Mentari bersinar memancarkan kehangatan, udara segar dimana-mana, pemandangan sekitar tampak begitunya nyata setelah hujan tadi malam mengguyur bumi . Saat ini soimah hanya mempelajari apa yang ia lihat disekitar lingkungannya, soimah bermain-main menikmati sepanjang kanak-kanaknya. Ia sangat begitu terkejut setelah terjadinya pembentrokan yang datang kewilayah sumatra, soimah pun begitu takut orang-orang sekitar rumahnya pun hanya bisa berdiam diri agar bisa terhindar dari pembentrokan itu. Pukul 01.00 pagi semua tertidur lelap. Soimah terbangun dan mengintip keluar kamar karena mendengar suara ayahnya. “aku harus melindungi keluargaku, aku tidak akan berpisah dengan mereka” (sambil mondar-mandir) Suara mobil terdengar dari luar rumahnya, soimah sangat begitu takut. “tok..tok..”(terdengar dari luar seseorang mengetuk rumahku) “siapa ya?”(sahut ayah soimah sambil membukakan pintu) “maaf pak, kami mendapatkan tugas dari negara untuk membawa bapak” “saya tidak ada hubungannya dengan negara!”(ayah soimah berkeras) “kalau begitu bapak harus ikut kami!!” Dengan paksaan ayah soimah pun dibawa, ia tidak tahu harus berbuat apa. Sampai diluar rumah ayahnya meronta-ronta dan melawan mereka, tetapi mereka telah membawa ayahnya pergi entah kemana. Tangisan soimah terpecahkan ia berteriak sehingga keluarganya bangu. Mereka juga sangat terpukul melihat apa yang telah terjadi. Pagi pun menjelang, soimah duduk di pinggir sungai dekat rumahnya, dia begitu tidak menyangka bahwa pembrontak yang menamakan dirinya partai komunis Indonesia ini telah membawa ayahnya pergi. Dan ia telah medapat informasi ternyata ayahnya pernah ikut bergabung dengan mereka. “hmm, panas matahari begitu menyengatku aku harus pulang kerumah agar mereka tidak khawati dengan ku”(ocehan soimah) Tidak berapa lama soimah sampai dirumahnya. “assalamu’alaikum, ini kenapa?, ada apa? Abang.. kakaak.. ada apa? (mengajak bicara mereka) “aku akan melihatnya sendiri!”(sambil berjalan kearah kamar ibu soimah) Ternyata ibu soimah stres dan kehilangan kendali. Soimah mendekati ibunya dan memeluknya, kakak dan abangnya melarang ia dan melepaskan pelukan itu, ibunya pun mendorong soimah hingga jatuh kelantai. Soimahpun sangat sedih melihat ibunya seperti itu. Pada akhirnya mereka dibawa oleh adik ibunya untuk tinggal bersama dan ibu soimah dibawa oleh orang-orang berpakaian putih yang dipanggil oleh adik ibu soimah. “bu..bulekkk... ibu... mau dibawa kemana?”(tanyaku tersedu-sedu) “ibu kalian aman kok”(merangkul kami memberi semangat) Perlahan-lahan sang mentari bersembunyi bergantian dengan malam gelap. Mereka telah tiba di kota bulek soimah tinggal. “nah kalian tidur dikamar ini ya, karena kamar sudah disiapkan untuk kalian” (bulek berbicara dan meninggalka kami) “kak..bang.. aku kangen semuanya dirumah kita kangen ayah ibu”(rengek soimah) “iya kakak juga kita semua harus kuat”(kakak bilang) “abang juga begitu”(sambung abang soimah) Esokan harinya soimah bangun kesiangan. Ia melihat pemandangan sekitar begitu sepi, senyap, seperti hanya dia yang ada disitu. Soimah pun keluar kamar ternyata semua tidak ada dirumahnya. Ia bergegas kekamar mandi dan bersih-bersih. Setelah soimah selesai buleknya sudah pulang. Soimah langsung bertanya-tanya kakak dan abangnya dimana. “bulek mana yang lain?”(tanya soimah) “mereka bersama kakak no.2 bulek adik pertama ibu mu mah”(jelas bulek) “kenapa mereka disana bulek?(soimah penasaran) “tidak apa-apa mah, sudah jangan kamu pikiri mah”(mengalihkan penasaran soimah) Sekarang hari dimana soimah melanjutkan pendidikan ke bangku SD kelas 5. Untuk mencapai kesekolah soimah harus berjuang melewati sungai yang lebar dan perjalanan yang bermeter-meter, cukup jauh dari rumah buleknya. Ia sangat bersemangat dalam mewujudkan mimpinya,membanggakan ayah ibunya yang sudah entah dimana, masih hidup atau tidak, dan membanggakan buleknya yang sudah ia anggap menjadi ibu angkat dia. “soimaahhhh.... main yuukk..”(teman soimah mengajaknya bermain) “sayaaaa, sebentar ya. Buu aku pergi main ya?”(bersiap-siap pergi dan meminta izin) “yaudah jangan sore kali pulangnya ya mah”(izin ibu angkatnya(bulek)) “iya bu, assalamu’alaikum”(soimah bersalaman dan berpamitan) Bintang dan bulan telah menyinari gelapnya malam. Soimah pun sangat giat belajar karena tahun ini ia menghadapi ujian kelulusan di SDnya. Ia pun bertekat jika bisa ia melanjutkan ke menengah pertama. Berapa bulan berlalu soimah pun lulus dengan nilai yang baik. Ia masuk sekolah negri menengah pertama. Soimah begitu sangat senang melihat sekolah yang baru dan teman-teman yang baru. “ahh jadi makin semangat aku belajar, aku harus banggakan semua orang-orang yang aku sayang”(gumam soimah) Suatu saat hari dimana ia merasa harus membantu buleknya, karena ia tidak bisa membayar uang sekolah Soimah pun harus berjualan sebelum pergi sekolah dan sepulang sekolah, ia juga harus menempuh jalan-jalan dari rumahkerumah, dan sampai-sampai tidak bisa membayar uang ujian soimah harus ujian dibalik jendela mendengar guru membacakan soal dan ia menjawabnya. 3 tahun berlalu soimah lulus sekolah menengah pertama dan ia ingin sekali menlanjutkan lagi ke jenjang sekolah menengah atas. Kemudian soimah lulus dengan nilai yang cukup baik lalu ia melanjutkan sekolah lagi. Ia juga harus menempuh jarak yang jauh dari rumah kesekolahnya. “bu saya pergi yah, assalamu’alaikum”(pamit soimah) “iya belajar yang benar, hati-hati assalamu’alaikum”(menerima jabat tangan soimah, memberi semangat ) “iya buuuu....”(sambil berlari keluar rumah) Saat dimana soimah berulang tahun, ibunya(bulek) merayakan kecilkecilan untuk membuat bahagia soimah, mereka begitu sangat menikmati momentmoment itu. umur yang beranjak dewasa soimah tidak berharap banyak-banyak ia hanya mendoakan ayah, ibu, abang, kakaknya yang sudah entah dimana, tidak ada kabar yang datang kepadanya, dia berharap hanya ingin membahagiakan ibu angkatnya, yang sebenarnya bukan ibu kandungnya karena dia lah yang telah mengasuh soimah sewaktu kecil hingga usia yang beranjak dewasa. Tahun,bulan,hari,jam,detik pun berlalu hingga sudah terlewati 3 tahun, soimah lulus dari sekolah menengah atasnya. Soimah pun akan pergi merantau ke Medan, karena sudah ada yang melamarnya. Ternyata itu semua tidak direstui oleh ibunya. Soimah pun bertekat untuk tetap pergi bukan ada alasan apa-apa melainkan ibunya takut soimah kenapa-kenapa, dikarenakan soimah keturunan PKI yang terkenal beringas dan kejam. “buuuu izinkan aku yaaa... aku akan baik-baik saja kok”(sambil terisak soimah berbicara) “takuuuttt... itu yang ibu rasakan, ibu takut kenapa-kenapa dengan mu soimah!” (balas ibu) “tidak bu, percayalah aku akan baik-baik saja, nanti kalau aku sudah sampai diMedan aku akan memberi tahu ibu dan ibu boleh datang menemui aku”(jelas soimah) “hhmmm yaudah ibu akan mendo’akanmu, ibu percaya Allah akan melindungi mu disana nak”(pasrah dan memberi kepercayaan) “iya bu besok pagi aku akan berangkat keMedan bu” “iya nak iyaiya” Keesokan harinya Soimah pun pergi dan berpamitan, di perjalanan ia bergumam. “aku harus berani aku tidak boleh takut, walaupun aku keturunan PKI aku harus menjaga nama baik keluarga, aku harus berani”(tekat soimah) Sesampai diMedan Soimah sampai diterminal bis, ternyata kedanganannya sudah ada yang menyambut Soimah. Dari sisi belakang Soimah ada tangan yang menyentuh lengannya. “eehhhh??!!!(soimah terkejut) “heeiiii... kamu sudah sampai”(balas sang pelamar Soimah) “oh yaa hehe, iya barusan saja aku sampai ”(tersipu malu) “ya sudah, sini aku bawakan tas kamu. Malam ini kamu di tempat orang tuaku saja bersama mereka karena mereka juga sudah menunggu mu disana” (sambil membawakan tas soimah dan membawanya naik ke sepeda motor yang melamar Soimah) Tidak berapa lama mereka sampai dirumah orang tua pelamar Soimah. Soimah hanya bisa bersikap seperti biasanya. Malam menjelang dibelakang rumah ada pemandangan terhampar luas sawahsawah, pohon-pohon yang berada di pinggir sawah, kerlap-kerlip lampu teplok tetangga yang belum memakai listrik. “hmm udara yang dingin, angin berhembus pelan melewati sela-sela rambutku, sungguh suasana yang masih terbayang dan kurindukan saat masih di tempat kelahiranku”(oceh Soimah) Ternyata bayangan hitam dari belakang datang mendekati ku. “huuhhh dingin yah mah?!”(celetuk Bayu) Ya, Bayu nama itulah yang pernah melamarku. Bayu Soekanto nama panjangnya, ia anak sulung dari 2 bersaudara, ia t erbilang sudah sukses(sudah ada pekerjaan yang ia pegang.Pertama aku kenal dia sewaktu aku duduk di kelas 2 SMA. “ha..hhmm.. uuhhhh iya”(balas Soimah) “kamu tidak kedinginan?, oia bagaimana dengan hari ini di sini?” “hahaa... dikampungku sudah biasa seperti ini yu. Hari ini cukup nyaman kok enak” “oh ya? “yaa” (balas Soimah singkat) Tiba-tiba senyap seketika hanya ada suara jangkrik yang bernyanyi-nyayi untuk membuat terasa malam yang begitu gelap cuman hanya tampak sinar rembulan ditemani bintang yang berada di sampingnya. Dan terlihat kunang-kunang yang indah berterbangan berserakan dimana-mana. “mah...”(gumam bayu) “ hmm” “bagaimana dengan lamaranku kemarin”(membuat pertanyaan kepada Soimah) “ya yu hmm aku tidak bisa yuu...”(muka sedih) “haaa?, kenapa mah”(suara kecewa bayu) “maaf yuu”(balas Soimah singkat) “huh(mengela nafas panjang dan perasaan kecewa) “hmmm maaf yu maaf aku ga bisa nolak lamaran mu”(tersenyum malu) “?????”(memandang Soimah dengan dalam) “yuuuu...? bayyyuuuu...?”(tegun Soimah terhadap Bayu) “hahaaa....”(Bayu tertawa dan mengacak-acak rambut Soimah) “aahhhh kamu yuuu iiss uuhh”(sambil membenarkan rambutnya) “hmmm sini-sini, kamuu itu yaaaaa...”(Bayu memeluk Soimah) Mereka berdua tenggelam dalam hangatnya pelukan. Sebulan kemudian mereka sudah menjalin rumah tangga, mereka masih tinggal bersama orang tua Bayu lalu disisi lain Soimah telah mengandung anak pertamanya. Bayu sangat perhatian dengan Soimah, sampai-sampai ada hal sedikit yang mengganjal Soimah,Bayu langsung bersiaga. “kamuu harus jaga kesehatanmu ini akan jadi momen pertama kita mempunyai buah hati kita”(berbicara dengan Soimah sambil mengelus perut buncit Soimah yang semakin besar dan mendekati hari kelahiran) “iyaahhh mas. Kamu udah baik sekalia”(Soimah melepas senyum) Hari kelahiran anak pertama yang begitu membuat bahagia keluarga kecil Soimah dan Bayu ini. Anak sulung berjenis kelamin laku-laki yang diberi nama Yazid Wibowo. Anak yang begitu lucu begitu mirip dengan Soimah membuat semua orang melihatnya begitu geram ingin menggendongnya. 2 tahun berlalu Bowo tumbuh besar. Dan Soimah melahirkan anak kedua yang berjenis kelamin perempuan. Ini sangat di syukuri oleh Soimah dan Bayu disamping itu mereka juga menempati rumah baru “mass... aku sangat bersyukur sekali, ya Allah engkau telah memberikan suami dan 2 anak sepasang yang membuat lengkap hidup ku” “iya kita harus selalu bersyukur mah, atas semua rezeki yang diberikan Allah kepada kita”( sambil merangkul Soimah) Tahun berganti tahun dengan beranjak besar kedua anak Soimah dan Bayu. Mereka pun dianugrahkan anak kembar dengan jenis kelamin perempuan. Tetapi Soimah bukan bahagia melainkan kecewa dan sedih karena anaknya yang kembar tetapi yang lahir diluan diambil atau diberikan Bayu kepada adik perempuannya. Karena adiknya tidak bisa mempunyai anak sehingga Bayu rela memberikan anaknya kepada adiknya, yang membuat Soimah sedih tetapi ia terus harus bersabar sampaisampai Ibu Bayu begitu berubah dengannya saat itu, untuk memberikan anaknya yang satu dan diberikan kepada adik Bayu. Disisi lain setelah kejadian itu. “mas, kenapa sih mas harus anak kita mas?(Soimah tersedu-sedu) “tidak apa-apa lah mah, toh dia juga bisa mengurus Fina mas?, aku juga bisa mengurusnyaaaa!!, Fina belum merasakan ASI dari ibu kandungnya mas!? (terisak tangis Soimah dan berkeras kepada Bayu) Dari peristiwa tersebut Soimah dengan sabar dan kuat selalu meminta perlindungan kepada Allah. Anak-anaknya sudah tumbuh semakin dewasa. Tahundemi tahun terlewati, anak sulung Soimah dan Bayu menikah, dan mereka mempunyai 1 orang cucu. Soimah begitu bahagia dengan kehidupan yang ia jalani sekarang. Dari yang melahirkan anak kembarnya Soimah mempunya kelebihan yang bisa melihat alam yang tidak bisa dilihat kesat mata bagi orang normal ketika didaerah rumahnya lagi gempar-gempar mendapat informasi jika daerah rumah yang ditempati Soimah sekarang ada berkeliaran “makhluk ghaib” yang tiap malam mengganggu masyarakat dilingkungan daerah rumahnya. Soimah pun mencoba melihat apa yang terjadi sehingga warga menjadi heboh. Soimah mengambil kesimpulan ia melihat disekitar rumahnya memang banyak terutama dibarisan rumah Soimah terkadang juga Soimah melihat sosok itu. “tidak kenapa-kenapa kok, “mereka” tidak mengganggu kita disini” (berbicara kepada anaknya) “beneran mak? Tpi adek pernah dengar suara-suara yang membuat adek takut di tengah malam sewaktu terbangun mak”(fina anak terakhir Soimah) “iya dek, jangan diganggu ya”(mempertegas) “ohiayaiya mak” “makanya rajin sholat,baca Al-Qur’an, biar tidak diganggu”(menghibur fina) “iya maaakkk pastii”(semangat fina) Dan hal yang paling disyukuri Soimah dari semuanya hidup dia yang sekarang lebih-lebih baik dari hidupnya yang lalu, hidup bersama keluarga kecilnya sudah mempunyai cucu dari anak sulung Soimah. Dan Soimah pernah mempunyai impian. “dek mamak hanya pingin kalian sukses bisa beli rumah sendiri, berangkatkan mamak bapak naik haji, beli rumah yang nyaman buat mamak bapak” (Awala obrolan Soimah dengan fina) “hm iyaiya mak do’ai la adek sama kakak biar selalu sukses bisa banggai dan bahagiakan semuanya mak”(balas fina) “pasti dek, tidak tertinggal kalau buat anak-anak mamak” “hehee iyaiya mak” “yaudah belajar lah yang bener dek sana, periksa, ada tugas tidak buat besok”(memberi semangat) “ohiya mak, yaudah deh adek belajar ya mak, heheee”(pergi belajar) Pesan Moral : *selalu bersemangat dalan mengejar cita-cita yang tinggi dibarengi dengan selalu berdo’a, berusaha, pantang menyerah *membahagiakan dan membanggakan kedua orang tua yang bercucuran keringat mencari rezeki untuk kehidupan *jangan pernah mengecewakan orang tua, selalu ingat pesan orang tua, bersyukur dari apa yang telah ada di kehidupanmu sekarang.