Pengaturan ketenagakerjaan dapat dilihat pada Tabel 5. Kepemimpinan Actuating dalam kepemimpinan adalah bagaimana seorang pemimpin dapat mempengaruhi perilaku bawahan sehingga bawahan tersebut mau bekerja sama dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu kegiatan usaha budidaya. Manajer selaku pemimpin usaha menggunakan gaya kepemimpinan model participating-sharing terhadap bawahannya. Artinya, antara pemimpin dengan bawahan bersama-sama terlibat dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan sehingga komunikasi dua arah sangat mendominasi. Efektifitas kepemimpinan seseorang tergantung pada kemampuannya membaca situasi yang dihadapi sehingga efektif dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya. Dalam usaha ini seorang manajer yang berperan sebagai : a. Memberikan petunjuk, bimbingan dan pengarahan untuk bawahan b. Bekerja sama dengan bawahan c. Menciptakan suasana kerja yang baik sehingga bawahan dapat bekerja dengan baik pula. 11 Tabel 5. Kualifikasi dan spesifikasi tenaga kerja Posisi Manajer Produksi Jumlah 1 Kualifikasi Pendidikan Min S1 Kualifikasi Kemampuan Tenaga Ahli Analisis kuantitatif dan kualitatif Pengetahuan manajerial Kemampuan memimpin memotivasi dan Manajer Keuangan 1 Tenaga Ahli Analisis kuantitatif dan kualitatif Pengetahuan manajerial Kemampuan memimpin dan memotivasi Tenaga ahli Kemampuan teknis dan memimpin Min S1 Teknisi Ahli 1 Teknisi 5 Tenaga terampil - Logistik Keamanan 1 1 Tenaga terampil Tenaga terampil - Tanggung Jawab Utama • Bertanggung jawab terhadap operasional secara menyeluruh, memimpin, mengarahkan, dan mengawasi tugas para karyawan yang lain • Bersama-sama dengan teknisi melakukan perencanaan kegiatan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan perusahaan sehingga target produksi tercapai • Berkoordinasi dengan keamanan dan dapur dalam menjaga kelancaran proses produksi • Mengurus segala administrasi dan aliran keuangan • Berkoordinasi dengan manajer produksi dan pemilik guna kelancaran proses produksi • Melakukan analisis pasar dan strategi pemasaran Min D3 • Menjaga dan bertanggungjawab atas kelancaran proses pemijahan maupun pendederan • Mencatat penggunaan bahan • Memberikan laporan kegiatan secara rutin kepada manajer • Membantu bagian kolam dalam melaksanakan kegiatan budidaya • Memberi pakan ikan • Menjaga dan merawat sarana prasarana kolam • Menjaga kelancaran proses budidaya • Melaporkan keadaan ikan kepada teknisi secara berkala • Membantu proses pemanenan • Bekerjasama dengan keamanan untuk menjaga keamanan kolam • Memastikan ketersediaan ransum karyawan • Menjaga keamanan lokasi pembesaran ikan 12 PENGENDALIAN PROSES PRODUKSI Pengendalian adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standar, menganalisis kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan dan standar, kemudian mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan agar sumber daya digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran. Proses pengendalian produksi kegiatan akuakultur harus dilakukan terhadap input produksi dan output produksi yaitu pengendalian pasar, sedangkan untuk pengendalian proses produksi melalui monitoring dan evaluasi. Pengendalian Pasar Pengendalian pasar dapat dilakukan dengan penyediaan lele sesuai kebutuhan pasar dan ketersediaan hasil produksi yang terus menerus sehingga dilakukan pemeliharaan dan pemanenan setiap minggunya. Dengan demikian, kebutuhan atau permintaan akan lele di pasaran dapat dipenuhi secara terus menerus. Selain itu, pemanenan dapat dilakukan secara parsial dan panen masal sesuai dengan permintaan pasar. Pemasaran merupakan kegiatan usaha yang berperan untuk mendistribusikan ikan lele sangkuriang dari pembudidaya hingga ke tangan konsumen akhir. Dalam sebuah pemasaran dikenal beberapa komponen yang terlibat di dalamnya, yaitu produk, produsen dan pembeli. Dalam prosesnya diperlukan strategi pemasaran. Hal ini dilakukan agar proses produksi hingga penjualan dapat terkendali. a. Potensi pasar Usaha pembesaran ikan lele sangkuriang memiliki potensi pasar yang luas. Permintaan ikan lele konsumsi dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan baik untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga, rumah makan, pasar, supermarket maupun pemancingan. Kebutuhan (permintaan) ikan lele konsumsi di Jakarta, Tangerang, Bekasi, dan Depok mencapai 60 ton per hari, sedangkan kebutuhan ikan lele konsumsi di Bogor mencapai 30 ton per hari dan hanya bisa dipenuhi setengahnya. Dari data kebutuhan ikan lele konsumsi tersebut, maka permintaan akan ikan lele konsumsi jelas adanya dan memiliki peluang besar untuk mengusahakan pembenihan dan pembesaran ikan lele. b. Strategi pemasaran Strategi pemasaran merupakan langkah penting bagi keberlangsungan roda usaha pembesaran ikan leel sangkuriang. Pada analisis strategi pemasaran di dalamnya terdiri dari aspek-aspek produksi, harga, promosi dan distribusi. Produksi merupakan salah satu komponen penting, dimana keberlangsungan proses produksi harus terus diupayakan agar pemenuhan kebutuhan pasar dapat terus tercukupi. Selain itu kelancaran proses produksi juga akan berpengaruh terhadap stabilitas harga di pasaran. Perluasan jaringan sangat diperlukan dalam sebuah usaha dimana semakin luas jaringan pasar maka keberlanjutan proses produksi dan pengembangan usaha dapat terus dilakukan, 13 Monitoring Salah satu kendala yang sering dihadapi oleh pembudidaya ikan lele adalah serangan hama dan penyakit. Kerugian akibat hama biasanya tidak sebesar serangan penyakit. Meskipun demikian kedua-duanya harus mendapat perhatian penuh, sehingga usaha budidaya dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Pencegahan merupakan tindakan yang paling efektif dibandingkan dengan pengobatan. Dengan padat penebaran yang demikian tinggi pada pembudidaya yang intensif, maka serangan penyakit dapat terjadi sewaktu-waktu, bahkan secara ekstrim dapat dikatakan tinggal menunggu waktu. Monitoring yang ketat dan konsisten merupakan langkah yang harus dikerjakan dalam usaha budidaya. Monitoring tidak hanya dilakukan pada ikan yang dibudidayakan saja, tetapi juga terhadap kondisi airnya. Kalau diperhatikan dengan cermat, sebelum ikan terkena penyakit maka akan menunjukkan gejala-gejala terlebih dahulu. Gejala– gejala tersebut diantaranya adalah nafsu makan yang berkurang, gerakan menjadi lambat, pengeluaran lendir yang berlebihan dan pada stadium selanjutnya akan terlihat perubahan warna, bahkan mulai ada luka pada tubuhnya. Semua gejala ini dapat dilihat secara visual. Gejala ini sebenarnya tidak hanya tampak pada ikannya saja, tapi juga kondisi airnya. Air kolam tampak lebih kental atau pekat, akibat pengeluaran lendir yang berlebihan. Apabila melihat gejala ini, maka harus segera dilakukan langkah pengobatan sebelum penyakitnya menjadi lebih parah. Pengobatan yang lebih dini akan mengurangi jumlah ikan yang mati, bahkan akan menyelamatkan ikan yang dibudidayakan. Hama dan Penyakit Hama adalah organisme pengganggu yang dapat memangsa, membunuh dan mempengaruhi produktivitas. Hama ini bisa berasal dari aliran air masuk, udara maupun darat. Hama pada ikan lele yang biasanya ada adalah ular, belut, ikanikan buas, linsang dan burung pemakan ikan. Cara yang biasanya digunakan yaitu: 1) Melakukan pengeringan dan pemupukan kolam, dan 2) Memasang saringan pada pintu pemasukan air (inlet). Penyebab penyakit dari satu ikan ke ikan lainnya dapat melalui: 1) Aliran air yang masuk ke kolam; 2) Media tempat ikan tersebut hidup; 3) Kontak langsung antara ikan yang sakit dan ikan yang sehat 4) Kontak tidak langsung yaitu melalui peralatan yang terkontaminasi (selang air, gayung, ember dan sebagainya) dan 5) Agent atau carrier (perantara atau pembawa). Tindakan untuk mengatasi berbagai antara lain aplikasi obat langsung ke ikan. Pengobatan ini dapat dilakukan melalui penyuntikan. Tindakan pengobatan melalui penyuntikan ini hanya efektif jika ikan yang terserang penyakit jumlahnya sedikit. Bakteri, jamur dan parasit merupakan sumber utama penyakit pada ikan lele, walaupun demikian masih ada penyakit lain yang belum diketahui penyebabnya (Tabel 6). 14 Tabel 6. Gejala Klinis pada Ikan Lele yang Terserang Penyakit Gejala Klinis Diagnosis Ikan berenang dengan posisi mulut di atas Myxobacteria (menggantung). Ada bintik putih pada kulit dan sekitar mulut Permukaan kulit ada semacam benang - benang putih Saprolegnia halus (seperti kapas) Gerakan lemah, tubuh kurus, sering menggosokkan Trichodina, badan ke benda–benda keras Dactylogyrus, Gyrodactylus Evaluasi Kegiatan evaluasi dilakukan diakhir kegiatan budidaya dengan tujuan untuk mengetahui kekurangan dari kegiatan budidaya yang telah dilakukan sesuai dengan perencanaan. Dengan adanya evalusi dapat mengurangi kerugian untuk siklus selanjutnya. Evaluasi dapat dilakukan melalui pencatatan-pencatatan yang telah dilakukan selama kegiatan produksi mulai penebaran benih sampai panen. Pencatatan data benih pada awal penebaran meliputi jenis kolam, ukuran kolam, ketinggian air pada waktu penebaran benih, data benih, kegiatan harian, pemberian pakan dan nama petugas yang menangani, secara detail, formulir catatan untuk penebaran benih disajikan pada tabel berikut: Tabel 7. Formulir Identifikasi Awal Kolam dan Sistem No. Kolam: Ukuran (p x l x t): .. m x…..m x…..m Tinggi air : ……cm Data Ikan Lele Tgl tebar : .... Sumber : …….. Jenis : ………. Strain : ……… Jml tebar : … Jantan : ………. Betina : ……… Ukuran : ……. Berat total: ……………………. Berat/ekor : ……………………………. Kegiatan Rutin Pemeriksaan kolam Per ……. Hari Pemeriksaan kualitas air Per ……. Hari Pemupukan Per ……. Bulan Perlakuan pemberian pakan Pemberian pakan Pagi dan sore Jenis pakan yang diberikan 1…. 2….. 3….. Start awal jumlah pemberian pakan per hari Pelet………… kg Perlakuan khusus lainnya : ………………………………………………… Petugas harian : Selain itu dilakukan pula pencatatan harian, mencatat semua kegiatan yang berhubungan dengan pembesaran ikan lele sangkuriang di kolam setiap hari. Untuk memudahkan petugas lapangan dalam pencatatan, perlu disediakan formulir kosong. Setelah diisi, formulir ini disimpan sebagai data historis. Formulir ini mencatat pemberian pakan harian dan mortalitasm catatan pergantian air dan kondisi ikan serta formulir sampling. 15 Tabel 8. Formulir Catatan Pakan dan Mortalitas Harian No. Kolam : Bulan : ……………………………. Tgl Jam dari tgl …….. s/d ……… Jumlah pemberian Mortalitas pakan Paraf 07.00-08.00 12.00-13.00 17.00-18.00 07.00-08.00 12.00-13.00 17.00-18.00 07.00-08.00 12.00-13.00 17.00-18.00 07.00-08.00 12.00-13.00 17.00-18.00 07.00-08.00 12.00-13.00 17.00-18.00 Diisi dengan tanda √ jika pemberian pakan sama dengan standar acuan Catatan : Kode penyebab kematian 1. Mati dengan mata rusak 2. Mati terlihat bekas luka 3. Mati karena keracunan 4. Mati tidak diketahui penyebabnya Tabel 9. Formulir Catatan Pergantian Air dan Kondisi Ikan No. Kolam : Bulan : ……………………………. Tgl Jam Asal Air Catatan : Kondisi ikan 1. Sehat dan lincah 2. Kondisi kurang gesit 3. Berenang ke atas 4. Ada yang mati dari tgl …….. s/d ……… Jumlah air yang Kondisi ikan diganti Paraf 16 Tabel 10. Formulir Sampling Tgl No. Kolam : Bulan : ……………………………. tgl …….. Jumlah ikan Bobot ikan Biomassa ikan Paraf Diisi dengan angka Catatan : Kondisi ikan 1. Sehat dan lincah 2. Kondisi kurang gesit 3. Berenang ke atas 4. Ada yang mati ANALISIS USAHA Asumsi-Asumsi Asumsi atau pendugaan dilakukan untuk melakukan suatu analisa atau permisalan dari suatu kondisi usaha serta untuk menduga ketercapaian target serta proses dari suatu unit usaha. Tabel 11. Asumsi Analisis Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Komponen Luas lahan usaha Ukuran kolam Jumlah kolam Padat penebaran Jumlah benih per kolam Rerata ukuran benih awal Rerata bobot benih awal SR lele sangkuriang FCR lele sangkuriang Harga benih Harga panen Ukuran panen Target produksi Lama pemeliharaan Keterangan Lahan sewa seluas 700 m2 10 m x 5 m x 1.2 m 50 unit 500 ekor/m2 25.000 ekor benih 5-7 cm 3-5 gram 90% 1:1.2 Rp. 200 (ukuran 5-7 cm) Rp. 15.000/Kg 8 ekor/Kg (125 gr/ekor) 142.625 Kg 2 bulan (5 siklus dalan setahun) 17 Pembiayaan Pembiayaan atau arus pengeluaran (outflow) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan yang dilakukan pada usaha atau bisnis yang dijalankan. Pada usaha pembesaran lele sangkuriang, arus pengeluaran (outflow) terdiri dari pengeluaran untuk biaya investasi dan biaya operasional (biaya tetap dan biaya variabel). Analisis biaya atau pengeluaran (outflow) mencerminkan pengeluaran yang akan terjadi selama umur proyek. Biaya Investasi dan Penyusutan Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal tahun proyek atau awal siklus dan pada saat tertentu untuk memperoleh manfaat beberapa tahun (siklus) kemudian. Biaya tersebut dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ikan lele sangkuriang. Penyusutan atau depresiasi adalah pengalokasian harga perolehan dari suatu aktiva tetap karena adanya penurunan nilai aktiva tetap tersebut. Biaya investasi dan penyusutan usaha pembesaran lele sangkuriang per tahun dapat dilihat pada Tabel 12 dibawah ini. Penyusutan = Harga Perolehan-Nilai Sisa Umur Ekonomis Tabel 12. Uraian Biaya Investasi Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang. No Uraian Jumlah Satuan 1 555 m2 2 Bangunan Semi Permanen Kolam Terpal Harga Barang 250.000 138.750.000 35.000.000 Umur Ekonomis 120 50 unit 1.500.000 75.000.000 7.500.000 36 3 Pompa Utama 1 4 3 6 Pompa Air Tandon Tandon Terpal Tandon Air buah 4.000.000 4.000.000 400.000 60 720.000 unit 2.700.000 8.100.000 810.000 36 2.430.000 10 unit 1.500.000 15.000.000 1.500.000 36 4.500.000 7 Ember Sortir 2 unit 1.200.000 2.400.000 240.000 60 432.000 15 unit 30.000 450.000 0 12 450.000 8 Drum Plastik 10 unit 200.000 2.000.000 200.000 36 600.000 9 Selang Air 20 meter 15.000 300.000 0 12 300.000 10 Instalasi Pipa 1 11 Ember Pakan 10 set 15.000.000 15.000.000 0 36 5.000.000 unit 15.000 150.000 0 12 150.000 12 Golok 2 unit 50.000 100.000 0 12 100.000 13 Palu 2 unit 30.000 60.000 0 12 60.000 14 15 Cangkul 2 unit 75.000 150.000 0 12 150.000 Gayung 10 unit 10.000 100.000 0 12 100.000 16 Tang 2 unit 30.000 60.000 0 12 60.000 17 Timbangan 1 unit 350.000 350.000 0 12 350.000 18 Jaring 20 meter 20.000 400.000 0 12 400.000 19 Meteran 1 unit 50.000 50.000 0 12 50.000 20 Televisi 1 unit 800.000 800.000 160.000 60 128.000 21 Meja Kerja + Kursi 3 set 300.000 900.000 180.000 60 144.000 5 Total Harga Nilai Sisa Penyusutan per Tahun 10.375.000 22.500.000 18 Lanjutan Tabel 12. Uraian Biaya Investasi Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang No Uraian Jumlah Satuan 22 Kompor Gas 1 unit Harga Barang 150.000 23 1 set 24 Tabung + Regulator Kulkas 1 25 Alat Makan 1 26 Alat Masak 27 Mobil Pick Up Total Harga Nilai Sisa 150.000 0 Umur Ekonomis 12 Penyusutan per Tahun 150.000 550.000 550.000 0 12 550.000 unit 1.200.000 1.200.000 240.000 60 192.000 set 200.000 200.000 0 12 200.000 1 set 300.000 300.000 0 12 300.000 1 unit 100.000.000 100.000.000 30.000.000 120 7.000.000 Total 366,520,000.00 76,230,000 57,391,000 Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya keseluruhan yang berhubungan dengan kegiatan operasional dari usaha ikan lele sangkuriang. Biaya tersebut dikeluarkan secara berkala selama usaha tersebut berjalan yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya Tetap Biaya tetap merupakan biaya yang harus dikeluarkan yang jumlahnya tidak terpengaruh oleh jumlah produksi atau penjualan hasil produksi. Biaya tetap yang dikeluarkan pada usaha pembesaran lele sangkuriang dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Biaya Tetap Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang 1 Tahun. No Uraian Jumlah Satuan Harga Satuan Total Harga 1 Sewa Tempat 1 tahun 15,000,000 15,000,000 2 3 Listrik Gaji karyawan Manager Karyawan Tunjangan Hari Raya Ransum karyawan Alat Tulis Perawatan pompa air Perawatan instalasi listrik Perawatan kulkas Perawatan TV Biaya lain-lain (komunikasi dll) Penyusutan 12 bulan 250,000 3,000,000 2 8 1 12 12 2 1 1 1 Orang Orang Kali bulan bulan kali kali kali kali 2,700,000 1,500,000 4,200,000 13,200,000 150,000 100,000 100,000 100,000 100,000 64,800,000 144,000,000 4,200,000 158,400,000 1,800,000 200,000 100,000 100,000 100,000 12 bulan 200,000 2,400,000 1 tahun 57,391,000 57,391,000 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total 451,491,000 Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang harus dikeluarkan seiring dengan perubahan produksi, bertambah ataupun berkurangnya volume produksi. Biaya variabel akan mengalami perubahan jika volume produksi berubah. Biaya variabel yang dikeluarkan untuk usaha pembesaran lele sangkuriang dapat dilihat pada Tabel 14. 19 Tabel 14. Biaya Variabel Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang 1 Tahun. No Uraian 1 Benih Ikan Lele 2 Pupuk 4 Obat-obatan 5 Pakan 6 Harga Satuan Harga/Satuan per siklus produksi Total Harga per tahun ekor 200 250,000,000 1,250,000,000 Kg 1,500 3,750,000 18,750,000 paket 150,000 150,000 750,000 Jumlah Satuan 1,250,000 2,500 1 Pelet L1 30,000 Kg 16,000 480,000,000 2,400,000,000 Pelet L2 35,000 Kg 8,500 297,500,000 1,487,500,000 Pelet L3 35,000 Kg 7,500 262,500,000 1,312,500,000 Pelet Tenggelam 68,000 Kg 5,500 374,000,000 1,870,000,000 100,000 100,000 500,000 1,668,000,000 8,340,000,000 Probiotik 1 paket Total Penerimaan Penerimaan (Inflow) merupakan merupakan hasil perkalian antara kuantitas produksi yang dihasilkan dengan harga jual yang ditetapkan pada suatu siklus. Pada usaha pembesaran ikan lele sangkuriang, satu kali produksi atau satu siklus adalah 2 bulan, sehingga dalam 1 tahun sebanyak 5 siklus dikarenakan diperlukan evaluasi dan monitoring kondisi usaha (perawatan dan pengecekan kolam, evaluasi pegawai, pelatihan tambahan, antisipasi kondisi yang tidak diinginkan). Penerimaan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang dalam 1 tahun berasal dari siklus 1 sampai siklus 5. Padat tebar pembesaran adalah 500 ekor/m2 sehingga pada 1 kolam berukuran 10 m x 5 meter ditebar benih sebanyak 25.000 ekor. Total benih yang ditebar adalah 50 kolam x 25.000 benih = 1.250.000 benih. Penentuan target produksi ikan Lele sangkuriang pada adalah sebagai berikut: Diketahui : a. Jumlah Benih = 1.250.000 ekor b. SR (Survival Rate) = 90 persen c. Jumlah per 1 Kg = 8 ekor Target Produksi = = = Jumlah Benih x SR 8 ekor per 1 Kg lele konsumsi 1.250.000 x 90% 8 ekor 140.625 Kg/siklus Pada setiap siklus didapatkan penerimaan sebanyak 140.625 Kg x Penjualan Rp 15.000/Kg = Rp 2.109.375.000. Total penerimaan usaha pembesaran ikan lele sangkuriang selama 1 tahun dapat dilihat pada Tabel 15. 20 Tabel 15. Penerimaan Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang per Tahun Siklus 1 2 3 4 5 Jumlah Ikan Lele Konsumsi (Kg) 140.625 140.625 140.625 140.625 140.625 Penerimaan: Hasil Panen = Harga Jual = Penjualan = = = Pajak UMKM (0,5%) = Penerimaan = = = Harga Lele (Rp) Penerimaan (Rp) 15.000 15.000 15.000 15.000 15.000 Jumlah (Rp) 2.109.375.000 2.109.375.000 2.109.375.000 2.109.375.000 2.109.375.000 10.546.875.000 703.125 Kg Rp 15.000/ Kg Hasil Panen x Harga Jual 703.125 kg x Rp 15.000 Rp 10.546.875.000 Rp 52.734.375 Penjualan - Pajak Rp 10.546.875.000 – Rp 52.734.375 Rp 10.494.140.625 Nilai Sisa (Salvage Value) Nilai sisa adalah semua biaya modal yang tidak habis digunakan selama umur usaha. Nilai sisa yang terdapat hingga akhir umur usaha dapat ditambahkan sebagai manfaat usaha. Tidak semua komponen investasi masih memiliki nilai sisa. Nilai sisa usaha pada pembesaran ikan lele sangkuriang ini adalah sebesar Rp 76.230.000 (Tabel 12). Analisis Keuntungan (Laba Rugi) Analisis laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan usaha dalam kurun waktu tertentu. Komponen laba rugi terdiri dari penerimaan, biaya operasional, biaya penyusutan, dan biaya lain diluar usaha serta pajak penghasilan usaha. Analisis keuntungan pembenihan ikan lele sangkuriang ini meliputi jumlah biaya produksi, jumlah keuntungan, Break Event Point (BEP), R/C Ratio, Payback Period, dan Harga Pokok Produksi (HPP). Tabel 16. Hasil Analisa Keuntungan Keuntungan Bersih Harga Pokok Produksi (HPP) Laba per Kilogram Tingkat Keuntungan (Profit Rate) Imbangan Penerimaan Biaya (R/C ration) Break Even Point Produksi (BEP) (Kg) Break Even Point Harga (BEP) (Rp) Jangka waktu pengembalian modal (PP) hasil analisa hasil analisa hasil analisa hasil analisa hasil analisa hasil analisa hasil analisa hasil analisa Rp 1.702.649.625 Rp. 12.503 Rp. 2.496 16.22 % 1.19 143.848 Rp. 2.157.720.370 0,22 tahun 21 Jumlah Biaya Produksi Biaya produksi atau biaya total merupakan jumlah pengeluaran dari biaya tetap dan biaya variabel pembenihan ikan lele sangkuriang. Total Biaya = Biaya Tetap + Biaya Variabel = Rp 451.491.000 + Rp 8.340.000.000 = Rp 8.791.491.000 Jumlah Keuntungan Jumlah keuntungan adalah keuntungan bersih yang didapatkan oleh perusahaan pembenihan ikan lele sangkuriang setelah penerimaan dikurangi biaya produksi. Keuntungan = Penerimaan – Total Biaya = Rp 10.494.140.625 - Rp 8.791.491.000 = Rp 1.702.649.625 Break Event Point (BEP) Break Event Point adalah suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya). BEP sangat penting dalam membuat usaha agar tidak mengalami kerugian, baik itu usaha jasa maupun manufaktur, manfaat BEP adalah a. Alat perencanaan untuk hasilkan laba b. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan. c. Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan d. Mengganti sistem laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti. BEP (Rp) = Rp 451.491.000 1 – (Rp 8.340.000.000 / Rp 10.546.875.000) = Rp. 2.157.720.370 Jadi, pendapatan akan memiliki titik impas (tidak untung atau rugi) apabila penjualan yang dilakukan sebesar Rp. 2.157.720.370 22 BEP (unit) = Rp 451.491.000 RP 15.000 – (Rp 8.340.000.000 / 703.125) = 143.848 Kg Jadi, pendapatan akan memiliki titik impas (tidak untung atau rugi) apabila penjualan sebanyak 143.848 Kg. R/C Ratio Merupakan perimbangan biaya produksi dengan penerimaan dan merupakan analisa yang digunakan untuk mengetahui penerimaan dari suatu biaya produksi yang dikeluarkan dalam suatu usaha. Adapun R/C Ratio yang didapat adalah sebagai berikut: R/C = Rp 10.494.140.625 Rp 8.791.491.000 = 1.19 Jadi, setiap Rp 1 biaya produksi akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1.19. Karena R/C ratio > 1, maka usaha budidaya ikan Lele sangkuriang layak untuk dikembangkan. Adapun lama pengembalian modal investasi, diukur dengan Payback Period (PP). Payback Period Payback period (PP) merupakan perhitungan analisis usaha pada ikan lele sangkuriang untuk mengetahui masa kembali modal yang dikeluarkan pada biaya investasi. Investasi awal PP = Keuntungan bersih Rp 366.520.000.000 = Rp 1.702.649.625 = 0,22 Tahun Jadi, modal usaha akan kembali pada 0,21 tahun setelah masa produksi dimulai. Harga Pokok Produksi (HPP) HPP adalah perhitungan harga pokok penjualan ikan lele sangkuriang yang seharusnya agar tidak merugi. HPP = Rp 8.791.491.000 703.125 KG = Rp 12.503/Kg 23 Laba per Kg = = = Harga Jual – (HPP + Biaya pemasaran) Rp. 15.000,00 – (Rp. 12.503+ 0) Rp. 2.496 PENUTUP Usaha pembesaran ikan lele sangkuriang pada kolam terpal mempunyai prospek yang sangat baik, namun pengelolaannya harus diiringi dengan aplikasi manajemem yang baik sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Kedisiplinan terhadap semua yang telah direncanakan dan standar prosedur yang telah dibuat menjadi hal yang sangat penting untuk kelancaran operasional selama kegiatan dan evaluasi kegiatan. DAFTAR PUSTAKA [DPP] Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2010. Buku Data Perikanan Tahun 2009. Bogor: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. [DPP] Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2011. Buku data Perikanan Tahun 2010. Bogor: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Barat. 2009. Ikan Lele menjadi Komoditas Utama. http://www.dkp.go.id. Diakses 20 Juni 2014.Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2010. Data Potensi Peternakan dan Perikanan. Dinas Peternakan dan Perikanan. Bogor. Hendriana A. 2010. Pembesaran Lele di Kolam Terpal. Jakarta. Penebar Swadaya. Nasrudin. 2010. Juru Sukses Beternak Lele Sangkuriang. Bogor: PT AgroMedia Pustaka. Prasetya WB. 2011. Bisnis Benih Lele Untung 200%. Jakarta: Penebar Swadaya. Sunarma A. 2004. Peningkatan Produktivitas Usaha Lele Sangkuriang (Clarias sp.). Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. BBPBAT Sukabumi Waluyani, 2012. Konsumsi Ikan di Dunia Terus Meningkat. http://food.detik.com. Diakses pada tanggal 20 Juni 2014. 24 LAMPIRAN 25 Lampiran 1. Layout Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Pintu Masuk Sungai Jalan Raya Keterngan: A : Tempat Pasca Panen (Sortir, dll) B : Kantor C : Gudang Pakan dan Peralatan D : Mess Karyawan dan dapur E : Kolam Utama F : Tandon Air Kolam m2 G : Pos Keamanan 26 Lampiran 2. Pola Tanam Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang Keterangan: *Skema pola tanam dalam satu siklus pembesaran ikan lele (setahun terdapat 5 siklus) *Untuk tahun selanjutnya skema pola tanam akan berkelanjutan (kembali pada pola awal)