CHAPTER 2 STRUKTUR INTI DAN SIFAT-SIFAT INTI SECARA UMUM DisusunOleh: Jumilah (190707950050) PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN SAINS UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA SURABAYA 2020 0 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Pendahuluan Setelah membahas tentang model inti atom, selanjutnya yaitu membahas mengenai karakteristik umum inti atom pada keadaan dasarnya. Inti atom merupakan sistem kuantum terikat dan karenanya maka terdapat berbagai keadaan kuantum yang ditandai oleh energinya, momentum sudut dan lain-lain. Keadaan energi terendah dikenal sebagai keadaan dasar dan inti biasanya ada dalam keadaan ini. Sifat-sifat inti yang akan dibahas dalam bab ini sesuai dengan keadaan dasarnya yang disebut sebagai sifat-sifat statis yang berbeda dengan sifat-sifat dinamik inti yang ditunjukkan dalam proses reaksi inti, eksitasi inti, dan peluruhan inti. Sifat-sifat statis penting dari inti meliputi muatan listrik, massa, energi ikat, ukuran, bentuk, momentum sudut, momen dipol magnetik, momen quadrupole listrik, statistic, paritas, dan iso-spin. 1 BAB II PEMBAHASAN 1. Massa Inti dan Energi Ikat Inti atom terdiri dari dua jenis partikel elementer yaitu proton dan neutron. Proton tidak lain adalah inti dari atom hydrogen, sebuah atom hydrogen dimana orbital electron tunggal diabaikan. Proton membawa satu elektron unit bermuatan positif memiliki massa sekitar 1836 kali massa elektron dan . Neutron bersifat netral secara listrik dan memiliki massa sedikit lebih berat dari proton (lihat Tabel 2.1). Proton dan neutron disatukan di dalam inti oleh gaya tarik yang sangat kuat. Gaya tersebut berbeda dari gaya yang lebih dikenal seperti gaya gravitasi atau gaya listrik dan membentuk sebuah interaksi yang disebut interaksi inti. Neutron dan proton secara bersama-sama dikenal sebagai nucleon. Penjumlahan dari jumlah neutron (N) dan proton (Z) di dalam inti dikenal sebagai nomor massa (A), sehingga A = N + Z. Jelas bahwa A adalah bilangan bulat seperti N dan Z, sedangkan Z sama dengan nomor atom unsur dalam tabel periodik. Inti atom X dengan nomor atom Z dan nomor massa A dapat dituliskan sebagai Sebagai contoh . menunjukkan bahwa inti dari atom helium dengan nomor atom 2 dan nomor massa 4. Dan ini sebenarnya adalah partikel alfa (α-partikel). Penulisan di sebelah kiri symbol atom yang menunjukkan nomor atom sering dihilangkan karena symbol kimia menentukan secara unik jumlah elemen atom sehingga kita dapat menuliskan AX, sebagai contoh 1H, 4He, 7Li, dan lain-lain. Inti dengan Z yang sama tetapi dengan A yang berbeda dapat disebut Isotop. Unsur tertentu dengan Z yang diberikan mungkin memiliki isotop dengan nomor massa yang berbeda. Inti mereka memiliki jumlah proton yang sama tetapi berbeda jumlah neutronnya. Sebagai contoh, atom lithium (Z = 3) memiliki dua isotop, 6Li dan 7Li. Jumlah proton dari inti atom Z = 3. Pada 6Li, jumlah neutron N = 3 sedangkan pada 7Li, N = 4. Isotop pertama kali ditemukan di antara unsur-unsur radioaktif alami. J. J. Thomson saat menjelajahi sifat-sifat sinar positif dengan metode parabola, yaitu orang pertama yang menemukan isotop neon yang stabil (Z = 10). Banyak unsur yang saat ini diketahui memiliki lebih dari satu isotop yang stabil meskipun beberapa hanya memiliki satu isotop stabil. Dengan demikian sodium (Z = 11) memiliki satu isotop stabil begitu juga 23 Na dengan N = 12. Unsur-unsur yang memiliki lebih dari satu isotop stabil dalam 2 keadaan stabil merupakan penggabungan dari isotop-isotop ini dalam proporsi tetap disebut kelimpahan isotop, yang kurang lebih tetap sama, terlepas darimana mereka berasal. Dengan demikian lithium alami merupakan penggabungan dari dua isotop stabil 6 Li dan 7Li dengan kelimpahan isotop 7,4% dan 92,6% secara khusus. Hidrogen memiliki dua isotop stabil 1H (99,99%), 2H (0,01%). Isotop 2H dari hidrogen disebut deuterium dan intinya yang disebut deuteron. Isotop tidak stabil lainnya dari hidrogen dengan A = 3 dikenal titrium. Simbolnya adalah 3H. Inti dengan A yang sama tetapi dengan Z yang berbeda disebut isobar, sedangkan inti dengan jumlah neutron yang sama disebut isoton. Massa inti diperoleh dari massa atom M dengan pengurangan massa dari orbital elektron Z dari yang terakhir. Ungkapan tersebut tidak tepat karena tidak memperhitungkan energy ikat elektron dalam atom. Namun kesalahan ini sangat kecil dan di dalam perhitungan numerik yang melibatkan proses inti adalah massa atom yang digunakan karena massa elektron biasanya diabaikan. Inti atom terikat sangat kuat. Energy yang dibutuhkan beribu juta elektron volt (MeV) untuk melepaskan nucleon dari inti, bandingkan hanya beberapa elektron volt energy untuk memisahkan orbital elektron dari atom untuk mengionisasinya (dalam kasus ini atom hidrogen memiliki energy ionisasi sebesar 13,6 eV). Apabila ingin memecah inti dari proton Z dan neutron N sepenuhnya sehingga mereka semua dapat dipisahkan satu sama lain, sejumlah energy minimum harus masukkan ke nucleus. Energy ini dikenal sebagai energy ikat inti. Proton Z dan neutron N dalam keadaan diam, keduanya terpisah satu sama lain kemudian di satukan membentuk nucleus dengan nomor massa A = N + Z dan muatan inti Z, maka jumlah energy yang sama dengan energy ikat inti akan dikembangkan. Berdasarkan teori relativitas khusus yang diungkapkan oleh Albert Einstein, massa dan energy adalah setara. Massa dari tubuh dapat diubah menjadi energy dalam proses penggabungans dan kimia tertentu begitu sebaliknya massa m dari tubuh jika seluruhnya diubah menjadi energi yang besarnya setara dengan cahaya di ruang vakum: diubah menjadi energy maka didapat energi sebesar , dimana c adalah kecepatan . Oleh karena itu, ketika sepenuhnya joule. Dapat diketahui bahwa inti memiliki energy yang sama dengan energi ikatnya ketika hilangnya sebagian kecil massa total dari proton Z dan neutron N, dimana inti terbentuk. 3 Jika jumlah massa yang hilang (dikenal dengan defek massa) adalah , maka energy ikatnya menjadi: (2.2-1) Dari pembahasan tersebut, jelas bahwa massa inti harus lebih kecil dari jumlah massa neutron dan proton penyusunnya. Oleh karena itu, massa atom hidrogen dan neutron dan dapat ditulis sebagai berikut: (2.2-2) dimana adalah massa dari atom yang memiliki nomor massa A dan nomor atom Z. Sehingga energy ikat inti menjadi: { } (2.2-3) Pada persamaan (2.2-3), massa elektron Z hilang dari ruas kanan dan sebenarnya sama dengan jumlah massa proton Z ( massa inti ) dan neutron N ( untuk inti ) dikurangi atom. Perlu diketahui bahwa kesetaraan massa-energi, massa atom dapat dijadikan sebagai satuan energi sehingga persamaan (2.2-3), c2 dapat dihilangkan. Satuan massa didefinisikan sebagai satu per dua belas massa atom 12C yang diambil tepat 1 unit dan ditunjukkan oleh symbol ‘u’ (unified atomic mass unit). Satuan massa atom ini telah digunakan sejak tahun 1961 oleh ahli penggabunganka dan ahli kimia berdasarkan kesepakatan internasional. Sebelum tahun 1961, satuan massa atom yang digunakan oleh ahli penggabunganka dan ahli kimia berbeda. Ahli penggabungan sebelumnya menggunakan satu per enam belas dari massa atom 16 O isotop dan dapat dikenal satuan massa unit (amu). Konversi satuan yang digunakan adalah 1 u : 1 amu = 1.0003172 : 1 Satuan massa atom yang sebelumnya digunakan oleh ahli kimia, di sisi lain adalah satu per enam belas dari rata-rata berat atom oksigen alami terdiri atas tiga isotop 17 O dan 18 16 O, O yang memiliki kelimpahan isotop masing-masing 99.76%, 0,04% dan 0,20%. Untuk mendapatkan nilai satuan dari massa atom dari 12C yang memiliki massa 12 g atau dimana 12 C, kita dapat menuliskan 1 mol kg. Saat 1 mol mengandung atom, dikenal sebagai bilangan Avogadro, maka massa setiap atom 12C adalah atau kg karena satuan massa atom pada 12C adalah 4 kg (2.2-4) Kesetaraan energi dengan massa adalah J MeV (2.2-5) Kesetaraan energi massa diam dari elektron, proton, dan neutron dapat dilihat melalui Tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1 Partikel Massa diam (kg) Elektron ( Proton ( Neutron ( Massa diam (u) Energi diam (eV) ) ) ) 2. Pentingnya Penentuan yang Akurat dari Massa Atom Massa atom dapat ditentukan dengan akurasi lebih baik dari satu bagian dalam jutaan dari spektroskop massa modern. Akurasi yang tinggi dibutuhkan dalam menentukan energy ikat inti dan perhitungan energi peluruhan inti. Sebagai contoh, mengingat bahwa peluruhan α dari unsur yang berat seperti 226Ra (Z = 88). Energi berasal dari konversi sebagian massa peluruhan inti induk menjadi energi sesuai dengan hubunga kesetaraan massa dan energi. Peluruhan α dari inti atom dengan persamaan 226 Ra 222 226 Ra mengacu ke bagian inti 222 Rn (Z = 86) sesuai Rn + 4He. Massa dari atom yang berbeda menjadi bagian dari proses sebagai berikut: M (226Ra) = 226.025436 u M (222Rn) = 222.017608 u M (4He) = 4.002603 u Kemudian sesuai dengan persamaan (4.5-2), energy peluruhan α adalah Qα = { M (226Ra) – M (222Rn) – M (4He) } / c2 5 = (226.025436 – 222.017608 – 4.002603) = 0.005225 931.502 931.502 = 4.87 MeV Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa energy peluruhan kurang dari satu bagian dari 40,000 massa peluruhan inti. Kecuali jika massa atom ditentukan dengan banyak akurasi lebih baik daripada ketidakmungkinan berkorelasi mengukur energy peluruhan dengan perubahan massa saat peluruhan. 3. Sistematika Energi Ikat Inti Penentuan akurasi dari massa atom menunjukkan bahwa hal ini sangat dekat dengan bilangan bulat yang sebenarnya nomor massa dari atom, ketika massa ditunjukkan di bagian nomor atom ditunjukkan pada 16 12 C. Hal yang sama juga berlaku jika massa atom C. Mengingat atom 12 C dengan massa atom tepat 12 u. Massa dari banyak atom lainnya, meskipun dekat dengan nomor massa yang sesuai (tidak terpisahkan) akan sedikit berbeda dengannya. Massa dari berbagai atom dapat dilihat pada Tabel 2.2 sebagai berikut: Tabel 2.2 Atom Massa Atom (u) Defek Massa (u) Fraksi Tetal (u) 1 N 1,008665 + 0,008665 - 1 H 1,007825 + 0,007825 - 2 H 2,014102 + 0,014102 + 0,007051 He 4,002603 + 0,002603 + 0, 00006507 12 C 12 0 0 16 O 15,994915 - 0,005085 -0,0003178 P 30,973764 -0,026236 -0,0008463 Co 58, 933189 -0,066811 -0,0011324 74, 921597 -0,078403 -0,0010454 I 126, 90447 -0,09553 -0,0007522 Au 196,96654 -0,03346 -0,00001698 226,02543 + 0,02543 + 0,0001125 4 31 59 75 As 127 197 226 Ra 6 Atom 238 U Massa Atom (u) Defek Massa (u) Fraksi Tetal (u) 238,05082 + 0,05082 + 0,0002135 Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa untuk atom yang sangat ringan dengan A < 20 dan untuk atom yang sangat berat dengan A > 180, massa atom sedikit lebih besar dari nomor massa yang sesuai. Di antara nilai A, massa atom sedikit berkurang daripada nomor massa yang sesuai. Pengukuran massa atom M (A, Z) dari nomor massa (A) cukup signifkan. Perbedaan antara M dan A dikenal sebagai defek massa : (2.4-1) Sebagai contoh, massa atom 4He (4.002603 u) sedikit lebih besar dari nomor massa 4, defek massanya adalah + 0,002603 u. Di samping itu, 75 As memiliki massa atom 74.9215967 u, sedikit lebih kecil dari nomor massa 75. Dan defek massanya adalah -0,078403 u sehingga dengan demikian defek massa dapat bernilai positif atau negatif. Untuk atom yang sangat ringan dan sangat berat, defek massa bernilai positif, sementara di bagian tengah akan bernilai negatif (lihat Tabel 2.2). Defek massa suatu atom dibagi dengan nomor massa dikenal sebagai fraksi tetal (f) yang dikemukakan oleh F. W. Aston sebagai berikut: (2.4-2) Di kolom terakhi Tabel 2.2, terdapat daftar fraksi tetal dari atom yang berbeda. f memiliki tanda yang sama dengan dan bernilai positif untuk atom yang sangat ringan dan atom yang sangat berat. Serta bernilai negatif saat berada di tengah-tengahnya. Dari persamaan (2.4-2), kita dapatkan M (A, Z) = A (1+f) (2.4-3) Telah diketahui bahwa fraksi tetal f secara sistematis dengan nomor massa A yang ditunjukkan pada Gambar 2.1 di bawah ini. Gambar 2.1 Kurva Fraksi Tetal 7 Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa untuk inti yang sangat ringan fraksi tetal bernilai positif dan berkurang secara cepat dengan meningkatnya A. Fraksi tetal bernilai negatif untuk A lebih besar dari 20, mencapai minimum (negatif) pada A ~ 60. Kemudian naik secara perlahan untuk A yang lebih tinggi dan menjadi positif lagi untuk A lebih besar dari 180. Jika energi ikat EB dari atom didefinisikan di persamaan (2.2-3) dibagi dengan nomor massa A, kita dapatkan energy ikat per nucleon dalam inti, yang dikenal sebagai fraksi ikat ( ) dan dituliskan sebagai berikut: (2.4-4) Disini kita dapat mengasumsikan bahwa massa dapat dinyatakan dalam satuan energy sehingga c2 dalam persamaan (2.4-4) dapat dihilangkan. Kita dapat mengestimasi nilai dari untuk beberapa kasus, gunakan nilai massa yang ada di Tabel 2.2. Untuk deuteron (2H), dengan Z = 1, N = 1, (2H) = + MeV (2H) = MeV per nukleon Untuk partikel α (4He), dengan Z = 2, N = 2, (4He) MeV (4He) = MeV per nukleon Untuk inti (16O), dengan Z = 8, N = 8, (16O) MeV (4He) = MeV per nukleon Fraksi ikat dari inti yang berbeda menggambarkan kekuatan relatif energi ikatnya. Kemudian 2H terikat sangat lemah dibandingkan dengan 4He atau 16 O. Sifat variasi untuk inti yang berbeda dengan A dapat dilihat pada Gambar 2.2. 8 Gambar 2.2. Kurva fraksi ikat Berikut adalah poin-poin variasi dari terhadap A adalah sebagai berikut: (a) untuk inti yang sangat ringan adalah sangat kecil dan naik secara cepat dengan A mencapai nilai ~ 8 MeV/nukleon untuk A ~ 20. Lalu naik secara perlahan dengan A mencapai maksimum 8.7 MeV per nukleon pada A ~ 56. Untuk A yang lebih besar, akan menurun secara perlahan. (b) Untuk 20 < A < 180, variasi sangat sedikit, sehingga dapat dianggap mendekati konstan di wilayah yang memiliki nilai rata-rata ~8.5 MeV per nukleon. (c) Untuk inti yang sangat berat (A > 180), berkurang secara berulang-ulang dengan peningkatan A. Untuk inti yang paling besar, mencapai 7.5 MeV/nukleon. (d) Untuk inti yang sangat ringan, terdapat kenaik-turunan secara cepat nilai titik puncak yang diamati dalam variasi 8 . Khususnya . Grafik untuk inti-inti yang genap seperti 4He, Be, 12C, 16O dan lain-lain, sebagai contoh A = 4 n dimana n adalah bilangan bulat. Penampilan puncak menunjukkan stabilitas yang lebih besar dari inti yang sesuai relatif terhadap inti di wilayah terdekatnya. Sifat dari kurva fraksi ikat melengkapi sifat dari kurva fraksi tetal (Gambar 2.1). Jika kita menulis dimana dimana u dan dan u adalah konstan, kemudian kita dapatkan: . Oleh karena itu kita dapatkan (2.4-5) Istilah pertama pada persamaan (2.4-5) hampir konstan khusus untuk yang lebih rendah dari A ketika . 9 Kemudian dan masing-masing bertambah atau berkurang. Karena grafik dari variasi f dengan A ditampilkan secara lengkap. Sesuai dengan nilai minimum dari grafik f vs A, dimana nilai maksimum dari grafik f vs A. Selain itu juga daerah kemiringan negatif untuk A rendah di kasus pertama, sesuai dengan wilayah kemiringan positif di kasus kedua. Untuk A yang lebih tinggi disamping itu, wilayah kemiringan positif di kasus pertama berkorespondensi dengan kemiringan negatif di kasus kedua. Dengan bantuan kurva fraksi ikat dapat memungkinkan menjelaskan secara kualitatif dengan alasan peluruhan α inti yang berat seperti juga yang dilepaskan dalam proses fisi dan fusi. 4. Ukuran Inti Dapat dilihat dari teori Rutherford tentang hamburan partikel α memberikan gambaran tentang ukuran inti yang sangat kecil. Kemudian, Rutherford dan perannya dalam melakukan percobaan hamburan dengan energi partikel α yang relatif besar dan pengamatan dari rumus hamburan Rutherford pada sudut yang besar, sebagai akibat kecil parameter b. Ketika b sebanding dengan jari-jari R, partikel α mulai dipengaruhi oleh gaya inti. Saat rumus hamburan Rutherford berasumsi bahwa gaya yang bekerja pada partikel adalah gaya elektrostatis. Misalkan b = R di persamaan (1.2-7), kita akan mendapatkan sudut batas hamburan yaitu perbandingan penampang hamburan yang diukur ( ) untuk itu dikenal sebagai persamaan Rutherford ( ) akan berbeda dengan satunya. Dengan menggunakan persamaan (1.2-7) kita dapatkan. (2.5-1) dimana Z’ = 2. Untuk , ⁄ =1 Dengan memperhatikan sudut batas dimana anomali hamburan terjadi ( ⁄ ). Rutherford mengestimasi nilai dari jarak inti R untuk beberapa unsur yang ringan, seperti magnesium. Estimasi dari Rutherford ini masih belum akurat. Di tahun-tahun berikutnya banyak metode yang lebih akurat untuk mengukur jarak inti. Seharusnya ketika berbicara tentang jarak inti, kita mengasumsikan bahwa inti berbentuk seperti bola. Hal ini diharapkan karena jarak dekat dari gaya inti. Namun, penyimpangan kecil dari kebulatan inti dapat diamati. Hal ini disimpulkan dari adanya momen quadrupole listrik inti yang bernilai nol untuk inti yang berbentuk bola. 10 Berdasarkan pembahasan tersebut, telah diasumsikan bahwa muatan inti terdistribusi secara merata. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa kerapatan inti bernilai konstan. Bukti eksperimen juga menunjukkan bahwa distribusi materi inti (yaitu proton dan neutron) hampir sama, sehingga kerapatan materi inti adalah konstan. Karena massa inti berbanding lurus dengan nomor massa A, maka dapat dituliskan sebagai berikut: ⁄ seperti, volume inti atau, . Diasumsikan inti seperti bola dengan jarak R, kita dapatkan ⁄ ⁄ sehingga dimana konstan (2.5-2) konstan. Dikenal sebagai parameter jarak inti. Perlu diketahui bahwa jari-jari inti merupakan jarak distribusi massa inti. Ketika parameter muatan ini (seperti nomor atom) Z berbanding lurus dengan nomor massa A dan kerapatan muatan inti hampir sama di seluruh volume inti, distribusi muatan inti +Ze seharusnya mengikuti pola distribusi muatan inti. Oleh karena itu, jari jari muatan dan jari-jari massa dari inti mungkin diperkirakan hampir sama. Hal ini dikarenakan di dalam inti terdapat gaya tarik yang kuat. Terdapat bukti yang kuat untuk menunjukkan bahwa hampir sama untuk kedua jenis nukleon yaitu proton dan neutron, karena distibusi volume inti mengikuti pola yang sama. Sekarang pertimbangkan diagram energi potensial yang ditunjukkan pada Gambar 2.3 untuk partikel bermuatan seperti proton atau partikel α yang ditindaklanjuti oleh gaya tolak elektristatik muatan inti +Ze ketika di luar inti (r > R), sedangkan di dalam inti (r < R) bernilai negatif karena jaraknya dekat dengan gaya inti secara khusus menindaklanjutinya. Disini, r merupakan jarak dari pusat inti. Kita asumsikan bahwa gaya elektrostatis tidak berpengaruh di dalam inti sehingga gaya inti bernilai nol pada permukaan inti r = R. Gambar 2.3. Diagram Energi Potensial Inti 11 Gambar 2.3 menunjukkan bahwa inti dikelilingi oleh potensial Coloumb untuk suatu kejadian partikel bermuatan Z’e untuk r > R. penghalang Di permukaan inti penghalang tinggi diberikan oleh (2.5-3) Untuk inti Uranium dengan Z = 92 dan R = proton, sedangkan m, MeV untuk partikel α dengan MeV untuk m. Secara klasik, partikel bermuatan dengan energi E kurang dari tidak bisa lepas dari inti, juga tidak dapat masuk dari luar. Namun di dalam mekanika kuantum, karena prinsip ketidakpastian, posisi partikel dalam inti tidak dapat didefinisikan dengan baik, oleh karena itu, probabilitas terbatas partikel yang menembus melalui batas jika E < . Jika partikel dengan energi awal +E keluar dari inti mencapai titik r = b dimana kemudian akan ditolak oleh gaya elektrostatis muatan positif dari sisa inti dan akan keluar menjauhi yang terakhir. Jari-jari R, seperti yang sudah didefinisikan sebelumnya, biasanya dikenal sebagai jari-jari potensial, berbeda dari muatan atau jari-jari massa sudah dibahas sebelumnya dan sedikit lebih besar dari yang terakhir. Jarak muatan secara langsung dapat diukur. Hal tersebut dapat ditentukan dengan beberapa metode yang didasarkan pada hamburan energi elektron yang tinggi (>100MeV) paling akurat. Selain itu, ada beberapa metode yang lainnya. Jarak potensial harus ditentukan secara terpisah, karena sifat gaya inti secara khusus atau jaraknya tidak diketahui secara tepat. Jarak inti biasanya dinyatakan dalam satuan m dari konversi internasional yang dikenal sebagai femtometer, bisa disingkat fm meskipun namanya belum umum, namun fermi lebih sering digunakan. Jarak kuadrat rata-rata dari distribusi muatan inti dapat didefinisikan sebagai berikut: ∫ ∫ dimana (2.5-4) adalah rapat muatan inti. Untuk bola pejal bermuatan ( = konstan) pada jarak R, sehingga dapat dituliskan, (ketika = 0 untuk r > R) ∫ ∫ 12 Sehingga, (2.5-5) 5. Pengukuran Jari-Jari Muatan (i) Percobaan Hamburan Elektron Hamburan energi elektron yang tinggi dari inti merupakan metode secara langsung untuk mengukur jarak muatan inti dan sifat dari distribusi muatan inti. Hal ini dikarenakan tidak ada gaya inti yang khusus pada elektron. Hanya gaya tarik Coloumb karena muatan inti mengenainya. Jika panjang gelombang de Broglie elektron lebih kecil dibandingkan jari-jari inti, maka percobaan hamburan elektron dapat mengungkap sangat detail tentang distibusi muatan inti. Sekarang kita tinjau dari teori dualisme gelombang partikel de Broglie, panjang gelombang relativitas elektron oleh massa diam total , sehingga didapatkan energi sebagai berikut: { } ⁄ dimana eV = Ek adalah energi kinetik elektron, e adalah muatannya. Substitusikan nilai c, h, e dan maka kita dapatkan { } ⁄ dengan V dalam volts. Untuk elektron dengan energi kinetik Ek = 200 MeV, V = volts, sehingga didapatkan dan m = 1 fm Hasil tersebut jauh lebih kecil dari jari-jari inti yang sebenarnya. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan elektron dengan energi ratusan MeV dapat mengungkapkan secara detal mengenai distribusi muatan inti. Pencetus percobaan hamburan elastis elektron oleh inti dilakukan oleh R. Hofstadter dan sekelompoknya dari Standford University di U.S.A menggunakan akselerator linier (SLAC), menghasilkan berkas elektron dengan energi mencapai 550 MeV. Percobaan mereka dapat dipahami melalui Gambar 2.4. 13 Gambar 2.4. Eksperimen Hamburan elektron energi tinggi. A – Akselerator; B – Balok penyumbat; M1,M2 – Magnet pembelok; S = Celah Pengumpul; T = Ruang hamburan; P = Spektrometer; C = Beton Perisai Berkas elektron energi tinggi dari akselerator linier A dibelokkan oleh magnet M1 dan dikotak-kotakkan oleh celah sistem S. Pembelokan magnet M2 kemudian mengarah ke berkas di dalam ruang hamburan T. Berkas elektron yang tersebar secara elastis kemudian dianalisis dengan spektrometer magnetik besar P. Mekanika kuantum mengungkapkan perbedaan penampang melintang hamburan relativitas elektron dari target putaran yang kurang di tengah oleh sudut massa yang diperoleh dari { dimana } adalah penampang melintang hamburan dan (2.6-1) adalah Mott penampang hamburan elastis dari titik muatan +Ze dan diperoleh dari ( ) (2.6-2) E merupakan energi dari elektron pada sistem C.M. Persamaan (2.6-2) hanya untuk unsur Z yang rendah. F(q) dikenal sebagai form factor dimana memberikan perbandingan dimana penampang melintang hamburan akan berkurang ketika muatan +Ze tersebar melebihi batas volume. Karena interferensi destruktif diantara gelombang hamburan elektron dari bagian yang berbeda dari inti target, F(q) < 1. Dengan mengguakan metode aproksimasi oleh mekanika kuantum, didapatkan ∫ (2.6-3) ∫ 14 dimana, (2.6-4) adalah ukuran perpindahan momentum dalam hamburan elastis. |q| bergantung pada sudut hamburan dan diperoleh oleh | | (2.6-5) adalah rapat muatan dalam inti dan eksponensial faktor fase pada volume yang besar. Faktor bentuk F(q) jelas sama dengan transormasi Fourier oleh rapat muatan. Dapat ditentukan secara langsug dengan percobaan hamburan dari perbandingan . Kemudian menggunakan kebalikannya transformasi Fourier, secara mungkin dapat menentukan . Hal ini memungkinkan jika pengukuran dilakukan dengan sejumlah sudut yang cukup besar. Ketika tidak memungkinkan, suatu bentuk distribusi kerapatan, harus diasumsikan paling sesuai dengan data eksperimen yang diperoleh dengan menyesuaikan parameter yang dinyatakan. Suatu bentuk yang sangat cocok untuk dapat diperoleh melalui (2.6-6) { } Ini dikenal sebagai distribusi Fermi. Parameter dan a disesuaikan untuk mendapatkan yang paling sesuai dengan data eksperimen. Distribusi kerapatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.5. Gambar 2.5. Distribusi Fermi untuk Rapat Muatan Inti Jelas untuk Sedangkan , dimana adalah rapat muatan di pusat (r = 0). adalah setengah nilai jari-jari. Parameter a menentukan ketebalan 15 kulit inti, yang merupakan ketebalan jatuh dari 0.9 di permukaan inti, yang muncul menjadi t = 4.4 a. Jika kita memperkirakan distribusi oleh distribusi muatan yang sejenis, kemudian setara dengan jarak dapat kita tuliskan sebagai dimana m untuk A < 50 dan m untuk A > 50. Hal ini menegaskan bahwa materi inti didistribusikan hampir sama dalam volume inti, jika kita mengasumsikan bahwa massa dan jari-jari muatan sama. Nilai dari a dianggap sama untuk semua inti, yaitu m = 0.5 fm. Massa dari data eksperimen sejauh ini yang dikumpulkan menunjukkan bahwa untuk inti berbentuk bola dengan A > 15, distribusi muatan memiliki inti dengan kerapatan yang sama, dikelilingi oleh kulit yang tebal 2.3 fm. Jarak jari-jari tengah kerapatan maksimum fm. Untuk , tidak ada inti yang sama dan kerapatannya menurun dengan stabil seiring bertambahnya r. Ada beberapa indikasi bahwa untuk semua inti ada sedikit penurunan kerapatan di dekat pusat inti. Selanjutnya, rapat muatan di daerah inti sedikit mengalami penurunan seiring meningkatnya Z. Seperti yang dinyatakan sebelumnya, distribusi materi inti sangat mirip dengan muatan inti. Di Gambar 2.6 (a) dan (b) kita dapat membandingkan muatan inti dan distribusi muatan inti untuk ketiga inti , dan . Pada tabel 2.3 dapat dilihat perbedaan parameter untuk distribusi materi inti. Tabel 2.3 R1/2 (fm) a (fm) R/A1/3 (fm) O 2,61 0,513 1,04 Ag 5,33 0,523 1,12 6,65 0,526 1,12 Inti 16 109 208 Pb Asumsikan bahwa distribusi massa sama, jika kita tuliskan kemudian dari data eksperimen diperoleh jari-jari distribusi massa yang sejenis fm dan nukelon per fm3. Rapat massa inti kira-kira sama di 16 semua pusat inti. Hal itu sedikit meningkat dengan A dan cenderung ke nilai terbatas 0.17 nucleon/fm3. Gambar 2.6. Eksperimen menentukan (a) muatan inti dan (b) distribusi inti (ii) Metode Sinar-X Muonik Terdapat beberapa metode alternatif dalam menentukan kuadrat jari-jari dari distribusi muatan inti. Salah satu diantaranya adalah menggunakan sinar-X mesonik. Salah satunya adalah muon (sebelumnya dikenal sebagai – meson). Muon membawa satu satuan muatan elektron. Yaitu muon positif dan negatif dan yang telah diketahui. Ada yang lebih berat dari elektron, yang memiliki massa diam sekitar 207 dimana adalah massa elektron. Mereka mengalami interaksi yang sama dengan inti dan elektron sehingga hanya gaya elektrostatik Coloumb yang disebabkan oleh muatan inti yang bekerja padanya. Khususnya gaya inti (gaya yang kuat) tidak mempengaruhinya. Ketika seberkas mengenai materi, beberapa diantaranya dengan mudah ditangkap di orbit elektron di sekitar inti penangkap atom yang membentuk atom muonik. Jari-jari orbit muonik jauh lebih kecil daripada orbit elektron, menjadi lebih kecil dikarenakan oleh faktor ⁄ ⁄ . 17 Kita ketahui dari teori Bohr tentang spektrum atom hidrogen yang menyatakan bahwa jari-jari orbit elektron ke-n adalah Dimana Ze adalah muatan inti. Jadi jari-jari orbit muonik dapat dituliskan sebagai berikut: (2.6-7) Kita asumsikan bahwa muatan inti e berada tepat di pusat. Untuk unsur yang lebih besar seperti emas (Z = 79), jari-jari muonik orbit-K (n = 1) akan menjadi Ada yang lebih kecil dari jari-jari atom emas dimana Dengan demikian, orbit muonik K dapat diperkirakan sepenuhnya terletak di dalam inti untuk kasus atom-atom yang berat. Ketika muon tertangkap oleh atom, ia berpindah dari orbit luar yang terikat lemah ke orbit dalam yang terikat kuat. Selama proses berlangsung, radiasi elektromagnetik dipancarkan. Namun, energi radiasi tersebut jauh lebih tinggi daripada dalam kasus transisi elektron. Energi pada orbit ke-n, dimana dapat dituliskan sebagi berikut. (2.6-8) Demikian orbit-K dari atom emas, energi orbital oleh akan menjadi Hal ini menunjukkan bahwa radiasi yang dipancarkan oleh transmisi dalam atom muonik akan terletak di bagian sinar-X yang sangat pendek. Dari pengukuran energi sinar-X ini, memungkinkan untuk memperkirakan energi ikat muon dalam orbit yang berbeda. Namun, energi ikat dalam orbit tertentu akan sangat berkurang jika muatan inti tersebat di daerah yang terbatas sehingga sebagian dari fungsi gelombang muon yang ditangkap terletak di dalam inti. Pengurangan energi diharapkan untuk suatu muatan inti dapat secara teoritis berkorelasi dengan kuadrat jari-jari dari distribusi muatan inti. Sebagai contoh, untuk atom Pb dengan transisi menghasilkan emisi dari energi pancaran e.m sebesar 6.02 MeV 18 sedangkan itu diharapkan titik inti sebesar 16.4 MeV. Perhitungan biasanya menggunakan asumsi distribusi muatan inti secara khusus. Parameter jari-jari inti memperkirakan dari pengukuran sinar-X muon adalah kesepakatan yang tepat dengan percobaan hamburan elektron: (iii) Metode Cermin Inti Metode ketiga ini memperkirakan jari-jari muatan inti didasarkan pada studi energitika dalam transformasi dan , dan dari inti cermin. Pasangan isobarik inti, seperti , dan lain-lain dikenal sebagai cermin inti. Jumlah proton (Z) dan jumlah neutron (N) di dalamnya dipertukarkan dan berbeda dengan bagian satunya sehingga nomor massanya adalah A = 2 Z – 1 dimana Z adalah nomor atom dari anggota pertama dari pasangan, dan yang lain memiliki nomor atom (Z – 1). Anggota pertama setiap pasangan biasanya aktif dan mengalami transformasi menjadi yang kedua. Seperti yang dibahas di bab IV, semua massa inti ditunjukkan dengan baik oleh persamaan semi-empiris yang dikenal sebagai persamaan massa Bethe-Weizsacker, yang bermuatan bergantung pada tolakan Coloumb antar proton. Jika transfomasi energi dihitung menggunakan persamaan, kemudian secara linier dengan jari parameter inti. adalah penemuan , konstanta proporsionalitas tergantung pada nilai , jari- diperkirakan dari hasil penemuan yang tepat dengan yang diperkirakan oleh banyak metode yang telah dibahas sebelumnya. Pengukuran dengan metode yang berbeda dari jari-jari muatan memberikan nilai rata-rata jari-jari sebesar ( ⁄ ) . Seperti yang telah diketahui sebelumnya, hal ini sedikit bergantung pada A. 6. Pengukuran Jari-jari Potensial Potensial dimana gaya berasal dari jarak pendek dan memiliki kemiringan yang tajam di tepi inti. Hal itu berasal dari interaksi antar nukleon yang kuat dengan jarak dekat. Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa tidak bergantung pada sifatnya (misalnya keadaan muatan) dari nukleon, sehingga gaya p-p dan n-n adalah sama (muatan simetri). Selain itu, gaya p-n juga sama dalam keadaan kuantum yang sama (‘S): 19 jelas untuk inti yang kompleks, khususnya interaksi inti akan memperluas hingga jarak urutan yang sama seperti jarak interaksi antar nukleon di luar jari-jari R0 dari distribusi muatan inti. Ini merupakan jari-jari yang ditunjukkan dalam diagram energi potensial (Gambar 2.3) dan dikenal sebagai jari-jari potensial, dengan demikian sedikit lebih besar dari R0. Kita dapat mendiskusikan mengenai dua medote yang berbeda tentang pengukuran jari-jari potensial. (i) Waktu Hidup Emitor Alfa Secara historis, metode paling awal dalam memperkirakan jari-jari potensial didasarkan pada studi tentang peluruhan alfa inti berat seperti 238 U, 226 Ra, dan sebagainya. Peluruhan alfa oleh inti berat terjadi karena penetrasi penghalang potensial Coloumb yang mengelilingi inti. Teori yang lebih rinci akan dibahas di bab IV. Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas penetrasi penghalang (transmisi coefisien) diperoleh dari (2.7-1) dimana, ⁄ ( ) { √ √ } (2.7-2) dimana R adalah jari-jari inti (jari-jari potensial) dan b adalah jarak dari pusat ke titik dimana energi partikel α sama dengan energi potensial Coloumb . Disini, Z merupakan nomor atom dari sisa inti, M dan 2e adalah massa dan muatan partikel α; r ditentukan dari pusat inti. Jika n menjadi frekuensi tumbukan partikel α terhadap dinding inti di dalam inti, maka probabilitas penetrasi penghalang per detik adalah p = n T. Selanjutnya, kebalikan dari ini adalah waktu hidup rata-rata peluruhan α dapat diukur melalui (2.7-3) Demikian pengukuran waktu hidup mungkin memperkirakan jari-jari potensial R. Dapat ditulis ⁄ seperti sebelumnya, jari-jari potensial bernilai . Perlu dicatat bahwa meskipun persamaan teoritis tersebut tidak menunjukkan masa hidup peluruhan alfa secara akurat dan dapat menyimpang dengan beberapa urutan besarnya dari nilai eksperimen, ia memberikan perkiraan yang jauh lebih tepat dari jari-jari inti R, bahkan dari pengetahuan sebelumnya . 20 diperkirakan dengan metode agak lebih tinggi dari itu untuk parameter jarijari muatan atau massa. Perbaikan jari-jari terbatas oleh partikel α memberikan jari-jari sisa inti seperti dimana dapat ditunjukkan melalui persamaan ⁄ Untuk parameter baru (2.7-4) (ii) Percobaan Hamburan Neutron Dalam percobaan ini, sinar mono-energetik dari neutron cepat dibiarkan berserakan oleh inti. Karena neutron terutama berinteraksi secara khusus inteaksi inti yang kuat dengan inti. Metode ini sebenarnya mendeteksi tepi sumur potensial inti, hal ini menunjukkan bahwa penampang melintang toal untuk neutron diperoleh dari (2.7-5) , terjadi pada energi yang tinggi, ƛ dimana panjang gelombang de Broglie sama dengan ⁄ . Selain itu, energi yang tinggi tersebut penampang melintang neutron yang diserap diperoleh dari dengan asumsi inti hitam sempurna yang menyerap semua neutron yang jatuh diatasnya. Pengukuran dari penampang melintang tersebut memberikan jari-jari parameter yaitu . Pengukuran neutron biasanya sulit, jadi pengukurannya menggunakan partikel bermuatan yang berinteraksi kuat dengan inti dalam jarak yang dekat, seperti partikel α atau proton hingga beberapa ratus MeV juga telah dilakukan. Dalam percobaan partikel α, sudut kritis hamburan dimana penyimpangan dapat diamati dari hamburan Rutherford diukur. dapat dikorelasikan dengan jarak kritis dimana pengaruh dari gaya inti secara khusus mulai dirasakan. Dalam percobaan hamburan elastis proton (5 ke 200 MeV), pola difraksi diamati pada perluasan di luar tepi inti. Bentuk spesifik dari potensial inti diasumsikan sesuai dengan data eksperimen. Bentuk potensial berikut koleh Woods and Saxon (potensial optik) biasanya digunakan untuk menganalisis data. {( ⁄ ) } (2.7-6) 21 Hal ini memiliki ketergantungan radial yang sama dengan distribusi muatan fermi yang telah dibahas pada sub bab 2.5. sebelumnya. Nilai ⁄ dan a memiliki arti yang sama berasal dari data eksperimen. Jari-jari potensial sebesar 0.7 fm lebih besar dari jari-jari muatan yang dapat diambil dengan kisaran ukuran gaya inti. Kita dapat menyimpulkan dari hasil perbedaan pengukuran yang berbeda sebagai berikut: (a) Distribusi massa : . (b) Kesetaraan kuadrat untuk distribusi muatan: . (c) Potensial optik : . 7. Spin Inti Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, inti secara kompleks terdiri dari proton dan neutron yang secara kolektif dikenal sebagai nukleon. Proton dan neutron masingmasing memiliki spin momentum sudut 1/2, sama seperti elektron. Selain itu, nukleon juga memiliki momentum sudut orbital yang terkuantisasi oleh pusat massa inti, seperti elektron di dalam atom. Dengan demikian, momentum sudut I yang dihasilkan oleh inti merupakan penjumlahan vektor dari momentum sudut orbital L dan spin momentum sudut S dari inti: (2.8-1) Mekanika kuantum mempertimbangkan bahwa orbital total dan spin momentum sudut dari inti diperoleh dari Selama pengukuran, komponen terbesar dari momentum sudut sepanjang arah medan listrik atau magnet yang ditentukan. Untuk tiga kasus yang disebutkan di atas, masing-masing memiliki besaran I, L dan S dalam satuan ђ. Spin momentum sudut yang dihasilkan oleh inti diperoleh dengan penjumlahan vektor dari spin nukleon sendiri: ∑ . Sama halnya, S dapat berupa integral atau setengah inetegral, tergantung pada apakah jumlah nukleon A dalam inti genap atau ganjil. Dengan demikian, momentum sudut toal I dari inti dapat berupa integral (untuk A genap) atau setengah integral ganjil (untuk A ganjil). Hal ini sesuai dengan pengamatan. 22 Momentum sudut total inti I biasanya disebut sebagai spin inti. Pengkuran spin keadaan dasar dari inti menunjukkan bahwa untuk Z genap N genap, spin inti selalu bernilai nol (I =0). Hal ini menunjukkan bahwa ada kecenderungan nukleon di dalam inti untuk membentuk pasangan dengan momentum sudut yang sama dan berlawanan yang memecah pasangan untuk nukleon yang sama. Hal penting lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa nilai-nilai terukur dari spin keadaan dasar dari inti merupakan bilangan bulat kecil atau setengah bilangan bulat ganjil. Nilai terukur tertinggi adalah 9/2 yang kecil dibandingkan dengan jumlah nilai absolut Ii dan Si dari semua nukleon tunggal yang berada di dalam inti. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan di atas mengenai pembentukan pasangan dalam inti. Sebagian besar nukleon dari kedua jenis tersebut tampaknya membentuk sebuah inti di mana bahkan jumlah proton dan neutron dikelompokkan berpasangan dengan spin nol dan momen sudut orbital sehingga inti itu sendiri memiliki total momentum sudut nol. Beberapa nukleon yang tersisa di luar inti menentukan spin inti yang dengan demikian sejumlah kecil, integral, atau setengah integral ganjil. Metode untuk mengukur spin pada keadaan dasar inti akan dibahas lebih lanjut di sub bab 8.10. Spin keadaan tereksitasi dari inti disimpulkan berdasarkan disintegrasi inti dan data reaksi inti. Rumusan Spin Pauli Dapat disebutkan disini bahwa spin dari spin ½ partikel seperti nukleon yang bergerak secara non-relativistik diperlakukan berdasarkan teori Pauli. memperkenalkan operator spin yang dirilis ke vektor spin s melalui hubungan memiliki tiga komponen , dan dimana matriks Pauli ( ) ; (matriks Pauli) diperoleh dari ( ), Kemudian ( ), ( ) dimana matriks unit matriks (2.8-2) (1). Dua keadaan partikel (spin atas dan spin bawah) terdiri dari dua komponen spin Pauli. ( ) , Operator dan ( ) (2.8-3) oleh matriks Pauli memberikan hasil yang dapat diverifikasi oleh perkalian matriks secara langsung: (2.8-4) 23 Kita juga dapatkan Sehingga diperoleh ( ) ( ) (2.8-5) Dan (2.8-6) Demikian dan masing-masing merupakan vektor-eigen oleh dan dan menjadi nilai-eigen ⁄ , tanda plus sesuai dengan spin keadaan atas dan tanda minus sesuai dengan spin keadaan bawah. Komponen dari anti pembalik , sehingga diperoleh , (2.8-7) Kita lanjutkan menjadi , , (2.8-8) Selanjutnya diperoleh , , (2.8-9) 8. Paritas Inti Kita membahas tentang paritas fungsi gelombang di Vol.1. Jika kita merefleksikan sistem koordinat pada titik asal, yaitu, berubah dari x, y, z ke -x, -y, -z, maka fungsi gelombang dari sistem fisika berubah dari menjadi . Itu ditunjukkan pada sub bab 11.18 dalam Vol.1, bahwa jika Hamiltonian tetap invarian di bawah inversi ruang, maka fungsi gelombang yang berubah dapat dikaitkan dengan fungsi gelombang asli dengan dua cara yang berbeda : (2.9-1) atau, (2.9-2) Dalam kasus pertama fungsi gelombang dikatakan memiliki fungsi paritas genap sedangkan dalam kasus kedua memiliki fungsi persamaan ganjil. Paritas, sebagaimana didefinisikan di atas, tergantung pada keadaan sistem gerak dalam mekanika kuantum. Seperti yang terlihat dalam Vol.1, dalam kasus partikel yang dikenai oleh gaya pusat, paritas ditentukan oleh bilangan kuantum azimuth l, menjadi genap untuk l = 0 atau genap dan ganjil untuk l = genap. 24 Terlepas dari paritas orbital, partikel-partikel dasar dapat memproses paritas intrinsik. Hal ini terkait dengan inversi dari beberapa sumbu internal partikel. Ini sebenarnya didefinisikan secara relatif. Dengan konvensi, nukleon dianggap memiliki paritas genap. Kemudian difiksasi untuk partikel lain sedemikian rupa sehingga dalam interaksi antara partikel yang melibatkan gaya inti atau elektromagnetik yang kuat, Paritas total yang dimaksud adalah hasil dari paritas orbital dan intrinsik. 9. Statistik Inti Konsep penetapan statistik untuk partikel-partikel dasar dibahas di Bab XX pada Vol.1. Dalam kasus partikel sub atomik yang diatur oleh hukum mekanika kuantum, fungsi gelombang dari sistem dua partikel identik adalah simetris anti-simetris dalam pertukaran koordinat dari dua partikel. Jika dengan pertukaran seperti itu, tanda fungsi gelombang tidak berubah, kita mendapatkan fungsi gelombang simetris dan statistik kuantum yang dihasilkan dikenal sebagai statistik Bose-Einstein. Dalam kasus terbalik, ketika tanda fungsi gelombang berubah sebagai hasil dari pertukaran, kita memiliki fungsi gelombang anti simetrik dan statistik yang dihasilkan disebut statistik FermiDirac. Semua partikel dasar (atau penyusunnya) dapat dikelompokkan menjadi dua kelas. Kelas partikel yang memiliki spin 0 atau integral menurut statistik B-E dan dikenal sebagai boson sedangkan partikel yang memiliki putaran (1/2, 3/2, ...) menurut statistik F-D disebut fermion. Dalam kasus yang terakhir, partikel memenuhi prinsip larangan Pauli, sehingga tidak ada dua partikel yang dapat menempati keadaan kuantum yang sama. Dalam kasus pertama (yaitu untuk boson), partikel tidak memenuhi prinsip eksklusi dan sejumlah dari mereka dapat menempati keadaan kuantum yang sama. Statistik dihasilkan dari reaksi inti. 10. Momen Dipol Magnetik Inti Seperti elektron, proton dan neutron memiliki momen dipol magnetik intrinsik. Nilainilai yang diukur dari momen magnetik proton dan neutron adalah dimana, (2.11-1) 25 disebut magneton inti. e dan M adalah muatan dan massa proton. magneton Bohr adalah sama dengan yang merupakan satuan momen magnet atom yang dibahas dalam sub bab 6.2 padaVol. 1. jauh lebih kecil daripada 1/1836 bagian dari yang terakhir. Karena , yang hanya , kita peroleh Nilai numerik di atas menunjukkan bahwa momen magnetik proton dan neutron berurutan 10-3 kali momen magnetik elektronik, yang sama dengan magnet Bohr ( . Karena inti terdiri dari proton dan neutron, momen magnetik inti juga jauh lebih kecil daripada momen magnetik, yang terakhir adalah urutan momen magnetik elektron. Kecuali untuk koreksi kecil, momen magnetik elektronik diprediksi dengan benar oleh teori relativistik mekanika kuantum dari elektron yang dikemukakan oleh P.A.M. Dirac. Jika gerakan proton dijelaskan oleh teori yang sama, maka proton harus memiliki momen magnet ( . Namun tidak demikian, lebih besar dari . Selanjutnya neutron menjadi partikel yang tidak bermuatan, biasanya tidak diharapkan memiliki momen magnet. Sekali lagi ini tidak benar dan memiliki besaran lebih besar dari . Nilai- nilai anomali dari momen magnetik proton dan neutron dapat dipahami, setidaknya secara kualitatif, berdasarkan teori meson (lihat Bab XVII). Perlu dicatat bahwa momen magnetik proton dan neutron terkait erat dengan spin momen sudut intrinsiknya, yang diberikan oleh , dengan . hal itu ditunjukkan pada sub bab 6.3 Vol 1, bahwa perbandingan momen magnetik untuk spin momentum sudut elektron dimana diberikan oleh menjadi faktor Lande. Itu memiliki nilai . Jumlah r.h.s. dari persamaan di atas adalah perbandingan gyromagnetic untuk gerakan spin elektron. Faktor pada awalnya diperkenalkan oleh S.Goudsmit dan G.E Uhlenbeck atas dasar ad hoc tetapi kemudian menemukan kebenaran dari teori elektron Dirac. 26 Dalam kasus proton dan neutron, kita dapat menulis, analogi dengan Persamaan (2.11-3) (2.11-4) Substitusikan nilai dari dan , maka kita dapatkan , (2.11-5a) , (2.11-5b) Perbandingan dengan Persamaan (2.11-1) memberikan (2.11-6) Persamaan (2.11-5) dapat dituliskan dalam bentuk vektor (dalam magneton inti), yaitu dan Jumlah → (2.11-7a) → (2.11-7b) merupakan operator spin Pauli yang muncul pada persamaan (2.11-2) adalah negatif karena tanda negatif dari muatan listrik. Secara klasik, rotasi elektron berlawanan arus ke arah rotasi. Loop arus menimbulkan momen magnetik yang tegak lurus terhadap bidang loop yang diarahkan berlawanan berlawanan dengan dengan momentum sehingga sudut terkait dengan rotasi yaitu adalah negatif. Untuk proton, karena muatan positif, arah dari sama dengan , sehingga adalah positif. Tanda negatif dari jelas menunjukkan bahwa berlawanan dengan . Untuk inti yang kompleks, momen magnetik intrinsik dari semua proton harus secara vektor ditambahkan untuk memberikan resultan ∑ → . Di samping itu, rotasi orbit proton juga akan memberikan kontribusi untuk momen magnetik bersih inti sebesar ∑ ( ) . Terakhir dapat didefinisikan dengan cara yang sama seperti dalam kasus gerak orbital dari elektron. Jika pl menjadi momentum sudut orbital dihasilkan karena gerakan orbital dari proton, maka kita dapat menulisnya sebagai 27 Dengan menuliskan pL = L , kita dapatkan (2.11-8) L merupakan nomor bilangan quantum momentum sudut orbital. Untuk orbital gerak proton = 1 seperti pada elektron, jadi (2.11-9) L dapat hanya berupa nilai integral atau bernilai 0. Tidak terdapat kontribusi momen magnetik inti yang berasal dari gerakan orbital dari neutron ( = 0 untuk neutron). Oleh karena itu momen magnetik yang dihasilkan dari inti diperoleh dengan penambahan vektor dari tiga kuantitas vektor ∑ → , ∑ → , ∑ → i Seperti dibahas dalam Sub Bab 2.8, proton dan neutron cenderung dari pasangan dengan spin berlawanan sejajar, sehingga menghasilkan resultan spin 0. Pasangan tersebut juga akan memiliki momen magnetik nol. Oleh karena itu momen magnetik bersih inti akan ditentukan oleh nukleon luar Z - inti N yang momen magnetik bersih adalah nol. Seperti dalam kasus spin inti, hal ini membuat nilai momen magnetik inti sebanding dengan proton atau momen magnetik neutron. Metode eksperimental untuk penentuan momen dipol magnetik inti akan dibahas di Bab VIII. 11. Momen Elektrik Inti Inti atom adalah badan bermuatan positif dari dimensi terbatas. Seperti diketahui, potensi elektrostatik distribusi azimuth simetris muatan listrik dapat diperluas secara urut pada 1/r, dimana r merupakan jarak pada titik dimana potensial diukur dari asal sistem koordinat. ∑ (2.12-1) Dimana Pn's adalah polinomial Legendre pada urutan yang berbeda. Istilah yang berbeda dalam ekspansi sesuai dengan potensi karena multipol listrik dari urutan yang berbeda terletak pada titik asal. Jadi istilah pertama sesuai dengan potensi karena adanya monopole listrik yang tidak lain adalah titik c muatan + Ze, Z menjadi nomor atom. Istilah kedua dalam ekspansi sesuai dengan potensi karena adanya dipol listrik. 28 Hal ini diketahui bahwa momen dipol listrik dari sistem dua muatan yang sama dan berlawanan ± q yang dipisahkan oleh jarak yang sangat kecil d diberikan oleh p = qd. Karena inti terdiri dari proton bermuatan positif (masing-masing muatan +e) dan neutron yang netral, perpindahan pusat massa dari dua jenis partikel akan menyebabkan momen dipol listrik muncul dalam nukleus. Besarnya untuk inti Z nomor atom akan p = Zed. Sebenarnya proton didistribusikan ke seluruh volume. Dengan asumsi distribusi yang kontinu muatan inti dengan kerapatan (r'), proyeksi momen dipol sepanjang sumbu zyang diberikan sebagai berikut ∫ Dimana integrasi dievaluasi berdasarkan volume seluruh inti. Kepadatan muatan (r') dapat ditulis sebagai (2.12-2) (2.12-3) ∑ Dimana Pi (r') adalah probabilitas dari proton i th berada di r', Pi dapat ditulis dalam bentuk fungsi gelombang Ψ Dimana = (2.12-4) | ∫| termasuk . Integrasi dilakukan pada koordinat semua nukleon kecuali I th. Sehingga | ∑∫ Dimana | (2.12-5) merupakan volum unsur pada koordinat semua nukleon termasuk ith, yaitu = Berdasarkan menurut hukum kekekalan paritas. | | | | Jadi integran pada persamaan (2.12-5) merupakan fungsi ganjil, karena z'i adalah fungsi ganjil. Maka integral hilang. Jadi kita mendapatkan hasil penting bahwa momen dipol listrik dari inti dalam keadaan dasar hilang. Hal ini juga berlaku untuk semua non-degenerate pada keadaan tereksitasi dari inti. Argumen di atas juga berlaku untuk saat listrik statis dari semua urutan ganjil (misalnya, saat octupole) ang dikarenaka semua nol untuk inti. 29 Demikian juda hal tersebut dapat menunjukkan bahwa momen magnetik statis bahkan urutan semua nol untuk inti. 12. Momen Listrik Kuadrupole Istilah ketiga dalam ekspansi (2.12-1) sesuai dengan potensi saat momen quadrupole listrik Q dari distribusi muatan yang simetris silindris terletak pada sistem koordinat asal. Sistem muatan sederhana yang memiliki momen kuadrupol listrik dapat dihasilkan oleh perpindahan dari suatu dipol listrik dengan dirinya sendiri dengan tanda momen dipol p terbalik, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.7 a. Saat kuadrupol yang diberikan oleh Q = 2pd’ dimana d’ adalah perpindahan. Jadi Q = 2q dd’. Karena d dan d’ keduanya diukur dalam satuan panjang, dd’ memiliki dimensi area (m2) yang juga diambil sebagai satuan Q. Gambar 2. 7. Momen listrik kuadropol pada distribusi muatan yang berbeda-beda. (a) Dua dipol berlwanan (b) Distribusi muatan bola (Q0 = 0). (c) Bulat tersebar (Q0 > 0). (d) Bulat pepat (Q0 < 0) Kita bedakan ketika momen kuadropol intrinsik inti Q0 dari ketika momen kuadrupol diamati Q. Q0 didefinisikan oleh hubungan (2.12-6) ∫ Dimana integrasi dilakukan pada volume seluruh inti. r’ (x’, y’, z’) diukur dari pusat massa inti. Inti diasumsikan memiliki sumbu simetri bersama z’; e adalah jumlah muatan masing-masing proton. Penjelasan untuk Q0 dibagi dengan e sehingga satuannya adalah (panjang)2. Q0 biasanya diukur dalam barn: 1 barn = 10-28 m Untuk distribusi muatan bulat simetris ∫ ∫ (2.12-7) 30 =∫ ∫ Persamaan (2.12-6) kemudian menjadikan Q0=0 untuk inti bulat yang I = 0 (lihat Gambar 2.7 b) Dengan demikian non-nol momen kuadropol memberikan ukuran dari bentuk inti bulat Untuk inti non-sferis, kita bedakan antara momen kuadropol intrinsik Q0 dan momen kuadrupol diamati Q. Q0 diukur dalam kerangka acuan, yang tetap pada inti. Q disisi lain, diukur dalam kerangka acuan tetap di laboratorium. Keduanya terkait oleh persamaan (2.12-13). Persamaan (2.12-6) dan (2.12-7) menunjukkan bahwa untuk inti dalam bentuk bulat yg tersebar luas, memanjang sepanjang z’–axis (berbentuk cerutu), Q0 > 0 (lihat Gambar 2.7 c) karena dalam kasus ini ∫ (2.12-8) Di sisi lain untuk inti dalam bentuk suatu bulat pepat (berbentuk pancake) ∫ (2.12-9) Jadi Q0 < 0 untuk inti (lihat Gambar 2.7 d) Pengukuran untuk deuteron, Q0 mili-barn (mb) = +2,82 x 10-31 m2. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi muatan dalam inti 2H memiliki bentuk bulat yg tersebar luas. Kuadrupol pertama kali ditemukan dalam deuteron dari pengamatan pada struktur hyperfine dari garis spektrum atom. Interaksi saat kuadrupol inti listrik dengan medan listrik homogen karena distribusi elektron atom menghasilkan pembelahan hyperfine tambahan, yang berawal dari aturan interval yang diikuti oleh hyperfine biasa dikeluarkan karena interaksi antara momen magnetik nuklir dan momen magnetik atom (lihat Bab VIII.). Mekanis quantum Q didefinisikan sebagai nilai harapan Q1 dari Q yang ditentukan oleh nilai harapan (3z’2 – r’2) untuk distribusi muatan yang diberikan untuk bentuk M1 = I dimana M1 adalah proyeksi I sepanjang z arah tertentu dalam ruang. Jelas M1 = I adalah proyeksi maksimum I sepanjang arah yang diberikan. Karena besarnya I2 adalah (I + 1), vektor I tidak pernah bisa lurus di sepanjang z. 31 Seperti yang telah kita lihat di atas, nilai Q1 hilang pada I =0 dan I = . Nilai Q1 diukur dari variasi -8 barn untuk 123Lu (Z = 71) sampat – 0,1 barn untuk 123Sb (Z = 51). Momen kuadropol pada distribusi muatan elipsodal Biarkan z menjadi sumbu simetri dari ellipsoid (lihat Fig.2.8a) yang memiliki semisumbu a dan b seperti yang ditunjukkan pada gambar. Dengan asumsi distribusi muatan seragam dengan kerapatan , untuk muatan nukleus +Ze Gambar 2.8. (a) Distribusi muatan Ellipsodal dengan bentuk simetris tetap pada axis (z’) (b) transformasi pada koordinat kutub silinder Persamaan untuk elipsoida adalah Pada koordinat polar silinder yang ditunjukkan pada Gambar 2.8 b persamaannya berkurang menjadi Dimana . Sehingga ( ) Momen kuadropol pada sistem koordinat tetap adalah ∭ 32 ∭( ) ∭( ∫ ) ∫ ( ) ∫ (2.12-10) Menulis parameter eksentrisitas 〈 〉 dan jari-jari kuadrat rata-rata inti , kita kemudian mendapatkan 〈 Dengan demikian subtitusikan nilai 〈 eksentrisitas 〉 (2.12-11) 〉 kita dapat menemukan nilai parameter yang biasanya cukup kecil, karena 0,01 sampai 0,02. Untuk inti dengan A = 150 sampai 190 dan A > 220, deformasi yang cukup diamati 0,1 sampai 0,2 (lihat Bab IX). Kasus Umum: Kami sekarang mempertimbangkan kasus umum dari inti dengan sumbu simetri (z’). Jika z menunjukkan sumbu ruang tetap, maka orientasi inti dalam ruang ditentukan oleh orientasi spin inti / w.r.t. z dan oleh K proyeksi atas inti simetri sumbu. Dari Gambar 2.9, terlihat bahwa I = K + R di mana K adalah proyeksi dari jumlah vektor ∑ dari momentum sudut total dari semua nukleon pada sumbu simetri. R adalah momentum sudut rotasi inti secara keseluruhan. Gambar 2.9. Kasus umum distribusi muatan inti dengan sumbu axis simetris Perhitungan kuantum mekanik memberikan ekspresi berikut untuk Q saat diamati momen kuadropol yang sesuai dengan M1= I (lihat Lampiran AI): 33 (2.12-12) Persamaan (2.12-12) menunjukkan bahwa (a) Q selalu lebih kecil daripada Q0; (b) untuk I(I + 1) > 3K2 (luas I), tanda Q berlawanan dengan Q0; (c) untuk bentuk inti ground momentum sudut rotasi intinya R =0, sehingga I =K, kita peroleh (2.12-13) Sehingga untuk I = 0 (bahkan inti) atau untuk I = , Q = 0 bahkan jika Q ≠ 0. Untuk I > 1, Q tidak bernilai 0. Untuk I = 1, ; untuk I = , . Untuk I >>, . Momen kuadrupol intrinsik dapat ditentukan dari eksitasi penampang Coulomb tingkat rotasi inti dan kemungkinan transisi antara tingkat tersebut (lihat Sub Bab 6.4). 13. Isospin Neutron dan proton yang dianggap sebagai dua bentuk yang berbeda dari entitas yang sama, yang disebut nukleon, hanya berbeda dalam muatan listrik mereka. Ada bukti eksperimental yang kuat untuk menunjukkan bahwa kekuatan dasar (interaksi kuat) antara dua neutron, seperti juga antara dua proton dalam inti, adalah sama (Lihat Sub Bab 17.17). hal ini tentu saja tidak memperhitungkan tolakan elektrostatik antara proton. Secara simbolis kita dapat menjelaakan fakta ini sebagai berikut (lihat Bab XVII) 2.13-1) (n - n) = (p - p)nuc Hal ini dikenal sebagai muatan simetri atas gaya inti. Selain itu, kekuatan antara neutron dan proton di bentuk s juga sama dengan dua kekuatan di atas, fakta yang dikenal sebagai muatan bebas pada gaya inti. Secara simbolis kita dapat menulis (n - n) = (p - p)nuc = (p - n) (2.13-2) Jadi ada simetri dasar dari gaya inti yang rusak hanya oleh interaksi elektromagnetik karena muatan pada proton. Situasi ini analog dengan kasus partikel spin1/2 yang bisa eksis di dua spin yang berbeda ditentukan oleh orientasi paralel atau antiparalel dari vektor s w.r.t. beberapa arah tertentu dalam ruang. Ketika tidak adanya interaksi lain, bentuk dua spin ini memiliki komponen spin dan harus memiliki energi yang sama yaitu Hamiltonian adalah invarian di bawah rotasi s vektor spin. Simetri ini rusak oleh 34 kehadiran medan magnet yang terpecah dua negara yang memiliki energi yang berbeda dalam medan magnet. Karena analogi resmi antara dua bentuk muatan kemungkinan nukleon dan kemungkinan dua bentuk spin ½ partikel, kita dapat menyamakan konsep iso-spin (juga dikenal sebagai spin isotop, spin isobarik atau i-spin sederhana) dilambangkan dengan t memiliki nilai 1/2. Kemudian di ruang isopin abstrak t vektor dapat memiliki dua komponen t3 = ± ½. Kita mengambil t3 = + ½ untuk bentuk proton dan t3 = - ½ untuk bentuk neutron dari nukleon. Di sini kita menulis 1, 2, 3 untuk x, y, z masing-masing. Dalam analogi dengan operator berputar operator , yang komponennya di isospin operator spin Pauli kita dapat memperkenalkan , yang persis sama dengan berturut-turut. Muatan pada nukleon kemudian dapat ditulis sebagai untuk proton ( untuk neutron ( ) ) (2.13-3) Konsep isospin bukan hanya sebuah analogi formal tetapi makna fisik yang mendalam berdasarkan fakta eksperimental yang solid, yang akan dibahas kemudian. Konsep isospin dapat digeneralisasi untuk kasus inti kompleks dengan proton Z dan neutron N, sehingga jumlah massa A = N + Z dalam kasus ini, komponen ketiga isospin yang analog dengan komponen z-spin biasa untuk inti individu ditambahkan aljabar untuk memberikan komponen ketiga yang dihasilkan T3 inti: ∑ ∑ (2.13-4) Sebagai komponen tidak dapat melebihi besarnya vektor, kita harus memiliki untuk besarnya vektor T. | | (2.13-5) Karena diberikan A (diberikan multiplet isobarik), mungkin ada kombinasi yang berbeda dari N dan nilai Z, T3 akan berbeda untuk inti yang berbeda diberikan contoh nilai A. Multiplet isospin , , dan pada A = 14. Meskipun mungkin ada kemungkinan kombinasi lain N dan Z khusus untuk A, hanya tiga inti inilah diketahui ada di alam atau diproduksi. Jadi dalam hal ini, nilai-nilai T3 masing-masing adalah -1, 0, +1 maka kita dapat menulis 14C, 14N, dan 14O . Dengan demikian kita dapat menulis T 35 =1. Keragaman isospin diberikan oleh 2T +1 yang dalam kasus ini adalah 3. Jadi kita memiliki triplet di atas. Kita selanjutnya mempertimbangkan sistem dua nukleon. Ada tiga kemungkinan: (p, p) (n, n) dan (p, n). nilai yang mungkin dari T3 adalah + 1, -1 dan 0 sehingga kita dapat menulis T = 1. Namun penjumlahan vektor dari vektor dua isospin t1 dan t2 untuk nukleon dapat menghasilkan resultan T = t1 + t2 sehingga T dapat memiliki dua nilai, T = 1 untuk penyelarasan paralel t2 dan t2 dan T = 0 untuk penyelarasan antiparalel. Dalam kasus pertama ada bisa ada nilai T3: T3 = 1, 0, -1 yang sesuai dengan kasus diberikan di atas. Dalam kasus kedua T = 0 dan begitu T3 = 0. Hal ini sesuai dengan keadaan isospin berbeda untuk sistem (p, n). Kedua kelompok negara, triplet isospin dan singlet isospi, sesuai dengan singlet berputar biasa (1S) dan triplet (3S) masing-masing. Jadi kita memiliki untuk triplet isospin (T = 1) untuk sistem nukleon dua: 1 S: (p,p) dengan T3 = +1, (p,n) dengan T3 = 0 dan (n,n) T3 = -1 Perlu dicatat bahwa untuk dua nukleon identik (p, p atau n, n), prinsip Pauli memungkinkan hanya anti-paralel berputar keselarasan dengan S = 0 untuk keadaan dasar (L = 0). Dalam kasus sistem (p, n), baik spin anti-paralel dan paralel yang mungkin dengan resultan spin S = 0 dan S = 1 masing-masing. Yang pertama adalah analog dengan sistem (p, p) dan (n, n). Yang kedua dengan S = 1 dan (dan L = 0) tidak lain adalah ground state dari deuteron, yang merupakan negara terikat dengan energi ikat 2,226 MeV. Keadaan lain dari sistem (p, n) adalah terikat, sama seperti (p, p) dan (n, n) adalah sistem. Diskusi di atas menunjukkan bahwa sifat dari interaksi nuklir (termasuk interaksi e.m) tidak tergantung pada jenis nukleon, yaitu proyeksi T3. Jadi interaksi inti ditentukan oleh nilai dari vektor, T, T3 ciri perbedaan e.m properti. Dengan demikian interaksi nuklir adalah invarian dalam rotasi dalam ruang isospin. Hal ini dikenal sebagai invarian isotop yang menyebutkan bahwa isospin harus diperhatikan dalam interaksi inti. Kita akan membahas tentang konservasi isospin dan disebut isobarik analog isobarik, akan dibahas lebih rinci dalam Bab XVII. 36 BAB III KESIMPULAN Berdasarkan pada uraian pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Iinti atom merupakan sistem kuantum terikat oleh sebab itu terdapat berbagai keadaan kuantum yang ditandai dengan adanya energinya, momentum sudut dan keadaan dll. Inti atom terdiri dari dua jenis partikel elementer yaitu proton dan neutronMassa dari berbagai elemen atom diketahui lebih besar dari berat atom. Massa sebuah inti stabil selalu lebih kecil dari gabungan massa nukleon-nukleon pembentuknya. 2. Massa atom dapat ditentukan dengan akurasi lebih baik dari satu bagian dalam jutaan dari spektroskop massa modern. Perbedaan antara M dan A dikenal sebagai defek massa Distribusi materi inti (yaitu proton dan neutron) hampir sama, sehingga kerapatan materi inti adalah konstan. Inti atom merupakan sistem kuantum terikat oleh sebab itu terdapat berbagai keadaan kuantum yang ditandai dengan adanya energinya, momentum sudut dan keadaan dll. 3. Inti atom terdiri dari dua jenis partikel elementer yaitu proton dan neutron Potensial dimana gaya berasal dari jarak pendek dan memiliki kemiringan yang tajam di tepi inti. Hal itu berasal dari interaksi antar nukleon yang kuat dengan jarak dekat Sifatsifat statis yang penting dari inti meliputi muatan listrik, massa, energi ikat, ukuran, bentuk, momentum sudut, momen dipol magnetik, momen quadrupole listrik, statistic, paritas, dan iso-spin. 37 DAFTAR PUSTAKA Ghoshal, SN. 2000. Atomic And Nuclear Physics Volume II. New Delhi. S. Chand & Company Ltd. 38