Manajemen Operasional Pelelangan Ikan di TPI PPP Pondokdadap Sendang Biru Kabupaten Malang - Jawa Timur 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah telah mencatat bahwa jatuh dan bangunnya peradaban bangsa yang tinggal di kepulauan nusantara sangat dipengaruhi oleh penguasaan lautan. Kerajaan-kerajaan besar seperti Sriwijaya dan Majapahit berhasil menguasai dan memakmurkan kerajaannya melalui kekuatan armada lautnya. Bahkan serikat dagang Belanda (VOC) mampu menjajah nusantara selama 3,5 abad dengan kemampuannya menguasai lautan. Tidak dapat dipungkiri bahwa laut merupakan suatu aset untuk kedaulatan dan kemakmuran bangsa Indonesia. Menurut DEPLU (2005), Wilayah kedaulatan dan yuridiksi Indonesia terbentang dari 6°08' LU hingga 11°15' LS, dan dari 94°45' BT hingga 141°05' BT terletak di posisi geografis sangat strategis, karena menjadi penghubung dua samudera dan dua benua, Samudera India dengan Samudera Pasifik, dan Benua Asia dengan Benua Australia. Kepulauan Indonesia terdiri dari 17.508 pulau besar dan pulau kecil dan memiliki garis pantai 81.000 km, serta luas laut terbesar di dunia yaitu 5,8 juta km2 (Basuki, 2009). Potensi wilayah pesisir dan lautan Indonesia dipandang dari segi fisik, terdiri dari Perairan Nusantara seluas 2.8 juta km2, Laut Teritorial seluas 0.3 juta km2. Perairan Nasional seluas 3,1 juta km2, Luas Daratan sekitar 1,9 juta km2, Luas Wilayah Nasional 5,0 juta km2, luas ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) sekitar 3,0 juta km2, Panjang garis pantai lebih dari 81.000 km dan jumlah pulau lebih dari 18.000 pulau (Kusumastanto, 2009). Sebagai negara kepulauan dengan 70% wilayahnya terdiri dari perairan laut, Indonesia memiliki sumberdaya perikanan yang sangat besar. Luas wilayah laut Indonesia keseluruhan adalah 5,8 juta km2, yang terdiri dari wilayah perairan ZEE 2,7 juta km2 dan wilayah laut territorial 3,1 juta km2. Didalamnya terdapat lebih dari 17.500 pulau dan dikelilingi garis pantai sepanjang 81.000 km yang merupakan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Karena itu, Indonesia dikenal sebagai negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia. Laut Indonesia mengandung kekayaan alam sangat besar dan beraneka ragam (Djuanda et al, 2005). Penangkapan ikan merupakan salah satu profesi yang telah lama dilakukan oleh manusia, walaupun dilakukan dengan cara yang sangat sederhana sekali. Manusia pada waktu itu telah mengusahakan penangkapan ikan untuk mencukupi kebutuhan mereka. Mereka melakukan penangkapan, dengan menggunakan tangan kemudian profesi ini berkembang terus secara perlahan-lahan dengan mengunakan alat yang masih sangat tradisional yang terbuat dari berbagai jenis bahan seperti batu, kayu, tulang, dan tanduk (Sudirman et al, 2004). Penangkapan ikan merupakan suatu usaha untuk mencukupi kebutuhan pangan yang semakin lama semakin meningkat akibat pertumbuhan penduduk. Perairan yang pada umumnya menjadi tempat usaha penangkapan ini merupakan salah satu sumber pangan yang memiliki potensi sangat besar sekali. Keadaan ini didukung dengan kepemilikan wilayah perairan yang memiliki luas kurang lebih dua per tiga dari luas wilayah negara Indonesia. Luas pulau-pulau diperkirakan 735.000 mil persegi, sedangkan luas perairannya diperkirakan berkisar 3-4 kali luas daratan (pulau-pulau). Dimana laut Indonesia memiliki luas lebih kurang 5,8 juta km¬2. Dimana potensi lestari sumberdaya ikan laut yang dimiliki Indonesia diperkirakan sebesar 6,26 juta ton per tahun yang terdiri dari potensi di perairan wilayah Indonesia sekitar 4,40 juta ton per tahun dan perairan ZEE Indonesia sekitar 1,86 juta ton per tahun. Hal inilah yang menjadi indikasi bahwa potensi sumber daya ikan Indonesia sangat besar (Purwanti et al, 2005). Melihat potensi sumberdaya kelautan yang ada di Indonesia, menyebabkan munculnya suatu kegiatan atau usaha di bidang perikanan laut. Dalam rangka untuk menunjang kegiatan tersebut dan untuk meningkatkan pelayanan dan pendapatan bagi nelayan maka mutlak di perlukan dukungan sarana dan prasarana perikanan antara lain dengan mengadakan pelabuhan perikanan. Pelabuhan perikanan di golongkan menjadi 3 tipe yaitu pelabuhan perikanan samudera, pelabuhan perikanan nusantara dan pelabuhan perikanan pantai. Serta untuk melengkapi 3 tipe pelabuhan perikanan tersebut juga di bangun pangkalan pendaratan ikan (Muhammad, 2003). Pelabuhan perikanan harus memiliki fasilitas antara lain fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas tambahan. Fasilitas fungsional di antaranya adalah tempat pelelangan ikan (TPI). Tempat pelelangan ikan ini sangat penting untuk kegiatan pendaratan dan pelelangan hasil tangkapan (Triatmojo, 1996). Untuk memperlancar proses pelelangan ikan ini pemerintah telah membangun tempat pelelangan ikan yang terdapat di pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan. Dengan demikian semakin berfungsinya tempat pelelangan ikan untuk aktifitas pelelangan ikan untuk aktifitas pelelangan ikan maka semakin berfungsi pula suatu pelabuhan perikanan (Mahyudin, 2001). Menurut Susilowati (2003) dalam Widyawati (2008), Tempat Pelelangan Ikan memegang peranan penting dalam suatu Pelabuhan Perikanan dan perlu untuk dikelola sebaik-baiknya agar dapat tercapai manfaat yang optimal. Tetapi dalam Tempat Pelelangan Ikan belum tentu memenuhi persyaratan yang ada, sehingga berakibat pada efisiensi Tempat Pelelangan Ikan tersebut. Pada umumnya, dalam pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan di Jawa Tengah, rasio antara pemakaian input dan output yang dihasilkan adalah belum layak secara ekonomis. Dalam melaksanakan dan memperlancar proses pelelangan ikan tersebut dibutuhkan pula suatu manajemen. Menurut Ordway Tead, definisi Manajemen adalah proses dan kegiatan pelaksanaan usaha memimpin dan menunjukkan arah penyelenggaraan tugas suatu organisasi di dalam mewujudkan tujuan yang telah di tetapkan. Sedangkan menurut James A.F. Stonner Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang di tetapkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah proses kegiatan dengan melalui orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu serta di laksanakan secara berurutan berjalan ke arah suatu tujuan (Putra, 2008). Salah satu tempat pelelangan ikan yang ada di Kabupaten Malang Jawa Timur adalah Tempat pelelangan ikan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Pondokdadap di Dusun Sendang Biru. Tempat pelelangan ikan tersebut sangat di perlukan oleh nelayan di Sendang Biru dan sekitarnya sebagai sarana pendukung untuk meningkatkan taraf hidup nelayan agar nelayan bisa mendapatkan harga yang baik terhadap hasil tangkapan serta untuk menghindari adanya tengkulak atau pedagang perantara yang mematok harga tinggi sehingga kurang menguntungkan bagi nelayan. Melihat keadaan tersebut pemerintah mengambil suatu kebijakan dengan membuat suatu manajemen selama proses operasional di Tempat pelelangan ikan. Hal ini dilakukan agar dalam proses pemasaran hasil tangkapan nelayan tersebut dapat terkoordinir secara baik dan tidak ada salah satu pihak yang di untungkan maupun di rugikan. Banyak hal yang dilakukan pemerintah dalam bidang ini. Pemerintah mengambil suatu kebijakan dan mengerti bahwa di perlukan suatu unit usaha yang mampu menangkap berbagai aspirasi masyarakat para nelayan. Dengan ini pemerintah membentuk Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sebagai salah satu unit usaha dari Koperasi Unit Desa (KUD) di Indonesia, hal ini sudah sesuai dengan aturan pemerintah struktur kelembagaan TPI berada dibawah Koperasi Unit Desa (KUD). Tempat Pelelangan Ikan (TPI) adalah suatu unit usaha Koperasi Unit Desa (KUD) dalam bidang pemasaran. Tempat pelelangan ikan merupakan suatu tempat para penjual dan pembeli dapat melakukan proses jual beli ikan dengan cara penawaran harga yang baik atau biasa disebut dengan lelang. Pelelangan ikan diselenggarakan oleh penyelenggara lelang secara terbuka diantara penjual dan pembeli yang di lakukan di tempat yang telah di tentukan oleh pemerintah. Dengan demikian akan menguntungkan kedua belah pihak baik untuk nelayan maupun pengusaha atau pembeli. Pada tempat pelelangan ikan Pondokdadap , Sendang Biru Kabupaten Malang penyelenggara lelang adalah di bawah kendali Koperasi Unit Desa (KUD) setempat, yaitu KUD Mina Jaya. Fungsi kelembagaan TPI adalah suatu lembaga yang menangani tataniaga atau pemasaran terhadap hasil tangkapan nelayan di tempat pelelangan ikan setempat. Salah satu fungsi tempat pelelangan ikan (TPI) adalah menyelenggarakan pelelangan ikan yang akan dapat meningkatkan daya tawar nelayan dengan para pengusaha, dan kemungkinan permainan harga yang akan di lakukan oleh para pengusaha dapat di minimalisasi atau bahkan di hentikan. Pemasaran ikan akan dapat mencapai tingkat harga dan sistem pembayaran yang lebih baik. Pada Undang – undang No 9/1985 tentang perikanan pada pasal 19 menyebutkan bahwa pemerintah mengatur tataniaga ikan dan melaksanakan pembinaan mutu hasil perikanan. Tujuan pengaturan tataniaga oleh pemerintah agar proses tataniaga atau pemasaran ikan berjalan tertib sehingga nelayan sebagai produsen dan konsumen/pembeli sama – sama memperoleh manfaat dan saling menguntungkan. Dan salah satu peraturan daerah Kabupaten Malang tentang penyelenggaraan pelanggan ikan di tempat pelelangan ikan (TPI) dalam wilayah Kabupaten Malang No 8 tahun 2003 pada bab 2 pasal 3 no. 1 mewajibkan setiap hasil tangkapan ikan agar di lakukan proses pelelangan di tempat pelelangan ikan. Dalam rangka untuk menunjang kegiatan tersebut serta meningkatkan pendapatan nelayan maka sangat di perlukan dukungan sarana dan prasarana perikanan antara lain dengan adanya Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Karena Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sangat penting untuk kegiatan pendaratan maupun pelelangan ikan. Dan tempat pelelangan ikan di Pondokdadap Sendang Biru ini sangat di perlukan oleh para nelayan baik masyarakat khususnya di Sendang Biru dan Malang pada umumnya sebagai sarana pendukung dalam kegiatan perikanan tangkap dan proses pemasaran nelayan Sendang Biru Kabupaten Malang Jawa Timur. 1.2. Maksud dan Tujuan 1.2.1. Maksud Maksud Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah sebagai prasyarat menyelesaikan pendidikan untuk jenjang sarjana serta sebagai bentuk pengaplikasian ilmu akademis yang diperoleh selama perkuliahan. 1.2.2. Tujuan Tujuan dari kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) dengan judul Manajemen Operasional Pelelangan Ikan di Tempat pelelangan ikan Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap Sendang Biru Kabupaten Malang Jawa Timur adalah agar dapat mengaplikasikan teori serta mengetahui proses manajemen operasional terutama pada proses pelelangan di Tempat Pelelangan Ikan Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap Sendang Biru Kabupaten Malang Jawa Timur. 1.3. Kegunaan Dengan adanya program Praktek Kerja Lapang (PKL) ini, diharapkan dapat dijadikan sebagai : 1. Bahan informasi Perguruan Tinggi untuk penelitian selanjutnya. 2. sebagai informasi dan diharapkan dapat berguna untuk menambah wawasan, pengetahuan serta keterampilan secara teknis bagi mahasiswa tentang manajemen operasional pelelangan ikan. 3. Bahan pertimbangan bagi instansi pemerintah ataupun swasta yang berwenang untuk mengembangkan potensi Tempat Pelelangan Ikan ataupun Pangkalan Pedaratan Ikan serta untuk menentukan kebijakan pembangunan perikanan. 4. Bagi instansi yang bersangkutan, dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk melengkapi data (spesifikasi) tentang Manajemen Operasional Pelelangan Ikan di Tempat pelelangan ikan. 1.4. Waktu dan Tempat Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan di Tempat pelelangan ikan Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap Sendang Biru Kabupaten Malang Jawa Timur pada bulan Maret 2011. 2. METODOLOGI PRAKTEK KERJA LAPANG 2.1. Materi Praktek Kerja Lapang Materi yang digunakan dalam praktek kerja lapang dengan judul Manajemen Operasional Pelelangan Ikan di Tempat pelelangan ikan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Pondokdadap Sendang Biru, meliputi : a. Laporan bulanan data produksi perikanan tangkap di Tempat Pelelangan Ikan dan KUD. b. Laporan tahunan data produksi perikanan laut menurut jenis ikan di Unit Pengelola PPP Pondokdadap Sendang Biru sekarang ini terjadi atau ada. 2.2. Metode Praktek Kerja Lapang Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang di Tempat pelelangan ikan Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap Sendang Biru yaitu menggunakan metode : 1. Observasi Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah dengan cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut (Nazir, 2005). Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila: (a) sesuai dengan tujuan penelitian, (b) direncanakan dan dicatat secara sistematis, dan (c) dapat dikontrol keandalannya (relibilitasnya) dan kesahihannya validitasnya (Usman et al, 2006). Pada Praktek Kerja Lapang (PKL) ini, observasi yang dilakukan ialah dengan mengamati bagaimana proses manajemen operasional di tempat pelelangan ikan ataupun pangkalan pendaratan ikan. 2. Wawancara Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Wawancara berguna untuk: (a) mendapatkan data dari tangan pertama atau di tangan pertama (primer), (b) pelengkap teknik pengumpulan lainnya, (c) menguji hasil pengumpulan data lainnya (Usman et al, 2006). Pengambilan data wawancara yang dilakukan pada Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dengan bentuk komunikasi langsung terhadap pihak-pihak yang terkait, misal: Pegawai yang ada di instansi terkait. Wawancara juga dilakukan langsung dengan pihak yang berkompeten guna mendapatkan data yang meliputi semua hal yang berhubungan dengan proses manajemen operasional yang ada pada tempat pelelangan ikan. 3. Partisipasi Aktif Perencanaan Partisipatif/partisipasi aktif adalah Perencanaan yang melibatkan masyarakat setempat secara langsung dalam proses perencanaan (Conyers, 1994 dalam Sudirja, 2007) Partisipasi aktif adalah melakukan pengamatan dengan cara melibatkan diri secara langsung atau menjadi bagian dari lingkungan sosial atau organisasi yang sedang diamati (Indiarto et al, 1999). Menurut Patilima (2004), keterlibatan aktif yaitu peneliti ikut mengerjakan apa yang dilakukun para pelaku dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan tersebut dilakukan agar dapat memahami sepenuhnya dan merasakan kegiatan-kegiatan dalam kehidupan mereka dan aturan-aturan yang berlaku serta pedoman-pedoman hidup yang mereka jadikan pegangan dalam melakukan kegiatan tersebut. Partisipasi aktif yang dilakukan dalam praktek kerja lapang (PKL) ini yaitu dengan mengikuti secara langsung kegiatan mengamati dan mencatat data manajemen operasional tempat pelelangan ikan di Tempat pelelangan ikan Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap Sendang Biru Kabupaten Malang Jawa Timur. Selain itu juga berpartisipasi aktif dengan nelayan untuk memperoleh informasi tentang proses manajemen operasional pada tempat pelelangan ikan tersebut. 4. Dokumentasi Proses Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Dalam menggunakan metode ini peneliti memegang check-list untuk mencari variabel yang sudah ditentukan (Arikunto, 2006). Pada kegiatan praktek kerja lapang (PKL) ini dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil sebuah gambar ataupun foto pada saat proses kegiatan manajemen operasional yang di lakukan oleh pegawai tempat pelelangan ikan dan pihak lain yang berkepentingan dalam proses manajemen operasional di Tempat pelelangan ikan Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap Sendang Biru Kabupaten Malang Jawa Timur. 2.3. Jenis dan Sumber Data 2.3.1. Data Primer Menurut Marzuki (2002), data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat pertama kalinya. Data primer ini diperoleh secara langsung dari pencatatan hasil partisipasi aktif, wawancara dan observasi. Data primer yang ingin diperoleh ialah mengenai jenis alat bantu. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung. Sumber data primer menyajikan informasi atau data seperti Artefak Arkeologis , Foto, Dokumen historis. Misalkan seperti catatan harian, sensus, video atau transkrip pengawasan, dengar pendapat, pengadilan, atau wawancara, Tabulasi hasil survey atau kuisioner, Catatan tertulis atau terekam dari pengujian laboratorium, Catatan tertulis atau terekam dari pengamatan lapangan. Jadi data primer ini diperoleh secara langsung dari pencatatan hasil observasi, wawancara, partisipasi aktif, dan dokumentasi (Faisol, 2009). Dalam Praktek Kerja Lapang ini pengambilan data primer didapat dari hasil partisipasi aktif yaitu mengikuti petugas mencatat, merekap dan mengolah data perikanan di Tempat pelelangan ikan Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap Sendang Biru. Data primer juga di peroleh dari hasil wawancara Ketua KUD, wawancara petugas KUD unit TPI, wawancara pegawai Kantor Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Pondokdadap, wawancara nelayan dan pegawai Kantor Desa Tambakrejo. Data primer yang diperoleh yaitu : a. Produksi ikan bulanan b. Jenis ikan yang ditangkap c. Harga jual ikan d. Jumlah dan Jenis alat tangkap e. Macam dan jumlah pengusaha ikan olahan f. Profil kantor Unit Pengelola PPP Pondokdadap g. Layout Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap Sendang Biru h. Profil Desa Tambakrejo 2.3.2. Data Sekunder Menurut Bungin, (2001), Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua. Karena suatu dan lain hal, yang menjadikan sukar memperoleh data atau bahkan tidak memperoleh data sama sekali dari sumber data primer dan mungkin juga karena menyangkut hal-hal yang sangat pribadi sehingga sukar data itu didapat langsung dari sumber data primer. Oleh karena itu, sumber data sekunder dapat berperan untuk membantu mengungkap data yang diperlukan. Pada kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini diambil dari Kantor Desa Tambakrejo, Koperasi Unit Desa (KUD) Mina Jaya, Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan Pantai, Tempat Pelelangan ikan, dan para pengusaha pengolahan ikan yang berada di sekitar pelabuhan maupun tempat pelelangan ikan mengenai : 1. Keadaan umum lokasi Praktek Kerja Lapang, misalnya letak geografis dan topografi, Peta daerah Sendang Biru, keadaan penduduk dan jenis mata pencaharian penduduk. 2. Struktur keorganisasian pada Unit Pengelola PPP Pondokdadap, struktur organisasi KUD Mina Jaya, struktur organisasi TPI, sistem retribusi dan sebagainya. 3. Data tentang peta lokasi Tempat pelelangan ikan PPP Pondokdadap Sendang Biru. 4. Data tentang jumlah nelayan, jumlah armada penangkapan dan alat tangkap perikanan, serta jumlah produksi ikan. 5. Jenis, jumlah pengolahan dan cara pemasaran ikan olahan hasil tangkapan nelayan. 3. KEADAAN UMUM PRAKTEK KERJA LAPANG 3.1. Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja Lapang 3.1.1. Letak Geografis dan Keadaan Topografi Desa Lokasi pada kegiatan Praktek Kerja Lapang adalah di perairan Sendang Biru yang berbatasan dengan Samudera Hindia dan Desa Tambakrejo yang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang Jawa Timur. Letak geografis pada Sendang Biru sekitar 1220 45’ 32” – 1120 47’ 30” bujur timur dan 80 25’ – 80 30’ lintang selatan. Kawasan Sendang Biru terletak pada lahan yang memiliki kondisi topografi yang berfariasi antara pantai daratan dan perbukitan, dengan ketinggian 0 – 265 m diatas permukaan laut. Pada bagian selatan kawasan merupakan daratan, sedangkan pada bagian utara merupakan perbukitan dengan kemiringan mencapai 50% - 60%.perairan Sendang Biru merupakan selat berkedalaman sekitar 20 meter dengan dasar perairan pasir berkarang dengan arah arus dominan ke selatan. Dengan kedalaman selat ini, di perkirakan pantai tersebut mampu menampung kapal – kapal besar berbobot 50 – 100 GT. Sendang Biru memiliki kelebihan yang sangat menguntungkan, karena mempunyai pelindung pantai yaitu Pulau Sempu. Sendang Biru mempunyai pelabuhan yang memiliki kedalaman rata – rata 20 meter. Satu – satunya pelabuhan yang ada di Kabupaten Malang adalah Sendang Biru. Di lepas pantai Sendang Biru terdapat Pulau Sempu, yang termasuk kawasan hutan lindung nasional. Lebar selat antara daratan Sendang Biru dengan Pulau Sempu berkisar antara 600 – 1.500 meter dengan panjang kira – kira 4 kilometer. Kawasan Sendang Biru terletak di Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan dengan batas – batas meliputi : Sebelah Utara : Desa Kedungbanteng Sebelah Timur : Desa Tambaksari Sebelah Selatan : Samudera Hindia Sebelah Barat : Desa Sitiarjo Desa tambakrejo berdasarkan keadaan topografinya berada pada ketinggian 15 meter dari permukaan laut. Secara umum iklim desa Tambakrejo di pengaruhi musim penghujan dan kemarau dengan curah hujan rata – rata 1.350 mm per tahun. Dan pada desa ini memiliki suhu dengan rata – rata 23 - 25 0C. Desa Tambakrejo memiliki luas 2.735.850 km2. Luas tersebut meliputi daratan dan perbukitan ataupun pegunungan. 3.1.2. Keadaan Iklim Keadaan cuaca di dusun Sendang Biru seperti umumnya di Kabupaten Malang, yaitu beriklim tropis dengan suhu berkisar antara 18,25 oC hingga 31,45 oC (suhu rata-rata dari stasiun pengamat cuaca yang berada di Unit PPP Pondokdadap adalah antara 23 oC hingga 25 oC). Terdapat foto surat dari stasiun pengamat cuaca pada gambar 13 di lampiran 5 3.1.3. Keadaan Penduduk Jumlah penduduk Desa Tambakrejo menurut data sensus penduduk tahun 2010 berjumlah 4122 orang, yang terdiri dari 2075 orang laki-laki dan 2047 orang perempuan. Sebagian besar masyarakat Desa Tambakrejo bermata pencaharian sebagai nelayan, karena daerah tersebut berdekatan dengan pantai selatan Jawa Timur. Sektor pendidikan di Desa Tambakrejo harus mendapat perhatian. Ini dapat dilihat dari data yang ada, sebagian besar penduduk Desa Tambakrejo hanyalah tamatan Sekolah Dasar (SD) yang berjumlah 1.552 orang, tidak sekolah 92 orang, lulusan SLTP/MTs 311, SLTA 131, dan jumlah penduduk yang tidak tamat SD pun cukup banyak, yaitu sebanyak 1.375 orang. Untuk jumlah lulusan pendidikan paling rendah di Desa Tambakrejo adalah sarjana, yaitu hanya berjumlah 43 orang. Berdasarkan agama yang dianut di Desa Tambakrejo, sebagian besar penduduknya memeluk agama Kristen dengan prosentase 60% dan pada 40%nya memeluk agama Islam. 3.2. Keadaan Umum Perikanan 3.2.1. Nelayan Menurut Mulyadi (2005) dalam Widyawati (2008), Nelayan merupakan kelompok sosial yang selama ini terpinggirkan, baik secara sosial, ekonomi maupun politik. Nelayan di Indonesia masih belum berdaya secara ekonomi dan politik. Organisasi ekonomi nelayan belum solid, nelayan masih terikat pada ikatan tradisional dengan para tengkulak, dan belum ada institusi yang bisa menjamin kehidupan nelayan selain insitusi patron klien tersebut. Secara politikpun, masyarakat nelayan masih dijadikan obyek mobilisasi politik maupun pemerintah, sehingga ketika nelayan menjadi korban pembangunanpun mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Nelayan adalah orang yang aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan di laut termasuk didalamnya ahli mesin, ahli listrik dan juru masak, walaupun mereka tidak secara langsung melakukan penangkapan di laut. Sesuai dengan Undang-undang No. 31 Tahun 2004 Nelayan adalah orang yang aktif dalam melakukan pekerjaan ataupun kegiatan operasional penangkapan ikan di laut, baik secara langsung maupun tidak langsung. Terobosan yang dilakukan oleh pemerintah untuk memberdayakan nelayan kecil dan pembudidayaan ikan, serta pengembangan SDM dan kelompok nelayan dapat dilihat dari Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Berdasarkan Undang-undang ini, disebutkan pula bahwa Pemerintah berkewajiban untuk membangun dan membina prasarana perikanan (pelabuhan perikanan dan saluran irigasi tambak). Tempat Pelelangan Ikan (TPI) merupakan salah satu fungsi utama dalam kegiatan perikanan dan juga merupakan salah satu faktor yang menggerakkan dan meningkatkan usaha dan kesejahteraan nelayan (Widyawati, 2008). Jumlah nelayan yang beroperasi di Desa Tambakrejo khususnya di Pelabuhan Perikanan Pantai Sendang Biru pada awal tahun 2010 atau antara bulan Januari sampai Mei mengalami peningkatan. Pada tabel 3 dapat di lihat bahwa peningkatan paling tinggi terdapat pada bulan Mei yaitu berjumlah 2.691. Namun mulai bulan Juni sampai Desember 2010 jumlah nelayan sangat menurun, sampai pada puncaknya bulan Desember jumlah nelayan hanya mencapai 1.936. Menurut sumber dari Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap mengungkapkan bahwa penurunan jumlah nelayan ini terjadi di karenakan banyak faktor. Dan faktor yang paling mempengaruhi jumlah nelayan tersebut adalah di karenakan pada bulan Juni sampai Desember pemerintah menurunkan perintah larangan nelayan untuk melaut. Hal ini di karenakan faktor cuaca yang sangat buruk, mulai dari keadaan angin yang tidak beraturan sehingga menyebabkan ombak laut mencapai ketinggian 5 meter. Dengan turunnya surat peringatan dari pemerintah tersebut, maka banyak para nelayan yang beralih profesi dan tidak lagi bergantung pada mata pencaharian sebagai nelayan. Nelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap Sendang Biru tidak semuanya berasal dari lingkungan sendang Biru maupun Desa Tambakrejo. Sebagian nelayan berasal dari luar daerah malang bahkan berasal dari luar pulau jawa. Misalkan banyak terdapat nelayan yang berasal dari Banyuwangi, Jember, Surabaya, ada juga yang berasal dari luar pulau yaitu berasal dari Balikpapan, Makassar/Bugis dll. Hal ini terjadi karena banyak sekali nelayan yang berasal dari luar kota bahkan luar pulau mengalami kesulitan dalam melakukan pengoperasian maupun penangkapan di daerahnya. Maka sebagian nelayan mulai pindah ke perairan Sendang Biru untuk melakukan pengoperasian atau penangkapan. 3.2.2. Armada Penangkapan Armada penangkapan yang digunakan di Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap ada 2 jenis, yaitu perahu tanpa motor dan perahu motor tempel. Pada perahu motor tempel biasanya para nelayan menggunakan perahu motor dengan <10 GT. Jumlah armada penangkapan terbanyak terjadi pada tahun 2009, yaitu berjumlah 1.027 buah. Namun pada tahun 2010 jumlah armada penangkapan turun mencapai 589 buah. Hal ini terjadi karena pengaruh dari jumlah nelayan yang menurun pada tahun 2010. Banyak pengusaha ataupun nelayan yang mengalami kerugian bahkan bangkrut, karena faktor cuaca pada tahun 2010 yang sangat buruk. Dan pemerintah telah menghimbau nelayan agar tidak melaut. 3.2.3. Jenis dan Jumlah Alat Tangkap Dilihat dari data jenis dan jumlah alat tangkap pada tahun 2007 sampai 2009 mengalami peningkatan, terutama pada alat tangkap tonda. Hal ini terjadi karena di perairan Sendang Biru memang penghasil ikan tuna, maka banyak nelayan yang menggunakan alat tangkap tonda. Sedangkan pada tahun 2010 mengalami penurunan yang sangat signifikan. Hal ini tejadi karena banyak para nelayan yang berhenti melaut sejak terjadinya musim paceklik yang terjadi pada bulan Juni sampai Desember 2010. Serta telah diperingatkan larangan melaut kepada nelayan oleh Unit Pengelola PPP Pondokdadap yang di karenakan faktor cuaca yang sangat buruk, sehingga akan membahayakan nelayan bila melaut. Dengan terjadinya paceklik dan faktor cuaca yang sangat berkepanjangan, maka banyak sekali para nelayan yang mengalami kerugian dan bangkrut. Dalam 4 tahun terakhir (2007 sampai 2010) jumlah alat tangkap yang beroperasi di perairan Sendang Biru terbanyak adalah pada tahun 2009, yaitu dengan jumlah 547 unit. Dan pada tahun 2010 jumlah alat tangkap mengalami penurunan, yaitu dengan jumlah 413 unit. 3.2.4. Jenis dan Jumlah Produksi Ikan Jumlah ikan yang didaratkan pada Tempat pelelangan ikan PPP Pondokdadap Sendang Biru pada tahun 2010 sebesar 137.382 kg. Dari seluruh jumlah tersebut dihasilkan dari berbagai alat tangkap, misalkan payang, pancing tonda, rawai, gill net, pancing jukung, kunting, dan purse seine. Dari semua jenis alat tangkap tersebut ikan yang didapatkan bermacam-macam, misalkan pada alat tangkap pancing tonda ikan yang di tangkap yaitu cakalang, baby tuna, tuna, dan marlin. Alat tangkap pancing tonda ini sebagaian besar digunakan oleh nelayan di PPP pondokdadap Sendang Biru. 3.2.5. Jenis dan Jumlah Pengolahan Ikan Dari ikan hasil tangkapan nelayan yang didapat pada Tempat pelelangan ikan PPP Pondokdadap Sendang Biru ada yang dijual segar secara langsung. Biasanya para bakul atau pedagang menjual ikan tersebut pada pasar yang terletak di lingkunan tempat pelelangan ikan. Selain di jual secara langsung, ada pula dengan cara di olah, misalkan ikan dijadikan sebagai pindang, asin/kering, abon, kerupuk, petis, dan stik tuna. Hal tersebut dilakukan agar ikan hasil tangkapan bisa lebih awet dan bermanfaat sebagai bentuk makanan lain yang tentunya lebih baik. Pada tahun 2007 jumlah pedagang dan pengolah di PPP pondokdadap mencapai jumlah 75 orang. Namun pada tahun 2008, banyak para pedagang maupun pengolah yang mengalami kebangkrutan dan hanya mencapai jumlah 70 orang. Hal ini terjadi karena persaingan antara para pedagang dan pengolah, sehingga banyak sebagian pengolah yang mengalami kebangkrutan. Dan pada tahun 2009 dan 2010 ada peningkatan jumlah pengolahan ikan, yaitu mencapai 72 dan naik menjadi 74 orang. 3.3. Keadaan Umum Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap 3.3.1. Jenis Pelabuhan Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap Sendangbiru terletak di Dusun Sendang biru, Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur (Jatim), berjarak sekitar 78 kilometer (km), selatan Kota Malang. Pelabuhan Perikanan di Sendang Biru merupakan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) dan terletak di Desa Tambakrejo Kecamatan Sumber-manjing Wetan, Kabupaten Malang. Pelabuhan ini lebih dikenal dengan sebutan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Pondokdadap Sendangbiru, dan pelabuhan ini telah dibangun pada tahun 1987. Fasilitas yang dipersiapkan cukup lengkap antara lain : dermaga, Tempat Pelelangan Ikan (TPI), pabrik es, sarana air bersih dan fasilitas penjualan solar khusus nelayan (SPDN). PPP Pondokdadap juga dilengkapi Kantor Unit Pengelola Pelabuhan, gedung pertemuan, mess dan perbengkelan. PPP Pondokdadap merupakan pelabuhan perikanan yang disiapkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi perikanan di wilayah selatan propinsi jawa timur. Sejalan dengan pengembangan jalur lintas selatan yang sekarang sedang dikerjakan oleh Pemerintah Propinsi Jawa Timur. Dengan komoditi unggulannya yaitu ikan tuna, pelabuhan ini secara geografis sangat strategis dan menguntungkan bagi usaha penangkapan ikan tuna karena dekat dengan daerah penangkapan ikan tuna (tuna fishing ground), dan ke depan fasilitas infrastruktur transportasi akan terus dibangun/disiapkan oleh Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Timur. Untuk lebih jelasnya terdapat layout dari Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap di gambar 9 pada halaman Lampiran 1. Menurut Basuki (2009), Wilayah laut sangat penting dengan dicantumkannya pada GBHN tahun 1993, dan didirikannya Departemen Kelautan dan Perikanan. Undang-undang no. 22 dan 25 tahun 1999 juga mencantumkan kelautan sebagai bagian dari otonomi daerah. Sangat penting bahwa kawasan laut perlu diintegrasikan dalam perencanaan tata ruang wilayah nasional, propinsi dan tingkat kabupaten. Lautan Indonesia merupakan karunia Tuhan YME yang harus selalu disyukuri dengan cara mengelolanya secara bijaksana untuk kesejahteraan seluruh bangsa. Beberapa alasan pentingnya pembangunan laut antara lain : 1. Indonesia memiliki sumberdaya alam laut yang besar baik ditinjau dari kuantitas maupun keanekaragaman hasilnya. 2. Sumberdaya laut merupakan sumberdaya yang dapat dipulihkan (sebagian besarnya), artinya bahwa ikan ataupun sumberdaya laut lainnya dapat dimanfaatkan, namun harus memperhatikan kelestariannya. 3. Pusat pertumbuhan ekonomi, dengan proses globalisasi perdagangan di abad 21 ini, akan terbuka peluang untuk bersaing memasarkan produk-produk kelautan dalam perdagangan Internasional. 4. Sumber protein hewani, sumberdaya ikan mengandung protein yang tinggi khususnya untuk asam amino tak jenuh, atau biasa dikenal dengan kandungan OMEGA-3 yang sangat bermanfaat bagi tubuh manusia. 5. Penghasil devisa Negara, udang dan beberapa jenis ikan ekonomis penting seperti ikan tuna, cakalang ataupun lobster, saat ini merupakan komoditi ekspor yang menghasilkan devisa negara. Terlebih lagi dengan hasil penting di sektor pertambangan minyak dan gas lepas pantai. 6. Memperluas lapangan kerja, dengan semakin sempitnya lahan pertanian di areal daratan, dan semakin tingginya persaingan tenaga kerja di bidang industri, maka salah satu alternatif dalam penyediaan lapangan pekerjaan adalah di sektor perikanan. Apalagi dengan adanya otonomi daerah maka daerah-daerah yang memiliki potensi di bidang perikanan yang cukup besar akan berlomba untuk mengembangkan potensi perikanan laut yang ada, sehingga akan membuka peluang yang sangat besar bagi penyedia lapangan pekerjaan yang sangat dibutuhkan oleh Bangsa Indonesia sekarang ini. 7. Wilayah pesisir sebagai pusat pengembangan IPTEK dan industri kelautan, serta sebagai zona strategis untuk pusat pengembangan jalur transportasi utama antar pulau maupun menuju daerahdaerah di pedalaman. 3.3.2. Visi dan Misi Pelabuhan Pada pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap ini memiliki sebuah pengelola pelabuhan, yaitu Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap. Adapun unit pengelola pelabuhan perikanan pantai tersebut memiliki visi dan misi sebagai berikut : Visi Mendorong tumbuhnya sistem usaha perikanan tangkap yang berkelanjutan berbasis pada Pelayanan Prima. Misi Menyediakan fasilitas dan jasa yang berorientasi pada tingkat kebutuhan pertumbuhan usaha perikanan tangkap. Menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi peran serta masyarakat dalam pengembangan perikanan tangkap. Memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan nelayan tangkap. Mewujudkan usaha perikanan tangkap seabagai sumber pertumbuhan ekonomi. Adapun susunan organisasi dan Tugas Unit Pengelolaan Pelabuhan Perikanan Pantai (UPPPP) Pondokdadap adalah sebagai berikut : 1. Kepala Unit : Mempunyai tugas memimpin,mengawasi,mengkoordinasikan tugas-tugas Kantor Unit. 2. Sub Koordinator Tata Usaha,mempunyai tugas : • Melaksanakan pengelolaan surat menyurat, urusan rumah tangga dan kearsipan. • Melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian. • Melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan. • Melaksanakan pengelolaan perlengkapan dan peralatan kantor. • Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Unit. 3. Sub koordinator Pelayanan Teknis, mempunyai tugas : • Melaksanakan pengumpulan dan penyiapan bahan dalam rangka penyusunan perencanaan pengembangan dan pelayanan jasa serta pemeliharaannya. • Melaksanakan penyusunan dan penyiapan rencana program pelaksanaan penyelenggaraan keamanan serta koordinasi pemanfaatan sarana pelabuhan • Melaksanakan penyusunan rencana pelaksanaan dan penyelenggaraan ketertiban dan kebersihan lingkungan kawasan pelabuhan perikanan. • Menyusun penyusunan dan penyiapan rencana program pelaksanaan koordinasi pengawasan mutu hasil perikanan. • Melaksanakan pelaksanaan pembinaan dan pengawasan serta evaluasi • terhadap penggunaan jasa pelabuhan perikanan. • Melaksanakan penyusunan laporan hasil penyelenggeraan pelayanan teknis. • Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Unit. 4. Sub Koordinator Kesyahbandaran, mempunyai tugas : • Melaksanakan perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana keselamatan pelayaran. • Melaksanakan pengawasan penggunaan sarana dan prasarana keselamatan pelayaran. • Melaksanakan palayanan keselamatan pelayaran. • Melaksanakan evaluasi dan pelaporan terhadap pelayanan keselamatan pelayaran. • Melaksanakan pengumpulan dan pengolahan serta penyajian data kesyahbandaran. • Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala Unit. 3.3.4. Fasilitas Pelabuhan Fasilitas-fasilitas yang ada pada Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap meliputi : 1. Fasilitas pokok yaitu fasilitas dasar yang diperlukan dan kegiatan di suatu pelabuhan. Fasilitas ini berfungsi untuk menjamin keamanan dan kelancaran kapal baik sewaktu berlayar keluar pelabuhan maupun sewaktu berlabuh di pelabuhan. Fasilitas-fasilitas ini antara lain : a. Tanah : 5 Ha b. Tanah urugan/lahan baru : 3,26 Ha c. Turap / plengsengan : 1.900 M2 d. Jalan komplek : 300 M2 e. Jalan menuju ke TPI baru : 1.600 M2 f. Dermaga Ponton : 250 M2 g. Tanah pengurukan : 2,6 Ha h. Pengurukan Kolam Labuh : 1,8 Ha 2. Fasilitas fungsional yaitu fasilitas yang berfungsi untuk meninggikan nilai guna dari fasilitas pokok yang dapat menunjang aktivitas di pelabuhan. Fasilitas-fasilitas ini antara lain : a. Gedung TPI lama : 720 M2 b. Gedung TPI Baru : 1.200 M2 c. Area parkir : 2.000 M2 d. Gudang garam : 204 M2 e. Reservoir air : 16 M2 f. Tandon Air baru : 20 M2 g. Tangki solar dan dispenser : 1 Unit h. Gedung genset : 60 M2 i. Genset ( 65 KVA ) : 2 Unit j. Gedung bengkel lama : 60 M2 k. Gedung Bengkel Baru :180 M2 l. Balai Pertemuan Nelayan lama : 130 M2 m. Balai Pertemuan Nelayan baru : 150 M2 n. Cold Storage : 200 M2 o. Gedung MCK : 60 M2 p. Pager keliling BRC : 600 M2 q. Radio SSB : 1 Unit r. Gedung pemindangan : 3 Unit s. Los Ikan Segar : 7 Unit t. Mess Nelayan : 8 Unit 3. Fasilitas penunjang yaitu fasilitas yang secara tidak langsung meningkatkan peranan pelabuhan. Fasilitas-fasilitas ini antara lain : a. Rumah tamu type 150 : 224 M2 b. Rumah tinggal type 120 : 126 M2 c. Rumah tinggal type 70 : 95 M2 d. Rumah Direksigide type 45 : 1 Unit e. Kantin : 38 M2 f. Pos Keamanan : 2 Unit 4. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG 4.1. Tempat Pelelangan Ikan Tempat pelelangan ikan di dalam Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap merupakan fasilitas fungsional yang berfungsi untuk menunjang aktivitas di pelabuhan. Tempat pelelangan ikan adalah tempat dimana para penjual dan pembeli melakukan transaksi jual beli ikan dengan cara lelang. Sedangkan arti lelang disini adalah proses jual beli yang dilakukan secara terbuka secara umum dan dilakukan pula kegiatan tawar-menawar secara terbuka dengan memiliki jumlah harga yang telah di tentukan nilai terendahnya. Sehingga pelelangan ikan ini bertujuan untuk mendapatkan harga ikan yang optimal serta mendapatkan harga yang wajar dan tidak merugikan bagi nelayan ataupun pedagang/pembeli. Dalam pelaksanaan pelelangan ikan terdapat pula proses manajemen yang dilakukan oleh pengurus ataupun penyelenggara lelang. Misalkan terdapat peraturan retribusi yang harus di bayar oleh penjual/nelayan dan pembeli/pengusaha/pedagang, dimana peraturan tersebut terdapat pada Perda Pemkab Malang No. 1 tahun 2009 yang didalamnya terdapat pemberlakuan retribusi bagi nelayan sebesar 1,5% dari nilai hasil jual dan 1,5% bagi pedagang/pembeli dari jumlah hasil yang dibeli dari nelayan. Sehingga jumlah yang di peroleh sebenyak 3% yang sebagian harus di setorkan sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Malang. Dalam Perda Pemkab Malang No. 8 Tahun 2003, Tempat Pelelangan Ikan adalah tempat penjual dan pembeli melakukan transaksi jual beli ditempat. Dimana para penjual dan pembeli dapat melakukan transaksi jual beli ikan dengan cara pelelangan. Kemudian penyelenggaraan pelelangan ikan adalah kegiatan untuk melaksanakan pelelangan ikan ditempat pelelangan ikan mulai dari penerimaan, penimbangan, pelelangan sampai dengan pembayaran. 4.1.1. Fungsi Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Fungsi penyelenggaraan lelang ikan di tempat pelelangan ikan pondokdadap, sendang biru menurut Ketua KUD Mina Jaya adalah : 1. Mengembangkan potensi ekonomi masyarakat 2. Menjamin kelestarian sumberdaya alam 3. Memberdayakan kapasitas dan partisipasi masyarakat nelayan Menurut Widyawati (2008), mengungkapkan bahwa Tempat Pelelangan Ikan (TPI) memiliki fungsi utama dalam kegiatan perikanan yaitu : 1. TPI merupakan salah satu faktor yang menggerakkan usaha perikanan 2. Meningkatkan usaha Nelayan 3. Mengembangkan kesejahteraan nelayan 4.1.2. Maksud dan Tujuan Tempat Pelelangan Ikan Maksud dan tujuan pelayanan penyelenggaraan pelelangan ikan di Tempat pelelangan ikan Pondokdadap menurut Perda No. 8 tahun 2003 adalah : 1. Untuk mendapatkan kepastian pasar dan mengusahakan kelayakan harga ikan bagi nelayan, produsen maupun konsumen. 2. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan. 3. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. 4. Memberdayakan Koperasi Unit Desa/Koperasi Mina dan pengusaha perikanan. 5. Sebagai sarana pengumpulan data statistik perikanan. 6. Pusat pembinaan nelayan, tengkulak maupun pedagang. Adapun tugas dari masing-masing yang terdapat dalam struktur organisasi tersebut adalah sebagai berikut ; 1. Pengurus KUD Mina Jaya KUD Mina Jaya ditunjuk sebagai penyelenggara pelelangan ikan, sesuai SK Bupati Nomor 337/KEP/M/II/1993. 2. Manajer TPI Yang mengatur seluruh karyawan Unit TPI, membuat laporan bulanan maupun tahunan kepada KUD dan mengkoordinir seluruh kegiatan di TPI. 3. Administratur TPI • Selalu berkoordanisasi denga manajer TPI dalam hal kelembagaan dan pengaturan TPI • Membantu manajer TPI untuk kelancaran kegiatan di TPI 4. Juru Buku • Mencatat jumlah ikan dan hasil retribusinya setiap hari • Meneliti kelengkapan dan kebenaran bukti-bukti pembukuan • Melaksanakan pembukuan sesuai prosedur dan sistem yang telah di tetapkan • Menyimpan data keuangan berupa laporan yang lengkap dengan penjelasan dan lampiran yang dibutuhkan 5. Kasir TPI • Menerima, menyimpan uang serta melaksanakan administrasi kas • Bertanggung jawab pada keuangan TPI • Menyimpan bukti-bukti mengenai kas masuk dan keluar • Bertanggung jawab atas jumlah penerimaan dan pengeluaran kas • Memberikan laporan saldo kas kepada manajer TPI dan KUD 6. Juru timbang Melakukan penimbangan dan pencatatan berat terhadap ikan yang masuk ke TPI 7. Juru lelang Menjadi petugas perantara antara pembeli dan penjual ikan (nelayan dan pengusaha) 8. Juru nota pembelian dan penjualan • Mengisi nota pembelian dan mencatat nama pembeli • Mengisi nota penjualan dan nama penjual 9. Juru nota lelang Mengisi nota lelang terhadap hasil lelang (pemenang dan penjual) 4.1.4. Fasilitas Tempat Pelelangan Ikan Tempat pelelangan ikan merupakan salah satu dari fasilitas fungsional dari pelabuhan. Yang berarti TPI merupakan fasilitas yang memberikan pelayanan langsung untuk pelelangan ikan. Fasilitas-fasilitas yang ada di tempat pelelangan ikan sangat menunjang kelancaran kegiatan di tempat pelelangan ikan tersebut. Fasilitas-fasilitas yang ada di tempat pelelangan ikan Pondokdadap antara lain adalah : 1. Fasilitas Pokok • Gedung beratap dengan kemiringan lantai tertentu • Ruang Kantor • Dermaga 2. Fasilitas Penunjang • Kursi lelang • Timbangan • Nota lelang • Buku produksi • Nota penjualan dan pembelian • Pupil/karcis • Alat tulis • Almari • Kursi petugas • Pengeras suara • Meja kerja • MCK/toilet • Dll 4.2. Lembaga dan Fasilitas Penunjang kegiatan Pelelangan Ikan Dalam perkembangan di daerah perikanan khususnya di Pondokdadap Sendang Biru, Kabupaten Malang tentunya tidak terlepas dari peran lembaga dan tersedianya fasilitas penunjang yang mendukung kegiatan perikanan di daerah tersebut. Tidak hanya pemerintah, tetapi juga pihak swasta selaku pihak yang berkepentingan dalam usaha perikanan dan turut berperan dalam menjalankan roda perkembangannya. Di Pondokdadap Sendang Biru, Kabupaten Malang pengadaan fasilitas penunjang yang mendukung kegiatan perikanan di kelola sendiri oleh masyarakat perikanan daerah tersebut yang tertampung dalam wadah KUD yang bernama Mina Jaya. Selain itu juga tidak terlepas dari peran pihak swasta yang mengelola beberapa fasilitas penunjang lain yang mendukung usaha perikanan di daerah tersebut pembagian pengelolaan ini berada dalam pembinaan Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap selaku wakil dari Dinas Kelautan dan Perikanan Pemerintah Kabupaten Malang. 4.2.1. Sejarah KUD Mina Jaya Dalam masa awal perkembangannya di dusun Sendang Biru, didirikan koperasi nelayan yang di pelopori oleh nelayan perintis yang terdiri dari 20 kepala keluarga. Dan pada 27 September 1980, Bupati Malang melakukan peletakan batu pertama untuk pembangunan Tempat pelelangan ikan Pondokdadap. Pada 1 Januari 1981, koperasi nelayan (kornel) menjadi sebuah Koperasi Unit Desa (KUD) yang diberi nama Mina Jaya. Dan pada 25 April 1983 KUD Mina Jaya resmi berbadan hukum dengan nomor : 5447/BH/II/1983. Kemudian pada tahun 1993 KUD Mina Jaya memperoleh predikat dengan SK Mandiri : 337/KEP/M/II/1993. Wilayah KUD Mina Jaya ini berjarak ± 70 KM ke arah selatan dari kota Malang. Koperasi Unit Desa (KUD) Mina Jaya ini berkedudukan di Dusun Sendang Biru, desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang. KUD ini sampai tahun 2009 memiliki jumlah anggota 358 orang dan memiliki karyawan sebanyak 40 orang. Dalam usaha pembinaan dan pengembangannya, KUD Mina Jaya berperan dalam : 1. Pengadaan sarana dan perbekalan, kebutuhan rumah tangga nelayan dengan kios KUD 2. Penyediaan kios ikan segar 3. Kamar mandi umum/MCK 4. Penyaluran air bersih (PAM) 5. Warung pedagang kaki lima (PKL) 6. Lahan penyimpanan es 7. Perkreditan untuk nelayan 8. Pemasaran dan pengolahan lokal 9. Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) 10. Pembinaan anggota nelayan Semua sarana tersebut merupakan bagian dari sarana manajemen operasional Tempat pelelangan ikan PPP Pondokdadap. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, KUD Mina Jaya berada di bawah dua pembinaan sekaligus yaitu secara teknis dan manajemen. Pembinaan secara teknis KUD Mina Jaya berada dalam binaan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang, karena peranannya dalam membantu penyelenggaraan pelelangan ikan di TPI. Dan secara manajemen KUD Mina Jaya berada dalam pembinaan Dinas Koperasi Kabupaten Malang. Selain pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan, KUD Mina Jaya juga turut membantu dalam pengelolaan Solar Paket Diesel Nelayan (SPDN) yang fungsinya untuk mendistribusikan Bahan Bakar Motor (BBM) untuk memenuhi kebutuhan nelayan. Pendirian SPDN ini, KUD Mina Jaya bekerjasama dengan sebuah lembaga yang bernama Lembaga Ekonomi dan Pengembangan Pesisir Mikro Mitra Mina (LEPMMM). Lembaga tersebut membantu sebuah modal dalam pendirian SPDN tersebut. Selain itu terdapat pula pengadaan kios ikan segar oleh KUD Mina Jaya yang berfungsi sebagai salah satu sarana pemasaran hasil perikanan, juga merupakan bentuk dari pelaksanaan fungsi KUD dalam proses pemasaran. 4.3. Pelaksanaan Manajemen Operasional Pelelangan Ikan 4.3.1. Kegiatan lelang Pada operasional pelelangan ikan tentunya memiliki langkah-langkah yang dilakukan. Berikut adalah langkah-langkah dalam proses kegiatan lelang di Tempat pelelangan ikan Pondokdadap Sendang Biru, Kabupaten Malang ; 1. Sebelum ikan di daratkan dan kapal berlabuh, Kapal atau perahu yang berisi muatan ikan telah melakukan penyortiran ikan diatas kapal. Ikan di tata dalam keranjang-keranjang yang sesuai dengan ukuran dan jenisnya. 2. Setelah di tata menurut ukuran dan jenisnya, kapal berlabuh di dermaga dan kemudian ikan hasil tangkapan yang telah di tata sesuai jenis dan ukurannya di angkut oleh jasa angkut (manol) untuk di bawa ke tempat lelang. Jasa angkut tersebut mendapatkan upah sebesar Rp 4000,- / keranjang atau per angkutan. 3. Setelah di angkut pada tempat lelang, ikan di timbang oleh petugas di tempat pelelangan ikan. Petugas juru karcis memberikan karcis (pipil) kepada juru angkut untuk dimasukkan kedalam keranjang ikan yang telah di timbang, karcis tersebut bertulis jenis dan berat ikan tersebut. 4. Keranjang ikan yang telah di beri karcis timbang (pipil) berisikan berat ikan tersebut diletakkan di hadapan umum yang di saksikan oleh pemilik ikan (nelayan) dan calon konsumen (pengusaha), yang dimana nelayan hanya turut menyaksikan proses pelelangan tersebut. Karena dalam proses pelelangan, nelayan telah memberi mandat kepada pengambek untuk mewakili proses lelang. Dalam proses lelang ini, petugas juru lelang telah menetapkan harga minimal tertentu per kilo gram. Harga minimal tersebut didapatkan dari pengambek, penentuan harga tersebut disesuaikan dengan kondisi ramai atau tidaknya hasil tangkapan nelayan. Misalkan pada musim ikan maka pengambek mematok harga rendah dan sebaliknya pada musim paceklik maka pengambek mematok harga yang tinggi. Terdapat gambar karcis timbang pada gambar 12 di lampiran 4. 5. Setelah itu ikan ditawarkan juru lelang kepada peserta lelang. Dalam proses ini terdapat proses tawar menawar secara terbuka. Ikan di tawarkan secara bertingkat sampai penawar tertinggi tinggal satu orang dan ditentukan sebagai pemenang lelang. 6. Setelah terjadi kesepakat harga dan telah di tentukan pemenangnya, juru nota lelang mengisi nota lelang dan menulis nama penjual, pembeli, berat ikan, harga ikan, dan jenis ikan yang telah di lelang. Nota lelang tersebut rangkap 4 yaitu warna putih (nota lelang 1) yang di berikan kepada nelayan ataupun pengambek, warna merah (nota lelang 2) yang di berikan kepada pengusaha/pembeli pemenang lelang, warna biru (nota lelang 3) yang di berikan kepada kasir TPI untuk di jadikan pembukuan, dan yang terakhir warna kuning (nota 4) yang diberikan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan. Dan setelah itu juru buku mencatat harga berat dan jenis ikan pada buku lelang. Setelah pelelangan selesai, nelayan tidak langsung menerima uang hasil lelang tersebut. Nelayan harus menunggu sampai para pengusaha/pembeli membayar pada kasir TPI. Dalam pembayaran ini pembeli dapat menyicil paling lambat 5 hari setelah proses lelang. Apabila lebih dari 5 hari pembeli tidak membayar, maka pembeli tersebut tidak diijinkan untuk mengikuti kegiatan pelelangan sampai melunasi uang hasil pelelangan tersebut. Kemudian pengambek mengambil uang tersebut pada kasir dan memberikannya kepada nelayan. Setelah itu dari nelayan, uang tersebut dibagi-bagikan kepada pengambek maupun jasa angkut. Pengambek memperoleh 10% dari hasil penjualan tersebut. Proses pelunasan yang dilakukan oleh pembeli tersebut pertama uang hasil pembelian ikan di bayarkan kepada kasir dengan menunjukkan nota lelang. Kemudian oleh juru kasir, nota pembelian di berikan kepada pengusaha. Dan juru kasir menulis nama pembeli, penjual, berat, dan jenis ikan sesuai dengan nota lelang. Kemudian mengalikan berat ikan dengan harga per kilo gram dan ditambah 1,5% untuk retribusi. Setelah pengusaha membayar hasil pembeliannya, pengambek akan menunjukkan nota lelang kepada kasir dan juru nota penjualan. Setelah itu petugas memberikan nota penjualan kepada pengambek untuk mengambil uang pada kasir. Dalam nota penjualan, juru nota menulis nama penjual dan nama pembeli. Pada nota penjual, petugas menulis nama penjual didepan. Dan pada nota pembeli, nama yang ditulis adalah nama pembeli/pengusaha/bakul. Kemudian juru nota menulis jenis, berat dan harga ikan. Setelah itudiberikan kepada penjual dan juga diberikan nota penjualan pada kasir, pada hasil penjualan tersebut kasir memotong 1,5% untuk biaya retribusi. Dan nota penjualan beserta uang penjualan di berikan kepada pengambek, setelah itu pengambek memberikan kepada nelayan. Adapun kisaran harga lelang ikan baby tuna mulai tanggal 1 – 28 Maret 2011, harga terendah mencapai Rp 12.250,-/kg dan tertinggi Rp 13.550,-/kg. Untuk ikan Tuna harga terendah mencapai Rp 30.150,-/kg dan tertinggi mencapai Rp 34.850,-/kg. Ikan tongkol harga lelang terendahnya Rp 10.250,-/kg dan tertingginya Rp 12.150,-/kg. Dalam proses pelelangan ikan, terdapat nota-nota yang menunjang kegiatan di TPI. Nota-nota tersebut adalah nota timbang, nota lelang, nota penjualan, dan nota pembelian. Sebab nota-nota tersebut berfungsi untuk memperlancar kegiatan pelelangan ikan dan juga digunakan sebagai arsip untuk merekap jumlah pemasukan yang diperoleh dari manajemen operasional pelelangan ikan. Adapun penjelasan tentang nota-nota tersebut adalah sebagai berikut : 1. Nota timbang Nota ini diisi pada saat ikan dibawa ke TPI dan ditimbang. Kemudian nota ini diletakkan diatas ikan ataupun didalam keranjang. 2. Nota lelang Nota ini diisi oleh juru nota lelang setelah penjual dan pembeli melakukan transaksi lelang. Nota ini rangkap 4 yaitu ; a. Warna putih (nota lelang 1), nota ini di berikan kepada pengambek yang mewakili nelayan. b. Warna merah (nota lelang 2), nota ini diberikan kepada pembeli ataupun pengusaha. c. Warna biru (nota lelang 3), nota ini diberikan kepada kasir untuk bukti penjualan dan digunakan sebagai arsip. d. Warna kuning (nota lelang 4), diberikan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan. Untuk lebih jelasnya gambar nota lelang terdapat pada gambar 10 di halaman lampiran 2. 3. Nota penjualan dan pembelian a. Nota penjualan, diisi oleh juru nota penjualan dan kemudian di berikan kepada nelayan atau pengambek b. Nota pembelian, diisi oleh juru nota pembelian pada saat pengambilan uang oleh pengambek dan pada saat pembayaran yang dilakukan oleh pengusaha/bakul. Nota ini diberikan kepada pembeli/pengusaha. Untuk lebih jelasnya gambar nota penjualan dan pembelian terdapat pada gambar 11 di halaman lampiran 3. Dalam proses pelelangan, peserta pelelangan telah ditetapkan oleh KUD dan peserta tersebut telah terdaftar di KUD. Untuk menjadi peserta pelelangan, peserta harus mempunyai modal jaminan berupa barang senilai Rp. 20.000.000,- yang berupa sertifikat tanah ataupun BPKB mobil. Hal ini dilakukan untuk menghindari para pengusaha yang curang dan lari dari tanggung jawabnya. Pengusaha dalam mengikuti lelang diijinkan untuk membeli ikan lebih dari harga modal yang dijadikan modal pada KUD. Adapun syarat-syarat menjadi peserta lelang yaitu peserta diwajibkan memberikan foto copy KTP, Kartu Keluarga, pas foto dan jaminan tersebut di atas. Dalam pelelangan, peserta tidak boleh ada hubungan kontrak dengan pemilik kapal. Sehingga dalam proses pelelangan siapapun yang memenuhi persyaratan dapat menjadi peserta lelang dan yang menjadi pemenang adalah para pembeli yang membeli dengan harga yang sesuai dengan kesepakatan lelang. Nama-nama beberapa peserta lelang terdapat pada lampiran 9. Dalam proses lelang, ada pihak-pihak yang terlibat didalamnya, adapun pihak-pihak tersebut adalah : 1. Nelayan Nelayan adalah sekelompok orang yang melakukan penangkapan ikan di laut. Nelayan tak terlibat secara langsung dalam proses pelelangan, karena dalam proses pelelangan nelayan telah diwakili oleh pengambek dan nelayan hanya menyaksikan proses lelang. 2. Pengambek Pengambek adalah penjual yang mewakili pemilik ikan atau nelayan. Tugas pengambek ini adalah menjual ikan dengan cara pelelangan 3. Pengusaha/bakul (pembeli) Pengusaha/bakul adalah orang yang membeli ikan untuk dijual kembali. Pengusaha/bakul di Sendang Biru ada 3 golongan, yaitu : a. Golongan pengusaha/pembeli besar, golongan ini membeli ikan dengan jumlah yang besar atau banyak, dan selanjutnya untuk didistribusikan ke beberapa daerah. b. Golongan pengolah, golongan ini membeli ikan dengan jumlah yang disesuaikan dengan besar atau kecilnya pengolahan ikan, golongan ini membeli ikan untuk di olah lagi menjadi aneka bentuk ikan olahan. Misalkan abon, petis, pindang dll yang kemudian dijual lagi. c. Golongan pengecer, golongan ini membeli ikan tidak terlalu besar dan ikan yang dibeli akan dijual secara ecer per kilo gram di pasar penjualan ikan di sekitar Sendang Biru. Menurut ketua KUD Mina Jaya bapak Dhofir Muntasib, SE dalam melakukan pelelangan terdapat proses-proses yang harus dilakukan, antaranya adalah : 1. Penerimaan Ikan yang didaratkan dari kapal kemudian dibawa ke Tempat Pelelangan Ikan oleh jasa angkut (manol) untuk di lelang. Ikan yang didaratkan dari kapal sebelumnya telah dipisahkan berdasarkan jenis ikan. 2. Penimbangan Ikan yang dibawa dari kapal akan ditimbang oleh juru timbang, kemudian juru karcis mengisi nota timbang sesuai dengan jenis dan berat ikan yang telah ditimbang. Nota ini kemudian diletakkan diatas ikan yang telah di timbang. 3. Pelelangan Ikan yang telah di timbang kemudian diletakkan secara umum untuk di lelang. Kemudian juru lelang mematok harga terendah yang disepakati oleh pengambek. Setelah terjadi kesepakatan harga, juru nota lelang mengisi nota lelang dan menulis nama penjual, pembeli, berat ikan, jenis ikan, dan harga ikan yang telah disepakati. 4.4. Pengolahan Ikan Setelah ikan di lelang dan sampai ke tangan para pengusaha, biasanya oleh pengusaha ikan tersebut langsung dijual secara segar adapula yang secara bentuk ikan olahan. Pengolahan di Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap Sendang Biru masih bersifat sederhana. Namun di Sendang Biru ini tidak ada sisa bahan dasar ikan yang tersisa, semua dijadikan bentuk olahan. Selain di jual secara segar biasanya ikan diolah menjadi pindang, abon dan sebagainya. Berikut macam-macam pengolahan ikan yang ada di Sendang Biru : 1. Ikan Segar Untuk ikan ini, penanganannya hanyalah di beri es atau di bekukan saja. Misalnya pada ikan tuna, baby tuna, cakalang, tongkol, kakap merah dll. 2. Ikan Pindang Biasanya ikan ini dilakukan dengan cara ikan di rebus saja. Ikan yang di pindang meliputi Baby Tuna, cakalang dan tongkol. . Di Sendang Biru ini pengusaha abon ikan mencapai 6 orang. 3. Ikan asin Ikan asin ini biasanya dilakukan oleh istri dari nelayan itu sendiri. Pengolahan ini dilakukan dengan cara penggaraman dan kemudian dilakukan penjemuran. 4. Abon ikan Jenis ikan olahan ini dilakukan dengan berbagai cara dan olahan yang cukup rumit, karena membutuhkan keahlian dalam pembuatannya. Di Sendang Biru ini pengusaha abon ikan mencapai 2 orang. Bahkan ada 1 orang pengusaha abon ikan yang bekerja sama dengan Universitas Brawijaya Malang dalam proses pembuatannya maupun pemasarannya. 5. Stik tuna Jenis ikan olahan ini merupakan bentuk makanan yang paling diminati setelah abon tuna. Namun sayangnya jumlah pengusaha stik tuna ini hanyalah mencapai 2 orang saja. Biasanya bahan dasar stik tuna ini diambilkan dari daging baby tuna. 6. Petis ikan Pada olahan petis ikan ini, biasanya bahan yang digunakan adalah limbah dari ikan tuna. Limbah tersebut meliputi insang dan daging dalam tuna yang kebanyakan dibuang. Jumlah pengusaha petis ini berjumlah 3 orang. 7. Kerupuk Ikan Lemuru Produk yang paling susah dicari adalah ikan lemuru ini, karena memang sebagian besar nelayan di Sendang Biru menangkap menggunakan pancing tonda, maka hasil yang di tangkappun biasanya ikan tuna. Jumlah pengusaha kerupuk ikan lemuru ini hanya 1 orang. 4.4.1. Pemasaran Ikan-ikan hasil olahan tadi dipasarkan ke berbagai daerah bahkan di ekspor ke luar negeri. Berikut adalah macam-macam pemasaran ikan di Sendang Biru : 1. Ikan Segar Ikan segar biasanya dijual langsung pada pasar di sekitar Sendang Biru. Selain itu ada pula bentuk ikan Tuna yang di bekukan akan dikirim ke berbagai daerah, misalkan di Surabaya atau Bali. Namun untuk pengiriman ikan Tuna ini paling banyak dikirim ke Bali, karena setelah sampai di Bali ikan tuna tersebut disortir dan kemudian di ekspor ke Jepang dan Thailand. Untuk harga ikan Tuna berkisar Rp 30.000 ,- sampai Rp 35.000,- per kg. Sedangkan untuk harga baby tuna berkisar antara Rp 13.000,- sampai Rp 15.000 per kg. 2. Ikan Pindang Untuk ikan pindang ini wilayah pemasarannya meliputi seluruh Jawa Timur. Berikut ini daftar harga hasil ikan olahan pindang ; • 1kg pindang ikan tuna : Rp 20.000,• 1kg pindang ikan cakalang : Rp 17.000,• 1kg pindang ikan layang : Rp 20.000,• 1kg pindang ikan tongkol : Rp 13.000,3. Ikan asin Untuk ikan asin biasanya tidak di jual karena kebanyakan ikan olahan ini di buat sendiri oleh para istri nelayan dan kemudian dikonsumsi sendiri. Ikan diambil dari ikan hasil tangkapan yang tidak laku terjual. 4. Abon Ikan Tuna Abon ikan Tuna ini dipasarkan di Malang dan Surabaya. Ada 2 pengusaha abon ikan tuna ini yang pertama bapak soekotjo dan bapak karnadi. Khusus abon ikan tuna milik bapak karnadi ini bekerjasama dengan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Brawijaya Malang. Mereka bekerja sama sejak tahun 2005, dan akhirnya membuat sebuah nama yaitu Mina Sari. Harga abon ikan tuna ini berkisar Rp 90.000,- sampai Rp 100.000,- per kg. 5. Stik Ikan Tuna Pada stik ikan tuna ini biasanya dipasarkan di daerah Malang saja. Karena pemasaran belum dilakukan diberbagai daerah. untuk harga stik ikan tuna ini berkisar Rp 70.000,- sampai Rp 80.000,- pek kg. 6. Petis ikan Untuk petis ikan ini cara pemasarannya adalah pertama petis diolah setengah matang di Sendang Biru, kemudian dalam keadaan setengah matang petis dikirim ke madura yang selanjutnya akan dijadikan petis matang. Hal ini terjadi karena memang untuk produk petis di Sendang Biru hanyalah sampai tahap setengah matang saja. Setelah dikirim di Madura barulah petis tersebut di pasarkan ke berbagai daerah misalkan Surabaya, Mojokerto, Jember, Banyuwangi dan sebagainya. Harga petis setengah matang di Sendang biru ini 1pcs hanya Rp 5000,- dan untuk 1pcs biasanya berisi 1 – 2ons. 7. Kerupuk Ikan Lemuru Krupuk lemuru ini dipasarkan di daerah Malang saja, karena memang krupuk lemuru ini belum banyak peminatnya. Sedangkan untuk harga krupuk ikan lemuru yang masih mentah ini berkisar Rp 30.000,- per kg. 4.5. Sistem Retribusi Pelelangan Peraturan daerah tentang retribusi di berlakukan di Tempat pelelangan ikan Pondokdadap Sendang Biru adalah peraturan daerah (PERDA) Kabupaten Malang no. 8 tahun 2003 tentang penyelenggaraan pelelangan ikan di TPI dalam wilayah kab. Malang, dan untuk pelayanan penyelenggara pelelangan ikan di Tempat Pelelangan Ikan ditetapkan sebesar 5% dari harga penjualan ikan. Hal tersebut dengan ketentuan 2,5% dipungut dari pengusaha/pembeli ikan dan selanjutnya 2,5% diambil dari nelayan/penjual. Kemudian menurut Ketua KUD Mina Jaya Bpk. Dhofir Muntasib, SE pemerintah mengeluarkan Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Malang no. 1 Tahun 2009 jasa lelang diputuskan menjadi 3% yaitu 1,5% dari penjual dan 1,5 dari pembeli. Pembagian retribusi dari hasil pungutan sebanyak 3% diakumulasikan dan dijadikan menjadi 100%. Pungutan tersebut dibagi dengan beberapa hal, yaitu sebanyak 50% untuk pemerintah daerah dan 50% untuk KUD. Berikut adalah rincian pembagian hasil dari retribusi : 1. 50% Pendapatan Asli Daerah (PAD) 40% untuk Kabupaten Malang 10% untuk Propinsi 2. 30% Gaji Karyawan KUD 2,5% tabungan pengusaha (pedagang yang menjadi anggota) 2,5% tabungan nelayan 50% 3% pengamanan TPI (meliputi koramil, polsek, Airud, dan AL) 3% Dana Desa 4% Dana Sosial (kecelakaan laut dll) 5% Perawatan TPI Dalam peraturan retribusi ini sangatlah diperlukan dan harus dengan pengawasan yang baik. Karena ini merupakan salah satu bentuk kegiatan manajemen dalam pelelangan ikan di Tempat pelelangan ikan Pondokdadap Sendang Biru Kabupaten Malang. 4.6. Permasalahan dan Saran di Tempat pelelangan ikan PPP Pondokdadap 4.6.1. Permasalahan Masalah yang dihadapi oleh nelayan, Unit Pengelola PPP Pondokdadap maupun KUD Mina Jaya dalam melaksanakan kegiatan operasional pelelangan ikan adalah : 1. Susahnya nelayan dalam pengurusan surat-surat yang berhubungan dengan kebutuhan kapal. 2. Belum dijalankan secara keseluruhan sistem tambat labuh di Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap, sehingga nelayan harus susah payah menata kapalnya sendiri. 3. Kurangnya jumlah dermaga untuk melakukan bongkar muat kapal, sehingga nelayan harus antri dalam melakukan bongkar muat. 4. Kurangnya jumlah pegawai yang ada di Unit Pengelolaan PPP Pondokdadap. 5. Tidak adanya pejabat syahbandar di Unit Pengelola PPP Pondokdadap, sehingga hanya ada pegawai bagian kesyahbandaran saja tetapi bagian tersebut tidak bisa memberikan/mengeluarkan surat-surat yang diperlukan oleh nelayan. Misalkan pada surat ukur kapal, nelayan harus ke Probolinggo untuk mendapatkan surat tersebut. 6. Banyak pengusaha/pembeli dan nelayan yang tidak membayar retribusi. 7. Lemahnya sistem pengawasan di TPI saat nelayan melakukan bongkar muat, sehingga banyak anak-anak kecil yang mencuri ikan hasil tangkapan nelayan pada saat proses bongkar muat. 8. Kurangnya bentuk bantuan dana dari pemerintah untuk melakukan kegiatan pelelangan dan penyelenggara lelang. 4.6.2. Saran Pemecahan Masalah Upaya pemecahan masalah yang sedang di hadapi oleh nelayan, Unit Pengelola PPP Pondokdadap maupun KUD Mina Jaya dalam melaksanakan kegiatan operasional pelelangan ikan adalah : 1. Perlu diadakan pengarahan dan bimbingan yang dilakukan oleh kantor Unit Pengelola PPP Pondokdadap kepada nelayan tentang perlunya surat-surat ijin dalam melakukan operasi penangkapan. 2. Seharusnya sistem tambat labuh di PPP Pondokdadap harus dijalankan dengan baik, agar kondisi kapal nelayan tidak berserakan. 3. Perlunya dibangun dermaga untuk bongkar muat kapal yang lebih layak, agar nelayan tak perlu antri dalam melakukan bongkar muat hasil tangkapan. 4. Seharusnya jumlah pegawai di kantor Unit PPP Pondokdadap di tambah, agar para pegawai bisa optimal dalam melakukan tugas-tugasnya. 5. Perlu adanya pejabat syahbandar yang bisa mengeluarkan surat-surat yang diperlukan oleh nelayan. Agar para nelayan mau mengurus surat-surat kelengkapan kapal dan tidak perlu ke Probolinggo untuk mengurus surat tersebut. Menurut Bpk H. Umar sebagai ketua himpunan nelayan Sendang Biru mengungkapkan bahwa nelayan banyak yang malas mengurus surat-surat, karena jika harus datang ke Probolinggo membutuhkan waktu yang cukup lama dan nelayan tidak bisa melaut. Sehingga nelayan mengalami kerugian. 6. Perlu adanya peraturan yang jelas terhadap para pengusaha maupun nelayan yang tidak membayar retribusi. 7. Sangat perlu adanya pengawasan keamanan yang tegas terhadap pencuri ikan di TPI. 8. Menurut ketua KUD Mina Jaya Bpk. Dhofir Muntasib, SE mengungkapkan bahwa pemerintah dalam hal bantuan dana dari pihak Dinas Koperasi maupun Dinas Kelautan dan Perikanan perlu memperhatikan adanya pendanaan bagi penyelenggara lelang. Yang nantinya dana tersebut digunakan oleh nelayan maupun pengusaha sebagai bentuk simpan pinjam dengan bunga tertentu. Agar utamanya para pengusaha/pembeli bisa melakukan peminjaman yang digunakan untuk pelunasan pembayaran kepada nelayan. Dengan cara tersebut pemerintah pun tidak dirugikan, karena nelayan maupun pengusaha/pembeli akan membayar retribusi secara tertib. 5. PENUTUP 5.1. Kesimpulan Dari kasil Praktek Kerja Lapang dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Kegiatan manajemen operasional Pelelangan Ikan di TPI PPP Pondokdadap Sendang Biru Kab. Malang dimulai pada saat ikan didaratkan melalui dermaga kemudian ikan dibawa ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) untuk dilelang, setelah dilelang sebagian ikan ada yang di olah menjadi berbagai produk perikanan, ada yang langsung dipasarkan secara segar dan ada pula yang dibekukan yang nantinya akan dikirim ke berbagai daerah bahkan pulau. 2. Dalam proses pelelangan penjual dan pembeli dipungut retribusi yaitu sebesar 3% yang terdiri dari 1,5% penjual dan 1,5%pembeli. 3. Terdapat lembaga penunjang seperti KUD, sebagai penyelenggara lelang dan melakukan manajemen dalam operasional pelelangan ikan. 4. Pengolahan ikan di daerah Sendang Biru masih bersifat tradisional. Dan macam-macam bentuk ikan olahan tersebut meliputi pindang, abon, stik tuna, kerupuk, ikan asin, dan petis ikan. 5. Ikan hasil tangkapan nelayan dipasarkan ke berbagai kota bahkan pulau. Untuk ikan hasil olahan ada yang dipasarkan disekitar Malang saja dan adapula yang di daerah lain, meliputi Mojokerto, Madura, Surabaya dan lain-lain. 6. Masih banyaknya permasalahan yang dihadapi dalam proses manajemen operasional pelelangan ikan di Tempat Pelelangan Ikan Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap Sendang Biru Kabupaten Malang. Misalkan dalam proses pelunasan hasil penjualan lelang, banyak pengusaha yang tidak tepat waktu dalam pelunasan. 5.2. Saran Proses Manajemen Operasional Pelelangan Ikan ini sangat diperlukan dalam semua Pelabuhan Perikanan di Indonesia. Selain untuk menambah penghasilan suatu daerah dan negara, proses manajemen operasional pelelangan ikan yang baik juga dapat bermanfaat bagi semua masyarakat. Karena dengan adanya proses tersebut, maka kita dapat mengetahui jumlah sumberdaya ikan di perairan Indonesia secara rinci. Selain itu kita dapat mencegah adanya praktek pencurian ikan yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu. Maka manajemen operasional pelelangan ikan harus di lakukan dengan sebaik mungkin, dan harus adanya kerja sama antara petugas KUD, Kantor Unit Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap, nelayan setempat maupun pengusaha/bakul. Hal ini dilakukan agar tidak adanya salah satu yang dirugikan.