MAKALAH Perbedaan dan Hubungan Antara Filsafat, Ilmu, dan Agama Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Filsafat DOSEN PENGAMPU : AHMAD DZUIZZIN, M.HI Disusun oleh : Ekonomi Syariah 1C JURUSAN EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON Jl. Perjuangan, Sunyaragi, Kec. Kesambi, Kota Cirebon, Jawa Barat 45131 Tahun 2020 KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia -NYA sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang “Perbedaan dan Hubungan Antara Filsafat, Ilmu, dan Agama”. Adapun tujuan dari penyusun menyusun laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu mata kuliah Pengantar Filsafat di Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon dan agar penyusun mampu memahami dan menjelaskan perbedaan dan hubungan antara filsafat, ilmu, dan agama. Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penyusun mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah Perbedaan dan Hubungan Antara Filsafat, Ilmu, dan Agama ini terdapat kesalahan, karena penyusun sendiri masih dalam taraf pembelajaran sehingga kami mengharap kritik dan saran yang dapat memperbaiki untuk penulisan makalah selanjutnya. Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan yang lebih luas bagi pembacanya. Cirebon, November 2020 Penyusun 2|P engant ar Fils afat DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ....……….…………………………………………………...... 2 DAFTAR ISI………...................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang..................................................................... 4 1.2 Rumusan Masalah................................................................ 5 1.3 Tujuan dan Manfaat…………………………………...….. 5 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Filsafat .…………....……..………................... 6 2.2 Pengertin Ilmu ...........…………………………................. 7 2.3 Pengertian Agama .…………………………..................... 9 2.4 Persamaan Filsafat, Ilmu dan Agama…............................. 10 2.5 Perbedaan Antara Filsafat, Ilmu, dan Agama..................... 10 2.6 Kedudukan Filsafat, Ilmu, dan Agama…........................... 13 2.7 Hubungan Antara Filsafat, Ilmu, dan Agama…………..... 13 3.1 Kesimpulan..................................................................... .... 15 DAFTAR PUSTAKA............……………………………………………………......... 16 BAB III PENUTUP 3|P engant ar Fils afat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada tiga hal yang menjadi alat bagi manusia untuk mencari kebenaran, yaitu filsafat, ilmu dan agama. Walaupun tujuan ketiga aspek ini untuk mencari kebenaran, namun ketiganya tidak dapat dikategorikan sebagai sesuatu yang sama (sinonim). Secara umum, filsafat dianggap sesuatu yang sangat bebas karena ia berpikir tanpa batas. Sedangkan agama, lebih mengedepankan wahyu/ilham dari zat yang dianggap Tuhan. Segala sesuatu yang berasal dari Tuhan, dalam perspektif agama adalah sebuah kebenaran yang tidak dapat ditolak. Sedangkan ilmu adalah sebuah perangkat metode untuk mencari kebenaran. Antara filsafat dan Ilmu, sama-sama tidak memiliki tokoh sentral sebagaimana agama yang mensentralkan Tuhan. Dengan kata lain, dapat dikatakan setiap masalah yang dihadapi manusia, maka mereka akan menggunakan tiga macam alat untuk mencapai penyelesaiannya. Sebagian ahli agama menjadikan filsafat dan ilmu sebagai alat untuk mempertajam pemahaman terhadap agama, sehingga kebenaran terhadap agama semakin kuat. Sedangkan ahli filsafat melihat agama dengan pemikiran yang mendalam, sehingga seorang filosof mendapat kebenaran yang paling hakiki. Sedangkan ilmu pengetahuan, sebenarnya sebuah alat yang sangat sederhana, karena ia dapat digunakan oleh semua orang dalam kapasitas dan kemampuan masing-masing manusia. Pemahaman terhadap ketiga aspek ini, cukup urgen bagi setiap orang, karena semua orang pasti membutuhkan pemahaman terhadap persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Manakala seandainya jika disepakati dengan suatu konsep bahwa filsafat adalah induk dari segala ilmu pengetahuan, maka oleh karena itu setiap metode, objek, dan sistematika filsafat itu harus mempunyai arti fungsional bagi setiap pengembangan ilmu pengetahuan yang lainnya. Dengan berdasarkan atas konsep yang telah dikemukakan dan dipaparkan di atas, maka dengan jelas dapat dipahami bahwa setiap ilmu pengetahuan yang lain yang bersifat terapan merupakan pengembangan dari metode dan sistematika yang ada di dalam disiplin filsafat. Berdasarkan dari pengertian dan kedudukan filsafat yang telah dikemukakan dan dipaparkan di atas haruslah disadari dan dipahami bahwa telah terjadi adanya hubungan yang sangat signifikan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan-ilmu pengetahuan yang 4|P engant ar Fils afat lainnya, demikian pula halnya terjadi adanya hubungan antara filsafat dengan agama dan hubungan antara agama dengan ilmu pengetahuan, sehingga terjadi hubungan yang saling terkait (tasalsul) satu sama lainnya. Maka oleh karena itulah jika dikatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada (mawjud) dan yang mungkin ada (mumkin al-wujud) serta sebagai suatu ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat pengetahuan manusia, justru karena itu, maka dapat dikatakan bahwa seluruh ilmu pengetahuan itu harus mempunyai hubungan yang erat secara struktural dan fungsional dengan filsafat. Sejalan dengan perkembangan pemikiran manusia, dimana perbincangan dan pembahasan mengenai ilmu pengetahuan mulai mencari titik perbedaan antara berbagai hal, termasuk diantaranya mencari persekutuan-persekutuan di dalam penyelidikan keperbedaan tersebut. Lantas kemudian orang mulai dapat membedakan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan, demikian pula halnya dapat membedakan antara filsafat dengan agama, dan antara agama dengan ilmu pengetahuan. Penempatan kedudukan yang berbeda, demikian pula perbedaan pengertian fungsional dari ketiga masalah yang telah disebutkan di atas seringkali menimbulkan berbagai macam sikap yang kurang atau bahkan tidak menguntungkan bagi manusia itu sendiri, karena terjadi kesalahan pahaman tentang perbedaan itu. Bertitik tolak dari persoalan-persoalan yang telah dikemukakan dan dipaparkan di atas tadi, maka dalam makalah ini penulis ingin mencoba untuk membahas bagaimana hubungan (nisbah) antara filsafat dengan agama, antara agama dengan ilmu pengetahuan dan antara ilmu pengetahuan dengan filsafat 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari filsafat, ilmu, dan agama ? 2. Bagaimana persamaan dan perbedaan antara filsafat, ilmu, dan agama ? 3. Bagaimana hubungan antara filsafat, ilmu, dan agama ? 1.3 Tujuan dan Manfaat 1. Mengetahui pengertian dan maksud dari filsafat, ilmu, dan agama 2. Mengetahui apa persamaan dan perbedaan antara filsafat, ilmu, dan agama 3. Mengetahui apa hubungan antara filsafat, ilmu, dan agama 5|P engant ar Fils afat BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Filsafat Kata filsafat untuk pertama kali diperkenalkan oleh salah seorang filosof Yunani yang sangat terkenal, Pythagoras. Filsafat adalah kata yang berasal dari bahasa Yunani (Grik), yang terdiri dari dua kata, yaitu kata philos yang berarti cinta dan kata shopos yang berarti bijaksana. Maka oleh karena itu kata filsafat kadang kala sering juga diartikan dengan cinta kebijaksanaan. Filsafat juga bisa diartikan sebagai rasa ingin tahu secara mendalam tentang asal muasal sesuatu, bagaimana sesuatu dan untuk apa sesuatu. Filsafat bisa juga diartikan dengan cinta kebenaran, karena inti dari filsafat itu adalah berusaha untuk mencari kebenaran dari sesuatu. Menurut Poedjawijatna, filsafat itu juga dapat dikatakan adalah suatu ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka. Selanjutnya beliau mengkategorikan filasafat itu kedalam golongan ilmu, maka oleh karena itu filsafat harus bersifat ilmiah, yaitu menuntut kebenaran, memilki metode, bersistem dan harus berlaku umum. Filsafat itu objek materinya memang sama dengan ilmu, akan tetapi filsafat tidak dapat dikatakan ilmu, karena filsafat objek formanya adalah mencari sebab yang sedalamdalamnya, sementara objek forma ilmu adalah mencari sebab segala sesuatu melalui pengalaman. Jad jika ada objek di luar pengalaman itu, maka tidak lagi termasuk kedalam objek ilmu. Ilmu pada hakikatnya adalah inign tahu dengan segala sesuatu, tetapi tidak secara mendalam. Filsafat adalah ingin mengetahui dari mana sesuatu, bagaimana sesuatu dan untuk apa sesuatu, sementara ilmu hanya ingin tahu bagaimana sesuatu itu. Lain halnya pula denganagama yaitu berupaya menjelaskan mana yang benar dan mana yang tidak benar tentang sesuatu itu. Kebenaraan sesuatu dalam agama adalah terletak apakah ia diwahyukan atau tidak sesuatu itu. Yang diwahyukan itu harus dipercayai dan harus dita‘ati, dengan demikian agama itu hakikatnya adalah suatu kepercayaan. Pengertian filsafat itu juga dapat dibedakan dari dua segi, yaitu segi yang statis dan dari segi yang dinamis. Dikatakan dinamis karena dimana pada akhirnya orang harus 6|P engant ar Fils afat mencari kebijaksanaan itu dengan beraneka macam cara dan metode yang dimiliki dan kemampuan yang ada, dan dikatakan statis karena orang dapat mencukupkan diri atau merasa cukup untuk sekedar mencintai kebijaksanaan tersebut. Akan tetapi walaupun demikian, secara terinci dan secara khusus filsafat itu dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mencari kebenaran yang sesungguhnya dari segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada atau mencari hakikat segala sesuatu yang secara ringkas dapat dikatakan sebagai usaha mencari kebenaran yang hakiki. 2.1 Pengertian Ilmu Ilmu adalah pengetahuan tentang segala sesuatu yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang pengetahuan itu, dan yang lebih awam lagi mengartikan ilmu itu dengan pengetahuan dan kepandaian tentang sesuatu persoalan, baik itu persoalan sosial kemasyarakatan maupun persoalan ekonomi, persoalan agama dan lain-lain sebagainya, seperti soal pergaulan, soal pertukangan, soal duniawi, soal akhirat, soal lahir, soal batin, soal dagang, soal adat istiadat, soal pertanian, soal gali sumur dan lain-lain sebagainya. Ilmu itu juga dapat dikatakan dengan sekumpulan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman yang dilalui atau yang diterima, baik itu pengetahuan lewat pengalaman mimpi, lewat pengalaman perjalanan, lewat pengalaman spritual, lewat pengalaman bekerja dan lain-lain sebagainya, kemudian pengetahuan itu disusun secara sistematis, dengan memiliki metode, kemudian harus bersifat atau berlaku untuk umum dan tidak boleh memihak kepada sesuatu serta berdiri sendiri atau otonom. Ilmu itu juga dapat dikatakan dengan sekumpulan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman yang dilalui atau yang diterima, baik itu pengetahuan lewat pengalaman mimpi, lewat pengalaman perjalanan, lewat pengalaman spritual, lewat pengalaman bekerja dan lain-lain sebagainya, kemudian pengetahuan itu disusun secara sistematis, dengan memiliki metode, kemudian harus bersifat atau berlaku untuk umum dan tidak boleh memihak kepada sesuatu serta berdiri sendiri atau otonom. Berkaitan dengan masalah ilmu pengetahuan George ThomasWhite Patrick pernah mengatakan bahwa science is the complete and consistent discreptions of the facts of experience in the simples possible term (Ilmu adalah sesuatu yang bersifat menyeluruh dan 7|P engant ar Fils afat mencakup semua diskripsi/penjelasan fakta-fakta yang diambil atau diterima dari suatu pengalaman dalam pengertian yang sangat simpel/sederhana). Ilmu pengetahuan itu harus memiliki instrumen, paling tidak ada lima instrumen ilmu pengetahuan yang mungkin dapat digunakan, yaitu: pertama, pengalaman yang memfungsikan inderawinya sebagai instrumen utama untuk mendapatkan gambaran atau arti dari sesuatu itu (pengetahuan perseptual indriyawi), dengan kata lain pengalaman adalah sensoris yang menentukan kebenaran tentang sesuatu, pengalaman itu ada yang bersifat objektif, yaitu pengalaman terhadap alam di luar diri yang berada atau terjadi secara mandiri dan di luar diri dan ada pengalaman yang bersifat subjektif, yaitu pengalaman milik pribadi, berada di dalam diri seperti rasa takut, rasa bahagia, rasa enak atau rasa malu dan lain-lain sebagainya. Pengalaman hanya melalui pengamatan semata-mata, kebenaran yang dicari itu akan mengalami distorsi (penyimpangan), konsep dan konstruk akan terungkap dalam rumusan yang berbeda. Kedua, berpikir (rasio) atau menalar dimana akal atau intelek berfungsi dalam upaya mencapai kebenaran. Berpikir itu tidak bisa terlepas dari realitas, juga tidak bisa terlepas dari potensi-potensi yang ada di dalam diri manusia. Berpikir adalah suatu sistem dan proses kognitif yang kompleks, justru kekompleksan inilah yang merangsang para pakar untuk terus menelitinya. Ketiga, intuisi adalah sebagai kejadian eksperensial dan di dalam kalangan ahli psikologi menggambarkan intuisi itu sebagai kejadian prilaku, yang juga bisa sampai kepada kebenaran. Keempat,fatwa yaitu pernyataan atau pendapat dari kalangan para ahli atau pakar (di dalam Islam disebut dengan alim jamaknya ulama‘) yang ahli atau pakar di bidangnya masing-masing. Kelima, wahyu yang merupakan sumber ilmu pengetahuan yang memiliki sifat kebenaran yang mutlak (absolut), akan tetapi keterungkapan kebenarannya itu Ilmu pengetahuan itu harus memiliki instrumen, paling tidak ada lima instrumen ilmu pengetahuan yang mungkin dapat digunakan, yaitu: pertama, pengalaman yang memfungsikan inderawinya sebagai instrumen utama untuk mendapatkan gambaran atau arti dari sesuatu itu, (pengetahuan perseptual indriyawi), dengan kata lain pengalaman adalah sensoris yang menentukan kebenaran tentang sesuatu, pengalaman itu ada yang bersifat objektif, yaitu pengalaman terhadap alam di luar diri yang berada atau terjadi secara mandiri dan di luar diri dan ada pengalaman yang bersifat subjektif, yaitu pengalaman milik pribadi, berada di dalam diri seperti rasa takut, rasa bahagia, rasa enak atau rasa malu dan lain-lain sebagainya. Pengalaman hanya melalui pengamatan semata-mata, kebenaran yang dicari itu akan mengalami distorsi (penyimpangan), konsep dan konstruk akan terungkap dalam rumusan yang berbeda. Kedua, 8|P engant ar Fils afat berpikir (rasio) atau menalar dimana akal atau intelek berfungsi dalam upaya mencapai kebenaran. Berpikir itu tidak bisa terlepas dari realitas, juga tidak bisa terlepas dari potensipotensi yang ada di dalam diri manusia. 2.3 Pengertian Agama Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “agama” yang berarti tradisi. Pada konsep yang sama dalam bahasa latin disebut “religio” yang berarti mengikut kembali yang bermaksud mengikat dirinya kepada tuhan. Secara liguistik, din berarti ketaatan dan balasan. Penulis kitab Magayisul Lughah mengatakan bahwa asal dan akar kata ini berarti penghambaan dan kehinaan (tunduk). Sedangkan Raghib dalam Mufradai-nya mengatakan bahwa agama berarti ketaatan dan balasan. Oleh karena itu, Syariat dinamakan din karena lazim ditaati. Menurut para pemikir Barat definisi agama antara lain, agama adalah insting, aksi, dan kondisi spiritual yang “menjangkiti” sekelompok orang tertentu dalam kesendirian mereka di hadapatn Tuhan (William james adalah seorang filsuf sekaligus psikolog berkebangsaan Amerika. Ia hidup pada tahun 1842-1910) Agama berarti sistem, prinsip kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaikan dan kewajiban – kewajiban yang berkaitan dengan kepercayaan itu. Agama adalah tiruan dari filsafat. Menurutnya, baik agama maupun filsafat berhubungan dengan realitas yang sama. Keduanya terdiri dari subjek-subjek yang serupa dan samasama melaporkan prinsip-prinsip tertinggi wujud (yaitu, esensi Prinsip Pertama dan esensi dari prinsip-prinsip kedua nonfisik). Keduanya juga melaporkan tujuan puncak yang diciptakan demi manusia yaitu,kebahagiaan tertinggi dan tujuan puncak dari wujud-wujud lain. Agama memaparkan laporannya berdasarkan imajinasi. Dalam setiap hal yang didemonstrasikan oleh filsafat, agama memakai metode-metode persuasif untuk menjelaskannya gagasan-gagasan itu diketahui dengan membayangkannya lewat kemiripan-kemiripan yang merupakan tiruan dari mereka, dan pembenaran terhadap apa yang dibayangkan atas mereka disebabkan oleh metode-metode persuasif, maka orang-orang terdahulu menyebut sesuatu yang membentuk pengetahan-pengetahuan ini agama. Jika pengetahuan-pegetahuan itu sendiri diadopsi, dan metode-metode persuasif digunakan, maka agama yang memuat mereka disebut filsafat populer, yang diterima secara umum, dan bersifat eksternal 9|P engant ar Fils afat 2.4 Persamaan antara Filsafat, Ilmu dan Agama Agama dan filsafat sebenernya memiliki kesamaan, yaitu bahwa keduanya mengejar suatu hal yang dalam bahasa Inggris disebut Ultimater yaitu hal-hal yang sangat penting mengenai masalah kehidupan, dan bukan suatu hal yang remeh. Orang yang memegang filsafat dan agama tentunya sama-sama menjunjung tinggi apa yang dianggapnya penting dalam kehidupaan. Persamaan antara filsafat, ilmu, dan agama : 1) Ketiganya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek selengkaplengkapnya sampai ke-akar-akarnya. 2) Ketiganya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-akibatnya. 3) Ketiganya hendak memberikan sistesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan. 4) Ketiganya mempunyai metode dan sistem.Ketiganya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia (obyektivitas), akan pengetahuan yang lebih mendasa 2.5 Perbedaan antara Filsafat, Ilmu dan Agama 2.5.1 Filsafat Dan Ilmu Apakah filsafat sama dengan ilmu pengetahuan? Harus kita tegaskan sejak awal bahwa keduanya tidak sama. Tetapi, yang terpenting adalah bahwa keduanya saling berhubungan. Perbedaan filsafat dengan ilmu pengetahuan juga tampak jelas ketika berhadapan untuk melihat masalah-masalah kenyataan yang bersifat praktis. Ilmu pengetahuan bersifat informasional dan analitis untuk bidang-bidang tertentu, tetapi filsafat tidak sekedar memberikan informasi dari kehidupan hanya menjadi satu bagian saja yang harus dikaitkan dengan pengetahuan lainnya. Jadi, bisa dikatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah anak dari filsafat. Filsafat disebut sebagai “ibu dari ilmu pengetahuan. 10 | P e n g a n t a r F i l s a f a t Jadi, ilmu berkaitan dengan lapangan yang terbatas, sedangkan filsafat mencoba menghubungkan diri dengan berbagai pengalaman manusia untuk memperoleh suatu pandangan yang lebih utuh dan lengkap. Perbedaan antara ilmu dan filsafat bisa terangkum dalam tabel ini. ILMU FILSAFAT Anak filsafat Induk ilmu Objeknya terbatas (bidangnya saja) Filsafat memiliki objek lebih luas, sifatnya universal. Deskriptif dan analitis, memeriksa semua gejala melalui unsur terkecilnya untuk memperoleh gambaran senyatanya menurut bagian-bagiannya Sinoptik, memandang dunia dan alam semesta sebagai keseluruhan untuk dapat menerangkannya, menafsirkannya, dan memahaminya secara utuh. Bukan hanya menekankan keadaan Menekankan fakta-fakta untuk melukiskan sebenarnya dari objek, melainkan juga objeknya, netral, dan mengabstrakkan bagaimana seharusnya objek itu. Manusia faktor keinginan dan penilaian manusia dan nilai merupakan faktor penting Memulai sesuatu dengan menggunakan asumsi-asumsi Memeriksa dan meragukan segala asumsiasumsi Menggunnakan metode eksperimen yang Menggunakan semua penemuan ilmu terkontrol dengan cara kerja dan sifat pengetahuan, menguji sesuatu berdasarkan terpenting, menguji sesuatu dengan pengalaman dengan menggunakan pikiran. menggunakan indra manusia 2.5.2 Filsafat Dan Agama Filsafat berbeda dengan agama, tetapi juga ada yang menganggap agama sebagian bagian dari filsafat. Ketika kita mendefinisikan filsafat sebagai kegiatan yang menggunakan pikiran mendalam, menyeluruh, rasional, dan logis, agama tampak sebagai suatu pemikiran yang bukan hanya dangkal, melainkan juga suatu hal yang digunakan tanpa menggunakan pikiran sama sekali. 11 | P e n g a n t a r F i l s a f a t Dari titik ini agama tampak sebagai hal yang malah menentang filsafat. Pertentangan ini tampak dalam berbagai ekspresi, yang paling tampak barang kali adalah pertentangan antara orang yang berpegangan teguh pada pikiran spekulatif serta tidak rasional agama dan para filusuf yang muncul ditengah-tengah meluasnya pemikiran agama. Agama dan filsafat sebenernya memiliki kesamaan, yaitu bahwa keduanya mengejar suatu hal yang dalam bahasa Inggris disebut Ultimater yaitu hal-hal yang sangat penting mengenai masalah kehidupan, dan bukan suatu hal yang remeh. Orang yang memegang filsafat dan agama tentunya sama-sama menjungjung tinggi apa yang dianggapnya penting dalam kehidupan. FILSAFAT AGAMA Agama berarti mengabdi diri, jadi yang Filsafat berarti berfikir, jadi yang penting ialah hidup secara beragama sesuai penting ialah ia dapat berfikir dengan aturan-aturan agama itu Filsafat banyak berhubungan dengan Agama banyak berhubungan dengan hati pikiran yang diingin dan tenang Filsafat dapat diumpamakan seperti air Agama dapat diumpamakan sebagai air sungai telaga yang tenang dan jernih dan dapat yang terjun dari bendungan dengan dilihat dasarnya gemuruhnya Seorang ahli filsafat, jika berhadapan Agama oleh pemeluk-pemeluknya, akan dengan penganut aliran atau paham lain, diperhatikan dengan habis-habisan sebab biasanya bersikap lunak mereka telah terikat dan mengabdikan diri Agama disamping memenuhi pemeluknya Filsafat, walaupun bersifat tenang dalam dengan sangat dan perasaan pengabdian diri, pekerjaannya, sering mengeruhkan juga mempunyai efek yang menenangkan jiwa pikiran pemeluknya pemeluknya. Filsafat penting dalam mempelajari agama 12 | P e n g a n t a r F i l s a f a t 2.6 Kedudukan Filsafat, Ilmu dan Agama Filsafat, ilmu, dan agama mempunyai hubungan yang terkait dan reflektif dengan manusia. Dikatakan terkait, karen ketiganya tidak dapat bergerak dan berkembang apabila tidak ada tiga alat dan tenaga utama yang berada didalam diri manusia. Tiga alat dan tenaga utama manusia adalah akal pikir, rasa, dan keyakinan, sehingga dengan ketiga hal tersebut manusia dapat mencapai kebahagiaan bagi dirinya. Ilmu dan filsafat dapat bergerak dan berkembang berkat akal dan pikiran manusia. Juga, agama dapat bergerak dan berkembang berkat adanya keyakinan. Ilmu dan filsafat dapat bergerak dan berkembang berkat akal pikiran manusia. Juga, agama dapat bergerak dan berkembang berkat adanya keyakinan. Akan tetapi, ketiga alat dan tenaga utama tersebut tidak dapat berhubungan dengan ilmu, filsafat dan agama apabila tidak didorong dan dijalankan oleh kemauan manusia yang merupakan tenaga tersendiri yang terdapat dalam diri manusia. Menurut Nasroen, dalam achmadi ( 2013:18) mengemukakan bahwa filsafat yang sejati haruslah berdasarkan pada agama. Apabila filsafat tidak berdasarkan pada agama dan filsafat hanya semata-mata berdasarkan atas akal pikir saja, filsafat tersebut tidak akan memuat kebenaran objektif karena yang memberikan penerangan dan putusan adalah akal pikiran. Sementara itu, kesanggupan akal fikiran terbatas sehingga filsafat yang hanya berdasarkan pada akal pikir semata-mata akan tidak sanggup memberi kepuasan bagi manusia, terutama dalam rangka pemahamannya dalam yang ghoib. 2.7 Hubungan Filsafat, Ilmu dan Agama. Filsafat adalah pendalaman lebih lanjut dari ilmu (Hasil pengkajian filsafat selanjutnya menjadi dasar bagi eksistensi ilmu). Di sinilah batas kemampuan akal manusia. Dengan akalnya ia tidak akan dapat menjawab pertanyaan yang lebih dalam lagi mengenai manusia. Dengan akalnya, manusia hanya mampu memberi jawaban dalam batas-batas tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat Immanuel Kant dalam Kritiknya terhadap rasio 13 | P e n g a n t a r F i l s a f a t yang murni, yaitu manusia hanya dapat mengenal fenomena belaka, sedang bagaimana nomena-nya ia tidak tahu. Sehubungan dengan hal tersebut, maka yang dapat menjawab pertanyaan lebih lanjut mengenai manusia adalah agama; misalnya, tentang pengalaman apa yang akan dijalani setelah seseorang meninggal dunia. Jadi, sesungguhnya filsafat tidak hendak menyaingi agama. Filsafat tidak hendak menambahkan suatu kepercayaan baru. Selanjutnya, filsafat dan ilmu juga dapat mempunyai hubungan yang baik dengan agama. Filsafat dan ilmu dapat membantu menyampaikan lebih lanjut ajaran agama kepada manusia. Filsafat membantu agama dalam mengartikan teks-teks sucinya. Filsafat membantu dalam memastikan arti objektif tulisan wahyu. Filsafat menyediakan metodemetode pemikiran untuk teologi. Filsafat membantu agama dalam menghadapi masalahmasalah baru. Sebaliknya, agama dapat membantu memberi jawaban terhadap problem yang tidak dapat dijangkau dan dijawab oleh ilmu dan filsafat. Meskipun demikian, tidak juga berarti bahwa agama adalah di luar rasio, agama adalah tidak rasional. Agama bahkan mendorong agar manusia memiliki sikap hidup yang rasional: bagaimana manusia menjadi manusia yang dinamis, yang senantiasa bergerak, yang tak cepat puas dengan perolehan yang sudah ada di tangannya, untuk lebih mengerti kebenaran, untuk lebih mencintai kebaikan, dan lebih berusaha agar cinta Allah kepadanya dapat menjadi dasar cintanya kepada sesama sehingga bersama-sama manusia yang lain mampu membangun dunia ini. 14 | P e n g a n t a r F i l s a f a t BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Filsafat adalah proses berfikir secara radikal, sistematik, dan universal terhadap segala yang ada dan yang mungkin ada. Dengan kata lain, berfilsafat berarti berfikir secara radikal (mendasar, mendalam, sampai ke akar-akarnya), sistematik (teratur, runtut, logis, dan tidak serampangan) untuk mencapai kebenaran universal (umum, terintegral, dan tidak khusus serta tidak parsial). Ilmu pengetahuan itu adalah filsafat, ilmu pengetahuan itu masih bersifat sementara, dan membuutuhkan penyempurnaan dan perbaikan. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan antara filsafat, ilmu, dan agama memiliki perbedaan, tetapi ada titik persamaanya yaitu ketiganya mencari sebuah kebenaran dan memberikan sebuah jawaban bagi permasalahan-permasalahan kehidupan. Sehingga antara filsafat, ilmu dan agama memiliki relevansi sebagai berikut: 1) Filsafat, ilmu, dan agama sama-sama mencari kebenaran. 2) Filsafat dan ilmu dapat membantu menyampaikan lebih lanjut ajaran agama kepada manusia. Filsafat membantu agama dalam mengartikan teks-teks sucinya 3) Sebaliknya, agama dapat membantu memberi jawaban terhadap problem yang tidak dapat dijangkau dan dijawab oleh ilmu dan filsafat. Dengan demikian antara filsafat, ilmu dan agama tidak ada pertentangan jika didudukkan dalam proporsi dan bidangnya masing-masing. 15 | P e n g a n t a r F i l s a f a t DAFTAR PUSAKA http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/22/hubungan-ilmu-filsafat-dan-agama/ http://mengenal hukum indonesia.blogspot.com/2012/04/hubungan-filsafat-dan-ilmupengetahuan. Soedojo,Peter.2004.Pengantar Sejarah dan Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Suriasumantri, Jujun S.2007.Sebuah Pengantar Populer Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Slamet Ibrahim, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Bandung: ITB, 2008. Tim Penulis, Kamus Bahasa Indonesia, Balai Pustaka: 1998. Uhar Suharsaputra, dalam Filsafat Ilmu, Jilid I, Jakarta: Universitas Kuningan, 2004. 16 | P e n g a n t a r F i l s a f a t