TUGAS 11 Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Media Gambar Berseri Pada Anak Kelompok A di RA Al-Ikhlash Banjaran Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian dosen pengampu : Dr. Huriah Rachmah, M.Pd/ Nurul Afrianti, S.Pd., M.Pd., M.Si. Disusun Oleh: Nindy Nur Pitaloka Jihan Rista Devi Kikit Mustika 10030218057 10030218058 10030218059 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURURUAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG BANDUNG 2020 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Usia awal kehidupan anak yang sangat menentukan dalam perkembangan kecerdasannya adalah pada usia 0-8 tahun atau yang sering disebut dengan masa golden age (Slamet Suyanto, 2005: 6). Pada masa ini anak akan berkembang sangat kritis dan cepat menyerap apapun yang anak dapat dari lingkungannya. Pengalaman yang didapat oleh anak akan berpengaruh dan menentukan kemampuan anak dalam menghadapi tantangan hidup yang akan datang, maka dibangunlah kesadaran akan pentingnya pendidikan anak usia dini yang dimulai pada usia 0-8 tahun dengan tujuan untuk mempersiapkan mereka menerima pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003). Pendidikan anak usia dini bertujuan untuk mengembangkan semua aspek perkembangan yang dimiliki anak untuk memunculkan potensi secara optimal. Aspek perkembangan tersebut meliputi aspek nilai agama dan moral,aspek sosial emosional, aspek kognitif, aspek bahasa, dan aspek fisik motorik. Salah satu aspek perkembangan anak usia dini adalah bahasa. Bahasa sebagai sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain (Hurlock,1978: 176). Melalui bahasa, anak dapat belajar mengungkapkan segala bentuk perasaan dalam hatinya, sehingga orang lain dapat mengetahui apa yang dirasakan anak. Menurut Sunarto dan Agung Hartono (2008: 139) perkembangan bahasa anak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur anak, kondisi lingkungan, kecerdasan anak, status sosial ekonomi dan kondisi fisik. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena berfungsi sebagai alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain. Berbagai hasil penelitian menunjukkan usia dini merupakan masa peka yang sangat penting bagi pendidikan anak (SlametSuyanto, 2005: 2). Masa ini memerlukan rangsangan dan stimulasi yang tepat supaya kemampuan anak berkembang optimal, termasuk kemampuan berbahasa. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (2010: 114), dalam perkembangan bahasanya, anak usia 4-5 tahun sudah dapat memahami konsep spasial dan posisi, memahami kalimat kompleks, sudah aktif menggunakan sekitar 200-300 kata, mulai mendefinisikan kata, dapat mendeskripsikan membuat sesuatu seperti menggambar, mewarnai dan menempel dan dapat menjawab pertanyaan dengan kata mengapa, apa, atau siapa. Perkembangan bahasa anak dapat mencapai optimal sesuai tahap perkembangannya, bila diberikan stimulasi yang tepat dan sesuai. Anak perlu dilatih kemampuan berbahasanya salah satunya kemampuan berbicara secara terus menerus dengan tujuan membuat anak dapat berpikir dan lebih memiliki perbendaharaan kosakata yang banyak, sehingga dalam menyampaikan sesuatu anak tidak mengalami kesulitan. Bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau katakata yang digunakan untuk menyampaikan maksud (Hurlock, 1978: 176). Melalui berbicara maka akan terjadi komunikasi antara anak satu dengan anak lainnya. Berbicara pada anak perlu dikembangkan dan dilatih secara terus menerus agar perkembangan anak terutama dalam hal berbicara untuk komunikasi dapat berkembang dengan optimal. Tadkiroatun Musfiroh (2010: 118) mengungkapkan beberapa metode yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan berbicara anak antara lain dengan menggunakan metode bercakap-cakap, metode tanya jawab, metode bercerita, metode dramatisasi, Show and Tell, metode bermain, metode karyawisata, metode latihan dan metode brainstorming spontan. Metode bercerita adalah metode yang paling ampuh dalam meningkatkan kemampuan berbicara. Kegiatan berbicara dengan metode bercerita ini dapat digunakan tanpa media dan dapat pula digunakan dengan media, salah satu media yang digunakan adalah media gambar. Media gambar adalah media yang merupakan reproduksi bentuk asli dalam dua dimensi yang berupa foto atau lukisan (Nelva Rolina, 2010: 39). Penggunaan media gambar dalam pembelajaran mempunyai beberapa kelebihan yaitu bersifat konkret, dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita, dapat memperjelas suatu masalah, dan harga lebih murah dan gampang didapat (Sadiman, 2009: 29-31). Kenyataannya yang terjadi di RA Al-Ikhlash khususnya pada Kelompok A sebagian besar anak masih sulit untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya. Anak masih kesulitan dalam menjawab pertanyaan dari guru atau menjawab pertanyaan dengan jawaban-jawaban yang tidak tepat. Anak tidak dapat menceritakan pengalamannya dikarenakan kemampuan berbicara anak tidak lancar. Ini terlihat pada saat anak mencoba menceritakan pengalaman di depan kelas, anak-anak masih bingung dengan kata-kata yang akan di ucapkan, sehingga anak menjadi kurang percaya diri bila berbicara di depan teman-temannya. Kebingungan atau ketidakmampuan anak dalam berbicara disebabkan karena bahasa yang digunakan campurcampur antara bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa yang terbiasa dipakai sehari-hari. Keterbatasan anak dalam mengungkapkan bahasa lisannya di kelas dikarenakan metode yang digunakan guru belum tepat dan belum sesuai dalam menstimulasi perkembangan bahasa anak. Guru lebih sering menggunakan metode bercakap-cakap tanpa menggunakan media. Guru pernah mencoba menggunakan media berupa gambaran dipapan tulis tetapi tidak ada peningkatan dalam perkembangan berbicara anak, karena ternyata anak masih belum lancar berbicara sehingga kesulitan dalam mengungkapkan apa yang anak rasakan.Hal ini karena media yang digunakan belum tepat karena belum bisa membangkitkan minat anak dalam mengikuti pembelajaran dikarenakan media yang digunakan tidak menarik. Solusi yang dapat diberikan antara lain adalah dengan mengubah kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik, sehingga anak menjadi bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dan tujuan guru untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak dapat berhasil dan berjalan maksimal. Salah satu kegiatan yang dapat mengembangkan dan menstimulasi kemampuan berbicara anak adalah melalui media gambar, yaitu melalui gambar yang disediakan oleh guru. Media gambar dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak karena mempunyai kelebihan antara lain bersifat konkrit, dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, dapat mengatasi keterbatasan masalah, dapat mengatasi keterbatasan pengamatan, murah dan mudah didapat serta dapat digunakan untuk perseorangan atau kelompok (Sadiman, 2009: 2931). Media gambar bersifat konkret karena anak dapat melihat benda secara nyata dalam bentuk tiruan, sehingga anak tidak salah membayangkan suatu benda. Media gambar juga dapat mengatasi ruang dan waktu karena dengan media gambar guru tidak perlu mengajak anak ke tempat pembelajaran langsung, misalnya guru menjelaskan macam-macam binatang tidak perlu harus pergi ke kebun binatang tetapi cukup dengan menggunakan gambar sebagai media pembelajarannya, hal ini juga untuk mengatasi keterbatasan masalah dan keterbatasan pengamatan. Media gambar dinilai murah karena dalam mendapatkan gambar cukup mudah, guru menggunakan foto atau mendownload di internet. Kegiatan berbicara melalui gambar tidak hanya dilakukan di dalam kelas tetapi juga bisa dilaksanakan di luar kelas seperti di halaman sekolah. Anak diberi tugas untuk menceritakan atau berbicara mengenai gambar yang diperlihatkan guru. Berangkat dari uraian di atas, maka penulis mengangkat masalah yang terjadi di RA AlIkhlash khususnya Kelompok A dengan mengambil judul meningkatkan kemampuan berbicara anak melalui media gambar pada anak Kelompok A di RA Al-Ikhlash Banjaran. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan dari uraian di atas, maka identifikasi masalahnya sebagai berikut: 1. Anak belum mampu menyebutkan bunyi huruf yang sesuai dengan lambang. 2. Anak belum mampu membedakan huruf. 3. Anak belum mampu menunjukkan lambang huruf dengan tepat. 4. Anak belum mampu membaca kata sederhana. 5. Anak belum mampu mencocokkan gambar dengan kata. 6. Kegiatan anak dalam mengenal huruf sangat terbatas. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis membatasi masalah pada pengaruh media kartu terhadap penguasaan kosakata kelompok A di RA AlIkhlash D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar permasalahan di atas, maka peneliti dapat merumuskan permasalahannya sebagai berikut : 1. Apakah terdapat pengaruh media kartu bergambar terhadap pengguasaan kosakata kelompok A di RA Al-Ikhlash 2. Seberapa besar pengaruh media kartu bergambar terhadap penguasaan kosakata kelompok A yang diterapkan di RA Al-Ikhlash Banjaran. E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini : 1. Untuk mengetahui pengaruh media kartu bergambar terhadap penguasaan kosakata kelompok A di RA Al-Ikhlash Banjaran. 2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh media kartu bergambar terhadap penguasaan kosakata kelompok A yang diterapkan di RA Al-Ikhlash Banjaran. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, dan memahami pengaruh media kartu bergambar terhadap penguasaan kosakata kelompok B di RA Al-Ikhlash Banjaran. 2. Secara Praktis a. Bagi guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan dan meningkatkan keterampilan mengajar guru di kelas, menambah wawasan guru tentang pengaruh media kartu bergambar terhadap penguasaan kosakata kelompok B di RA Al-Ikhlash Banjaran. b. Bagi siswa Hasil penelitian ini diharapkan anak mampu meningkatkan pembendaraan kata, dan dapat mengungkapkan ide, serta meningkatkan kecerdasan bahasa. c. Bagi kepala sekolah Hasil penelitian diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung terutama masalah meningkatkan pembendaraan kata. d. Bagi pembaca Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan informasi untuk memperkaya khasanah keilmuan. penguasaan kosakata. BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Media Media adalah suatu sarana yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi kepada siswa. Media berasal dari latin dan merupakan bentuk jamak dan merupakan bentuk jamak dari kata “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerimaan pesan (a receiver). Media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa, yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Adapun media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran. Menurut para pakar, media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri atas buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa. Media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara (wasail) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach dan Ely alam arsyad mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi,atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali nformasi visual atau verbal. Batasan lain telah pula dikemukakan oleh para ahli yang sebagian diantaranya akan diberikan berikut ini. AECT ( Association of Education and Communication Technology) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Disamping sebagai system penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator menurut Fleming adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar-siswa dan isi pelajaran. Disamping itu, mediator dapat pula mencerminkan pengertian bahwa setiap sistem pembelajaran yang melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai kepada peralatan yang paling canggih, dapat disebut media. Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran. Agak berbeda dengan semua itu adalah batasan lain yang diberikan oleh Asosiasi Pendidikan Nasional (National education association/NEA). Dikatakan bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat didengar, dilihat, dan dibaca. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media adalah sarana atau perantara dalam menyampaikan informasi dari seseorang ke orang lain. B. Pengertian Kartu Bergambar 1. Pengertian Kartu Bergambar Kartu yang dalam aplikasinya memiliki berbagai variasi dan ukuran merupakan alat bantu ajar yang praktis. Selembar kartu dapat dibuat dari kertas biasa (HVS), karton manila, atau kertas cover10. Menurut kamus besar bahasa indonesia kartu adalah kertas tebal berbentuk persegi panjang untuk berbagai keperluan, hampir sama dengan kata. Sedangkan kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam bahasa. Gambar adalah tiruan barang (orang, binatang tumbuhan dsb) yang dibuat dengan coretan pensil pada kertas. Media merupakan bahasa yang umum yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana. Jadi kartu bergambar adalah kartu yang berisi kata-kata dan terdapat gambar. Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa kartu bergambar adalah sebuah media pembelajaran berbentuk segi empat pipih yang memuat perpaduan antara kata dan gambar yang sering dijumpai disekitar anak seperti nama-nama binatang dan buahbuahan. 2. Kegunaan dan Kelebihan Kartu Bergambar Masing-masing media mempunyai kegunaan dan kelebihan. Begitu juga dengan media yang digunakan dalam pembelajaran baca tulis huruf alphabet. Media kartu kata bergambar juga mempunyai kegunaan dan kelebihan, kegunaan dan kelebihannya sebagai berikut: a). Kegunaan daripada media kartu kata adalah: 1) Dapat membaca pada usia dini. 2) Mengembangkan daya ingat otak kanan. 3) Melatih kemampuan konsentrasi balita. 4) Memperbanyak perbendaharaan kata dari balita. b) Sedangkan kelebihanya adalah : 1) Mudah dibawa ke mana-mana. Dengan ukuran yang kecil sehingga membuat media kartu dapat disimpan dimanapun, sehingga tidak membutuhkan ruang yang luas, dan digunakan dimana saja. 2) Praktis dalam membuat dan menggunakannya, sehingga kapan pun anak didik bisa belajar dengan baik menggunakan media ini. Ketika kita akan menggunakan tinggal menyusun urutan kata sesuai keinginan kita. Selain itu biaya pembuatan media ini juga sangatlah murah, karena dapat menggunakan barang-barang bekas seperti kardus sebagai kartunya. 3) Gampang diingat karena kartu ini bergambar yang sangat menarik perhatian. Sehingga kartu ini akan memudahkan siswa untuk mengingat dan menghafal bentuk huruf-huruf tersebut. 4) Menyenangkan sebagai media pembelajaran, bahkan bisa digunakan dalam permainan. Misalnya siswa secara berlomba-lomba mencari satu kartu kata yang disusun secara acak yang kemudian harus dipasangkan sesuai antara tulisan (kata) dengan gambarnya. Cara seperti ini juga bisa mengasah aspek kognitif dan motorik kasar anak. Dengan adanya kegunaan dan kelebihan yang telah disebutkan diatas diharapkan anak menjadi pintar dalam memahami huruf alphabet sehingga dapat dijadikan sebagai metode cara belajar membaca permulaan yang tepat. 3. Karakteristik Media Kartu Kata Menurut Rahadi Ansto menyebutkan ada beberapa karakteristik media kartu: a) Harus Autentik, artinya dapat menggambarkan objek atau peristiwa seperti jika siswa melihat langsung. Misalnya, siswa akan mempelajari gunung meletus, setelah diberi gambaran bagaimana gunung meletus, maka akan tahu bahwa pada saat gunung meletus mengeluarkan larva dan debu panas dari kawahnya, dan hal tersebut bisa berbahaya. b) Sederhana, komposisinya cukup jelas menunjukkan bagian-bagian pokok dalam gambar tersebut. c) Ukuran gambar proposional, sehingga siswa mudah membayangkan ukuran yang sesungguhnya benda atau objek yang digambar. d) Memadukan antara keindahan dengan kesesuaiannya untuk mencapai tujuan pembelajaran. e) Gambar harus message. Tidak setiap gambar yang bagus merupakan media yang bagus. Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 4. Langkah-langkah yang Harus digunakan dengan Media Kartu Kata Bergambar. Dalam menggunakan kartu kata bergambar sebagai media pembelajaran baca tulis, ada langkah-langkah khusus yang harus dilakukan. Secara umum dapat dikelompokkan menjadi tempat langkah, yaitu: langkah pertama mengenal huruf alphabet yaitu dengan menunjukkan satu demi satu kartu huruf atau poster antara huruf “a” sampai “z” yang diacak dan ajari bagaimana cara bunyinya. Langkah kedua; mengenal perbedaan antara huruf konsonan dengan huruf vocal bagaimana cara membacanya jika ada huruf konsonan digabung dengan huruf vocal dengan menggunakan kartu huruf. Langkah ketiga; anak membaca huruf alphabet yang sudah dirangkai menjadi kata oleh peneliti. Langkah keempat; anak merangkai huruf menjadi kata yang sesuai dengan gambar. Agar proses pembelajaran lebih efektif, tiap-tiap huruf diaplikasikan dengan benda-benda yang ada disekitar kita dan disesuaikan dengan tema pembelajaran yang sedang berlangsung. 5. Macam-macam Kartu Bergambar kartu bergambar yang biasa digunakan sebagai media pembelajaran baca tulis banyak macam dan jenisnya. Berikut ini beberapa materi dalam Flash card atau Dots card dan cara penggunaannya: a) Flash Card Benda Perkenalkan gambar-gambar benda, mulai dari yang ada di sekitar anak, seperti hewan, buah-buahan, dan sebagainya, sehingga perbenda haraan benda yang dilihat semakin banyak. b) Flash card Abjad Pada bagian ini, anak diperkenalkan dengan 26 huruf sejak dini. Sebenarnya masih banyak jenis flash card yang perlu diperkenalkan kepada anak sejak usia dini, misal huruf hijaiyah (dasar-dasar huruf arab, huruf cina), dan jenis gambar yang lain. Flash card bisa dibuat sendiri, seperti contoh dibawah ini,dengan cara memotong gambar kemudian ditempelkan di atas kertas buffalo dan dapat juga dibeli di toko buku. C. Pengertian Kosakata Dalam KBI (Kamus Bahasa Indonesia) arti kosakata adalah pembendaharaan kata. Sedangkan kata atau kosakata adalah kumpulan kata-kata yang dimiliki suatu bahasa dan akan segera mengetahui makna katanya walaupun kata tersebut jarang digunakan lagi baik dalam bahasa lisan maupun tertulis. Dahidi dan sujidianto berpendapat bahwa kosakata adalah keseluruhan kata berkenaan dengan suatu bahasa atau bidang tertentu yang ada didalamnya.Bagi anak usia dini merupakan kegiatan yang menyenangkan menambah ilmu pengetahuan yang belum diketahui dan dapat menambah kata-kata baru. Dapat memperkaya perbendaharaan kata adalah hal yang luar biasa sehingga anak dalam menggunakan kosakata tersebut menjadi lebih terampil. 1. Penguasaan Kosakata Nurgiyantoro menjelaskan bahwa pengguasaan kata adalah kemampuan untuk menambah kata yang dipahami oleh anak. Kemampuan menambah kata dapat diperoleh dengan cara membaca, menyimak, menulis, bernyanyi dan berbicara. Kosakata mempunyai peranan penting dalam kehidupan seseorang, terutama dalam berinteraksi dalam terhadap lingkungan. Pengguasaan kosakata mempunyai peran yang penting dalam kehidupan, khususnya fungsi bahasa adalah suatu sarana dalam dalam komunikasi. Pada dasarnya seorang anak tertarik untuk mengenal dan mempelajari kata-kata baru, apabila anak mendengar suatu kata baru, maka akan mengulang-ulang hingga hafal. Proses pengguasaan kosakata sebenarnya telah dimulai pada anak semenjak masih bayi. Kosakata dapat direspon dengan baik ketika diucapkan orang lain. Oleh karena itu kosakata yang pertama kali dikuasai oleh anak adalah kosakata dengar, kemudian barulah menguasai kosakata berbicara. Ada beberapa cara peningkatan pengusaan kosakata pada anak yang harus dilakukan yaitu diantaranya dengan berlatih belajar kosakata dengan teratur, mempelajari kosakata dengan kartu, mencari arti dalam lirik lagu dan merespon dengan tindakan. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kosakata Penguasaan kosakata pada anak dapat dipengaruhi beberap faktor diantaranya: a) Faktor Kesehatan Apabila anak berkembang secara sehat maka pertumbuhan akan sehat pula, sehingga perkembangan bahasa anak akan lebih baik dan pengguasaan kosakata akan bertambah secara alami. b) Faktor Intelegensi Intelegensi (daya ingat) merupakan salah satu factor yang mempengaruhi pengguasaan kosakata anak karena pada usia ini anak memang mengalami perkembangan bahasa yang sangat pesat karena apa yang dilihat dan didengarkan mudah sekali disimpan dalam pikiran. 3. Perkembangan Bahasa Bahasa merupakan alat komunikasi. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk komunikasi sehingga pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata , kalimat, bunyi, lambang dan gambar. Melalui bahasa manusia dapat mengenal dirinya, pecipta, sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral dan agama. Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, produk bahasa mereka juga meningkat dalam kuantitas keluasan dan kerumitan. Anak-anak secara bertahap berkembang dari melakukan sesuatu ekspresi dengan berkomnikasi. Sejak usia dua tahun anak menunjukkan minat untuk menyebut nama benda serta terus berkembang sejalan dengan bertambahnya usia sehingga mampu berkomunikasi dengan lingkungan yang lebih luas dan dapat menggunakan bahasa dengan ungkapan yang lebih kaya. 4. Perkembangan Berbicara Bicara merupakan keterampilan mental motorik sebagai salah satu bagian dari keterampilan bahasa, yang tidak hanya melibatkan koordinasi kumpula otot mekanisme suara yang berbeda tetapi juga mempunyai aspek mental yakni kemampuan yang mengaitkan arti bunyi yang dihasilkan. Bicara dikasifikasikan dalam dua golongan besar yaitu bicara yang berpusat pada diri sendiri (egosentris) dan berpusat pada orang lain (sosialisasi ). Bicara memiliki peran penting dalam kehidupan anak memberikan pengaruh yang besar bagi penyesuaikan social dan pribaadi anak. Bicara merupakan alat komunikasi, meskipun pada awal masa anak-anak tidak semua kemampuan bicara digunakan untuk berkomunikasi. Bicara merupakan bentuk komunikasi yang efektif, penggunakan paling luas dan paling penting. Pola perkembangan bicara sejalan dengan perkembangan motoric dan perkembangan mental dan setiap orang akan mengikuti pola yang sama dengan laju perkembangan yang berbeda. Oleh karena itu keterampilan bicara anak bisa di mulai dalam usia berbeda-beda dengan kualitas bicara yang berbeda pula. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Darmawan penelitian ini merupakan proses mencari pengetahuan menggunakan alat untuk menemukan keterangan yaitu data yang berupa angka-angka sehingga dapat menghasilakan sesuatu hal yang ingin kita ketahui. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif (Darmawan, 2014). Menurut Sugiyono (2012: 36) penelitian korelasional adalah suatu penelitian yang menanyakan hubungan dua variabel atau lebih dan hubungan yang saling mempengaruhi. Penelitian ini termasuk kedalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional karena peneliti berusaha menelaah hubungan antara variabel X dengan variabel Y. Menurut Sugiyono (2009:7) dikatakan pendekatan kuantitatif karena data penelitian yang digunakan berupa angka-angka dan dianalisis melalui statistik. B. Metode Penelitian Metode kuantitatif dinamakan dengan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sebagai metode penelitian. Metode ini disebur dengan metode posivisistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini disebut juga metode kuantitatif yang berupa angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiono 2015) Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode expost facto. Setiap penelitian memiliki metode tersendiri, namun pada intinya suatu metode digunakan untuk memecahkan masalah. Ada banyak metode yang digunakan penelitian, termasuk penelitian pendidikan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah expost facto yang bersifat korelasional yaitu mencari hubungan antara dua variabel yaitu variabel X dan Y yang menggunakan metode statistika sederhana yaitu statistika deskriptif untuk mencari frekuensi atas presentase jawaban responden dengan mengunakan analisis korelasi (Sudjana, 1997: 242). Korelasi bertujuan untuk menemukan hubungan antara dua variabel atau lebih. Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel diantaranya yaitu: 1. Variabel bebas (independent variable) atau variabel X yaitu variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel X dalam penelitian ini yaitu interaksi edukatif guru dengan siswa. 2. Variabel terikat (dependent variable) atau variabel Y yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel beas. Variabel Y dalam penelitian ini yaitu minat belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kebudayaan islam. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi Menurut Sugiono dalam (Kani 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah populasi target karena direncanakan Menurut Sukardi dalam (Kani 2017). Populasi merupakan keseluruhan objek yang akan di teliti. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada didalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2013: 173). Menurut Sugiyono (2017: 119) populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini yang menjadi populasinya adalah seluruh anak usia dini di RA Al-Ikhlash Banjaran yang berjumlah 31 siswa dengan masing-masing kelas yaitu kelas A sebanyak 11 siswa dan kelas B 20 siswa. Adapun perincian dari masing-masing kelas tersebut adalah sebagai berikut: No Kelas Jumlah 1. A 11 2. B 20 3. Guru RA Al-Ikhlash 4 Jumlah 35 2. Sampel Sedangkan menurut Siregar (2013:30) sampel merupakan suatu prosedur pengabilan data dimana hanya sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu pupulasi. Sampel merupakan bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki populasi tersebut (Sugiyono, 2016) Menurut Arikunto (2006: 134) dalam pengembilan jumlah sampel, apabila subjek penelitiannya kurang dari 100 orang, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya menjadi penelitian populasi. Jika jumlah subjeknya lebih dari 100 orang, maka diambil 1015 % atau 20-25% atau lebih dari jumlah populasinya. Berdasarkan teori tersebut, maka pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah 25 % dari jumlah populasi, karena jumlah populasi sebanyak 31 siswa. Sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 15 siswa. D. Teknik Pengumpulan Data 1. Angket Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2017: 193 ). Angket yang digunakan dalam penelitian ini akan diberikan kepada guru dan peserta didik. Tujuannya agar dapat mengetahui adanya pengaruh kompetensi pedagogik terhadap motivasi belajar (Kani 2017). Angket yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket tertutup dengan menggunakan skala likert’s yaitu: 1) Sangat tinggi : skor 5. 2) Tinggi : skor 4. 3) Sedang : skor 3. 4) Rendah : skor 2. 5) Sangat rendah : skor 1. Dalam angket ini, dari setiap pernyataan terdapat empat altrernatif jawaban yang dinilai dengan dengan menggunakan skala likert dengan alternatif jawabannya yaitu: (BB) Belum Berkembang, (BM) Mulai Berkembang, (BSH) Berkembang Sesuai Harapan, (BSB) Berkembang Sangat Baik. Penelitian ini menggunakan angket tertutup berupa pernyataan yang jawabannya berbentuk skala deskriptif. Angket tertutup ini berfungsi untuk mengungkapkan data kompetensi guru dan motivasi belajar siswa. 2. Observasi Menurut Larry Cristensen dalam (Sugiyono, 2016) dalam penelitian ini, Observasi diartikan sebagai pengamatan terhadap pola prilaku manusia dalam situasi tertentu, untuk mendapatkan informasi tentang fenomena yang terjadi atau yang diinginkan. Observasi juga merupakan sebuah proses untuk memperoleh data dari tangan pertama dengan mengamati orang, atau mengamati proses kerja di tempat pada saat melakukan penelitian. Dalam psikologi berpendapat bahwasanya observasi meliputi kegiatan terhadap sebuah objek dengan menggunakan seluruh indra (Arikunto, 2006). Teknik ini digunakan untuk mendapatkan informasi dan memperoleh data yang berkaitan dengan situasi dan kondisi di TK RA Al-Ikhlash Banjaran yang meliputi: letak geografis, keadaan sekolah serta keadaan guru dan siswa. 3. Dokumentasi Dokumentasi merupakan suatu catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dapat berupa gambar, tulisan, catatan harian, karya-karya monumental, cerita, sejarah kehidupan, peraturan, kebijakan dan biografi (Sugiyono, 2016). Menurut (Zuriyah, 2006) dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui penelitian. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang berupa arsip, data sekolah, dan data siswa di RA Al-Ikhlash Banjaran. 4. Wawancara Wawancara merupakan suatu bentuk dari komunikasi antara dua orang, yang melibatkan seseorang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan tertentu (Mulyasa, 2004) Wawancara dalam suatu penelitian bertujuan untuk mengumpulkan keterangan. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara yang terstruktur artinya mengacu pada pedoman wawancara yang telah disusun secara sistematis dan lengkap. Pengumpulan data yang dilakukan dengan bertanya langsung kepada informan yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan. Bentuk wawancara dari penelitian ini mengajukan beberapa peryataan kepada guru dan peserta didik mengenai kompetensi guru dan motivasi belajar siswa yang kemudian jawaban mereka nantinya akan dijadikan data penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian 1. Profil TK RA Al-Ikhlash Banjaran a) Deskripsi Fisik Sekolah Nama Sekolah : RA Al-Ikhlash Banjaran Alamat (Jalan/Kec/Kota) : Kp Blokdesa Rt/Rw 02/06 Desa Banjaran Wetan Kecamatan Banjaran Kab Bandung Provinsi Jawa Barat No Telp. : Nama Kepala Sekolah : Eneng Sumiati, S.Pd Aud No. Telp / HP : 0085295261751 Kategori Sekolah : Biasa Tahun Didirikan/Tahun Beroperasi : 2000 Kepemilikan Tanah / Bangunan : Yayasan b) Bangunan Sekolah Bangunan sekolah pada umunya memiliki kondisi baik.jumlah ruang kelas utuk menunjang kegiatan belajar memadai. Ruangan yang dimiliki RA Al – Ikhlash yaitu: 2 ruang kelas, 1 toilet, 1 kantor. B. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif. Pada penelitian dijelaskan sebagai berikut: 1) Langkah persiapan Peneliti menyiapkan beberapa media kata bergambar untuk kelompok eksperimen, sesuai dengan materi yang di berikan yaitu pengenalan huruf-huruf. Dan menyiapkan beberapa materi pengenalan huruf-huruf untuk pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. 2) Langkah pelaksanaan a) Tahap pembukaan: (1) Peneliti memberikan salam sapa kepada siswa. (2) Peneliti mernimpin do'a sebelum mengawali kegiatan. b) Tahap kegiatan : (1) Menyuruh anak untuk memasukkan semua alat tulis dan buku ke dalam laci. (2) Memberitahukan kepada siswa kalau hari ini belajar mengenal huruf-huruf dengan menggunakan media kata bergambar. (3) Peneliti menunjukkan beberapa huruf-huruf yang harus di kuasai oleh siswa yang sesuai dengan media kata bergambar. (4) Peneliti mengenalkan atau menyebutkan satu persatu huruf secara oral kepada anak-anak. (5) Anak-anak diminta bersamaan untuk membaca ulang hurufhuruf yang di tunjukkan pada anak-anak yang sudah di kenalkan oleh peneliti. (6) Anak-anak bergantian di panggil namanya untuk membaca huruf yang di tunjukkan peneliti ke anak-anak. (7) Peneliti menyuruh siswa satu persatu maju kedepan untuk menuliskan huruf yang di sebutkan peneliti. (8) Mengajari dan memberikan contoh ulang saat siswa masih mengalami kesulitan atau kesalahan pada saat penulisan hurufhuruf yang disebutkan oleh peneliti. c) Tahap akhir: (1) Peneliti menyampaikan bahwa kegiatan selesai. (2) Mempersilahkan anak-anak untuk istirahat. 3) Hasil pengamatan Anak-anak pada kelompok eksperimen sangat senang sekali ketika peneliti membawa dan menunjukkan beberapa media kata bergambar. Ketika peneliti mengenalkan beberapa huruf mereka sangat memperhatikan. Dan saat peneliti menyuruh mereka maju satu persatu, sebagian ada yang langsung mau maju dan sebagian ada yang tidak mau maju karena malu. Saat intervensi pertama di berikan, siswa yang paling aktif adalah Alvi yang sangat pemalu adalah Jasmin. Sedangkan yang lainnya biasa-biasa saja (tidak terlalu aktif dan tidak terlalu pemalau). Pada pemberian intervensi pertama ini anak-anak juga ada peningkatan dalam menulis huruf dan menghafal huruf. C. Pembahasan 1. Terdapat Pengaruh Media Kartu Bergambar Terhadap Pengguasaan Kosakata Kelompok A Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di RA Al-Ikhlash dengan peserta didik kelompok A dan B, yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. diberi pembelajaran materi dengan metode yang berbeda. Untuk kelompok kontrol diberi pembelajaran dengan metode konvensional (dengan membaca kata di papan tulis) yang di lakukan pada lain hari sebelum di lakukan eksperimen, sedangkan pada hari selanjutnya kelompok eksperimen diberi pembelajaran dengan media kartu bergambar. Langkah yang peneliti lakukan yaitu dengan cara kartu bergambar tersebut nantinya akan di tutup dengan tangan pada gambarnya, ataupun sebaliknya bisa juga ditutup pada katanya. Setelah itu anak akan disuruh maju satu per satu untuk menebak gambar tersebut. Kedua kelompok tersebut diberi pembelajaran dengan waktu yang sama (1 minggu) dengan dua kali eksperimen dengan hari yang berbeda. Setelah perlakuan melalui pembelajaran dianggap mencukupi dan selesai selanjutnya dilakukan penilaian setelah diberi perlakuan terhadap kedua kelompok. Media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa, yang dapat merangsang siswa untuk belajar.Dari penilaian yang telah dilakukan ternyata terdapat pengaruh yang signifikan antara media kartu bergambar terhadap penguasaan kosakata kelompok B. Penelitian tersebut memberikan data bahwa penggunaan media kartu bergambar mampu meningkatkan daya ingat anak khususnya dalam berbahasa. Dengan demikian, pengujian menunjukkan dapat disimpulkan dari hasil tersebut yang memperlihatkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dalam media kartu bergambar terhadap penguasaan kosakata di RA Al-Ikhlash Banjaran. Jadi pengaruh media kartu bergambar memiliki pengaruh yang kecil terhadap penguasaan kosakata. Dan sebaiknya media kartu bergambar ini diterapkan setiap hari agar lebih baik. Melalui pemahaman media bergambar ini, maka secara langsung dapat dikatakan bahwa kartu bergambar dapat digunakan untuk meningkatkan penguasaan kosakata anak agar untuk melancarkan pemberdaharaan katanya. Hasil penelitian diatas menimbulkan manfaat bagi anak, manfaat yang didapat dari media kartu bergambar adalah agar anak dapat mengembangkan daya ingatnya terhadap pemberdaharaan kata dan penguasaan kosakata adalah agar anak mampu berkomunikasi sesuai tingkatan umurnya. Media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa. Menurut para pakar, media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri atas buku, tape recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Untuk menumbuhkan daya ingat pada anak, maka guru harus sabar dalam memberikan suatu perlakuan agar anak dapat mudah mengingat benda-benda yang akan dipelajari. Guru bisa menggunakan cara dengan menutup tulisan yang tertulis didalam kartu tersebut kemudian anak akan disuruh untuk menebaknya. Lakukanlah secara berulang-ulang agar nantinya penguasaan kosakata anak akan maksimal. Kemampuan menambah kata dapat diperoleh dengan cara membaca, menyimak, menulis, bernyanyi dan berbicara. Kosakata mempunyai peranan penting dalam kehidupan seseorang, terutama dalam berinteraksi dalam terhadap lingkungan. Pengguasaan kosakata mempunyai peran yang penting dalam kehidupan, khususnya fungsi bahasa adalah suatu sarana dalam dalam komunikasi. Melalui media kartu bergambar anak akan belajar berkomunikasi dengan orang lain dan aktif bertanya pada orang tua atau guru. Diharapkan dengan adanya ini anak dapat meningkatkan daya ingatnya tentang pemberian hal yang baru pada anak. Media kartu kata bergambar juga mempunyai kegunaan dan kelebihan, kegunaan dan kelebihannya sebagai berikut: a) Kegunaan daripada media kartu kata adalah: 1) Dapat membaca pada usia dini. 2) Mengembangkan daya ingat otak kanan. 3) Melatih kemampuan konsentrasi balita. 4) Memperbanyak perbendaharaan kata dari balita. b) Sedangkan kelebihanya adalah : 1) Mudah dibawa ke mana-mana. Dengan ukuran yang kecil sehingga membuat media kartu dapat disimpan dimanapun, sehingga tidak membutuhkan ruang yang luas, dan digunakan dimana saja. 2) Praktis dalam membuat dan menggunakannya, sehingga kapan pun anak didik bisa belajar dengan baik menggunakan media ini. Ketika kita akan menggunakan tinggal menyusun urutan kata sesuai keinginan kita. Selain itu biaya pembuatan media ini juga sangatlah murah, karena dapat menggunakan barang-barang bekas seperti kardus sebagai kartunya. 3) Gampang diingat karena kartu ini bergambar yang sangat menarik perhatian. Sehingga kartu ini akan memudahkan siswa untuk mengingat dan menghafal bentuk huruf-huruf tersebut. 4) Menyenangkan sebagai media pembelajaran, bahkan bisa digunakan dalam permainan. Misalnya siswa secara berlomba-lomba mencari satu kartu kata yang disusun secara acak yang kemudian harus dipasangkan sesuai antara tulisan (kata) dengan gambarnya. Cara seperti ini juga bisa mengasah aspek kognitif dan motorik kasar anak. Dengan adanya kegunaan dan kelebihan yang telah disebutkan diatas diharapkan anak menjadi pintar dalam memahami huruf alphabet beserta gambarnya sehingga dapat dijadikan sebagai metode cara belajar membaca untuk penguasaan kosakata yang tepat. Dengan diketahuinya pengaruh media kartu bergambar terhadap penguasaan kosakata ini, anak sebetulnya mampu menyebutkan benda-benda yang ada disekitarnya tanpa melalui media, namum orang tua diharapkan selalu untuk mendampingi anak belajar agar daya ingatnya selalu berkembang secara kreatif dan maksimal. BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Dari penelitian diatas, peneliti menyimpulkan bahwasanya masih banyak murid kelompok A di RA Al-Ikhlash Banjaran yang belum memhami penuh kosakata atau huruf huruf abjad ini. Mereka belum sepenuhnya mengetahui walaupun sudah beberapa bulan di sekolah. B. Saran Demi kemajuan dan keberhasilan pealaksanaan proses belajar mengajar dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, maka penulis memberi saran sebagai berikut : 1. Kepada Peserta Didik Hasil penelitian ini diharapkan anak mampu meningkatkan pembendaraan kata, dan dapat mengungkapkan ide, serta meningkatkan kecerdasan bahasa. 2. Kepada Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan dan meningkatkan keterampilan mengajar guru di kelas, menambah wawasan guru tentang pengaruh media kartu bergambar terhadap penguasaan kosakata kelompok B di RA Al-Ikhlash Banjaran. 3. Kepada Kepala Sekolah Hasil penelitian diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung terutama masalah meningkatkan pembendaraan kata. DAFTAR PUSTAKA Abdurahman Fathoni. 2006. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: PT Rineka Cipta Ahmad Tanzeh. 2011. Metodologi Penelitian Praktis. Yogyakarta: Teras Ajeng Dewandari. 2011. Peningkatan Kemampuan Mengenal Huruf Melalui Pemanfaatan Media Kartu Bergambar Pada Anak Kelompok B1 Taman Kanak-Kanak Aisyiah Bustanul Athfal Tengahan Minggir Sleman, Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Agus Wibowo, M.Pd. 2012. Pendidikan Karakter Usia Dini (Strategi Membangun Karakter di Usia Emas). Yogyakarta: Pustaka Belajar Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: PT. Rineka Cipta Depdiknas. 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Berbahasa di Taman kanak-Kanak. Jakarta:Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar Elfa Sari. 2015. Penggunaan Kartu Huruf Bergambar untuk Mengenal Lambang Huruf Pada Anak TK IKI PTPN VII (Persero) Kecamatan Kedaton Tahun Pelajaran 2014-2015, Skripsi Universitas Lampung Suetopo Helyantini. 2009. Pintar Memakai Alat Bantu Ajar Untuk Guru Kelompok Usia Dini. Esensi Erlangga Group Sadiman, Arif S. 2006. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Taringan, H.G. 1985. Menyimak Sebagai Suatu keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa