Uploaded by User77871

isi

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kehidupan manusia selalu berkembang dan mobilitas yang cenderung
meningkat dari waktu ke waktu. Pada awalnya untuk memenuhi kebutuhan
hidup, manusia berusaha untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Semakin
meningkatnya kebutuhan hidup, mendorong manusia untuk berinteraksi dengan
orang lain guna memenuhi kebutuhannya, khususnya dalam bidang transportasi
pesawat terbang.
Pesawat Terbang merupakan alat transportasi udara yang sangat padat
dengan teknologi tinggi. Faktor keselamatan merupakan penentu dari tingkat
kelayakannya untuk mengudara. Maka dari itu setiap bagian pada pesawat
termasuk struktur dan komponen yang terpasang pada pesawat harus benar –
benar pada proses perakitannya.
Salah satunya bidang yang sangat penting dalam pembuatan pesawat
terbang adalah manajemen produksi, operasi dan tentunya Assembly.
Manajemen produksi, operasi dan Assembly menurut Jay Heizer dan Barry
Render (2005;4) merupakan serangkaian kegiatan yang menghasilkan nilai
dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. PT.
Dirgantara Indonesia merupakan satu – satunya perusahaan penerbangan di
Indonesia
yang
memiliki
kompetensi
utama
dalam
merancang,
mengembangkan, dan memproduksi pesawat terbang regional untuk sipil dan
militer. Selain itu juga merupakan salah satu perusahaan yang bertaraf
International yang telah dipercaya oleh sebagian negara di dunia dalam
memproduksi part dari pesawat terbang. Produksi dari part pesawat terbang
pasti tidak lepas dari kualitas produksi yang dilakukan oleh PT. Dirgantara
Indonesia. Berawal dari hal – hal tersebut penulis, ingin lebih tahu bagaimana
1
pembuatan part / bagian – bagian pada pesawat terbang, khususnya pada
pesawat N 219.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan selama kegiata praktek kerja yang dilakukan di PT.
Dirgantara Indonesia ( Persero ) ini yaitu :
1. Bisa mengetahui lebih mendalam mengenai pembuatan dan proses,
pembuatan part / bagian – bagian pada pesawat dan proses
perancangannya khususnya pada pesawat terbang N 219 di bidang
Tooling Shop, PT Dirgantara Indonesia (Persero).
2. Dapat mengetahui dan merasakan langsung terjun ke lapangan,
khususnya dalam dunia kerja dan di industri
1.3
Manfaat
Mamfaat dari diadakannya Kerja Praktek ini adalah :
1. Bisa mengetahui aplikasi teknik mesin di dunia industri, dengan bekal
ilmu yang diperoleh selama masa kuliah.
2. Praktikan bisa mengetahui pembuatan dan proses pembuatan part /
bagian – bagian pesawat N 219.
1.4
Lokasi, Waktu dan Tempat Kerja
Lokasi Kerja Praktek dilaksanakan di PT. Dirgantara Indonesia
(Persero), waktu pelaksanaan pada dan di tempatkan dibagian bidang Tooling
Shop.
2
BAB II
TINJAUAN UMUM PRAKTEK KERJA
2.1
Sejarah PT. Dirgantara Indonesia
PT. Dirgantara Indonesia memiliki sejarah yang cukup panjang untuk
menjadi industri pesawat seperti sekarang. Diawali dari kegiatan para pemuda
untuk membangun sebuah bengkel pesawat sebelum merdeka di Jl. Pasirkaliki,
Bandung, guna melayani pesawat-pesawat milik colonial belanda. Kebutuhan
akan pesawat pun semakin disadari oleh pemerintah ketika Indonesia telah
merdeka, terutama dalam mendukung kemajuan pembangunan ekonomi dan
keamanan/pertahanan nasional. Pada tahun 1946, bertempat di markas TRIUdara yang sekarang TNI AU didirikanlah Markas Perencanaan dan
Pengembangan Pesawat yang di di sponsori oleh Wiweko Supono, Nurtanio
Pringgoadisurjo, dan Sumarsono. Dimana rencana awal adalah pembuatan
pesawat laying yang melibatkan Tossin. Dan pada tahun 1948, akhirnya
berhasil membuat mesin pesawat pertama yang ditenagai oleh msein Harley
Davidson, yang diberi nama WEL-X dan kemudian menjadi RI-X.
Industri pesawat terbang di Indonesia mulai mengawali karir dengan
serius pada tahun 1960 dengan mendirikan Lembaga Persiapan Industri
Penerbangan (LAPIP). Pada 1961, LAPIP bekerjasama dengan CEKOP, sebuah
industri pesawat dari polandia yang akhirnya berhasil membuat 44 unit
pesawat, yang kemudian diberi nama Gelatik dan dimanfaatkan untuk
mendukung aktivitas pertanian penerangan dan aero-club. Di periode yang
sama, tahun 1965 berdasarkan dekrit presiden, Komando Pelaksana Industri
Pesawat Terbang (KOPELAPIP) dan PN. Industri Pesawat Terbang Berdikari
didirikan. Tahun 1966, Nurtanio meninggal ketika sesi percobaan sebuah
pesawat.
Untuk
menghormati
kontribusinya
3
semasa
hidupnya,
maka
KOPELAPIP dan PN. Industri Pesawat Terbang Berdikari bergabung menjadi
Lembaga Industri Penerbangan Nuratinio (LIPNUR).
Pada masa kegiatan LINPUR hanya memiliki kurang lebih 500
personil, kemudian berdasarkan akta notaris no 15 tanggal 28 April 1976 di
Jakarta didirikan sebuah perseroan PT IPTN (PT Industri Pesawat Terbang
Nusantara). Maka secara resmi PT IPTN yang berlokasi di Kota Bandung, di
mulai dengan hanya 500 karyawan pada tahun 1976 dan 900 karyawan pada
tahun 1983 serta tahun 1990 sampai tahun 1997 sudah mencapai kurang lebih
16.000 karyawan. Sejak tahun 2003 sampai sekarang jumlah karyawan kurang
lebih 4.500 orang. Hal ini penting artinya dalam hubungan keterbukaan secara
luas lapangan kerja teknologi tinggi sekaligus peningkatan kemampuan
sumberdaya manusia Indonesia, program beasiswa maupun “Praktik Kerja” di
PT IPTN maupun mitra kerja sama lainnya.
Memasuki dasawarsa kedua PT IPTN tidak hanya mempertahankan
dan meningkatkan penguasaan teknologi ke tahap pengembangan teknologi,
tetapi juga mulai mengarah kepada upaya industri pesawat terbang yang
sesungguhnya. Hal ini dibuktikan dengan dikembangkannya suatu produksi
baru yaitu N-250 yang sepenuhnya hasil rancangan bangsa Indonesia. Adapun
jenis pesawat terbang lain yang diproduksi adalah: NC-212, NC-235, NBO105, NSA-330 (PUMA), NAS-332 (SUPER PUMA), NBK-117, NBELL-412.
Untuk lebih memperluas pemasaran bagi produk-produknya khususnya
di wilayah Amerika sejak tahun 1992 yang lalu, PT IPTN memiliki Branch
office yang berkedudukan di Seatlle America PT IPTN pada dasawarsa pertama
dalam mewujudkan teknologi pembuatan pesawat terbang sekaligus sebagai
dasar langkah lanjut yang lebih maju.
Selama 24 tahun PT. IPTN telah berkembang dengan pesat, untuk itu
guna memperluas bidang usahanya di berbagai jenis bidang maka PT. IPTN
dirubah menjadi PT. Dirgantara Indonesia pada tahun 2000 pada masa
kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid. Dengan nama yang baru PT.
Dirgantara Indonesia tidak hanya khusus memproduksi pesawat terbang tetapi
4
berbagai produk, contohnya sistem persenjataan didalam pesawat terbang.
Sebelum terbentuk IPTN, terdapat lima hal yang menjadi faktor berdirinya
IPTN pada saat itu, yaitu keinginan untuk membuat pesawat di Indonesia;
penguasaan IPTEK dalam pembuatan pesawat dan industri pesawat oleh orang
Indonesia; orang orang yang berdedikasi tinggi dapat mengimplementasikan
dan mengoptimalkan kemampuannya untuk mengembangkan industri pesawat
pengembangan bidang marketing pesawat baik untuk nasional dan internasional
oleh orang Indonesia serta keinginan politisi dari pemerintah yang berkuasa.
Selama 24 tahun perjalanan dibawah Habibie, IPTN menjadi
perusahaan pesawat yang besar dimana sempat memiliki 16.000 karawan, serta
pusat industri yang megah dan luas mencapai 83 hektar. Selama itu teknologi
yang dikuasai IPTN adalah teknologi yang umumnya berasal dari Barat,
terutama penguasaan pada desain pesawat, pengembangan, dan pembuatan
commuter regional ukuran kecil hingga menengah. IPTN pada saat itu fokus
pada penjualan teknologi-teknologi pesawat yang terdiri dari: manufaktur,
komponen pesawat dan non pesawat, dan service serta perawatan pesawat. Dari
kemampuan produksi seperti diatas menunjukkan bahwa penguasaan teknologi
pesawat di Indonesia cukup mumpuni. penguasaan teknologi pesawat oleh
IPTN yang baik kala itu juga dapat dibuktikan ketika terjadi PHK pegawai
IPTN pasca krisis ekonomi tahun 1997 banyak dari pegawai IPTN yang
direkrut oleh perusahaan-perusahaan pesawat di Inggris, Prancis, Jerman,
Brasil, Kanada, dan Amerika Serikat. Bahkan setidaknya terdapat tiga puluh
orang alumni IPTN berkerja di perusahaan pesawat raksasa Boeing, dan
beberapa diantaranya menduduki jabatan strategis.
Saat ini PT. DI mulai bangkit dari kebangkrutan setelah pemerintah
Indonesia mengutus Perusahaan Pengelola Aset (PPA) untuk melakukan
testrukturisasi perusahaan dalam bidang keuangan. Melalui PP No. 70 Tahun
2012 yang ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono PT. DI
mendapatkan suntikan dana dari pemerintah sebesar satu trilliun rupiah. Aliran
modal dari pemerintah ini mengundak kepercayaan konsumen luar negeri
5
bahwa PT. DI telah bangkit. Hingga kini PT. DI dipercaya sebagai pemasok
utama komponen pesawat perusahaan Airbus, dan berhasil bermitra dengan
salah satu peusahaan produsen pesawat terbang terbesar di dunia. Bahkan
Airbus telah memutuskan untuk memindahkan pabrik pesawat C-295 dari
spanyol ke Bandung. PT. DI juga menandatangani kontrak kerjasama sebagai
perusahaan sub-kontrak dengan Eurocopter Family, CRTM, dan Korean Air.
Selain perusahaan luar negeri, PT. Dirgantara Indonesia pun sukses menjalin
kesepakatan dengan perusahaan penerbangan dalam negeri, yaitu Lion Air.
2.2
Struktur Organisasi PT. Dirgantara Indonesia
Elfien Goentoro
Direktur Utama
M. Ridlo Akbar
Direktur Produksi
M. Robiawan
Kepala Devisi & Perakitan
M. Tohir
Manager
Arif Gunawan
Iwan Setiawan
Kartono
Djono
Rakhmat Hidayat
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Bidang
Major
Fuselage &
Wing & Tail
Perakitan
Sub Assy ALL
Assembly
Door
Unit CN212
komponen
Program
NC212
Assembly
CA4300
A380 Spirit
CA4600
NC212
Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Dirgantara Indonesia
6
2.3
Visi dan Misi PT. Dirgantara Indonesia
Visi PT. Dirgantara Indonesia adalah menjadi perusahaan kelas dunia
dalam penguasaan teknologi tinggi dan mampu bersaing dalam pasar global,
dengan mengandalkan keunggulan biaya.
Sedangkan misi PT. Dirgantara Indonesia yaitu :
1. Menjalankan usaha dengan selalu berorientasi pada aspek bisnis dan
komersil dan dapat menghasilkan produk dan jasa yang memiliki
keunggulan biaya.
2. Sebagai pusat keunggulan di bidang industri dirgantara, terutama dalam
rekayasa, rancang bangun, manufaktur, produksi dan pemeliharaan
untuk kepentingan komersial dan militer dan juga untuk aplikasi di luar
industri dirgantara.
3. Menjadikan perusahaan sebagai pemain kelas dunia di industri global
yang mampu bersaing dan mampu melakukan aliansi strategis dengan
industri dirgantara kelas dunia lainnya.
2.4
Produk dan Jasa PT. Dirgantara Indonesia
PT.
Dirgantara
Indonesia
merupakan
salah
satu
perusahaan
penerbangan di Asia yang berpengalaman dan berkompetensi dalam rancang
bangun, pengembangan, dan manufaktur pesawat terbang. Kini PT. Dirgantara
Indonesia telah berhasil sebagai industri manufaktur dan memiliki keberagaman
produk dalam banyak bidang selain pesawat terbang seperti: teknologi
informasi, telekomunikasi, otomotif, maritime, militer, otomasi dan control,
minyak dan gas, turbin industri, teknologi simulasi, dan engineering services.
7
2.4.1 Produk
Berikut ini adalah produk yang telah dihasilkan dan sedang
diproduksi oleh PT. Dirgantara Indonesia :
1.
NC – 212
Gambar 2.2 Pesawat NC – 212
Pesawat transportasi ringan multi guna, terutama untuk jarak
dekat dan menegah. Pesawat ini dapat lepas landas dan mendarat
jarak pendek dan beroperasi pada landasan rumput atau tanah.
8
2.
CN – 235
Gambar 2.3 Pesawat CN – 235
Pesawat dengan kapasitas 35 penumpang, mulai dirancang
tahun 1979 dan diselesaikan tahun 1983, sebagai hasil kerjasama
antara PT. IPTN dengan CASA.
3.
NBO – 105
Gambar 2.4 Helikopter NBO – 105
9
Helikopter
yang
didesain
untuk
beroperasi
dengan
temperatur tinggi di daerah pegunungan. NBO – 105 adalah
helikopter multiguna yang bisa dioperasikan untuk berbagai tujuan,
seperti transportasi, penyelamatan, riset, eksploitasi, aplikasi
militer, training pilot, evakuasi medis dan tujuan-tujuan lain.
Program helicopter NBO – 105 dibawah lisensi MBB Jerman Barat.
Yang dimulai sejak tahun 1975.
4.
NAS – 332
Gambar 2.5 Helikopter NAS - 332
Tipe helikopter lain yang diproduksi PT. Dirgantara
Indonesia dibawah lisensi Aerospatiale, perancis sejak tahun 1983.
Terdapat 2 versi tipe ini yaitu : Puma NAS 330 dan Super Puma
NAS 332 yang cocok untuk transportasi suplai militer atau
eksplorasi lepas pantai dan penerbangan VIP.
10
5.
NBELL – 412
Gambar 2.6 Helikopter NBELL – 412
Helikopter kelas medium yang cocok sebagai peasawat
gerak cepat bagi perlengkapan militer, suplai dan transportasi
militer. Helikopter ini diproduksi PT. Dirgantara Indonesia dibawah
lisesnsi Bell Helikopter Textron, USA, 1982.
6.
N - 219
Gambar 2.7 Pesawat N – 219
11
Pesawat ini mampu membawa 19 penumpang dan
merupakan pesawat angkut ringan yang cocok di berbagai medan
dan cocok untuk penerbangan perintis. Pesawat N – 219 tergolong
mudah perawatannya.
2.4.2 Jasa
Selain itu PT. Dirgantara Indonesia juga menyediakan beberapa
jasa, yakni:
1.
Engineering work packages, design, development and
testing.
2.
Manufacturing Subcontracts.
3.
Aircraft Maintenance Repair and Overhaul.
4.
Engine Maintenance Repair and Overhaul.
5.
Aircraft Industrial Tooling and Equipment Manufacturing.
12
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1
Tinjauan Pustaka
3.1.1 Pesawat Terbang ( aircraft )
Pesawat terbang ( aircraft ) adalah mesin yang mampu terbang
dengan memanfaatkan tumpuan udara atau secara umum atmosfer dari
bumi. Pesawat terbang melawan gaya gravitasi menggunakan gaya
angkat ( lift ) yang dihasilkan karena gaya apung di udara ( lebih ringan
dari udara ), perbedaan tekanan udara diatas dan di bawah wahana
tersebut atau gaya angkat dari mesin pendorong yang langsung
diarahkan ke bawah.
Adapun berdasarkan metodenya untuk mengasilkan gaya angkat,
pesawat terbang dibagi dua kategori, yaitu lebih ringan dari udara (
lighter than air ) dan lebih berat dari udara ( heavier than air ). Pada
umumnya, yang termasuk kategori lebih ringan dari udara adalah balon
udara dan zeppelin, sedangkan yang termasuk kategori lebih berat dari
udara dibagi lagi menjadi dua yaitu sayap tetap ( fixed-wing ) dan sayap
berputar ( rotorcraft ). kemudian, yang termasuk kategori sayap tetap
adalah pesawat terbang yang biasa digunakan untuk angkutan massal (
Boeing, Airbus, Bombardier, dll ), pesawat tempur berkecepatan tinggi,
biplane, glider hingga flying wing dan yang termasuk sayap berputar
adalah helikopter, autogiro dan lain sebagainya. Tetapi tidak semua
jenis pesawat terbang menghasilkan gaya angkat dengan cara diatas,
sebagai contoh pesawat fixed wing yang terbang dengan cara VTOL (
Vertical Take-Off and Landing ) yaitu dengan cara mengarahkan
langsung mesin pendorong ke arah bawah.
13
Pesawat terbang di temukan oleh Wright bersaudara, mereka
berhasil membuat pesawat terbang lebih berat dari udara, dengan sayap
tetap yang dapat dikontrol gerakanya dan mampu bertahan terbang di
udara untuk pertama kalinya pada 17 desember 1903 di Kitty hawk,
North Carolina. Setelah penerbangan tersebut, industri dirgantara
berkembang dengan sangat pesat yang di dorong oleh perang dunia II.
Kemudian pemecahan rekor terbang melebihi kecepatan suara, atau
menembus shock barrier pertama kali dilakukan oleh Chuk yeager
dengan pesawat Bell X-1 pada tahun 1974. Adapun saat ini pesawat
terbang sudah mampu terbang dengan kecepatan melebihi 6 kali
kecepatan suara dengan pesawat eksperimental X-15. Hal tersebut
membuktikan betapa pesatnya kemajuan industri dirgantara di dunia.
Gambar 3.1 Pesawat terbang pertama
3.1.2 Alat, Mesin, dan Perlengkapan Kerja
A. Perlengkapan Kerja yang Digunakan
a. Alat pelindung diri ( APD )
1. Wearpack / pakaian pelindung badan
Pakaian kerja atau wearpack digunakan dengan tujuan
agar pekerja dapat leluasa dalam melaksanakan pekerjaannya
juga berfungsi sebagai pelindung anggota badan dari bahan
kimia ataupun bahan lainnya.
14
Gambar 3.2 Wearpack
2. Safety Shoes
Safety shoes digunakan untuk melindungi kaki dari
bahaya tertimpa benda yang cukup berat, sehingga terhindar
dari luka pada kaki jika terjadi kecelakaan kerja.
Gambar 3.3 Safety Shoes
3. Sarung tangan
Digunakan
pengoresan
untuk
benda
–
melindungi
benda
tangan
tajam
tangan
yang
dari
tentunya
membahayakan.
15
Gambar 3.4 Sarung tangan
4.
Kaca mata
Alat ini berguna untuk melindungi mata dari cripatan
benda yang tidak diinginkan, seperti saat pengeboran lubang
rivet.
Gambar 3.5 Kaca mata
B. Standard Tools ( Alat ) Kerja
Peralatan
kerja
digunakan
untuk
membantu
dan
mempermudah proses pekerjaan pembuatan part / bagian komponen
kecil
pesawat
ini.
Adapun
standard
tool
yang
digunakan
diantarannya adalah :
1. Jangka sorong ( vernier caliper )
Vernier caliper merupakan salah satu alat ukur yang banyak
dipakai dibengkel, dapat digunakan dalam mengukur ukuran luar
16
dan kedalaman, dalam milimeter ataupun inchi. Jangka sorong
umumnya terdiri dari batang pengukur dari baja anti karat yang
dikeraskan mempunyai rahang ukur tetap pada salah satu
ujungnya dan bagian yang bergerak yang mempunyai rahang ukur
skala utama.
Gambar 3.6 Jangka sorong
2. Dial indikator ( dial gauge )
Dial gauge atau disebut juga dial indikator adalah alat ukur
yang dipergunakan untuk memeriksa penyimpangan yang sangat
kecil dari bidang datar, bidang silinder, atau permukaan bulat dan
kesejajaran. Konstruksi sebuah alat dial indikator, terdiri atas jam
ukur ( dial gauge ) yang dilengkapi dengan alat penompang
seperti block alas magnet, batang penyangga, penjepit, dan baut
penjepit.
Gambar 3.7 Dial indikator
17
3. High Gauge
High gauge adalah sebuah alat pengukuran yang berfungsi
mengukur tinggi benda terhadap suatu bidang acuan atau bisa juga
untuk memberikan tanda goresan secara berulang terhadap benda
kerja sebagai acuan dalam proses pemesinan. High gauge
memiliki dua buah kolom berulir dimana kepala pengukur
bergerak naik turun akibat putaran ulir kasar dan halus yang
digerakkan oleh pengukur.
Gambar 3.8 High gauge
4. Kikir
Kikir adalah suatu alat untuk mengikir benda kerja agar
diperoleh permukaan yang rata dan halus yang dilakukan dengan
tangan. Kikir juga berfungsi pada pekerjaan penyayatan besi untuk
meratakan dan menghaluskan suatu bidang, membuat rata suatu
bidang dan menyiku antara bidang satu dengan bidang lainnya.
18
Gambar 3.9 Kikir
Jenis – jenis kikir serta kegunaanya :
a. Kikir gepeng ( kikir plat )
Kikir ini berbentuk kotak dan pipih, biasanya digunakan untuk
meratakan pada benda kerja agar bisa menjadi datar, pada
benda yang sejajar tegak lurus.
b. Kikir persegi empat ( Files Square )
Kikir ini berbentuk segi empat, yang digunakan untuk membuat
rata / menyikukan antar bidang satu dengan bidang yang lainya.
c. Kikir Segi Tiga ( Files Triangle )
Bentuk kikir segitiga ini, namun pada bentuk segitanya
mengecil, berfungsi untuk meratakan dan menghaluskan bidang
yang berbentuk sudut 60 derajat atau lebih besar.
d. Kikir pisau ( Files Knife )
Kikir berbentuk seperti pisau ini, memiliki ketebalan seperti
kikir pipih, bertujuan menghaluskan suatu sudut 60 derajat atau
lebih kecil.
e. Kikir setengah bulat ( Half Round )
Kikir berbentuk setengah bulat ini memiliki bentuk setengah
lingkaran, digunakan menghaluskan suatu benda kerja dan
meratakan suatu bidang yang memiliki cekungan.
19
f. Kikir bulat ( Round )
Kiki bulat yang menghaluskan permukaan, membuat bentuk
diameter suatu lubang yang bulat.
g. Kikir silang ( Croosing )
Kikir silang ini untuk menghaluskan bidang yang cekung dan
membuat bidang cekung.
Untuk dapat menghasilkan pengikiran yang maksimal,
pemilihan kikir harus sesuai dengan jenis pekerjaan dan hasil
pengikiran yang diinginkan.
Tabel 3.1 Pengelompokan kikir berdasarkan kode kekasaran gigi dan
penggunaannya
C. Mesin yang Digunakan
1. Mesin Frais
Mesin
milling
adalah
suatu
mesin
perkakas
yang
menghasilkan sebuah bidang datar dimana pisau berputar dan
benda bergerak melakukan langkah pemakanan. Sedangkan proses
milling adalah suatu proses permesinan yang pada umumnya
menghasilkan bentuk bidang datar karena pergerakan dari meja
mesin, dimana proses pengurangan material benda kerja terjadi
20
karena adanya kontak antara alat potong ( cutter ) yang berputar
pada poros dengan benda kerja yang tercekam pada meja mesin.
Gambar 3.10 Mesin frais
Prinsip kerja dari mesin frais ( milling ), Tenaga untuk
pemotongan berasal dari energi listrik yang diubah menjadi gerak
utama oleh sebuah motor listrik, selanjutnya gerakan utama
tersebut
akan
diteruskan
melalui
suatu
transmisi
untuk
menghasilkan gerakan putar pada poros mesin milling.
Poros mesin milling atau mesin frais adalah bagian dari
sistem utama mesin milling yang bertugas untuk memegang dan
memutar cutter hingga menghasilkan putaran atau gerakan
pemotongan.
Gerakan pemotongan pada cutter jika dikenakan pada benda
kerja yang telah dicekam maka akan terjadi gesekan sehingga
akan menghasilkan pemotongan pada bagian benda kerja, hal ini
dapat terjadi karena material penyusun cutter mempunyai
kekerasan diatas kekerasan benda kerja.
Tujuan mesin frais adalah Menghasilkan benda kerja dengan
permukaan yang rata atau bentuk – bentuk lain yang spesifik
21
seperti profil, radius, silindris, dan lain – lain dengan ukuran dan
kualitas tertentu.
2. Mesin Gergaji Pita
Mesin gergaji pita adalah mesin perkayuan yang mempunyai
mata gergaji berbentuk pita. Mesin gergaji pita banyak digunakan
di industri – industri bahan bagunan yang mengerjakan kayu,
terutama digunakan untuk membelah kayu, memotong lengkung,
dan juga untuk memotong bentuk – bentuk yang tidak beraturan.
Gambar 3.11 Mesin gergaji pita
3. Mesin Bor
Mesin bor adalah alat yang digunakan untuk membuat
lubang, alur, peluasan, dan penghalusan secara presisi dan akurat.
Alat ini sangat memudahkan pekerjaan manusia dalam kehidupan
sehari – hari maupun dalam industri. Dalam perkembanganya
mesin bor memiliki banyak jenis dan disesuaikan dengan
fungsinya.
22
Gambar 3.12 Mesin bor meja
Berikut adalah macam – macam mesin bor :
a. Mesin bor tangan
Bor yang satu ini merupakan mesin bor yang sering kita
pakai. Sebenarnya bor ini mempunyai beberapa sub – jenis lagi,
tapi yang membedakan hanyalah ukuran mata bor nya saja.
Ukuran mulai dari yang terkecil yaitu 6.5 mm, 10 mm, 13 mm,
16 mm, 23 mm, dan 32 mm. Ukuran tersebut merupakan
ukuran maksimal, misalnya bor 10 mm, berarti mata bor yang
bisa digunakan mulai dari 0 – 10 mm. Bor ini biasanya
digunakan untuk mengebor besi ataupun kayu, hal ini
tergantung mata bor yang dipasang. Selain berbagai fungsi,
spesifikasi dari jenis bor ini juga ada beberapa seperti
kecepatan putaran, adanya variabel speed atau kecepatan yang
bisa di atur, serta reversible atau putarannya bisa dua arah.
23
Gambar 3.13 Mesin bor tangan
b. Mesin Bor Cordless
Bor cordless atau bor tanpa kabel, merupakan jenis bor
menggunakan baterai sebagai sumber tenaga. Biasanya bor
jenis ini digunakan pada pekerjaan ringan, karena kekuatan
putaran atau torsi dari bor cordless ini cenderung lemah. Bor
cordless ini bisa digunakan untuk bor gypsum, kayu, dan besi.
Dengan syarat untuk bor besi, mata bor yang digunakan adalah
mata bor yang ukurannya kecil. Pada bor cordless, anda harus
perhatikan spesifikasi baterai nya. Bor cordless ini juga bisa
digunakan sebagai obeng listrik, cukup pasang saja mata
obeng, maka bor cordless bisa digunakan untuk memasang
skrup agar lebih cepat dan menghemat waktu.
24
Gambar 3.14 Mesin bor cordless
c. Mesin Bor Core
Bor jenis ini merupakan bor yang paling jarang dipakai
oleh konsumen. Bor jenis ini biasanya digunakan untuk proyek
ataupun untuk mengukur ketebalan aspal jalanan. Fungsi utama
dari bor ini adalah untuk melubangi lantai. Mata bor yang
digunakan pun berbentuk seperti tabung. Oleh karena itu,
biasanya bor ini digunakan untuk mengebor lantai pada gedung
untuk membuat jalur pipa ataupun kabel – kabel. Selain itu bisa
juga digunakan untuk mengukur ketebalan aspal jalanan
dengan mengebor jalan tersebut.
Gambar 3.15 Mesin bor core
25
d. Mesin Bor Duduk
Bor ini nama nya bor duduk yang dimana memungkinkan
kita bisa bor sambil duduk. Jenis ini pada umumnya digunakan
untuk melubangi besi dimana lubang yang dibuat pada besi itu
banyak, oleh karena itu mesin bor ini di desain sedemikian rupa
agar pengguna bor tidak mudah lelah. Tinggal putar saja
tuasnya, maka mata bor dan kepala bor nya akan turun ke
bawah. Mesin bor ini dapat mengebor beberapa lapis besi
sekaligus, dengan tebal maksimal sesuai dengan panjang mata
bor yang digunakan. Bor ini umum nya digunakan pada putaran
lambat, tapi kecepatan putarannya bisa diatur melalui belting
yang berada pada bagian atasnya. Bor jenis ini juga sama
seperti bor tangan, mempunyai beberapa sub-jenis berdasarkan
ukurannya. Ukuran bor duduk mulai dari yang terkecil adalah
13 mm, 16 mm.
Gambar 3.16 Mesin bor duduk
26
BAB IV
HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
4.1
Diagram Alir
Diagram alir ini adalah proses yang dilakukan oleh mahasiswa selama
menjalani kegiatan Kerja Praktek PT. Dirgantara Indonesia (Persero), yaitu
melakukan proses pembuatan part / bagian pesawat N 219 dengan
menggunakan alat perkakas maupun mesin konvensional dan non konvensional.
Gambar 4.1 Diagram alir proses pembuatan atau analisa
27
Dalam analisa ini dilakukan beberapa tahapan, dimana setiap tahapan
harus dilakukan untuk memudahkan dalam proses analiasa, tahapan – tahapan
tersebut antara lain :
1. Mulai, pada tahapan ini merupakan tahapan awal dari pembuatan.
2. Mempersiapkan Dokumen kerja, tahapan ini difungsikan sebagai media
kerja atau penunjuk agar kita bisa mempersiapkan langkah kerja untuk
memulai dari pekerjaan.
3. Mempersiapkan Process Sheet, tahapan ini berfungsi sebagai perintah
kerja dan untuk mengetahui proses pekerja / karyawan dalam
menyelesaikan pekerjaan, yang mana Process Sheet merupakan bukti
pertanggung jawaban seorang pekerja / karyawan dan memonitori
pekerjaan di lapangan.
4. Drawing, tahapan ini yaitu berupa gambar kerja teknik yang berkenaan
dengan pembuatan detail part / bagian pada pesawat khususnya pesawat
N 219, diantaranya . Ada beberapa tipe gambar produksi yang dibuat
oleh direktorat teknologi (Dittek).
5. Pembuatan part / bagian kecil, maksudnya adalah proses dimana
pembuatan part / bagian – bagian komponen kecil yang ada di pesawat,
diantaranya C – Clamp, Clamping. Stopper Plate, dan Washer.
6. Studi kelayakan part / bagian, setelah proses pembuatan tahap
berikutnya melakukan pengecekan pada produk yang telah dibuat, untuk
melihat ada tidaknya kecacatan atau toleransi yang telah ditentukan.
7. Pemasangan atau perakitan, tahapan disini tahapan akhir dimana produk
yaitu part / bagian tersebut di pasangkan terhadap bagian – bagian
pesawat, khususnya pada pesawat N 219.
8. Selesai, tahapan ini merupakan proses akhir dari pembuatan part /
bagian – bagian atau komponen kecil yang ada pada pesawat N 219.
28
4.2
Mempersiapkan Bahan / Material yang Digunakan
Dalam pengerjaan C – Clamp, Clamping. Stopper Plate, dan Washer
ini ada beberapa bahan yang harus dipersiapkan terlebih dahulu sebelum
pekerjaan dimulai yaitu, bahan benda kerja yang digunakan ialah alumunium
atau dural. Alumunium itu sendiri merupakan unsur yang tergolong melimpah
di kulit bumi. Mineral yang menjadi sumber komersial alumunium adalah
bauksit. Bauksit mengandung alumunium dalam bentuk alumunium oksida (
Al2O3 ). Pengolahan alumunium menjadi alumunium murni dapat dilakukan
melalui dua tahap yaitu :
a. Tahap pemurnian bauksit sehingga diperoleh alumunium oksida murni (
alumina )
b. Tahap peleburan alumunium, tahap pemurnian bauksit dilakukan untuk
menghilangkan pengotor utama dalam bauksit. Pengotor utama bauksit
biasanya terdiri dari SiO2, Fe2O3, dan TiO2.
Sifat alumunium merupakan logam yang lembut dan ringan, dengan
rupa keperakan pudar, oleh kerana kehadiran lapisan pengoksidaan yang tipis
yang terbentuk apabila didedahkan kepada udara. Alumunium adalah tak
bertoksik ( dalam bentuk logam ), tak bermagnet, dan tidak menghasilkan
cucuh. Alumunium tulen mempunyai kekuatan tegangan sebanyak 49
megapascal ( Mpa ) dan 700 megapascal ( Mpa ) sekiranya dibentuk menjadi
aloi.
Aluminium mempunyai ketumpatan satu pertiga dari pada ketumpatan
keluli atau tembaga, adalah boleh tempa, mulur, dan mudah dimesin dan
ditempa, dan mempunyai daya tahan kakisan serta ketahanan yang sangat baik
oleh sebab lapisan pelindung oksidanya. Kemasan cermin alumunium
mempunyai kepantulan yang tertinggi antara semua logam dalam rantau 200 –
400 nm, dan 3000 - 10000 nm, sementara dalam penglihatan yaitu 400 – 700
nm diatasi sedikit dari perak, dan dalam julat 700 – 3000 nm diatasi dari perak,
emas dan tembaga. (Dick, 2010)
29
Paduan alumunium yaitu duralumin ( juga disebut duralumunium,
duralumunium atau dural ) adalah nama dagang dari salah satu jenis paduan
alumunium awal usia hardenable. Unsur paduan utama adalah tembaga,
mangan, dan magnesium. Sebuah setara modern yang umum digunakan jenis
ini adalah paduan AA2024, yang mengandung tembaga 4,4%, 1,5%
magnesium, mangan 0,6% dan 93,5% aluminium berat. kekuatan luluh khas
adalah 450 MPa, dengan variasi tergantung pada komposisi.
4.3
Langkah Kerja
Apabila tahap persiapan telah selesai dilaksanakan maka tahap
selanjutnya adalah proses utama yaitu proses pengerjaan C – Clamp, Clamping.
Stopper Plate, dan Washer yaitu part / komponen kecil dari pesawat N 219.
Berikut langkah kerjanya :
1. C – Clamp
a. Benda kerja yang awalnya berukuran panjang 100 mm dan lebar 100
mm dibagi menjadi empat benda kerja yang berukuran panjang 23
mm dan lebar 20 mm dengan dilukis dengan menggunakan high
gauge.
b. Lalu di bor dengan menggunakan mata bor diameter 3 mm.
c. Potong benda kerja dengan menggunakan gergaji pita.
d. Benda kerja di kikir dengan menggunakan kikir yang kecil,
diantaranya kikir bulat, kikir segitiga, kikir kasar, dan kikir halus.
e. Lalu benda kerja di bor kembali dengan mata bor diameter 5 mm
untuk di tap.
f. Dan yang terakhir di buat champer dengan ukuran 0,5 x 45°.
2. Clamping
a. Benda kerja dilukis dengan menggunakan high gauge dengan ukuran
panjang 30 mm, lebar 13 mm dan tebal 5 mm.
b. Lalu dipotong dengan menggunakan mesin gergaji pita, tetapi tidak
di paskan dengan ukuran yang telah ditentukan. Agar pada saat
30
proses pengikiran lebih leluasa untuk memperhalus permukaan benda
kerja tersebut.
c. Setelah itu benda kerja dibuat grove dengan cara di milling atau di
frais dengan kedalaman 1 mm dan 0,6 mm.
d. Dan di bor dengan mata bor berdiameter 7 mm.
e. Dan yang terakhir dibuat champer yang berukuran 2 x 60° dan 0,5 x
45°.
3. Stopper Plate
a. Tandai benda kerja dengan menggunakan high gauge, untuk
mengetahui ukuran yang akan di buat dan di kikir.
b. Lalu kikir sampai ukuran yang sudah ditentukan.
c. Setelah ukuran sesuai dengan yang sudah ditentukan, buat champer
dengan ukuran 5 x 45°.
d. Terakhir lalukan finishing benda kerja dengan menggunakan amplas
supaya benda kerja menjadi halus.
4. Washer
a. Tandai benda kerja dengan menggunakan high gauge dan busur.
b. Lalu membuat lubang dengan cara di bor dengan mata bor
berdiameter 6 mm.
c. Potong dengan mesin gergaji pita, tetapi tidak dipaskan dengan
ukuran yang sudah di tetukan, agar pada saat proses pengikiran
ataupun pemesinan masih mempunyai toleransi ukuran ataupun agar
lebih leluasa.
d. Setelah dipotong lalu di proses milling atau frais untuk mengepaskan
ukuran ke ukuran yang telah ditentukan.
e. Lalu kikir benda kerja sampai berbentuk bulat dan pas dengan ukuran
yang sudah ditentukan.
f. Tahap terakhir yaitu finishing dengan menggunakan amplas untuk
menghaluskan benda kerja.
31
4.4
Penyelesaian Masalah
Dari hasil proses pembuatan part / komponen dari pesawat terbang N
219, dengan membuat c - clamp, clamping, stopper plate, dan washer. Bahwa
komponen – komponen tersebut sangatlah penting dari proses atau perancangan
pesawat terbang dari proses pengerjaan rangka awal pesawat terbang. Dengan
pembuatan komponen – komponen tersebut dengan cara proses kerja bangku,
seperti proses pengikiran, penghamplasan, dan juga dengan cara pemesinan
yaitu proses frais, bor, dan gergaji. Contohnya pengerjaan benda kerja c –
clamp dengan langkah kerja di kikir dengan menggunakan kikir yang kecil,
diantaranya kikir bulat, kikir segitiga, kikir kasar, dan kikir halus, lalu proses
bor dengan mata bor berdiameter 3 mm dan 5 mm, selanjutnya pengerjaan
benda kerja clamping, benda kerja dibuat grove dengan cara di milling atau di
frais dengan kedalaman 1 mm dan 0,6 mm, lalu di bor dengan mata bor
berdiameter 7 mm, dan yang terakhir dibuat champer yang berukuran 2 x 60°
dan 0,5 x 45°, selanjutnya pada proses pengerjaan benda kerja stopper plate
dengan proses pengikiran sampai ukuran yang sudah ditentukan, setelah ukuran
sesuai dengan yang sudah ditentukan, buat champer dengan ukuran 5 x 45°,
terkhir lalukan finishing benda kerja dengan menggunakan amplas supaya
benda kerja menjadi halus, dan terakhir proses pengerjaan pada benda kerja
washer dengan proses pertama membuat lubang dengan cara di bor dengan
mata bor berdiameter 6 mm, lalu dengan proses milling atau frais sampai
ukuran yang di tentukan, lalu proses pengikiran untuk membentuk benda kerja
menjadi bentuk bulat, dan yang terakhir proses pengampelasan pada benda
kerja agar halus. Jadi pada proses pembuatan pesawat terbang tersebut,
membutuhkan komponen – komponen yang kecil untuk proses perakitan
ataupun perancangan dari proses pengerjaan pesawat terbang, khususnya pada
pesawat terbang N 219.
32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dalam melakukan kerja praktek dan
pembuatan laporan kerja praktek sebagai berikut :
1. Proses pada pembuatan part / bagian - bagian pada pesawat N 219, ialah
dengan cara proses kerja bangku dan juga dengan menggunakan mesin.
Maksud dari kerja bangku disini, proses pembuatannya dengan cara
menggunakan kikir, hamplas, dan alat ukur seperti high geuge, dan
jangka sorong. Dan proses pemesinannya dengan menggunakan mesin
frais ( milling ), mesin bor meja, dan mesin gergaji pita. Part / bagian
pesawat yang dibuat yaitu c – clamp, clamping, stopper plate, dan
washer.
2. Setelah melakukan kerja praktek dan langsung terjun ke lapangan atau ke
dunia kerja khususnya di industri, perbedaan ilmu yang di dapat di dalam
perkuliahan dan di industri sedikit banyaknya berbeda. Contohnya dalam
hal pemesinan yang telah di dapat di perkuliahan sedikit berbeda dalam
pengaplikasiannya di lapangan atau di dunia industri.
5.2
Saran
Setelah melakukan kegiatan program kerja praktek penulis dapat
memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi perusahaan
ataupun bagi pihak institut.
Saran untuk pihak perusahaan :
1. Dalam menjalankan kerja praktek di PT. Dirgantara Indonesia ( persero )
penulis bersaran agar lebih profesional lagi dalam menjalankan tugasnya.
33
2. Diharapkan semua kariawan PT. Dirgantara Indonesia lebih ditingkatkan
lagi dalam segi kedisiplinan safety dalam bekerja.
Saran untuk pihak sekolah / institut :
1. Diharapkan dari pihak institut untuk lebih memberikan informasi dan
pembekalan tentang kerja praktik dalam segi tempat – tempat kerja
praktik, agar mahasiswa kebingungan untuk mencari tempat KP, karena
pada saat suasana seperti ini untuk mencari tempat KP sangat sulit.
2. Dalam masa saat ini masa yang sulit, institut / sekolah lebih memahami
keadaan yang sedang terjadi, khususnya dalam hal laporan KP. Yang
harus segera di selesaikan, namun hal tersebut menjadikan mahasiswa
kebingungan dalam hal mencari data untuk di laporkan, karen sedikti
banyak nya ada mahasiswa yang tidak mendapatkan tempat KP
dikarenakan situasinya seperti ini.
34
Download