Uploaded by User76916

Makalah Stetoskop

advertisement
MAKALAH
PERALATAN DIAGNOSTIK DASAR
STETOSKOP
Nama
: Rafi' Athaillah Antasena
Nim
: 20193010101
SMT/Kelas
: 3/B
Dosen Pengampu
: Wisnu Kusuma Wardana S.T.
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI ELEKTRO-MEDIS
PROGRAM VOKASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah hirabbil ‘aalamiin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam atas segala
karunia nikmat-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah
yang berjudul “Stetoskop” disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Peralatan Diagnostik Dasar
yang diampu oleh dosen Wisnu Kusuma Wardana S.T.
Makalah ini berisi tentang penjelasan mengenai tentang latar belakang stetoskop, jenis stetoskop,
model-model stetoskop hingga cara pemeliharaan dan pemakaian stetoskop. Meski telah disusun
secara maksimal oleh saya, akan tetapi saya sebagai manusia biasa sangat menyadari bahwa
makalah ini sangat banyak kekurangannya dan masih jauh dari kata sempurna. Karenanya kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Besar harapan kami
makalah ini dapat menjadi sarana untuk menambah ilmu dan pengetahuan.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga para pembaca dapat mengambil manfaat dan
pelajaran dari makalah ini.
Yogyakarta, 3 Oktober 2020
Rafi’ Athaillah Antasena
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stetoskop pada umumnya digunakan untuk menentukan kondisi pasien, objek pengamatanya
biasanya suara jantung dan suara paru. Teknik ini biasanya disebut dengan auskultasi. Masalah
yang timbul pada auskultasi jantung dan paru menggunakan stetoskop adalah noise lingkungan,
kepekaan telinga, frekuensi dan ampitudo. Disinilah penggunaan stetoskop sebagai alat bantu
diagnosis cenderung sebagai subyektif. Tingkat kepekaan pendengaran seorang dokter berbedabeda, hal ini akan menimbulkan kemungkinana kesalahan dalam menganalisa penyakit yang
diterima atau diderita oleh seorang pasien. Apabila suara jantung dan paru dapat didengar bersama
sama dengan seorang dokter yang lain maka akan bias didiskusikan bagaimana kondisi pasien.
Stetoskop elektronik dapat menjadi solusi dari masalah diatas. Suara jantung atau paru
yang diperiksa dpat didengar dengan mengunakan speaker, atau bila [erlu suara tersebut bias diatur
volumenya sesuai yang diinginkan. Dengan demikian suara yang didapatkan akan menjadi jelas.
1.2 Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
Pengertian tentang stetoskop
Sejarah stetoskop
Bagian-bagian stetoskop
Cara penggunaan stetoskop
Perawatan stetoskop
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Stetoskop
Stetoskop adalah alat medis yang fungsinya tidak hanya untuk mendengar suara detak
jantung saja, tetapi juga untuk mendengarkan suara organ lain yang berada di dalam tubuh.
Beberapa organ yang dibisa didengarkan oleh alat ini di antaranya adalah suara organ pencernaan,
paru-paru, bahkan sampai suara janin yang masih di dalam kandungan pun bisa didengar detak
jantungnya. Selain untuk mendengar suara-suara di dalam tubuh, dokter juga akan menggunakan
stetoskop untuk mendengar apakah terdapat sesuatu yang tidak normal dari suara di dalam tubuh.
Dengan begitu, diagnosis suara di dalam tubuh lewat alat ini bisa membantu dokter memilih
tindakan dan pengobatan yang tepat untuk pasien. Stetoskop juga digunakan untuk mendengar
gangguan intensine, pemeriksaan prenatal dan aliran darah dalam arteri vena.
2.2 Sejarah Stetoskop
Sebelum stetoskop ada, jika ingin memeriksa paru, jantung, atau organ dalam lain, seorang
dokter harus menempelkan daun telinganya langsung ke kulit tubuh pasien. Praktik mendengarkan
organ dalam tubuh secara langsung (dalam Bahasa Inggris disebut immediate auscultation) ini
berlangsung sejak zaman Hippocrates. Hal ini berlangsung turun temurun dalam waktu yang
cukup lama bahkan hingga abad ke-20. Banyak masalah terkait hal kepatutan muncul pada praktik
auskultasi langsung ini. Jika pasien berjenis kelamin sama dengan dokter, mungkin tidak ada
masalah, walaupun tentu pasien akan merasa risih. Kalau pasien dan dokter memiliki gender yang
berbeda, misal sang dokter adalah seorang pria tua dan sang pasien adalah seorang wanita muda
dan cantik, dalam sebuah situasi ketika sang dokter ingin memeriksa paru-paru dan jantung pasien,
sekalipun dilakukan dengan profesional dan berlandaskan kode etik, sang pasien akan merasa
sangat tidak nyaman. Masalah akan menjadi jauh lebih pelik jika adat dan keyakinan religius yang
dianut masyarakat setempat melarang interaksi langsung antara pria dan wanita.
Pada 1816, Rene Theophile Hyacinthe Laennec, seorang dokter Perancis yang bekerja di
Necker-Enfants Malades Hospital Paris, mulai menerapkan auskultasi secara tidak langsung
(mediate auscultation) ketika melakukan pemeriksaan pada seorang wanita muda supaya tidak
merasa risih. Sang dokter memeriksa jantung sang wanita dengan sebuah alat khusus berupa kertas
yang digulung, dengan satu ujung ditempatkan di area sekitar jantung pasien dan ujung yang lain
ditempelkan di telinga sang dokter. Setelah merasakan bahwa auskultasi secara tidak langsung
dapat mendengarkan bunyi jantung secara lebih jelas, Laennec menghabiskan waktu selama tiga
tahun untuk menyempurnakan alat yang kemudian disebut stetoskop (dari Bahasa Yunani stethos
= dada dan skopein = mengeksplorasi) dan menerbitkan sebuah buku dalam Bahasa Perancis yang
berjudul De l’auscultation médiate ou Traité du Diagnostic des Maladies des Poumon et du Coeur
(Bahasa Indonesia: Tentang Auskultasi Langsung atau Risalah pada Diagnosis Penyakit-penyakit
Paru dan Jantung). Bentuk stetoskop karya Laennec masih sederhana, berbentuk tabung dan
terbuat dari kombinasi kayu dan kuningan
Stetoskop Laennec mencetuskan babak baru perkembangan auskultasi tidak langsung dan
penyempurnaan stetoskop. Pada Juni 1840, Golding Bird, seorang dokter Inggris, mendesain dan
menggunakan stetoskop yang memiliki tabung fleksibel dan satu bagian telinga (earpiece)
sehingga auskultasi dapat dilakukan dengan posisi yang lebih fleksibel. Kemudian, seorang dokter
dari Irlandia bernama Arthur Leared mengenalkan stetoskop binaural (yang memiliki dua earpiece
sehingga dapat didengarkan dengan kedua telinga) pertama yang terbuat dari getah perca pada
Great Exhibition di London tahun 1851. Desain stetoskop binaural ini disempurnakan oleh George
Philip Hammann pada tahun 1852. Rappaport, Sprague dan Groom mendesain sebuah stetoskop
binaural yang lebih modern pada dekade 1940an yang menjadi standar baru yang terdiri atas
2
kombinasi dua sisi bagian dada (chestpiece), satu sisi digunakan untuk sistem respirasi dan sisi
yang lain untuk sistem kardiovaskuler
Berbagai stetoskop modern telah dikembangkan dengan pelbagai perbaikan terhadap berat
dan penampilan dengan menggunakan prinsip-prinsip yang sama seperti yang dideskripsikan oleh
Rappaport, Sprague dan Groom. Pada awal dekade 1960an, David Littmann, seorang profesor
dari Harvard Medical School, menciptakan stetoskop yang lebih ringan daripada model
sebelumnya dan memperbaiki kualitas akustik stetoskop. Dalam perkembangan terkini, Tarek
Loubani, seorang dokter Kanada, menggagas penggunaan teknologi percetakan 3 dimensi yang
mampu mencetak stetoskop dengan kualitas bagus dengan harga yang sangat murah.
Stetoskop menjadi alat yang penting untuk melakukan auskultasi dan telah berkembang
dengan pesat sejak tahun 1816. Berbagai perbaikan dan pengembangan yang melibatkan banyak
ahli telah dilakukan tahap demi tahap. Stetoskop akan terus berevolusi dalam sebuah lini masa dan
akan tetap menjadi salah satu simbol dunia medis hingga kelak sebuah alat baru yang lebih canggih
dan mampu menggantikan fungsi stetoskop yang ada saat ini.
2.3 Bagian-Bagian Stetoskop
2.3.1 Eartips
Gambar 2.3.1 earitips
Bagian ini merupakan bagian yang diletakkan atau dimasukkan ke dalam telinga. Eartips
menjadi pintu keluar suara yang didengar dari organ dalam tubuh, termasuk dada. Eartips
umumnya terbuat dari karet atau bahan silikon yang dirancang dengan bentuk yang pas dipakai di
dalam telinga sehingga suara lain yang tidak diinginkan tidak masuk tercampur.
2.3.2 Binaural atau Pipa besi
Gambar 2.3.2 Binaural
Binaural berguna menjaga stetoskop supaya tetap tegak serta tidak lembek. Bagian binaural
ini ada besi stainless lentur agar nyaman dipakai serta sesuai dengan posisi telinga. Umumnya
stetoskop tidak tegak lurus, tetapi agak bengkok mengikuti posisi telinga kanan serta kiri. Apabila
anda merasa tidak nyaman sewaktu menggunakan stetoskop cobalah untuk ditukar antara kanan
dengan kiri eartipsnya.
3
2.3.3 Tubing atau Selang karet
Gambar 2.3.3 Tubing
Tubing berfungsi untuk menyalurkan suara dari chestpiece ke telinga. Bagian ini umumnya
berjumlah 1 buah. Tubing terbuat dari karet yang lentur. Ada pula stetoskop yang terdiri dari 2
selang, disebut sprague rappaport.
2.3.4 Chestpiece
Gambar 2.3.4 Chestpiece
Chest-piece adalah bagian kepala stetoskop dokter yang biasanya terdiri dari dua sisi, yaitu
diafragma dan bell. Bagian ini ditempelkan ke tubuh pasien untuk mendengarkan suara. Diafragma
merupakan kepala stetoskop yang lebih besar dengan permukaan datar, yang langsung menempel
ke permukaan kulit pasien. Fungsinya adalah mendengarkan suara dengan frekuensi lebih tinggi.
Sedangkan bell memiliki diameter lebih kecil dan berbentuk seperti lonceng, yang terletak di atas
diafragma. Bagian ini berfungsi mendengarkan suara dengan frekuensi rendah.
2.4 Cara Penggunaan Stetoskop
Memilih dan Menyetel Stetoskop
1. Beli stetoskop berkualitas bagus. Stetoskop berkualitas bagus sangatlah penting. Semakin
bagus kualitas stetoskop maka akan semakin mudah Anda mendengarkan bunyi tubuh
pasien.Stetoskop selang tunggal (single tubed) lebih baik daripada stetoskop selang ganda
(double tubed). Selang-selang di stetoskop selang ganda dapat saling bergesekan. Bunyi
gesekan ini bisa menyulitkan Anda saat mendengarkan bunyi jantung. Selang stetoskop
yang tebal, pendek, dan relatif kaku adalah selang terbaik, kecuali Anda ingin memakai
atau menggantungkan stetoskop di leher. Jika begitu maka selang yang lebih panjanglah
yang paling baik. Pastikan selang tidak bocor dengan mengetuk diafragma (sisi datar pada
logam berbentuk lingkaran) stetoskop. Saat Anda mengetuknya, gunakan alat pendengar
(earpiece) stetoskop untuk mendengarkan suaranya. Jika Anda tidak mendengar apa pun,
mungkin selang tersebut bocor
2. Sesuaikan alat pendengar stetoskop.Pastikan alat pendengar menghadap ke depan dan
ukurannya pas di telinga Anda. Jika tidak, Anda mungkin tidak dapat mendengar apa pun
4
dengan stetoskop tersebut. Pastikan alat pendengar menghadap ke depan. Jika Anda
memakainya menghadap ke belakang, Anda tidak akan bisa mendengar bunyi apa pun.
Pastikan alat pendengar memiliki bantalan yang ukurannya pas dan dapat “mengunci”
dengan baik di telinga Anda untuk menghindari suara-suara dari lingkungan sekitar. Jika
ukurannya tidak pas, biasanya bantalan tersebut dapat dilepas. Kunjungi toko penyedia alat
medis untuk membeli bantalan baru. Pada beberapa jenis stetoskop, Anda juga dapat
memiringkan atau menekuk gagang alat pendengar ke depan untuk membuatnya pas di
telinga.
3. Periksa tekanan alat pendengar di stetoskop.Dengan kata lain, pastikan posisinya cukup
rapat di kepala Anda, tetapi tidak terlalu kencang. Jika terlalu kencang atau terlalu longgar,
sesuaikanlah kembali. Jika alat pendengar terlalu longgar, Anda mungkin tidak dapat
mendengar apa pun. Untuk mengencangkan tekanan, tekan atau rapatkan gagang alat
pendengar dengan lembut. Jika terlalu kencang, alat pendengar dapat menyebabkan telinga
Anda sakit dan membuat Anda merasa sangat tidak nyaman. Untuk mengurangi tekanan,
regangkan gagang dengan lembut
4. Pilih chest piece atau gendang stetoskop yang sesuai untuk stetoskop Anda. Ada berbagai
jenis chest piece untuk stetoskop. Pilihlah yang paling sesuai dengan kebutuhan Anda.
Chest piece tersedia dalam berbagai ukuran untuk orang dewasa dan anak-anak.
Bersiap Menggunakan Stetoskop
1. Pilih tempat yang tenang untuk menggunakan stetoskop. Gunakan stetoskop di tempat
yang tenang. Carilah area tenang untuk memastikan Anda dapat mendengarkan bunyi
tubuh pasien dan tidak terganggu dengan suara-suara atau hiruk-pikuk ruangan.
2. Atur posisi pasien. Untuk mendengarkan bunyi jantung dan perut, posisikan pasien Anda
dalam keadaan telentang. Untuk mendengarkan bunyi paru-paru, posisikan pasien dalam
keadaan telungkup. Bunyi jantung, paru-paru, dan perut bisa terdengar berbeda tergantung
dari posisi pasien: misalnya duduk, berdiri, berbaring ke kiri/kanan, dan sebagainya.
3. Tentukan untuk menggunakan diafragma atau bel (sungkup). Diafragma atau sisi datar
pada gendang stetoskop lebih baik digunakan untuk mendengarkan bunyi bernada tinggi.
Bel atau sisi cekung pada gendang stetoskop lebih baik digunakan untuk mendengarkan
bunyi bernada rendah. Jika Anda menginginkan stetoskop yang menyalurkan kualitas suara
yang baik, Anda mungkin perlu mempertimbangkan stetoskop elektronik. Stetoskop
elektronik dapat mengeraskan suara sehingga Anda lebih mudah dalam mendengarkan
bunyi jantung dan paru-paru. Penggunaan stetoskop elektronik mungkin membantu
memudahkan Anda untuk mendengarkan bunyi jantung dan paru-paru, tetapi harganya pun
mahal.
4. Mintalah pasien untuk mengenakan baju pasien atau melepas baju yang dipakainya agar
kulitnya tidak tertutupi. Gunakan stetoskop langsung pada kulit untuk menghindari
terdengarnya bunyi berdesir dari kain baju. Jika pasien Anda adalah pria yang memiliki
banyak bulu dada, tekan stetoskop dengan cukup kuat untuk menghindari terdengarnya
bunyi berdesir. Untuk membuat pasien Anda lebih nyaman, hangatkan stetoskop dengan
menggosokkannya ke lengan baju Anda atau pertimbangkan untuk membeli alat
penghangat stetoskop.
Mendengarkan Jantung
1. Letakkan diafragma di atas area jantung pasien. Posisikan diafragma di bagian kiri atas
dada di antara rusuk ke-4 dan ke-6, sedikit di bawah puting susu. Tahan stetoskop di antara
jari telunjuk dan jari tengah Anda, berikan sedikit tekanan sehingga Anda tidak mendengar
bunyi gesekan jari-jari Anda sendiri.
2. Dengarkan bunyi jantung selama satu menit.Minta pasien untuk relaks dan bernapas
dengan normal. Anda akan mendengarkan bunyi normal jantung manusia yang bunyinya
seperti “lub-dub”. Bunyi ini juga disebut bunyi sistolik dan diastolik. Sistolik adalah bunyi
5
“lub” dan diastolik adalah bunyi “dub”. Bunyi “lub” atau sistolik terdengar saat katup
mitral dan trikuspid jantung menutup.Bunyi “dub” atau diastolik terdengar saat katup aorta
dan pulmonal menutup.
3. Hitung detak jantung yang Anda dengar dalam semenit. Detak jantung normal orang
dewasa dalam kondisi istirahat (tidak beraktivitas berat) adalah antara 60-100 per
menitnya. Untuk atlet profesional, detak jantung normalnya dalam kondisi istirahat dapat
berkisar antara 40-60 per menit. Ada beberapa klasifikasi nilai batasan detak jantung untuk
pasien di bawah 10 tahun yang dapat dipertimbangkan. Nilai-nilai batasan tersebut di
antaranya: Bayi baru lahir sampai usia satu bulan: 70-190 detak per menit.Bayi 1-11 bulan:
80-160 per menit.Anak 1-2 tahun: 80-130 per menit.Anak 3-4 tahun: 80-120 per
menit.Anak 5-6 tahun: 75-115 per menit.Anak 7-9 tahun: 70-110 per menit.
4. Dengarkan adanya bunyi jantung abnormal.Saat Anda menghitung jumlah detak jantung,
Anda juga harus memperhatikan jika ada bunyi abnormal. Bunyi yang tidak terdengar
seperti “lub-dub” dapat dikategorikan sebagai bunyi abnormal. Jika Anda mendengar
bunyi abnormal ini, pasien mungkin perlu mendapatkan pemeriksaan dokter lebih lanjut.
Jika Anda mendengar bunyi berdesis atau bunyi yang terdengar seperti “lub...shhh...dub”,
pasien Anda mungkin memiliki “murmur”jantung. Murmur jantung adalah aliran darah
yang sangat cepat saat melewati katup jantung. Banyak orang yang mengalami apa yang
disebut dengan murmur inosen (disebut juga dengan murmur fisiologis atau fungsional)
yang tidak berbahaya. Walaupun begitu, beberapa kondisi murmurjantung memang benar
mengindikasikan adanya masalah di katup jantung. Oleh karena itu, Anda harus
menganjurkan pasien untuk mengunjungi dokter jika Anda mendeteksi adanya murmur
jantung. Jika Anda mendengar bunyi jantung ketiga yang menyerupai getaran frekuensi
rendah, pasien mungkin mengalami kerusakan bilik jantung (ventricular defect). Bunyi
jantung ketiga ini disebut “S3” atau “ventricular gallop”. Anjurkan pasien untuk menemui
dokter jika Anda mendengar adanya bunyi jantung ketiga ini. Cobalah mendengarkan
contoh bunyi jantung normal dan tidak normal untuk membantu Anda dalam menentukan
normal/tidaknya bunyi yang Anda dengar
2.5 Perawatan Stetoskop
1. Bersihkan dengan air sabun atau alcohol
Perawatan sederhana bisa diterapkan setiap hari sesudah stetoskop tidak digunakan lagi.
Caranya dengan membasuhnya dengan air dan sedikit sabun. Jangan sampai merendam alat
medis ini di dalam air. Sebab bisa mengakibatkan komponen tertentu mengalami kerusakan.
Selain itu, air juga bisa mengendap di dalam selang, sehingga efektivitas alat ini jadi
berkurang. Kalau ternyata kondisi stetoskop terbilang parah bisa membersihkannya memakai
desinfektan yang kuat seperti alkohol 70%. Selalu periksa segel. Alat medis ini memanfaatkan
segel kedap udara, agar mampu mentransfer suara tubuh pasien ke pendengaran dokter. Kalau
pipanya lepas, retak atau longgar, maka suara yang terdengar tidak optimal lagi.
2. Cara membersihkan eartips
Komponen stetoskop yang dimasukkan ke dalam telinga ini juga penting untuk selalu
dibersihkan. Bagian ini bisa dilepas agar lebih mudah dalam membersihkannya. Alkohol 70%
atau air dengan tambahan sedikit sabun bisa digunakan sebagai media pembersihnya. Setelah
dibersihkan segera pasang kembali ke binaural stetoskop. tips saat membeli stetoskop adalah
memastikan ukuran eartips-nya pas. Sebab kalau terlalu besar, maka lubang telinga terasa
tertekan. Akibatnya suara yang dihasilkan cenderung tidak bagus. Begitu juga kalau ukuran
yang kekecilan, suara tidak akan terdengar dengan sempurna. Karena itu, ketika membeli
pastikan ukurannya pas dan bisa mendengar suara dengan jelas.
6
3. Cara sterilisasi stetoskop
Kalau stetoskop digunakan untuk memeriksa pasien yang mengidap penyakit menular,
maka alat ini harus disterilisasi. Caranya dengan menggunakan sterilizer khusus yang
mengandalkan sinar ultraviolet. Bila menerapkan metode ini, maka tidak akan ada air tersisa
di dalam selang. Sehingga memastikan kondisinya bersih secara menyeluruh. Sangat
disarankan untuk menerapkan suhu rendah dalam sterilisasi stetoskop ini. Supaya langkah ini
tidak menyebabkan kerusakan pada stetoskop ada baiknya untuk mengetahui panduan
perawatannya sesuai merek atau pabrikannya.
4. Cara mencegah kerusakan stetoskop
Kerusakan permanen bisa terjadi pada stetoskop. Suhu ekstrim bisa menjadi pemicunya,
baik terlalu panas maupun terlalu dingin. Oleh karena itu, jangan meninggalkan alat medis ini
di sembarang tempat. Seperti pada kondisi terlalu panas, yang mengakibatkan selang bengkok
sehingga stetoskop tidak bisa dipakai lagi. Penting pula untuk menghindari paparan sinar
matahari secara langsung dalam durasi lama. Karena kondisi ini bisa juga merusak diafragma
dan selang stetoskop. Jadi pastikan menyimpan atau menaruh stetoskop di tempat yang aman.
Kalau stetoskop sering disimpan di dalam saku jas dan jarang dibersihkan bisa berisiko
terpapar serat kain dan kotoran. Material tersebut bisa menyelinap melalui sela-sela pipa,
sehingga bisa menghambat jalur suara.
Pipa atau selang stetoskop umumnya terbuat dari material Polyvinylchloride (PVC).
Seiring pemakaian biasanya selang menjadi kaku. Apalagi kala sering tersentuh kulit, apalagi
kalau tipe kulitnya berminyak. Jadi pastikan menghindari kondisi tersebut, termasuk ketika
akan menggantungkan stetoskop di leher. Ada baiknya menghindari menggantungkan
stetoskop di leher untuk menghindari risiko tersebut. Sebagai alat bawanya bisa menggunakan
semacam holder yang bisa dilekatkan pada celana atau pakaian bagian bawah lainnya.
7
BAB II
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Stetoskop adalah alat yang sangat berperan dalam mendiagnostik kondisi pasien saat sedang
terjadi kondisi sakit jantung atau paru. Karena dokter akan menggunakan stetoskop terlebih dahulu
untuk mendiagnostik bagaimana kondisi saat itu. Stetoskop memiliki bagian-bagian penting
seperti eartips.Eartips menjadi pintu keluar suara yang didengar dari organ dalam tubuh, termasuk
dada. Biasanya eartips terbuat dari bahan karet atau silicon agar nyaman saat dipakai di telinga.
Eartips ini harus selalu di lakukan peratan mandiri dengan cara dibersihkan menggunakan
cuttonbud agar tidak terjadi penyumpalan. Binaural berguna menjaga stetoskop supaya tetap tegak
serta tidak lembek. Bagian binaural ini ada besi stainless lentur agar nyaman dipakai serta sesuai
dengan posisi telinga. Pipa besi ini juga harus rutin dilakukan perawatan agar tidak terjadi
penggumpalan atau sehelai kain masuk kedalam binaural ini karena apabila terjadi penyumbatan
maka menganggu kerja dokter. Tubing atau selang karet berguna untuk menyalurkan suara dari
chestpiece ke terlinga. Chestpiece adalah bagian kepala stetoskop dokter yang biasanya terdiri dari
dua sisi, yaitu diafragma dan bell. Bagian ini ditempelkan ke tubuh pasien untuk mendengarkan
suara. Diafragma merupakan kepala stetoskop yang lebih besar dengan permukaan datar, yang
langsung menempel ke permukaan kulit pasien. Fungsinya adalah mendengarkan suara dengan
frekuensi lebih tinggi. Sedangkan bell memiliki diameter lebih kecil dan berbentuk seperti
lonceng, yang terletak di atas diafragma. Bagian ini berfungsi mendengarkan suara dengan
frekuensi rendah. Walaupun stetoskop adalah alat medis yang sedehana kita juga perlu melakukan
perawatan agar umur stetoskop panjang dan dalam melalukan pekerjaan tidak mengalami kendala.
8
DAFTAR PUSTAKA
https://id.quora.com/Bagimana-cara-menggunakan-Stetoskop-Bisa-dijelaskan-langkahlangkahnya
https://id.wikihow.com/Menggunakan-Stetoskop
http://deiyecraft.blogspot.com/2018/05/tips-perawatan-stetoskop-supaya-lebih.html
https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/fungsi-dan-jenis-stetoskop/#gref
9
Download