Uploaded by User69076

ASURANSI MM KEUANGAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perusahaan asuransi merupakan lembaga keuangan nonbank yang mempunyai peranan
yang tidak jauh berbeda dari bank, yaitu bergerak dalam bidang layanan jasa yang diberikan
kepada masyarakat dalam mengatasi resiko yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Perusahaan asuransi mempunyai perbedaan karaketeristik dengan perusahaan nonasuransi.
Dalam dunia bisnis, banyak sekali resiko yang tidak dapat di prediksi. Secara rasional,
para pelaku bisnis akan mempertimbangkan untuk mengurangi risiko yang dihadapi. Pada
tingkat kehidupan keluarga atau rumah tangga, asuransi juga dibutuhkan untuk mengurangi
permasalahan ekonomi yang akan dihadapi apabila ada salah satu anggota keluarga yang
menghadapi risiko cacat atau meninggal dunia.
Resiko dimasa datang dapat terjadi terhadap kehidupan sesorang misalnya kematian,
sakit atau resiko dipecat dari pekerjaannya. Dalam dunia bisnis resiko yang dihadapi dapat
berupa resiko kerugian akibat kebakaran, kerusakan atau kehilangan atau resiko lainnya. Oleh
karena itu setiap resiko yang akan dihadapi harus ditanggulangi sehingga tidak menimbulkan
kerugian yang lebih besar lagi.
Industri asuransi di Indonesia akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang cukup
pesat setelah pemerintah mengeluarkan deregulasi pada tahun 1980-an. Dipertegas lagi
dengan keluarnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha
Perasuransian. Diharapkan dengan semakin berkembangnya industri asuransi di indonesia,
maka akan semakin berkembang pula pertumbuhan ekonomi indonesia dari tahun ketahun
akan semakin meningkat, Pada era globalisasi seperti ini kebutuhan masyarakat akan asuransi
semakin meningkat oleh karena itu pertumbuhan atau perkembangan industri asurasi di
indonesia semakin dan akan terus meningkat.
Untuk mengurasngi resiko yang tidak diinginkan dimasa yang akan datnag, seperti
resiko kehilangan, resiko kebakaran, resiko macetnya pinjaman kredit bank atau resiko
laiinnya, maka diprlukan perusahaan yang mau menanggung rediko tersebut. Adalah
perusahaan asuransi yang mau menanggung resiko yang bakal dihadapi nasabahnya baik
perorangan maupun badan usaha. Hal ini disebabkan perusahaan asuransi merupakan
perusahaan yang melakukan usaha pertanggung jawaban terhadap resiko yang akan dihadapi
oleh nasabahnya.
B. Tujuan
Makalah ini bertujuan agar mahasiswa dan masyarakat umum dapat mengetahui tentang
asuransi dan manfaatnya. Juga untuk mengetahui tentang prinsip-prinsip asuransi dan
peraturan asuransi yang berlaku di Indonesia. Sama hal-nya seperti bank, asuransi juga
memiliki asuransi syariah. Dalam makalah ini akan dijelaskan pengertian asuransi syariah
dan perbedaanya dengan asuransi konvensional.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asuransi
Asuransi adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada tindakan, sistem,
atau bisnis dimana perlindungan finansial (atau ganti rugi secara finansial) untuk jiwa,
properti, kesehatan dan lain sebagainya mendapatkan penggantian dari kejadian-kejadian
yang tidak dapat diduga yang dapat terjadi seperti kematian, kehilangan, kerusakan atau
sakit, dimana melibatkan pembayaran premi secara teratur dalam jangka waktu tertentu
sebagai ganti polis yang menjamin perlindungan tersebut.
Menurut Ketentuan Pasal 246 KUHD, Asuransi atau Pertanggungan adalah
Perjanjian dengan mana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan
menerima premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena kerugian, kerusakan
atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin dideritanya akibat dari
suatu evenemen(peristiwa tidak pasti).
Menurut Ketentuan Undang–undang No.2 tahun 1992 tertanggal 11 Pebruari 1992
tentang Usaha Perasuransian (“UU Asuransi”), Asuransi atau pertanggungan adalah
perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri
kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian
kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan
diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang
yang dipertanggungkan.
Menurut Wirdjono Prodjodikoro dalam bukunya Hukum Asuransi di Indonesia,
asuransi adalah suatu persetujuan dimana pihak yang menjamin berjanji kepada pihak
yang dijamin, untuk menerima sejumlah uang premi sebagai pengganti kerugian, yang
mungkin akan diderita oleh yang dijamin, karena akibat dari suatu peristiwa yang belum
jelas.
D.S. Hansell dalam bukunya Elements of Insurance menayatakan bahwa asuransi
selalu berkaitan dengan resiko (Insurance is to do with risk).
Menurut Robert I. Mehr dan Emerson Cammack, dalam bukunya Principles of
Insurance menyatakan bahwa suatu pengalihan resiko (transfer of risk) disebut asuransi.
Berdasaarkan pengertian pasal 246 KUHD dapat disimpulkan ada tiga unsur dalam
Asuransi, yaitu:
1. Pihak tertanggung, yakni yang mempunyai kewajiban membayar uang premi kepada
pihak penanggung baik sekaligus atau berangsur-angsur
2. Pihak penanggung, mempunyai kewajiban untuk membayar sejumlah uang kepada
pihak tertanggung, sekaligus atau berangsur-angsur apabila unsur ketiga berhasil
3. Suatu kejadian yang semula belum jelas akan terjadi
Berdasarkan definisi tersebut di atas maka asuransi merupakan suatu bentuk
perjanjian dimana harus dipenuhi syarat sebagaimana dalam Pasal 1320 KUH Perdata,
namun dengan karakteristik bahwa asuransi adalah persetujuan yang bersifat untunguntungan sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1774 KUH Perdata.
Perusahaan asuransi mempunyai perbedaan karaketeristik dengan perusahaan
nonasuransi seperti kegiatan Underwriting – akutaria, klaim, dan reasuransi –
retrosesi. Penjaminan
(underwriting)
adalah
Proses
penaksiran/penilaian
dan
penggolongan derajad risiko yang terkait pada calon tertanggung, serta pembuatan
keputusan untuk menerima atau menolak risiko tersebut.
Aktuaria (actuarial) adalah Fungsi pada suatu perusahaan asuransi yang
menerapkan prinsip-prinsip matematika pada asuransi, termasuk mengkalkulasi/
memperhitungkan daftar harga premi serta memastikan kesehatan perusahaan dari segi
keuangan.
Klaim adalah beban yang menjadi kewajiban perusahaan asuransi terhadap
pemegang polis sehubungan dengan perjanjian asuransi antara perusahaan asuransi
dengan konsumen (pemegang polis) akibat terjadi peristiwa yang di asuransikan atau
yang jatuh tempo.
Reasuransi adalah pihak yang menerima pertanggungan ulang dari suatu penutupan
asuransi. Retrosesi adalah Pelimpahan risiko dari perusahaan reasuransi kepada
perusahaan reasuransi lain.
B. Fungsi dan Tujuan Asuransi
Disamping sebagai bentuk pengendalian risiko (secara finansial), asuransi juga
memiliki berbagai manfaat yang diklasifikasikan ke dalam beberapa fungsi sebagai
berikut:
1. Fungsi Utama (Primer)
a.
Pengalihan Resiko
Sebagai sarana atau mekanisme pengalihan kemungkinan resiko / kerugian
(chance of loss) dari tertanggung sebagai ”Original Risk Bearer” kepada satu atau
beberapa penanggung
(a risk transfer mechanism). Sehingga ketidakpastian
(uncertainty) yang berupa kemungkinan terjadinya kerugian sebagai akibat suatu
peristiwa tidak terduga, akan berubah menjadi proteksi asuransi yang pasti
(certainty) merubah kerugian menjadi ganti rugi atau santunan klaim dengan
syarat pembayaran premi.
b.
Penghimpun Dana
Sebagai penghimpun dana dari masyarakat (pemegang polis) yang akan
dibayarkan kepada mereka yang mengalami musibah, dana yang dihimpun
tersebut berupa premi atau biaya ber- asuransi yang dibayar oleh tertanggung
kepada penanggung, dikelola sedemikian rupa sehingga dana tersebut berkemang,
yang kelak akan akan dipergunakan untuk membayar kerugian yang mungkin
akan diderita salah seorang tertanggung.
c.
Premi Seimbang
Untuk mengatur sedemikian rupa sehingga pembayaran premi yang
dilakukan oleh masing – masing tertanggung adalah seimbang dan wajar
dibandingkan dengan resiko yang dialihkannya kepada penanggung (equitable
premium). Dan besar kecilnya premi yang harus dibayarkan tertanggung dihitung
berdasarkan suatu tarip premi (rate of premium) dikalikan dengan Nilai
Pertanggungan.
2. Tujuan Asuransi
Menurut Prof. Ny. Emmy Pangaribuan Simanjuntak, S. H., asuransi itu
mempunyai tujuan, pertama-tama ialah: mengalihkan segala resiko yang
ditimbulkan peristiwa-peristiwa yang tidak diharapkan terjadi kepada orang lain
yang mengambil resiko untuk mengganti kerugian. Pikiran yang terselip dalam hal
ini ialah, bahwa lebih ringan dan mudah apabila yang menanggung resiko dari
kekurangan nilai benda-benda itu beberapa orang daripada satu orang saja, dan akan
memberikan suatu kepastian mengenai kestabilan dari nilai harat bendanya itu jika
ia akan mengalihkan resiko itu kepada suatu perusahaan, dimana dia sendiri saja
tidak berani menanggungnya.
Sebaliknya seperti yang dikemukakan oleh Mr. Dr. A. F. A.
Volman bahwa orang-orang lain yang menerima resiko itu, yang disebut
penanggung bukanlah semata-mata melakukan itu demi prikemanusiaan saja dan
bukanlah pula bahwa dengan tindakan itu kepentingan-kepentingan mereka jadi
korban untuk membayar sejumlah uang yang besar mengganti kerugian-kerugian
yang ditimbulkan oleh peristiwa-peristiwa itu.
Para penanggung itu adalah lebih dapat menilai resiko itu dalam
perusahaan mereka, daripada seseorang tertanggung yang berdiri sendiri, oleh
karena itu biasanya didalam Praktek para penanggung asuransi yang sedemikian
banyaknya, mempunyai dan mempelajari pengalaman-pengalaman mereka tentang
penggantian kerugian yang bagaimana terhadap sesuatu resiko yang dapat
memberikan suatu kesempatan yang layak untuk adanya keuntungan.
Adapun tujuan asuransi adalah sebagai berikut :
a) Memberikan jaminan perlindungan dari risiko-risiko kerugian yang diderita
satu pihak.
b) Meningkatkan efisiensi, karena tidak perlu secara khusus mengadakan
pengamanan dan pengawasan untuk memberikan perlindungan yang memakan
banyak tenaga, waktu dan biaya
c) Pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang
jumlahnya tertentu dan tidak perlu mengganti/membayar sendiri kerugian yang
timbul yang jumlahnya tidak tentu dan tidak pasti
d) Dasar bagi pihak bank untuk memberikan kredit karena bank memerlukan
jaminan perlindungan atas agunan yang diberikan oleh peminjam uang.
e) Sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar kepada pihak asuransi akan
dikembalikan dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini khusus berlaku untuk
asuransi jiwa.
C. Prinsip Dasar Asuransi
Dalam dunia asuransi ada 6 macam prinsip dasar yang harus dipenuhi, yaitu
insurable interest, utmost good faith, proximate cause, indemnity, subrogation dan
contribution.
1.
Insurable interest
Adalah hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari suatu hubungan
keuangan antara tertanggung dengan yang diasuransikan dan diakui secara hukum.
Jadi, anda dikatakan memiliki kepentingan atas obyek yang diasuransikan apabila
Anda menderita kerugian keuangan seandainya terjadi musibah yang menimbulkan
kerugian atau kerusakan atas obyek tersebut.
Kepentingan keuangan ini memungkinkan Anda mengasuransikan harta
benda atau kepentingan anda. Apabila terjadi musibah atas obyek yang
diasuransikan dan terbukti bahwa Anda tidak memiliki kepentingan keuangan atas
obyek tersebut, maka Anda tidak berhak menerima ganti rugi.
2.
Utmost Good Faith
Adalah suatu tindakan untuk mengungkapkan secara akurat dan lengkap,
semua fakta yang material mengenai sesuatu yang akan diasuransikan baik diminta
maupun tidak. Artinya si penanggung harus dengan jujur menerangkan dengan jelas
segala sesuatu tentang luasnya syarat dan kondisi dari asuransi dan si tertanggung
juga harus memberikan keterangan yang jelas dan benar atas obyek atau
kepentingan yang dipertanggungkan.
Intinya Anda berkewajiban memberitahukan sejelas-jelasnya dan dengan
teliti mengenai segala fakta-fakta penting yang berkaitan dengan obyek yang
diasuransikan. Prinsip inipun menjelaskan risiko-risiko yang dijamin maupun yang
dikecualikan, segala persyaratan dan kondisi pertanggungan secara jelas serta teliti.
3.
Proximate Cause
Adalah suatu penyebab aktif, efisien yang menimbulkan rantaian kejadian
yang menimbulkan suatu akibat tanpa adanya intervensi suatu yang diawali dan
secara aktif oleh sumber yang baru dan independen. Jadi apabila kepentingan yang
diasuransikan mengalami musibah atau kecelakaan, maka pertama-tama dicari
sebab-sebab yang aktif dan efisien yang menggerakkan suatu rangkaian peristiwa
tanpa terputus sehingga pada akhirnya terjadilah musibah atau kecelakaan tersebut.
Suatu prinsip yang digunakan untuk mencari penyebab kerugian yang aktif dan
efisien adalah: "Unbroken Chain of Events" yaitu suatu rangkaian mata rantai
peristiwa yang tidak terputus.
4.
Indemnity
Adalah suatu mekanisme dimana penanggung menyediakan kompensasi
finansial dalam upayanya menempatkan tertanggung dalam posisi keuangan yang ia
miliki sesaat sebelum terjadinya kerugian (KUHD pasal 252, 253 dan dipertegas
dalam pasal 278).
5.
Subrogation
Adalah pengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada penanggung setelah
klaim dibayar. Prinsip subrogasi diatur dalam pasal 284 kitab Undang-Undang
Hukum Dagang, yang berbunyi: "Apabila seorang penanggung telah membayar
ganti rugi sepenuhnya kepada tertanggung, maka penanggung akan menggantikan
kedudukan tertanggung dalam segala hal untuk menuntut pihak ketiga yang telah
menimbulkan kerugian pada tertanggung".
6.
Contribution
Adalah hak penanggung untuk mengajak penanggung lainnya yang samasama menanggung, tetapi tidak harus sama kewajibannya terhadap tertanggung
untuk ikut memberikan indemnity. Anda dapat saja mengasuransikan harta benda
yang sama pada beberapa perusahaan asuransi. Namun bila terjadi kerugian atas
obyek yang diasuransikan maka secara otomatis berlaku prinsip kontribusi.
D.
Jenis-jenis Asuransi
Berdasarkan pasal 247 KUHD menyebutkan tentang lima macam asuransi ialah:
1. Asuransi terhadap kebakaran
2. Asuransi terhadap bahaya hasil-hasil pertanian
3. Asuransi terhadap kematian orang ( Asuransi jiwa )
4. Asuransi terhadap bahaya dilaut dan perbudakan
5. Asuransi terhadap bahaya dalam pengangkutan didarat dan disungai-sungai
Namun, secara garis besar asuransi terdiri dari tiga kategori, yaitu:
a)
Asuransi Kerugian
Terdiri dari asuransi untuk harta benda (property, kendaraan), kepentingan keungan
(pecuniary), tanggung jawab hokum (liability), dan asuransi diri (kecelakaan atau
kesehatan)
b)
Asuransi Jiwa
Pada hakikatnya merupakan suatu bentuk kerjasama antara orang-orang yang
menghindarkan atau minimal mengurangi resiko yang diakibatkan oleh resiko
kematian (yang pasti terjadi tetapi tidak pasti kapan terjadinya), resiko hari tua
(yang pasti terjadi dan dapat diperkirakan kapan terjadinya, tetapi tidak pasti
berapa lama) dan resiko kecelakaan (yang tidak pasti terjadi, tetpi tidak mustahil
terjadi).
c)
Asuransi Sosial
Adalah program asuransi wajib yang diselenggarakan oleh pemerintah berdasarkan
undang-undang. Maksud dan tujuan asuransi social adalah menyediakan jaminan
dasar bagi masyrakat dan tidak bertujuan untuk mendapat keuntungan komersial.
E.
Polis Asuransi
Menurut ketentuan pasal 225 KUHD perjanjian asuransi harus dibuat secara
tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis yang memuat kesepakatan, syarat-syarat
khusus dan janji-janji khusus yang menjadi dasar pemenuhan hak dan kewajiban para
pihak (penanggung dan tertanggung) dalam mencapai tujuan asuransi. Dengan
demikian polis asuransi adalah bukti tertulis atau surat perjanjian antara pihak-pihak
yang mengadakan perjanjian asuransi. Dengan adanya polis asuransi perjanjian antara
kedua belah pihak mendapatkan kekuatan secara hukum.
Menurut ketentuan pasal 256 KUHD, setiap polis kecuali mengenai asuransi jiwa
harus memuat syarat-syarat khusus berikut ini:
1.
Hari dan tanggal pembuatan perjanjian asuransi
2.
Nama tertanggung, untuk diri sendiri atau pihak ketiga
3.
Uraian yang jelas mengenai benda yang diasuransikan
4.
Jumlah yang diasuransikan (nilai pertanggungan)
5.
Bahaya-bahaya/ evenemen yang ditanggung oleh penanggung
6.
Saat bahaya mulai berjalan dan berakhir yang menjadi tanggungan penanggung
7.
Premi asuransi
8.
Umumnya semua keadaan yang perlu diketahui oleh penanggung dan segala janjijanji khusus yang diadakan antara para pihak.
F.
Terjadinya dan Berakhirnya Asuransi
1.
Kapan Terjadinya Perjanjian Asuransi
Perjanjian asuransi atau perjanjian pertanggungan secara umum oleh KUH
Perdata disebutkan sebagai salah satu bentuk perjanjian untung-untungan,
sebenarnya merupakan satu penerapan yang sama sekali tidak tepat. Peristiwa yang
belum pasti terjadi itu merupakan syarat baik dalam perjanjian untung-untungan
maupun dalam perjanjian asuransi atau pertanggungan. Perjanjian itu diadakan
dengan maksud untuk memperoleh suatu kepastian atas kembalinya keadaan atau
ekonomi sesuai dengan semula sebelum terjadi peristiwa. Batasan perjanjian
asuransi secara formal terdapat dalam pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum
Dagang.
Suatu premi mengikat dirinya terhadap tertanggung untuk membebaskan dari
kerugian karena kehilangan, kerugian atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan
yang akan dapat diderita olehnya, karena suatu kejadian yang belum pasti.
Perjanjian asuransi atau pertanggungan itu mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
a.
Perjanjian asuransi merupakan suatu perjanjian penggantian kerugian
(shcadeverzekering atau indemniteits contract). Penanggung mengikatkan diri
untuk menggantikan kerugian karena pihak tertanggung menderita kerugian dan
yang diganti itu adalah seimbang dengan kerugian yang sungguh-sungguh
diderita (prinsip indemnitas).
b.
Perjanjian asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian bersyarat.
c.
Perjanjian asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian timbal balik.
d.
Kerugian yang diderita adalah sebagai akibat dari peristiwa yang tidak tertentu
atas mana diadakan pertanggungan.
Perjanjian asuransi sebagai perjanjian yang bertujuan memberikan proteksi.
Dapat dilihat dari batasan pasal 246 KUHD, lebih lanjut ditelaah unsur-unsur
sebagai berikut:
a.
Pihak pertama ialah penanggung, yang dengan sadar menyediakan diri untuk
menerima dan mengambil alih risiko pihak lain.
b.
Pihak kedua adalah tertanggung, yang dapat menduduki posisi tersebut dalam
perorangan, kelompok orang atau lembaga, badan hukum termasuk perusahaan
atau siapapun yang dapat menderita kerugian.
Untuk menyatakan kapan perjanjian asuransi yang dibuat oleh tertanggung
dan penanggung itu terjadi dan mengikat kedua pihak, dari sudut pandang ilmu
hukum terdapat 2 (dua) teori perjanjian tersebut:
a.
Teori tawar-menawar (bargaining thoery). Menurut teori ini, setiap perjanjian
hanya akan terjadi antara kedua belah pihak apabila penawaran (offer) dari
pihak yang satu dihadapkan dengan penerimaan (acceptance) oleh pihak yang
lainnya dan sebaliknya. Keunggulan toeri tawar-menawar adalah kepastian
hukum yang diciptakan berdasarkan kesepakatan yang dicapai oleh kedua pihak
dalam asuransi antara tertanggung dan penanggung.
b.
Teori penerimaan (acceptance theory). Dalam hukum Belanda, teori ini disebut
ontvangst theorie mengenai saat kapan perjanjian asuransi terjadi dan mengikat
tertanggung dan penanggung, tidak ada ketentuan umum dalam undang-undang
perasuransian, yang ada hanya persetujuan kehendak antara pihak-pihak (pasal
1320 KUH Perdata). Menurut teori penerimaan, perjanjian asuransi terjadi dan
mengikat pihak-pihak pada saat penawaran sungguh-sungguh diterima oleh
tertanggung. Atas nota persetujuan ini kemudian dibuatkan akta perjanjian
asuransi oleh penanggung yang disebut polis asuransi.
Perjanjian asuransi yang telah terjadi harus dibuat secara tertulis dalam
bentuk akta yang disebut polis (pasal 255 KUHD). Polis ini merupakan satu-satunya
alat bukti tertulis untuk membuktikan bahwa asuransi telah terjadi. Untuk mengatasi
kesulitan jika terjadi sesuatu setelah perjanjian namun belum sempat dibuatkan
polisnya atau walaupun sudah dibuatkan atau belum ditandatangi atau sudah di
tandatangi tetapi belum diserahkan kepada tertanggung kemudian terjadi evenemen
yang menimbulkan kerugian tertanggung. Pada pasal 257 KUHD memberi
ketegasan, walaupun belum dibuatkan polis, asuransi sudah terjadi sejak tercapai
kesepakatan antara tertanggung dan penanggung. Sehingga hak dan kewajiban
tertanggung dan penanggung timbul sejak terjadi kesepakatan berdasarkan nota
persetujuan. Bila bukti tertulis sudah ada barulah dapat digunakan alat bukti biasa
yang diatur dalam hukum acara perdata. Ketentuan ini yang dimaksud oleh pasal
258 ayat (1) KUHD. Syarat-syarat khusus yang dimaksud dalam pasal 258 KUHD
adalah mengenai esensi inti isi perjanjian yang telah dibuat itu, terutama mengenai
realisasi hak dan kewajiban tertanggung dan penanggung seperti: penyebab timbul
kerugian (evenemen); sifat kerugian yang menjadi beban penanggung; pembayaran
premi oleh tertanggung; dan klausula-klausula tertentu.
2.
Berakhirnya Asuransi
Ada empat hal yang menyebabkan Perjanjian asuransi berakhir, antara lain
sebagai berikut:
a.
:
Karena Terjadi Evenemen
Dalam asuransi jiwa, satu-satunya evenemen yang menjadi beban
penanggung adalah meninggalnya tertanggung. Terhadap evenemen inilah
diadakan asuransi jiwa antara tertanggung dan penanggung. Apabila dalam
jangka waktu yang diperjanjikan terjadi peristiwa meninggalnya tertanggung,
maka penanggung berkewajiban membayar uang santunan kepada penikmat
yang ditunjuk oleh tertanggung atau kepada ahli warisnya. Sejak penanggung
melunasi pembayaran uang santunan tersebut, sejak itu pula asuransi jiwa
berakhir.
Apa sebabnya asuransi jiwa berakhir sejak pelunasan uang santunan, bukan
sejak meninggalnya tertanggung (terjadi evenemen). Menurut hukum
perjanjian, suatu perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak berakhir apabila
prestasi masing-masing pihak telah dipenuhi. Karena asuransi jiwa adalah
perjanjian, maka asuransi jiwa berakhir sejak penanggung melunasi uang
santunan sebagai akibat dan meninggalnya tertanggung. Dengan kata lain,
asuransi jiwa berakhir sejak terjadi evenemen yang diikuti dengan pelunasan
klaim.
b.
Karena Jangka Waktu Berakhir
Dalam asuransi jiwa tidak selalu evenemen yang menjadi beban
penanggung itu terjadi bahkan sampai berakhirnya jangka waktu asuransi.
Apabila jangka waktu berlaku asuransi jiwa itu habis tanpa terjadi evenemen,
niaka beban risiko penanggung berakhir. Akan tetapi, dalam perjanjian
ditentukan bahwa penanggung akan mengembalikan sejumtah uang kepada
tertanggung apabila sampai jangka waktu asuransi habis tidak terjadi
evenemen. Dengan kata lain, asuransi jiwa berakhir sejak jangka waktu
berlaku asuransi habis diikuti dengan pengembalan sejumlah uang kepada
tertanggung.
c.
Karena Asuransi Gugur
d.
Karena Asuransi Dibatalkan
Asuransi jiwa dapat berakhir karena pembatalan sebelum jangka
waktu berakhir. Pembatalan tersebut dapat terjadi karena tertanggung tidak
melanjutkan pembayaran premi sesuai dengan perjanjian atau karena
permohonan tertanggung sendiri. Pembatalan asuransi jiwa dapat terjadi
sebelum premi mulai dibayar ataupun sesudah premi dibayar menurut jangka
waktunya. Apabila pembatalan sebelum premi dibayar, tidak ada masalah.
Akan tetapi, apabila pembatalan setelah premi dibayar sekali atau beberapa
kali pembayaran (secara bulanan), Karena asuransi jiwa didasarkan pada
perjanjian, maka penyelesaiannya bergantung juga pada kesepakatan pihakpihak yang dicantumkan dalam polis.
G. ASURANSI SYARIAH
1.
Pengertian Asuransi Syariah
Definisi asuransi syari'ah menurut Dewan Syariah Nasional adalah usaha
untuk saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang melalui
investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru' yang memberikan pola pengembalian
untuk menghadapi risiko/ bahaya tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.
Asuransi Syariah adalah sebuah sistem dimana para partisipan/ anggota/
peserta mendonasikan/ menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang akan
digunakan untuk membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami oleh sebagian
partisipan/ anggota/ peserta. Peranan perusahaan disini hanya sebatas pengelolaan
operasional perusahaan asuransi serta investasi dari dana-dana/ kontribusi yang
diterima/ dilimpahkan kepada perusahaan.
Asuransi syari'ah disebut juga dengan asuransi ta'awun yang artinya tolong
menolong atau saling membantu. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Asuransi
ta'awun prinsip dasarnya adalah dasar syariat yang saling toleran terhadap sesama
manusia untuk menjalin kebersamaan dalam meringankan bencana yang dialami
peserta.
Asuransi syariah memiliki landasan filosofi yang berbeda dengan asuransi
konvensional, yaitu mencari ridha Allah untuk kebaikan dunia dan akhirat. Asuransi
syariah memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik itu pada gilirannya bisa
membedakan dirinya dengan asuransi konvensional.
Di antara karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama : akad yang dilakukan adalah akad at-Takafuli.
Kedua : selain tabungan, peserta juga dibuatkan tabungan derma.
Ketiga : merealisir prinsip bagi hasil.
Secara structural, landasan operasional asuransi syariah di Indonesia masih
menginduk pada peraturan yang mengatur usaha perasuransian secara umum
(konvensional). Baru ada peraturan yang secara tegas menjelaskan asuransi syariah
pada Surat Keputusan Direktur jendral Lembaga Keuangan No. Kep. 4499/LK/2000
tentang Jenis, Penilaian dan Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan
Perusahaan Reasuransi dengan Sistem Syariah.
2.
Perbedaan Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah
Secara garis besar, misi utama asuransi konvensional adalah misi ekonomi dan
misi social. Sedangkan dalam asuransi syariah misi yang di emban adalah misi
aqi’dan, misi ibadah, misi ekonomi dan misi pemberdayaan umat.
Dalam asuransi syariah terdapat Dewan Pengawas Syariah yang berfungsi
untuk mengawasi pelaksanaa operasional perusahaan agar terbebas dari praktikpraktik yang bertentangan dengan prinsip syariah. Dan dalam asuransi konvensional
tidak ada dewan pengawas sehingga dalam praktiknya tidak diawasi dan
kemungkinan pelaksanaannya tidak sesuai dengan kaidah syariah.
Akad yang ada dalam asuransi konvensional didasarkan pada jual-beli
sedangkan akad dalam asuransi syariah didasarkan pada tolong-menolong.
Invenstasi dana dalam asuransi konvensional bebas tetapi masih dalam batasbatas perundang-undangan dan tidak dibatasi oleh halal-haramnya objek atau system
yang digunakan. Beda halnya dengan investasi dana asuransi syariah. Investasi
dilakukan dengan batas perundang-undangan, sepanjang tidak bertenangan dengan
prinsip syariah. Bebas dari riba dan tenpat investasi yang terlarang.
Selain itu, dana yang terkumpul dari premi peserta asuransi konvensional
seluruhnya menjadi milik perusahaan dan perusahaan bebas menginvestasikan dana
tersebut kemana saja. Sedangkan dana yang terkumpul dari peserta asuransi syariah
dalam bentuk iuran atau kontribusi sepenuhnya milik peserta. Perusahaan hanya
berperan sebagai pemegang amanah dalam mengelola dana tersebut.
Tidak ada pemisahan dana dalam asuransi konvensional. Pada beberapa
produk tertentu dapat mengakibatkan dana hangus. Dalam asuransi syariah ada
pemisahan dana yaitu dana ta’barru, derma dan dana peserta sehingga tidak
mengenal dana hangus.
Adanya transfer of risk dalam asuransi konvensional atau terjadinya transfer
resiko dari nasabah keped menanggung (perusahaan). Lain halnya dalam asuransi
syariah yang mengenal adanya sharing of risk yang berarti terjadinya proses saling
menanggung antara satu peserta dengan peserta lain.
Sumber dana klaim dalam asuransi konvensional dari rekening perusahaan.
Perusahaan akan menanggung resiko dari peserta asuransi. Ini terjadi karena segala
resiko sudah ditransfer dari nasabah ke perusahaan. Sumber dana klaim dalam
asuransi syariah dari rekening ta’barru, yaitu peserta saling menanggung. Jika salah
satu peserta mengalami musibah, maka peserta lain akan ikut menanggung resiko.
Dalam asuransi konvensional. Seluruh keuntungan yang didapat adalah milik
perusahaan. Sedangan dalam asuransi syariah keuntungan tidak sepenuhnya milik
perusahaan tetapi dibagi antara peserta dan perusahaan. Sesuai dengan prinsip bagi
hasil.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Menurut UU no.2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, asuransi atau
pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak
penanggung mengikatkn diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi,
untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak
ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang
tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal
atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Perusahaan asuransi mempunyai perbedaan karaketeristik dengan perusahaan
nonasuransi seperti kegiatan Underwriting – akutaria, klaim, dan reasuransi – retrosesi.
Pada dasarnya, asuransi dapat memberikan manfaat bagi pihak tertanggung,
antara lain dapat memberikan rasa aman dan perlindungan, sebagai pendistribusian biaya
dan manfaat yang lebih adil, polis asuransi dapat dijadikan jaminan untuk memperoleh
kredit, sebagai tabungan dan sumber pendapatan, sebagai alat penyebaran risiko, serta
dapat membantu meningkatkan kegiatan usaha.
1.
Asuransi terdiri dari tiga kategori, yaitu:
a)
Asuransi Kerugian
b) Asuransi Jiwa
c)
2.
Asuransi Sosial
Kapan terjadinya Perjanjian Asuransi
Perjanjian asuransi yang dibuat oleh tertanggung dan penanggung itu terjadi
dan mengikat kedua pihak, dari sudut pandang ilmu hukum terdapat 2 (dua) teori
perjanjian tersebut:
a) Teori tawar-menawar (bargaining thoery). Menurut teori ini, setiap perjanjian
hanya akan terjadi antara kedua belah pihak apabila penawaran (offer) dari
pihak yang satu dihadapkan dengan penerimaan (acceptance) oleh pihak yang
lainnya dan sebaliknya. Keunggulan toeri tawar-menawar adalah kepastian
hukum yang diciptakan berdasarkan kesepakatan yang dicapai oleh kedua pihak
dalam asuransi antara tertanggung dan penanggung.
b) Teori penerimaan (acceptance theory). Dalam hukum Belanda, teori ini disebut
ontvangst theorie mengenai saat kapan perjanjian asuransi terjadi dan mengikat
tertanggung dan penanggung, tidak ada ketentuan umum dalam undang-undang
perasuransian, yang ada hanya persetujuan kehendak antara pihak-pihak (pasal
1320 KUH Perdata). Menurut teori penerimaan, perjanjian asuransi terjadi dan
mengikat pihak-pihak pada saat penawaran sungguh-sungguh diterima oleh
tertanggung. Atas nota persetujuan ini kemudian dibuatkan akta perjanjian
asuransi oleh penanggung yang disebut polis asuransi.
3.
Berakhirnya Asuransi
Ada empat hal yang menyebabkan Perjanjian asuransi berakhir, antara lain sebagai
berikut:
a)
Karena Terjadi Evenemen
b)
Karena Jangka Waktu Berakhir
c)
Karena Asuransi Gugur
d)
Karena Asuransi Dibatalkan
Perjanjian asuransi yang telah terjadi harus dibuat secara tertulis dalam bentuk
akta yang disebut polis (pasal 255 KUHD). Polis ini merupakan satu-satunya alat bukti
tertulis untuk membuktikan bahwa asuransi telah terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/deviazhar/9-perbedaan-asursyariah-dan-konvensional
http://legalbanking.wordpress.com/materi-hukum/dsar-dasar-hukum-asuransi/
http://nunite.blogspot.com/2013/03/pengetahuan-dasar-tentang-asuransi.html
http://jhohandewangga.wordpress.com/2012/02/27/makalah-tentang-asuransi/
http://www.sarjanaku.com/2012/11/pengertian-asuransi-umum-tujuan.html
http://makalahmajannaii.blogspot.com/2013/02/makalah-asuransi-syariah.html
http://www.tugu.com/understanding-insurance/principles-of-insurance.html
http://shandy07.files.wordpress.com/2011/12/makalah-asuransi.docx
http://asuransibinagriya.blogspot.com/2011/11/disamping-sebagai-bentukpengendalian.html
Download