Uploaded by User53771

NURRAHMI AZRIATI A1F018020 LAPORAN ENZIM

advertisement
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI KIMIA
ENZIM
DISUSUN OLEH :
Nama
: Nurrahmi Azriati
NPM
: A1F018020
Hari,Tanggal
: Sabtu, 5 Desember 2020
Pertemuan Ke
: 3 (Tiga)
DosenPengampu
: 1. Nadia Amida, M.Pd
2. Drs. Hermansyah Amir, M.Pd
Laboran
: Tarmo Sujono, A.Md
AsistenPratikum
: 1. Weni Inda Sari
(A1F017011)
2. Ahmad Mukhlasul Amri (A1F017030)
3. Darma Gusti Lestari
(A1F017058)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
I.
Tujuan
1. Untuk membuktikan kecepatan reaksi enzimatik
2. Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap kerja enzim
II.
Latar Belakang
Enzim merupakan biokatalisator yang efektif, efisien dan selektif yang akan
meningkatkan kecepatan reaksi kimia spesifik secara nyata. Enzim mengkatalisis reaksi
tanpa produk samping dan ramah lingkungan sehingga enzim dapat dimanfaatkan untuk
tujuan reaksi atau jenis produk yang diharapkan. Enzim adalah suatu kelompok protein yang
menjalankan dan mengaturperubahan-perubahan kimia dalam sistem biologi. Reaksi atau
proses kimia yang berlangsung dalam sel hidup dikarenakan adanya enzimyangbersifat
sebagai katalisator yaitu zat-zat yang dapat mempercepat reaksi tetapi zatitu sendiri tidak ikut
bereaksi. Enzim terbagi menjadi dua tipeyaitu: enzim ekstraseluler atau eksoenzim (berfungsi
di luar sel) dan enzim intraseluler atau endoenzim (berfungsi dalam sel). Salah satu enzim
ekstaseluler adalah enzim amilase yang dapat menguraikan pati menjadi unit-unit gula
yanglebih kecil.
Kegunaan utama enzim bagi organisme adalah sebagai katalis hayati. Walaupun dalam
jumlah yang amat sedikit, katalis mempunyai kemampuan unik untuk mempercepat
berlangsungnya reaksi kimiawi tanpa enzim itu sendiri terkonsumsi atau berubah setelah
reaksi selesai. Enzim memegang peran penting dalam kehidupan manusia salah satunya
adalah enzim amilase. Enzim amilase banyak dimanfaatkan dalam bidang industri tekstil,
industri makanan, deterjen dan industri kertas. Selain itu, enzim ini juga di gunakan dalam
pengujian limbah cair yang mengandung amilum.
Oleh karena itu untuk lebih mengetahui dan memahami kerja suatu Enjim, khususnya
kerja enzim amilase yang terdapat pada air liur yang dilarutkan pada pati, maka percobaan ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui reaksi enzimatik dan juga pengaruh suhu
terhadap kerja enzim
III.
Langkah Kerja
Uji Protein
Air liur
1. Diambil sebanyak 1 ml air liur orang gemuk dan air liur orang kurus dan
dimasukkan ke gelas kimia
2. Diencerkan dengan 100 ml aquades
3. Disiapkan 6 tabung reaksi yang masing-masing ditempatkan dalam
penangas air dengan suhu yang berbeda-beda
4. Dimasukkan larutan pati sebanyak 10 tetes dalam tabung B dan tabung U
5. Ditempatkan tabung dalam penangas air pada suhu yang telah ditentukan
selama 5 menit
6. Ditambahkan air liur yang telah diencerkan sebanyak 1 ml ke dalam tabung
U
7. Dipanaskan kembali dalam penangas air selama 5 menit
8. Ditambahkan 10 tetes larutan lugol
9. Ditambahkan 4 ml aquades
10. Diuji dengan genesis tiap-tiap tabung pada panjang gelombang 680 nm
11. Dicatat absorbansi
suhu
A blanko
o
0 C
0,082
suhu ruang
0,097
o
37 C
0,214
60o C
0,251
o
100 C
0,125
IV.
A uji gemuk
0,144
0,061
1,725
0,121
0,055
A uji kurus
0,224
0,075
0,111
0,126
0,053
Pengamatan
Pada percobaan kali ini mengenai enzim, kami mengamati bagaimana reaksi enzimatis
dan pengaruh suhu terhadap terja enzim. Disini sampel yang kami gunakan adalah air liur
orang kurus dan air liur orang gemuk dengan larutan pati, larutan lugol, dan aquades. Untuk
mengetahui pengaruh suhu terhadap kerja enzim ini dengan cara diencerkan air liur gemuk
dan kurus dengan 100 ml aquadest dan siapkan 6 tabung reaksi dengan suhu berturut-turut
adalah 0oC, 25oC, suhu ruang, 37oC, 60oC, dan 100oC dan pada masing-masing tabung
diletakkan didalam penangas air yang kemudian dipanaskan selama 5 menit. Kemudian
dimasukkan larutan pati sebanyak 10 tetes kedalam tabung U dan tabung B yang ditempatkan
dalam penangas air dan dipanaskan selama 5 menit. Lalu dimasukkan air liur yang telah
diencerkan kedalam tabung U sebanyak 1 ml dan dipanaskan kembali selama 1 menit
kemudian ditambahkan 10 tetes larutan lugol dan 4 ml aquades dan diuji pada panjang
gelombang 680 nm dan dicatat absorbansinya.
V.
Hasil dan Pembahasan
5.1
Hasil pengamatan
5.2
∆A / menit
A
Au
Au
Blanko
Gemuk
Kurus
Gemuk
Kurus
0℃
0,082
0,144
0,224
-0,062
-0,142
Suhu ruang
0,097
0,061
0,075
0,061
0,022
37℃
0,214
1,725
0,111
-1,511
0,103
60℃
0,251
0,121
0,126
0,13
0,125
100℃
0,125
0,055
0,053
0,07
0,072
Suhu
Pembahasan
Pada percobaan kali ini membahas mengenai enzim yang bertujuan untuk
mengetahui reaksi enzimatik dan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap kerja
enzim. Enzim adalah biokatalisator yang berfungsi sebagai katalis dalam proses
biologis. Enzim yang dikenal luas penggunaannya adalah enzim amilase, lipase, dan
protease yang merupakan enzim hidrolitik pemecah senyawa makromolkul
karbohidrat, lemak, dan ptotein. Enzim merupakan sekelompok protein yang
mengatur dan menjalankan perubahan-perubahan kimia dalam sistem Biologi. Enzim
dihasilkan oleh organ-organ pada hewan dan tanaman yang secara katalitik
menjalankan berbagai reaksi, seperti hidrolisis, oksidasi, reduksi, isomerasi, adisi,
transfer radikal, pemutusan rantai karbon. Secara
umum,
enzim
menghasilkan
kecepatan, spesifikasi, dan kedali pengaturan terhadap reaksi dalam tubuh. Enzim
berfungsi
sebagai
katalisator, yaitu
senyawa
yang
meningkatkan kecepatan
reaksi kimia (Supriyatna, 2015 : 18-19)
Menurut Samsuri (2017 : 20), Enzim merupakan protein yang bersifat katalis,
sehingga sering disebut biokatalis. Enzim memiliki kemampuan mengaktifkan
senyawa lain secara spesifik dan dapat meningkatkan kecepatan reaksi kimia yang
akan berlangsung lama apabila tidak menggunakan enzim. Enzim yang digunakan
harus sesuai dengan polisakarida yang akan dihidrolisis. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kerja enzim tersebut diantaranya adalah suhu, pH, dan inhibitor. Pada
percobaan ini, yang diamati dalam pengaruh suhu terhadap kerja enzim. Menurut
Risnoyatiningsih (2008), bahwa enzim dapat mempercepat reaksi (sebagai Katalis),
enzim tidak mengubah kedudukan normal dari keseimbangan kimia
Pada percobaan kali ini dilakukan pengujian terhadap enzim amilase dengan
sampel air liur orang gemuk dan air liur orang kurus serta menggunakan larutan pati
untuk membuktikan reaksi enzimatik yang ada pada sampel tersebut. Dalam air liur
terdapat enzim amilase dimana fungsi dari enzim ini adalah untuk mengubah zat pati
ke dalam glukosa.
Percobaan pertama yang dilakukan pada percobaan adalah memanaskan larutan
pati pada dua tabung berbeda, Tujuan dari pemanasan ini adalah untuk memutuskan
ikatan karbohidrat di dalam larutan pati. Kemudian ditambahkan larutan air liur yang
telah diencerkan ke tabung. Tujuan dari pengenceran ini adalah untuk menurunkan
atau mengurangi konsentrasi air liur, sebab nantinya akan dilakukan pengukuran
absorbansi, dimana pada genesis, konsentrasi sampel yang digunakan harus kecil.
Kemudian, tabung diberi perlakuan suhu yang berbeda-beda dengan dipanaskan
lagi selama 5 menit, dan diberi lugol. Fungsi penambahan lugol ini adalah sebagai
Kofaktor. Kofaktor merupakan komponen atau senyawa kimia dan nonprotein yang
berfungsi untuk mengaktifkan enzim. Setelah ditambahkan lugol, larutan pada tabung
berubah warna. Adanya perubahan warna tabung menunjukkan bahwa enzim dari air
liur (enzim α-amilase) telah berikatan dengan substrat (larutan pati). Sesuai dengan
pernyataan Fessenden (1982), bahwa teori aktivasi enzim ini disebut teori kesesuaian
terimbas :
E+S
↔
Enzim
Substrat
E–S
→
kompleks
E–P
→
kompleks
E+P
enzim produk
enzim-substrat enzim-produk
Diduga enzim menyesuaikan diri di sekitar substrat (molekul yang akan dikerjakan)
untuk membentuk suatu kompleks enzim substrat. Ikatan-ikatan substrat dapat tegang
Oleh gaya tarik menarik antara substrat dan enzim ikatan tegang memiliki energi
tinggi dan lebih mudah terpatahkan oleh karena itu, reaksi yang diinginkan
berlangsung lebih mudah dan menghasilkan suatu kompleks enzim – produk. Menurut
Mahartoharsono (1990), bahwa enzim itu terbagi menjadi dua yaitu keseluruhan enzim
dinamakan holo-enzim. Bagian proteinnya dinamakan apo-enzim dan bagian
nonproteinnya disebut koenzim.
Percobaan selanjutnya adalah melakukan pengujian secara Spektrofotometri
untuk menentukan nilai Absorbansi untuk sampel. Setelah dilakukan pengukuran
diperoleh nilai Absorbansi pada blanko yaitu pada suhu 0°C (0,082), suhu ruang
(0,097), 37°C (0,214), 60°C (0,251), 100°C (0,125). Sedangkan untuk absorban
sampel uji air liur gemuk yaitu pada suhu 0°C (0, 144), suhu ruangan (0,061), 37°C
(1,725), 60°C (0,121), 100°C (0,055) dan absorban sampel uji air liur kurus yaitu pada
suhu 0°C (0,224), suhu ruang (0,075), 37°C (0,111), 60°C (0,126), 100°C (0,053).
Dari data Absorbansi yang diperoleh, dapat dihitung nilai selisih serapan antara tabung
blanko dan tabung uji dengan rumus :
∆A = AB – AU
Sehingga didapatkan nilai ∆A yaitu untuk air liur gemuk pada suhu 0°C (-0,062), suhu
kamar (0,061), suhu 37°C (-1,511), suhu 60°C (0,013), suhu 100°C (0,07), dan untuk
air liur kurus pada suhu 0°C (-0,142), suhu kamar (0,022), suhu 37°C (0,103), suhu
60°C (0,125), suhu 100°C (0,072) Berdasarkan nilai ∆A yang dihasilkan tersebut,
dapat diketahui pengaruh suhu untuk kerja enzim.
Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa rata-rata nilai absorbansi orang kurus
lebih besar dibandingkan orang gemuk. Kita ketahui bahwa semakin tinggi suhu maka
kerja enzim semakin cepat, tetapi apabila suhu sudah mencapai suhu optimum maka
enzim akan mengalami denaturasi atau kerusakan. Pada suhu yang terlalu rendah
kemantapan enzim tinggi tetapi aktivitasnya rendah, sedangkan pada suhu yang terlalu
tinggi aktivitasnya tinggi tetapi kemantapannya rendah. Daerah temperatur saat
kemantapan dan aktifitas enzim cukup disebut temperatur optimum, hal ini sesuai
dengan literatur dimana menurut Noviyanti (2012), temperatur mempengaruhi
aktivitas enzim maka temperatur rendah. Reaksi enzimatik berlangsung lambat,
kenaikan akan mempercepat reaksi enzimatik mencapai maksimum, kenaikan
temperatur melewati temperatur optimum akan menyebabkan enzim terdenatuasi.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi kerja enzim yaitu konsentrasi substrat
senyawa inhibitor dan aktivator, pH serta suhu.
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan grafik. Berdasarkan grafik dapat
diketahui bahwa pada suhu 60°C memiliki nilai absorbansi paling besar. Pada suhu
diatas 60°C absorbansi larutan akan semakin turun. Hal ini dikarenakan semakin tinggi
suhu maka kerja enzim semakin cepat tetapi apabila suhu sudah mencapai suhu
optimum makan enzim akan mengalami denaturasi atau kerusakan sehingga kerja
enzim semakin lambat bahkan dapat merusak enzim tersebut. Sedangkan pada suhu
rendah aktivitas enzim menurun atau berhenti secara reversible karena molekulmolekul yang memiliki energi kinetik tinggi melampaui energi aktivitas, reaksinya
sangat sedikit sehingga reaksi terjadi sangat lambat.
VI.
Kesimpulan
1. Enzim adalah biokatalisator yang berfungsi sebagai katalis dalam proses biologis. Enzim
yang dikenal luas penggunaannya adalah enzim amilase, lipase, dan protease yang
merupakan enzim hidrolitik pemecah senyawa makromolkul karbohidrat, lemak, dan
ptotein. Pada percobaan kali ini dilakukan pengujian terhadap enzim amilase dengan
sampel air liur orang gemuk dan air liur orang kurus serta menggunakan larutan pati
untuk membuktikan reaksi enzimatik yang ada pada sampel tersebut. Dalam air liur
terdapat enzim amilase dimana fungsi dari enzim ini adalah untuk mengubah zat pati ke
dalam glukosa. Kerja enzim dinyatakan sebagai kemampuan enzim tersebut dalam
mengubah substrat menjadi produk. Berdasarkan percobaan yang dilakukan kerja enzim
dengan suhu yang berbeda-beda
2. Percobaan yang dilakukan adalah memanaskan larutan pati pada dua tabung berbeda,
Tujuan dari pemanasan ini adalah untuk memutuskan ikatan karbohidrat di dalam larutan
pati. Kemudian ditambahkan larutan air liur yang telah diencerkan ke tabung. Tujuan dari
pengenceran ini adalah untuk menurunkan atau mengurangi konsentrasi air liur, sebab
nantinya akan dilakukan pengukuran absorbansi, dimana pada genesis, konsentrasi
sampel yang digunakan harus kecil. Kemudian, tabung diberi perlakuan suhu yang
berbeda-beda dengan dipanaskan lagi selama 5 menit, dan diberi lugol. Fungsi
penambahan lugol ini adalah sebagai Kofaktor. Setelah ditambahkan lugol, larutan pada
tabung berubah warna. Adanya perubahan warna tabung menunjukkan bahwa enzim dari
air liur (enzim α-amilase) telah berikatan dengan substrat (larutan pati).
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa pada suhu 60°C memiliki nilai
absorbansi paling besar yaitu 0,257°C. Pada suhu diatas 60°C absorbansi larutan akan
semakin turun. Hal ini dikarenakan semakin tinggi suhu maka kerja enzim semakin cepat
VII.
Daftar Pustaka
Fessenden, Ralph. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Mahartoharsono, Soekarsono. 1990. Biokimia 1. Yogyakarta: Ugm Press
Noviyanti, Tri., Puji.A, Winda.R. 2012. Pengaruh Temperatur Terhadap aktivitas Enzim
Protease dari Daun Sansaking (Pycnarrhena cauliflora Diels). Jurnal Kimia
Khatulistiwa. Vol 1. No 1 ISSN : 2303-1077
Risnoyatiningsih, Sri. 2008. Yellow Sweet Potato Starch Hydrolysis Into Glucose
Enzymatically. Jurnal Teknik Kimia. Vol 3. No 1 ISSN : 2655-8394
Samsuri, M., Gosan.M, Mardias, Hermansyah.H. 2017. Pemanfaatan Sellulosa Bagas untuk
Produksi Ethanol Melalui Sakaritifikasi dan Fermentasi Serentak Dengan Enzim
Xylanase. Jurnal Makara. Vol 11. No 1.
Supriyatna, Ateng., Dea.A, Ayu.AJ, Dyna.H. 2015. Aktivitas Enzim Amilase, Lipase, dan
Protease dai Larva. Jurnal ISTEK. Vol 9. No 2. ISSN : 1979-8911
VIII.
Lampiran
1) Rincian Perhitungan
Perhitungan ∆A/menit (gemuk)
Perhitungan ∆A/menit (kurus)
•
•
Suhu 0℃
∆A/menit = AB – AU
•
∆A/menit = AB – AU
= 0,082 – 0,144
= 0,082 – 0,224
= -0,062
= -0,142
Suhu ruang
•
∆A/menit = AB – AU
•
= 0,097 – 0,061
= 0,097 – 0,075
= 0,061
= 0,022
Suhu 37℃
•
Suhu 37℃
∆A/menit = AB – AU
= 0,214 – 1,725
= 0,214 – 0,111
= - 1,511
= 0,103
Suhu 60℃
•
∆A/menit = AB – AU
•
Suhu ruang
∆A/menit = AB – AU
∆A/menit = AB – AU
•
Suhu 0℃
Suhu 60℃
∆A/menit = AB – AU
= 0,251 – 0,121
= 0,251 – 0,126
= 0,13
= 0,125
Suhu 100℃
∆A/menit = AB – AU
•
Suhu 100℃
∆A/menit = AB – AU
= 0,125 – 0,05
= 0,125 – 0,053
= 0,07
= 0,072
2) Jawaban Pertanyaan
1. Mengapa suhu yang lebih tinggi dari suhu optimum
menyebabkan enzim
terdenaturasi ?
2. Mengapa dalam percobaan enzim digunakan air liur sebagai sampel
3. Bagaimana reaksi kimia yang terjadi antara larutan pati dengan air liur ?
Jawaban :
1. Semakin tinggi suhu maka kerja enzim semakin cepat, tetapi apabila suhu sudah
mencapai suhu optimum maka enzim akan mengalami denaturasi atau kerusakan.
Pada suhu yang terlalu rendah kemantapan enzim tinggi tetapi aktivitasnya rendah,
sedangkan pada suhu yang terlalu tinggi aktivitasnya tinggi tetapi kemantapannya
rendah. Daerah temperatur saat kemantapan dan aktifitas enzim cukup disebut
temperatur optimum, temperatur mempengaruhi aktivitas enzim maka temperatur
rendah. Reaksi enzimatik berlangsung lambat, kenaikan akan mempercepat reaksi
enzimatik mencapai maksimum, kenaikan temperatur melewati temperatur optimum
akan menyebabkan enzim terdenatuasi
2. Karena pada air liur terdapat enzim amilase yang membantu pencernaan makanan
didalam mulut sehingga dapat diketahui aktivitas enzim pada suhu tertentu dalam
percobaan ini
3. Enzim berasal dari air liur yang mengandung 𝛼-amilase yang berfungsi mengkatalis.
Reaksi hidrolisis amilum lalu ditambahkan lugol
Lugol → I2 / KI(aq)
Dengan reaksi
Amilum + I2 → amilum – iod
3) Bukti pustaka
Pengaruh
temperatur
terhadap
temperatur optimum tercapai. Kenaikan
aktivitas enzim protease
Uji pengaruh temperatur terhadap aktivitas
enzim dilakukan untuk mengetahui kondisi
optimum
enzim
dalam
mendegradasi
substrat. Setiap enzim memiliki aktivitas
maksimum
pada
temperatur
tertentu,
aktivitas enzim akan semakin meningkat
.
dengan bertambahnya temperatur hingga
temperatur di atas temperatur optimum akan
menyebabkan
aktivitas
enzim
menurun
(Baehaki, 2008). Pengaruh suhu terhadap
aktivitas
protease
ekstrak
kasar
daun
sangsangk dapat dilihat pada Gambar 1 dan
Tabel 1
YELLOW SWEET POTATO STARCH HYDROLYSIS INTO
GLUCOSE ENZYMATICALLY
Sri Risnoyatiningsih
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jawa Timur
Jl. Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya
email : [email protected]
ABSTRACT
Glucose is a monosaccharide found in many fruits, and plants obtained through a process using enzyme
hydrolysis of starch saccharide. Sweet potato starch Hydrolisis run with three neck flask equipped with a
stirrer. In Liquifikasi stage, three-neck flask is inserted into the starch solution which has been set temperature
and the pH was added HCI and in the heat, then added α-amylase enzyme in a certain time. Saccharification
second stage, where the results liquification cooled, set the temperature and pH on certain conditions. Then
added enzyme giukoamilase by volume according to the specified variable, and incubated at a given time. At a
certain time interval was taken a few examples of the analyzed samples will be analyzed glucose levels
Process behavior observed in this study were changes in temperature, hydrolysis time and the addition of
enzymes, the best hydrolysis results obtained at 60 ° C, pH 4.5 and the addition of 0.7 ml of glucoamylase and
time hydrolysis 5 days with glucose levels reaching 5 , 65% and conversion yield of 66.8% and 22.59%.
Key words: Sweet Potato Starch, Liquificationi, saccharifictsion, glucose, α-amylase enzyme
PENDAHULUAN
Tanaman ubi jalar merupakan tanaman
yang mudah pemeliharaannya, tahan terhadap
kekeringan , murah biaya perawatannya, tidak
mengherankan kalau disukai banyak pertani,
terutama diusahakan sebagai tanaman palawija,
sebagai tanaman gilir setelah padi.
Selama ini masyarakat menganggap ubi
jalar merupakan bahan pangan dalam situasi
darurat (kurang makan), bahkan disebut sebagai
makanan kelas bawah. Padahal potensi ekonomi
dan sosial ubi jalar cukup tinggi dan juga sudah
dikenal pada taraf internasional, seperti di
Amerika Serikat atau negara-negara maju lain,
ubi jalar dijadikan makanan mewah dan bahan
aneka industri, seperti industri fermentasi, textil,
lem , kosmetik, farmasi dan sirup.
Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber kalori
utama bagi manusia selain protein dan lemak.
Karbohidrat yang mempunyai rumus empiris
(CH2o)n ini juga mempunyai peranan penting
dalam menentukan karakteristik bahan makanan,
misalnya rasa, warna, tekstur, dan lain-lain.
Sedangkan dalam tubuh, karbohidrat berguna
untuk mencegah tibulnya pemecahan pemecahan
protein tubuh yang berlebihan, kehilangan
mineral
dan
berguna
untuk
membantu
metabolisme lemak dan protein.
Di alam, karbohidrat dibentuk dari reaksi
CO2 dan H2O dengan bantuan sinar matahari
melalui proses fotosintesis dalam sel tanaman
yang berkrolofil. Sebagian besar bahan-bahan
nabati yang merupakan sumber karbohidrat
diperoleh dari serelia, umbi-umbian, dan batang
tanaman misanya sagu. Sumber karbohidrat yang
mmerupakan bahan makanan pokok di berbagai
daerah di Indonesia adalah biji-bijian, khususnya
beran dan jagung.
Pada umumnya karbohidrat dapat
dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu :
a. Monosakarida
Merupakan suatu molekul yang terdiri dari
5 atau 6 atom C. Monosakarida yang
mengandung satu gugus aldehida disebut
aldosa, sedangkan ketosa mempunyai
satu gugus keton. Monosakarida dengan
6
atom
C
disebut
heksosa,
misal(dekstrosa atau gula anggur),
fruktosa (levulosa atau gula buah), dan
galaktosa. Sedangkan yang
Enzim
membantu
Enzim dapat mempercepat reaksi (sebagai
produk, tetapi akhirnya jumlah produk tetap
katalis), enzim tidak diubah oleh reaksi yang
sama dengan produk yang diperoleh tanpa
dikatalisnya, dan enzim tidak mengubah
enzim.
Kondisi
kedudukan
aktifitas
enzim
normal
dari
kesetimbangan
kimia. Dengan kata lain enzim dapat
mempercepat
yang
pembentukan
mempengaruhi
diantaranya
konsentrasi
enzim, konsentrasi substrat, pH, dan suhu.
PEMANFAATAN SELLULOSA BAGAS UNTUK PRODUKSI
ETHANOL MELALUI SAKARIFIKASI DAN FERMENTASI
SERENTAK DENGAN ENZIM XYLANASE
M. Samsuri1,2, M. Gozan1, R. Mardias, M. Baiquni, H. Hermansyah1, A.
Wijanarko1,
B. Prasetya2, dan M. Nasikin1
1. Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
2. Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong, Bogor 16911, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Bagas merupakan residu padat pada proses pengolahan tebu menjadi gula, yang sejauh ini masih belum banyak dimanfaatkan
menjadi produk yang mempunyai nilai tambah (added value). Bagas yang termasuk biomassa mengandung lignoselulosa
sangat dimungkinkan untuk dimanfaatkan menjadi sumber energi alternatif seperti bioetanol atau biogas. Dengan pemanfaatan
sumber daya alam terbarukan dapat mengatasi krisis energi terutama sektor migas. Pada penelitian ini telah dilakukan
konversi bagas menjadi etanol dengan menggunakan enzim xylanase. Perlakuan dengan enzim lainnya saat ini sedang
dikerjakan di laboratorium kami mengingat hemisulosa juga mengandung polisakarida lainnya yang dapat didekomposisi
oleh berbagai enzim. Hasil penelitian menunjukkan kandungan lignoselulosa pada bagas sebesar lebih kurang 52,7%
selulosa, 20% hemiselulosa, dan 24,2% lignin. Hemiselulosa merupakan polisakarida yang dapat dihidrolisis oleh enzim
xylanase dan kemudian akan difermentasikan oleh yeast S. cerevisiae menjadi etanol melalui proses Sakarifikasi dan
Fermentasi Serentak (SSF). Beberapa parameter yang dianalisis pada penelitian ini antara lain kondisi pH (4, 4,5, dan 5),
untuk meningkatkan kuantitas etanol dilakukan penambahan HCl berkonsentrasi rendah (0,5% dan 1% (v/v)) dan bagas
dengan perlakuan jamur pelapuk putih (L. edodes) selama 4 minggu. Proses SSF dilakukan dengan waktu inkubasi selama
24, 48, 72, dan 96 jam. Perlakuan dengan pH 4, 4,5, dan 5 menghasilkan konsentrasi etanol tertinggi berturut-turut 2,357 g/L,
2,451 g/L, 2,709 g/L. Perlakuan penambahan HCl konsentrasi rendah mampu meningkatkan produksi etanol, penambahan
dengan konsentrasi HCL 0,5 % dan 1 % berturut-turut menghasilkan etanol 2,967 g/L, 3,249 g/L. Perlakuan dengan
menggunakan jamur pelapuk putih juga dapat meningkatkan produksi etanol yang dihasilkan. Setelah bagas diberi perlakuan
L. edodes 4 minggu mampu menghasilkan etanol dengan hasil tertinggi 3,202 g/L.
Abstract
Utilization of Bagasse Cellulose for Ethanol Production through Simultaneous Saccharification and Fermentation by
Xylanase. Bagasse is a solid residue from sugar cane process, which is not many use it for some product which have more
added value. Bagasse, which is a lignosellulosic material, be able to be use for alternative energy resources like bioethanol or
biogas. With renewable energy resources a crisis of energy in Republic of Indonesia could be solved, especially in oil and gas.
This research has done the conversion of bagasse to bioethanol with xylanase enzyme. The result show that bagasse contains
of 52,7% cellulose, 20% hemicelluloses, and 24,2% lignin. Xylanase enzyme and Saccharomyces cerevisiae was used to
hydrolyse and fermentation in SSF process. Variation in this research use pH (4, 4,5, and 5), for increasing ethanol quantity,
SSF process was done by added chloride acid (HCl) with concentration 0.5% and 1% (v/v) and also pre-treatment with white
rot fungi such as Lentinus edodes (L.edodes) as long 4 weeks. The SSF process was done with 24, 48, 72, and 96 hour’s
incubation time for fermentation. Variation of pH 4, 4,5, and 5 can produce ethanol with concentrations 2,357 g/L, 2,451 g/L,
2,709 g/L. The added chloride acid (HCl) with concentration 0.5% and 1% (v/v) and L. edodes can increase ethanol yield,
The highest ethanol concentration with added chloride acid (HCl) concentration 0.5% and 1% consecutively is 2,967 g/L,
3,249 g/L. The highest ethanol concentration with pre-treatment by L. edodes is 3,202 g/L.
Keywords: bagasse, bioethanol, hemicelluloses, SSF, xylanase, S. cerevisiae, Lentinus edodes
Produksi Etanol dengan Proses SSF
Secara umum sintesis bioetanol yang
berasal dari biomassa terdiri dari dua tahap
utama, yaitu hidrolisis dan fermentasi. Pada
metode terdahulu proses hidrolisis dan
fermentasi dilakukan secara terpisah atau
Separated Hydrolisys and Fermentation
(SHF) dan yang terbaru adalah proses
Simultaneous
Saccharification
and
Fermentation (SSF) atau Sakarifikasi dan
Fermentasi Serentak (SFS). Satu diantara
beberapa keuntungan dari proses SSF
adalah hidrolisis dan fermentasi dilakukan
dalam satu wadah atau reaktor sehingga
dapat berlangsung secara efisien. Hidrolisis
bertujuan untuk memecah polisakarida
menjadi monosakarida
sehingga dapat
langsung difermentasi oleh yeast. Pada
penelitian ini hidrolisis dilakukan secara
biologis, yaitu menggunakan enzim. Enzim
merupakan protein yang bersifat katalis,
sehingga sering disebut biokatalis. Enzim
memiliki
kemampuan
mengaktifkan
senyawa lain secara spesifik dan dapat
meningkatkan kecepatan reaksi kimia yang
akan
berlangsung
lama
apabila
tidak
menggunakan enzim. Enzim yang digunakan
harus sesuai dengan polisakarida yang akan
dihidrolisis
biokatalisator yang berfungsi sebagai
dkk.,
katalis
sekelompok protein yang mengatur dan
dalam
proses
biologis
2011).
(Lehninger, 1982). Enzim yang dikenal
menjalankan
luas
kimia
penggunaannya
adalah
enzim
Enzim
merupakan
perubahan-perubahan
dalam
sistem Biologi.
amilase, lipase, dan protease yang
dihasilkan
merupakan enzim hidrolitik pemecah
hewan
senyawa
katalitik menjalankan berbagai reaksi,
makromolkul
karbohidrat,
oleh
dan
organ-organ
Enzim
tanaman
secara
lemak, dan ptotein. Berdasarkan hal
seperti
tersebut maka dilakukan “Uji Aktivitas
isomerasi,
Enzim Amilase, Lipase, Dan Protease
pemutusan rantai karbon (Sumardjo,
dari
2009).
Ekstrak
illucens”
Usus
untuk
Larva
mempelajari
Hermetia
potensi
hidrolisis,
yang
pada
adisi,
Secara
menghasilkan
oksidasi,
reduksi,
transfer
radikal,
umum,
kecepatan,
enzim
spesifikasi,
larva H.illucenssebagai penghasil enzim
dan kedali pengaturan terhadap reaksi
amilase, lipase, dan protease serta
dalam tubuh. Enzim berfungsi sebagai
pendegradasi limbah organik.Larva H.
katalisator,
illucensmemiliki
protease,
meningkatkan kecepatan reaksi kimia
amilase, dan lipase,protease berfungsi
(Marks, dkk., 2000). Suatu enzim dapat
mengubah protein menjadi asam amino,
mempercepat
amilase
1011kali lebih cepat dibandingkan ketika
enzim
mengubah
pati
menjadi
maltosa,dan lipase mengubah lemak
reaksi
menjadi asam lemak dan gliserol. (Kim,
katalis
yaitu
tersebut
senyawa
reaksi
tidak
yang
108sampai
menggunakan
Download