LAPORAN PRAKTIKUM MUSCLE SKELETAL Dosen pengampu : Dr. Harry Disusun oleh : Nadya Citra Pratiwi (314120031) Program Studi Sarjana Dan Profesi Bidan Sekolah Tinggi Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi Tahun Ajaran 2020 / 2021 KESIMPULAN Manusia membuat suatu gerakan secara sadar seperti berjalan, berbicara, mengangkat tangan, dan duduk. Hal ini mungkin dilakukan karena ada otot skelet yang berperan di dalam. Otot skelet ini dihubungkan kedua sendi melalui tendon yang terdapat pada periosteum tulang. Otot skelet terdiri dari ratusan sampai ribuan serabut otot yang biasanya menimbulkan tegangan atau gaya pada otot. Potensial aksi merupakan depolarisasi dan rapolarisasi membran sel yang terjadi secara cepat. Potensial aksi dapat menyebabkan otot-otot berkontraksi. Bila otot menerima rentetan potensial aksi yang saling tumpang tindih maka akan mengalami sumasi yang lebih besar lagi dengan tingkat tegangan yang bergantung pada laju perangsangan. Bila jalannya dari laju perangsangan cukup cepat maka sentakan tersebut akan lepas menjadi kontraksi halus dan bertahan lama yang disebut tetanus. Waktu antara datangnya rangsangan ke neuron motorik dengan awal terjadi kontraksi disebut fase laten, waktu terjadi kontraksi disebut fase kontraksi, dan waktu untuk otot berelaksasi disebut fase relaksasi. Kontraksi pada otot dibagi menjadi dua yaitu kontraksi isometrik dan isotonik. Otot dapat mengadakan kontraksi dengan cepat apabila ia mendapat rangsangan dari luar berupa rangsangan arus listrik, rangsangan mekanis panas, dingin, dan lain lain. Mekanisme kerja otot pada dasarnya melibatkan suatu perubahan dalam keadaan yang relatif dari filamen-filamen aktin dan miosin. Selama kontraksi otot, filamen-filamen tipis aktin terikat pada dua garis yang bergerak ke pita A, meskipun filamen tersebut tidak bertambah banyak. Namun, gerakan pergeseran itu mengakibatkan perubahan dalam penampilan sarkomer, yaitu penghapusan sebagian atau seluruhnya garis H. Selain itu, filamen miosin letaknya menjadi sangat dekat dengan garis garis Z dan pita-pita A serta lebar sarkomer menjadi berkurang sehingga kontraksi terjadi. Kontraksi berlangsung pada interaksi antara aktin miosin untuk membentuk kompleks aktin miosin. Kontraksi otot terjadi apabila jembatan silang miosin berikatan dengan tempat tempat spesifik di proteinaktin. Bila pengikatan ini terjadi maka sebuah molekul ATP yang terdapat di kepala miosin akan terurai oleh enzim miosin ATPase dan terjadi pembebasan energi. Energi tersebut digunakan untuk mengayunkan jembatan silang sehingga filamen aktin dan miosin bergeser satu sama lain yang menyebabkan pemendekan otot. Selama kontraksi, panjang filamen aktin dan miosin tidak berubah, tetapi pita I dan zona H memendek. Setiap kontraksi otot melibatkan siklus berulang pergeseran filamen dan menimbulkan tegangan pada otot untuk bekerja. Otot diberi perlakuan yang berbeda. Perlakuan nya adalah dengan merubah nilai stimulus/sec dan membiarkan nilai voltagenya tetap 8,5 mV serta Length 75mm. Dari diagram didapatkan hasil ada garis yang tidak rata. Menurut (Guyton dan Hall 2014:82) Bahwa Sumasi sendiri ada dua macam yaitu sumasi multifel dan sumasi frekuensi. Sumasi serabut multipel ini dikarenakan meningkatnya jumlah unit motor yang berkontraksi secara bersama sama, sedangkan sumasi frekuensi adalah karena meningkatnya jumlah unit motor yang pada akhirnya dapat menimbulkan tetanus. Dalam hal ini ada satu otot maka jenis sumasi yang teramati adalah sumasi frekuensi. Terlihat pada Grafif bahwa sumasi yang jarak gelombang yang satu dengan lainnya terlihat, lama kelamaan menghilang. Menurut (Guyton and Hall 2018:83) ini karena kontraksi yang baru muncul sebelum kontraksi yang terdahulu berakhir. Sebagai akibatnya sebagian kontraksi yang kedua akan ditambahkan pada kontraksi yang pertama, sehingga kekuatan kontraksi akan meningkat secara progresif bersama dengan peningkatan frekuensi. Ketika frekuensi mencapai titik kritis kontraksi berikutnya akan berlangsung begitu cepat yang pada akhirnya akan menyatu. Kontraksi berikutnya setelah menyatu tidak akan terlihat lagi gelombang karena garis akan lurus dan mulus, peristiwa ini disebut tetanus. Dari gambar kita bisa beda kan mana yang sumasi dan mana yang tetanus, sumasi masih ada gelombangnya sedangkan tetanus grafiknya mulus. Adapun ketika length otot di naik-turunkan ternyata mempengaruhi total force. Namun ketika dinaikan pada 80mm dan seterusnya ternyata total force berkurang namun passive force yang semula 0 menjadi bernilai. Hal ini disebabkan karena tenaga dari dalam otot melawan tenaga dari luar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin panjang length otot maka tenaganya semakin besar pun sebaliknya.