Uploaded by User77216

Aurum Rizky Putri 2065050076 TUGAS 3

advertisement
Dosis obat, konsentrasi obat,
kadar obat, dan zat berkhasiat
Aurum Rizky Putri - 2065050076
KEPANITERAAN ILMU FARMAKOLOGI DAN TERAPI
PERIODE 16 NOVEMBER – 28 NOVEMBER 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
Dosis obat
Merupakan takaran jumlah obat yang dapat menghasilkan efek terapi pada
fungsi tubuh yang terkena gangguan.
DOSIS AWAL/LOADING DOSE
Dosis awal yang
dibutuhkan guna
tercapainya konsentrasi
obat yang diinginkan di
dalam darah dan kemudian
untuk selanjutnya dengan
dosis perawatan
DOSIS PENCEGAHAN
DOSIS
TERAPI/LAZIM/PEMELIHARAAN
Jumlah yang dibutuhkan
untuk melindungi agar
pasien tidak terkena
penyakit.
Range dosis dari dosis
minimal sampai maksimal
yang diberikan kepada
pasien dewasa tanpa
komorbid untuk
memberikan efek terapi
yang diharapkan tanpa
menimbulkan efek
samping.
Dosis obat
Merupakan takaran jumlah obat yang dapat menghasilkan efek terapi pada
fungsi tubuh yang terkena gangguan.
DOSIS LAZIM
DOSIS MAKSIMAL
DOSIS LETAAL/LETHAL DOSE
Dosis yang secara umum
digunakan untuk terapi
Dosis obat maksimal
yang dapat digunakan
untuk pengobatan
penyakit, bila dosis
maksimal dilampaui akan
menimbulkan efek yang
tidak diinginkan.
Dosis yang melebihi
dosis terapi dan
mengakibatkan efek
yang tidak diinginkan
yang pada akhirnya
dapat menyebabkan
kematian.
•
•
DOKTER BISA MENULIS DOSIS DIATAS MAKSIMAL PADA PASIEN YANG
BERULANG YANG TELAH MENCAPAI TOLERANSI DIATAS MAKSIMAL.
PADA PENULISAN RESEP, DI BAGIAN BELAKANG DOSIS DIBERIKAN TANDA
“!” – artinya: dengan sadar mau memberikan dosis diatas maksimal, benar-benar
dibawah pantauan dokter.
DOSIS OBAT
•
Dosis obat harus tepat dengan tingkat keparahan serta kondisi pasien.
•
Dosis berlebih → berubah menjadi dosis toksik
•
Dosis terlalu kecil tidak akan efektif.
•
Perhitungan dosis didasari pertimbangan usia, berat badan, luas
permukaan tubuh, dan lain-lain.
DOSIS BEDASARKAN usia
Perhitungan dosis berdasarkan usia
RUMUS FRIED:
ANAK USIA < 2 TAHUN
RUMUS CLARK:
ANAK USIA > 2 TAHUN
Dosis Anak (DA) =
Dosis Anak (DA) =
𝐮𝐦𝐮𝐫 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐛𝐮𝐥𝐚𝐧
𝐱 𝐃𝐃
𝟏𝟓𝟎
𝐛𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐮𝐤𝐮𝐫𝐚𝐧 𝐩𝐨𝐮𝐧𝐝
𝐱 𝐃𝐃
𝟏𝟓𝟎
DD: Dosis Orang Dewasa
Perhitungan dosis berdasarkan usia
RUMUS YOUNG:
ANAK USIA < 8 TAHUN
RUMUS DILLING:
ANAK USIA ≥ 8 TAHUN
Dosis Anak (DA) =
Dosis Anak (DA) =
𝐮𝐦𝐮𝐫 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧(𝐧)
𝐱 𝐃𝐃
𝐧 + 𝟏𝟐
𝐮𝐦𝐮𝐫 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧(𝐧)
𝐱 𝐃𝐃
𝟐𝟎
DD: Dosis Orang Dewasa
Perhitungan dosis berdasarkan usia
DOSIS DEWASA: MULAI DIGUNAKAN
DARI USIA 20 TAHUN
DOSIS UNTUK LANSIA
Pasien lanjut usia atau lansia adalah pasien dengan usia di atas 65 tahun.
1.
2.
3.
Orang dengan usia 65-74 tahun akan mendapatkan dosis 90%
dosis biasa.
Orang dengan usia 75-84 tahun akan mendapatkan dosis 80%
dosis biasa.
Orang dengan usia 85 tahun ke atas akan mendapatkan dosis
obat 70% dari dosis biasa.
Selain penurunan dosis obat, dapat juga dilakukan pemberian obat yang hanya
betul-betul diperlukan. Dapat digunakan efek plasebo, sehingga zat kimia
berbahaya yang masuk ke dalam tubuh dapat diminimalisir.
DOSIS UNTUK LANSIA
Pasien lanjut usia atau lansia adalah pasien dengan usia di atas 65 tahun.
Hal yang perlu dipertimbangkan saat hitung dosis:
• Tingkat sensitifitas tubuh dan organ pada lansia
lebih meningkat dibanding pasien usia dewasa,
dikarenakan menurunnya kualitas dan fungsi
sirkulasi darah pasien lansia.
• Menurunnya jumlah albumin dalam darah.
• Menurunnya fungsi hati dan ginjal sehingga sisa
obat yang bersifat toksik tidak bisa tersaring
dengan baik di hati.
• Kecepatan eliminasi obat menurun →
memungkinkan residu obat terendap di tubuh.
• Penggunaan banyak obat dapat menyebabkan
interaksi obat
• Umumnya lansia memiliki berbagai penyakit
Cara pemberian obat pada lansia:
Pastikan tentang data/informasi pasien dan
kondisinya.
Jelaskan dengan ramah dan jelas apa yang akan
dilakukan agar lansia mau bekerja sama dalam
pemakaian obat.
Jelaskan tentang obat yang dipakai dan jelaskan
dengan hati-hati kemungkinan efek samping
yang akan terjadi dan cara mengatasi.
Minta keluarga menjadi pengawas pemakai obat
(PMO). Bila perlu berikan catatan kepada
keluarga/PMO jika pasien bingung.
Perhatikan
interaksi
antar
obat/makanan/minuman
termasuk
penyalahgunaan obat bebas, herbal/tradisional.
●
●
●
●
●
DOSIS BEDASARKAN
BERAT BADAN
Perhitungan dosis berdasarkan berat badan
Cara paling ideal karena sesuai dengan kondisi pasien sebenarnya
dibandingkan perhitungan berdasarkan umur yang tidak sesuai dengan
berat badan pasien.
DOSIS OBAT = BERAT BADAN PASIEN(kg) x DOSIS OBAT/kg BB PASIEN
DOSIS BEDASARKAN
LUAS PERMUKAAN TUBUH
Perhitungan dosis berdasarkan BODY SURFACE AREA
Dianggap sebagai yang paling tepat dalam menghitung dosis untuk
bayi, anak-anak, orang lanjut usia, dan berat badan rendah.
BSA=
𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢 𝐛𝐚𝐝𝐚𝐧 𝐜𝐦 𝐱 𝐛𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐛𝐞𝐝𝐚𝐧 (𝐤𝐠)
𝟑𝟔𝟎𝟎
Bila luas permukaan tubuh pasien tidak diketahui, tetapi tinggi badan dan berat badannya
diketahui selain menggunakan rumus di atas, luas permukaan tubuh pasien dapat ditentukan
dengan menggunakan bantuan NOMOGRAM
Sumber: Suprapti T. Praktikum Farmasetika Dasar. 2016. Jakarta: KEMENKES RI
NOMOGRAM DEWASA
BSA orang dewasa (tn. A)
(BB: 75 kg, TB: 175 cm)
1.
2.
Tarik garis lurus pada jalur BB = 75 kg
Hubungkan pada titik 175 cm pada jalur TB
Maka dapat ditentukan BSA pasien yang dapat
dilihat pada jalur surface area pada gambar,
yaitu pada titik 1,90
Jadi BSA Tn. A = 1,90 m2
BSA =
𝟏𝟕𝟓 𝐜𝐦 𝐱 𝟕𝟓 𝐤𝐠
𝟑𝟔𝟎𝟎
=
𝟏𝟑.𝟏𝟐𝟓
𝟑𝟔𝟎𝟎
= 1,90 m2
Nomogram ANAK
BSA ANAK (An. B)
(BB: 6 kg, TB: 80 cm)
1.
2.
Tarik garis lurus pada jalur BB = 6 kg
Hubungkan pada titik 80 cm pada jalur TB
Maka dapat ditentukan BSA pasien yang dapat
dilihat pada jalur surface area pada gambar,
yaitu pada titik 0,36
Jadi BSA Tn. A = 0,36 m2
BSA =
𝟖𝟎 𝐜𝐦 𝐱 𝟔 𝐤𝐠
𝟑𝟔𝟎𝟎
=
𝟒𝟖𝟎
𝟑𝟔𝟎𝟎
= 0,36 m2
RUMUS MENGHITUNG DOSIS ANAK BERDASARKAN BSA
DOSIS berdasarkan BSA =
Luas permukaan tubuh (m2) / 1,73 m2 x DD
Ket.: 1,73 m2 = luas permukaan tubuh
orang dewasa rata-rata
Sumber: Suprapti T. Praktikum Farmasetika Dasar. 2016. Jakarta: KEMENKES RI
RUMUS MENGHITUNG VOLUME SEDIAAN YANG
DIBUTUHKAN BERDASARKAN BSA
Jumlah mL yang digunakan =
𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐝𝐨𝐬𝐢𝐬 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐛𝐮𝐭𝐮𝐡𝐤𝐚𝐧 (𝐦𝐠)
𝐬𝐞𝐝𝐢𝐚𝐚𝐧 (𝐦𝐠)
x sediaan (mL)
•
Jumlah obat yang berada di dalam tubuh.
•
Obat dapat memberikan efek terapi jika kadar obat
dalam tubuh memenuhi kebutuhan terapi yang
diperlukan. Kadar obat memiliki hubungan dengan
efek farmakologis.
•
Kadar obat puncak: konsentrasi plasma tertingi dari
sebuah obat pada waktu tertentu dan menunjukkan
kecepatan absorpsi suatu obat.
•
Kadar terendah: konsentrasi plasma terendah dari
sebuah obat dan menunjukkan kecepatan eliminasi
obat. Jika kadar terendah terlalu tinggi, maka
toksisitas akan terjadi.
KADAR OBAT
KONSENTRASI OBAT
•
•
Ukuran yang menggambarkan konsentrasi zat/obat di dalam suatu
campuran dengan satuan tertentu.
Satuan yang digunakan:
Bobot dalam
bobot (b/b)
Jumlah zat terlarut (g)
dalam 100 g larutan
Bobot dalam
volume (b/v)
Jumlah zat terlarut (g)
dalam 100 mL larutan
Paracetamol
Volume dalam
volume (v/v)
Jumlah zat terlarut (ml)
dalam 100 mL
Bisolvon, Actifed
Setiap 5 mL mengandung 120
mg Paracetamol
Pemberian bentuk sediaan obat padat dan cair
X=
𝐃
𝐓
X = Jumlah obat yang harus diberikan
D = Dosis obat yang diberikan atau diminta
T = Sediaan yang ada
BAHAN SEDIAAN OBAT PADAT
Ny. R harus mengkonsumsi amoxicillin dengan dosis 3 x 500 mg.
Sediaan yang tersedia adalah 250 mg.
D = 500 mg
T = 250 mg
X = 500/250 = 2 tablet
BAHAN SEDIAAN OBAT CAIR
Tn. J harus mengkonsumsi sucralfate dengan dosis 4 x 1000
mg.
Sediaan yang tersedia adalah 500 mg/5 mL.
D = 1000 mg
T = 500 mg
X = 1000/500 x 5 mL = 2 x 5 mL = 10 mL (2 sendok teh)
ZAT BERKHASIAT OBAT
Kandungan : Asetominofen
Khasiat : Antipiretik dan Analgetik ringan
sedang
Efek Samping : Erithema, Flushing, Pruritus
T 1/2 : 1 - 3 jam
Bentuk sediaan : Tablet
Kompresi
Komposisi : 500 mg PCT
Golongan : Obat Bebas
Kemasan : 1 strip 10
tablet
Bentuk sediaan : Sirup
Komposisi : 120 mg
PCT/5ml
Golongan : Obat Bebas
Kemasan : 60ml
Paracetamol
ZAT BERKHASIAT OBAT
•
•
Bentuk sediaan: Kapsul
Golongan: Obat keras
Komposisi: 500 mg
Kemasan: 1 strip 10 kapsul
•
•
Zat aktif: Amoxicillin
Cara kerja: bersifat bakteriolitik,
bekerja dengan menghambat
sintesis dinding sel bakteri
dengan memutus rantai polimer
peptidoglikan sehingga tidak
terbentuk.
Fungsi/khasiat: antibakteri
ESO: diare, mual muntah, sakit
perut, diare, syok anafilaktik
ZAT BERKHASIAT OBAT
Bentuk sediaan : Tablet Salut Selaput
Komposisi : 10 mg
Golongan : Obat Keras
Kemasan : 1 strip 10 tablet
Kandungan : Cetirizine hydrochloride (HCl)
KHASIAT : Antihistamin
INDIKASI : Kondisi Alergi
Efek Samping : mulut kering, takikardi, malaise
T ½ : 8 jam
Cetirizine
ZAT BERKHASIAT OBAT
Bentuk sediaan : Sirup
Komposisi : 30 mg / 5ml
Golongan : Obat Keras
Kemasan : 60 ml
Bentuk sediaan : Tablet kompresi
Komposisi : 30 mg
Golongan : Obat Keras
Kemasan : 1 Strip 10 tablet
Ambroxol
Kandungan : Ambroxol Hidroclorida
KHASIAT : Mukolitik
INDIKASI
: Kondisi gangguan
pernapasan
Efek Samping : mual dan muntah,
ruam merah pada kulit
T ½ : 8 jam
ZAT BERKHASIAT OBAT
•
•
Bentuk sediaan: Krim
Golongan: Obat keras
Komposisi: 0,05% krim
Kemasan: 20 g/tube
•
•
Zat aktif: Asam Retinoat
Cara kerja: Mengaktifkan reseptor asam
retinoat, lalu meningkatkan mitosis dan
pergantian sel epidermal serta menekan
sintesis keratin
Fungsi/khasiat: anti acne
ESO: rasa terbakar, iritasi, kulit kering
KEMASAN OBAT
Pengemasan sediaan farmasi dilaksanakan dengan menggunakan bahan kemasan yang tidak
membahayakan kesehatan manusia dan/atau mempengaruhi berubahnya persyaratan mutu
KEMASA PRIMER
Kemasan bersinggungan
langsung dengan obat,
KEMASAN SEKUNDER
KEMASAN TERSIER
Kemasan yang
melindungi kemasan
primer.
Kemasan untuk
mengemas setelah
kemasan primer,
sekunder, atau tersier.
Kemasan ini digunakan
sebagai pelindung
selama pengangkutan.
Kemasan strip
(strip packaging
Semua solid form dibidang farmasi
termasuk pill, tablet, kapsul. Dikemas
dengan kemasan strip tetapi yang paling
umum menggunakan cara ini adalah
tablet dan kapsul.
Kemasan blister
(blister packaging)
Kemasan
blister dibentuk dengan
melunakkan suatu lembaran resin
termoplastik dengan pemanasan, dan
menarik (dalam vakum) lembaran plastic
yang lembek itu kedalam suatu cetakan.
Kemasan KACA
Kaca merupakan bahan
kemasan botol yang steril.
untuk
TERIMA KASIH
DAFTAR PUSTAKA
●
●
●
Suprapti T. Praktikum Farmasetika Dasar. Jakarta: KEMENKES RI. 2016
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Bahan Ajar Rekam Medis
dan Informasi Kesehatan (RMIK) Farmakologi. Jakarta: KEMENKES RI.
2017
Ikatan Apoteker Indonesia. Informasi Spesialite Obat (ISO Indonesia)..
Jakarta: PT. ISFI Penerbitan Jakarta vol. 52. 2019
Download