Makalah Studi Al-Qur’an ILMU MUNASABAH Dosen pembimbing : M. Andre Agustianto Lc.MH Disusun oleh : Muhammad Nur Adha Nudin (G94217190) Muhibbul Zibbri (G94217193) Zackya UlulAlbab (G94217217) FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN EKONOMI SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017 Page | 1 KATA PENGANTAR Segala puja dan puji syukur kita berikan kepada Allah SWT. Dia-lah yang telah menganugerahkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi seluruh manusia dan rahmat bagi segenap alam. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. yang telah menunjukkan kita ke jalan yang benar dan terhindar dari jalan yang sesat serta gelap gulita, yaitu Ad-Dinul islam. Kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah studi Al-Quran dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari sumber-sumber bacaan dari beberapa buku sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, maka dari itu kami mohon maaf apabila ada salah penulisan kata sehingga dibutuhkan kritik dan saran yang membangun agar kita dapat memperbaiki kesalahan kita. Surabaya, November 2017 Penulis Page | 2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..............................................................................................................2 DAFTARISI.............................................................................................................................3 BAB I: PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................................ 4 1.2 RUMUSAN MASALAH......................................................................................... 4 1.3 TUJUAN..........................................................................................................................4 BAB II: PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Munasabah .......................................................................................... 5 2.2 Latar Belakang Munculnya Ilmu Munasabah ....................................................... 5 2.3 Macam-macam Munasabah dalam Al-Qur’an............................................................7 2.4Dasar-dasar Pemikiran Adanya Munasabah dalam Al-Qur’an…..........................10 2.5 Faedah Ilmu Munasabah…………………………………………………………….11 2.6 Urgensi Munasabah dalam Penafsiran Al-Qur’an..…………………………..........12 2.7 PendapatUlama Tentang Kedudukan Munasabah dalam Penafsiran Qur’an….14 BAB III: PENUTUP 3.1 KESIMPULAN.............................................................................................................16 3.2 SARAN..........................................................................................................................16 3.3 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................17 Page | 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Al-Quran adalah kitab suci umat islam. Al-Quran dipercaya sebagai pedoman hidup umat islam. Penting untuk kita mengetahui hubungan antara beberapa ayat atau beberapa surat Al-Qur‟an dengan ayat atau surat lainnya, agar kita dapat lebih memahami tentang kalamullah ini. Juga wajib bagi kita untuk menguji tentang alQur‟an secara mendalam agar kita bisa memahami dan bisa menerapkannya dikalangan keluarga maupun masyarakat. 1.2 RUMUSAN MASALAH a. Apa pengertian Ilmu Munasabah? b. Apa yang menjadi latarbelakang munculnya Ilmu Munasabah? c. Macam-macam Munasabah dalam Al-Qur‟an. d. Dasar Munasabah dalam Al-Qur‟an. e. Faedah Ilmu Munasabah f. Urgensi Munasabah dalam Penafsiran Al-Qur‟an. 1.3 TUJUAN a. Untuk mengetahui apa itu Ilmu Munasabah. b. Untuk mengetahui apa yang menjadi sebab munculnya Ilmu Munasabah c. Untuk mengetahui Macam-macam Munasabah dalam Al-Qur‟an. d. Untuk mengetahui Dasar Munasabah dalam Al-Qur‟an. e. Untuk mampu memngetahui apa faedahnya mempelajari Ilmu Munasabah f. Untuk mengetahui pentingnya atau urgensi munasabah dalam penafsiran AlQuran Page | 4 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Munasabah Disini terdapat 2 pengertian munasabah; yang pertama menurut bahasa dan kedua menurut istilah, kami akan membahas pengertian munasabah menurut bahasa terlebih dulu. Munasabah jika diartikan menurut Bahasa artinya dekat,serupa,mirip yang diambil dari Bahasa arabَ ُهٌَب َصبَة-ٌََُُٗب ِصب-ب ََ ًَب َص. Munasabah secara Bahasa juga bisa diartikan sebagai hubungan atau persesuaian. As-Suyuti berpendapat; al-munasabah berarti al-mushakalah (keserupaan) dan al-muqarabah (kedekatan). Misalnya Fulan “yunasib” Fulan, berarti si A mempunyai hubungan dekat dengan si B dan menyerupainya.1 Sedangkanmenurut istilah munasabahadalah ilmu untuk mengetahui alasan penertiban dari setiap bagian Al Qur‟an. Termasuk mencari kaitan antara ayat yang berada pada akhir sebuah surat dengan ayat yang berada pada awal surat berikutnya atau antara satu surat dengan surat sesudah atau sebelumnya.2 Definisi munasabah ini bukan hanya sesuai dalam arti sejajar dan pararel saja, melainkan yang kontradiksipun termasuk munasabah. Sebab ayat-ayat Al-quran ada yang merupakan pengkhususan dari ayat-ayat yang bersifat umum dan juga ada yang sebagai penjelas hal-hal konkrit terhadap hal-hal abstrak. 2.2 Latar Belakang Munculnya Ilmu Munasabah Ilmu munasabah ini berawal dari kenyataan bahwa sistematika Al Qur‟an yang terdapat dalam Mushaf „Utsmani sekarang tidak berdasarkan fakta kronologis turunnya Al Qur‟an. Itulah sebab mengapa terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama‟ salaf tentang susunan ayat di dalam Al Qur‟an. Salah satu penyebab perbedaan pendapat ini adalah adanya mushaf-mushaf ulama‟ salaf yang susunan suratnya berbeda. Atas perbedaan sistematika itulah wajar bila 1 UIN Sunan Ampel, Studi Al-Qur‟an, (Surabaya, UIN Sunan Ampel Press:2017), Cet.7, hlm. 282. Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur‟an: Munasabah dalam Al Qur‟an, (Yogyakarta: ITQAN Publishing, 2014), hlm. 220 2 Page | 5 masalah munasabah Al Qur‟an kurang mendapat perhatian dari para ulama‟ yang menekuni „Ulum Al Qur‟an. Menurut ash-Sharahbani, seperti dikutip Az-Zarkashi dalam al-Burhan, Ulama‟ yang pertama kali menaruh perhatian pada masalah munasabah adalah Shaikh Abu Bakar An-Naysaburiy dalam kitab tafsirnya. Besarnya perhatian An-Naysaburiy terhadap hal ini nampak dari ungkapan as-Suyuti yang mengungkapkan bahwa setiap kali An-Naysaburiy duduk di atas kursi dan apabila dia dibacakan Al Qur‟an, beliau heran “Mengapa ayat ini diletakkan di samping ayat ini, dan apa rahsia diletakkan surat ini disamping surat ini ?” Beliau juga sampai mengkritik para ulama‟ Baghdad lantaran mereka tidak mengetahuinya. Tindakan An-Naysaburiy ini merupakan langkah baru dalam dunia tafsir kala itu. Beliau mempunyai kemampuan untuk membahas persesuaian antar ayat maupun antar surat terlepas dari tepat atau tidaknya maupun pro dan kontranya apa yang dicetuskan beliau, yang jelas beliau dikenal sebagai bapak ilmu munasabah. Dalam perkembangannya, munasabah berubah menjadi bagian dari ilmu-ilmu Al Qur‟an. Ulama‟-ulama‟ kemudian menyusun pembahasan munasabah secara khusus. Salah satu kitab yang khusus membahas munasabah ialah al-Burhan Fi Munasabat Tartib al Qur‟an karya Ahmad Ibrahim al-Andalusi. As-Suyuti membahas tema munasabah dalam kitabnya al-itqan dengan topik Fi Munasabati alAyat. Ada beberapa istilah yang digunakan oleh para mufassir mengenai munasabah. Ar Razi menggunakan istilah ”Ta‟alluq” sebagai sinonim munasabah. Ketika menafsirkan ayat 16-17 Al Quran Surat Hud, beliau menulis : “ketahuilah bahwa pertalian (ta‟alluq) antara ayat ini dengan ayat sebelumnya jelas, yaitu apakah orang orang kafir itu sama dengan orang yang mempunyai bukti yang nyata dari tuhannya; sama dengan orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya dan orang-orang itu tidaklah memperoleh di akherat kecuali neraka.3 3 Op.cit, hlm. 284. Page | 6 Sementara itu, Sayyid Rasyid Rida menggunakan istilah al-ittisal dan ta‟lil dalam penafsiran Al Qur‟an Surat An-Nisa‟ ayat 30, sebagai berikut: “Hubungan persesuaian (ittisal) antara ayat ini dengan ayat sebelumnya sangatlah nyata.” 2.3 Macam-Macam Munasabah dalam Al-Qur’an Ditinjau dari sifatnya, munasabah terbagi menjadi dua;4 1. Persesuaian yang nyata, yaitu persesuaian antara bagian Al Qur‟an yang satu dengan yang lain tampak jelas dan kuat, karena kaitan kalimat satu sama lain sangat erat, sehingga jika dipisahkan tidak akan menjadi kalimat yang sempurna. Hubungan tersebut terkadang berupa : penguat (tawkid), penafsir, penyambung („atf), penjelas (bayan), pengecualian (istisna‟), menengahi (I‟tirad) dan mengakhiri (tadhyil). Contohnya hubungan antara Q.S. al-Isra‟ 1-2 : َصبحيَالذَٕاصزَٓبعبذٍَل٘الَهيَالوضجذَالحزامَالَٔهضجذَاألقصبَالذَٕبزكٌبَحْلََلٌزََٗهيَاٗحٌبَإًَََُْالضو٘ع البص٘ز Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ayat tersebut menjelaskan isra‟ Nabi SAW, selanjutnya di ayat 2 surat al-Isra‟ tersebut : ّّاجٌ٘بَهْصَٖالكحبَّجعلٌََُذَٓل ّ بٌَٖإصزءٗلَاّلَجحّخذّاَهيَدًَّّٖك٘ال Artinya : Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): “Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku” Ayat tersebut menerangkan turunnya kitab Taurat kepada Nabi Musa a.s. Korelasi kedua ayat tersebut sangatlah jelas, yaitu kedua Nabi dan Rasul Allah (Muhammad saw dan Musa a.s.) diutus untuk menyampaikan hidayah Allah kepada Manusia. 4 Ibid, hlm. 286. Page | 7 2. Persesuaian yang tidak jelas atau samarnya persesuaian antara bagian Al Qur‟an yang satu dan yang lain, sehingga tidak tampak adanya relasi antara keduanya. Contohnya dalam surat al-Baqarah 189 dengan surat al-Baqarah ayat 190. Al-Baqarah ayat 189 berbunyi : ُ َِ٘ٗ ْضئَلُْْ ًَكَ َ َع ِيَاٌ ْألَ ُِلَّ ِةَقُلْ َ ُِ ََٖ َهْْ ق َََٔبَّلَ ِك َّيَاٌ ْل ِبزََّ َه ِيَاٌجَّق َ ََّ٘اٌ ْل َحجِّ َ َّل َ ُْشَاٌ ْلبِزُّ َبِأ َ ْىَجَأْجُْاَاٌ ْلبُُْْ٘ تَ َ ِه ْيَظُُِْْ ِر َ بس ِ ٌَّْثَلِل ْ ُبََّاٌلحَّق ْ َُّ ْأج ََْاَهللاََلَ َعلَّ ُك ْنَجُ ْفلِحُْْ ى َ َِِْاَالبُُْْ٘ تَ َ ِه ْيَاَب َْْب Artinya : Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertaqwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintupintunya; dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu beruntung. Ayat tersebut menjelaskan tentang bulan sabit atau tanggal masuknya waktu ibadah haji. Sedangkan ayat 190 Surat al-Baqarah berbunyi : ّ ب٘لَهللاَالذٗيَٗقح٘لًْكنَّّلَجعحذّاَإىَهللاَّلَٗحبّ َالوعحذٗي ّقحلْاَفَٔص Artinya : Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Ayat tersebut berisi tentang perintah untuk menyerang orang-orang yang menyerang umat Islam. Sepintas ayat tersebut tidaklah berelasi satu sama lain. Padahal sebenarnya, terdapat hubungan antara keduanya, yaitu larangan untuk melakukan perang di waktu ibadah haji, akan tetapi jika umat Islam diserang terlebih dahulu, maka serangan musuh itu harus dibalas, walaupun pada musim haji sekalipun. Ditinjau dari segi materinya dalam al-Quran sekurang kurangnya terdapat tujuh macam munasabah5,yaitu: a. Munasabah antara surat dengan surat sebelumnya, yakni satu surat berfungsi untuk menjelaskan surat sebelumnya, contohnya di dalam Q.S al-Fatihah ayat 6 yang 5 Ibid 289. Page | 8 artinya “Tunjukilah kami ke jalan yang lurus”. Lalu dijelaskan di Q.S al-Baqarah ayat 2 bahwa jalan yang lurus yaitu jalan yang yang mengikuti petunjuk al-Quran, sebagaimana disebutkan “Kitab (al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”. b. Munasabah antara nama surat dengan isi atau tujuan surat. Nama surah biasanya diambil dari suatu permasalahan pokok di dalam suatu surah, misalnya Q.S. alBaqarah yang berisi tentang kisah sapi betina sebagaimana diceritakan pada ayat ke 67-69. Cerita tersebut mengandung tujuan dari surat ini yakni menyangkut tentang kekuasaan Tuhan dan keimanan pada kemudian hari. c. Hubungan antara ayat pertama yang terdiri dari beberapa huruf dengan isi surat. Hubungan huruf ini dengan isi suratnya bisa dilacak dari jumlah huruf yang dijadikan sebagai permulaan surat. Misalnya jumlah huruf alif, lam dan mim pada surat-surat yang dimulai dengan alif-lam-mim semuanya dapat dibagi 19.6 d. Hubungan antara kalimat dengan kalimat lain dalam satu ayat. Misalnya dalam surat al-Baqarah ayat 1957 : َّ ٌُّْْاًفقْاَفَٔصب٘لَهللاَّّلَجُ ْلقُْاَبأٗذٗكنَالَٔالحَ ِْلُ َك ِةَ َّاَحْ ِض اَإىَهللاَٗحبُّ َالوحضٌ٘ي Artinya : Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik Sepintas tidak ada hubungannya antara Dan belanjakanlah (harta bendamu) dijalan Allah dengan dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan. Namun jika kita renungkan, akan ditemukan kaitan logis antara bagian ayat tersebut. Apabila umat islam tidak mau menyumbangkan sebagian hartanya untuk perjuangan, maka perjuangan tersebut tidak akan berhasil. Apabila perjuangan tidak berhasil maka kita akan tertinggal dalam segala hal dan bukan tidak mungkin umat islam akan kembali dijajah walau tidak dari segi fisik, namun dari segi politik, ekonomi maupun budaya. Itu berarti jika umat Islam enggan untuk menyumbangkan hartanya, dia telah membuat dirinya sendiri terjajah (menghancurkan dirinya sendiri). 6 7 Ibid 292. Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur‟an ., 223 Page | 9 e. Munasabah antara kelompok ayat satu dengan kelompok ayat yang lain. Misalnya surat al-Baqarah ayat 1-20 tentang beberapa kategori manusia ditinjau dari segi keimanannya. Ayat 1-5 berbicara tentang orang-orang yang bertaqwa yaitu orangorang yang memadukan dalam diri mereka aspek Iman, Islam dan Ihsan. Ayat berikutnya 6-7 berbicara tentang orang-orang kafir, yaitu orang yang lahir batin mengingkari Allah SWT. Ayat selanjutnya 8-20 berbicara tentang orang-orang munafiq, yang di luar mengaku beriman, tetapi di dalam mengingkari Allah SWT.8 f. Hubungan antara satu ayat dengan ayat lain dalam satu Surat. Misalnya kata “Muttaqin” dalam Q.S. al-Baqarah ayat 2 dijelaskan pada ayat berikutnya mengenai ciri-ciri orang yang bertaqwa. g. Munasabah antara penutup surat dengan awal surat berikutnya, misalnya awal Q.S. al-Hadid dengan akhir surat al-Waqiah. Allah berfirman : صبّحَهللَهبَفَٔالضوبّاتَّاّلرضََُّْالعزٗزَالحك٘ن Artinya : Semua yang berada di langit dan dibumi bertasbih kepada Allah(menyatakan kebesaran Allah). Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. فضبّحَببصنََربّكَالعظ٘ن Artinya : Maka bertasbihlah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Maha Besar Munasabah al Qur‟an diketahui berdasarkan Ijtihad, bukan berdasarkan petunjuk Nabi saw. Setiap orang bisa saja menghubungkan berbagai macam hal di dalam alQuran. 2.4 Dasar-dasar Pemikiran adanya Munasabah dalam Al-Qur’an Ash-Shatibiy menjelaskan bahwa satu surat, walaupun dapat mengandung banyak masalah, namun masalah-masalah tersebut berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Sehingga seseorang jangan hanya mengarahkan pandangan pada awal surah, tetapi hendaknya memperhatikan pula akhir surah, atau sebaliknya. Karena bila tidak demikian akan terabaikan maksud ayat-ayat yang diturunkan itu.9 8 9 Ibid, 225. UIN Sunan Ampel, Studi Al-Qur‟an, (Surabaya, UIN Sunan Ampel Press:2017), Cet.7 , hlm. 293 Page | 10 Ilmu munasabah dapat berperan mengganti ilmu asbab an-nuzul, apabila kita tidak dapat mengetahui sebab turunnya suatu ayat, tetapi kita bisa mengetahui adanya relevansi ayat itu dengan ayat lainnya. Sehingga dikalangan ulama‟ timbul masalah; mana yang didahulukan antara mengetahui sebab turunnya ayat dengan mengetahui hubungan antara ayat itu dengan ayat lain. Seorang ulama‟ bernama Burhanuddin alBiqa‟I menyusun kitab yang sangat berharga dalam ilmu ini, yang diberi nama: “Nazm ad-Duwar Fi Tanasub al-Ayat Wa as-Suwar”. Segolongan dari antara para ulama‟ Islam ada yang berpendapat, bahwa ayatayat Al-Qur‟an itu satu dengan yang lain ada hubungannya, selalu ada relevansinya dengan ayat atau surat yang lainnya. Ada pula yang berpendapat, bahwa hubungan itu tidak selalu ada. Hanya memang sebagian besar ayat-ayat dan surah-surah ada hubungannya satu sama lain. Di samping itu, ada pula yang berpendapat bahwa mudah mencari hubungan antara suatu ayat dengan ayat yang lainnya, tetapi sukar sekali mencari hubungan antara suatu surat dengan surat yang lain10 2.5 Faedah Ilmu Munasabah Secara umum, ada 4 hal yang menunjukkan pentingnya kajian tentang munasabah dalam Al-Qur‟an11: 1. Mengetahui korelasi antara ayat dengan ayat atau surah dengan surah menunjukkan, bahwa Al-Qur‟an merupakan satu kesatuan yang utuh tersusun secara sistimatis dan berkesinambungan, walaupun diturunkan secara terpisahpisah dalam rentang waktu sekitar 23 tahun. Hal ini akan memperkuat keyakinan, bahwa Al-Qur‟an merupakan mukjizat dari Allah SWT. 2. Munasabah memperlihatkan keserasian susunan redaksi ayat-ayat maupun kalimat-kalimat Al-Qur‟an, sehingga keindahannya dapat dirasakan sebagai hal yang sangat luar biasa bagi orang yang memiliki dhauq‟araby. 10 11 Ibid, Hlm. 294 Ibid, Hlm. 295 Page | 11 3. Mengetahui persambungan atau hubungan antara bagian Al-Qur‟an , baik antara kalimat-kalimat atau ayat-ayat maupun surah-surahnya yang satu dengan yang lain, sehingga lebih memperdalam pengetahuan dan pengenalan terhadap kitab Al-Qur‟an, dan memperkuat keyakinan terhadap kewahyuan dan kemukjizatannya. Karena itu, Izzud Abd. Salam mengatakan, bahwa ilmu Munasabah itu adalah ilmu yang baik sekali. Ketika menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain, beliau mensyaratkan harus jatuh pada hal-hal yang berkaitan betul, baik di awal ataupun di akhirnya. 4. Dengan Ilmu Munasabah akan sangat membantu dalam menafsirkan ayat” AlQur‟an, setelah diketahui hubungan sesuatu kalimat / sesuatu ayat dengan kalimat / ayat yang lain, terutama terhadap ayat” yang tidak memiliki sabab an-nuzul, sehingga dalam menafsirkan ayat” Al-Qur‟an sangat mempermudah pengistimbatan hukum-hukum atau isi kandungannya. 2.6 Urgensi Munasabah dalam Penafsiran Al-Qur’an Ahli Tafsir biasanya memulai penafsirannya dengan mengemukakan terlebih dulu asbabun nuzul ayat. Sesungguhnya sebagian dari mereka masih bingung mana yang lebih baik, memulai penafsiran dengan menguraikan asbabun nuzul ataupun menjelaskan tentang munasabah ayat-ayat. Kebingungan itu mengandung pernyataan yang tegas mengenai kaitan ayat-ayat Al-Qur‟an dan hubungannya dalam rangkaian yang serasi.12 Pengetahuan mengenai korelasi atau munasabah antara ayat-ayat bukanlah tauqifi (sesuatu yang ditetapkan oleh Rasul Saw), melainkan hasil ijtihad mufassir, buah penghayatannya terhadap kemukjizatan Al-Qur‟an, rahasia retorika dan keterangannya mandiri. Apabila korelasi itu halus maknanya, keharmonisan konteksnya, sesuai asas-asas kebahasaan dalam Bahasa arab, korelasi itu dapat diterima. Ini bukan berarti bahwa para mufassir harus mencari kesesuaian bagi setiap ayat, karena Al-Quran turun secara bertahap, sesuai dengan peristiwa” yang terjadi. Seseorang mufassir terkadang dapat membuktikan munasabah antara ayat” dan 12 Ibid, Hlm. 296 Page | 12 terkadang tidak. Oleh sebab itu ia tidak perlu memaksakan diri untuk menemukan kesesuaian itu. Jika demikian maka kesesuaian itu hanyalah sesuatu yang dibuat-buat dan hal ini tidak disukai.13 Menyadari kenyataan wahyu dalam Al-Qur‟an yang tidak bisa dipisah satu dengan yang lainnya, baik antara ayat dengan ayat maupun antara surah dengan surah, maka keberadaan ilmu munasabah menjadi penting dalam memahami AlQur‟an secara utuh. Kegunaan mempelajari ilmu munasabah dapat dijelaskan secara berikut : 1. Dapat mengembangkan bagian anggapan orang bahwa tema-tema Al-Qur‟an kehilangan relevansi antara satu bagian dan bagian yang lainnya. Contohnya terhadap firman allah Q.S Al-Baqarah (2) ayat 189 :14 Artinya : “Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” Orang yang membaca ayat tersebut tentu akan bertanya-tanya: Apakah hubungan antara pembicaraan bulan sabit dengan pembicaraan mendatangi rumah. Dalam menjelaskan munasabah antara kedua pembicaraan itu, Az-Zarkasy menjelaskan : “Sudah diketahui bahwa ciptaan allah mempunyai hikmah yang jelas dan mempunyai kemaslahatan bagi hamba-hambanya, maka tinggalkan 13 Ibid, Hlm.297 Rosihon,Anwar. Ulum Al-Qur‟an. (Bandung, Pustaka Setia: 2007). Hlm.96 14 Page | 13 pertanyaantentang hal itu, dan perhatikanlah sesuatu yang engkau anggap sebagai kebaikan, padahal sama sekali bukan merupakan sebuah kebaikan.”15 2. dari sisi balaghah, korelasi antara ayat dengan ayat menjadi keutuhuan yang indah dalam tata Bahasa Al-Qur‟an dan bila dipenggal maka keserasian, kehalusan dan keindahan ayat akan hilang. 3. ilmu ini memudahkan orang memahami makna ayat atau surah, sebab penafsiran Al-Qur‟an dengan ragamnya (bi al-ma‟thur dan bi ar-ra‟yi) jelas membutuhukan pemahaman korelasi(munasabah) antara satu ayat dengan ayat lainnya. Akan fatal akibatnya bila penafsiran ayat dipenggal-penggal sehingga menghilangkan keutuhuan makna Pembahasan tentang munasabah di kalangan ulama‟ tidak terlalu intens, dibanding topik-topik lainnya pada pembahasan ilmu Al-Qur‟an . namun munasabah bukan berarti tidak penting sebagai salah satu metode dalam memahami Al-Qur‟an. dalam hal munasabah belum ditemukan pendapat yang kontroversial sehingga menimbulkan perbedaan pendapat yang tajam.16 Secara singkat manfaat munasabah dalam memahami ayat Al-Qur‟an ada dua, yakni; memahami keutuhuhan, keindahan dan kehalusan Bahasa, serta membantu kita dalam memahami keutuhan makna Al-Qur‟an itu sendiri. Untuk menemukan korelasi antar ayat, sangat diperlukan kejernihan rohani dan rasio agar kita terhindar dari kesalahan penafsiran.17 2.7 Pendapat Para Ulama’ Tentang Kedudukan Munasabah dalam Penafsiran Al-Qur'an Seperti halnya suatu perkara pasti ada yang setuju dan ada yang tidak setuju. Pendapat para mufassir dalam menyikapi masalah munasabah ini secara garis besar terbagi dua. Sebagian menampung dan mengembangkan munasabah dalam menafsirkan ayat, sebagiannya lagi tidak menggubris munasabah dalam menafsirkan ayat. 15 Ibid, Hlm. 296-297 Ibid 17 Ibid, Hlm. 299 16 Page | 14 Ar-Razi adalah orang yang sangat menaruh perhatian kepada munasabah, baik antar ayat atau antar surah. Sedangkan Nizhamuddin an-Naisaburi dan Abu Hayyan al-Andalusi hanya menaruh perhatian besar pada munasabah antar ayat saja. Mufassir yang kurang setuju pada analisis munasabah diantaranya Mahmud Syaltut, mantan Rektor al-Azhar yang memiliki karya tulis dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan termasuk tafsir Al-Qur‟an. Beliau Kurang setuju terhadap mufassir yang membawa munasabah dalam menafsirkan Al-Qur‟an.18 Syaikh „Izz bin „Abdus Salam mengatakan : “Munasabah (korelasi) adalah ilmu yang baik; tetapi dalam menetapkan keterkaitan antar kata-kata secara baik itu disyaratkan hanya dalam hal yang awal dengan akhirnya memang bersatu dan berkaitan. Sedang dalam hal yang mempunyai beberapa sebab berlainan, tidak disyaratkan adanya hubungan antara yang satu dengan yang lain.” Selanjutnya ia mengatakan: “Orang yang menghubung-hubungkan hal demikian berarti ia telah memaksakan diri dalam hal yang sebenarnya tidak dapat dihubung-hubungkan kecuali dengan cara sangat lemah yang tidak dapat diterapkan pada kata-kata yang baik, apalagi yang lebih baik. Itu semua mengingat Qur‟an diturunkan dalam waktu lebih dari 20 tahun, mengenai berbagai hukum dan karena sebab yang berbeda. Oleh karena itu tidak mudah menghubungkan sebagiannya dengan sebagian yang lain.”19 18 Ibid Manna‟ Khalil,Al-Qattan. Studi Ilmu Ilmu Qur‟an. (Bogor. PT.Pustaka Litera Antar : 2015). Cet.15, Hlm 137138 19 Page | 15 BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN a. Munasabah secara Bahasadiartikan sebagai hubungan atau persesuaian. Yaitu munasabah adalah hubungan antara ayat/surat yang satu dengan ayat/surat lainnya(sebelumnya/sesudahnya). b. manfaat munasabah dalam memahami ayat Al-Qur‟an ada dua, yakni; memahami keutuhuhan, keindahan dan kehalusan Bahasa, serta membantu kita dalam memahami keutuhan makna Al-Qur‟an itu sendiri. Untuk menemukan korelasi antar ayat, sangat diperlukan kejernihan rohani dan rasio agar kita terhindar dari kesalahan penafsiran.. 3.2 SARAN Untuk semua para pembaca, ilmu munasabah itu penting, namun alangkah baiknya kita tidak menomorsatukan ilmu munasabah. Karena ilmu munasabah adalah hasil dari ijtihad para ulama bukan dari Rasullah langsung. Maka selain mempelajari ilmu munasabah kita harus mempelajari ilmu lain, seperti ilmu nahwu sorof, serta mengetahui asbabun nuzul suatu ayat. Karena dengan itulah kita akan semakin memahami isi dari Al-quran. Demi kesempurnaan makalah ini mohon untuk kritik dan saran yang membangun untuk menjadi lebih baik. Page | 16 DAFTAR PUSTAKA Anwar, Rosihon. 2007. Ulum Al-Qur‟an. Bandung: Pustaka Setia. Al-Qattan, Manna‟ Khalil. Studi Ilmu Ilmu Qur‟an. Bogor. PTPustaka Litera Antar : 2015. Cet.15 UIN Sunan Ampel. 2017. Studi Al-Qur‟an. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press. Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur‟an: Munasabah dalam Al Qur‟an, (Yogyakarta: ITQAN Publishing, 2014) Page | 17