Uploaded by gunawanguntur474

Learning objective 1

advertisement
Learning objective
1. Diagnosis Banding Dari Syndrome Koroner Akut ?

Perikarditis

Tamponade jantung

Emboli paru akut

Tension pneumothorax

Diseksi aorta

Gastro Esophageal Reflux Disease (GERD)
Sumber : PERKI. Buku Ajar Kursus Bantuan Hidup Jantung Lanjut ACLS Indonesia. Kosasih A,
editor. Jakarta; 2016. 76-96 p
2. Hubungan Antara Merokok Dan Angina Pectoris?
Angina pektoris adalah rasa tidak enak di dada sebagai akibat dari suatu iskemik miokard
tanpaadanya infark. Gejala angina pektoris pada dasarnya timbul karena iskemik akut yang tidak
menetap akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplaiO2miokard.Di dalam asap rokok
terkandung berbagai zat kimia terutama nikotin dan karbonmonoksida sehingga semakin lama
merokok memungkinkan semakin banyak zat-zat kimia yang ada tertimbun di dalam darah.
Nikotin dalam rokok menyebabkan mobilisasi katekolamin yang dapat menambah reaksi
trombosit dan menyebabkan kerusakan pada dinding arteri, sedangkan glikoprotein tembakau
dapat menimbulkan reaksi hipersensitif dinding arteri.Efek rokok juga yang menyebabkan beban
miokard bertambah karena rangsangan oleh katekolamin dan menurunnya konsumsi 02 akibat
inhalasi CO atau dengan perkataan lain dapat menyebabkan takikardi, vasokonstriksi pembuluh
darah dan merubah permeabilitas dinding pembuluh darah. Di sampingitu rokok dapat
menurunkan kadar HDL kolesterol tetapi mekanismenya belum jelas. Asap rokok mengandung
karbonmonoksida (CO) yang mempunyai kemampuan lebih kuat daripada sel darah merah untuk
mengikat oksigen, sehingga menurunkan kapasitas sel darah merah untuk membawa oksigen ke
jaringan termasuk jantung sehingga dapat menyebabkan hipoksia jaringan arteri.
Sumber: Ouglas, M. The Pathophysiology of Acute Coronary Syndromes. Washington University
School of Medicine. 2005:p1-p6
3. Tanda Dan Gejala Syndrome Koroner Akut ?
Tanda-tanda dan gejala paling umum dari kondisi ini adalah:
A. Dada terasa seperti tertindih benda berat
B. Nyeri yang terasa samar atau terasa sangat sakit di bagian dada, leher, bahu kiri, lengan
dan menyebar ke bagian bawah (terutama di bagian lengan kiri). Rasa sakit muncul
secara perlahan atau tiba-tiba, menyebar atau terasa menyengat

Tanda-tanda dan gejala lain dari sindrom koroner akut yaitu:
A. Sesak napas
B. Detak jantung cepat atau tidak teratur
C. Merasa seperti ingin jatuh
D. Kelelahan yang parah
E. Otot melemah
F. Mual atau muntah
G. Keluar keringat dingin
gejala klasikdapat berupa dada terasa berat yang menjalar ke rahang, lengan, diaforesis
dan sesak napas.Gejala lainnya antara lain berkeringat, sesak napas, pusing, terasa mau pingsan,
mual,gelisah, dan denyut jantung tidak teratur.Regurgitasi katup mitral akut, suara jantungiga
(S3),ronkhi basah halus dan hipotensi hendaknya selalu diperiksa untuk
mengidentifikasi komplikasi iskemia.
Sumber: Chen, M. Medline Plus (2016). National Institutes of Health, U.S. National Library of
Medicine.
4. Penanganan Awal Apa yang Dapat di berikan pada pasien tersebut ?
Berdasarkan langkah diagnostik tersebut di atas, dokter perlu segera menetapkan
diagnosis kerja yang akan menjadi dasar strategi penanganan selanjutnya. Yang dimaksud dengan
terapi awal adalah terapi yang diberikan pada pasien dengan diagnosis kerja Kemungkinan SKA
atau SKA atas dasar keluhan angina di ruang gawat darurat, sebelum ada hasil pemeriksaan EKG
dan/atau marka jantung. Terapi awal yang dimaksud adalah Morfin, Oksigen, Nitrat, Aspirin
(disingkat MONA), yang tidak harus diberikan semua atau bersamaan.
1) Tirah baring (Kelas I-C)
2) Suplemen oksigen harus diberikan segera bagi mereka dengan saturasi O2 arteri <95%
atau yang mengalami distres respirasi (Kelas I-C)
3) Suplemen oksigen dapat diberikan pada semua pasien SKA dalam 6 jam pertama, tanpa
mempertimbangkan saturasi O2 arteri (Kelas IIa-C)
4) Aspirin 160-320 mg diberikan segera pada semua pasien yang tidak diketahui
intoleransinya terhadap aspirin (Kelas I-A). Aspirin tidak bersalut lebih terpilih
mengingat absorpsi sublingual (di bawah lidah) yang lebih cepat (Kelas I-C)
5) Penghambat reseptor ADP (adenosine diphosphate)
A. Dosis awal ticagrelor yang dianjurkan adalah 180 mg dilanjutkan dengan dosis
pemeliharaan 2 x 90 mg/hari kecuali pada pasien STEMI yang direncanakan
untuk reperfusi menggunakan agen fibrinolitik (Kelas I-B) atau
B. Dosis awal clopidogrel adalah 300 mg dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 75
mg/hari (pada pasien yang direncanakan untuk terapi reperfusi menggunakan
agen fibrinolitik, penghambat reseptor ADP yang dianjurkan adalah clopidogrel)
(Kelas I-C).
6) Nitrogliserin (NTG) spray/tablet sublingual bagi pasien dengan nyeri dada yang masih
berlangsung saat tiba di ruang gawat darurat (Kelas I-C). jika nyeri dada tidak hilang
dengan satu kali pemberian, dapat diulang setiap lima menit sampai maksimal tiga kali.
Nitrogliserin intravena diberikan pada pasien yang tidak responsif dengan terapi tiga
dosis NTG sublingual (kelas I-C). dalam keadaan tidak tersedia NTG, isosorbid dinitrat
(ISDN) dapat dipakai sebagai pengganti
7) Morfin sulfat 1-5 mg intravena, dapat diulang setiap 10-30 menit, bagi pasien yang tidak
responsif dengan terapi tiga dosis NTG sublingual (kelas IIa-B).
Sumber : PEDOMAN TATALAKSANA SINDROM KORONER AKUT PERHIMPUNAN
DOKTER SPESIALIS KARDIOVASKULAR INDONESIA 2015
5. Interpretasi dari Gambar EKG ?
 Irama : sinus
 Ritme : regular
 Axis : normo axis
 Gelombang P : normal
 QRS interval : 0,180 s
 QRS : kompleks
 ST segment : ST elevasi II,III, AVF (inferior)
 T inverted lead AVL
Kesimpulan: Acute Coronary Sindrom (ACS) STEMI Inferior
6. Bagaimana system Rujukan ke dokter Spesialis Jantung ?
Mekanisme Rujukan
1. Pelayanan kesehatan perorangan terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu:
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama;
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua; dan
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
2.Pelayanan kesehatan
tingkat
pertama merupakan pelayanan kesehatan
dasar yang diberikan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama.
3.Pelayanan kesehatan tingkat kedua merupakan pelayanan
keehatan
spesialistik
yang dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi spesialis yang menggunakan
pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik.
4.Pelayanan kesehatan tingkat ketiga merupakan pelayanan kesehatan sub spesialistik
yang dilakukan oleh dokter sub spesialis atau dokter gigi sub spesialis yang
menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan sub spesialistik.
5.Dalam menjalankan pelayanan kesehatan, fasilitas kesehatan tingkat pertama dan
tingkat lanjutan wajib melakukan sistem rujukan dengan mengacu pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku
6.Peserta yang
ingin mendapatkan pelayanan yang tidak sesuai dengan sistem
rujukan dapat dimasukkan dalam kategori pelayanan yang tidak sesuai dengan
prosedur sehingga tidak dapat dibayarkan oleh BPJS Kesehatan.
7.Fasilitas Kesehatan yang tidak menerapkan sistem rujukan maka BPJS
Kesehatan akan melakukan recredentialing terhadap kinerja fasilitas kesehatan
tersebut
dan dapat berdampak pada kelanjutan kerjasama
8.Pelayanan rujukan dapat dilakukan secara horizontal maupun vertikal.
9.Rujukan
horizontal
adalah
rujukan
yang
dilakukan antar pelayanan
kesehatan dalam satu tingkatan apabila perujuk tidak dapat memberikan
pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan
fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap
10.Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan yang
berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat pelayanan yang lebih
rendah ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya.
11.Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan
yang lebih tinggi dilakukan apabila:
a. pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau subspesialistik;
b.perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan.
12. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan pelayanan
yang lebih rendah dilakukan apabila :
a.permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani
oleh
tingkatan
pelayanan kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan
kewenangannya;
b.kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua
lebih baik dalam menangani pasien tersebut;
c.pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh
tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk alasan
kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka panjang; dan/atau
d.perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
pasien karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan dan/atau
ketenagaan.
Sumber: Pelealu, J. Angliadi, L. S. Angliadi. E. 2014. REHABILITASI MEDIK PADA
SKOLIOSIS. Jurnal biomedik (JBM). Vol. 6 No. 1. View on 19 September 2018. From
[https://ejournal.unsrat.ac.id]
7. Apakah TTV pasien normal ?Jika tidak, Mengapa ?
Tidak normal pada tekanan darahnya , Mengapa demikian ? dikarenakan
Hipertensi dapat berpengaruh terhadap jantung melalui meningkatkan beban jantung
sehingga menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri dan mempercepat timbulnya ateroklerosis
karena tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung
terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria sehingga memudahkan terjadinya
ateroklerosis coroner.
Sumber : Torry, S., Panda,L., Ongkowijaya, J.2014. Gambaran Faktor Risiko Penderita
Sindrom Koroner Akut. Jurnale-clinic. 2(1). Viewed 06 November 2018. From
https;//ejournal.Unsrat.ac.id.
8. Apa pemeriksaan penunjang Lainnya yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis selain
kolestrol total dan CKMB ?
 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengidentifikasi faktor pencetus iskemia, komplikasi
iskemia, penyakit penyerta dan menyingkirkan diagnosis banding. Regurgitasi katup
mitral akut, suara jantung, iga (S3),
ronkhi basah halus dan hipotensi hendaknya
selalu diperiksa untuk mengidentifikasi komplikasi iskemia. Ditemukannya tanda-tanda
regurgitasi katup mitral akut, hipotensi, diaphoresis, ronkhi basah halus atau edema paru
meningkatkan kecurigaan terhadap SKA.




Pemeriksaan elektrokardiogram
Rekaman EKG penting untuk membedakan STEMI dan SKA lainnya. Semua pasien
dengan keluhan nyeri dada atau keluhan lain yang mengarah kepada iskemia harus
menjalani pemeriksaan EKG 12 sadapan sesegera mungkin sesampainya di ruang gawat
darurat.Gambaran EKG yang dijumpai pada pasien dengan keluhan angina cukup
bervariasi, yaitu: normal, nondiagnostik, LBBB (Left Bundle Branch Block)
baru/persangkaan baru, elevasi segmen ST yang persisten (≥20 menit) maupun tidak
persisten, atau depresi segmen ST dengan atau tanpa inversi gelombang T.
Pemeriksaan marka jantung.
Kreatinin kinase-MB (CK-MB) atau troponin I/T merupakan marka nekrosis miosit
jantung dan menjadi marka untuk diagnosis infark miokard. Troponin I/T sebagai marka
nekrosis jantung mempunyai sensitivitas dan spesifisitas lebih tinggi dari CK-MB.
Peningkatan marka jantung hanya menunjukkan adanya nekrosis miosit, namun tidak
dapat dipakai untuk menentukan penyebab nekrosis miosit tersebut (penyebab
koroner/nonkoroner).
Pemeriksaan laboratorium
Data laboratorium, di samping marka jantung, yang harus dikumpulkan di ruang gawat
darurat adalah tes darah rutin, gula darah sewaktu, status elektrolit, koagulasi darah, tes
fungsi ginjal, dan panel lipid. Pemeriksaan laboratorium tidak boleh menunda terapi
SKA.
Pemeriksaan foto polos dada
Mengingat bahwa pasien tidak diperkenankan meninggalkan ruang gawat darurat untuk
tujuan pemeriksaan, maka foto polos dada harus dilakukan di ruang gawat darurat dengan
alat portabel. Tujuan pemeriksaan adalah untuk membuat diagnosis banding, identifikasi
komplikasi dan penyakit penyerta.
9. Fisiologi Jantung ?
Jantung adalah organ berongga dan berotot seukuran kepalan tangan. Organ ini
terletak di rongga thorax sekitar garis tengan antara sternum disebelah anterior dan
vertebra disebelah posterior. Jantung dibagi menjadi paruh kanan dan kiri serta memiliki
empat rongga. Dua rongga atas disebut atrium dan dua rongga bawah disebut ventrikel.
Dibagian dextra terdapat 1 atrium dan 1 ventrikel serta pada bagian sinistra terdapat 1
atrium dan 1 ventrikel juga. Atrium berfungsi sebagai rongga yang menerima darah yang
kembali ke jantung dan memindahkan ke rongga bagian bawah. Ventrikel berfungsi
untuk memompa darah dari jantung. Terdapat pembuluh yang mengembalikan darah dari
jaringan kembali ke atrium adalah vena dan yang membawa darah menjauhi ventrikel
adalah arteri. Darah mengalir memalui jantung dalam satu arah yang tetap yaitu dari vena
ke atrium ke ventrikel ke arteri. Adanya 4 katup jantung satu arah yang memastikan
darah mengalir ke satu arah. Katup atrioventrikular kanan dan kiri yang mengizinkan
darah mengalir hanya dari atrium menuju ke ventrikel dan menghindari darah mengalir
kembali ke atrium. Katup atrioventrikular kanan disebut katup trikuspidalis karena terdiri
dari 3 daun katup dan katup atrioventrikular kiri disebut katup bikuspidalis atau katup
mitral karena terdiri dari 2 daun katup. Dua katup jantung yang lain, katup aorta dan
katup pulmonalis terletak dipertemuan tempat arteri-arteri besar meninggalkan ventrikel.
Jantung tersusun atas otot yang bersifat khusus dan terbungkus suatu membrane yang
disebut pericardium. Membrane ini terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan visceral adalah
membrane yang lekat sekali dengan jantung dan lapisan parietal adalah membrane yang
membungkus jantung sebagai kantong longgar. Diantara 2 lapisan tersebut terdapat
cairan serus sehingga jantung dapat bergerak bebas. Dinding-dinding otot jantung tidak
sama tebalnya, dinding ventrikel lebih tebal dibanding atrium dan sisi kiri lebih tebal
disbanding sisi kanan karena sisi kiri melakukan kerja lebih besar karena memompa
darah dalam jumlah yang sama pada tekanan yang lebih tinggi.
Sumber:
Sherwood, Lauralee. 2016. Fisiologi Manusia : Dari Sel Ke System. Edisi 8. Jakarta :
EGC
Pearce, Evelyn Clare. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedic. Edisi 33. Jakarta :
Gramedia
10. Factor Resiko penyakit Vaskuler ?
Ada 2 kelompok faktor risiko secara garis besar yang harus dipahami Pertama
adalah faktor-faktor risiko yang sama sekali tak bisa diubah atau dimodifikasi, yaitu
faktor genetik, jenis kelamin dan usia. Jika mempunyai riwayat keturunan, seseorang
kemungkinan besar akan mendapatkan serangan jantung pula dikemudian hari. Ketiga
faktor risiko itu memang tak bisa dihindari. Yang kedua adalah faktor-faktor risiko yang
sesungguhnya dapat dimodifikasi, dihindari dan dikendalikan. Yang utama adalah
kolesterol, hipertensi dan rokok. Di samping itu juga diabetes, stres, kurang berolahraga,
dan sebagainya. Faktor-faktor risiko yang bisa dimodifikasi itu harus dikendalikan.
Diantaranya dengan mengubah kebiasaan hidup sekarang juga dengan strategi PANCA
USAHA KESEHATAN JANTUNG, yakni: Seimbangkan gizi, Enyahkan rokok, Hindari
dan awasi stress, Awasi tekanan darah dan Teratur dan terukur berolahraga (SEHAT).
Sumber: depkes. Pharmaceutical Careuntuk Pasien Penyakit Jantung Koroner : Fokus
Sindrom Koroner Akut. From Http://Binfar.Depkes.Go.Id
11. Hubungan CKMB dengan Kasus ?
Jenis enzim yang terdapat banyak pada jaringan terutama otot, miokardium, dan otak. Terdapat 3 jenis
isoenzim kreatinase dan diberu label M (muskulus) dan B (Brain), yaitu : Isoenzim BB : banyak
terdapat di otak Isoenzim MM : banyak terdapat pada otot skeletal Isoenzim MB : banyak terdapat pada miokardium
bersama MM
CK-MB juga merupakan komponen yang penting pada penilaian infark ulangan atau
infark luas pada pasien PJK.CK-MB sangat penting untuk diagnosis IMA terutama berkaitan
dengan prognosis pasien. CK dan CK-MB biasanya mulai meningkat 3-12 jam setelah kerusakan
sel miokardium. Puncaknya 24 jam dan kembali normal setelah 48-72 jam Pada kerusakan
(nekrosis) otot jantung, protein intraseluler masuk kedalam ruang interstitial dan masuk ke
sirkulasi sistemik. Darah kemudian diambil dan diukur dengan beberapa metode, seperti
menggunakan metode immunochemistry UV (aktivasi NAC), pengukuran dengan alat chemical
auto-analyzer
(ABX Pentra 400)
Sumber: Chalik,M.2014. Kadar CK-MB Pasien Penyakit Jantung Koroner Yang Dirawat Inap di
Bagian Penyakit Dalam RS. Muhammad Hoesin Palembang Berdasarkan Waktu Pengambilan
Darah. View at 7 november
12. Asupan gizi apa yang harus di terapkan pada pasien ?
Syarat–syarat diet penyakit jantung adalah
1. Energi cukup, untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
2. Protein cukup yaitu 0,8 g/kg BB.
3. Lemak sedang, yaitu 25-30% dari kebutuhan energi total, 10% berasal dari lemak jenih,
dan 10-15% lemak tidak jenuh.
4. Kolesterol rendah.
5. Vitamin dam mineral cukup. Hindari penggunaan suplemen kalium, kalsium, dan
magnesium jika tidak dibutuhkan.
6. Garam rendah, 2-3 g/hari, jika disertai hipertensi atau edema.
7. Makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas.
8. Serat cukup untuk menghindari konstipasi.
9. Cairan cukup, ±2 litar/hari sesuai kebutuhan.
10. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan dalam porsi kecil.
11. Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat tambahkan makanan
enternal, parenteral, atau suplemen gizi
12. Berhenti merokok Pasien yang berhenti merokok akan menurunkan angka kematian dan
infark dalam 1 tahun pertama.
Sumber:
Cahyana. N. 2015. Sistem Informasi Berbasis Web Panduan Diet Bagi Penderita Penyakit
Jantung. Telematikavol. 7, No. 2, From. Portalgaruda.Org/Article
Download