TUGAS LITERATUR REVIEW PENGALAMAN BELAJAR KLINIK (PBK) ASKEP GADAR KARDIOPULMONAL & NEUROSENSORI Ruang: ICU COVID RS PKT (PUPUK KALTIM) BONTANG Oleh : Fera Herlina Hutapea P0722020010 Siti Jumainah P0722020030 Yunisa Ekawanti P0722020039 MAHASISWA TINGKAT IV SEMESTER VII (GANJIL) PROGRAM ALIH JENJANG KELAS A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS TAHAP SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR TAHUN AKADEMIK 2020/2021 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang (COVID-19) disebabkan oleh coronavirus 2 (SARS-CoV-2) sindrom pernapasan akut yang parah. Pada tanggal 11 Maret 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan COVID-19 sebagai pandemi dengan jumlah kasus secara global sudah melebihi lebih dari 5.000.000 kasus dan angka kematian melebihi 350.000 kasus. Jumlah kasus di Indonesia telah melebihi 25.000 kasus yang dikonfirmasi dan angka kematian lebih dari 1.500 kasus pada akhir Mei 2020 sedangkan jumlah kasus terus meningkat setiap harinya. Infeksi virus Corona pada manusia umumnya tergolong ringan, tetapi sebelumnya pernah mewabahnya virus corona beta, yaitu sindrom pernafasan akut yang parah virus corona (SARS-CoV) dan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) menyebabkan lebih dari 10.000 kasus kumulatif dalam 2 dekade terakhir dengan Case Fatality Rate (CFR) 10% untuk SARS-CoV dan 37% untuk MERS-CoV. Secara keseluruhan total case fatality rate (CFR) di China mencapai 2,3%, dengan 80% pasien yang terinfeksi COVID-19 mengalami gejala ringan dan sembuh tanpa tindakan medis yang intensif. Namun, beberapa kasus laporan melaporkan morbiditas dan mortalitas angka tersebut meningkat secara signifikan pada usia di atas 70 tahun (14,8%) dan untuk pasien dengan penyakit penyerta seperti hipertensi (6%), diabetes melitus (7,3%) dan penyakit kardiovaskular (10,5%). Angka ini lebih tinggi dari rata-rata CFR pada populasi tanpa komorbiditas apapun. Pandemi coronavirus disease 2019 (COVID-19) memberikan tantangan pada penatalaksanaan STEMI dalam berbagai aspek. Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia telah mengeluarkan panduan praktik klinis terkait tatalaksana STEMI dengan Kecurigaan COVID-19. Tulisan ini bertujuan membahas tantangan yang dihadapi dalam penatalaksanaan STEMI di saat pandemi COVID-19. Tantangan ini bisa terkait aspek keamanan tenaga kesehatan dan maupun terkait keselamatan pasien dengan STEMI. Selain itu, tulisan ini menguraikan beberapa strategi pemikiran untuk mengatasi tantangan tersebut. B. Rumusan Masalah (Pertanyaan Klinis) Menggunakan PICO P (Problem/Population) : Penyakit COVID-19 disebabkan oleh varian baru virus korona yang sering disebut sebagai severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARSCoV2). Ternyata selain menyerang sistim pernafasan, SARSCoV2 juga dapat mengakibatkan kardiovaskular. Pandemi Covid 19 komplikasi memberikan tantangan pada penatalaksanaan pasien Kardiovaskular dalam berbagai aspek serta mekanisme yang mendasari dan interaksi kardiovaskular dengan virus corona. Beberapa kasus infeksi COVID-19 mungkin memiliki manifestasi jantung sebagai keluhan utama atau cedera jantung akut sebagai komplikasinya. I (Intervention) : Penatalaksanaan dan manifestasi klinis pasien Kardiovaskular selama masa pandemi Corona Virus. C (Comparison) : Tidak ada pembanding di dalam jurnal O (Outcome) : Membahas tantangan yang dihadapi dalam penatalaksanaan STEMI di saat pandemi COVID-19. Serta untuk memahami dari berbagai studi retrospektif dan laporan kasus yang telah dipublikasikan dan diperbarui selama pandemi COVID-19 terkait mekanisme yang mendasari dan interaksi kardiovaskular dengan virus corona C. Tujuan Bertujuan membahas tantangan yang dihadapi dalam penatalaksanaan STEMI di saat pandemi COVID-19. Tantangan ini bisa terkait aspek keamanan tenaga kesehatan dan maupun terkait keselamatan pasien dengan STEMI. Selain itu, tulisan ini menguraikan beberapa strategi pemikiran untuk mengatasi tantangan tersebut Ulasan ini bertujuan untuk memahami dari berbagai studi retrospektif dan laporan kasus yang telah dipublikasikan dan diperbarui selama pandemi COVID-19 terkait mekanisme yang mendasari dan interaksi kardiovaskular dengan virus corona D. Manfaat Agar menjadi sebuah rujukan dalam strategi solusi untuk menghadapi tantangan dalam tatalaksana STEMI di Indonesia berkaitan COVID-19. Serta untuk keamanan tenaga Kesehatan dan Keselamatan pasien STEMI. Deteksi dini manifestasi jantung dari infeksi COVID-19 menjadi kunci mencegah efek samping jantung jangka pendek dan Panjang. BAB II TELAAH JURNAL A. Deskripsi Jurnal (Setiap Jurnal) Jurnal Pertama : Tantangan Penatalaksanaan STEMI di Pandemi COVID-19 Sunanto Ng,1 Dafsah A. Juzar 2 ITEM PERTANYAAN DALAM TELAAH JURNAL Apa masalah penelitian? Penatalaksanaan ST-elevation myocardial infarction (STEMI) yang sangat dipengaruhi kecepatan waktu revaskularisasi mendapat tantangan yang kompleksi akibat COVID-19 yang mewabah saat ini. Tulisan ini mengulas tantangan yang dihadapi dalam tatalaksana STEMI di Indonesia berkaitan COVID-19 dan strategi solusinya. Tantangan yang dihadapi bisa terkait keamanan tenaga kesehatan maupun pasien STEMI. Terkait keamanan tenaga medis, potensi masalah dapat terjadi akibat adanya manifestasi COVID-19 pada sistim kardiovaskular yang dapat menyerupai STEMI, proses skrining COVID-19 yang tidak akurat, ketersediaan alat pelindung diri dan ruang kateterisasi yang sesuai untuk antisipasi penyebaran virus. Sementara, keamanan pasien STEMI dapat bermasalah akibat pemanjangan waktu iskemi dan risiko terinfeksi COVID-19. Strategi solusi untuk menghadapi masalah tersebut antara lain skrining massal, triase rule-out COVID19 yang baik dan cepat, pemilahan unit menjadi COVID dan non-COVID, dan algoritme untuk triase pasien dengan STEMI dan COVID-19. Seberapa besar masalah tersebut? Mengancam jiwa dan STEMI mimicry ini dapat mengaktifkan alarm palsu sistim tatalaksana STEMI (misalnya pengaktifan tim primary PCI yang biasanya dilakukan cepat untuk mengejar waktu door-to-ballon). Kecepatan waktu yang dibutuhkan dalam tatalaksana STEMI dapat menyebabkan kelengahan tim tenaga kesehatan yang terlibat dan kontaminasi ruang kateterisasi dan ruang perawatan intensif selanjutnya, bila tidak dilakukan antisipasi proteksi virus yang adekuat. Dampak masalah jika tidak diatasi? Bahaya STEMI yang dapat berujung pada kematian pasien atau komplikasi jangka panjang, pentingnya peranan durasi waktu dalam tatalaksana STEMI, penyebaran COVID-19 yang pandemi, mudahnya penularan virus SARS-CoV2, tidak mudahnya mendeteksi COVID-19, dan masalah logistik menjadikan tatalaksana STEMI sangat kompleks pada masa pandemi. Selain itu, rasa takut baik penderita STEMI maupun tenaga kesehatan juga berkontribusi pada kompleksitas masalah. Bagaimana kesenjangan yang terjadi? Bandingkan antara masalah yang ada/kenyataan dengan harapan/target? Penentuan pre-test probability dapat dilakukan dengan kuesioner. Namun, dengan pola penyebaran virus yang sudah pandemi dan adanya carrier yang asimptomatis, pre-test probability yang ideal adalah pemetaan klaster domisili penderita. Hal ini dapat diketahui bila ada skrining massal. Berdasarkan masalah penelitian, apa tujuan dan hipotesis yang ditetapkan oleh peneliti ? Bertujuan membahas tantangan yang dihadapi dalam penatalaksanaan STEMI di saat pandemi COVID-19. Desain penelitian apa yang digunakan? Desain penelitian yang digunakan adalah literature review atau tinjauan pustaka. Studi literature review adalah cara yang dipakai untuk megumpulkan data atau sumber yang berhubungan pada sebuah topik tertentu yang bisa didapat dari berbagai sumber seperti jurnal, buku, internet, dan pustaka lain. database (scholar google, EBSCO dengan keyword (kata kunci) sesuai dengan masalah pada penelitian sebagai berikut : stemi, covid 19 UNTUK DESAIN EKSPERIMEN : Apakah menggunakan kelompok kontrol untuk menentukan efektifitas suatu intervensi ? Penelitian ini bukan penelitian eksperimen Apakah peneliti melakukan random alokasi (randomisasi)? Penelitian ini bukan penelitian eksperimen Jika peneliti melakukan randomisasi, bagaimana prosedurnya, apakah dilakukan randomisasi sederhana, blok, stratifikasi? Siapa yang melakukan randomisasi? Penelitian ini bukan penelitian eksperimen Jika ternyata pada data dasar (base line) terdapat perbedaan karakteristik/variable perancu pada kedua kelompok, apakah peneliti melakukan pengendalian pada uji statistic dengan stratifikasi atau uji multivariate? Penelitian ini bukan penelitian eksperimen Apakah peneliti melakukan masking atau penyamaran dalam memberikan perlakuan pada responden (responden tidak menyadari apakah sedang mendapatkan intervensi yang diuji cobakan? Penelitian ini bukan penelitian eksperimen Untuk menjamin kualitas pengukuran, apakah peneliti melakukan blinding saat mengukur outcome? Blinding merupakan upaya agar sampel atau peneliti tidak mengetahui kedalam kelompok mana sampel dimasukkan ( eksperiment atau control . Hal ini menunjukkan upaya peneliti meningkatkan validitas informasi. Penelitian ini bukan penelitian eksperimen POPULASI DAN SAMPEL Siapa populasi target dan populasi terjangkau? Adapun yang menjadi populasi di penelitian ini adalah jurnal internasional yang berkaitan dengan STEMI dan COVID 19. Siapa sampel penelitian? Apa kriteria inklusi dan eksklusi sampel? Sampel terdiri atas bagian populasi yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Bagaimana metode sampling yang digunakan untuk memilih sampel dari populasi target? Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengakses database (scholar google, EBSCO dengan keyword (kata kunci) sesuai dengan masalah pada penelitian sebagai berikut : stemi, covid 19 Berapa jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian? Metode atau rumus apa yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel? Tidak dijelaskan di dalam jurnal PENGUKURAN ATAU PENGUMPULAN DATA Variable apa saja yang diukur dalam penelitian? Variabel dependen : Tantangan Penatalaksanaan STEMI Variabel independen : Pandemi Covid 19 Metode apa yang digunakan untuk mengumpulkan data? Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan mencari atau menggali data dari literatur yang terkait dengan apa yang dimaksudkan dalam rumusan masalah. Data-data yang telah didapatkan dari berbagai literatur dikumpulkan sebagai suatu kesatuan dokumen yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Alat ukur apa yang digunakan untuk mengumpulkan data? Penelitian ini bukan penelitian eksperimen Bagaimana validitas dan rehabilitas alat ukur/instrument yang digunakan? Apakah peneliti menguji validitas dan rehabilitas alat ukur? Jika dilakukan apa metode yang digunakan untuk menguji validitas dan rehabilitas alat ukur dan bagaimana hasilnya? Penelitian ini bukan penelitian eksperimen Siapa yang melakukan pengukuran atau pengumpulan data? Apakah dilakukan pelatihan khusus untuk observer atau yang melakukan pengukuran? Kedokteran Kardiologi ANALISIS DATA Uji Statistik apa yang digunakan untuk menguji hipotesis atau menganalisis data? Tidak menggunakan uji statistic, tidak menggunakan Analisa data j Untuk penelitian eksperimen apakah peneliti menggunakan metode intention to treat atau on treatment analysis? Penelitian ini bukan penelitian eksperimen Intention to treat adalah menganalisis semua sampel yang megikuti penelitian, baik yang drop out, loss follow up atau berhenti sebelum penelitian selesai. Sampel yang drop out dianggap hasil intervensi yang gagal. On treatment analysis hanya menganalisis sampel yang mengikuti penelitian sampai selesai saja, sedangkan sampel drop out diannggap tidak mengikuti penelitian dan tidak diikutkan dalam analisis. Program atau software statistic apa yang digunakan peneliti untuk menganalisis data? Tidak disebutkan di dalam jurnal HASIL PENELITIAN Bagaimana alur (flow) penelitian yang menggambarkan responden yang mengikuti penelitian sampai selesai, drop out dan loss follow up? Tidak disebutkan di dalam jurnal Bagaimana karakteristik responden dan baseline data? Tidak disebutkan di dalam jurnal Pada penelitian eksperiment apakah variable perancu (counfounding variable) dalam data base line tersebar seimbang pada setiap kelompok? Jika tidak seimbang apa dilakukan peneliti untuk membuat penelitian bebas dari pengaruh variable perancu? Penelitian ini bukan penelitian eksperimen Apa hasil utama dari penelitian? Jika peneliti melakukan uji hipotesis, apakah hipotesis penelitian terbukti atau tidak terbukti (bermakna atau tidak secara statistic )? Apakah hasil penelitian juga bermakna secara klinis? Penelitian ini bukan penelitian eksperimen Untuk penelitian eksperimen dengan variable dependen kategorik apakah peneliti menjelaskan tentang nilai kepentingan klinis dari hasil penelitian seperti number need to treat (NTT), relative risk reduction (RRR) atau absolute risk reduction (ARR). Penelitian ini bukan penelitian eksperimen DISKUSI Bagaimana interpretasi peneliti terhadap hasil penelitian? Apakah peneliti membuat interpretasi yang rasional dan ilmiah tentang hal-hal yang ditemukan dalam penelitian berdasarkan teori terkini? Catatan: meskipun hasil penelitian tidak sesuai dengan hipotesis, namun suatu penelitian tetap berkualitas jika peneliti mampu menjelaskan rasional secara ilmiah mengapa hipotesisnya tidak terbukti. Peneliti membuat interpretasi yang rasional dan ilmiah tentang hal-hal yang ditemukan dalam penelitian berdasarkan teori terkini. Bagaimana peneliti membandingkan hasil penelitiannya dengan penelitianpenelitian terdahulu serta teori yang ada saat ini untuk menunjukkan adanya relevansi? Sejak awal merebaknya pandemi, beredar algoritme tatalaksana STEMI berdasarkan pengalaman awal di China dan Eropa. Terbaru adalah algoritme dari Mahmud E, et al yang dipublikasi online di JACC pada 21 Apr 2020.16 Kami mengusulkan suatu algoritme sederhana yang disadur dan dimodifikasi berdasarkan usulan Mahmud E et al tersebut. Bagaimana peneliti menjelaskan makna dan relevansi hasil penelitiannya dengan perkembangan ilmu keperawatan/kesehatan serta terhadap pemecahan masalah? Pandemi COVID-19 membuat disrupsi dalam semua aspek kehidupan manusia, termasuk dalam tatalaksana STEMI di Indonesia. Faktor pentingnya waktu dalam keluaran tatalaksana STEMI, kompleksnya skrining COVID-19, ketersediaan logistik, dan keamanan pasien dan tenaga kesehatan terkait COVID-19 merupakan unsur penyebab kompleksnya tatalaksana STEMI dalam masa pandemi. Kami telah mengajukan beberapa usulan untuk menjadi kemungkinan solusi terhadap masalah tersebut, yaitu: adanya skrining massal, strategi rule-out COVID-19, sistim pilah unit COVID dan non-COVID, serta algoritme yang sesuai. Di akhir, kami menyadari keterbatasan ulasan kami karena belum diuji secara ilmiah. Bagaimana nilai kepentingan (importancy) hasil penelitian? Kami mengusulkan suatu algoritme sederhana yang disadur dan dimodifikasi berdasarkan usulan Mahmud E et al tersebut. Konsep pikir algoritme ini adalah: 1. Pastikan apakah pasien benar adalah “tipikal STEMI” atau “kemungkinan STEMI mimicry”. 2. Pastikan apakah pasien COVID-19 “positif / sangat mungkin” atau “kecil kemungkinan”. 3. Untuk “kemungkinan STEMI mimicry”, lakukan elaborasi dengan pemeriksaan penunjang dan tatalaksana yang sesuai. 4. Revaskularisasi segera (Primary PCI atau trombolitik) sesuai petunjuk klinis nasional. 4. Trombolitik menjadi pilihan pertama jika sistim proteksi tenaga kesehatan dalam hal APD ataupun struktur ruang kateterisasi tidak dapat memenuhi situasi ideal. 5. Penentuan pre-test probability dapat dilakukan dengan kuesioner.1 Namun, dengan pola penyebaran virus yang sudah pandemi dan adanya carrier yang asimptomatis, pre-test probability yang ideal adalah pemetaan klaster domisili penderita. Hal ini dapat diketahui bila ada skrining massal. Bagaimana applicability hasil penelitan menurut peneliti ? Apakah hasil penelitian dapat diterapkan pada tatanan praktik keperawatan ditinjau dari aspek fasilitas, pembiayaan, sumber daya manusia, dan aspek legal? Ya, hasil penelitian dapat diterapkan pada tatanan praktik keperawatan/kesehatan ditinjau dari aspek fasilitas, pembiayaan, sumber daya manusia, dan aspek legal. Apakah mungkin penelitian ini direplikasi pada setting pratik klinik lainnya? Ya, penelitian mungkin dapat direplikasi pada setting praktik klinik lainnya Apakah peneliti menjelaskan kekuatan dan kelemahan penelitian? Apakah kelemahan ini tidak menurunkan validitas hasil penelitian? Peneliti tidak menjelaskan kekuatan dan kelemahan penelitian Jurnal Kedua: Clinical cardiac manifestations in patients with coronavirus disease 2019 (COVID-19) Hafizha Herman, Putrika PR Gharini, Lucia Kris Dinarti* ITEM PERTANYAAN DALAM TELAAH JURNAL Apa masalah penelitian? Pandemi penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) yang disebabkan oleh sindrom pernafasan akut parah coronavirus 2 (SARS-CoV-2) telah menginfeksi lebih dari 2 juta orang di seluruh dunia dengan angka kematian kasus antara 315%. Patofisiologi penyakit yang baru muncul ini dalam mempengaruhi sistem kardiovaskular masih kurang dipahami. Seberapa besar masalah tersebut? Presentasi klinis mungkin asimtomatik atau kasus yang parah akan mengalami sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS). Lonjakan protein virus SARSCoV-2 menggunakan enzim pengubah angiotensin 2 (ACE2) sebagai entri virus ke sel inang. Karena peningkatan regulasi ACE2, orang dengan penyakit jantung yang sudah ada sebelumnya lebih rentan terhadap infeksi dan lebih mungkin memiliki kondisi infeksi COVID-19 yang parah dengan risiko kematian yang lebih tinggi Dampak masalah jika tidak diatasi? COVID-19 komorbiditas kardiovaskular lebih mungkin berkembang menjadi cedera jantung akut dan gagal jantung. Kematian akibat komplikasi jantung tidak hanya ditemukan pada pasien dengan penyakit kardiovaskular tetapi juga pasien tanpa kondisi kardiovaskular sebelumnya. Hal ini menandakan bahwa risiko tinggi kematian akibat komplikasi jantung belum bisa dikatakan sematamata karena kondisi penyakit kardiovaskular yang sudah ada sebelumnya. Meskipun karakteristik penyakit kardiovaskular seperti hipertensi kronis lebih banyak ditemukan pada pasien yang sudah meninggal. Pasien dengan penyakit kardiovaskular dan metabolik juga memiliki insiden 2 kali lipat dalam kasus yang memerlukan perawatan intensif. Sedangkan penderita cedera jantung akut memiliki kejadian 13 kali lipat pada kasus perawatan intensif. Risiko terpapar COVID-19 pada periode pandemi dapat menyebabkan keterlambatan pasien kegawatdaruratan jantung yang dibawa ke rumah sakit yang kemungkinan besar berkontribusi terhadap mortalitas dan morbiditas jantung. Untuk efek jangka panjang, elektif ditangguhkan prosedur diagnostik dan terapeutik diperkirakan menyebabkan dampak yang signifikan setelah pandemi. Bagaimana kesenjangan yang terjadi? Bandingkan antara masalah yang ada/kenyataan dengan harapan/target? Kondisi reversibilitas struktur dan fungsi jantung tanpa penurunan yang signifikan setelah penyembuhan virus COVID-19 memungkinkan selain mekanisme replikasi virus di miokardium, respon imun atau 'cytokine storm' juga bisa menjadi mekanisme yang penting. 'Cytokine storm' adalah fenomena yang melibatkan produksi berbagai sitokin dalam jumlah besar dan cepat dalam cairan tubuh setelah terinfeksi mikroorganisme. Ini merupakan penyebab penting dari gagal napas akut dan disfungsi multi organ. Menariknya, badai sitokin ini dapat meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah dan edema miokard, yang menjelaskan terjadinya penebalan dinding jantung pada penderita miokarditis dan berpotensi mengganggu kestabilan plak aterosklerotik yang dapat menyebabkan sindrom koroner akut (ACS). Aritmia pada pasien COVID-19 dapat menjadi pencetus ketidakseimbangan elektrolit karena pasien sakit kritis dan diperburuk dengan interaksi dengan terapi COVID-19. Data kejadian infeksi miokard tipe 1 pada COVID-19 masih kurang, bukti yang ada masih menganggap infark miokard tipe 2 sebagai subtipe ACS yang paling umum pada infeksi virus. Terdapat batasan terkait mekanisme pasti efek dari infeksi SARS-CoV-2 pada sistem kardiovaskular dan efek jangka panjangnya karena penyakit baru yang muncul ini. Apalagi pada kondisi KLB ini sulit mendapatkan data dengan tingkat pembuktian yang lebih baik dibandingkan studi kohort dan laporan kasus. Berdasarkan masalah penelitian, apa tujuan dan hipotesis yang ditetapkan oleh peneliti ? Bertujuan untuk memberikan pemahaman dari berbagai studi retrospektif dan laporan kasus yang telah dipublikasikan dan diperbarui selama wabah COVID19. terkait dengan mekanisme yang mendasari dan interaksi kardiovaskular dengan coronavirus. Lebih lanjut, kami ingin mencari efek jangka pendek dan jangka panjang dari infeksi virus ini terhadap komplikasi jantung. Terdapat beberapa hipotesis terkait mekanisme manifestasi jantung pada pasien dengan infeksi virus corona, antara lain kerusakan reseptor ACE2, hipoksia, jantung. mikrovaskular kerusakan, ketidakseimbangan elektrolit, interaksi obat dan peningkatan respon inflamasi. Mengingat minimnya bukti inhibitor RAS pada COVID-19, penggunaan ACE inhibitor / ARB harus terus dilakukan kecuali kontraindikasi dan mungkin bermanfaat pada pasien dengan hipertensi, gagal jantung dan diabetes mellitus. Desain penelitian apa yang digunakan? Desain penelitian yang digunakan adalah literature review atau tinjauan pustaka. Studi literature review adalah cara yang dipakai untuk megumpulkan data atau sumber yang berhubungan pada sebuah topik tertentu yang bisa didapat dari berbagai sumber seperti jurnal, buku, internet, dan pustaka lain. UNTUK DESAIN EKSPERIMEN : Apakah menggunakan kelompok kontrol untuk menentukan efektifitas suatu intervensi ? Penelitian ini bukan penelitian eksperimen Apakah peneliti melakukan random alokasi (randomisasi)? Penelitian ini bukan penelitian eksperimen Jika peneliti melakukan randomisasi, bagaimana prosedurnya, apakah dilakukan randomisasi sederhana, blok, stratifikasi? Siapa yang melakukan randomisasi? Penelitian ini bukan penelitian eksperimen Jika ternyata pada data dasar (base line) terdapat perbedaan karakteristik/variable perancu pada kedua kelompok, apakah peneliti melakukan pengendalian pada uji statistic dengan stratifikasi atau uji multivariate? Penelitian ini bukan penelitian eksperimen Apakah peneliti melakukan masking atau penyamaran dalam memberikan perlakuan pada responden (responden tidak menyadari apakah sedang mendapatkan intervensi yang diuji cobakan? Penelitian ini bukan penelitian eksperimen Untuk menjamin kualitas pengukuran, apakah peneliti melakukan blinding saat mengukur outcome? Blinding merupakan upaya agar sampel atau peneliti tidak mengetahui kedalam kelompok mana sampel dimasukkan ( eksperiment atau control . Hal ini menunjukkan upaya peneliti meningkatkan validitas informasi. Penelitian ini bukan penelitian eksperimen POPULASI DAN SAMPEL Siapa populasi target dan populasi terjangkau? Adapun yang menjadi populasi di penelitian ini adalah jurnal internasional yang berkaitan dengan Manifestasi klinis jantung pada pasien penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) Siapa sampel penelitian? Apa kriteria inklusi dan eksklusi sampel? Sampel terdiri atas bagian populasi yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling artikel yang terdiri dari studi retrospektif, kohort, laporan kasus / seri dari berbagai belahan dunia yang terkena COVID-19.. Bagaimana metode sampling yang digunakan untuk memilih sampel dari populasi target? Peneliti juga memeriksa referensi artikel dari literatur yang relevan. Artikel yang diterbitkan selain bahasa Inggris tidak termasuk dalam ulasan ini. Kami meninjau artikel yang terdiri dari studi retrospektif, kohort, laporan kasus / seri dari berbagai belahan dunia yang terkena COVID-19. Berapa jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian? Metode atau rumus apa yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel? Tidak dijelaskan didalam jurnal. Populasi penelitian terdiri dari pasien yang dirawat di rumah sakit dari kasus ringan hingga parah. PENGUKURAN ATAU PENGUMPULAN DATA Variable apa saja yang diukur dalam penelitian? Variabel dependen : Manifestasi klinis jantung Variabel independen : pasien penyakit coronavirus 2019 Metode apa yang digunakan untuk mengumpulkan data? Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan mencari atau menggali data dari literatur yang terkait dengan apa yang dimaksudkan dalam rumusan masalah. Data-data yang telah didapatkan dari berbagai literatur dikumpulkan sebagai suatu kesatuan dokumen yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Alat ukur apa yang digunakan untuk mengumpulkan data? Penelitian ini bukan penelitian eksperimen Bagaimana validitas dan rehabilitas alat ukur/instrument yang digunakan? Apakah peneliti menguji validitas dan rehabilitas alat ukur? Jika dilakukan apa metode yang digunakan untuk menguji validitas dan rehabilitas alat ukur dan bagaimana hasilnya? Penelitian ini bukan penelitian eksperimen Siapa yang melakukan pengukuran atau pengumpulan data? Apakah dilakukan pelatihan khusus untuk observer atau yang melakukan pengukuran? Kedokteran Kardiologi ANALISIS DATA Uji Statistik apa yang digunakan untuk menguji hipotesis atau menganalisis data? Retrospektif dan Studi Kasus Untuk penelitian eksperimen apakah peneliti menggunakan metode intention to treat atau on treatment analysis? Penelitian ini bukan penelitian eksperimen Intention to treat adalah menganalisis semua sampel yang megikuti penelitian, baik yang drop out, loss follow up atau berhenti sebelum penelitian selesai. Sampel yang drop out dianggap hasil intervensi yang gagal. On treatment analysis hanya menganalisis sampel yang mengikuti penelitian sampai selesai saja, sedangkan sampel drop out diannggap tidak mengikuti penelitian dan tidak diikutkan dalam analisis. Program atau software statistic apa yang digunakan peneliti untuk menganalisis data? Tidak disebutkan di dalam jurnal HASIL PENELITIAN Bagaimana alur (flow) penelitian yang menggambarkan responden yang mengikuti penelitian sampai selesai, drop out dan loss follow up? Tidak disebutkan di dalam jurnal Bagaimana karakteristik responden dan baseline data? Tidak disebutkan di dalam jurnal Pada penelitian eksperiment apakah variable perancu (counfounding variable) dalam data base line tersebar seimbang pada setiap kelompok? Jika tidak seimbang apa dilakukan peneliti untuk membuat penelitian bebas dari pengaruh variable perancu? Penelitian ini bukan penelitian eksperimen Apa hasil utama dari penelitian? Jika peneliti melakukan uji hipotesis, apakah hipotesis penelitian terbukti atau tidak terbukti (bermakna atau tidak secara statistic )? Apakah hasil penelitian juga bermakna secara klinis? Penelitian ini bukan penelitian eksperimen Untuk penelitian eksperimen dengan variable dependen kategorik apakah peneliti menjelaskan tentang nilai kepentingan klinis dari hasil penelitian seperti number need to treat (NTT), relative risk reduction (RRR) atau absolute risk reduction (ARR). Penelitian ini bukan penelitian eksperimen DISKUSI Bagaimana interpretasi peneliti terhadap hasil penelitian? Apakah peneliti membuat interpretasi yang rasional dan ilmiah tentang hal-hal yang ditemukan dalam penelitian berdasarkan teori terkini? Catatan: meskipun hasil penelitian tidak sesuai dengan hipotesis, namun suatu penelitian tetap berkualitas jika peneliti mampu menjelaskan rasional secara ilmiah mengapa hipotesisnya tidak terbukti. Peneliti membuat interpretasi yang rasional dan ilmiah tentang hal-hal yang ditemukan dalam penelitian berdasarkan teori terkini. Bagaimana peneliti membandingkan hasil penelitiannya dengan penelitianpenelitian terdahulu serta teori yang ada saat ini untuk menunjukkan adanya relevansi? Cedera jantung akut yang ditandai dengan peningkatan biomarker jantung seperti troponin-I merupakan manifestasi tersering yang telah ditemukan beberapa penelitian tentang COVID-19 Penelitian Pada 41 petugas medis di China dengan rata-rata usia 39 tahun yang terinfeksi COVID-19 ditemukan mengalami cedera jantung akut yang ditandai dengan peningkatan HS-cTnI di atas nilai 99 persentil, atau kelainan baru pada elektrokardiogram dan ekokardiografi selama periode tersebut. infeksi COVID19. Sebanyak 23% dari 52 pasien COVID-19 yang sakit kritis juga pernah mengalami cedera jantung akut. Sementara itu, Shi dkk. melaporkan bahwa pasien yang mendasari penyakit jantung lebih mungkin mengembangkan cedera jantung akut, dan secara signifikan dan klinis terkait dengan risiko kematian di rumah sakit yang lebih tinggi. Bagaimana peneliti menjelaskan makna dan relevansi hasil penelitiannya dengan perkembangan ilmu keperawatan/kesehatan serta terhadap pemecahan masalah? SARS-CoV-2 memiliki kemiripan dengan virus SARS-CoV sebelumnya, dan kemiripan ini menjadi kritis dari penelitian sebelumnya tentang SARS-CoV. Otopsi pada model hewan dan manusia menunjukkan SARS-CoV menekan jalur ACE2 di miokardium dan paru-paru, sehingga menyebabkan peradangan miokard, edema paru, dan gagal napas akut. Reseptor ACE2 memiliki peran penting dalam sistem kardiovaskular dan kekebalan. Angiotensin II dalam sistem renin-angiotensin (RAS) adalah substrat utama untuk reseptor ACE2. Reseptor ACE2 mengkatalisasi perubahan angiotensin II menjadi angiotensin 17, yang berfungsi sebagai vasodilator dan menciptakan efek perlindungan pada sistem kardiovaskular. Dalam studi dengan model hewan, ada hubungan dengan pengenalan ACE inhibitor (ACEi) dan angiotensin receptors blocker (ARB) dengan peningkatan ekspresi dan aktivitas ACE2 di berbagai organ termasuk jantung. Sekresi ACE2 dalam urin juga meningkat pada pasien hipertensi yang diobati dengan ARB, yang menandakan peningkatan jumlah reseptor ACE2 dalam sel pasien dengan terapi ARB. Bagaimana nilai kepentingan (importancy) hasil penelitian? Lonjakan protein virus SARS-CoV-2 menggunakan enzim pengubah angiotensin 2 (ACE2) sebagai entri virus ke sel inang. Karena peningkatan regulasi ACE2, orang dengan penyakit jantung yang sudah ada sebelumnya lebih rentan terhadap infeksi dan lebih mungkin memiliki kondisi infeksi COVID-19 yang parah dengan risiko kematian yang lebih tinggi. Di sisi lain, ACE2 memiliki efek perlindungan terhadap peradangan miokard dan cedera paru-paru. Beberapa kasus infeksi COVID-19 mungkin memiliki manifestasi jantung sebagai keluhan utama atau cedera jantung akut sebagai komplikasinya. Laporan kasus terbaru menunjukkan bahwa cedera jantung akut, miokarditis, syok kardiogenik, tromboemboli, dan aritmia bisa menjadi komplikasi COVID-19 bahkan tanpa riwayat atau faktor risiko penyakit kardiovaskular. Terdapat beberapa hipotesis terkait mekanisme cedera jantung akut pada pasien COVID-19, antara lain kerusakan melalui reseptor ACE2, hipoksia, kerusakan mikrovaskuler jantung, dan respon inflamasi. Infeksi COVID-19 dapat menyebabkan banyak interaksi pada sistem kardiovaskular, baik pada pasien. sudah mengidap penyakit jantung kronis atau belum. Mengingat kurangnya bukti inhibitor RAS pada COVID-19, penggunaan ACE inhibitor / ARB harus dilanjutkan kecuali ada kontraindikasi dan mungkin bermanfaat pada pasien hipertensi, gagal jantung, dan diabetes melitus. Pengenalan dini manifestasi jantung dari infeksi COVID-19 akan menjadi kunci untuk mencegah efek samping jantung jangka pendek dan jangka panjang. Bagaimana applicability hasil penelitan menurut peneliti ? Apakah hasil penelitian dapat diterapkan pada tatanan praktik keperawatan ditinjau dari aspek fasilitas, pembiayaan, sumber daya manusia, dan aspek legal? Ya, hasil penelitian dapat diterapkan pada tatanan praktik keperawatan/kesehatan ditinjau dari aspek fasilitas, pembiayaan, sumber daya manusia, dan aspek legal. Apakah mungkin penelitian ini direplikasi pada setting pratik klinik lainnya? Ya, penelitian mungkin dapat direplikasi pada setting praktik klinik lainnya Apakah peneliti menjelaskan kekuatan dan kelemahan penelitian? Apakah kelemahan ini tidak menurunkan validitas hasil penelitian? Peneliti tidak menjelaskan kekuatan dan kelemahan penelitian B. Ekstraksi Data Jurnal dan Critical Appraisal NO Penelitian (Peneliti & Waktu) Sampel (karakteristik, ukuran, setting) Desain/Selek si responden 1 Sunanto Ng, Dafsah A. Juzar (2020) Populasi penelitian adalah pasien kardivaskular dan petugas Kesehatan RS Sampel penelitian pasien kardivaskular dan petugas Kesehatan RS Literatur review atau tinjauan pustaka 2 Hafizha Herman, Putrika PR Gharini, Lucia Kris Dinarti Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengakses database (scholar google, EBSCO dengan keyword (kata kunci) sesuai dengan masalah pada penelitian sebagai berikut : stemi, covid 19 Literatur review atau tinjauan pustaka Intervensi Tantangan Penatalaksanaan STEMI Hasil temuan/Kesimpulan peneliti Strategi solusi untuk menghadapi masalah tersebut antara lain skrining massal, triase rule-out COVID-19 yang baik dan cepat, pemilahan unit menjadi COVID dan non-COVID, dan algoritme untuk triase pasien dengan STEMI dan COVID19. Manifestasi klinis Laporan kasus pasien terbaru menunjukkan Kardiovaskular bahwa cedera jantung selama masa akut, miokarditis, pandemi Corona syok kardiogenik, Virus. tromboemboli, dan aritmia bisa menjadi komplikasi COVID19 bahkan tanpa riwayat atau faktor risiko penyakit kardiovaskular. Level Penelitian IIa Systematic literature review Komentar reviewer (kekuatan dan keterbatasan penelitian) Kekuatan : Tidak dijelaskan dalam jurnal. Kelemahan : Sebaiknya digunakan alat ukur dengan akurasi yang baik. II a Systematic literature review Kekuatan : Tidak dijelaskan dalam jurnal. Kelemahan : Sebaiknya digunakan alat ukur dengan akurasi yang baik. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pandemi COVID-19 membuat disrupsi dalam semua aspek kehidupan manusia, termasuk dalam tatalaksana STEMI di Indonesia. Faktor pentingnya waktu dalam keluaran tatalaksana STEMI, kompleksnya skrining COVID-19, ketersediaan logistik, dan keamanan pasien dan tenaga kesehatan terkait COVID-19 merupakan unsur penyebab kompleksnya tatalaksana STEMI dalam masa pandemi. Kami telah mengajukan beberapa usulan untuk menjadi kemungkinan solusi terhadap masalah tersebut, yaitu: adanya skrining massal, strategi rule-out COVID-19, sistim pilah unit COVID dan non-COVID, serta algoritme yang sesuai. Berdasarkan studi retrospektif dan laporan kasus yang dipublikasikan, manifestasi jantung dapat muncul sebagai keluhan utama atau komorbiditas pada pasien dengan COVID-19. Tanda dan gejala klinis bervariasi dari asimtomatik, peningkatan penanda jantung, cedera jantung akut, memburuknya kondisi jantung yang sudah ada sebelumnya, iskemia, gagal jantung, kejadian tromboemboli, aritmia, fulminat myocarditis, hingga syok kardiogenik yang fatal. Infeksi COVID-19 dapat menyebabkan banyak interaksi dalam sistem kardiovaskular, baik pasien sudah menderita penyakit jantung kronis maupun belum. Terdapat beberapa hipotesis terkait mekanisme manifestasi jantung pada pasien dengan infeksi virus corona, antara lain kerusakan reseptor ACE2, hipoksia, jantung. mikrovaskular kerusakan, ketidakseimbangan elektrolit, interaksi obat dan peningkatan respon inflamasi. Mengingat minimnya bukti inhibitor RAS pada COVID19, penggunaan ACE inhibitor / ARB harus terus dilakukan kecuali kontraindikasi dan mungkin bermanfaat pada pasien dengan hipertensi, gagal jantung dan diabetes mellitus. Karena ini merupakan penyakit baru yang sedang berkembang, penelitian jangka panjang terkait manifestasi dan terapi kardiovaskular pada survivor COVID-19 tetap diperlukan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang penyakit tersebut. Pengenalan dini manifestasi jantung dari penderita infeksi COVID-19 akan menjadi yang paling utama, kunci untuk mencegah efek samping jantung jangka pendek dan panjang. B. Saran Di akhir, kami menyadari keterbatasan ulasan literatur review kami karena belum diuji secara ilmiah.