Uploaded by User78691

pengkajian kardiovaskular

advertisement
Nama: Samrotul Fuadah Al-Ansoriyani
NIK: 2006562521
LAPORAN PENDAHULUAN
PENGKAJIAN SISTEM KARDIOVASKULER
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI KARDIOVASKULER
1. Jantung
Jantung merupakan organ yang memiliki rongga dan struktur yang terdiri dari
otot. Jantung terletak di tengah toraks yang menempati rongga antara paru dan
diafragma. Jantung memiliki berat sekitar 300 gr, namun pada dasarnya berat dan
ukuran jantung dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat badan, kebiasaan aktifitas
fisik seperti olah raga dan penyakit jantung. Jantung berfungsi untuk “memompa”
darah berisikan oksigen dan zat nutrisi ke seluruh jaringan serta bersamaan
mengangkut karbondioksida dan sampah hasil metabolisme. Jantung dewasa normal
berdetak sekitar 60 sampai 80 kali per menit, menyemburkan sekitar 70 ml darah dari
kedua ventrikel per detakan, dan keluaran totalnya sekitar 5 L/menit. Jantung
memiliki pembuluh darah besar yaitu vena kava inferior dan superior, aorta, arteri,
dan vena pulmonalis.
Jantung memiliki lapisan yang berupa selaput tipis yang dinamakan pericardium.
Perikardium adalah kantong perikard fibrosa, yang menutupi seluruh bagian Jantung,
pericardium tidak langsung malapisi permukaan jantung namun terdapat ruang yang
bersisi cairan antara jantung dan pericardium yang berfungsi untuk mencegah
pergesekan saat jantung berkontraksi atau berelaksasi sesuai dengan siklus Jantung.
Dinding Jantung terdiri dari 3 lapisan yaitu:
a. Epikardium : Lapisan luar/membran tipis atau perikardium viseralis
b. Miokardium : Lapisan tengah /berotot
c. Endokardium : Lapisan dalam/ lapisan tipis endothelium yang berupa jaringan
epitel.
2. Ruang Jantung
Jantung mempunyai empat ruang, yaitu:
a. Atrium Kanan/Serambi Kanan
Berfungsi sebagai penampung darah yang rendah oksigen dari seluruh tubuh,
yang akan dipompakan ke ventrikel kanan selanjutnya ke paru-paru
b. Atrium Kiri/Serambi Kiri
1) Menerima darah yang kaya oksigen dari kedua paru melalui 4 buah vena
pulmonal
2) Kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri selanjutnya keseluruh tubuh
Kedua atrium tersebut dipisahkan oleh sekat yang disebut septum atrium.
c. Ventrikel/Bilik kanan
Menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke paru-paru melalui arteri
pulmonalis
d. Ventrikel kiri
1) Menerima darah dari atrium kiri dan dipompakan keseluruh bagian melalui
aorta
2) Kedua ventrikel tersebut dipisahkan oleh sekat yang disebut septum ventrikel.
Perbedaan ketebalan dinding atrium dan ventrikel berhubungan dengan beban kerja
yang diperlukan oleh tiap ruang. Dinding atrium lebih tipis daripada dinding ventrikel
karena rendahnya tekanan yang ditimbulkan oleh atrium untuk menahan darah dan
kemudian menyalurkannya ke ventrikel. Karena ventrikel kiri mempunyai beban
kerja yang lebih berat, maka tebalnya sekitar 2 ½ lebih tebal dibanding dinding
ventrikel kanan.
3. Katup Jantung
Katup jantung berfungsi mengalirkan darah hanya ke satu arah. Katup tersusun atas
bilah-bilah jaringan fibrosa, membuka dan menutup secara pasif sebagai respons
terhadap perubahan tekanan dan aliran darah. Ada dua jenis katup, yaitu katup
atrioventrikularis dan semilunaris.
a. Katup Atrioventrikularis, yaitu katup yang memisahkan atrium dan ventrikel.
katup ini memungkinkan darah mengalir dari masing- masing atrium ke ventrikel
pada fase diastol ventrikel dan mencegah aliran balik pada saat sistol ventrikel
(kontraksi).
1) Katup trikuspidalis, dinamakan demikian karena tersusun atas tiga kuspid atau
daun katup, memisahkan atrium kanan dan ventrikel kanan.
2) Katup mitral atau bikuspidalis (dua kuspid), terletak di antara atrium kiri dan
ventrikel kiri
b. Katup Semilunaris, terletak di antara tiap ventrikel dan arteri yang bersangkutan.
Katup semilunaris normalnya tersusun atas tiga kuspid, yang berfungsi dengan
baik tanpa otot papilaris dan korda tendinea. Tidak terdapat katup antara venavena besar dengan atrium. Adanya katup semilunar memungkinkan darah
mengalir dari masing- masing ventrikel ke arteri pulmonalis atau aorta selama
sistol.
1) katup pulmonalis adalah katup antara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis,
terletak pada arteri pulmonalis
2) katup aorta adalah katup antara ventrikel kiri dan aorta, terletak antara
vebtrikel kiri dan aorta
4. Arteri Koroner
Arteri koroner adalah pembuluh darah yang menyuplai otot jantung, yang mempunyai
kebutuhan metabolisme tinggi terhadap oksigen dan nutrisi. Jantung menggunakan
70% sampai 80% oksigen yang dihantarkan melalui arteri koroner, sebagai
perbandingan, organ lain hanya menggunakan rata-rata seperempat oksigen yang
dihantarkan. Arteri koronaria muncul dari aorta dekat ventrikel kiri. Dinding sisi kiri
jantung disuplai lebih banyak melalui arteri koronaria utama kiri, yang kemudian
terpecah menjadi dua cabang besar ke bawah (arteri desendens anterior sinistra) dan
melintang (arteri sirkumfleksa) sisi kiri jantung. Jantung kanan dipasok seperti itu
pula dari arteri koronaria dekstra.
5. Otot Jantung
Jaringan otot khusus yang menyusun dinding jantung dinamakan otot jantung. Secara
mikroskopis, otot jantung mirip otot serat lurik (skelet), yang berada dibawah kontrol
kesadaran. Namun secara fungsional, otot jantung menyerupai otot polos karena
sifatnya volunter.
.
B. PENGKAJIAN FISIK KARDIOVASKULER
1. Persiapan alat
a. Penlight
b. Straight-Edge (dapat menggunakan Tounge Spatel)
c. Penggaris dengan satuan ukuran “cm”
d. Stetoskop dengan bagian “Bell” dan “Diaphragm” yang berfungsi
2. Persiapan Pasien
a. Posisi pasien: pasien dalam posisi supine, dan kepala sedikit dinaikkan sekitar
300. Pemeriksa berdiri di sisi kanan pasien. Pada pemeriksaan leher pasien
diminta untuk menoleh (kepala menghadap) ke sebelah kiri untuk menilai tekanan
JVP dan pemeriksaan arteri karotis kanan dan menghadap ke sebelah kanan untuk
pemeriksaan.
3. Persiapan Pemeriksa
a. Membangun rasa percaya pada pasien dengan memberi salam dan
memperkenalkan diri.
b. Menjelaskan tujuan pemeriksaan fisik dan meminta persetujuan terkait tindakan
tersebut.
c. Melakukan kebersihan tangan 5 momen.
4. Anamnesis Pasien
a. Data Biografi berupa pertanyaan: identitas (nama dan usia), suku, tempat tinggal
dan agama yang dianut oleh pasien.
b. Keluhan Utama berupa pertanyaan: sesak napas, batuk, nyeri dada, berdebardebar, edema pada tungkai dan atau cepat lelah.
c. Riwayat penyakit saat ini bentuk pertanyaan berupa: sejak kapan keluhan
dirasakan, berapa lama keluhan dirasakan, faktor yang menimbulkan keluhan,
faktor yang memperingan keluhan dan faktor yang memperberat keluhan.
d. Riwayat penyakit masa lalu berupa pertanyaan: penyakkit yang pernah dialami
pasien, pernah menjalani hospitlisasi (dirawat di rumah sakit), mempunyai
riwayat penyakit seperti hipertensi, hiperkolesterol, diabetes mellitus, dan atau
demam rematik.
e. Riwayat keluarga berupa pertanyaan terkait penyakit yang pernah dialami
keluarga.
f. Kebiasaan berupa pertanyaan kebiasan hidup seperti merokok, minum alcohol,
konsumsi obat tertentu dan pola hidup stress.
5. Tahap Pemeriksaan Fisik
a. Wajah
Inspeksi:
1) Kaji warna dan ekspresi yang tampak di wajah seperti pucat, sianosis, sesak
atau kesakitan.
b. Mata
Inspeksi:
1) Lihat warna dari konjungtiva apakah pucat atau tidak, sclera apakah ikterik
atau tidak, garis melingkar putih/abu-abu di tepi kornea arkus senilis,
xantelasma (plak kuning pada kelopak mata).
c. Bibir dan mulut
Inspeksi:
1) Lihat warna dari bibir apakah pucat, sianosis, kering, mukuosa mulut dan atau
lidah sianosis (sianosis sentral).
d. Leher
1) Mengkaji 2 vena yang berbeda yaitu:
a) Vena jugularis internal (disebelah kanan leher) untuk mengukur tekanan
yang ada di vena jugularis saat darah masuk ke atrium kanan.
b) Arteri karotis disebelah kanan dan kiri leher.
2) Tentukan tanda bagian yang akan diperiksa secara anatomis yaitu
a) Lokasi ruang intercostal kedua, dan untuk menemukannya, letakkan jari
pemeriksa di area sternum dan arahkan jari sedikit keatas hingga
pemeriksa merasakan pertemuan sendi antara sternum bawah dan
manubrim atas yang disebut “the angle of Louie”. Hal ini dilakukan
karena tepat dibawahnya sekitar 5 cm adalah tempat atrium berada.
b) Otot Sternocleidomastoid: terletak pada sternum dan klavikula dan tarik
“garis bayangan” sampai ke belakang telinga (mastoid) yang disebut otot
sternocleidomastoid. Hal ini penting karena menentukan batas lateral dan
anterior 3 garis yang berada di leher tempat vena jugularis internal dan
arteri karotis.
Inspeksi:
a) Gunakan pen light arahkan pada otot sternocleidomastoid, cahaya yang
terlihat di bagian permukaan disebut cahaya tangential dan yang harus
pemeriksa dapat lakukan adalah melihat pulsasi yang sangat sedikit yang
terlihat dari permukaan kulit, jika pemeriksa melihatnya maka itu adalah
vena jugularis internal. Jika pemeriksa menemukan pulsasi tersebut maka
arahkan pen light ke arah kepala hingga pemeriksa tidak dapat melihat lagi
pulsasi dan pada titik tersebut saatnya menggunakan “Straight-Edge” yang
diarahkan secara horizontal hingga mencapai sternum, jika sudah saatnya
menggunakan penggaris untuk mengukur jarak antara garis horizontal
“Straight-Edge” dan sternum (normalnya < 4cm), hasil tersebut
ditambahkan 5 untuk menilai tekanan di atrium kanan (normal JVP <
8cm).
Aulkultasi:
a) Dengarkan suara aliran turbulensi di arteri carotis (Bruit) yang
menunjunkkan adanya plak di dalam arteri karotis (stenosis arteri carotis),
alasan pemeriksa melakukan ini terlebih dahulu adalah menghindari
palpasi yang memungkinkan terlepasnya plak tersebut dari arteri karotis.
Gunakan bagian “Bell” pada stetoskop karena pemeriksa akan
mendengarkan frekuensi yang rendah seperti murmur (normalnya tidak
terdengar).
Palpasi:
a) Palpasi area tengah dari Sternocleidomastoid untuk merasakan amplitude
dan kontur arteri karotis. Amplitude dapat dirasakan melalui kuat atau
lemanya pulsasi yang dihasilkan dan kontur dapat dirasakan melalui
perubahan seberapa cepatnya atau lambatnya mengembang dan mengecil.
Lakukan auskultasi dan palpasi yang sama untuk arteri karotis sebelah kiri.
e. Dada
1) Mengkakaji 2 bagian dada yaitu bagian atas yang berada disekitar rongga
intercostae ke-2 (selanjutnya ICS) dan bagian baawah yang berada disekitar
rongga intercostae ke-5 ke arah sisi tengah rusuk.
2) Buat garis bayangan untuk menemukan ICS ke-2 menggunakan titik “the
angle of Louie”. Hal ini penting karena pada bagian kanan terletak katup aorta
dan disebelah kiri ada katup pulmonal sedangkan untuk menentukan katup
triskupidalis, pemeriksa mengarah ke bagian bawah dada sekitar 2 hingga 3
rongga ICS, dan tepat di ICS ke-5 sedikit ke arah kiri sternum pemeriksa
dapat mendengar katup trikuspidalis. Area katup mitral ditentukan dengan
identifikasi dari “point of maximals implus” (PMI) yang berlokasi di ICS 5
namun disekitar garis midclavikula. Pada pemeriksaan wanita, pemeriksa
dapat meminta untuk mengangkat payudara sebelah kiri, hal ini akan
membantu anda untuk melihat jelas PMI (titik saat jantung berdetak paling
kencang) dan itu merupakan area yang paling baik untuk mendengar suara
dari katup mitral.
Inspeksi:
a) Amati area kulit disekitar dada apakah ada perubahan warna atau
ketidakabnormalan lain seperti bentuk dan sebagainya dan bagian pentingnya
adalah saat pemeriksa dapat melihat pulsasi dari jantung di area permukaan
kulit dan itu terjadi jika jantung berdetak sangat kencang.
Palpasi:
a) Posisikan tubuh pasien untuk menghadap kiri dengan dan lengan kiri
diletakkan dibawah kepala. Palpasi area PMI di ICS ke-5 untuk merasakan
area pulsasi yang paling kuat. Palpasi ini untuk menentukan PMI jika sulit
dilihat saat pasien terlentang untuk menentukan letak katup mitral.
Auskultasi:
a) Letakkan stetoskop bagian “Bell” pada ICS ke-2 ke arah kanan sternum untuk
mendengarkan area aorta. Area katup pulmonal dapat didengarkan di area kiri
sternum.
b) Arahkan stetoskop ke bawah tepatnya di ICS ke-5 ke area kiri sternum untuk
mendengarkan area trukuspidalis.
c) Arahkan stetoskop pada PMI untuk mendengarkan suara katup mitral.
Ulangi auskultasi tersebut dengan menggunakan bagian diaphragm pada
stetoskop. Jika pemeriksa menduga bahwa ada gangguan regurgitasi aorta,
pemeriksa dapat melakukan pemeriksaan tambahan untuk membuat suara murmur
tersebut terdengar lebih kencang dengan cara meningkatkan jumlah darah yang
mengalir kembali dari aorta ke ventrikel kiri dan untuk melakukan hal tersebut
pemeriksa dapat meminta pasien untuk menghembuskan napas dan tahan.
Prosedurnya adalah:
a) Posisikan pasien duduk dan arahkan stetoskop “Bell” pada tricuspid area ICS
ke-5. Pemeriksa dapat mengarahkan tubuh pasien sedikit condong ke depan
agar jantung kebih dekat dengan dinding dada sehingga pemeriksa dapat
mendengar lebih jelas.
b) Intruksikan pasien untuk menarik napas dalam dan menghembuskan (exhale)
sepenuhnya dan tahan pada posisi exhale setelah itu pemeriksa akan
mendengar bunyi murmur secara jelas jika terjadi regurgitasi aorta.
Perkusi:
Perkusi berfungsi untuk menentukan batas dan ukuran jantung namun hal ini
cukup sulit dilakukan sehingga rontgen sinar x di area dada lebih dianjurkan,
namun kita dapat melakukannya dengan cara:
1) Meletakkan jari tengah kiri sebagai plesimeter (landasan) rapat-rapat pada
dinding dada.
2) Menentukan batas kanan dan kiri jantung dengan melakukan perkusi dari dari
arah samping ke tengah “mendekati jantung”.
3) Menentukan batas atas dan bawah dengan melakukan perkusi dari atas dan
bawah ke tengah mendekato jantung.
f. Peripheral Vascular
1) Ekstremitas atas
Inspeksi:
a) Lihat warna pada perifer apakah tampak pucat, kemerahan atau kebiruan atau
hal abnormal lainnya.
b) Lihat seluruh area ektremitas juga pada telapak tangan luar dan dalam dan
juga area jari tangan dan kuku adakah clubbing finger (kuku tabuh).
Palpasi:
a) Palpasi area arteri radialis yang berada di pergelangan tangan dekat dengan
ibu jari untuk memeriksa kekuatan denyutan arteri radialis dan menghitung
nadi per menit dengan cara menghitung denyutan nadi selama 15 detik dan
dikalikan 4 jika denyut nadi reguler.
b) Palpasi kedua arteri radialis kanan dan kiri untuk membandingkan apakah
denyutannya sama anatar satu sama lain.
c) Palpasi area ulnar artery yang terletak di seberang arteri radialis dekat dengan
jari kelingking
d) Palpasi area arteri brachial untuk melihat pulsasinya. Arteri brachial akan
terlihat jika pemeriksa mendorong area biseps kearah luar.
2) Ektremitas bawah
Inspeksi:
a) Lihat warna pada perifer apakah tampak pucat, kemerahan atau kebiruan atau
hal abnormal lainnya seperti edema.
Palpasi:
a) Jika tampak edema lakukan pemeriksaan pitting edema dengan menggunakan
ibu jari pemeriksa dan tekan pada area tibia tahan selama beberapa detik dan
lepaskan, jika terlihat adanya tanda lekukan dari ibu jari maka itu
mengidikasikan adanya edema.
b) Palpasi area arteri dorsalis pedis dengan cara meminta pasien untuk
mengangkat ibu jari kaki dan akan terlihat tendon dan diluar area tendon
tersebut (area tendon yang menonjol) di bawahnya adalah tempat terbaik
untuk merasakan arteri dorsalis pedis. Fungsi pemeriksaan ini untuk
mengetahui kekuatan pulsasi dan membandingkan apakah denyutannya sama
anatar satu sama lain.
c) Palpasi area arteri posterior tibial yang akan ditemukan dibelakang medial
malleolus atau antara medial malleolus dan tendon Achilles. Fungsi
pemeriksaan ini untuk mengetahui kekuatan pulsasi dan membandingkan
apakah denyutannya sama anatar satu sama lain.
d) Palpasi area arteri popliteal dengan cara melekukan kedua telapak tangan
pemeriksa dan letakkan di sekitar lutut agar pemeriksa dapat menggerakan
bagian-bagian yang berada di posterior lutut karena letak arteri popliteal
cukup dalam sehingga pemeriksa dapat memisahkan arteri popliteal tersebut.
Pemeriksa meminta pasien untuk menekukkan lutut pasien terlebih dahulu dan
pemeriksaan dapat merasakan pulsasi dari arteri popliteal. Fungsi pemeriksaan
ini untuk mengetahui kekuatan pulsasi dan membandingkan apakah
denyutannya sama anatar satu sama lain.
e) Palpasi area arteri femoralis yang berada antara pelvis dan kaki bagian
anterior. Fungsi pemeriksaan ini untuk mengetahui kekuatan pulsasi dan
membandingkan apakah denyutannya sama anatar satu sama lain.
C. SUARA JANTUNG
Bunyi normal jantung yang bisa kita dengarkan berbunyi “Lub-Dub”. Bunyi jantun
pertama yang dapat didengar adalah “Lub” disebut S1 (bunyi jantung ke-1) yang dihasilkan dari
penutupan katup Atrioventrikularis (Trikuspidalis dan mitral) setelah atrium memompa darah ke
ventrikel dan “Dub” disebut S2 (bunyi jantung ke-2) yang dihasilkan dari penutupan katup
Semilunaris (pulmonal dan aorta) tepat setelah ventrikel memompa darah.
Interval waktu antara S1 dan S2 adalah ketika ventrikel berkontraksi yang disebut dengan
fase sistol dan interval waktu antar S2 dan S1 berikutnya adalah ketika ventrikel rileks dan terisi
yang disebut dengan diastol. Diastol waktunya lebih lama dibandingkan dengan sistol, berikut
gambaran interval waktu antara S1 dan S2:
Pemeriksa perlu mengenal bunyi jantung tambahan atau bunyi jantung abnormal yaitu
murmur. Murmur adalah bunyi berdesis yang terjadi akibat turbulensi aliran darah. Murmur
didiagnosis berdasarkan waktu yang terjadi pada siklus jantung (sistol dan diastol), waktu
intensitas perubahan (bentuk) dan lokasi dimana murmur tersebut terdengar sangat jelas. Bunyi
murmur akan terdengar pada bebera kondisi gangguan jantung seperti:
1. Regurgitasi katup mitral: ketika katup mitral tidak tertutup dengan baik yang
menyebabkan darah yang dipompa oleh ventrikel kembali ke atrium. Maka
murmur akan terdengar pada S1 (saat jantung di fase sistol) yang disebut murmur
holosistolik. Murmur holosistolik ini akan lebih terdengar di area PMI.
2. Regurgitasi katup trikuspidalis: ketika katup trikuspidalis tidak tertutup dengan
baik yang menyebabkan darah yang dipompa oleh ventrikel kembali ke atrium.
Maka murmur akan terdengar pada S1 (saat jantung di fase sistol) yang disebut
murmur holosistolik. Murmur holosistolik ini akan lebih terdengar di area ICS ke5 tepat area kiri sternum.
3. Stenosis Aorta: ketika katup aorta tidak terbuka dengan baik yang menyebabkan
darah terpaksa masuk melalui celah yang sempit dan maksimum volume darah
yang dipompakan oleh ventrikel berada saat dipertengahan sistolik yang
menyababkan bunyi Bising crescendo-decrescendo (meningkat kemudian
menurun). Bising crescendo-decrescendo ini akan lebih terdengar di ICS ke-2
sebelah kanan dekat dengan arteri karotis.
4. Stenosis pulmonal: memiliki karakteristik yang sama dengan stenosis aorta dan
akan lebih terdengar di ICS ke-2 sebelah kiri dekat dengan area pulmonal. Perlu
diingat bahwa suara murmur yang dihasilkan tidak akan menjalar hingga ke area
karotis.
5. Ventrikular septal defect
6. Prolaps katup mitral
Gangguan yang telah disebutkan terdektesi dari bunyi murmur sistolik dan terdapat
gangguan jantung lain yang dapat dideteksi jika terdengar bunyi murmur diastolic
seperti:
1. Aorta regurgitasi: ketika katup aorta tidak tertutup dengan baik sehingga
mengakibatkan darah kembali ke ventrikel kiri selama masa pengisian (diastol).
Murmur ini akan lebih terdengar bukan dia area aorta melainkan di sepanjang
perbatasan sternum kiri. Bunyi akan terdengar sangat jelas ketika awal diastol saat
perbedaan tekanan makin tinggi dan berkurang saat keseimbangan tekanan
tercapai.
2. Pulmonal regurgitasi
3. Mitral stenosis
4. Trikuspidalis stenosis
DAFTAR PUSTAKA
Bickely, L. S. (2017). Bites' Guide to Physical Examination and History Taking Twelfth Edition.
Philadelphia: Wolters Kluwer.
Video Akses:
https://www.youtube.com/watch?v=6StYVx6BVLo
https://www.youtube.com/watch?v=XU_xeUMJ3Zc
https://www.youtube.com/watch?v=U_kJBnn2qcg
Download