Uploaded by User76532

NURUL 'IZZATI- 17032111- UTS FisRpVerteb

advertisement
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI RI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
NASKAH SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER JULI-DESEMBER 2020
Mata Kuliah
: Fisiologi Reproduksi Vertebrata
Program Studi
Hari/Tanggal
Pukul
Dosen
:
:
:
:
Biologi
Sabtu, 31 Nopember 2020
13.20-15.00 WIB
1. Dr. Ramadhan Sumarmin, S.Si., M.Si.
2. Yusni Atifah, M.Si.
Petunjuk: Berdoalah sebelum memulai ujian! Jawablah soal-soal berikut dengan benar! Soal tidak
boleh dicoret, dan harus dikembalikan selesai ujian.
1. Pengaturan hormonal reproduksi pada vertebrata betina memiliki kemiripan pada sumbu
hipotalamus-hipofisis-gonad. Pada berbagai tingkatan vertebrata juga dapat saling
menggunakan preparat hormon yang bersumber dari tingkatan berbeda pada sub filum
vertebrata. Pada teknik superovulasi dengan menggunakan donor pmsg untuk diaplikasikan
pada Sapi menjadikan proses pematangan ovum menjadi lebih cepat. Berdasarkan hal
tersebut jika gonadotrophin donor berasal dari Kuda dan resipien adalah sapi betina
akankah proses ovulasi normal dapat berlangsung? Jelaskanlah dengan mengaitkannya
pada proses ovulasi dan pola kontrol hormonal pada axis!
2. Pada saat kebuntingan awal pada mamalia sering terjadi perubahan dan kompetisi hormonal
agar terjadi keseimbangan untuk mempertahankan kebuntingan. Bagaimanakah
mekanisme induk untuk pengenalan kebuntingan awal dan sekaligus mempertahankannya?
3.
Jelaskanlah tahapan yang dilalui oleh ternak ruminansia besar untuk mencapai masa
reproduktif atau kebuntingan (fullterm) berdasarkan kontrol hormonal dan perubahan
morfologis tubuh betina dan karakteristk hormonal yang menyertainya!
4. Proses Artifisial Insemmination pada ternak sapi sangat menguntungkan untuk
mengembangkan dan meningkatkan kualitas ternak. Proses AI ini juga melibatkan
keterampilan untuk menilai performa induk betina resipien. Jelaskanlah bagaimana menilai
kualitas performa induk betina yang baik untuk AI!
5. Pada kebuntingan akhir atau fullterm akan ditentukan dengan munculnya beberapa
perubahan fisik dan perilaku induk. Jelaskanlah bagaimana perubahan fisik dan perilaku
induk pada kebuntingan akhir! Bagaimanakah proses kelahiran tersebut terjadi dan
mekanisme control hormonal seperti apa yang mengendalikannya?
Selamat Ujian, Semoga Sukses, Aamiin.
‫الر ِحيم‬
ْ ِ‫ب‬
‫س ِم ه‬
‫الرحْ َم ِن ه‬
‫َّللاِ ه‬
Nurul ‘Izzati
17032111
Jawaban:
1. Regulasi hormonal reproduksi vertebrata betina dikatakan mirip dengan sumbu hipotalamushipofisis-gonad (sumbu HPG) sebab pengaturan hormonal reproduksi seolah-olah adalah satu kesatuan,
karena setiap hormon ini sering bekerja bersama.
Superovulasi merupakan perlakuan terhadap induk donor yang bertujuan ntuk mendapatkan ovum yang
diovulasikan lebih banyak dari biasanya dengan memberikan hormon-hormon tertentu dari luar.
Superovulasi dapat dilakukan dengan memberikan gonadotropin. Menurut para ahli, Pregnant Mare
Serum Gonadotrophin (PMSG) sering dipakai untuk meransang pembentukan dan pematangan folikel
pada sapi, domba dan kambing. Karena hormon ini memiliki waktu paruh biologik yang panjang dan
dengan dosis tunggal dapat menghasilkan respon superovulasi yang baik. Hormon ini dihasilkan oleh
jaringan plasenta dan terdapat dalam serum bangsa equide. Superovulasi merupakan upaya peningkatan
produktivitas dan mutu genetik ternak, terutama ternak ruminansia.
Ovarium yang memiliki fungsi sebagai tempat terbentuknya ovum, dimana aktivitas dari ovarium akan
dipengaruhi oleh perlakuan superovulasi yang diberikan. Berhasilnya superovulasi dapat ditandai
dengan bertambahnya ukuran ovarium atau dikenal dengan diameter ovary. Proses ovulasi normal akan
berlangsung jika serum gonadotropin ini digunakan bersamaan dengan progesteron untuk menginduksi
peristiwa ovulasi pada ternak. Umpan balik antara estrogen dan hormon luteinizing (LH)
mempersiapkan folikel ovarium dan rahim untuk ovulasi, selain itu juga memicu pelepasan sel telur
yang telah matang dari dalam ovarium yang kemudian bergerak menuju tuba fallopi untuk dibuahi.
Kadar hormon ini juga mengontrol siklus uterus (menstruasi) yang menyebabkan terjadinya fase
proliferasi dalam persiapan ovulasi serta fase sekresi setelah proses ovulasi.
2. Pengenalan kebuntingan awal merupakan hal penting yang harus diperhatiakn dalam pembibitan.
Dimana untuk mengetahui pengenalan kebuntingan awal terdapat tanda-tanda yang harus diketahui saat
mamalia sedang bunting, diantaranya adalah birahi berikutnya tidak muncul lagi, adanya perubahan
tingkah laku seperti menjadi lebih tenang, tak mau mendekat ke pejantan, nafsu makan meningkat,
sering menjilat-jilat batu bata, tembok, ataupun genteng dan pada pertengahan kebuntingan perut
sebelah kanan akan nampak lebih besar.
Konseptus akan memberikan sinyal pada awal kebuntingan sistem induk, sehingga tubuh
memperpanjang kelangsungan hidup korpus luteum dalam ovarium. Pemantapan kebuntingan
melibatkan pengenalan sinyal kebuntingan pada induk dan implantasi pada lapisan dalam uterus yaitu
endometrium. Pengenalan sinyal kebuntingan pada induk ini merupakan proses fisiologis. Pada domba,
pengenalan sinyal kebuntingan terjadi di antara umur kebuntingan 12 dan 13 hari, pada sapi diantara 16
dan 17 hari, dan pada kambing di antara umur kebuntingan 15 dan 17 hari. Dalam mempertahankan
kebuntingan, ternyata konseptus (selubung janin) pada ruminansia menghasilkan produk untuk
mempertahankan produksi hormon progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum, produk tersebut
berupa protein.
Menjelang akhir kebuntingan hewan betina bertambah tenang, lamban dan berhati-hati dalam
pergerakannya sesuai dengan pertambahan umur kebuntingan, terutama pada minggu terakhir dan ada
kecenderungan pertambahan berat badan. Ligament pelvis mulai mengendur, dan pada hewan yang
kurus terlihat pelegokan yang jelas pada pangkal ekor. Oedema dan relaksasi vula terlihat pada beberapa
minggu terakhir kebuntingan.
Perubahan endokrin dan metabolik yang terjadi selama kehamilan merupakan akibat langsung dari
sinyal hormon yang dihasilkan unit plasenta-janin. Adaptasi maternal terhadap perubahan hormonal
yang terjadi selama kehamilan secara langsung menggambarkan perkembangan plasenta dan janin.
Adaptasi gestasional yang terjadi selama kehamilan meliputi implantasi dan perawatan kehamilan dini,
modifikasi sistem maternal dalam rangka mempersiapkan dukungan nutrisi perkembangan janin; dan
persiapan persalinan dan menyusui.
3. Kebuntingan adalah periode dimana Sapi mengandung janin yang sedang berkembang. Periode atau
masa kebuntingan adalah jangka waktu sejak fertilisasi atau pembuahan sampai partus atau kelahiran
anak. Selama periode ini sel-sel tunggal membagi diri dan berkembang menjadi induvidu yang
sempurna. Tahapan yang dilalui ternak yang pertama yaitu fertilisasi, dimana fertilisasi terjadi di
ampula (1/3 dari tuba fallopi). Dimana setelah ternak mengalami fertilisasi akan terbentuk zigot yang
akan mengalami pembelahan sampai ke tingkat blastula. Setelah melewati tahapan blastula maka sel
akan membelah menjadi gastrula dimana pada tahap ini gastrula akan menempel pada uterus
(implantasi).
Pada saat terjaidnya kebuntingan, estrogen memproduksi Estriol (C18H24O3); ditandai dengan adanya
2 gugus hidroksil di cincin D. Diproduksi hanya selama kebuntingan di plasenta. Terjadi perbedaan
antar spesies dalam eksresi estrogen dari saluran urinaria. LH memacu ovulasi, memacu perubahan
folikel menjadi korpus luteum dan menyiapkan endometrium untuk implantasi. Progesteron merupakan
hormon utama untuk memelihara kebuntingan. Progesteron mempersiapkan uterus akan kebuntingan,
menurunkan respon imunitas maternal yang kemungkinan mengganggu kesehatan janin, menurunkan
kontraksi otot uterus selama kebuntingan dan menghambat laktasi selama kebuntingan.
Saat terjadinya kebuntingan, terjadi perubahan-perubahan pada saluran alat reproduksi ternak terutama
pada vulva dan vagina. Vulva menjadi odematus dan vaskularisasi meningkat. Perubahan vulva pada
sapi sangat jelas dibandingkan pada kuda dan terjadi pada bulan kelima kebuntingan, selama masa
kebuntingan, perkembangan fetus di dalam uterus ditahan oleh os eksternal dari serviks. Terdapat lendir
penyumbat kebuntingan (mucus plug of pregnancy). Lendir ini akan meleleh ketika mendekati waktu
kelahiran.
4. Cara menilai kualitas performa induk betina yang baik untuk Artifisial Insemmination pada ternak
sapi adalah:
1. Tidak memiliki penyakit menular terutama penyakit reproduksi.
2. Sapi minimal sudah beranak yang mempunyai performans yang baik dan memiliki berat
badan minimal 300 kg.
3. Sapi resipien tidak harus memiliki mutu genetik yang baik dan berasal dari bangsa yang
sama, tetapi diwajibkan memiliki organ dan siklus reproduksi yang normal dantidak pernah
mengalami distokia (kesulitan dalam melahirkan).
5. Pada kebuntingan akhir terjadi perubahan fisik dan perilaku pada induk. Perubahan perilaku induk
pada kebuntingan akhir adalah induk dan rahim menjadi lebih mudah tersinggung. Rahim akan
mengalami kontraksi Braxton-Hicks, yakni kontraksi intermiten yang dapat terjadi dalam selang waktu
10 hingga 20 menit. Kontraksi palsu atau Braxton-Hicks adalah kontraksi rahim yang umumnya terjadi
pada trimester kedua atau ketiga. Selain itu perubahan yang terjadi yakni mengalami perkembangan
gestasi, dan bisa disalahartikan sebagai permulaan persalinan. Perubahan fisik yang terlihat adalah
serviks yang mulai menipis dan membesar.
Contoh perubahan perilaku induk pada ternak adalah:
• Ternak akan gelisah
-­Sapi tiap sebentar berdiri, kemudian berbaring kembali.
-­Kambing sering menggaruk-garukan kaki depan ke lantai kandang/tanah sambil mengembek.
• Vulva berlendir, memerah dan membesar menjadi 2 sampai 4 kali daripada sebelumnya, dan jika
dipegang terasa sangat lembek. Pinggul atas mencekung.
• Ambing membesar, keras dan kencang
• Ternak sering memperhatikan bagian belakangnya
• Kaki belakang sulit digerakkan dan posisi kedua kaki tersebut agak terbuka ke luar.
Proses melahirkan dan mekanisme kontrol hormonal yang mengendalikannya.
Partus (Persalinan)
Terdiri dari tiga tahapan yaitu:
-Tahap satu
Merupakan periode dari awal kontraksi persalinan yang sebenarnya sampai serviks benar-benar melebar
pada 10 cm. Kontraksi uterus menyebabkan serviks membesar, dan kantung ketuban bisa pecah.
Biasanya berlangsung 6 - 24 jam tergantung jumlah pengiriman sebelumnya
-Tahap dua
Merpakan periode dari proses pelebaran serviks maksimal sampai kelahiran bayi. Dimana proses ini
akjan berlangsung beberapa menit hingga satu jam. Kontraksi menjadi lebih intens dan sering.
-Tahap tiga
Terjadi proses pengeluaran plasenta. Biasanya terjadi dalam waktu 15 menit setelah kelahiran bayi,
tetapi dapat berkisar antara 5 hingga 60 menit.
• Proses kelahiran dilakukan dalam posisi induk berbaring atau berdiri.
• Terjadi relaksasi pada bagian pelvis, terutama ligamentum sacrospinosum dan tuberosum.
• Keluarnya lendir serviks dan pembukaan serviks.
Lendir serviks pada kebuntingan tua, 8 sampai 9 bulan berubah dari kental sekali menjadi agak cair.
Fase proses kelahiran
Pengendoran serviks
Pengeluaran fetus
Pengeluaran plasenta
Kekuatan mekanis
Periode
Kontraksi yang teratur Kontraksi
uterus
dari uterus
sampai
serviks
mengendor
secara
penuh dan terus sampai
ke vagina.
Kontraksi uterus dan Dari
pengenduran
perut
sempurna
serviks
sampai fetus lahir.
Kontraksi uterus
Peristiwa terkait
1. Kegelisahan induk
2. Perubahan
posisi
fetus dan postur
1. Induk berbaring dan
merejan
2. Amnion
terlihat
pada vulva
3. Pecahnya amnion
dan lahirnya fetus
Dari lahir sampai fetus 1. Pembesaran
vili
pengeluaran plasenta.
korion dari jaringan
induk
2. Inversi
cairan
korion sampai alantois
3. Merejan
dan
keluarnya pembungkus
fetus
Perubahan Hormonal
Estrogen
-Memiliki peran yang penting terhadap pematangan plasenta dan pengeluarannya.
-Plasenta mampu mensintesis progesteron dan estrogen (10x) pada bulan terakhir.
-Estrogen meningkat secara bertahap sampai minggu terakhir, lalu meningkat tajam pada saat partus.
-Penurunan drastis estrogen dalam plasma dimulai setelah 24-36 jam.
Progesteron
-Disintesis oleh plasenta selama 1/3 kebuntingan terakhir.
-Corpus luteum tetap sebagai sumber utama progesteron dalam sirkulasi dan disekresikan oleh plasenta.
-Kosentrasi progesteron induk menurun selama minggu-minggu akhir kebuntingan dan merosot tajam
saat menuju partus.
-Kelahiran dikontrol oleh fetus.
-Hipotalamus fetus menghasilkan ACTHRH (pelepas hormon ACTH).
-ACTH meningkat sehingga terjadi peningkatan sekresi kortisol.
-Kortisol yang melewati plasenta mengakibatkan peningkatan PGF2α, estrogen dan penurunan
Progesteron.
-PGF2α merupakan penyebab kontraksi miometrium.
-Relaksin dan PGF dilepaskan ke serviks untuk proses kelahiran.
-Refleksi serviks dan vagina yang meluas --> refleks ferguson (menyebabkan kontraksi perut) -->
mendorong fetus keluar
Download