Uploaded by User78197

RANGKUMAN KSPI RINI SYAHRINA RAMLI

advertisement
RANGKUMAN
KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN ISLAM
RINI SYAHRINARAMLI
10120180121
B2 PAI
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
TAHUN AJARAN 2020
A. PENDIDIKAN KARAKTER
1. Pengertian pendidikan karakter
Pendidikan karakter merupakan gabungan dari dua kata, yaitu pendidikan
dan karakter. Ki Hadjar Dewantara dalam Kongres Taman Siswa yang pertama
tahun 1930 mengatakan bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk
memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran
(intelek), dan tubuh anak; dalam Taman Siswa tidak boleh dipisahkan bagianbagian itu agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan dan
penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya. Sedangkan
pada Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.1
Sedangkan istilah karakter secara harfiah berasal dari bahasa Latin “charakter”,
yang antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti,
kepribadian atau akhlak. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada
warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan,
dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat
dimaknai sebagai “the deliberate use of all dimensions of school life to foster
optimal character development”. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua
komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponenkomponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan
1
Undang-Undang Sisdiknas, (Bandung: Fokusindo Mandiri, 2012), hlm. 2-3
penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah,
pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana
prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di
samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah
yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.2
Menurut Thomas Lickona, pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti
yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan
tindakan(action). Tanpa ketiga aspek ini, pendidikan karakter tidak akan efektif.3
2. Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan Pendidikan Karakter diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan potensi afektif peserta didik sebagai manusia dan Warga
Negara yang memiliki nilai-nilai pancasila
2.
Mengembangkan Kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan
sejalan dengan nilai-nilai universal dan Pancasila
3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik
sebagai generasi penerus bangsa
4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang
mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan dan
5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan
belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan
rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan
3. fungsi pendidikan karakter
1. Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan
berperilaku baik.
2
Akhadsudrajad, https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/09/15/konsep-pendidikankarakter/,di akses tanggal 10 september 2010 pukul 16:44
3
Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2013), hlm. 27
2. . Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur
3.
Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan
dunia.4
Fungsi pendidikan karakter yaitu untuk mengembangkan potensi dasar
seseorang agar berperilaku baik, serta berpikiran yang positif. Adapun fungsi
pokok dari pendidikan karakter ini ialah untuk mengembangkan serta
membangun perilaku anak bangsa yang multikultur.Pendidikan karakter juga
berfungsi megembangkan peradaban manusia yang baik di dalam pergaulan
dunia. Pendidikan karakter bisa dilakukan bukan hanya di sekolah-sekolah,
melainkan dari keluarga, lingkungan, pemerintahan, dunia usaha, serta
media tegnologi.5
4. landasan pendidikan karakter
Nilai-nilai pendidikan karakter merupakan nilai-nilai yang dikembangkan
dan diidentifikasi dari sumber-sumber Agama, karena masyarakat Indonesia
adalah masyarakat beragama, maka kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa
selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaan. Secara politis, kehidupan
kenegaraan didasari pada nilai yang berasal dari agama. Dan sumber yang kedua
adalah Pancasila. Negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsipprinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut dengan Pancasila.
Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut lagi
dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan
politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya dan seni.
Sebagai warga negara Indonesia, pendidikan karakter yang diajarkan harus
sejalan dengan karakter bangsa yaitu Pancasila dan UUD 1945. Pancasila
mempunyai tujuan yang salah satunya yaitu sebagai pandangan hidup bangsa.
Bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu dijadikan landasan pokok dalam
4
Sri Narwanti, Pendidikan Karakter. Hlm 17.
Mughnifar ilham, (https://materibelajar.co.id/fungsi-pendidikan-karakter/, diakses tanggal 11
september 2020.)
5
berpikir dan berbuat, dan hal ini mengharuskan bangsa Indonesia untuk
merealisasikan nilai-nilai Pancasila itu kedalam sikap dan perilaku baik dalam
perilaku hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
5. prinsip pendidikan karakter dalam islam
1. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.
2.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan perilaku yang
baik.
3. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang
yang menghargai semua siswa, membangun karakter mereka dan
membantu mereka untuk sukses.
4. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri para siswa.
5. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang
berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter yang setia kepada nilai
dasar yang sama.
6.
Adanya pembagian kepimpinan moral dan dukungan luas dalam
membangun inisiatif pendidikan karakter.
7. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam
usaha membangun karakter.
8.
Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru
karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan siswa.6
Ayat berkaitan dengan pendidikan karakter antara lain:
‫َولَقَدْ َءات َ ْينَا لُ ْق َٰ َمنَ ْٱل ِح ْك َمةَ أ َ ِن ٱ ْش ُك ْر ِ هّلِلِ ۚ َو َمن َي ْش ُك ْر فَإ ِ هن َما َي ْش ُك ُر ِل َن ْف ِسِۦه ۖ َو َمن َكفَ َر فَإِ هن ه‬
ٌ)12 ‫ى َح ِميد‬
ٌّ ِ‫ٱّلِلَ َغن‬
ُ ‫ش ِۡركَ لَظ‬
ُ ‫َوا ِۡذ قَا َل لُ ۡقمَٰ نُ ِِل ۡبنِ ٖه َوه َُو يَ ِع‬
‫اّلِلِ ا هِن ال ر‬
)ٌ 13 ٌ‫ظ ۡۡ ٌٌ ََ ِظ ۡي‬
‫ى َِل ت ُ ۡش ِر ۡك بِ ه‬
‫ظهٗ َٰيبُ َن ه‬
ۡ ‫اِل ۡنسَٰ نَ بِ َوا ِلدَ ۡي ِه َح َمَۡ ۡۡهُ ا ُ همهٗ َو ۡهناا ََ َٰۡى َو ۡهن هوفَِٰٰ ُۡ ٗه فِ ۡى ََا َم ۡي ِن ا َ ِن‬
‫ى‬
ِ ۡ ‫ص ۡينَا‬
‫َو َو ه‬
‫اش ُك ۡر ِل ۡى َو ِل َظوا ِلدَ ۡي ََؕ اِلَ ه‬
ُ)14 ‫ٰ ۡير‬
ِ ‫ۡال َم‬
artinya
6
. Arifin,( http://mz-arifin.blogspot.com/2012/05/11-prinsip-pendidikan-karakter-di.html diakses
pada tanggal 10 September 2013 pukul 17.06)
Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah),
maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang
tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji."
Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi
pelajaran kepadanya, "Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan
Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman
yang besar".
Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang
tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambahtambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.
Penjelasan
Ayat 12 Aspek personal Luqman Jika dilihat dalam perspektif pendidikan yaitu
bahwa kualitas manusia tidak dipandang dari sudut keturunan atau ras. Figur
Luqman sebagai seorang pendidik memiliki kelebihan dalam kualitas
kepribadiannya bukan kelebihan dalam bentuk kepemilikan berupa material
maupun keturunan. Kelebihan dalam konteks ini yaitu hikmah. Luqman
dipandang sebagai figur pendidik yang memiliki sifat dan perilaku yang
menggambarkan hikmah. Dalam tafsir Ath-Thabari, hikmah diartikan sebagai
pemahaman dalam agama, kekuatan berfikir, ketepatan dalam berbicara, dan
pemahaman dalam Islam meskipun ia bukan nabi dan tidak diwahyukan
kepadanya.
Implikasi dari makna hikmah bagi figur pendidik adalah bahwa seorang pendidik
selain senantiasa berusaha meningkatkan kemampuan akademiknya, ia pun
berupaya menselaraskan dengan amalannya.
Dalam ayat 13, Allah mengabarkan tentang wasiat Luqman kepada anaknya,
yaitu Luqman bin ‘Anqa bin Sadun, dan nama anaknya Tsaran, agar anaknya
tersebut hanya menyembah Allah semata dan tidak menyekutukannya dengan
sesuatu apapun.
Adapun makna yang dapat diungkap dalam ayat 14 adalah bahwa pendidikan
Luqman tidak terbatas pada pendidikan yang dilakukan orang tua kepada
anaknya dalam keluarga, karena ayat yang berisi pesan berbuat baik kepada
kedua orang tua ini diletakkan di tengah-tengah konteks pembicaraan peristiwa
Luqman. Dengan demikian, wasiat Luqman kepada anaknya menjadi dasar bagi
pendidikan pada umumnya baik dalam keluarga maupun yang lainnya, yaitu
antara lain upaya mendidik anak untuk berbuat baik kepada orang tuanya.7
B. PESANTREN DALAM TANTANGAN GLOBALISASI
1. pengertian pesantren
Pesantren adalah sebuah pendidikan tradisional yang para siswanya tinggal
bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan
kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri. Santri tersebut berada
dalam kompleks yang juga menyediakan masjid untuk beribadah, ruang untuk
belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya. Kompleks ini biasanya dikelilingi oleh
tembok untuk dapat mengawasi keluar masuknya para santri sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Pengertian pondok pesantren menurut para ahli yaitu:
1. Dhofier (1994: 84) mendefinisikan bahwa pondok pesantren adalah lembaga
pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan
sebagai pedoman perilaku sehari-hari.
2. Nasir (2005: 80) mendefinisikan bahwa pondok pesantren adalah lembaga
keagamaan
yang
memberikan
pendidikan
dan
pengajaran
serta
mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam.
7
Aji muttaqim,(https://kumparan.com/aji-muttaqin/pendidikan-karakter-didalam-al-qur-an/full,
di akses 22 Agustus 2017 23:53.
2. pengertian globalisasi
Globalisasi merupakan suatu proses yang mendunia akibat dari kemejuan
–kemajuan di bidang dari ilmu pengetahuan dan teknologi.
Globalasasi ini sendiri berasal dari asal kata globe yang berati bola bumi,
istilah ini digunakan karena akselerasi penyebaran informasi, yang luar biasa.
Dalam waktu segenap saja, melalui fasilitas teknologi komunikasi yang teramat
canggih, arus informasi dari suatu belahan bumi mudah menyebar secara merata
keseluruh dunia, dan masyarakat semacam di hadapkan kepada pilihan – pilihan
baru yang menarik dan cukup menggoda untuk mengikutinya.
3. . Pesantren Dalam menghadapi tantangan Globalisasi
 Dalam Menghadapi Kemajuan IPTEK
pesantren pada mulanya mengonstrasikan diri pada tiga fungsi utamanya yaitu:
mengajarkan atau menyebarluaskan ajaran islam kepada masyarakat luas,
mencetak para ulama, menanamkan tradisi islam kedalam masyarakat.
Selain itu pesantren juga melakukan inovasi terhadap kurikulum dan
kelembagaan pendidikannya, mulai dari sistem salafiyahnya yang berbasisi kitab
kuning hingga pada madrasah sebagai sekolah yang berciri khas Agama, sekolah
umum, hingga universitas. Berbagai inovasi ini sudah ada di dalam dunia
pesantren. Dengan adanya program yang demikian, maka lulusan pesantren kini
tidak hanya menguasai agama saja, melainkan juga ilmu ilmu modren,
keterampilan dan penguasaan ilmu teknologi modren. dengan demikian pesantren
saat ini selain ada yang bercorak tradisional juga ada yang bercorak modren.
Dengan di terapkannya madrasah kedalam pesantren, maka pesantren dan
madrasyah semakin mendapat tempat di hati masyarakat dan di sambut positif
oleh masyarakat modren, dan di anggap sebagian dari keperluan hidupnya,
mereka merasa lebih mantap memasukan putra putri mereka ke madrasyah
pesantren, karna selain memberikan pengetahuan umum juga mengutamakan
penanaman ajaran pendidikan keagamaan, dan juga ranah etika dan tingkah laku.
Dengan cara ini, maka pesantren tidak akan di tinggalkan masyarakat, malah
semakin di minati.
 Dalam Menghadapi Budaya Barat
Dalam menghadapi dunia barat yang sangat berdampak pada moral, dunia
pesantren diakui sebagai lembaga pendidikan yang paling efektif dalam
membentuk karakter bangsa. Melalui nilai relegiusitas yang berbasisi pada ajaran
tasawuf yang ditanamkan dipesantren, melalui pembiasaan, bimbingan, dan
pengalaman, yang dilakukan secara berkelanjutan dan berada di bawah
pengawasan langsung para kiai, menyebabkan pembentukan karakter atau akhlak
mulia para santri.8
C. PENDIDIKAN ISLAM TRANSFORMATIF
1. Pengertian Pendidikan IslamTransformatif
Pendidikan Islam transformatif, yaitu pendidikan Islam yang mengakses
perubahan dengan pertimbangan prinsip-prinsip liberalisasi, humanisasi dan
transendensi yang bersifat profetik yang bersifat profetik. pada dasarnya ketiga
prinsip tersebut merupakan implementasi paradigma humanisme-teosentris.
Pendidikan islam transformatif adalah pendidikan islam yang mengakses pada
kemandirian siswa dalam memecahkan prosoalan-persoalan yang dihadapinya
baik
didalam
kelas
maupun
lingkungannya,
adanya kebiasaan siswa
untuk belajar kelompok, kebiasaan mandiri, berinisiatif, kreatif produktif,
mempunyai palnning kedepan dalam kehidupannya sesuai dengan ajaran atau
tujuan dalam Al-Qur’an.
Hakikat pendidikan islam transformatif adalah akumulasi dari proses transfer
keilmuan, transfer nilai-nilai luhur, dan transfer metodologi serta transformasi.
Integrasi keilmuan agama dan sains menjadi prioritas dalm pendidikan islam
8
Wahyudin. http://bulannnnnn.blogspot.com/2014/12/tradisi-pesantren-dalam-tantanganarus.html.
transformatif. Tidak ada dikotomi dan spesialisasi keilmuan. 9Pendidikan Islam
transformatif, yaitu pendidikan Islam yang mengakses perubahan dengan
pertimbangan prinsip-prinsip liberalisasi, humanisasi dan transendensi yang
bersifat profetik yang bersifat profetik. pada dasarnya ketiga prinsip tersebut
merupakan implementasi paradigma humanisme-teosentris karena : (1) liberasi
bukan sepenuhnya berkiblat pada liberasi pendidikan sebagai mana John Dewey
dengan teori progresifisme dan ekperimennya, tetapi bertolak dari prinsip
kebebasan bertanggung jawab seperti disyaratkan dalam al-Quran bahwa manusia
diberi potensi kebebasan kehendak untuk menentukan pilihan. Akan memilih
yang baik atau yang buruk mau berusaha mengubah nasibnya atau tidak (Q.S. alRa’d:11).
ْْ ٌ‫س ِه‬
ِ ُ‫ِبأَنف‬
۟ ‫ٱّلِلَ َِل يُغَ ِير ُر َما ِبقَ ْوم َحۡ ه َٰى يُغَ ِير ُر‬
‫ِإ هن ه‬
‫وا َما‬
Artinya : “...sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka merubah keadaannya yang ada pada diri mereka sendiri…”
(Q.S al-Ra’d : 11)
Dengan kebebasan itulah maka adil kalau manusia harus mempertangung
jawabkan segala perbuatannya.
10
(2). Humanisasi disini bukan merujuk pada
humanisme sekuler di barat yang munculnya sebagai protes terhadap agama yang
dianggap tidak bisa diharapkan untuk mengadvokasi masalah kemanusiaan,
bahkan agama dianggap sering menimbulkan masalah kemanusiaan. Konsep fitrah
dalam Islam yang memandang manusia sebagia makhluk yang paling mulia
dengan potensi-potensi insani (SDM) yang dapat dikembangkan sehingga mampu
berperan sebagai khalifah allah di bumi dan bisa mendekatkan diri kepada Tuhan.
Oleh karena itu humanisasi dalam Islam adalah memberikan penghargaan yang
tinggi terhadap harkat dan martabat manusia dalam rangka pengembangan SDM
9
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://core.ac.uk/download/pdf/228446748.pdf&ved=2ah
UKEwi1xdKxqsjtAhWIH7cAHcxOCs8QFjABegQIAhAF&usg=AOvVaw2fIGxNDAC5QNkdYAK2akHt (diakses pada 12 desember
2020, pukul 19.39)
10
M.Hila, “Pendidikan Islam Transformatif” https://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1-2005misbachulm-486-Bab2_3106.pdf&ved=2ahUKEwipm9iNnqtAhWGWX0KHe2XDn4QFjAegQIBBAM&usg=AOvVaW103YVc5jFShXC-704S1HJv (diakses
pada 6 oktober 2020, pukul 11.57)
yang dimilikinya, (3) transendensi yang bersifat profetis adalah pemberian makna
ubudiyah dalam proses liberasi dan humanisasi.
Pendidikan islam tranfromatif mengharuskan adanya perubahan cara
pandang terhadap proses pendidikan dalam faktor-faktor pendidikan. Dalam hal
tujuan, pendidikan harus diorientasikan untuk mencetak individu yang
berkesadaran kenabian, yang mempunyai misi liberatif terhadap berbagai
persoalan sosial. Pendidikan dianggap berhasil jika mampu mencetak individu
yang kritis terhadap persoalan lingkungan dengan spiritualitas Islam. Untuk
menghasilkan pribadi yang semacam itu, berbagai elemen pendidikan harus
ditinjau ulang. Kurikulum harus lebih terkait dengan current issues sehingga
dapat memberikan bekal pengetahuan dan pengalaman kepada peserta didik
tentang problem riil di masyarakat.11
Pendidikan islam transformatif adalah pendidikan islam yang mengakses pada
kemandirian siswa dalam memecahkan prosoalan-persoalan yang dihadapinya
baik didalam kelas maupun lingkungannya, adanya kebiasaan siswa untuk
belajar kelompok, kebiasaan mandiri, berinisiatif, kreatif produktif, mempunyai
palnning kedepan dalam kehidupannya sesuai dengan ajaran atau tujuan dalam AlQur’an
2. dasar pendidikan islam tranformatif
1. Teori inklusif
Kasus Poso dan Maluku adalah contoh nyata akan hal ini. Perspektif yang
sempit,
ditambah
muatan-muatan
politis-ekonomis, menyebabkan
konflik antar umat beragama menjadi kian rentan. Di sinilah diperlukan
pengajaran teologi yang inklusif dan memberikan pemahaman yang memadai
terhadap agama lain.
2. Teologi Kritis
11
Nugas, http://nugasmelulu.blogspot.com/2016/12/pendidikan-transformatif-agamaislam.html.
Dengan teologi kritis berarti kita telah memfungsikan potensi manusia sebagai
homo-rasional
yang
membedakan
dengan
makhluk
lainnya.
Karena
sesungguhnya dalam Islam juga sudah dijelaskan bahwa al- Quran adalah
merupakan sumber yang paling utama misalnya ayat al-Quran yang mengajak
manusia untuk berfikir, dalam surat al-Ankabut ayat 43.
Paradigma Pendidikan IslamTransformatif
Paradigma baru pendidikan sebagai alternatif pengembangan pendidikan pada
masa depan di antaranya :
1. Paradigma sistemik-organik
2. Paradigma holistik- integralistik menekankan proses pendidikan
3.Paradigma humanistik
4.Paradigma idealistik-transformatif
Pendidikan idealistik memandang manusia sebagai “makhluk semulia- mulia
makhluk”.
3. Tujuan pendidikan islamtransformatif
Tujuan Pendidikan Islam Transformatif tidak hanya berorientasi vertikal
dengan ritual individual dan kesalihan yakni taqwa juga mempunyai makna
kesalihan horisontal kepada Tuhan Yang Maha Esa, tetapi juga berorientasi
horizontal, yakni bagaimana keberimanan dan ketakwaan peserta didik
mempunyai imbas kepada perilaku sosial mereka di masyarakat. Dengan kata
lain, kesalehan individu harus mempunyai imbas kepada kesalehan sosial. Secara
luas tujuan pendidikan Islam adalah :
1. Pendidikan harus mampu membangun keilmuan dan kemajuan kehidupan
yang integrative antara nilai sepiritual, moral dan material bagi kehidupan
manusia.
2. Pendidikan harus mampu membangun kompetisi manusia danmempersiapkan
kehidupan yang lebih baik berupa manusiademokratis, kompetitif, inovatif
bedasarkan nilai-nilai Islam.
3. Pendidikan harus disusun atas dasar kondisi ligkungan masyarakat, baik
kondisi masa kini maupun kondisi pada masa akan datang, karena perubahan
kondisi lingkungan merupakan tantangan dan peluang yang harus di proses
secara cepat dan tepat.
4. Pembaharuan pendidikan harus diupayakan untuk memberdayakan potensi
umat yang disesuaikan dengan kebutuhan kehidupan masyarakat.
5. pendidikan harus lebih diorientasikan pada upaya “pendidikan sebagai proses
pembebasan,
pendidikan
sebagai
proses
pencerdasan, pendidikan
menjunjung tinggi hak-hak anak, pendidikan menghasilkan tindakan
perdamaian, pendidikan sebagai proses pemberdayaan potensi manusia,
pendidikan menjadikan anak berwawasan integrative, pendidikan sebagai
wahana membangun watak persatuan, pendidikan menghasilkan manusia
demokratik, pendidikan menghasilkan manusia peduli terhadap lingkungan.
Jadi tujuan pendidikan Islam transformati tidak lepas dari tujuan hidup manusia
walaupun dipengaruhi oleh berbagai budaya, pandangan hidup atau keinginan–
keinginan lainnya, yang menuju pada fungsi manusia hidup di dunia sebagia
khalifah dan makhluk yang mulia, serta terbentuknya al Quran dan as Sunnah
manusia seutuhnya (insan kamil). Yang berdasarkan pada al Quran dan as
Sunnah.12
D. PROFESIONALISME GURU DALAM RANGKA PENINGKATAN
MUTU PENDIDIKAN
1. Pengertian Profesional Guru Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan
Pengertian peningkatan secara epistemologi adalah menaikkan derajat taraf dan
sebagainya mempertinggi memperhebat produksi dan sebagainya. Adapun
pengertian profesionalisme adalah Secara estimologi, istilah profesi berasal dari
bahasa Inggris yaitu profession atau bahasa latin profecus yang artinya
mengakui, adanya pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan
suatu pekerjaan.
12
Walisongo. http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1-2005- misbachulm-486-Bab2_3106.pdf
Sedangkan secara terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan yang
mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada
pekerjaan mental yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai
instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan pekerjaan manual. Jadi,
yang dimaksud dengan profesionalisme adalah keahlian (kemahiran) yang
dipersyaratkan (dituntut) untuk dapat melalakukan suatu pekerjaan yang
dilakukan secara efisien dan efektif dengan tingkat kehalian yang tinggi dalam
mencapai tujuan pekerjaan tersebut. Untuk mencapai keahlian itu seseorang
harus melalui pendidikan spesialisasi tertentu (pada jenjang pendidikan tinggi).
Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam
mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Orang yang disebut guru
adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta
mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada
akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses
pendidikan. sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan Mutu adalah
ukuran baik buruk suatu benda taraf atau derajat kepandaian, kecerdasan, dan
sebagainya kualitas.
Berikut ini beberapa hal yang mendorong pentingnya profesionalisme
guru dalam meningkatkan mutu pendidikan menurut Prof. Dr. H. Abuddin Nata
dalam bukunya kapita selekta pendidikan Islam.
a. Setelah lebih lima puluh tahun Indonesia merdeka, barulah timbul perhatian
yang
sungguh-sungguh
dari
pemerintah
republik
Indonesia
untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Perhatian ini antara lain dilakukan melalui
perubahan Undang- Undang No. 2 Tahun 1989 tentang system pendidikan
Nasional, dan ditetapkannya anggaran pendidikan 20 % dari anggaran
pendapatan belanja Negara (APBN), juga keluarnya undang-undang nomor 14
tahun 2005 tentang guru dan dosen, peraturan pemerintah republik Indonesia
nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, peraturan
pemerintah republik Indonesia nomor 47 tahun 2008 tentang guru,
ditetapkannya berbagai paradigma baru: visi pendidikan nasional, kurikulum
pendidikan, proses belajar mengajar dan lain sebagainya. Semua itu pada
intinya ditujukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Munculnya
berbagai kebijakan pemerintah tersebut harus dimanfaatkan sebaik-baiknya
dengan penuh tanggung jawab oleh para penyelenggara pendidikan,
pemangku kepentingan, stakeholder dan sebagainya, dan bukan hanya
sekedar untuk mengejar kenikan gaji dan tunjangan.
b) Para ahli pendidikan pada umumnya sepakat, bahwa peningkatan mutu
pendidikan sebagaimana tersebut di atas pada akhirnya bermuara kepada
tersedianya tenaga pendidik (guru dan dosen) yang bermutu. Tersedianya
dana yang besar, sarana dan prasarana yang lengkap, serta berbagai
komponen pendidikan lainnya yang serba baru, belum menjamin tercapainya
tujuan peningkatan mutu pendidikan, jika mutu pendidikannya tidak
ditingkatkan.
Pernyataan
ini
mengingatkan
tentang
pentingknya
meningkatkan mutu pendidik sebagai upaya strategis dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan. Kesadaran peningkatan mutu tenaga
pendidik ini sekarang sedang tumbuh, dan karenanya perlu dimanfaatkan
dengan sebaik-baiknya.
c) Tenaga pendidik yang bermutu dan professional antara lain wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kompetensi tersebut meliputi kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian,
kompetensi social, dan kompetensi professional yang dperoleh melalui
pendidikan profesi. Hal ini mengingatkan tentang pentingnya dilakukan
pendidikan profesi keguruan yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi
yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi.
Kebijakan ini ditempuh, mengingat bahwa pembina mutu tenaga pendidik
bukanlah perkara yang mudah.
2. Upaya-Upaya untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru
Untuk meningkatkan mutu profesi guru dapat dilakukan dengan cara
sendiri- sendiri, yaitu dengan jalan:
a. Menekuni dan mempelajari sacara kontinu pengetahuan-pengetahuan yang
berhubungan dengan teknik atau cara atau proses belajar mengajar secara
umum.
b. Mencari spesialisasi bidang ilmu yang diajarkan.
c. Melakukan
kegiatan-kegiatan
mandiri
yang
relevan
dengan
tugas
keprofesiannya.
d. Mengembangkan materi dan metodologi yang sesuai dengan kebutuhan
pengajaran.
3. Syarat-Syarat Profesionalisme Guru
Dari berbagai sumber, dapat diidentifikasikan beberapa indikator yang dapat
dijadikan ukuran karakteristik guru yang dinilai kompeten secara profesional,
yaitu:
a. Mampu mengembangkan tanggung jawab dengan baik,
b. Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dengan tepat,
c. Mampu bekerja untuk mewujudkan tujuan pendidikan sekolah,
d. Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dalam pembelajaran.
Untuk menjadi profesional, seorang guru dituntut memiliki minimal lima hal
sebagai berikut:
a. Memiliki komitmen pada siswa dan proses belajar. Ini berarti bahwa
komitmen tertinggi guru adalah pada kepentingan siswanya.
b. Menguasai secara mendalam bahan mata pelajaran yang diajarkan serta cara
mengajarkannya kepada para siswa.
c. Bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik
evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil
belajar.
d. Mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari
pengalamannya. Artinya harus selalu ada waktu untuk guru guna
mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang telah dilakukannya.
Untuk bisa belajar dari pengalaman ia harus tahu mana yang benar dan mana
yang salah, serta baik dan buruk dampaknya pada proses belajar siswa.
e. Seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan
profesinya.
Berdasarkan
Undang-Undang
Republik
Indonesia
No.
14
tahun
2005,disebutkan bahwa prinsip profesionalitas dari profesi guru merupakan
bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan:
 Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme.
 Memiliki
komitmen
untuk
meningkatkan
mutu
pendidikan,
keimanan,ketaqwaan, dan aklak mulia.
 Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakan pendidikan sesuai dengan
bidang tugas.
 Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
 Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
 Memperoleh penghasilan yang ditentukan sessuai dengan prestasi kerja.
 Memiliki kesempatan
untuk mengembangkan
keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
 Memiliki jaminan perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan
 Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur halhalyang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
Syarat profesionalisme guru sebagai pendidik dalam Islam:
a. Sehat jasmani dan ruhani,
b. Bertakwa,
c. Berilmu pengetahuan yang luas,
d. Berlaku adil,
e. Berwibawa,
f. Ikhlas,
g. Mempunyai tujuan yang Rabbani,
h. Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan,
i. Menguasai bidang yang ditekuni.
4. Hambatan dalam Meningkatkan Keprofesionalan Guru
Rendahnya
mutu
pendidikan
khususnya
pembelajaran
Indonesia
merupakan cerminan rendah atau kurangnya mutu profesionalitas guru dalam
melaksanakan dan mempertanggung jawabkan pembelajaran. Rendahnya mutu
profesionalitas guru-guru di Indonesia menurut disebabkan antara lain:
 Kualifikasi dan latar belakang pendidikan tidak sesuai dengan bidang tugas.
 Tidak memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugas. Guru
profesional seharusnya memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi
pedagogis, kognitif, personaliti, dan sosial.
 Penghasilan tidak ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. Sementara ini
guru yang berprestasi dan yang tidak berprestasi mendapatkan penghasilan
yang sama. Memang benar sekarang terdapat program sertifikasi.
 Kurangnya kesempatan untuk mengembangkan profesi secara berkelanjutan.
Banyak guru yang terjebak pada rutinitas. Pihak berwenang pun tidak
mendorong guru ke arah pengembangan kompetensi diri ataupun karier.
 Masih cukup banyak guru Indonesia baik yang bertugas di SD/MI maupun
di SLTP/MTs dan SMU/SMA yang tidak berlatar belakang pendidikan
sesuai dengan ketentuan dan bidang studi yang dibinanya.
 Masih sangat banyak guru Indonesia yang memiliki kompetensi rendah dan
memprihatinkan.
 Masih banyak guru di Indonesia yang kurang terpacu dan termotivasi untuk
memberdayakan
diri,
mengembangkan
profesionalitas
diri
atau
memutakhirkan
pengetahuan
mereka
secara
terus-menerus
dan
berkelanjutan, meskipun cukup banyak guru Indonesia yang sangat rajin
menaikkan pangkat mereka dan sangat
 Masih sangat banyak guru Indonesia yang kurang terpacu, terdorong, dan
tergerak secara pribadi untuk mengembangkan profesi mereka sebagai guru.
 Persoalan rambu-rambu atau acuan pelaksanaan, arah kebijakan pendidikan,
paradigma sistem pendidikan, termasuk sistem dan kurikulum yang selalu
mengalami perubahan.
 Semakin cepatnya perkembangan tehnologi sehingga menuntut guru lebih
proaktif terhadap perkembangan tersebut.
 Kesempatan
guru
yang
sangat
terbatas
dalam
mengembangkan
kemampuannya.
 Sistem yang selama ini digunakan oleh guru masih monoton sehingga
berpengaruh terhadap pola pikir siswa13
5. Guru yang Profesional dalam Perspektif Islam
Untuk menjadi guru yang professional tidaklah mudah karena ia harus
memiliki berbagai kompetensi keguruan. Kompetensi dasar bagi pendidik
ditentukan oleh tingkat kepekaannya dari bobot potensi dasar dan kecenderungan
yang dimilikinya. Hal tersebut karena potensi merupakan tempat dan bahan
untuk memproses semua pandangan sebagai bahan untuk menjawab semua
rangsangan yang datang darinya.
W. Robert Houston mendefinisikan kompetensi adalah suatu tugas yang
memadai atau pemilikan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang
dituntut oleh jabatan seseorang. Definisi ini mengandung arti bahwa calon
pendidik
perlu
mempersiapkan
diri
menguasai
sejumlah
pengetahuan,
keterampian dan kemampuan khusus yang terkait dengan profesi keguruan, agar
ia dapat menjalankan tugasnya dengan baik, serta dapat memnuhi keinginan dan
harapan peserta didik
13
Idi.
E. PENDIDIKAN ISLAM MULTUKULTURAL
1. Pengertian Pendidikan Multikultura Pendidikan multicultural (multicultural
merupakan respon terhadap perkembangan keragaman populasi sekolah,
sebagaimana tuntutan persamaan hak bagi setiap kelompok. Dalam dimensi lain,
pendidikan multicultural merupakan pengembangan kurikulum dan aktivitas
pendidikan untuk memasuki berbagai pandangan, sejarah, prestasi dan perhatian
terhadap orang-orang non Eropa (Hilliard, 1991-1992).
Jadi dengan keterangan di atas bisa disimpulkan bahwa Pendidikan Islam
Multikultural
pada
hakikatnya
adalah
pendidikan
yang
menempatkan
multikulturalisme sebagai salah satu visi pendidikan dengan karakter utama yang
bersifat inklusif, egaliter dan humanis, namun tetap kokoh pada nilai-nilai
spiritual dan ketuhanan yang berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Landasan pendidikan Islam multikultural dapat digolongkan sebagai
berikut: pertama, landasan pendidikan multikultural yang berprinsip pada
demokrasi, kesetaraan dan keadilan ditemukan keberadaannya dalam alQur’an
Q.S al-Syura: 38,
ُ ٌْ ‫ٰ ََلة َ َوأ َ ْم ُر ُه‬
َ‫ور َٰى َب ْي َن ُه ٌْ َو ِم هما َرزَ ْقنَا ُه ٌْ يُ ْن ِفقُون‬
‫َوا هلذِينَ ا ْسۡ َ َجابُوا ِل َر ِبر ِه ٌْ َوأَقَا ُموا ال ه‬
َ ‫ش‬
Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat
antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan
kepada mereka.
3. tujuan pendidikan islam multicultural
Tujuan Pendidikan Multikultural mencakup:
1. Pengembangan Literasi Etnis dan Budaya
Pendidikan Multikultural adalah mempelajari tentang latar belakang sejarah,
bahasa, karakteristik budaya, sumbangan, peristiwa kritis, individu yang
berpengaruh dan kondisi social, politik dan ekonomi dari berbagai kelompok.
2. Perkembangan Pribadi
Dasar psikologis Pendidikan Multikultural menekankan pada pengembangan
pemahaman diri yang lebih besar, konsep diri yang positif dan kebanggaan paa
7 identitas pribadinya. Penekanan bidang ini merupakan bagian dari tujuan
Pendidikan Multikultural yang berkontribusi pada perkembangan pribadi
siswa, yang berisi pemahaman yang lebih baik tentang diri yang pada akhirnya
berkontribusi terhadap keseluruhan prestasi intelektual, akademis dan social
siswa.
3. Klarifikasi Nilai dan Sikap
Pendidikan Multikultural mengangkat nilai-nilai inti yang berasal dari prinsip
martabat manusia (human dignity), keadilan, persamaan, kebebasan dan
demokrasi.
4. Kompetensi Multikultural
Pendidikan Multikultural dapat meredakan ketegangan ini dengan mengajarkan
keterampilan dalam komunikasi lintas budaya, hubungan antar pribadi,
pengambilan perspektif, analisis kontekstual, pemahaman sudut pandang dan
kerangka berpikir alternative dan menganalisa bagaimana kondisi budaya
mempengaruhi nilai, sikap, harapan dan prilaku.
5. Kemampuan Keterampilan Dasar
Tujuan
utama
Pendidikan
Multikultural
adalah
untuk
memfasilitasi
pembelajaran untuk melatih kemampuan keterampilan dasar dari siswa yang
berbeda secara etnis. Pendidikan Multikultural dapat memperbaiki penguasaan
membaca, menulis dan keterampilan matematika; materi pelajaran; dan
keterampilan proses intelektual.
6. Persamaan dan Keunggulan Pendidikan
Tujuan persamaan multicultural berkaitan erat dengan tujuan penguasaan
keterampilan dasar, namun lebih luas dan lebih filosofis. Untuk menentukan
sumbangan
komparatif
terhadap
kesempatan
belajar,
pendidik
harus
memahami secara keseluruhan bagaimana budaya membentuk gaya belajar,
prilaku mengajar dan keputusan pendidikan.
7. Memperkuat Pribadi untuk Reformasi Sosial
Tujuan terakhir dari Pendidikan Multikultural adalah memulai proses
perubahan di sekolah yang pada akhirnya akan meluas ke masyarakat. Tujuan
ini akan melengkapi penanaman sikap, nilai, kebiasaan dan keterampilan siswa
8. Memiliki Wawasan Kebangsaan/kenegaraan yang Kokoh
Dengan mengetahui kekayaan budaya bangsa itu akan tumbuh rasa kebangsaan
yang kuat. Rasa kebangsaan itu akan tumbuh dan berkembang dalam wadah
negara Indonesia yang kokoh. Untuk itu Pendidikan Multikultural perlu
menambahkan materi, program dan pembelajaran yang memperkuat rasa
kebangsaan dan kenegaraan dengan menghilangkan etnosentrisme, prasangka,
diskriminasi dan stereotype.
9. Memiliki Wawasan Hidup yang Lintas Budaya dan Lintas Bangsa sebagai
Warga Dunia
10. Hidup Berdampingan Secara Damai
Dengan melihat perbedaan sebagai sebuah keniscayaan, dengan menjunjung
tinggi nilai kemanusiaan, dengan menghargai persamaan akan tumbuh sikap
toleran terhadap kelompok lain dan pada gilirannya dapat hidup berdampingan
secara damai.14
4.manfaat pendidikan islam multicultural
 Tidak adanya dominasi dan diskriminasi diantara kelompok
 Tidak adanya saling mencemooh antar kelompok
 Hidup berdampingan secara harmonis
 Saling toleransi
 Menghormati
 Pengertian dll.15
F. PESANTREN DALAM TANTANGAN GLOBALISASI
Modernisasi berasal dari kata modern yang berarti terbaru, mutakhir, atau
14
Sheladiva, Pendidikan Islam Multikultural. Retrieved from Blogspot:
http://sheladivan.blogspot.com/2017/05/pendidikan-islam-multikultural.html, dikutip tanggal
2017, Mei 17)
15
Idi.
sikap dan cara berpikir yang sesuai dengan tuntutan zaman. Selanjutnya
modernisasi diartikan sebagai proses pergeseran sikap dan mental sebagian
warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan tuntutan masa kini.9 Istilah
modernisme bukan merupakan hal yang baru dalam pendengaran mayoritas
masyarakat di dunia ini.
Pesantren adalah sebuah pendidikan tradisional yang para siswanya tinggal
bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan
kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri. Santri tersebut
berada dalam kompleks yang juga menyediakan masjid untuk beribadah, ruang
untuk belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya. Kompleks ini biasanya
dikelilingi oleh tembok untuk dapat mengawasi keluar masuknya para santri
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pondok Pesantren merupakan dua istilah
yang menunjukkan satu pengertian. Pesantren menurut pengertian dasarnya
adalah tempat belajar para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat
tinggal sederhana terbuat dari bambu. Di samping itu, kata pondok mungkin
berasal dari Bahasa Arab Funduq yang berarti asrama atau hotel. Di Jawa
termasuk Sunda dan Madura umumnya digunakan istilah pondok dan pesantren,
sedang di Aceh dikenal dengan Istilah dayah atau rangkang atau menuasa,
sedangkan di Minangkabau disebut surau. Pesantren juga dapat dipahami sebagai
lembaga pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara nonklasikal,
di mana seorang kiai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri
berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh Ulama Abad
pertengahan, dan para santrinya biasanya tinggal di pondok (asrama) dalam
pesantren tersebut.16
Pesantren Dalam menghadapi tantangan globalisasi diantaranya:
1. Dalam Menghadapi Kemajuan IPTEK
Secara historis, pesantren pada mulanya mengonstrasikan diri pada tiga fungsi
16 http://bulannnnnn.blogspot.com/2014/12/tradisi-pesantren-dalam-tantangan- arus.html
utamanya yaitu: mengajarkan atau menyebarluaskan ajaran islam kepada
masyarakat luas, mencetak para ulama, menanamkan tradisi islam kedalam
masyarakat.
Selain itu pesantren juga melakukan inovasi terhadap kurikulum dan
kelembagaan pendidikannya, mulai dari sistem salafiyahnya yang berbasisi kitab
kuning hingga pada madrasah sebagai sekolah yang berciri khas Agama, sekolah
umum, hingga universitas. Berbagai inovasi ini sudah ada di dalam dunia
pesantren. Dengan adanya program yang demikian, maka lulusan pesantren kini
tidak hanya menguasai agama saja, melainkan juga ilmu ilmu modren,
keterampilan dan penguasaan ilmu teknologi modren. dengan demikian
pesantren saat ini selain ada yang bercorak tradisional juga ada yang bercorak
modren. Dengan di terapkannya madrasah kedalam pesantren, maka pesantren
dan madrasyah semakin mendapat tempat di hati masyarakat dan di sambut
positif oleh masyarakat modren, dan di anggap sebagian dari keperluan
hidupnya,
mereka merasa lebih mantap memasukan putra putri mereka ke
madrasyah pesantren, karna selain memberikan pengetahuan umum juga
mengutamakan penanaman ajaran pendidikan keagamaan, dan juga ranah etika
dan tingkah laku. Dengan cara ini, maka pesantren tidak akan di tinggalkan
masyarakat, malah semakin di minati.
2.
Dalam Menghadapi Budaya Barat
Dalam menghadapi dunia barat yang sangat berdampak pada moral, dunia
pesantren diakui sebagai lembaga pendidikan yang paling efektif dalam
membentuk karakter bangsa. Melalui nilai relegiusitas yang berbasisi pada ajaran
tasawuf yang ditanamkan dipesantren, melalui pembiasaan, bimbingan, dan
pengalaman, yang dilakukan secara berkelanjutan dan berada di bawah pengawasan
langsung para kiai, menyebabkan pembentukan karakter atau akhlak mulia para santri.
Ada tiga hal yang menjadi pondok pesantern tetap istiqomah dan konsisten dalam
melaksanakan misinya, yaitu: sistem, dan materipendidikan pondok pesantren.

Nilai – nilai keislaman dan pendidikan jiwa, santri yaitu keiklasan,
kesederhanaan , kemandirian,

Sistem asrama yang penuh disiplin dan tercipta tri pusat pendidikan:
sekolah(formal) keluarga( informal), dan masyarakat( nonformal)

Meteri ilmu Agama.
Ketiganya dapat berubah sesuai dengan kondisi dan situasi sesuai dengan tuntutan
zaman
Dengan tradisi yang cukup efektif dalam pembinan karakter para santri, maka kini
sejumlah lembaga pendidikan umum yang berbasisi pada penguatan di bidang
pengetahuan dan teknologi yang di paadukan dengan sistem pesantren yang berbasisi
iman dan takwa.
3. Dalam Menghadapi Persaingan Bisnis Pendidikan
Dalam menghadapi persaingan bisnis pendidikan ini, pesantren yang berbasisi
pada motivasi keagmaan serta berbasis pada masyarakat, ia akan tetap melaksanakan
tugas utamanya menghasilkan ulama, mendidik moral masyarakat melalui ajaran islam
dan menanamkan tradisi islam. Hal yang demikian terjadi karna pesantren ini lahir,
tumbuh, dan berkembang dari dan untuk masyarkat. Sampai saat ini, pesanten masih
tetap eksis dan mampu bertahan sebagai model pendidikan alternatif, meski harus
bersaing dengan tumbuhnya pendidikan modren. Hal ini terjadi karena pesantren
memiliki kedekatan dengan masyarakat. hubungan kedekataan dengan masyarakat
selain menjadi bahan pemicu bagi perlunya memenuhi kebutuhan masyarakat yang
semakin modren, juga akan memberi peluang bagi pesantren untuk menanamkan moral
islami.
4. Dalam Mengembangkan Ilmu Agama
Pesantren senantiasa menjadi tumpuan masyarakat untuk memperoleh
jawaban atas berbagai masalah yang mereka hadapi dalam kaitannya dengan
ajaran agama. Seiring dengan kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi,
terutama teknologi komonikasi, dan banyak permasalahan konterporer yang
tumbuh dimasyarakat, dunia pesntren melalui tokoh utamanya para kiai harus
memberikan jawaban dan respon yang cepat, dan tuntas agar tugas dan peran
yang demikian itu masih tetap dapat di jawab oleh para kiai melalui hasil kajian
dan penelitiannya.
Informasi tersebut diatas menyebutkan, bahwa saat ini telah muncul
berbagai lembaga yang memberikan pelatihan dan pendampingan kepada
pesantren agar dapat melakukan peranannya dalam menjawab berbagai masalah
yang timbul dengan cara mengembangkan ilmu agama secara terus menerus.17
17
Idi.
G. DEMOKRATISASI PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM
1. demokratisasi pendidikan
Kata demokratisasi berakar dari kata demokrasi. Demokratisasi berarti
sebagai proses daripada demokrasi atau pendemokrasian. Kata demokrasi, dalam
bahasa lnggris democracy, adalah salah satu kata terpenting dalam kamus
politik. Kata ini sebenamya diambil dari bahasa Yunani, yaitu demos berarti
people (rakyat) dan krateein berarti to rule (menguasai memerintah), dan ia
sudah dikenalkan oleh pemikir-pemikir Yunani kuno sejak empat abad sebelum
masehi, namun istilah kata ini baru dikenal kembali pada abad ke 18 yaitu pada
saat tercetusnya revolusi Perancis dan kemerdekaan Amerika Serikat.
Menurut Prof. Dr. Soedijarto, yaitu sebagai berikut : "Demokrasi adalah
suatu konsep politik yang mengandung pengertian tentang suatu sistem politik
yang menganut pemahaman penyelenggaraan pemerintahan negara yang
pemerintahannya
dalam
menyelenggarakan
administrasi
pemerintahan
didasarkan atas persetujuan yang diperintah".
Dalam konteks Indonesia, sebagai contoh, masalah demokratisasi
pendidikan mempunyai landasan kostitusional, di mana disebutkan pada Pasal
31 Ayat (1) UUD 1945 bahwa, "Setiap warga negara berhak memperoleh
pendidikan". Dengan demikian berarti pemerintah berkewajiban memperlakukan
setiap warga negara secara adil dalam menggunakan haknya untuk memperoleh
pendidikan.
Jadi, inti dari pada demokratisasi pendidikan adalah pemberian kesempatan
yang terbuka bagi setiap individu (warga negara) untuk memperoleh pendidikan
yang layak sesuai dengan ketentuan konstitusional tanpa adanya bentuk
diskriminasi apapun (ekonomi, sosio-budaya, politik, agama, etnis dan ras).18
18
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://juraganberdesa.blogspot.com/2019/09/ konseppendidikan-demokratis-
27
2. islam dan pendidikan
Setiap muslim meyakini bahwa agama Islam yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW. itu adalah agama yang sempurna. Al-Qur'an sebagai sumber
utamanya diyakini sebagai kitab suci yang berisi petunjuk dan pedoman yang
lengkap. Oleh karenanya, Al-Qur'an menyatakan dirinya sebagai kitab petunjuk
yang membimbing manusia ke arah jalan hidup yang paling lurus. Selain AlQur'an adalah Hadits/Sunnah Nabi yang dijadikan sebagai sumber utama yang
kedua. Hadits/Sunnah Nabi berfungsi sebagai penjelas Al-Qur'an; menjelaskan
makna-makna atau maksud-maksud yang terkandung dalam Al-Qur'an yang
masih bersifat umum atau global, seperti menerangkan masalah tata cara shalat,
puasa dan haji, dan juga masalah bermuamalah (berinteraksi) dalam kehidupan
sehingga setiap individu mampu berperan secara aktif, positif dan akurat.
Dari paparan uraian tersebut dapat ditarik suatu pengertian, bahwa
AlQur'an dan Al-Sunnah, sebagai petunjuk bagi umat manusia memuat nilainilai luhur yang mendorong manusia agar selalu meningkatkan kualitas-dirinya
dengan berbekal ilmu pengetahuan (belajar/mencari ilmu), sehingga menjadi
orang-orang yang selalu dalam petunjuk Allah (al-muhtadin). Oleh karena itu,
sejak awal kenabian, Nabi Muhammad SAW. sudah melakukan aktivitasaktivitas pembelajaran- pengajaran (pendidikan). Islam sangat mendorong
umatnya untuk selalu belajar, mencari ilmu pengetahuan, menguasainya dan
kemudian berusaha untuk mengembangkannya. Semuanya itu semata-mata
sebagai pengejawantahan seorang hamba dalam kerangka beribadah kepada
Allah SWT. Dengan demikian maka dapatlah dikatakan bahwasannya Islam itu
mempunyai kaitan yang sangat erat dengan praktek-praktek pendidikan. Adapun
masalah rendahnya kualitas pendidikan kebanyakan umat Islam sekarang ini
adalah disebabkan oleh banyak faktor, baik faktor-faktor internal umat maupun
ekstemal. Untuk membahas masalah ini perlu dilakukan suatu pengkajian
tersendiri yang khusus untuk itu.
3. perspektif islam tentang demokratisasi pendidikan
Setelah dipaparkannya 'makna demokratisasi pendidikan,' dan 'Islam dan
28
Pendidikan', maka dalam hal ini akan dibahas masalah yang berkaitan dengan
perspektif Islam tentang demokratisasi pendidikan. Sehubungan dengan topik
ini, penulis akan membahasnya dengan menggunakan dua pandangan, yaitu
pandangan teologis dan historis. Sehubungan dengan topik ini, penulis akan
membahasnya dengan menggunakan dua pandangan, yaitu pandangan teologis
dan historis.
Berdasarkan pandangan teologis, demokratisasi pendidikan bukanlah
sekedar anjuran, akan tetapi ia merupakan sesuatu yang bersifat imperatif,
perintah.
Mengapa
demikian?
Karena
demokratisasi
pendidikan
itu
menyangkut masalah pembangunan manusia, sementara Al-Qur'an adalah kitab
petunjuk bagi segenap manusia, yang berarti juga membangun manusia. Secara
teologis Al-Qur'an mengatakan,
bahwa:
"Tidaklah Aku (Allah) ciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi
(beribadah) kepada-Ku."
Dari ayat ini difahami bahwa manusia dituntut oleh Allah bahwa untuk
beribadah kepada-Nya, bukan kepada yang selain-Nya. Artinya, manusia
diwajibkan untuk mengupayakan semua potensi dan kemampuan yang
dimilikinya untuk kemaslahatan hidup secara luas semata-mata karena Allah.
Agar amal ibadanya mempunyai nilai (kualitas) yang tinggi, sebagaimana yang
diharapkan Al-Qur'an, maka ia (manusia) perlu mendapatkan pendidikan yang
berkualitas. Berkaitan dengan ini, Rasulullah SAW. menegaskan dalam
haditsnya yang sangat popular, bahwa mencari ilmu adalah wajib atas setiap
Muslim
dan Muslimah. Selanjutnya, ditemukan juga sebuah hadits beliau yang
maksudnya:‫ َْ م‬.
" Barangsiapa yang ditanya tentang suatu ilmu lalu ia menyembunyikannya,
maka ia akan di-belenggu pada hari Kiamat dengan tali kekang dari Neraka.”
29
Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 3658), at-Tirmidzi (no.
2649), dan Ibnu Majah (no. 266), ini lafazh Ibnu Majah, dari Shahabat Abu
Hurairah. Lihat Shahih Sunan Abi Dawud (II/441), Shahih Sunan at-Tirmidzi
(II/336, no. 2135), dan Shahih Sunan Ibni Majah (I/49, no. 213).
Dan masih banyak lagi ayat Al-Qur'an maupun teks hadits yang berbicara
tentang ilmu dan pendidikan. lntinya adalah Islam memerintahkan agar setiap
Muslim mencari ilmu (belajar), menguasainya dan menyebarluaskannya
(semakna dengan demokratisasi) atas dasar ibadah, dan sekaligus menebarkan
rahmat dalam hal ini berupa pemberian kesempatan belajar sebagaimana yang
dikehendaki AllahSWT. dalam Al-Qur'an.
Dalam uraian-uraian tersebut dapat ditarik pemahaman bahwa Islam
memerintahkan - bukan hanya menganjurkan - umatnya untuk senantiasa
meningkatkan
kualitas-diri
dengan
berbekal
ilmu
pengetahuan,
dan
memberikan ancaman atas orang-orang yang tidak mau menyebarluaskan ilmu
pengetahuan. Dengan demikian, maka pemahaman tersebut sejalan dengan ruh
dari makna demokratisasi pendidikan. Berikut ini adalah uraian mengenai
pandangan historis. Yang dimaksudkan di sini ialah memaparkan fakta-fakta
kesejarahan
yang
membuktikan
eratnya
keterkaitan
Islam
dengan
demokratisasi/pendemokrasian pendidikan. Pada awal sejarah Islam, Nabi
memberikan pelajaran kepada para sahabatnya tanpa pilih-pilih. Beliau
tanamkan
rasa
kebersamaan
di
antara
mereka.
Beliau
mengajarkan
bahwasannya tiada perbedaan antara orang Arab dan orang non-Arab kecuali
dengan ketaqwaannya. Beliau kembangkan tradisi pendidikan dengan semangat
yang sangat tinggi, sehingga menjadikan masjid tidak hanya untuk melakukan
sholat, tetapi masjid juga dijadikan sebagai tempat belajar bagi semua lapisan
masyarakat Muslim Madinah. Pada abad-abad pertengahan banyak orang
Kristen yang belajar di Universitas Cordoba, kemudian mereka membawa
pulang ilmu dan kebudayaan ke negeri-negeri asal mereka. Di antara mereka
adalah Gerbert, yang kemudian hari menjadi Paus Sylvester II, yang telah
banyak memperkenalkan ilmu pasti kepada Eropa.
30
Dan pada masa yang sama di Baghdad mahasiswa-mahasiswa belajar di
Universitas Mustanshiriyah dengan gratis, dan Maha-gurunya digaji menurut
banyaknya mahasiswa. Di Universitas ini terdapat sebuah dapur umum yang
menyajikan makanan-makanan yang lezat (roti dan daging). Di samping itu
terdapat pula perpustakaan besar, klinik dan kolam renang. Dalam konteks
Indonesia, kita dapat menyaksikan ribuan pondok pesantren yang berkembang
demikian pesatnya, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Dinamika dan
perkembangannya berlangsung sejak masuknya Islam di Indonesia hingga saat
ini. Terlepas daripada plus-minus yang terdapat pada pondok pesantren, secara
sosio-historis yang perlu dicatat dari keberadaannya adalah 'kemerakyatannya',
sehingga menurut Nurcholis Madjid, secara historis pesantren tidak hanya
identik dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian
Indonesia (indigenous).
Hal ini dapat dilihat dari budaya yang dikembangkannya, antara lain yaitu
ketaatan murid kepada guru (kyai), rasa persamaan, persaudaraan dan
kesederhanaan dalam kehidupan sehari-hari. Pesantren- pesantren yang ada
hampir dapat dikatakan semuanya didirikan atas inisiatif para kyai secara
pribadi dan dukungan masyarakat sekitamya. Mendirikan pesantren bagi para
kyai adalah merupakan manifestasi dari pelaksanaan perintah Allah (ibadah)
yang berkenaan dengan upaya mendidik dan mencerdaskan umatnya (nasyrul
'ilmi wa tahdzibul-Ummah/menyebarluaskan ilmu dan mendidik umat).
Dari uraian-uraian tersebut dapat diambil pemahaman, bahwa
demokratisasi pendidikan menurut Islam adalah suatu perkara yang sifatnya
imperatif (perintah). Demikian ini secara jelas dapat dilihat dari sisi teologis
dan dibuktikan - sepanjang sejarah perkembangan Islam - oleh Nabi, para
sahabat, tabi'in dan para pengikutnya hingga sekarang ini.
H. PERUBAHAN PARADIGME PEMBELAJARAN
Sistem pendidikan di Indonesia memiliki sejarah yang panjang. Mulai dari
sistem pemerintahan orde lama, orde baru hingga reformasi, telah bermunculan
31
berbagai macam problem dalam pendidikan, perubahan paradigma diantaranya
masalah pemerataan, efisiensi, relevansi dan mutu pendidikan. Problem
pendidikan ini telah membawa Indonesia dalam kancah dunia Internasional pada
posisi ke-2 dari terakhir. Hal ini tak lepas dari sistem pendidikan kita yang tidak
dijalankan secara optimal.
Pada dasarnya tingkat keberhasilan belajar mengajar dipengaruhi banyak
faktor diantaranya kemampuan guru, kemampuan dasar siswa, metode
pembelajaran, materi, sarana prasarana, motivasi, kreativitas, alat evaluasi serta
lingkungan yang kesemuanya merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan
yang bekerja secara terpadu untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
Meskipun tujuan dirumuskan dengan baik, materi yang dipilih sudah tepat, jika
metode pembelajaran yang dipergunakan kurang memadai bisa jadi tujuan yang
diharapkan tidak tercapai dengan baik. Jadi metode pembelajaran merupakan
salah satu komponen yang penting dan sangat menguntungkan dalam keberhasilan
proses pendidikan.
Perubahan paradigma didorong oleh hasil analisis mutakhir yang
menunjukkan bahwa sistem yang dianut tidak lagi memberi hasil atau keuntungan
yang memuaskan. Perubahan paradigma membawa perubahan mindset, dan
perubahan mindset membawa implikasi operasional sejalan dengan tujuan yang
akan dicapai oleh perubahan paradigma. Apabila digambarkan sebagai suatu
bagan alir, maka perubahan di satu titik akan mempengaruhi aktivitas berikutnya,
baik dalam aliran linear maupun paralel, sehingga tampak gambar networking
yang kompleks.
Kompleksitas networking tadi perlu dikelola secara efisien, terukur,
terpantau, dan terpadu agar tujuan perubahan paradigma dapat tercapai secara
mudah dan ekonomis. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan penataan ulang
organisasi yang di dalamnya terkandung kearifan agar tidak terjadi benturan
maupun selisih pendapat yang tajam, atau untuk meminimalisasi masalah yang
timbul sebagai akibat dari perbedaan pendapat. Kearifan memerlukan sinergi dan
keterpaduan intelligent quotient, emotional quotient, dan spiritual quotient.
32
Kearifan yang telah dimiliki oleh para staf senior perlu diorganisasi dalam
aktivitas yang rasional, mudah dipahami dan diikuti oleh orang lain, serta
menimbulkan inspirasi di kalangan para staf junior dan para mahasiswa sehingga
tercipta suatu gerakan saiyeg saeka kapti, saiyeg saeka praya (bahu membahu
dalam satu tekad yang bulat). Dapat dipastikan bahwa setiap langkah
pembaharuan atau perubahan akan menimbulkan gejolak; dalam hal ini diperlukan
manajemen perubahan agar gejolak yang timbul dapat diminimalisasi. 19
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat,
namun proses pembelajaran yang mewarnai dunia pendidikan kita saat ini
(sekolah dasar dan sekolah menengah) sekarang ini masih di dominasi oleh guru.
Metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru adalah “I give the Lesson, you
listen” merupakan suatu metode pembelajaran yang hampir tidak bisa dilapaskan
dari sosok seorang guru. Karena proses mentransformasi pengetahuan kepada
siswa masih bersifat konvensional, guru hanya bisa dengan metode ceramah satu
arah dan siswa duduk sebagai pendengar.
Pada masyarakat dalam dunia pendidikan formal, siswa sadar akan apa
yang ingin dicapainya. Dalam proses pembelajaran, peserta didik merupakan
pemegang hak, maka tujuan pembelajaran harus sesuai dengan keinginan peserta
didik. Guru sebagai fasilitator dan mengfasilitasi proses pembelajaran untuk
mencapai hasil atau tujuan dari pembelajaaran itu sendiri.
Perubahan paradigma dalam proses pembelajaran yang awalnya berpusat pada
guru (techer centred) menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (learning
centred) diiharapkan mampu mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam
membangun pengetahuan, sikap dan prilaku. Melalui proses pembelajaran dengan
keterlibatan aktif siswa ini berarti guru tidak mengambil hak anak untuk belajar
dalam arti yang sesungguhnya. Dalam proses pembelajaran yang berpusat pada
siswa, maka siswa memperoleh kesempatan dan fasilitasi untuk membangun
19
Doni, "Perubahan Paradigma Pembelajaran"
(https://www.google.com/amp/s/donipengalaman9.wordpress.com/2014/12/07/perubahanparadigma-pembelajaran/amp/ diakses pada tanggal 10 Desember 2020 pukul 11.14 WITA)
33
sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang
mendalam (deep learning), dan pada akhirnya dapat meningkatkan mutu kualitas
siswa.
Pergeseran Paradigma pembelajaran dari Teacher-Centred ke Student-Centred
Learning sekiranya dapat merubah kualitas pendidikan kita saat ini. Perubahan
paradikma ini bukan lagi bagaimana guru mengajar dengan baik tetapi bagaimana
siswa dapat belajar dengan baik. Guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran.
Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia-manusia
berkualitas. Pendidikan memerlukan inovasi-inovasi yang sesuai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa mengabaikan nilai-nilai
kemanusiaan. Pendidikan juga dipandang sebagai sarana untuk melahirkan insaninsan yang cerdas, kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif dan berbudi
pekerti luhur.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk melakukan inovasi dalam dunia
pendidikan. Inovasi yang dilakukan biasanya dilakukan dengan memperhatikan
tiga alasan penting, yaitu efisien, efektif dan kenyamanan. Efisien maksudnya
waktu yang tersedia bagi guru harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Efektif
maksudnya pelajaran yang diberikan harus menghasilkan hasil yang bermanfaat
bagi siswa atau masyarakat, sedangkan kenyamanan berarti sumber belajar, media
alat bantu belajar, metode yang ditentukan sedemikian rupa sehingga memberikan
gairah belajar mengajar bagi siswa dan guru. Dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan pemerintah, guru, dan orang tua selalu berupaya untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa.
Dalam rangka meningkatkan daya saing bangsa, sangatlah penting untuk
mengadopsi metode pembelajaran yang sesuai untuk pencapaian tujuan
pembelajaran, dengan melakukan pergeseran dari “teaching centered” ke
“learning centered”, mengakomodasi kebutuhan perimbangan antara keunggulan
dan kesesuaian akademik untuk tujuan peningkatan kualitas, kebutuhan peserta
didik , dan pendekatan belajar lain yang lebih lentur (HELTS 2003-2010).
34
Waktu semakin berjalan dan zaman selalu berubah. Untuk mengikuti alur
perkembangan zaman, perubahan akan selalu terjadi, misalnya pengetahuan akan
berubah, kebudayaan akan berubah, kehidupan akan berubah, teknologi akan
berubah, dan waktupun begitu. Jika banyak hal yang mengalami perubahan, apa
yang akan terjadi apabila kita tidak mengikuti perubahan tersebut? Yang pasti kita
akan tertinggal. Dari perubahan itulah kita dapat mempelajari dimana titik
kelemahan ataukekurangan sebelumnya. Begitu juga dengan Perubahan
Paradigma Pembelajaran atau perubahan pola pikir dalam pembelajaran.
Pembelajaran akan terasa lebih baik jika terjadi perubahan dimana mengubah
kekurangan dan kelemahan yang terjadi pada pembelajaran sebelumnya menjadi
pembelajaran
yang
baik
dan
memberi
hasil
atau
keuntungan
yang
memuaskan.sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi saat ini.
Perubahan Paradigma Pembelajaran Dalam buku “Reformasi Pendidikan Sebuah
Rekomendasi” oleh Paul Suparrno, dkk (2001) disebutkan beberapa perubahan
paradigma pembelajaran yaitu : Pembelajaran di sekolah dan Kurikulum.
Pembelajaran di Sekolah yang meliputi Aktifitas Siswa dalam Belajar,
Pembelajaran
yang
Konstruktivis,
Metode
Pembelajaran,
Pelaratan
dan
Laboratorium, Evaluasi, Les Privat. Kurikulum yang meliputi Beban dan isi
kurikulum, Less is more, Kurikulum yang sesuai dengan tantangan zaman,
Kurikulum yang membebaskan, Orientasi, Sentralisasi desentralisasi, Buku
pelajaran, Evaluasi dan Penilaian dan Penjurusan di Sekolah Menengah Umum.20
I. MERDEKA BELAJAR
Pendidikan merupakan alat untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan
bagi seluruh umat manusia, pendidikan yang berkualitas akan mencerminkan
masyarakat yang maju damai dan mengarah pada sifat-sifat yang konstruktif.
Pendidikan juga menjadi roda penggerak sehingga kebudayaan dan kebiasaan dari
tiap-tiap zaman menjadi berubah mengikuti perubahan yang di peroleh dari
20
Fadhila Auliyah Suhardi dkk, Perubahan paradigma belajar kelompok 1 (Makassar, Universitas
Muslim Indonesia, 2020), hal. 11
35
pendidikan itu sendiri. Maka ketika ingin mencapai kehidupan yang lebih baik
tentunya pendidikanlah yang merupakan jawabannya, karena dari pendidikan
melaihirkan hal-hal yang kreatif, inovatif dalam menapaki setiap perkembangan
zaman.21
Merdeka Belajar adalah program kebijakan baru Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) yang dicanangkan oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Kabinet Indonesia Maju, Nadiem Anwar
Makarim. Esensi kemerdekaan berpikir, menurut Nadiem, harus didahului oleh
para guru sebelum mereka mengajarkannya pada siswa-siswi. Nadiem menyebut,
dalam kompetensi guru di level apa pun, tanpa ada proses penerjemahan dari
kompetensi dasar dan kurikulum yang ada, maka tidak akan pernah ada
pembelajaran yang terjadi.
Pada tahun mendatang, sistem pengajaran juga akan berubah dari yang
awalnya bernuansa di dalam kelas menjadi di luar kelas. Nuansa pembelajaran
akan lebih nyaman, karena murid dapat berdiskusi lebih dengan guru, belajar
dengan outing class, dan tidak hanya mendengarkan penjelasan guru, tetapi lebih
membentuk karakter peserta didik yang berani, mandiri, cerdik dalam bergaul,
beradab, sopan, berkompetensi, dan tidak hanya mengandalkan sistem ranking
yang menurut beberapa survei hanya meresahkan anak dan orang tua saja, karena
sebenarnya setiap anak memiliki bakat dan kecerdasannya dalam bidang masingmasing. Nantinya, akan terbentuk para pelajar yang siap kerja dan kompeten, serta
berbudi luhur di lingkungan masyarakat.
J.
LONG LIFE EDUCATION
a. Pengertian Konsep Long Life Education
Pendidikan seumur hidup bukan suatu sistem pendidikan yang berstruktur,
melainkan suatu prinsip yang menjadi dasar dan menjiwai seluruh organisasi
21
Media, Kompas Cyber. "Terobosan Merdeka Belajar Nadiem Makarim, Ubah Sistem Zonasi hingga Hapus
UN". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2019-12-17.
36
sistem pendidikan yang ada. Dalam kenyataan hidup dari dahulu sudah dapat
dilihat bahwa hakikatnya orang belajar seumur hidup, meskipun dengan cara yang
berbeda dan melalui proses yang tidak sama.
Menurut Cropley life long education diartikan dengan tujuan atau ide
formal untuk pengorganisasian dan perstrukturan pengalaman pendidikan.
Pengorganisasian dan perstrukturan ini diperluas mengikuti seluruh rentangan
usia, dari usia yang paling muda sampai yang paling tua.
Pendidikan sepanjang hayat (life long education) menyatakan bahwa
pendidikan tidak berhenti hingga individu menjadi dewasa, tetapi tetap berlanjut
sepanjang hidupnya. Pendidikan sepanjang hayat menjadi semakin tinggi
urgensinya pada saat ini karena manusia terus menerus menyesuaikan diri supaya
dapat
tetap hidup secara wajar dalam lingkungan masyarakat yang selalu
berubah. Sisi lain pendidikan sepanjang hayat adalah peluang yang luas bagi
seseorang untuk terus belajar agar dapat meraih keadaan kehidupan yang lebih
baik. Ciri-ciri manusia yang menjadi pelajar sepanjang hayat :

Sadar bahwa dirinya harus belajar sepanjang hayat.

Memiliki pandangan bahwa belajar hal-hal yang baru merupakan cara
logis untuk mengatasi masalah.

Bersemangat tinggi untuk belajar pada semua level.

Menyambut baik perubahan (open minded).

Percaya bahwa tantangan sepanjang hidup adalah peluang untuk belajar
hal baru.
Jadi, pendidikan seumur hidup adalah sebuah sistem konsep-konsep
pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajar
mengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia.22
b.
22
Peranan Konsep Long Life Education
http://ikesuryaningt.blogspot.com/2014/04/makalah-long-life-education.html?m=1
37
Didalam UU Nomor 20 tahun 2003, penegasan tentang pendidikan seumur
hidup, dikemukakan dalam pasal 13 ayat (1) yang berbunyi: "Jalur pendidikan
terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan informal yang dapat saling
melengkapi dan memperkaya". Jadi dapat pula dikatakan bahwa pendidikan dapat
diperoleh dengan 2 jalur, yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan
diluar sekolah. Jalur pendidikan sekolah meliputi pendidikan formal terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Dan jenis
pendidikan ini mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik profesi, vokasi,
keagamaan dan khusus.
c. Sedangkan jalur pendidikan luar sekolah meliputi pendidikan
nonformal dan informal. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi
warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang
berfungsi sebagai pengganti, penambah, atau pelengkap pendidikan
formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
Pendidikan nonformal berfungsi mengembalikan potensi peserta didik
dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan
fungsional serta mengembangkan sikap kepribadian hidup.
d. Pendidikan informal yaitu kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh
keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
pendidikan keluarga termasuk jalur pendidikan luar sekolah merupakan
salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengalaman
seumur hidup. Pendidikan keluarga memberikan keyakinan agama,
nilai budaya yang mencakup nilai moral dan aturan-aturan pergaulan
serta pandangan, ketrampilan dan sikap hidup yang mendukung
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kepada anggota
keluarganya yang bersangkutan. peserta didik berkesempatan untuk
mengembangkan kemampuan dirinya dengan belajar pada setiap saat
dalam perjalanan hidupnya sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan
masing-masing.
e. Undang-undang nomor 2 tahun 1989 dan GBHN 1993 mengamanatkan
bahwa peran serta masyarakat, keluarga dan pemerintah dalam
38
penyelenggaraan pendidikan amat diperlukan. Ditekankan
dalam
amanat tersebut bahwa segenap lapisan masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia memiliki kewajiban untuk berpartisipasi dalam semua aspek
pengelolaan pendidikan disemua jenis dan jenjang karena pendidikan
adalah tanggungjawab bersama antara pemerintah, keluarga dan
masyarakat. Selain itu, krisis multidimensi yang melanda Indonesia
belakangan ini, memberi momentum terjadinya perubahan mendasar
dalam
berbagai
kehidupan,
termasuk
kehidupan
pendidikan.
Kemampuan pemerintah dalam menyediakan daya dan dana pendidikan
amat menurun. Oleh karena itu, pemerintah berupaya untuk melibatkan
masyarakat dan sekolah dalam mengelola pendidikan agar kualitas
pendidikan tetap optimal. Diharapkan, dengan adanya keterlibatan
masyarakat terhadap masalah pendidikan agar kualitas pendidikan tetap
optimal. Diharapkan, dengan adanya keterlibatan masyarakat terhadap
masalah pendidikan, mutu dan pemerataan pendidikan di Indonesia
dapat ditingkatkan.
Tiga strategi pelaksanaan pengikutsertaan masyarakat dalam masalah
pendidikan di Indonesia:

mereorganisasi sistem pemerintahan dalam administrasi dan keuangan.

melaksanakan manajemen berbasiskan sekolah

melaksanakan pendekatan pendidikan berbasiskan masyarakat23
K. HUMANISASI PENDIDIKAN ISLAM
a.
Pancasila sebagai Pijakan Humanisasi Pendidikan Islam
Pendidikan Islam di Indonesia sebagai sub sistem pendidikan nasional
bertolak dan bermuara pada pencapaian tujuan pembangunan nasional di bidang
pendidikan. Semua jenis pendidikan di negeri ini harus didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila sebagai dasar negara. Untuk itu, pemikiran pendidikan humanistik juga
39
berakar dari nilai-nilai tersebut. Bagi bangsa Indonesia, nilai-nilai kemanusiaan
yang telah disepakati itu dirumuskan ke dalam Pancasila. Atas dasar itulah,
Pancasila sering disebut humanistik-universalistik. Dikatakan humanistik karena
dasar negara ini memuat nilai-nilai kemanusiaan; dan disebut universalistik karena
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya bersifat mendasar yang berlaku bagi
setiap orang.
Pendidikan yang berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan Pancasila memiliki
lima ciri, yaitu: (1) hormat terhadap keyakinan relijius setiap orang, (2) hormat
terhadap martabat manusia dan hak asasinya, (3) berwawasan kebangsaan, (4)
demokratis, serta (5) menjunjung dan menegakkan keadilan bagi seluruh rakyat
Indonesia. Nilai-nilai ini dijadikan dasar dalam merumuskan kebijakan sistem
pendidikan nasional. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dengan sila
pertama, Ketuhanan Yang Mahaesa berimplikasi kepada keharusan bangsa
Indonesia untuk bersikap teosentris yang dalam ajaran Islam dimaknai sebagai
konsep Tauhid. Untuk itu, pengembangan pendidikan Islam di Indonesia perlu
didasarkan pada tipologi rekonstruksi sosial menuju antropomorfisme yang
bertolak dari teosentrisme. Upaya pemanusiaan manusia dalam sistem pendidikan
Islam di Indonesia harus didasarkan pada nilai-nilai Pancasila yang sesuai ajaran
Islam.
Filosofi yang menjadi tujuan pendidikan nasional tersebut sesuai tujuan
negara. Tujuan penyelenggraan negara yang dinyatakan dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 sejalan dengan konsep tujuan pendidikan dalam
Undang–undang tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) Nomor 2 Tahun
1989 Pasal 4 dinyatakan:
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Mahaesa dan berbudi
luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
40
Konsep tujuan pendidikan di Era Reformasi (Otonomi Pendidikan)
mengalami penyempurnaan melalui penggantian UU SPN No. 2 Tahun
1989 dengan UU Nomor 20 Tahun 2003. Penggantian UU ini merupakan
tuntutan pembaharuan pendidikan yang diamanatkan oleh Amandemen
Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai respon
terhadap perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam konteks
kehidupan sosial dalam era global berteknologi informasi dan komunikasi.
UU yang baru ini memberikan dasar hukum untuk membangun pendidikan
nasional dengan menerapkan prinsip demokrasi, desentralisasi, otonomi,
keadilan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Untuk itu, dalam Pasal
3 UU Nomor 20 Tahun 2003 tersebut dinyatakan:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis dan bertanggung jawab.
b.
Nilai-nilai Humanis dalam Filsafat Pendidikan Nasional
Filosofi sistem pendidikan di Indonesia didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila, yaitu: nilai ketuhanan, kemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan
dan keadilan. Nilai-nilai ini dijadikan dasar dalam merumuskan kebijakan
sistem pendidikan nasional. Dari nilai-nilai tersebut dapat dikemukakan
karakteristik
pendidikan
yang
berasaskan
nilai-nilai
kemanusiaan
Pancasila, yaitu:
1. Menghormati keyakinan relijius setiap orang
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dengan sila pertama, Ketuhanan Yang
Mahaesa berimplikasi kepada keharusan bangsa Indonesia untuk bersikap
teosentris yang dalam ajaran Islam dimaknai sebagai konsep Tauhid.
Teosentrisme dalam pendidikan humanistik yang mengembangkan potensi anak
41
itu bermuara pada pembentukan manusia seutuhnya.Orientasi ini dalam
pandangan
Barnadib
berarti
mencegah
berkembangnya
manusia
yang
monodimensional.[24Upaya ini menuntut kesadaran akan pengembangan potensi
yang tidak boleh lepas dari tujuan untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan
dalam diri peserta didik.
2. Menghormati martabat manusia dan hak asasinya
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab mengantrakan proses pembelajaran
sangat menekankan pengembangan potensi peserta didik. Pembelajaran
dikonsepkan supaya peserta didik yang aktif belajar sendiri. Model pembelajaran
ini menjadi wujud upaya menjamin hak asasi peserta didik sebagai manusia yang
berkembang untuk mewujudkan kemampuan sesuai potensi yang dimilikinya.
Subyek didik baik secara individual maupun kolektif perlu difahami secara benar
agar proses pendidikan dapat berhasil.
3. Berwawasan kebangsaan
Wawasan kebangsaan sebagai jiwa sila Persatuan Indonesia menuntut manusia
sebagai pelaku aktif dalam pendidikan. Dalam proses pemberdayaan anak
manusia diperlukan adanya kebebasan supaya potensinya bisa berkembang
maksimal. Sumber belajar yang perlu diperkaya tidak hanya lingkungan tetapi
juga manajemen dan para pelaksana proses pendidikan sesuai tuntutan
kemerdekaan dan hak asasi peserta didik. Proses ini berorientasi pada
pemberdayaan yang harus merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat
sehingga lingkungan mengkondisikan terbentuknya sikap produktif dari peserta
didik.
24
Imam Barnadib, Ke Arah Perspektif Baru Pendidikan, (Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988), hlm. 104.
42
Hasilnya adalah generasi yang membentuk masyarakat yang memiliki
kedudukan dan strata yang berlainan namun bisa hidup selaras yang terikat
dengan satu iman yang sama.25
4. Menghargai kebebasan secara demokratis
Jiwa
kerakyatan
dalam
sila
keempat
didasarkan
pada
kebijaksanaan,
permusyawaratan dan perwakilan. Nilai-nilai ini muncul karena adanya kesadaran
dan adanya kehendak bebas manusia. Prinsip kemanusiaan dalam humanisme
Islam menurut Ali Syari’ati adalah bahwa: manusia itu merupakan makhluk
mandiri yang mulia, berpikir, sadar akan dirinya sendiri, berkehendak bebas, citacita dan merindukan ideal dan bermoral.
5. Menjunjung dan menegakkan keadilan sosial antar peserta didik
Sebagai implikasi dari sikap bijaksana, penegakan keadilan sosial yang
merupakan pengamalan sila kelima Pancasila dalam proses pendidikan mutlak
diperlukan. Keadilan sosial merupakan cermin kesalehan sosial yang muncul dari
kesadaran bangsa yang religius. Ajaran suci dalam Islam dapat dijadikan
pegangan untuk memperkuat kesadaran keimanan dan saleh tersebut.
L.
PENDIDIKAN ISLAM HOLISTIK DAN KOMPREHENSIF
a. Pengertian Pendidikan Holistik Komprehensif Pendidikan yang holistik
komprehensif adalah pendidikan yang bertujuan memberi kebebasan siswa
didik untuk mengembangkan diri tidak saja secara intelektual, tetapi juga
memfasilitasi perkembangan jiwa dan raga secara keseluruhan sehingga tercipta
manusia Indonesia yang berkarakter kuat yang mampu mengangkat harkat bangsa,
mewujudkan manusia yang
merdeka sebagaimana diungkapkan Ki Hadjar
Dewantara, yaitu manusia utuh merdeka yang hidup lahir batinnya tidak
25
Husain dan Ashraf, Krisis Pendidikan, hlm. 54.
43
tergantung pada orang lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri.
Sedangkan pendidikan holistik komprehensif adalah pendidikan holistik yang
berbasis pada multi pendekatan. Pendidikan holistik komprehensif adalah
pendidikan yang bertolak dari filsafat tentang Tuhan, manusia, masyarakat, alam
jagat raya, ilmu pengetahuan dan akhlak mulia yang didasarkan pada nilai-nilai.26
b. Tujuan Pendidikan Holistik
Tujuan pendidikan holistik adalah untuk membentuk manusia holistik.
Manusia holistik adalah manusia yang mampu mengembangkan seluruh potensi
yang ada dalam dirinya. Potensi yang ada dalam diri manusia meliputi potensi
akademik, potensi fisik, potensi sosial, potensi kreatif, potensi emosi dan potensi
spiritual. Tujuan pendidikan di Indonesia yang tertuang pada Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 adalah untuk membentuk manusia yang
holistik. (Ratna Megawangi, 2005, h. 9).
c. Implementasi Pendidikan Holistik
Untuk mengimplementasikan pendidikan holistik, karakteristik pendidik
holistik antara lain (Rinke, dalam Miller, at.al., 2005) yaitu:

Pendidik
holistik
mengembangkan
keragaman
strategi
pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan siswa

Pendidik holistik membantu siswa untuk mengembangkan
potensinya Pendidik holistik menyusun lingkungan pembelajaran
yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa . Pendidik
holistik mengimplmentasikan strategi penilaian yang beragam.
26
http://nurasyiefa.blogspot.com/2013/01/pendidikan-islam-holistik.html?m=1
44
Download