RANGKUMAN KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN ISLAM RINI SYAHRINARAMLI 10120180121 B2 PAI FAKULTAS AGAMA ISLAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA TAHUN AJARAN 2020 A. PENDIDIKAN KARAKTER 1. Pengertian pendidikan karakter Pendidikan karakter merupakan gabungan dari dua kata, yaitu pendidikan dan karakter. Ki Hadjar Dewantara dalam Kongres Taman Siswa yang pertama tahun 1930 mengatakan bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak; dalam Taman Siswa tidak boleh dipisahkan bagianbagian itu agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya. Sedangkan pada Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.1 Sedangkan istilah karakter secara harfiah berasal dari bahasa Latin “charakter”, yang antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau akhlak. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development”. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponenkomponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan 1 Undang-Undang Sisdiknas, (Bandung: Fokusindo Mandiri, 2012), hlm. 2-3 penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.2 Menurut Thomas Lickona, pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan(action). Tanpa ketiga aspek ini, pendidikan karakter tidak akan efektif.3 2. Tujuan Pendidikan Karakter Tujuan Pendidikan Karakter diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Mengembangkan potensi afektif peserta didik sebagai manusia dan Warga Negara yang memiliki nilai-nilai pancasila 2. Mengembangkan Kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan Pancasila 3. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa 4. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan dan 5. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan 3. fungsi pendidikan karakter 1. Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik. 2 Akhadsudrajad, https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/09/15/konsep-pendidikankarakter/,di akses tanggal 10 september 2010 pukul 16:44 3 Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 27 2. . Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur 3. Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.4 Fungsi pendidikan karakter yaitu untuk mengembangkan potensi dasar seseorang agar berperilaku baik, serta berpikiran yang positif. Adapun fungsi pokok dari pendidikan karakter ini ialah untuk mengembangkan serta membangun perilaku anak bangsa yang multikultur.Pendidikan karakter juga berfungsi megembangkan peradaban manusia yang baik di dalam pergaulan dunia. Pendidikan karakter bisa dilakukan bukan hanya di sekolah-sekolah, melainkan dari keluarga, lingkungan, pemerintahan, dunia usaha, serta media tegnologi.5 4. landasan pendidikan karakter Nilai-nilai pendidikan karakter merupakan nilai-nilai yang dikembangkan dan diidentifikasi dari sumber-sumber Agama, karena masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama, maka kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaan. Secara politis, kehidupan kenegaraan didasari pada nilai yang berasal dari agama. Dan sumber yang kedua adalah Pancasila. Negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsipprinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut dengan Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut lagi dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya dan seni. Sebagai warga negara Indonesia, pendidikan karakter yang diajarkan harus sejalan dengan karakter bangsa yaitu Pancasila dan UUD 1945. Pancasila mempunyai tujuan yang salah satunya yaitu sebagai pandangan hidup bangsa. Bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu dijadikan landasan pokok dalam 4 Sri Narwanti, Pendidikan Karakter. Hlm 17. Mughnifar ilham, (https://materibelajar.co.id/fungsi-pendidikan-karakter/, diakses tanggal 11 september 2020.) 5 berpikir dan berbuat, dan hal ini mengharuskan bangsa Indonesia untuk merealisasikan nilai-nilai Pancasila itu kedalam sikap dan perilaku baik dalam perilaku hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 5. prinsip pendidikan karakter dalam islam 1. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian. 2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan perilaku yang baik. 3. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua siswa, membangun karakter mereka dan membantu mereka untuk sukses. 4. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri para siswa. 5. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter yang setia kepada nilai dasar yang sama. 6. Adanya pembagian kepimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter. 7. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter. 8. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan siswa.6 Ayat berkaitan dengan pendidikan karakter antara lain: َولَقَدْ َءات َ ْينَا لُ ْق َٰ َمنَ ْٱل ِح ْك َمةَ أ َ ِن ٱ ْش ُك ْر ِ هّلِلِ ۚ َو َمن َي ْش ُك ْر فَإ ِ هن َما َي ْش ُك ُر ِل َن ْف ِسِۦه ۖ َو َمن َكفَ َر فَإِ هن ه ٌ)12 ى َح ِميد ٌّ ِٱّلِلَ َغن ُ ش ِۡركَ لَظ ُ َوا ِۡذ قَا َل لُ ۡقمَٰ نُ ِِل ۡبنِ ٖه َوه َُو يَ ِع اّلِلِ ا هِن ال ر )ٌ 13 ٌظ ۡۡ ٌٌ ََ ِظ ۡي ى َِل ت ُ ۡش ِر ۡك بِ ه ظهٗ َٰيبُ َن ه ۡ اِل ۡنسَٰ نَ بِ َوا ِلدَ ۡي ِه َح َمَۡ ۡۡهُ ا ُ همهٗ َو ۡهناا ََ َٰۡى َو ۡهن هوفَِٰٰ ُۡ ٗه فِ ۡى ََا َم ۡي ِن ا َ ِن ى ِ ۡ ص ۡينَا َو َو ه اش ُك ۡر ِل ۡى َو ِل َظوا ِلدَ ۡي ََؕ اِلَ ه ُ)14 ٰ ۡير ِ ۡال َم artinya 6 . Arifin,( http://mz-arifin.blogspot.com/2012/05/11-prinsip-pendidikan-karakter-di.html diakses pada tanggal 10 September 2013 pukul 17.06) Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji." Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, "Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar". Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambahtambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu. Penjelasan Ayat 12 Aspek personal Luqman Jika dilihat dalam perspektif pendidikan yaitu bahwa kualitas manusia tidak dipandang dari sudut keturunan atau ras. Figur Luqman sebagai seorang pendidik memiliki kelebihan dalam kualitas kepribadiannya bukan kelebihan dalam bentuk kepemilikan berupa material maupun keturunan. Kelebihan dalam konteks ini yaitu hikmah. Luqman dipandang sebagai figur pendidik yang memiliki sifat dan perilaku yang menggambarkan hikmah. Dalam tafsir Ath-Thabari, hikmah diartikan sebagai pemahaman dalam agama, kekuatan berfikir, ketepatan dalam berbicara, dan pemahaman dalam Islam meskipun ia bukan nabi dan tidak diwahyukan kepadanya. Implikasi dari makna hikmah bagi figur pendidik adalah bahwa seorang pendidik selain senantiasa berusaha meningkatkan kemampuan akademiknya, ia pun berupaya menselaraskan dengan amalannya. Dalam ayat 13, Allah mengabarkan tentang wasiat Luqman kepada anaknya, yaitu Luqman bin ‘Anqa bin Sadun, dan nama anaknya Tsaran, agar anaknya tersebut hanya menyembah Allah semata dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun. Adapun makna yang dapat diungkap dalam ayat 14 adalah bahwa pendidikan Luqman tidak terbatas pada pendidikan yang dilakukan orang tua kepada anaknya dalam keluarga, karena ayat yang berisi pesan berbuat baik kepada kedua orang tua ini diletakkan di tengah-tengah konteks pembicaraan peristiwa Luqman. Dengan demikian, wasiat Luqman kepada anaknya menjadi dasar bagi pendidikan pada umumnya baik dalam keluarga maupun yang lainnya, yaitu antara lain upaya mendidik anak untuk berbuat baik kepada orang tuanya.7 B. PESANTREN DALAM TANTANGAN GLOBALISASI 1. pengertian pesantren Pesantren adalah sebuah pendidikan tradisional yang para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri. Santri tersebut berada dalam kompleks yang juga menyediakan masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya. Kompleks ini biasanya dikelilingi oleh tembok untuk dapat mengawasi keluar masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pengertian pondok pesantren menurut para ahli yaitu: 1. Dhofier (1994: 84) mendefinisikan bahwa pondok pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari. 2. Nasir (2005: 80) mendefinisikan bahwa pondok pesantren adalah lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam. 7 Aji muttaqim,(https://kumparan.com/aji-muttaqin/pendidikan-karakter-didalam-al-qur-an/full, di akses 22 Agustus 2017 23:53. 2. pengertian globalisasi Globalisasi merupakan suatu proses yang mendunia akibat dari kemejuan –kemajuan di bidang dari ilmu pengetahuan dan teknologi. Globalasasi ini sendiri berasal dari asal kata globe yang berati bola bumi, istilah ini digunakan karena akselerasi penyebaran informasi, yang luar biasa. Dalam waktu segenap saja, melalui fasilitas teknologi komunikasi yang teramat canggih, arus informasi dari suatu belahan bumi mudah menyebar secara merata keseluruh dunia, dan masyarakat semacam di hadapkan kepada pilihan – pilihan baru yang menarik dan cukup menggoda untuk mengikutinya. 3. . Pesantren Dalam menghadapi tantangan Globalisasi Dalam Menghadapi Kemajuan IPTEK pesantren pada mulanya mengonstrasikan diri pada tiga fungsi utamanya yaitu: mengajarkan atau menyebarluaskan ajaran islam kepada masyarakat luas, mencetak para ulama, menanamkan tradisi islam kedalam masyarakat. Selain itu pesantren juga melakukan inovasi terhadap kurikulum dan kelembagaan pendidikannya, mulai dari sistem salafiyahnya yang berbasisi kitab kuning hingga pada madrasah sebagai sekolah yang berciri khas Agama, sekolah umum, hingga universitas. Berbagai inovasi ini sudah ada di dalam dunia pesantren. Dengan adanya program yang demikian, maka lulusan pesantren kini tidak hanya menguasai agama saja, melainkan juga ilmu ilmu modren, keterampilan dan penguasaan ilmu teknologi modren. dengan demikian pesantren saat ini selain ada yang bercorak tradisional juga ada yang bercorak modren. Dengan di terapkannya madrasah kedalam pesantren, maka pesantren dan madrasyah semakin mendapat tempat di hati masyarakat dan di sambut positif oleh masyarakat modren, dan di anggap sebagian dari keperluan hidupnya, mereka merasa lebih mantap memasukan putra putri mereka ke madrasyah pesantren, karna selain memberikan pengetahuan umum juga mengutamakan penanaman ajaran pendidikan keagamaan, dan juga ranah etika dan tingkah laku. Dengan cara ini, maka pesantren tidak akan di tinggalkan masyarakat, malah semakin di minati. Dalam Menghadapi Budaya Barat Dalam menghadapi dunia barat yang sangat berdampak pada moral, dunia pesantren diakui sebagai lembaga pendidikan yang paling efektif dalam membentuk karakter bangsa. Melalui nilai relegiusitas yang berbasisi pada ajaran tasawuf yang ditanamkan dipesantren, melalui pembiasaan, bimbingan, dan pengalaman, yang dilakukan secara berkelanjutan dan berada di bawah pengawasan langsung para kiai, menyebabkan pembentukan karakter atau akhlak mulia para santri.8 C. PENDIDIKAN ISLAM TRANSFORMATIF 1. Pengertian Pendidikan IslamTransformatif Pendidikan Islam transformatif, yaitu pendidikan Islam yang mengakses perubahan dengan pertimbangan prinsip-prinsip liberalisasi, humanisasi dan transendensi yang bersifat profetik yang bersifat profetik. pada dasarnya ketiga prinsip tersebut merupakan implementasi paradigma humanisme-teosentris. Pendidikan islam transformatif adalah pendidikan islam yang mengakses pada kemandirian siswa dalam memecahkan prosoalan-persoalan yang dihadapinya baik didalam kelas maupun lingkungannya, adanya kebiasaan siswa untuk belajar kelompok, kebiasaan mandiri, berinisiatif, kreatif produktif, mempunyai palnning kedepan dalam kehidupannya sesuai dengan ajaran atau tujuan dalam Al-Qur’an. Hakikat pendidikan islam transformatif adalah akumulasi dari proses transfer keilmuan, transfer nilai-nilai luhur, dan transfer metodologi serta transformasi. Integrasi keilmuan agama dan sains menjadi prioritas dalm pendidikan islam 8 Wahyudin. http://bulannnnnn.blogspot.com/2014/12/tradisi-pesantren-dalam-tantanganarus.html. transformatif. Tidak ada dikotomi dan spesialisasi keilmuan. 9Pendidikan Islam transformatif, yaitu pendidikan Islam yang mengakses perubahan dengan pertimbangan prinsip-prinsip liberalisasi, humanisasi dan transendensi yang bersifat profetik yang bersifat profetik. pada dasarnya ketiga prinsip tersebut merupakan implementasi paradigma humanisme-teosentris karena : (1) liberasi bukan sepenuhnya berkiblat pada liberasi pendidikan sebagai mana John Dewey dengan teori progresifisme dan ekperimennya, tetapi bertolak dari prinsip kebebasan bertanggung jawab seperti disyaratkan dalam al-Quran bahwa manusia diberi potensi kebebasan kehendak untuk menentukan pilihan. Akan memilih yang baik atau yang buruk mau berusaha mengubah nasibnya atau tidak (Q.S. alRa’d:11). ْْ ٌس ِه ِ ُِبأَنف ۟ ٱّلِلَ َِل يُغَ ِير ُر َما ِبقَ ْوم َحۡ ه َٰى يُغَ ِير ُر ِإ هن ه وا َما Artinya : “...sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaannya yang ada pada diri mereka sendiri…” (Q.S al-Ra’d : 11) Dengan kebebasan itulah maka adil kalau manusia harus mempertangung jawabkan segala perbuatannya. 10 (2). Humanisasi disini bukan merujuk pada humanisme sekuler di barat yang munculnya sebagai protes terhadap agama yang dianggap tidak bisa diharapkan untuk mengadvokasi masalah kemanusiaan, bahkan agama dianggap sering menimbulkan masalah kemanusiaan. Konsep fitrah dalam Islam yang memandang manusia sebagia makhluk yang paling mulia dengan potensi-potensi insani (SDM) yang dapat dikembangkan sehingga mampu berperan sebagai khalifah allah di bumi dan bisa mendekatkan diri kepada Tuhan. Oleh karena itu humanisasi dalam Islam adalah memberikan penghargaan yang tinggi terhadap harkat dan martabat manusia dalam rangka pengembangan SDM 9 https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://core.ac.uk/download/pdf/228446748.pdf&ved=2ah UKEwi1xdKxqsjtAhWIH7cAHcxOCs8QFjABegQIAhAF&usg=AOvVaw2fIGxNDAC5QNkdYAK2akHt (diakses pada 12 desember 2020, pukul 19.39) 10 M.Hila, “Pendidikan Islam Transformatif” https://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1-2005misbachulm-486-Bab2_3106.pdf&ved=2ahUKEwipm9iNnqtAhWGWX0KHe2XDn4QFjAegQIBBAM&usg=AOvVaW103YVc5jFShXC-704S1HJv (diakses pada 6 oktober 2020, pukul 11.57) yang dimilikinya, (3) transendensi yang bersifat profetis adalah pemberian makna ubudiyah dalam proses liberasi dan humanisasi. Pendidikan islam tranfromatif mengharuskan adanya perubahan cara pandang terhadap proses pendidikan dalam faktor-faktor pendidikan. Dalam hal tujuan, pendidikan harus diorientasikan untuk mencetak individu yang berkesadaran kenabian, yang mempunyai misi liberatif terhadap berbagai persoalan sosial. Pendidikan dianggap berhasil jika mampu mencetak individu yang kritis terhadap persoalan lingkungan dengan spiritualitas Islam. Untuk menghasilkan pribadi yang semacam itu, berbagai elemen pendidikan harus ditinjau ulang. Kurikulum harus lebih terkait dengan current issues sehingga dapat memberikan bekal pengetahuan dan pengalaman kepada peserta didik tentang problem riil di masyarakat.11 Pendidikan islam transformatif adalah pendidikan islam yang mengakses pada kemandirian siswa dalam memecahkan prosoalan-persoalan yang dihadapinya baik didalam kelas maupun lingkungannya, adanya kebiasaan siswa untuk belajar kelompok, kebiasaan mandiri, berinisiatif, kreatif produktif, mempunyai palnning kedepan dalam kehidupannya sesuai dengan ajaran atau tujuan dalam AlQur’an 2. dasar pendidikan islam tranformatif 1. Teori inklusif Kasus Poso dan Maluku adalah contoh nyata akan hal ini. Perspektif yang sempit, ditambah muatan-muatan politis-ekonomis, menyebabkan konflik antar umat beragama menjadi kian rentan. Di sinilah diperlukan pengajaran teologi yang inklusif dan memberikan pemahaman yang memadai terhadap agama lain. 2. Teologi Kritis 11 Nugas, http://nugasmelulu.blogspot.com/2016/12/pendidikan-transformatif-agamaislam.html. Dengan teologi kritis berarti kita telah memfungsikan potensi manusia sebagai homo-rasional yang membedakan dengan makhluk lainnya. Karena sesungguhnya dalam Islam juga sudah dijelaskan bahwa al- Quran adalah merupakan sumber yang paling utama misalnya ayat al-Quran yang mengajak manusia untuk berfikir, dalam surat al-Ankabut ayat 43. Paradigma Pendidikan IslamTransformatif Paradigma baru pendidikan sebagai alternatif pengembangan pendidikan pada masa depan di antaranya : 1. Paradigma sistemik-organik 2. Paradigma holistik- integralistik menekankan proses pendidikan 3.Paradigma humanistik 4.Paradigma idealistik-transformatif Pendidikan idealistik memandang manusia sebagai “makhluk semulia- mulia makhluk”. 3. Tujuan pendidikan islamtransformatif Tujuan Pendidikan Islam Transformatif tidak hanya berorientasi vertikal dengan ritual individual dan kesalihan yakni taqwa juga mempunyai makna kesalihan horisontal kepada Tuhan Yang Maha Esa, tetapi juga berorientasi horizontal, yakni bagaimana keberimanan dan ketakwaan peserta didik mempunyai imbas kepada perilaku sosial mereka di masyarakat. Dengan kata lain, kesalehan individu harus mempunyai imbas kepada kesalehan sosial. Secara luas tujuan pendidikan Islam adalah : 1. Pendidikan harus mampu membangun keilmuan dan kemajuan kehidupan yang integrative antara nilai sepiritual, moral dan material bagi kehidupan manusia. 2. Pendidikan harus mampu membangun kompetisi manusia danmempersiapkan kehidupan yang lebih baik berupa manusiademokratis, kompetitif, inovatif bedasarkan nilai-nilai Islam. 3. Pendidikan harus disusun atas dasar kondisi ligkungan masyarakat, baik kondisi masa kini maupun kondisi pada masa akan datang, karena perubahan kondisi lingkungan merupakan tantangan dan peluang yang harus di proses secara cepat dan tepat. 4. Pembaharuan pendidikan harus diupayakan untuk memberdayakan potensi umat yang disesuaikan dengan kebutuhan kehidupan masyarakat. 5. pendidikan harus lebih diorientasikan pada upaya “pendidikan sebagai proses pembebasan, pendidikan sebagai proses pencerdasan, pendidikan menjunjung tinggi hak-hak anak, pendidikan menghasilkan tindakan perdamaian, pendidikan sebagai proses pemberdayaan potensi manusia, pendidikan menjadikan anak berwawasan integrative, pendidikan sebagai wahana membangun watak persatuan, pendidikan menghasilkan manusia demokratik, pendidikan menghasilkan manusia peduli terhadap lingkungan. Jadi tujuan pendidikan Islam transformati tidak lepas dari tujuan hidup manusia walaupun dipengaruhi oleh berbagai budaya, pandangan hidup atau keinginan– keinginan lainnya, yang menuju pada fungsi manusia hidup di dunia sebagia khalifah dan makhluk yang mulia, serta terbentuknya al Quran dan as Sunnah manusia seutuhnya (insan kamil). Yang berdasarkan pada al Quran dan as Sunnah.12 D. PROFESIONALISME GURU DALAM RANGKA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN 1. Pengertian Profesional Guru Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan Pengertian peningkatan secara epistemologi adalah menaikkan derajat taraf dan sebagainya mempertinggi memperhebat produksi dan sebagainya. Adapun pengertian profesionalisme adalah Secara estimologi, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris yaitu profession atau bahasa latin profecus yang artinya mengakui, adanya pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. 12 Walisongo. http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1-2005- misbachulm-486-Bab2_3106.pdf Sedangkan secara terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan pekerjaan manual. Jadi, yang dimaksud dengan profesionalisme adalah keahlian (kemahiran) yang dipersyaratkan (dituntut) untuk dapat melalakukan suatu pekerjaan yang dilakukan secara efisien dan efektif dengan tingkat kehalian yang tinggi dalam mencapai tujuan pekerjaan tersebut. Untuk mencapai keahlian itu seseorang harus melalui pendidikan spesialisasi tertentu (pada jenjang pendidikan tinggi). Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan. sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan Mutu adalah ukuran baik buruk suatu benda taraf atau derajat kepandaian, kecerdasan, dan sebagainya kualitas. Berikut ini beberapa hal yang mendorong pentingnya profesionalisme guru dalam meningkatkan mutu pendidikan menurut Prof. Dr. H. Abuddin Nata dalam bukunya kapita selekta pendidikan Islam. a. Setelah lebih lima puluh tahun Indonesia merdeka, barulah timbul perhatian yang sungguh-sungguh dari pemerintah republik Indonesia untuk meningkatkan mutu pendidikan. Perhatian ini antara lain dilakukan melalui perubahan Undang- Undang No. 2 Tahun 1989 tentang system pendidikan Nasional, dan ditetapkannya anggaran pendidikan 20 % dari anggaran pendapatan belanja Negara (APBN), juga keluarnya undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 47 tahun 2008 tentang guru, ditetapkannya berbagai paradigma baru: visi pendidikan nasional, kurikulum pendidikan, proses belajar mengajar dan lain sebagainya. Semua itu pada intinya ditujukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Munculnya berbagai kebijakan pemerintah tersebut harus dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab oleh para penyelenggara pendidikan, pemangku kepentingan, stakeholder dan sebagainya, dan bukan hanya sekedar untuk mengejar kenikan gaji dan tunjangan. b) Para ahli pendidikan pada umumnya sepakat, bahwa peningkatan mutu pendidikan sebagaimana tersebut di atas pada akhirnya bermuara kepada tersedianya tenaga pendidik (guru dan dosen) yang bermutu. Tersedianya dana yang besar, sarana dan prasarana yang lengkap, serta berbagai komponen pendidikan lainnya yang serba baru, belum menjamin tercapainya tujuan peningkatan mutu pendidikan, jika mutu pendidikannya tidak ditingkatkan. Pernyataan ini mengingatkan tentang pentingknya meningkatkan mutu pendidik sebagai upaya strategis dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Kesadaran peningkatan mutu tenaga pendidik ini sekarang sedang tumbuh, dan karenanya perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. c) Tenaga pendidik yang bermutu dan professional antara lain wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi tersebut meliputi kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi social, dan kompetensi professional yang dperoleh melalui pendidikan profesi. Hal ini mengingatkan tentang pentingnya dilakukan pendidikan profesi keguruan yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi. Kebijakan ini ditempuh, mengingat bahwa pembina mutu tenaga pendidik bukanlah perkara yang mudah. 2. Upaya-Upaya untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru Untuk meningkatkan mutu profesi guru dapat dilakukan dengan cara sendiri- sendiri, yaitu dengan jalan: a. Menekuni dan mempelajari sacara kontinu pengetahuan-pengetahuan yang berhubungan dengan teknik atau cara atau proses belajar mengajar secara umum. b. Mencari spesialisasi bidang ilmu yang diajarkan. c. Melakukan kegiatan-kegiatan mandiri yang relevan dengan tugas keprofesiannya. d. Mengembangkan materi dan metodologi yang sesuai dengan kebutuhan pengajaran. 3. Syarat-Syarat Profesionalisme Guru Dari berbagai sumber, dapat diidentifikasikan beberapa indikator yang dapat dijadikan ukuran karakteristik guru yang dinilai kompeten secara profesional, yaitu: a. Mampu mengembangkan tanggung jawab dengan baik, b. Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dengan tepat, c. Mampu bekerja untuk mewujudkan tujuan pendidikan sekolah, d. Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dalam pembelajaran. Untuk menjadi profesional, seorang guru dituntut memiliki minimal lima hal sebagai berikut: a. Memiliki komitmen pada siswa dan proses belajar. Ini berarti bahwa komitmen tertinggi guru adalah pada kepentingan siswanya. b. Menguasai secara mendalam bahan mata pelajaran yang diajarkan serta cara mengajarkannya kepada para siswa. c. Bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar. d. Mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari pengalamannya. Artinya harus selalu ada waktu untuk guru guna mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang telah dilakukannya. Untuk bisa belajar dari pengalaman ia harus tahu mana yang benar dan mana yang salah, serta baik dan buruk dampaknya pada proses belajar siswa. e. Seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005,disebutkan bahwa prinsip profesionalitas dari profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan: Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,ketaqwaan, dan aklak mulia. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakan pendidikan sesuai dengan bidang tugas. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sessuai dengan prestasi kerja. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. Memiliki jaminan perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur halhalyang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Syarat profesionalisme guru sebagai pendidik dalam Islam: a. Sehat jasmani dan ruhani, b. Bertakwa, c. Berilmu pengetahuan yang luas, d. Berlaku adil, e. Berwibawa, f. Ikhlas, g. Mempunyai tujuan yang Rabbani, h. Mampu merencanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan, i. Menguasai bidang yang ditekuni. 4. Hambatan dalam Meningkatkan Keprofesionalan Guru Rendahnya mutu pendidikan khususnya pembelajaran Indonesia merupakan cerminan rendah atau kurangnya mutu profesionalitas guru dalam melaksanakan dan mempertanggung jawabkan pembelajaran. Rendahnya mutu profesionalitas guru-guru di Indonesia menurut disebabkan antara lain: Kualifikasi dan latar belakang pendidikan tidak sesuai dengan bidang tugas. Tidak memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugas. Guru profesional seharusnya memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogis, kognitif, personaliti, dan sosial. Penghasilan tidak ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. Sementara ini guru yang berprestasi dan yang tidak berprestasi mendapatkan penghasilan yang sama. Memang benar sekarang terdapat program sertifikasi. Kurangnya kesempatan untuk mengembangkan profesi secara berkelanjutan. Banyak guru yang terjebak pada rutinitas. Pihak berwenang pun tidak mendorong guru ke arah pengembangan kompetensi diri ataupun karier. Masih cukup banyak guru Indonesia baik yang bertugas di SD/MI maupun di SLTP/MTs dan SMU/SMA yang tidak berlatar belakang pendidikan sesuai dengan ketentuan dan bidang studi yang dibinanya. Masih sangat banyak guru Indonesia yang memiliki kompetensi rendah dan memprihatinkan. Masih banyak guru di Indonesia yang kurang terpacu dan termotivasi untuk memberdayakan diri, mengembangkan profesionalitas diri atau memutakhirkan pengetahuan mereka secara terus-menerus dan berkelanjutan, meskipun cukup banyak guru Indonesia yang sangat rajin menaikkan pangkat mereka dan sangat Masih sangat banyak guru Indonesia yang kurang terpacu, terdorong, dan tergerak secara pribadi untuk mengembangkan profesi mereka sebagai guru. Persoalan rambu-rambu atau acuan pelaksanaan, arah kebijakan pendidikan, paradigma sistem pendidikan, termasuk sistem dan kurikulum yang selalu mengalami perubahan. Semakin cepatnya perkembangan tehnologi sehingga menuntut guru lebih proaktif terhadap perkembangan tersebut. Kesempatan guru yang sangat terbatas dalam mengembangkan kemampuannya. Sistem yang selama ini digunakan oleh guru masih monoton sehingga berpengaruh terhadap pola pikir siswa13 5. Guru yang Profesional dalam Perspektif Islam Untuk menjadi guru yang professional tidaklah mudah karena ia harus memiliki berbagai kompetensi keguruan. Kompetensi dasar bagi pendidik ditentukan oleh tingkat kepekaannya dari bobot potensi dasar dan kecenderungan yang dimilikinya. Hal tersebut karena potensi merupakan tempat dan bahan untuk memproses semua pandangan sebagai bahan untuk menjawab semua rangsangan yang datang darinya. W. Robert Houston mendefinisikan kompetensi adalah suatu tugas yang memadai atau pemilikan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang. Definisi ini mengandung arti bahwa calon pendidik perlu mempersiapkan diri menguasai sejumlah pengetahuan, keterampian dan kemampuan khusus yang terkait dengan profesi keguruan, agar ia dapat menjalankan tugasnya dengan baik, serta dapat memnuhi keinginan dan harapan peserta didik 13 Idi. E. PENDIDIKAN ISLAM MULTUKULTURAL 1. Pengertian Pendidikan Multikultura Pendidikan multicultural (multicultural merupakan respon terhadap perkembangan keragaman populasi sekolah, sebagaimana tuntutan persamaan hak bagi setiap kelompok. Dalam dimensi lain, pendidikan multicultural merupakan pengembangan kurikulum dan aktivitas pendidikan untuk memasuki berbagai pandangan, sejarah, prestasi dan perhatian terhadap orang-orang non Eropa (Hilliard, 1991-1992). Jadi dengan keterangan di atas bisa disimpulkan bahwa Pendidikan Islam Multikultural pada hakikatnya adalah pendidikan yang menempatkan multikulturalisme sebagai salah satu visi pendidikan dengan karakter utama yang bersifat inklusif, egaliter dan humanis, namun tetap kokoh pada nilai-nilai spiritual dan ketuhanan yang berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Landasan pendidikan Islam multikultural dapat digolongkan sebagai berikut: pertama, landasan pendidikan multikultural yang berprinsip pada demokrasi, kesetaraan dan keadilan ditemukan keberadaannya dalam alQur’an Q.S al-Syura: 38, ُ ٌْ ٰ ََلة َ َوأ َ ْم ُر ُه َور َٰى َب ْي َن ُه ٌْ َو ِم هما َرزَ ْقنَا ُه ٌْ يُ ْن ِفقُون َوا هلذِينَ ا ْسۡ َ َجابُوا ِل َر ِبر ِه ٌْ َوأَقَا ُموا ال ه َ ش Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. 3. tujuan pendidikan islam multicultural Tujuan Pendidikan Multikultural mencakup: 1. Pengembangan Literasi Etnis dan Budaya Pendidikan Multikultural adalah mempelajari tentang latar belakang sejarah, bahasa, karakteristik budaya, sumbangan, peristiwa kritis, individu yang berpengaruh dan kondisi social, politik dan ekonomi dari berbagai kelompok. 2. Perkembangan Pribadi Dasar psikologis Pendidikan Multikultural menekankan pada pengembangan pemahaman diri yang lebih besar, konsep diri yang positif dan kebanggaan paa 7 identitas pribadinya. Penekanan bidang ini merupakan bagian dari tujuan Pendidikan Multikultural yang berkontribusi pada perkembangan pribadi siswa, yang berisi pemahaman yang lebih baik tentang diri yang pada akhirnya berkontribusi terhadap keseluruhan prestasi intelektual, akademis dan social siswa. 3. Klarifikasi Nilai dan Sikap Pendidikan Multikultural mengangkat nilai-nilai inti yang berasal dari prinsip martabat manusia (human dignity), keadilan, persamaan, kebebasan dan demokrasi. 4. Kompetensi Multikultural Pendidikan Multikultural dapat meredakan ketegangan ini dengan mengajarkan keterampilan dalam komunikasi lintas budaya, hubungan antar pribadi, pengambilan perspektif, analisis kontekstual, pemahaman sudut pandang dan kerangka berpikir alternative dan menganalisa bagaimana kondisi budaya mempengaruhi nilai, sikap, harapan dan prilaku. 5. Kemampuan Keterampilan Dasar Tujuan utama Pendidikan Multikultural adalah untuk memfasilitasi pembelajaran untuk melatih kemampuan keterampilan dasar dari siswa yang berbeda secara etnis. Pendidikan Multikultural dapat memperbaiki penguasaan membaca, menulis dan keterampilan matematika; materi pelajaran; dan keterampilan proses intelektual. 6. Persamaan dan Keunggulan Pendidikan Tujuan persamaan multicultural berkaitan erat dengan tujuan penguasaan keterampilan dasar, namun lebih luas dan lebih filosofis. Untuk menentukan sumbangan komparatif terhadap kesempatan belajar, pendidik harus memahami secara keseluruhan bagaimana budaya membentuk gaya belajar, prilaku mengajar dan keputusan pendidikan. 7. Memperkuat Pribadi untuk Reformasi Sosial Tujuan terakhir dari Pendidikan Multikultural adalah memulai proses perubahan di sekolah yang pada akhirnya akan meluas ke masyarakat. Tujuan ini akan melengkapi penanaman sikap, nilai, kebiasaan dan keterampilan siswa 8. Memiliki Wawasan Kebangsaan/kenegaraan yang Kokoh Dengan mengetahui kekayaan budaya bangsa itu akan tumbuh rasa kebangsaan yang kuat. Rasa kebangsaan itu akan tumbuh dan berkembang dalam wadah negara Indonesia yang kokoh. Untuk itu Pendidikan Multikultural perlu menambahkan materi, program dan pembelajaran yang memperkuat rasa kebangsaan dan kenegaraan dengan menghilangkan etnosentrisme, prasangka, diskriminasi dan stereotype. 9. Memiliki Wawasan Hidup yang Lintas Budaya dan Lintas Bangsa sebagai Warga Dunia 10. Hidup Berdampingan Secara Damai Dengan melihat perbedaan sebagai sebuah keniscayaan, dengan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, dengan menghargai persamaan akan tumbuh sikap toleran terhadap kelompok lain dan pada gilirannya dapat hidup berdampingan secara damai.14 4.manfaat pendidikan islam multicultural Tidak adanya dominasi dan diskriminasi diantara kelompok Tidak adanya saling mencemooh antar kelompok Hidup berdampingan secara harmonis Saling toleransi Menghormati Pengertian dll.15 F. PESANTREN DALAM TANTANGAN GLOBALISASI Modernisasi berasal dari kata modern yang berarti terbaru, mutakhir, atau 14 Sheladiva, Pendidikan Islam Multikultural. Retrieved from Blogspot: http://sheladivan.blogspot.com/2017/05/pendidikan-islam-multikultural.html, dikutip tanggal 2017, Mei 17) 15 Idi. sikap dan cara berpikir yang sesuai dengan tuntutan zaman. Selanjutnya modernisasi diartikan sebagai proses pergeseran sikap dan mental sebagian warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan tuntutan masa kini.9 Istilah modernisme bukan merupakan hal yang baru dalam pendengaran mayoritas masyarakat di dunia ini. Pesantren adalah sebuah pendidikan tradisional yang para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri. Santri tersebut berada dalam kompleks yang juga menyediakan masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan keagamaan lainnya. Kompleks ini biasanya dikelilingi oleh tembok untuk dapat mengawasi keluar masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pondok Pesantren merupakan dua istilah yang menunjukkan satu pengertian. Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana terbuat dari bambu. Di samping itu, kata pondok mungkin berasal dari Bahasa Arab Funduq yang berarti asrama atau hotel. Di Jawa termasuk Sunda dan Madura umumnya digunakan istilah pondok dan pesantren, sedang di Aceh dikenal dengan Istilah dayah atau rangkang atau menuasa, sedangkan di Minangkabau disebut surau. Pesantren juga dapat dipahami sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara nonklasikal, di mana seorang kiai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh Ulama Abad pertengahan, dan para santrinya biasanya tinggal di pondok (asrama) dalam pesantren tersebut.16 Pesantren Dalam menghadapi tantangan globalisasi diantaranya: 1. Dalam Menghadapi Kemajuan IPTEK Secara historis, pesantren pada mulanya mengonstrasikan diri pada tiga fungsi 16 http://bulannnnnn.blogspot.com/2014/12/tradisi-pesantren-dalam-tantangan- arus.html utamanya yaitu: mengajarkan atau menyebarluaskan ajaran islam kepada masyarakat luas, mencetak para ulama, menanamkan tradisi islam kedalam masyarakat. Selain itu pesantren juga melakukan inovasi terhadap kurikulum dan kelembagaan pendidikannya, mulai dari sistem salafiyahnya yang berbasisi kitab kuning hingga pada madrasah sebagai sekolah yang berciri khas Agama, sekolah umum, hingga universitas. Berbagai inovasi ini sudah ada di dalam dunia pesantren. Dengan adanya program yang demikian, maka lulusan pesantren kini tidak hanya menguasai agama saja, melainkan juga ilmu ilmu modren, keterampilan dan penguasaan ilmu teknologi modren. dengan demikian pesantren saat ini selain ada yang bercorak tradisional juga ada yang bercorak modren. Dengan di terapkannya madrasah kedalam pesantren, maka pesantren dan madrasyah semakin mendapat tempat di hati masyarakat dan di sambut positif oleh masyarakat modren, dan di anggap sebagian dari keperluan hidupnya, mereka merasa lebih mantap memasukan putra putri mereka ke madrasyah pesantren, karna selain memberikan pengetahuan umum juga mengutamakan penanaman ajaran pendidikan keagamaan, dan juga ranah etika dan tingkah laku. Dengan cara ini, maka pesantren tidak akan di tinggalkan masyarakat, malah semakin di minati. 2. Dalam Menghadapi Budaya Barat Dalam menghadapi dunia barat yang sangat berdampak pada moral, dunia pesantren diakui sebagai lembaga pendidikan yang paling efektif dalam membentuk karakter bangsa. Melalui nilai relegiusitas yang berbasisi pada ajaran tasawuf yang ditanamkan dipesantren, melalui pembiasaan, bimbingan, dan pengalaman, yang dilakukan secara berkelanjutan dan berada di bawah pengawasan langsung para kiai, menyebabkan pembentukan karakter atau akhlak mulia para santri. Ada tiga hal yang menjadi pondok pesantern tetap istiqomah dan konsisten dalam melaksanakan misinya, yaitu: sistem, dan materipendidikan pondok pesantren. Nilai – nilai keislaman dan pendidikan jiwa, santri yaitu keiklasan, kesederhanaan , kemandirian, Sistem asrama yang penuh disiplin dan tercipta tri pusat pendidikan: sekolah(formal) keluarga( informal), dan masyarakat( nonformal) Meteri ilmu Agama. Ketiganya dapat berubah sesuai dengan kondisi dan situasi sesuai dengan tuntutan zaman Dengan tradisi yang cukup efektif dalam pembinan karakter para santri, maka kini sejumlah lembaga pendidikan umum yang berbasisi pada penguatan di bidang pengetahuan dan teknologi yang di paadukan dengan sistem pesantren yang berbasisi iman dan takwa. 3. Dalam Menghadapi Persaingan Bisnis Pendidikan Dalam menghadapi persaingan bisnis pendidikan ini, pesantren yang berbasisi pada motivasi keagmaan serta berbasis pada masyarakat, ia akan tetap melaksanakan tugas utamanya menghasilkan ulama, mendidik moral masyarakat melalui ajaran islam dan menanamkan tradisi islam. Hal yang demikian terjadi karna pesantren ini lahir, tumbuh, dan berkembang dari dan untuk masyarkat. Sampai saat ini, pesanten masih tetap eksis dan mampu bertahan sebagai model pendidikan alternatif, meski harus bersaing dengan tumbuhnya pendidikan modren. Hal ini terjadi karena pesantren memiliki kedekatan dengan masyarakat. hubungan kedekataan dengan masyarakat selain menjadi bahan pemicu bagi perlunya memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin modren, juga akan memberi peluang bagi pesantren untuk menanamkan moral islami. 4. Dalam Mengembangkan Ilmu Agama Pesantren senantiasa menjadi tumpuan masyarakat untuk memperoleh jawaban atas berbagai masalah yang mereka hadapi dalam kaitannya dengan ajaran agama. Seiring dengan kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi, terutama teknologi komonikasi, dan banyak permasalahan konterporer yang tumbuh dimasyarakat, dunia pesntren melalui tokoh utamanya para kiai harus memberikan jawaban dan respon yang cepat, dan tuntas agar tugas dan peran yang demikian itu masih tetap dapat di jawab oleh para kiai melalui hasil kajian dan penelitiannya. Informasi tersebut diatas menyebutkan, bahwa saat ini telah muncul berbagai lembaga yang memberikan pelatihan dan pendampingan kepada pesantren agar dapat melakukan peranannya dalam menjawab berbagai masalah yang timbul dengan cara mengembangkan ilmu agama secara terus menerus.17 17 Idi. G. DEMOKRATISASI PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM 1. demokratisasi pendidikan Kata demokratisasi berakar dari kata demokrasi. Demokratisasi berarti sebagai proses daripada demokrasi atau pendemokrasian. Kata demokrasi, dalam bahasa lnggris democracy, adalah salah satu kata terpenting dalam kamus politik. Kata ini sebenamya diambil dari bahasa Yunani, yaitu demos berarti people (rakyat) dan krateein berarti to rule (menguasai memerintah), dan ia sudah dikenalkan oleh pemikir-pemikir Yunani kuno sejak empat abad sebelum masehi, namun istilah kata ini baru dikenal kembali pada abad ke 18 yaitu pada saat tercetusnya revolusi Perancis dan kemerdekaan Amerika Serikat. Menurut Prof. Dr. Soedijarto, yaitu sebagai berikut : "Demokrasi adalah suatu konsep politik yang mengandung pengertian tentang suatu sistem politik yang menganut pemahaman penyelenggaraan pemerintahan negara yang pemerintahannya dalam menyelenggarakan administrasi pemerintahan didasarkan atas persetujuan yang diperintah". Dalam konteks Indonesia, sebagai contoh, masalah demokratisasi pendidikan mempunyai landasan kostitusional, di mana disebutkan pada Pasal 31 Ayat (1) UUD 1945 bahwa, "Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan". Dengan demikian berarti pemerintah berkewajiban memperlakukan setiap warga negara secara adil dalam menggunakan haknya untuk memperoleh pendidikan. Jadi, inti dari pada demokratisasi pendidikan adalah pemberian kesempatan yang terbuka bagi setiap individu (warga negara) untuk memperoleh pendidikan yang layak sesuai dengan ketentuan konstitusional tanpa adanya bentuk diskriminasi apapun (ekonomi, sosio-budaya, politik, agama, etnis dan ras).18 18 https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://juraganberdesa.blogspot.com/2019/09/ konseppendidikan-demokratis- 27 2. islam dan pendidikan Setiap muslim meyakini bahwa agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. itu adalah agama yang sempurna. Al-Qur'an sebagai sumber utamanya diyakini sebagai kitab suci yang berisi petunjuk dan pedoman yang lengkap. Oleh karenanya, Al-Qur'an menyatakan dirinya sebagai kitab petunjuk yang membimbing manusia ke arah jalan hidup yang paling lurus. Selain AlQur'an adalah Hadits/Sunnah Nabi yang dijadikan sebagai sumber utama yang kedua. Hadits/Sunnah Nabi berfungsi sebagai penjelas Al-Qur'an; menjelaskan makna-makna atau maksud-maksud yang terkandung dalam Al-Qur'an yang masih bersifat umum atau global, seperti menerangkan masalah tata cara shalat, puasa dan haji, dan juga masalah bermuamalah (berinteraksi) dalam kehidupan sehingga setiap individu mampu berperan secara aktif, positif dan akurat. Dari paparan uraian tersebut dapat ditarik suatu pengertian, bahwa AlQur'an dan Al-Sunnah, sebagai petunjuk bagi umat manusia memuat nilainilai luhur yang mendorong manusia agar selalu meningkatkan kualitas-dirinya dengan berbekal ilmu pengetahuan (belajar/mencari ilmu), sehingga menjadi orang-orang yang selalu dalam petunjuk Allah (al-muhtadin). Oleh karena itu, sejak awal kenabian, Nabi Muhammad SAW. sudah melakukan aktivitasaktivitas pembelajaran- pengajaran (pendidikan). Islam sangat mendorong umatnya untuk selalu belajar, mencari ilmu pengetahuan, menguasainya dan kemudian berusaha untuk mengembangkannya. Semuanya itu semata-mata sebagai pengejawantahan seorang hamba dalam kerangka beribadah kepada Allah SWT. Dengan demikian maka dapatlah dikatakan bahwasannya Islam itu mempunyai kaitan yang sangat erat dengan praktek-praktek pendidikan. Adapun masalah rendahnya kualitas pendidikan kebanyakan umat Islam sekarang ini adalah disebabkan oleh banyak faktor, baik faktor-faktor internal umat maupun ekstemal. Untuk membahas masalah ini perlu dilakukan suatu pengkajian tersendiri yang khusus untuk itu. 3. perspektif islam tentang demokratisasi pendidikan Setelah dipaparkannya 'makna demokratisasi pendidikan,' dan 'Islam dan 28 Pendidikan', maka dalam hal ini akan dibahas masalah yang berkaitan dengan perspektif Islam tentang demokratisasi pendidikan. Sehubungan dengan topik ini, penulis akan membahasnya dengan menggunakan dua pandangan, yaitu pandangan teologis dan historis. Sehubungan dengan topik ini, penulis akan membahasnya dengan menggunakan dua pandangan, yaitu pandangan teologis dan historis. Berdasarkan pandangan teologis, demokratisasi pendidikan bukanlah sekedar anjuran, akan tetapi ia merupakan sesuatu yang bersifat imperatif, perintah. Mengapa demikian? Karena demokratisasi pendidikan itu menyangkut masalah pembangunan manusia, sementara Al-Qur'an adalah kitab petunjuk bagi segenap manusia, yang berarti juga membangun manusia. Secara teologis Al-Qur'an mengatakan, bahwa: "Tidaklah Aku (Allah) ciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi (beribadah) kepada-Ku." Dari ayat ini difahami bahwa manusia dituntut oleh Allah bahwa untuk beribadah kepada-Nya, bukan kepada yang selain-Nya. Artinya, manusia diwajibkan untuk mengupayakan semua potensi dan kemampuan yang dimilikinya untuk kemaslahatan hidup secara luas semata-mata karena Allah. Agar amal ibadanya mempunyai nilai (kualitas) yang tinggi, sebagaimana yang diharapkan Al-Qur'an, maka ia (manusia) perlu mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Berkaitan dengan ini, Rasulullah SAW. menegaskan dalam haditsnya yang sangat popular, bahwa mencari ilmu adalah wajib atas setiap Muslim dan Muslimah. Selanjutnya, ditemukan juga sebuah hadits beliau yang maksudnya: َْ م. " Barangsiapa yang ditanya tentang suatu ilmu lalu ia menyembunyikannya, maka ia akan di-belenggu pada hari Kiamat dengan tali kekang dari Neraka.” 29 Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 3658), at-Tirmidzi (no. 2649), dan Ibnu Majah (no. 266), ini lafazh Ibnu Majah, dari Shahabat Abu Hurairah. Lihat Shahih Sunan Abi Dawud (II/441), Shahih Sunan at-Tirmidzi (II/336, no. 2135), dan Shahih Sunan Ibni Majah (I/49, no. 213). Dan masih banyak lagi ayat Al-Qur'an maupun teks hadits yang berbicara tentang ilmu dan pendidikan. lntinya adalah Islam memerintahkan agar setiap Muslim mencari ilmu (belajar), menguasainya dan menyebarluaskannya (semakna dengan demokratisasi) atas dasar ibadah, dan sekaligus menebarkan rahmat dalam hal ini berupa pemberian kesempatan belajar sebagaimana yang dikehendaki AllahSWT. dalam Al-Qur'an. Dalam uraian-uraian tersebut dapat ditarik pemahaman bahwa Islam memerintahkan - bukan hanya menganjurkan - umatnya untuk senantiasa meningkatkan kualitas-diri dengan berbekal ilmu pengetahuan, dan memberikan ancaman atas orang-orang yang tidak mau menyebarluaskan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, maka pemahaman tersebut sejalan dengan ruh dari makna demokratisasi pendidikan. Berikut ini adalah uraian mengenai pandangan historis. Yang dimaksudkan di sini ialah memaparkan fakta-fakta kesejarahan yang membuktikan eratnya keterkaitan Islam dengan demokratisasi/pendemokrasian pendidikan. Pada awal sejarah Islam, Nabi memberikan pelajaran kepada para sahabatnya tanpa pilih-pilih. Beliau tanamkan rasa kebersamaan di antara mereka. Beliau mengajarkan bahwasannya tiada perbedaan antara orang Arab dan orang non-Arab kecuali dengan ketaqwaannya. Beliau kembangkan tradisi pendidikan dengan semangat yang sangat tinggi, sehingga menjadikan masjid tidak hanya untuk melakukan sholat, tetapi masjid juga dijadikan sebagai tempat belajar bagi semua lapisan masyarakat Muslim Madinah. Pada abad-abad pertengahan banyak orang Kristen yang belajar di Universitas Cordoba, kemudian mereka membawa pulang ilmu dan kebudayaan ke negeri-negeri asal mereka. Di antara mereka adalah Gerbert, yang kemudian hari menjadi Paus Sylvester II, yang telah banyak memperkenalkan ilmu pasti kepada Eropa. 30 Dan pada masa yang sama di Baghdad mahasiswa-mahasiswa belajar di Universitas Mustanshiriyah dengan gratis, dan Maha-gurunya digaji menurut banyaknya mahasiswa. Di Universitas ini terdapat sebuah dapur umum yang menyajikan makanan-makanan yang lezat (roti dan daging). Di samping itu terdapat pula perpustakaan besar, klinik dan kolam renang. Dalam konteks Indonesia, kita dapat menyaksikan ribuan pondok pesantren yang berkembang demikian pesatnya, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Dinamika dan perkembangannya berlangsung sejak masuknya Islam di Indonesia hingga saat ini. Terlepas daripada plus-minus yang terdapat pada pondok pesantren, secara sosio-historis yang perlu dicatat dari keberadaannya adalah 'kemerakyatannya', sehingga menurut Nurcholis Madjid, secara historis pesantren tidak hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia (indigenous). Hal ini dapat dilihat dari budaya yang dikembangkannya, antara lain yaitu ketaatan murid kepada guru (kyai), rasa persamaan, persaudaraan dan kesederhanaan dalam kehidupan sehari-hari. Pesantren- pesantren yang ada hampir dapat dikatakan semuanya didirikan atas inisiatif para kyai secara pribadi dan dukungan masyarakat sekitamya. Mendirikan pesantren bagi para kyai adalah merupakan manifestasi dari pelaksanaan perintah Allah (ibadah) yang berkenaan dengan upaya mendidik dan mencerdaskan umatnya (nasyrul 'ilmi wa tahdzibul-Ummah/menyebarluaskan ilmu dan mendidik umat). Dari uraian-uraian tersebut dapat diambil pemahaman, bahwa demokratisasi pendidikan menurut Islam adalah suatu perkara yang sifatnya imperatif (perintah). Demikian ini secara jelas dapat dilihat dari sisi teologis dan dibuktikan - sepanjang sejarah perkembangan Islam - oleh Nabi, para sahabat, tabi'in dan para pengikutnya hingga sekarang ini. H. PERUBAHAN PARADIGME PEMBELAJARAN Sistem pendidikan di Indonesia memiliki sejarah yang panjang. Mulai dari sistem pemerintahan orde lama, orde baru hingga reformasi, telah bermunculan 31 berbagai macam problem dalam pendidikan, perubahan paradigma diantaranya masalah pemerataan, efisiensi, relevansi dan mutu pendidikan. Problem pendidikan ini telah membawa Indonesia dalam kancah dunia Internasional pada posisi ke-2 dari terakhir. Hal ini tak lepas dari sistem pendidikan kita yang tidak dijalankan secara optimal. Pada dasarnya tingkat keberhasilan belajar mengajar dipengaruhi banyak faktor diantaranya kemampuan guru, kemampuan dasar siswa, metode pembelajaran, materi, sarana prasarana, motivasi, kreativitas, alat evaluasi serta lingkungan yang kesemuanya merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan yang bekerja secara terpadu untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Meskipun tujuan dirumuskan dengan baik, materi yang dipilih sudah tepat, jika metode pembelajaran yang dipergunakan kurang memadai bisa jadi tujuan yang diharapkan tidak tercapai dengan baik. Jadi metode pembelajaran merupakan salah satu komponen yang penting dan sangat menguntungkan dalam keberhasilan proses pendidikan. Perubahan paradigma didorong oleh hasil analisis mutakhir yang menunjukkan bahwa sistem yang dianut tidak lagi memberi hasil atau keuntungan yang memuaskan. Perubahan paradigma membawa perubahan mindset, dan perubahan mindset membawa implikasi operasional sejalan dengan tujuan yang akan dicapai oleh perubahan paradigma. Apabila digambarkan sebagai suatu bagan alir, maka perubahan di satu titik akan mempengaruhi aktivitas berikutnya, baik dalam aliran linear maupun paralel, sehingga tampak gambar networking yang kompleks. Kompleksitas networking tadi perlu dikelola secara efisien, terukur, terpantau, dan terpadu agar tujuan perubahan paradigma dapat tercapai secara mudah dan ekonomis. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan penataan ulang organisasi yang di dalamnya terkandung kearifan agar tidak terjadi benturan maupun selisih pendapat yang tajam, atau untuk meminimalisasi masalah yang timbul sebagai akibat dari perbedaan pendapat. Kearifan memerlukan sinergi dan keterpaduan intelligent quotient, emotional quotient, dan spiritual quotient. 32 Kearifan yang telah dimiliki oleh para staf senior perlu diorganisasi dalam aktivitas yang rasional, mudah dipahami dan diikuti oleh orang lain, serta menimbulkan inspirasi di kalangan para staf junior dan para mahasiswa sehingga tercipta suatu gerakan saiyeg saeka kapti, saiyeg saeka praya (bahu membahu dalam satu tekad yang bulat). Dapat dipastikan bahwa setiap langkah pembaharuan atau perubahan akan menimbulkan gejolak; dalam hal ini diperlukan manajemen perubahan agar gejolak yang timbul dapat diminimalisasi. 19 Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat, namun proses pembelajaran yang mewarnai dunia pendidikan kita saat ini (sekolah dasar dan sekolah menengah) sekarang ini masih di dominasi oleh guru. Metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru adalah “I give the Lesson, you listen” merupakan suatu metode pembelajaran yang hampir tidak bisa dilapaskan dari sosok seorang guru. Karena proses mentransformasi pengetahuan kepada siswa masih bersifat konvensional, guru hanya bisa dengan metode ceramah satu arah dan siswa duduk sebagai pendengar. Pada masyarakat dalam dunia pendidikan formal, siswa sadar akan apa yang ingin dicapainya. Dalam proses pembelajaran, peserta didik merupakan pemegang hak, maka tujuan pembelajaran harus sesuai dengan keinginan peserta didik. Guru sebagai fasilitator dan mengfasilitasi proses pembelajaran untuk mencapai hasil atau tujuan dari pembelajaaran itu sendiri. Perubahan paradigma dalam proses pembelajaran yang awalnya berpusat pada guru (techer centred) menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (learning centred) diiharapkan mampu mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan prilaku. Melalui proses pembelajaran dengan keterlibatan aktif siswa ini berarti guru tidak mengambil hak anak untuk belajar dalam arti yang sesungguhnya. Dalam proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka siswa memperoleh kesempatan dan fasilitasi untuk membangun 19 Doni, "Perubahan Paradigma Pembelajaran" (https://www.google.com/amp/s/donipengalaman9.wordpress.com/2014/12/07/perubahanparadigma-pembelajaran/amp/ diakses pada tanggal 10 Desember 2020 pukul 11.14 WITA) 33 sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam (deep learning), dan pada akhirnya dapat meningkatkan mutu kualitas siswa. Pergeseran Paradigma pembelajaran dari Teacher-Centred ke Student-Centred Learning sekiranya dapat merubah kualitas pendidikan kita saat ini. Perubahan paradikma ini bukan lagi bagaimana guru mengajar dengan baik tetapi bagaimana siswa dapat belajar dengan baik. Guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia-manusia berkualitas. Pendidikan memerlukan inovasi-inovasi yang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan. Pendidikan juga dipandang sebagai sarana untuk melahirkan insaninsan yang cerdas, kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif dan berbudi pekerti luhur. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk melakukan inovasi dalam dunia pendidikan. Inovasi yang dilakukan biasanya dilakukan dengan memperhatikan tiga alasan penting, yaitu efisien, efektif dan kenyamanan. Efisien maksudnya waktu yang tersedia bagi guru harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Efektif maksudnya pelajaran yang diberikan harus menghasilkan hasil yang bermanfaat bagi siswa atau masyarakat, sedangkan kenyamanan berarti sumber belajar, media alat bantu belajar, metode yang ditentukan sedemikian rupa sehingga memberikan gairah belajar mengajar bagi siswa dan guru. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan pemerintah, guru, dan orang tua selalu berupaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Dalam rangka meningkatkan daya saing bangsa, sangatlah penting untuk mengadopsi metode pembelajaran yang sesuai untuk pencapaian tujuan pembelajaran, dengan melakukan pergeseran dari “teaching centered” ke “learning centered”, mengakomodasi kebutuhan perimbangan antara keunggulan dan kesesuaian akademik untuk tujuan peningkatan kualitas, kebutuhan peserta didik , dan pendekatan belajar lain yang lebih lentur (HELTS 2003-2010). 34 Waktu semakin berjalan dan zaman selalu berubah. Untuk mengikuti alur perkembangan zaman, perubahan akan selalu terjadi, misalnya pengetahuan akan berubah, kebudayaan akan berubah, kehidupan akan berubah, teknologi akan berubah, dan waktupun begitu. Jika banyak hal yang mengalami perubahan, apa yang akan terjadi apabila kita tidak mengikuti perubahan tersebut? Yang pasti kita akan tertinggal. Dari perubahan itulah kita dapat mempelajari dimana titik kelemahan ataukekurangan sebelumnya. Begitu juga dengan Perubahan Paradigma Pembelajaran atau perubahan pola pikir dalam pembelajaran. Pembelajaran akan terasa lebih baik jika terjadi perubahan dimana mengubah kekurangan dan kelemahan yang terjadi pada pembelajaran sebelumnya menjadi pembelajaran yang baik dan memberi hasil atau keuntungan yang memuaskan.sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi saat ini. Perubahan Paradigma Pembelajaran Dalam buku “Reformasi Pendidikan Sebuah Rekomendasi” oleh Paul Suparrno, dkk (2001) disebutkan beberapa perubahan paradigma pembelajaran yaitu : Pembelajaran di sekolah dan Kurikulum. Pembelajaran di Sekolah yang meliputi Aktifitas Siswa dalam Belajar, Pembelajaran yang Konstruktivis, Metode Pembelajaran, Pelaratan dan Laboratorium, Evaluasi, Les Privat. Kurikulum yang meliputi Beban dan isi kurikulum, Less is more, Kurikulum yang sesuai dengan tantangan zaman, Kurikulum yang membebaskan, Orientasi, Sentralisasi desentralisasi, Buku pelajaran, Evaluasi dan Penilaian dan Penjurusan di Sekolah Menengah Umum.20 I. MERDEKA BELAJAR Pendidikan merupakan alat untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia, pendidikan yang berkualitas akan mencerminkan masyarakat yang maju damai dan mengarah pada sifat-sifat yang konstruktif. Pendidikan juga menjadi roda penggerak sehingga kebudayaan dan kebiasaan dari tiap-tiap zaman menjadi berubah mengikuti perubahan yang di peroleh dari 20 Fadhila Auliyah Suhardi dkk, Perubahan paradigma belajar kelompok 1 (Makassar, Universitas Muslim Indonesia, 2020), hal. 11 35 pendidikan itu sendiri. Maka ketika ingin mencapai kehidupan yang lebih baik tentunya pendidikanlah yang merupakan jawabannya, karena dari pendidikan melaihirkan hal-hal yang kreatif, inovatif dalam menapaki setiap perkembangan zaman.21 Merdeka Belajar adalah program kebijakan baru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Kabinet Indonesia Maju, Nadiem Anwar Makarim. Esensi kemerdekaan berpikir, menurut Nadiem, harus didahului oleh para guru sebelum mereka mengajarkannya pada siswa-siswi. Nadiem menyebut, dalam kompetensi guru di level apa pun, tanpa ada proses penerjemahan dari kompetensi dasar dan kurikulum yang ada, maka tidak akan pernah ada pembelajaran yang terjadi. Pada tahun mendatang, sistem pengajaran juga akan berubah dari yang awalnya bernuansa di dalam kelas menjadi di luar kelas. Nuansa pembelajaran akan lebih nyaman, karena murid dapat berdiskusi lebih dengan guru, belajar dengan outing class, dan tidak hanya mendengarkan penjelasan guru, tetapi lebih membentuk karakter peserta didik yang berani, mandiri, cerdik dalam bergaul, beradab, sopan, berkompetensi, dan tidak hanya mengandalkan sistem ranking yang menurut beberapa survei hanya meresahkan anak dan orang tua saja, karena sebenarnya setiap anak memiliki bakat dan kecerdasannya dalam bidang masingmasing. Nantinya, akan terbentuk para pelajar yang siap kerja dan kompeten, serta berbudi luhur di lingkungan masyarakat. J. LONG LIFE EDUCATION a. Pengertian Konsep Long Life Education Pendidikan seumur hidup bukan suatu sistem pendidikan yang berstruktur, melainkan suatu prinsip yang menjadi dasar dan menjiwai seluruh organisasi 21 Media, Kompas Cyber. "Terobosan Merdeka Belajar Nadiem Makarim, Ubah Sistem Zonasi hingga Hapus UN". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2019-12-17. 36 sistem pendidikan yang ada. Dalam kenyataan hidup dari dahulu sudah dapat dilihat bahwa hakikatnya orang belajar seumur hidup, meskipun dengan cara yang berbeda dan melalui proses yang tidak sama. Menurut Cropley life long education diartikan dengan tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan perstrukturan pengalaman pendidikan. Pengorganisasian dan perstrukturan ini diperluas mengikuti seluruh rentangan usia, dari usia yang paling muda sampai yang paling tua. Pendidikan sepanjang hayat (life long education) menyatakan bahwa pendidikan tidak berhenti hingga individu menjadi dewasa, tetapi tetap berlanjut sepanjang hidupnya. Pendidikan sepanjang hayat menjadi semakin tinggi urgensinya pada saat ini karena manusia terus menerus menyesuaikan diri supaya dapat tetap hidup secara wajar dalam lingkungan masyarakat yang selalu berubah. Sisi lain pendidikan sepanjang hayat adalah peluang yang luas bagi seseorang untuk terus belajar agar dapat meraih keadaan kehidupan yang lebih baik. Ciri-ciri manusia yang menjadi pelajar sepanjang hayat : Sadar bahwa dirinya harus belajar sepanjang hayat. Memiliki pandangan bahwa belajar hal-hal yang baru merupakan cara logis untuk mengatasi masalah. Bersemangat tinggi untuk belajar pada semua level. Menyambut baik perubahan (open minded). Percaya bahwa tantangan sepanjang hidup adalah peluang untuk belajar hal baru. Jadi, pendidikan seumur hidup adalah sebuah sistem konsep-konsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajar mengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia.22 b. 22 Peranan Konsep Long Life Education http://ikesuryaningt.blogspot.com/2014/04/makalah-long-life-education.html?m=1 37 Didalam UU Nomor 20 tahun 2003, penegasan tentang pendidikan seumur hidup, dikemukakan dalam pasal 13 ayat (1) yang berbunyi: "Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya". Jadi dapat pula dikatakan bahwa pendidikan dapat diperoleh dengan 2 jalur, yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan diluar sekolah. Jalur pendidikan sekolah meliputi pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Dan jenis pendidikan ini mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik profesi, vokasi, keagamaan dan khusus. c. Sedangkan jalur pendidikan luar sekolah meliputi pendidikan nonformal dan informal. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembalikan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan fungsional serta mengembangkan sikap kepribadian hidup. d. Pendidikan informal yaitu kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. pendidikan keluarga termasuk jalur pendidikan luar sekolah merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengalaman seumur hidup. Pendidikan keluarga memberikan keyakinan agama, nilai budaya yang mencakup nilai moral dan aturan-aturan pergaulan serta pandangan, ketrampilan dan sikap hidup yang mendukung kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kepada anggota keluarganya yang bersangkutan. peserta didik berkesempatan untuk mengembangkan kemampuan dirinya dengan belajar pada setiap saat dalam perjalanan hidupnya sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan masing-masing. e. Undang-undang nomor 2 tahun 1989 dan GBHN 1993 mengamanatkan bahwa peran serta masyarakat, keluarga dan pemerintah dalam 38 penyelenggaraan pendidikan amat diperlukan. Ditekankan dalam amanat tersebut bahwa segenap lapisan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia memiliki kewajiban untuk berpartisipasi dalam semua aspek pengelolaan pendidikan disemua jenis dan jenjang karena pendidikan adalah tanggungjawab bersama antara pemerintah, keluarga dan masyarakat. Selain itu, krisis multidimensi yang melanda Indonesia belakangan ini, memberi momentum terjadinya perubahan mendasar dalam berbagai kehidupan, termasuk kehidupan pendidikan. Kemampuan pemerintah dalam menyediakan daya dan dana pendidikan amat menurun. Oleh karena itu, pemerintah berupaya untuk melibatkan masyarakat dan sekolah dalam mengelola pendidikan agar kualitas pendidikan tetap optimal. Diharapkan, dengan adanya keterlibatan masyarakat terhadap masalah pendidikan agar kualitas pendidikan tetap optimal. Diharapkan, dengan adanya keterlibatan masyarakat terhadap masalah pendidikan, mutu dan pemerataan pendidikan di Indonesia dapat ditingkatkan. Tiga strategi pelaksanaan pengikutsertaan masyarakat dalam masalah pendidikan di Indonesia: mereorganisasi sistem pemerintahan dalam administrasi dan keuangan. melaksanakan manajemen berbasiskan sekolah melaksanakan pendekatan pendidikan berbasiskan masyarakat23 K. HUMANISASI PENDIDIKAN ISLAM a. Pancasila sebagai Pijakan Humanisasi Pendidikan Islam Pendidikan Islam di Indonesia sebagai sub sistem pendidikan nasional bertolak dan bermuara pada pencapaian tujuan pembangunan nasional di bidang pendidikan. Semua jenis pendidikan di negeri ini harus didasarkan pada nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara. Untuk itu, pemikiran pendidikan humanistik juga 39 berakar dari nilai-nilai tersebut. Bagi bangsa Indonesia, nilai-nilai kemanusiaan yang telah disepakati itu dirumuskan ke dalam Pancasila. Atas dasar itulah, Pancasila sering disebut humanistik-universalistik. Dikatakan humanistik karena dasar negara ini memuat nilai-nilai kemanusiaan; dan disebut universalistik karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya bersifat mendasar yang berlaku bagi setiap orang. Pendidikan yang berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan Pancasila memiliki lima ciri, yaitu: (1) hormat terhadap keyakinan relijius setiap orang, (2) hormat terhadap martabat manusia dan hak asasinya, (3) berwawasan kebangsaan, (4) demokratis, serta (5) menjunjung dan menegakkan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Nilai-nilai ini dijadikan dasar dalam merumuskan kebijakan sistem pendidikan nasional. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dengan sila pertama, Ketuhanan Yang Mahaesa berimplikasi kepada keharusan bangsa Indonesia untuk bersikap teosentris yang dalam ajaran Islam dimaknai sebagai konsep Tauhid. Untuk itu, pengembangan pendidikan Islam di Indonesia perlu didasarkan pada tipologi rekonstruksi sosial menuju antropomorfisme yang bertolak dari teosentrisme. Upaya pemanusiaan manusia dalam sistem pendidikan Islam di Indonesia harus didasarkan pada nilai-nilai Pancasila yang sesuai ajaran Islam. Filosofi yang menjadi tujuan pendidikan nasional tersebut sesuai tujuan negara. Tujuan penyelenggraan negara yang dinyatakan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 sejalan dengan konsep tujuan pendidikan dalam Undang–undang tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) Nomor 2 Tahun 1989 Pasal 4 dinyatakan: Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Mahaesa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. 40 Konsep tujuan pendidikan di Era Reformasi (Otonomi Pendidikan) mengalami penyempurnaan melalui penggantian UU SPN No. 2 Tahun 1989 dengan UU Nomor 20 Tahun 2003. Penggantian UU ini merupakan tuntutan pembaharuan pendidikan yang diamanatkan oleh Amandemen Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai respon terhadap perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam konteks kehidupan sosial dalam era global berteknologi informasi dan komunikasi. UU yang baru ini memberikan dasar hukum untuk membangun pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip demokrasi, desentralisasi, otonomi, keadilan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Untuk itu, dalam Pasal 3 UU Nomor 20 Tahun 2003 tersebut dinyatakan: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. b. Nilai-nilai Humanis dalam Filsafat Pendidikan Nasional Filosofi sistem pendidikan di Indonesia didasarkan pada nilai-nilai Pancasila, yaitu: nilai ketuhanan, kemanusiaan, kebangsaan, kerakyatan dan keadilan. Nilai-nilai ini dijadikan dasar dalam merumuskan kebijakan sistem pendidikan nasional. Dari nilai-nilai tersebut dapat dikemukakan karakteristik pendidikan yang berasaskan nilai-nilai kemanusiaan Pancasila, yaitu: 1. Menghormati keyakinan relijius setiap orang Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dengan sila pertama, Ketuhanan Yang Mahaesa berimplikasi kepada keharusan bangsa Indonesia untuk bersikap teosentris yang dalam ajaran Islam dimaknai sebagai konsep Tauhid. Teosentrisme dalam pendidikan humanistik yang mengembangkan potensi anak 41 itu bermuara pada pembentukan manusia seutuhnya.Orientasi ini dalam pandangan Barnadib berarti mencegah berkembangnya manusia yang monodimensional.[24Upaya ini menuntut kesadaran akan pengembangan potensi yang tidak boleh lepas dari tujuan untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan dalam diri peserta didik. 2. Menghormati martabat manusia dan hak asasinya Sila kemanusiaan yang adil dan beradab mengantrakan proses pembelajaran sangat menekankan pengembangan potensi peserta didik. Pembelajaran dikonsepkan supaya peserta didik yang aktif belajar sendiri. Model pembelajaran ini menjadi wujud upaya menjamin hak asasi peserta didik sebagai manusia yang berkembang untuk mewujudkan kemampuan sesuai potensi yang dimilikinya. Subyek didik baik secara individual maupun kolektif perlu difahami secara benar agar proses pendidikan dapat berhasil. 3. Berwawasan kebangsaan Wawasan kebangsaan sebagai jiwa sila Persatuan Indonesia menuntut manusia sebagai pelaku aktif dalam pendidikan. Dalam proses pemberdayaan anak manusia diperlukan adanya kebebasan supaya potensinya bisa berkembang maksimal. Sumber belajar yang perlu diperkaya tidak hanya lingkungan tetapi juga manajemen dan para pelaksana proses pendidikan sesuai tuntutan kemerdekaan dan hak asasi peserta didik. Proses ini berorientasi pada pemberdayaan yang harus merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat sehingga lingkungan mengkondisikan terbentuknya sikap produktif dari peserta didik. 24 Imam Barnadib, Ke Arah Perspektif Baru Pendidikan, (Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988), hlm. 104. 42 Hasilnya adalah generasi yang membentuk masyarakat yang memiliki kedudukan dan strata yang berlainan namun bisa hidup selaras yang terikat dengan satu iman yang sama.25 4. Menghargai kebebasan secara demokratis Jiwa kerakyatan dalam sila keempat didasarkan pada kebijaksanaan, permusyawaratan dan perwakilan. Nilai-nilai ini muncul karena adanya kesadaran dan adanya kehendak bebas manusia. Prinsip kemanusiaan dalam humanisme Islam menurut Ali Syari’ati adalah bahwa: manusia itu merupakan makhluk mandiri yang mulia, berpikir, sadar akan dirinya sendiri, berkehendak bebas, citacita dan merindukan ideal dan bermoral. 5. Menjunjung dan menegakkan keadilan sosial antar peserta didik Sebagai implikasi dari sikap bijaksana, penegakan keadilan sosial yang merupakan pengamalan sila kelima Pancasila dalam proses pendidikan mutlak diperlukan. Keadilan sosial merupakan cermin kesalehan sosial yang muncul dari kesadaran bangsa yang religius. Ajaran suci dalam Islam dapat dijadikan pegangan untuk memperkuat kesadaran keimanan dan saleh tersebut. L. PENDIDIKAN ISLAM HOLISTIK DAN KOMPREHENSIF a. Pengertian Pendidikan Holistik Komprehensif Pendidikan yang holistik komprehensif adalah pendidikan yang bertujuan memberi kebebasan siswa didik untuk mengembangkan diri tidak saja secara intelektual, tetapi juga memfasilitasi perkembangan jiwa dan raga secara keseluruhan sehingga tercipta manusia Indonesia yang berkarakter kuat yang mampu mengangkat harkat bangsa, mewujudkan manusia yang merdeka sebagaimana diungkapkan Ki Hadjar Dewantara, yaitu manusia utuh merdeka yang hidup lahir batinnya tidak 25 Husain dan Ashraf, Krisis Pendidikan, hlm. 54. 43 tergantung pada orang lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri. Sedangkan pendidikan holistik komprehensif adalah pendidikan holistik yang berbasis pada multi pendekatan. Pendidikan holistik komprehensif adalah pendidikan yang bertolak dari filsafat tentang Tuhan, manusia, masyarakat, alam jagat raya, ilmu pengetahuan dan akhlak mulia yang didasarkan pada nilai-nilai.26 b. Tujuan Pendidikan Holistik Tujuan pendidikan holistik adalah untuk membentuk manusia holistik. Manusia holistik adalah manusia yang mampu mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. Potensi yang ada dalam diri manusia meliputi potensi akademik, potensi fisik, potensi sosial, potensi kreatif, potensi emosi dan potensi spiritual. Tujuan pendidikan di Indonesia yang tertuang pada Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 adalah untuk membentuk manusia yang holistik. (Ratna Megawangi, 2005, h. 9). c. Implementasi Pendidikan Holistik Untuk mengimplementasikan pendidikan holistik, karakteristik pendidik holistik antara lain (Rinke, dalam Miller, at.al., 2005) yaitu: Pendidik holistik mengembangkan keragaman strategi pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan siswa Pendidik holistik membantu siswa untuk mengembangkan potensinya Pendidik holistik menyusun lingkungan pembelajaran yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa . Pendidik holistik mengimplmentasikan strategi penilaian yang beragam. 26 http://nurasyiefa.blogspot.com/2013/01/pendidikan-islam-holistik.html?m=1 44