Uploaded by youlovesomeoneelse

PG PAUD B KELOMPOK 2 Tugas 11 Metode Penelitian (1)

advertisement
TUGAS 11
Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Media Gambar Berseri Pada Anak
Kelompok A di RA Al-Ikhlash Banjaran
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian
dosen pengampu :
Dr. Huriah Rachmah, M.Pd/
Nurul Afrianti, S.Pd., M.Pd., M.Si.
Disusun Oleh:
Nindy Nur Pitaloka
Jihan Rista Devi
Kikit Mustika
10030218057
10030218058
10030218059
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURURUAN
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BANDUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Usia awal kehidupan anak yang sangat menentukan dalam perkembangan kecerdasannya
adalah pada usia 0-8 tahun atau yang sering disebut dengan masa golden age (Slamet
Suyanto, 2005: 6). Pada masa ini anak akan berkembang sangat kritis dan cepat menyerap
apapun yang anak dapat dari lingkungannya. Pengalaman yang didapat oleh anak akan
berpengaruh dan menentukan kemampuan anak dalam menghadapi tantangan hidup yang
akan datang, maka dibangunlah kesadaran akan pentingnya pendidikan anak usia dini yang
dimulai pada usia 0-8 tahun dengan tujuan untuk mempersiapkan mereka menerima
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20
Tahun 2003). Pendidikan anak usia dini bertujuan untuk mengembangkan semua aspek
perkembangan yang dimiliki anak untuk memunculkan potensi secara optimal. Aspek
perkembangan tersebut meliputi aspek nilai agama dan moral,aspek sosial emosional, aspek
kognitif, aspek bahasa, dan aspek fisik motorik. Salah satu aspek perkembangan anak usia
dini adalah bahasa. Bahasa sebagai sarana komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan
perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain (Hurlock,1978: 176).
Melalui bahasa, anak dapat belajar mengungkapkan segala bentuk perasaan dalam
hatinya, sehingga orang lain dapat mengetahui apa yang dirasakan anak. Menurut Sunarto
dan Agung Hartono (2008: 139) perkembangan bahasa anak dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu umur anak, kondisi lingkungan, kecerdasan anak, status sosial ekonomi dan
kondisi fisik.
Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia,
karena berfungsi sebagai alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain.
Berbagai hasil penelitian menunjukkan usia dini merupakan masa peka yang sangat penting
bagi pendidikan anak (SlametSuyanto, 2005: 2). Masa ini memerlukan rangsangan dan
stimulasi yang tepat supaya kemampuan anak berkembang optimal, termasuk kemampuan
berbahasa.
Menurut Tadkiroatun Musfiroh (2010: 114), dalam perkembangan bahasanya, anak usia
4-5 tahun sudah dapat memahami konsep spasial dan posisi, memahami kalimat kompleks,
sudah aktif menggunakan sekitar 200-300 kata, mulai mendefinisikan kata, dapat
mendeskripsikan membuat sesuatu seperti menggambar, mewarnai dan menempel dan dapat
menjawab pertanyaan dengan kata mengapa, apa, atau siapa. Perkembangan bahasa anak
dapat mencapai optimal sesuai tahap perkembangannya, bila diberikan stimulasi yang tepat
dan sesuai. Anak perlu dilatih kemampuan berbahasanya salah satunya kemampuan berbicara
secara terus menerus dengan tujuan membuat anak dapat berpikir dan lebih memiliki
perbendaharaan kosakata yang banyak, sehingga dalam menyampaikan sesuatu anak tidak
mengalami kesulitan. Bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau katakata yang digunakan untuk menyampaikan maksud (Hurlock, 1978: 176). Melalui berbicara
maka akan terjadi komunikasi antara anak satu dengan anak lainnya. Berbicara pada anak
perlu dikembangkan dan dilatih secara terus menerus agar perkembangan anak terutama
dalam hal berbicara untuk komunikasi dapat berkembang dengan optimal. Tadkiroatun
Musfiroh (2010: 118) mengungkapkan beberapa metode yang digunakan untuk
mengembangkan kemampuan berbicara anak antara lain dengan menggunakan metode
bercakap-cakap, metode tanya jawab, metode bercerita, metode dramatisasi, Show and Tell,
metode bermain, metode karyawisata, metode latihan dan metode brainstorming spontan.
Metode bercerita adalah metode yang paling ampuh dalam meningkatkan kemampuan
berbicara. Kegiatan berbicara dengan metode bercerita ini dapat digunakan tanpa media dan
dapat pula digunakan dengan media, salah satu media yang digunakan adalah media gambar.
Media gambar adalah media yang merupakan reproduksi bentuk asli dalam dua dimensi yang
berupa foto atau lukisan (Nelva Rolina, 2010: 39). Penggunaan media gambar dalam
pembelajaran mempunyai beberapa kelebihan yaitu bersifat konkret, dapat mengatasi batasan
ruang dan waktu, media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita, dapat
memperjelas suatu masalah, dan harga lebih murah dan gampang didapat (Sadiman, 2009:
29-31).
Kenyataannya yang terjadi di RA Al-Ikhlash khususnya pada Kelompok A sebagian besar
anak masih sulit untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya. Anak masih kesulitan dalam
menjawab pertanyaan dari guru atau menjawab pertanyaan dengan jawaban-jawaban yang
tidak tepat. Anak tidak dapat menceritakan pengalamannya dikarenakan kemampuan
berbicara anak tidak lancar. Ini terlihat pada saat anak mencoba menceritakan pengalaman di
depan kelas, anak-anak masih bingung dengan kata-kata yang akan di ucapkan, sehingga
anak menjadi kurang percaya diri bila berbicara di depan teman-temannya. Kebingungan atau
ketidakmampuan anak dalam berbicara disebabkan karena bahasa yang digunakan campurcampur antara bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa yang terbiasa dipakai sehari-hari.
Keterbatasan anak dalam mengungkapkan bahasa lisannya di kelas dikarenakan metode
yang digunakan guru belum tepat dan belum sesuai dalam menstimulasi perkembangan
bahasa anak. Guru lebih sering menggunakan metode bercakap-cakap tanpa menggunakan
media. Guru pernah mencoba menggunakan media berupa gambaran dipapan tulis tetapi
tidak ada peningkatan dalam perkembangan berbicara anak, karena ternyata anak masih
belum lancar berbicara sehingga kesulitan dalam mengungkapkan apa yang anak rasakan.Hal
ini karena media yang digunakan belum tepat karena belum bisa membangkitkan minat anak
dalam mengikuti pembelajaran dikarenakan media yang digunakan tidak menarik.
Solusi yang dapat diberikan antara lain adalah dengan mengubah kegiatan pembelajaran
menjadi lebih menarik, sehingga anak menjadi bersemangat dalam mengikuti pembelajaran
dan tujuan guru untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak dapat berhasil dan berjalan
maksimal. Salah satu kegiatan yang dapat mengembangkan dan menstimulasi kemampuan
berbicara anak adalah melalui media gambar, yaitu melalui gambar yang disediakan oleh
guru. Media gambar dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak karena mempunyai
kelebihan antara lain bersifat konkrit, dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, dapat
mengatasi keterbatasan masalah, dapat mengatasi keterbatasan pengamatan, murah dan
mudah didapat serta dapat digunakan untuk perseorangan atau kelompok (Sadiman, 2009: 2931).
Media gambar bersifat konkret karena anak dapat melihat benda secara nyata dalam
bentuk tiruan, sehingga anak tidak salah membayangkan suatu benda. Media gambar juga
dapat mengatasi ruang dan waktu karena dengan media gambar guru tidak perlu mengajak
anak ke tempat pembelajaran langsung, misalnya guru menjelaskan macam-macam binatang
tidak perlu harus pergi ke kebun binatang tetapi cukup dengan menggunakan gambar sebagai
media pembelajarannya, hal ini juga untuk mengatasi keterbatasan masalah dan keterbatasan
pengamatan. Media gambar dinilai murah karena dalam mendapatkan gambar cukup mudah,
guru menggunakan foto atau mendownload di internet. Kegiatan berbicara melalui gambar
tidak hanya dilakukan di dalam kelas tetapi juga bisa dilaksanakan di luar kelas seperti di
halaman sekolah. Anak diberi tugas untuk menceritakan atau berbicara mengenai gambar
yang diperlihatkan guru.
Berangkat dari uraian di atas, maka penulis mengangkat masalah yang terjadi di RA AlIkhlash khususnya Kelompok A dengan mengambil judul meningkatkan kemampuan
berbicara anak melalui media gambar pada anak Kelompok A di RA Al-Ikhlash Banjaran.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari uraian di atas, maka identifikasi masalahnya sebagai
berikut:
1. Anak belum mampu menyebutkan bunyi huruf yang sesuai dengan lambang.
2. Anak belum mampu membedakan huruf.
3. Anak belum mampu menunjukkan lambang huruf dengan tepat.
4. Anak belum mampu membaca kata sederhana.
5. Anak belum mampu mencocokkan gambar dengan kata.
6. Kegiatan anak dalam mengenal huruf sangat terbatas.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis membatasi
masalah pada pengaruh media kartu terhadap penguasaan kosakata kelompok A di RA AlIkhlash
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar permasalahan di atas, maka peneliti dapat merumuskan
permasalahannya sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh media kartu bergambar terhadap pengguasaan kosakata
kelompok A di RA Al-Ikhlash
2. Seberapa besar pengaruh media kartu bergambar terhadap penguasaan kosakata
kelompok A yang diterapkan di RA Al-Ikhlash Banjaran.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini :
1. Untuk mengetahui pengaruh media kartu bergambar terhadap penguasaan kosakata
kelompok A di RA Al-Ikhlash Banjaran.
2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh media kartu bergambar terhadap penguasaan
kosakata kelompok A yang diterapkan di RA Al-Ikhlash Banjaran.
Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan
ilmu pengetahuan, dan memahami pengaruh media kartu bergambar terhadap
penguasaan kosakata kelompok B di RA Al-Ikhlash Banjaran.
2. Secara Praktis
a. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan dan meningkatkan
keterampilan mengajar guru di kelas, menambah wawasan guru tentang pengaruh
media kartu bergambar terhadap penguasaan kosakata kelompok B di RA Al-Ikhlash
Banjaran.
b. Bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan anak mampu meningkatkan pembendaraan kata, dan
dapat mengungkapkan ide, serta meningkatkan kecerdasan bahasa.
c. Bagi kepala sekolah
Hasil penelitian diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah yang terjadi
selama proses belajar mengajar berlangsung terutama masalah meningkatkan
pembendaraan kata.
d. Bagi pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan informasi untuk
memperkaya khasanah keilmuan. penguasaan kosakata.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Media
Media adalah suatu sarana yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi kepada
siswa. Media berasal dari latin dan merupakan bentuk jamak dan merupakan bentuk jamak
dari kata “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” yaitu perantara sumber pesan (a
source) dengan penerimaan pesan (a receiver).
Media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi
instruksional di lingkungan siswa, yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Adapun
media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan
instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran.
Menurut para pakar, media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk
menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri atas buku, tape recorder, kaset, video
camera, video recorder, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer.
Media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan
minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan
membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa.
Media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau
pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara (wasail) atau pengantar pesan dari
pengirim kepada penerima pesan. Gerlach dan Ely alam arsyad mengatakan bahwa media
apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi,atau kejadian yang membangun
kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap.
Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara
lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung sebagai alat-alat
grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali
nformasi visual atau verbal.
Batasan lain telah pula dikemukakan oleh para ahli yang sebagian diantaranya akan
diberikan berikut ini. AECT ( Association of Education and Communication Technology)
memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk
menyampaikan pesan atau informasi. Disamping sebagai system penyampai atau pengantar,
media yang sering diganti dengan kata mediator menurut Fleming adalah penyebab atau alat
yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator
media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua
pihak utama dalam proses belajar-siswa dan isi pelajaran. Disamping itu, mediator dapat pula
mencerminkan pengertian bahwa setiap sistem pembelajaran yang melakukan peran mediasi,
mulai dari guru sampai kepada peralatan yang paling canggih, dapat disebut media.
Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan
pembelajaran.
Agak berbeda dengan semua itu adalah batasan lain yang diberikan oleh Asosiasi
Pendidikan Nasional (National education association/NEA). Dikatakan bahwa media adalah
bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Media
hendaknya dapat dimanipulasi, dapat didengar, dilihat, dan dibaca. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa media adalah sarana atau perantara dalam menyampaikan informasi dari
seseorang ke orang lain.
B. Pengertian Kartu Bergambar
1. Pengertian Kartu Bergambar
Kartu yang dalam aplikasinya memiliki berbagai variasi dan ukuran merupakan alat
bantu ajar yang praktis. Selembar kartu dapat dibuat dari kertas biasa (HVS), karton
manila, atau kertas cover10. Menurut kamus besar bahasa indonesia kartu adalah kertas
tebal berbentuk persegi panjang untuk berbagai keperluan, hampir sama dengan kata.
Sedangkan kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan
perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam bahasa. Gambar
adalah tiruan barang (orang, binatang tumbuhan dsb) yang dibuat dengan coretan pensil
pada kertas. Media merupakan bahasa yang umum yang dapat dimengerti dan dinikmati
dimana-mana. Jadi kartu bergambar adalah kartu yang berisi kata-kata dan terdapat
gambar.
Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa kartu bergambar adalah sebuah media
pembelajaran berbentuk segi empat pipih yang memuat perpaduan antara kata dan
gambar yang sering dijumpai disekitar anak seperti nama-nama binatang dan buahbuahan.
2. Kegunaan dan Kelebihan Kartu Bergambar
Masing-masing media mempunyai kegunaan dan kelebihan. Begitu juga dengan
media yang digunakan dalam pembelajaran baca tulis huruf alphabet. Media kartu kata
bergambar juga mempunyai kegunaan dan kelebihan, kegunaan dan kelebihannya sebagai
berikut:
a). Kegunaan daripada media kartu kata adalah:
1) Dapat membaca pada usia dini.
2) Mengembangkan daya ingat otak kanan.
3) Melatih kemampuan konsentrasi balita.
4) Memperbanyak perbendaharaan kata dari balita.
b) Sedangkan kelebihanya adalah :
1) Mudah dibawa ke mana-mana. Dengan ukuran yang kecil sehingga membuat media kartu
dapat disimpan dimanapun, sehingga tidak membutuhkan ruang yang luas, dan digunakan
dimana saja.
2) Praktis dalam membuat dan menggunakannya, sehingga kapan pun anak didik bisa belajar
dengan baik menggunakan media ini. Ketika kita akan menggunakan tinggal menyusun
urutan kata sesuai keinginan kita. Selain itu biaya pembuatan media ini juga sangatlah murah,
karena dapat menggunakan barang-barang bekas seperti kardus sebagai kartunya.
3) Gampang diingat karena kartu ini bergambar yang sangat menarik perhatian. Sehingga
kartu ini akan memudahkan siswa untuk mengingat dan menghafal bentuk huruf-huruf
tersebut.
4) Menyenangkan sebagai media pembelajaran, bahkan bisa digunakan dalam permainan.
Misalnya siswa secara berlomba-lomba mencari satu kartu kata yang disusun secara acak
yang kemudian harus dipasangkan sesuai antara tulisan (kata) dengan gambarnya. Cara
seperti ini juga bisa mengasah aspek kognitif dan motorik kasar anak.
Dengan adanya kegunaan dan kelebihan yang telah disebutkan diatas diharapkan anak
menjadi pintar dalam memahami huruf alphabet sehingga dapat dijadikan sebagai metode
cara belajar membaca permulaan yang tepat.
3. Karakteristik Media Kartu Kata
Menurut Rahadi Ansto menyebutkan ada beberapa karakteristik media kartu:
a) Harus Autentik, artinya dapat menggambarkan objek atau peristiwa seperti jika
siswa melihat langsung. Misalnya, siswa akan mempelajari gunung meletus, setelah
diberi gambaran bagaimana gunung meletus, maka akan tahu bahwa pada saat
gunung meletus mengeluarkan larva dan debu panas dari kawahnya, dan hal
tersebut bisa berbahaya.
b) Sederhana, komposisinya cukup jelas menunjukkan bagian-bagian pokok dalam
gambar tersebut.
c) Ukuran gambar proposional, sehingga siswa mudah membayangkan ukuran yang
sesungguhnya benda atau objek yang digambar.
d) Memadukan antara keindahan dengan kesesuaiannya untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
e) Gambar harus message. Tidak setiap gambar yang bagus merupakan media yang
bagus. Sebagai media yang baik, gambar hendaklah bagus dari sudut seni dan sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
4. Langkah-langkah yang Harus digunakan dengan Media Kartu Kata Bergambar.
Dalam menggunakan kartu kata bergambar sebagai media pembelajaran baca tulis,
ada langkah-langkah khusus yang harus dilakukan. Secara umum dapat dikelompokkan
menjadi tempat langkah, yaitu: langkah pertama mengenal huruf alphabet yaitu dengan
menunjukkan satu demi satu kartu huruf atau poster antara huruf “a” sampai “z” yang
diacak dan ajari bagaimana cara bunyinya. Langkah kedua; mengenal perbedaan antara
huruf konsonan dengan huruf vocal bagaimana cara membacanya jika ada huruf
konsonan digabung dengan huruf vocal dengan menggunakan kartu huruf. Langkah
ketiga; anak membaca huruf alphabet yang sudah dirangkai menjadi kata oleh peneliti.
Langkah keempat; anak merangkai huruf menjadi kata yang sesuai dengan gambar. Agar
proses pembelajaran lebih efektif, tiap-tiap huruf diaplikasikan dengan benda-benda yang
ada disekitar kita dan disesuaikan dengan tema pembelajaran yang sedang berlangsung.
5. Macam-macam Kartu Bergambar
kartu bergambar yang biasa digunakan sebagai media pembelajaran baca tulis banyak
macam dan jenisnya. Berikut ini beberapa materi dalam Flash card atau Dots card dan
cara penggunaannya:
a) Flash Card Benda
Perkenalkan gambar-gambar benda, mulai dari yang ada di sekitar anak, seperti
hewan, buah-buahan, dan sebagainya, sehingga perbenda haraan benda yang dilihat
semakin banyak.
b) Flash card Abjad
Pada bagian ini, anak diperkenalkan dengan 26 huruf sejak dini. Sebenarnya masih
banyak jenis flash card yang perlu diperkenalkan kepada anak sejak usia dini, misal huruf
hijaiyah (dasar-dasar huruf arab, huruf cina), dan jenis gambar yang lain. Flash card bisa
dibuat sendiri, seperti contoh dibawah ini,dengan cara memotong gambar kemudian
ditempelkan di atas kertas buffalo dan dapat juga dibeli di toko buku.
C. Pengertian Kosakata
Dalam KBI (Kamus Bahasa Indonesia) arti kosakata adalah pembendaharaan kata.
Sedangkan kata atau kosakata adalah kumpulan kata-kata yang dimiliki suatu bahasa dan
akan segera mengetahui makna katanya walaupun kata tersebut jarang digunakan lagi baik
dalam bahasa lisan maupun tertulis. Dahidi dan sujidianto berpendapat bahwa kosakata
adalah keseluruhan kata berkenaan dengan suatu bahasa atau bidang tertentu yang ada
didalamnya.Bagi anak usia dini merupakan kegiatan yang menyenangkan menambah ilmu
pengetahuan yang belum diketahui dan dapat menambah kata-kata baru. Dapat memperkaya
perbendaharaan kata adalah hal yang luar biasa sehingga anak dalam menggunakan kosakata
tersebut menjadi lebih terampil.
1. Penguasaan Kosakata
Nurgiyantoro menjelaskan bahwa pengguasaan kata adalah kemampuan untuk
menambah kata yang dipahami oleh anak. Kemampuan menambah kata dapat diperoleh
dengan cara membaca, menyimak, menulis, bernyanyi dan berbicara. Kosakata mempunyai
peranan penting dalam kehidupan seseorang, terutama dalam berinteraksi dalam terhadap
lingkungan. Pengguasaan kosakata mempunyai peran yang penting dalam kehidupan,
khususnya fungsi bahasa adalah suatu sarana dalam dalam komunikasi.
Pada dasarnya seorang anak tertarik untuk mengenal dan mempelajari kata-kata baru,
apabila anak mendengar suatu kata baru, maka akan mengulang-ulang hingga hafal. Proses
pengguasaan kosakata sebenarnya telah dimulai pada anak semenjak masih bayi. Kosakata
dapat direspon dengan baik ketika diucapkan orang lain. Oleh karena itu kosakata yang
pertama kali dikuasai oleh anak adalah kosakata dengar, kemudian barulah menguasai
kosakata berbicara.
Ada beberapa cara peningkatan pengusaan kosakata pada anak yang harus dilakukan
yaitu diantaranya dengan berlatih belajar kosakata dengan teratur, mempelajari kosakata
dengan kartu, mencari arti dalam lirik lagu dan merespon dengan tindakan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kosakata
Penguasaan kosakata pada anak dapat dipengaruhi beberap faktor diantaranya:
a) Faktor Kesehatan
Apabila anak berkembang secara sehat maka pertumbuhan akan sehat pula,
sehingga perkembangan bahasa anak akan lebih baik dan pengguasaan kosakata akan
bertambah secara alami.
b) Faktor Intelegensi
Intelegensi (daya ingat) merupakan salah satu factor yang mempengaruhi
pengguasaan kosakata anak karena pada usia ini anak memang mengalami
perkembangan bahasa yang sangat pesat karena apa yang dilihat dan didengarkan
mudah sekali disimpan dalam pikiran.
3. Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk
komunikasi sehingga pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat,
atau gerak dengan menggunakan kata-kata , kalimat, bunyi, lambang dan gambar. Melalui
bahasa manusia dapat mengenal dirinya, pecipta, sesama manusia, alam sekitar, ilmu
pengetahuan dan nilai-nilai moral dan agama.
Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, produk bahasa mereka juga
meningkat dalam kuantitas keluasan dan kerumitan. Anak-anak secara bertahap
berkembang dari melakukan sesuatu ekspresi dengan berkomnikasi. Sejak usia dua tahun
anak menunjukkan minat untuk menyebut nama benda serta terus berkembang sejalan
dengan bertambahnya usia sehingga mampu berkomunikasi dengan lingkungan yang
lebih luas dan dapat menggunakan bahasa dengan ungkapan yang lebih kaya.
4. Perkembangan Berbicara
Bicara merupakan keterampilan mental motorik sebagai salah satu bagian dari
keterampilan bahasa, yang tidak hanya melibatkan koordinasi kumpula otot mekanisme
suara yang berbeda tetapi juga mempunyai aspek mental yakni kemampuan yang
mengaitkan arti bunyi yang dihasilkan.
Bicara dikasifikasikan dalam dua golongan besar yaitu bicara yang berpusat pada diri
sendiri (egosentris) dan berpusat pada orang lain (sosialisasi ). Bicara memiliki peran
penting dalam kehidupan anak memberikan pengaruh yang besar bagi penyesuaikan
social dan pribaadi anak. Bicara merupakan alat komunikasi, meskipun pada awal masa
anak-anak tidak semua kemampuan bicara digunakan untuk berkomunikasi.
Bicara merupakan bentuk komunikasi yang efektif, penggunakan paling luas dan
paling penting. Pola perkembangan bicara sejalan dengan perkembangan motoric dan
perkembangan mental dan setiap orang akan mengikuti pola yang sama dengan laju
perkembangan yang berbeda. Oleh karena itu keterampilan bicara anak bisa di mulai
dalam usia berbeda-beda dengan kualitas bicara yang berbeda pula.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut
Darmawan penelitian ini merupakan proses mencari pengetahuan menggunakan alat untuk
menemukan keterangan yaitu data yang berupa angka-angka sehingga dapat menghasilakan
sesuatu hal yang ingin kita ketahui. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif
(Darmawan, 2014). Menurut Sugiyono (2012: 36) penelitian korelasional adalah suatu
penelitian yang menanyakan hubungan dua variabel atau lebih dan hubungan yang saling
mempengaruhi. Penelitian ini termasuk kedalam penelitian yang menggunakan pendekatan
kuantitatif korelasional karena peneliti berusaha menelaah hubungan antara variabel X
dengan variabel Y. Menurut Sugiyono (2009:7) dikatakan pendekatan kuantitatif karena data
penelitian yang digunakan berupa angka-angka dan dianalisis melalui statistik.
B. Metode Penelitian
Metode kuantitatif dinamakan dengan metode tradisional, karena metode ini sudah
cukup lama digunakan sebagai metode penelitian. Metode ini disebur dengan metode
posivisistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini disebut juga metode
kuantitatif yang berupa angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiono 2015)
Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode expost facto. Setiap penelitian
memiliki metode tersendiri, namun pada intinya suatu metode digunakan untuk
memecahkan masalah. Ada banyak metode yang digunakan penelitian, termasuk penelitian
pendidikan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah expost facto yang
bersifat korelasional yaitu mencari hubungan antara dua variabel yaitu variabel X dan Y
yang menggunakan metode statistika sederhana yaitu statistika deskriptif untuk mencari
frekuensi atas presentase jawaban responden dengan mengunakan analisis korelasi (Sudjana,
1997: 242).
Korelasi bertujuan untuk menemukan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel diantaranya yaitu:
1. Variabel bebas (independent variable) atau variabel X yaitu variabel yang
mempengaruhi variabel terikat. Variabel X dalam penelitian ini yaitu interaksi
edukatif guru dengan siswa.
2. Variabel terikat (dependent variable) atau variabel Y yaitu variabel yang
dipengaruhi oleh variabel beas. Variabel Y dalam penelitian ini yaitu minat
belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kebudayaan islam.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi Menurut Sugiono dalam (Kani 2017). Populasi
dalam penelitian ini adalah populasi target karena direncanakan Menurut Sukardi dalam
(Kani 2017). Populasi merupakan keseluruhan objek yang akan di teliti. Apabila seseorang
ingin meneliti semua elemen yang ada didalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2013: 173). Menurut Sugiyono (2017: 119)
populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasinya adalah seluruh anak usia dini di RA
Al-Ikhlash Banjaran yang berjumlah 31 siswa dengan masing-masing kelas yaitu kelas A
sebanyak 11 siswa dan kelas B 20 siswa. Adapun perincian dari masing-masing kelas
tersebut adalah sebagai berikut:
No
Kelas
Jumlah
1.
A
11
2.
B
20
3.
Guru RA Al-Ikhlash
4
Jumlah
35
2. Sampel
Sedangkan menurut Siregar (2013:30) sampel merupakan suatu prosedur pengabilan
data dimana hanya sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk
menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu pupulasi. Sampel merupakan bagian
dari jumlah karakteristik yang dimiliki populasi tersebut (Sugiyono, 2016)
Menurut Arikunto (2006: 134) dalam pengembilan jumlah sampel, apabila subjek
penelitiannya kurang dari 100 orang, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
menjadi penelitian populasi. Jika jumlah subjeknya lebih dari 100 orang, maka diambil 1015 % atau 20-25% atau lebih dari jumlah populasinya.
Berdasarkan teori tersebut, maka pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah 25
% dari jumlah populasi, karena jumlah populasi sebanyak 31 siswa. Sehingga sampel yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak 15 siswa.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Angket
Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara memberikan
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya
(Sugiyono, 2017: 193 ). Angket yang digunakan dalam penelitian ini akan diberikan kepada
guru dan peserta didik. Tujuannya agar dapat mengetahui adanya pengaruh kompetensi
pedagogik terhadap motivasi belajar (Kani 2017). Angket yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu angket tertutup dengan menggunakan skala likert’s yaitu:
1) Sangat tinggi : skor 5.
2) Tinggi
: skor 4.
3) Sedang
: skor 3.
4) Rendah
: skor 2.
5) Sangat rendah : skor 1.
Dalam angket ini, dari setiap pernyataan terdapat empat altrernatif jawaban yang dinilai dengan
dengan menggunakan skala likert dengan alternatif jawabannya yaitu: (BB) Belum
Berkembang, (BM) Mulai Berkembang, (BSH) Berkembang Sesuai Harapan, (BSB)
Berkembang Sangat Baik.
Penelitian ini menggunakan angket tertutup berupa pernyataan yang jawabannya
berbentuk skala deskriptif. Angket tertutup ini berfungsi untuk mengungkapkan data
kompetensi guru dan motivasi belajar siswa.
2. Observasi
Menurut Larry Cristensen dalam (Sugiyono, 2016) dalam penelitian ini, Observasi
diartikan sebagai pengamatan terhadap pola prilaku manusia dalam situasi tertentu, untuk
mendapatkan informasi tentang fenomena yang terjadi atau yang diinginkan. Observasi juga
merupakan sebuah proses untuk memperoleh data dari tangan pertama dengan mengamati orang,
atau mengamati proses kerja di tempat pada saat melakukan penelitian. Dalam psikologi
berpendapat bahwasanya observasi meliputi kegiatan terhadap sebuah objek dengan
menggunakan seluruh indra (Arikunto, 2006). Teknik ini digunakan untuk mendapatkan
informasi dan memperoleh data yang berkaitan dengan situasi dan kondisi di TK RA Al-Ikhlash
Banjaran yang meliputi: letak geografis, keadaan sekolah serta keadaan guru dan siswa.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dapat berupa
gambar, tulisan, catatan harian, karya-karya monumental, cerita, sejarah kehidupan, peraturan,
kebijakan dan biografi (Sugiyono, 2016). Menurut (Zuriyah, 2006) dokumentasi adalah cara
mengumpulkan data melalui penelitian. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang
berupa arsip, data sekolah, dan data siswa di RA Al-Ikhlash Banjaran.
4. Wawancara
Wawancara merupakan suatu bentuk dari komunikasi antara dua orang, yang melibatkan
seseorang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan tertentu (Mulyasa, 2004) Wawancara dalam suatu penelitian bertujuan untuk
mengumpulkan keterangan. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara yang terstruktur artinya mengacu pada pedoman wawancara yang telah disusun
secara sistematis dan lengkap. Pengumpulan data yang dilakukan dengan bertanya langsung
kepada informan yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan. Bentuk wawancara dari penelitian
ini mengajukan beberapa peryataan kepada guru dan peserta didik mengenai kompetensi guru
dan motivasi belajar siswa yang kemudian jawaban mereka nantinya akan dijadikan data
penelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian
1. Profil TK RA Al-Ikhlash Banjaran
a) Deskripsi Fisik Sekolah
Nama Sekolah
: RA Al-Ikhlash Banjaran
Alamat (Jalan/Kec/Kota)
: Kp Blokdesa Rt/Rw 02/06 Desa Banjaran Wetan
Kecamatan Banjaran Kab Bandung Provinsi Jawa Barat
No Telp.
:
Nama Kepala Sekolah
: Eneng Sumiati, S.Pd Aud
No. Telp / HP
: 0085295261751
Kategori Sekolah
: Biasa
Tahun Didirikan/Tahun Beroperasi : 2000
Kepemilikan Tanah / Bangunan
: Yayasan
b) Bangunan Sekolah
Bangunan sekolah pada umunya memiliki kondisi baik.jumlah ruang kelas utuk
menunjang kegiatan belajar memadai. Ruangan yang dimiliki RA Al – Ikhlash yaitu: 2
ruang kelas, 1 toilet, 1 kantor.
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif.
Pada penelitian dijelaskan sebagai berikut:
1) Langkah persiapan
Peneliti menyiapkan beberapa media kata bergambar untuk
kelompok eksperimen, sesuai dengan materi yang di berikan yaitu
pengenalan huruf-huruf. Dan menyiapkan beberapa materi
pengenalan huruf-huruf untuk pembelajaran konvensional pada
kelompok kontrol.
2) Langkah pelaksanaan
a) Tahap pembukaan:
(1) Peneliti memberikan salam sapa kepada siswa.
(2) Peneliti mernimpin do'a sebelum mengawali kegiatan.
b) Tahap kegiatan :
(1) Menyuruh anak untuk memasukkan semua alat tulis dan
buku ke dalam laci.
(2) Memberitahukan kepada siswa kalau hari ini belajar
mengenal huruf-huruf dengan menggunakan media kata
bergambar.
(3) Peneliti menunjukkan beberapa huruf-huruf yang harus di
kuasai oleh siswa yang sesuai dengan media kata
bergambar.
(4) Peneliti mengenalkan atau menyebutkan satu persatu huruf
secara oral kepada anak-anak.
(5) Anak-anak diminta bersamaan untuk membaca ulang hurufhuruf yang di tunjukkan pada anak-anak yang sudah di
kenalkan oleh peneliti.
(6) Anak-anak bergantian di panggil namanya untuk membaca
huruf yang di tunjukkan peneliti ke anak-anak.
(7) Peneliti menyuruh siswa satu persatu maju kedepan untuk
menuliskan huruf yang di sebutkan peneliti.
(8) Mengajari dan memberikan contoh ulang saat siswa masih
mengalami kesulitan atau kesalahan pada saat penulisan
hurufhuruf yang disebutkan oleh peneliti.
c) Tahap akhir:
(1) Peneliti menyampaikan bahwa kegiatan selesai.
(2) Mempersilahkan anak-anak untuk istirahat.
3) Hasil pengamatan
Anak-anak pada kelompok eksperimen sangat senang sekali
ketika peneliti membawa dan menunjukkan beberapa media kata
bergambar. Ketika peneliti mengenalkan beberapa huruf mereka
sangat memperhatikan. Dan saat peneliti menyuruh mereka maju satu persatu, sebagian
ada yang langsung mau maju dan sebagian
ada yang tidak mau maju karena malu. Saat intervensi pertama di
berikan, siswa yang paling aktif adalah Alvi yang sangat pemalu
adalah Jasmin. Sedangkan yang lainnya biasa-biasa saja (tidak
terlalu aktif dan tidak terlalu pemalau). Pada pemberian intervensi
pertama ini anak-anak juga ada peningkatan dalam menulis huruf
dan menghafal huruf.
C. Pembahasan
1. Terdapat Pengaruh Media Kartu Bergambar Terhadap Pengguasaan Kosakata Kelompok
A
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di RA Al-Ikhlash dengan peserta didik
kelompok A dan B, yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. diberi pembelajaran materi dengan metode yang berbeda. Untuk
kelompok kontrol diberi pembelajaran dengan metode konvensional (dengan membaca kata
di papan tulis) yang di lakukan pada lain hari sebelum di lakukan eksperimen, sedangkan
pada hari selanjutnya kelompok eksperimen diberi pembelajaran dengan media kartu
bergambar. Langkah yang peneliti lakukan yaitu dengan cara kartu bergambar tersebut
nantinya akan di tutup dengan tangan pada gambarnya, ataupun sebaliknya bisa juga ditutup
pada katanya. Setelah itu anak akan disuruh maju satu per satu untuk menebak gambar
tersebut. Kedua kelompok tersebut diberi pembelajaran dengan waktu yang sama (1 minggu)
dengan dua kali eksperimen dengan hari yang berbeda. Setelah perlakuan melalui
pembelajaran dianggap mencukupi dan selesai selanjutnya dilakukan penilaian setelah diberi
perlakuan terhadap kedua kelompok.
Media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi
instruksional di lingkungan siswa, yang dapat merangsang siswa untuk belajar.Dari penilaian
yang telah dilakukan ternyata terdapat pengaruh yang signifikan antara media kartu
bergambar terhadap penguasaan kosakata kelompok B. Penelitian tersebut memberikan data
bahwa penggunaan media kartu bergambar mampu meningkatkan daya ingat anak khususnya
dalam berbahasa. Dengan demikian, pengujian menunjukkan dapat disimpulkan dari hasil
tersebut yang memperlihatkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dalam media kartu
bergambar terhadap penguasaan kosakata di RA Al-Ikhlash Banjaran.
Jadi pengaruh media kartu bergambar memiliki pengaruh yang kecil terhadap penguasaan
kosakata. Dan sebaiknya media kartu bergambar ini diterapkan setiap hari agar lebih baik.
Melalui pemahaman media bergambar ini, maka secara langsung dapat dikatakan bahwa
kartu bergambar dapat digunakan untuk meningkatkan penguasaan kosakata anak agar untuk
melancarkan pemberdaharaan katanya.
Hasil penelitian diatas menimbulkan manfaat bagi anak, manfaat yang didapat dari media
kartu bergambar adalah agar anak dapat mengembangkan daya ingatnya terhadap
pemberdaharaan kata dan penguasaan kosakata adalah agar anak mampu berkomunikasi
sesuai tingkatan umurnya. Media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa.
Menurut para pakar, media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk
menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri atas buku, tape recorder, kaset, video
kamera, video recorder, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer.
Untuk menumbuhkan daya ingat pada anak, maka guru harus sabar dalam memberikan
suatu perlakuan agar anak dapat mudah mengingat benda-benda yang akan dipelajari. Guru
bisa menggunakan cara dengan menutup tulisan yang tertulis didalam kartu tersebut
kemudian anak akan disuruh untuk menebaknya. Lakukanlah secara berulang-ulang agar
nantinya penguasaan kosakata anak akan maksimal.
Kemampuan menambah kata dapat diperoleh dengan cara membaca, menyimak, menulis,
bernyanyi dan berbicara. Kosakata mempunyai peranan penting dalam kehidupan seseorang,
terutama dalam berinteraksi dalam terhadap lingkungan. Pengguasaan kosakata mempunyai
peran yang penting dalam kehidupan, khususnya fungsi bahasa adalah suatu sarana dalam
dalam komunikasi.
Melalui media kartu bergambar anak akan belajar berkomunikasi dengan orang lain dan
aktif bertanya pada orang tua atau guru. Diharapkan dengan adanya ini anak dapat
meningkatkan daya ingatnya tentang pemberian hal yang baru pada anak. Media kartu kata
bergambar juga mempunyai kegunaan dan kelebihan, kegunaan dan kelebihannya sebagai
berikut:
a) Kegunaan daripada media kartu kata adalah:
1) Dapat membaca pada usia dini.
2) Mengembangkan daya ingat otak kanan.
3) Melatih kemampuan konsentrasi balita.
4) Memperbanyak perbendaharaan kata dari balita.
b) Sedangkan kelebihanya adalah :
1) Mudah dibawa ke mana-mana. Dengan ukuran yang kecil sehingga membuat media
kartu dapat disimpan dimanapun, sehingga tidak membutuhkan ruang yang luas, dan
digunakan dimana saja.
2) Praktis dalam membuat dan menggunakannya, sehingga kapan pun anak didik bisa
belajar dengan baik menggunakan media ini. Ketika kita akan menggunakan tinggal
menyusun urutan kata sesuai keinginan kita. Selain itu biaya pembuatan media ini juga
sangatlah murah, karena dapat menggunakan barang-barang bekas seperti kardus sebagai
kartunya.
3) Gampang diingat karena kartu ini bergambar yang sangat menarik perhatian. Sehingga
kartu ini akan memudahkan siswa untuk mengingat dan menghafal bentuk huruf-huruf
tersebut.
4) Menyenangkan sebagai media pembelajaran, bahkan bisa digunakan dalam permainan.
Misalnya siswa secara berlomba-lomba mencari satu kartu kata yang disusun secara acak
yang kemudian harus dipasangkan sesuai antara tulisan (kata) dengan gambarnya. Cara
seperti ini juga bisa mengasah aspek kognitif dan motorik kasar anak.
Dengan adanya kegunaan dan kelebihan yang telah disebutkan diatas diharapkan anak
menjadi pintar dalam memahami huruf alphabet beserta gambarnya sehingga dapat dijadikan
sebagai metode cara belajar membaca untuk penguasaan kosakata yang tepat.
Dengan diketahuinya pengaruh media kartu bergambar terhadap penguasaan kosakata ini,
anak sebetulnya mampu menyebutkan benda-benda yang ada disekitarnya tanpa melalui
media, namum orang tua diharapkan selalu untuk mendampingi anak belajar agar daya
ingatnya selalu berkembang secara kreatif dan maksimal.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian diatas, peneliti menyimpulkan bahwasanya masih banyak murid
kelompok A di RA Al-Ikhlash Banjaran yang belum memhami penuh kosakata atau
huruf huruf abjad ini. Mereka belum sepenuhnya mengetahui walaupun sudah
beberapa bulan di sekolah.
B. Saran
Demi kemajuan dan keberhasilan pealaksanaan proses belajar mengajar dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan, maka penulis memberi saran sebagai berikut :
1. Kepada Peserta Didik
Hasil penelitian ini diharapkan anak mampu meningkatkan pembendaraan kata, dan
dapat mengungkapkan ide, serta meningkatkan kecerdasan bahasa.
2. Kepada Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan dan meningkatkan
keterampilan mengajar guru di kelas, menambah wawasan guru tentang pengaruh media
kartu bergambar terhadap penguasaan kosakata kelompok B di RA Al-Ikhlash Banjaran.
3. Kepada Kepala Sekolah
Hasil penelitian diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah yang terjadi
selama proses belajar mengajar berlangsung terutama masalah meningkatkan
pembendaraan kata.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman Fathoni. 2006. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Ahmad Tanzeh. 2011. Metodologi Penelitian Praktis. Yogyakarta: Teras Ajeng
Dewandari. 2011. Peningkatan Kemampuan Mengenal Huruf Melalui Pemanfaatan
Media Kartu Bergambar Pada Anak Kelompok B1 Taman Kanak-Kanak Aisyiah
Bustanul Athfal Tengahan Minggir Sleman, Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Yogyakarta
Agus Wibowo, M.Pd. 2012. Pendidikan Karakter Usia Dini (Strategi Membangun
Karakter di Usia Emas). Yogyakarta: Pustaka Belajar
Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Depdiknas. 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan
Berbahasa di Taman kanak-Kanak. Jakarta:Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak
dan Sekolah Dasar
Elfa Sari. 2015. Penggunaan Kartu Huruf Bergambar untuk Mengenal Lambang Huruf
Pada Anak TK IKI PTPN VII (Persero) Kecamatan Kedaton Tahun Pelajaran 2014-2015,
Skripsi Universitas Lampung
Suetopo Helyantini. 2009. Pintar Memakai Alat Bantu Ajar Untuk Guru Kelompok Usia
Dini. Esensi Erlangga Group
Sadiman, Arif S. 2006. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sugiyono.
2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Taringan, H.G. 1985. Menyimak Sebagai Suatu keterampilan Berbahasa. Bandung :
Angkasa
Download