Uploaded by User76371

2

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada umumnya, manusia di dunia lebih mementingkan kebahagiaan di dunia
dibandingkan dengan kebahagiaan yang akan diraih di akhirat nanti. Manusia
terkadang tidak sadar dengan kehidupan dunia yang hanya sementara, manusia lebih
bersemangat dan berambisi untuk mengejar kehidupan dunia dibanding kehidupan
setelah mati. Padahal segala sesuatu yang manusia raih di muka bumi ini ialah mutlak
milik Allah, termasuk harta benda.
Saat ini dana pensiun sudah menjadi bagian penting dari perencanaan
keuangan masyarakat. Adanya manfaat jangka panjang dan gencarnya sosialisasi
membuat masyarakat semakin tertarik memiliki dana pensiun.
Berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2014 terdapat empat
juta masyarakat yang sudah menjadi peserta Dana Pensiun Lembaga Keuangan
(DPLK). Jumlah itu naik signifikan dibandingkan posisi 2010 di mana peserta DPLK
baru 2,8 juta orang.
Kepuasan manusia terhadap harta tidak pernah menemukan titik puas, karena
kebanyakan manusia tidak pernah puas dengan apa yang mereka dapatkan dan dengan
apa yang mereka punya, sehingga manusia selalu berusaha untuk mencari harta
meskipun mereka sudah mendapatkan apa yang mereka mau, manusia tetap berusaha
mencari cara agar masih bisa mendapatkan harta meskipun usia nya sudah
menemukan titik untuk pensiun.
Dengan berkembangnya teknologi dan ekonomi, perusahaan-perusahaan
menyadari akan hal itu, maka perusahaan membentuk dana pensiun sebagai solusi
dari permasalahan diatas, dana pensiun juga merupakan upaya perusahaan kepada
karyawannya sebagai rasa hormat dan loyalitasnya. Oleh karena itu, berdasarkan
masalah yang ada di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan
dengan judul Dana Pensiun Syariah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian, Sejarah, Dasar Hukum dan Tujuan Berdirinya Dana
Pensiun Syariah?
2. Bagaimana Perbedaan Lembaga Dana Pensiun Syariah dan konvensional?
3. Bagaimana Produk dan Mekanisme Operasional Dana Pensiun Syariah?
4. Bagaimana Peraturan Hukum Terkait Lembaga Dana Pensiun Syariah?
5. Bagaimana Perkembangan dan Pertumbuhan Lembaga Dana Pensiun Syariah
di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian, Sejarah, Dasar Hukum dan Tujuan Berdirinya Dana
Pensiun Syariah?
2. Mengetahui Perbedaan Lembaga Dana Pensiun Syariah dan konvensional?
3. Mengetahui Produk dan Mekanisme Operasional Dana Pensiun Syariah?
4. Mengetahui Peraturan Hukum Terkait Lembaga Dana Pensiun Syariah?
5. Mengetahui Perkembangan dan Pertumbuhan Lembaga Dana Pensiun Syariah
di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian, Sejarah, Dasar Hukum dan Tujuan Berdirinya Lembaga Dana
Pensiun Syariah
1. Pengertian Lembaga Dana Pensiun Syariah
Dana Pensiun menurut UU No. 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun
adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang
menjanjikan manfaat pensiun. Berdasarkan definisi diatas dana pensiun
merupakan lembaga atau badan hukum yang mengelola program pensiun yang
dimaksudkan untuk memberikan kesejahteraan kepada karyawan suatu
perusahaan terutama yang telah pensiun.1
Dana Pensiun syariah adalah dana pensiun yang dikelola dan
dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Pertumbuhan lembaga keuangan dana
syariah di Indonesia, lambat tetapi pasti juga mendorong peerkembangan dana
pensiun beroperasi sesuai dengan prinsip syariah. Sampai saat ini, dana
pensiun syariah berkembang pada dana pensiun lembaga keuangan (DPLK)
yang dilaksanakan oleh beberapa bank dan asuransi syariah.
2. Sejarah dan Dasar Hukum Dana Pensiun Syariah
Semakin berkembangnya aktivitas muamalah masyarakat muslim di
Indonesia, semakin berkembang pula sektor ekonomi syariah di Indonesia
yang menyebabkan lembaga-lembaga keuangan di Indonesia berlomba-lomba
mengkaji produk syariah yang belum ada atau masih jarang di Indonesia, salah
satunya adalah dana pensiun syar’iah. Pengelolaan dana pensiun yang sesuai
dengan ajaran Islam akan memiliki banyak manfaat bagi masyarakat,
khususnya masyarakat yang loyal terhadap syariah dan takut melanggar ajaran
Islam.
Pada tahun 1995, atas dasar Keputusan Menteri Keuangan RI No. Kep –
184 / KM. 17 / 1995 BRINGIN LIFE mendirikan Dana Pensiun Keuangan
1
Nurul Huda, Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana Prenada), 2010, hlm. 337
(DPLK) untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat akan kebutuhan
pensiun di hari tua. BRINGIN LIFE mulai membuka unit usaha baru berupa
Asuransi Syariah. Izin operasional Kantor Cabang (Kancab) syariah
BRINGIN LIFE telah dikeluarkan oleh Menteri Keuangan RI Nomor: KEP007 / KM.6 / 2003 tanggal 21 Januari 2003.
Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.05/2016
Bab I ayat 3-5 tentang penyelenggaraan program pensiun berdasarkan prinsip
syariah menyatakan bahwa:2
a. Prinsip Syariah adalah ketentuan hukum Islam berdasarkan fatwa dan/atau
pernyataan kesesuaian syariah dari Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia.
b. Program Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah adalah Program Pensiun
yang diselenggarakan berdasarkan Prinsip Syariah.
c. Dana Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah yang selanjutnya disebut Dana
Pensiun Syariah adalah Dana Pensiun yang seluruh kegiatannya
diselenggarakan berdasarkan Prinsip Syariah.
Berdasarkan latar belakang tentang dana pensiun tersebut, dapat
disimpulkan betapa pentingnya dana pensiun bagi kelangsungan diri
perseorangan baik yang bekerja di sektor swasta maupun instansi
pemerintahan. Tujuan dalam penelitian ini ada tiga yaitu, pertama untuk
mengetahui perbandingan danapensiun lembaga keuangan syariah dan dana
pensiun lembaga keuangan.
Landasan hukum dana pensiunan di Indonesai adalah Undang-Undang
No. 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiunan. Program dana pensiun di
Indonesia
dilaksanakan
oleh
lembaga
pemerintah
maupaun
swasta.
Pelaksanaan dana pensiun pemerintah di Indonesia antara lain Jamsostek,
suatu program kontribusi tetap wajib untuk karyawan swasta dan BUMN
dibawah Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Namun, kementerian
keuangan memegang peranan dalam pengawasannya (UU No. 3/ 1992).
Program lainnya dikenal dengan Taspen, yaitu tabungan pensiun pegawai
2
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33 /POJK.05/2016, (Jakarta, 2016)
negeri sipil dan program pensiun swasta yang ditanggungjawabi oleh
Departemen Keuangan (Keputusan Presiden No. 8/ 1997), dan ASABRI dana
pensiun angkatan bersenjata, berada dibawah Departemen Pertahanan (Kepres
No. 8/ 1997). Ketiga program tersebut diatur melalui ketentuan hukum yang
berbeda-beda.
Undang-Undang Dana Pensiun No. 11 Tahun 1992 merupakan kerangka
hukum dasar untuk dana pensiun swasta di Indonesia. Undang-Undang ini
didasarkan pada prinsip ”kebebasan untuk memberikan janji dan kewajiban
untuk menepatinya” yaitu walaupaun pembentukan program pensiun bersifat
sukarela, hak penerima manfaat harus dijamain. Sedangkan untuk landasan
hukum operasional dana pensiun syariah, belum ada satupun peraturan dan
fatwa yang mendukung sehingga regulasi sebagai kerangka operasional dana
pensiun syariah hanya mengacu pada peraturan dan pensiun yang umum dan
fatwa MUI yang juga umum, tidak bersifat khusus.
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BapepamLK) telah mewajibkan seluruh lembaga dana pensiun untuk menyusun
sekaligus merupakan pedoman dan tata kelola dana pensiun sejak 1 januari
2008. Keputusan tersebut dituangkan dalam keputusan ketua nomor KEP136/BL/2008 dengan tujuan mendorong penyusunan pedoman tata kelola yang
baik dilingkungan dana pensiun sekaligus memberikanacuan kepada pendiri,
pemberi kerja, pengurus, dan pengawas dana pensiun. Pedoman tata kelola
dana pensiun diharapkan akan disusun dengan berpedoman pada kaidah yang
meliputi
keterbukaan
(transparency),
akuntabilitas
(accountability),
pertanggung jawaban (responbility), kemandirian (independency), serta
kesetaraan dan kewajaran (fairness).
Sedangkan untuk landasan hukum operasional dana pensiun syariah,
belum ada satupun peraturan dan fatwa yang mendukung sehingga regulasi
sebagai kerangka operasional dana pensiun syariah hanya mengacu pada
peraturan dan pensiun yang umum dan fatwa MUI yang juga umum, tidak
bersifat khusus. Hal ini lah yang menjadi salah satu faktor lambatnya
pertumbuhan dana pensiun syariah di Indonesia (Maulana Farizil Qudsi,
2010).
3. Tujuan Dana Pensiun Syariah
Tujuan penyelenggaraan program pensiun baik dari kepentingan
perusahaan, peserta dan lembaga pengelola pensiun dapat dijelaskan sebagai
berikut:3
a. Perusahaan
1) Kewajiban moral, di mana perusahaan mempunyai kewajiban moral
untuk memberikan rasa nyaman kepada karyawan terhadap masa yang
akan datang karena tetap memiliki penghasilan pada saat mereka
mencapai usia pensiun.
2) Loyalitas, karyawan diharapkan mempunyai loyalitas terhadap
perusahaan
serta
meningkatkan
motivasi
karyawan
dalam
melaksanakan tugas sehari-hari.
3) Kompetensi pasar tenaga kerja, di mana perusahaan akan memiliki
daya saing dalam usaha mendapatkan karyawan yang berkualitas dan
profesiunal di pasaran tenaga kerja.
4) Memberikan penghargaan kepada para karyawannya yang telah
mengabdi perusahaan.
5) Agar di usia pensiun karyawan tersebut tetap dapat menikmati hasil
yang di peroleh setelah bekerja di perusahaannya.
6) Meninggalkan citra perusahaan di mata masyarakat dan pemerintah.
b. Peserta
1) Rasa aman para peserta terhadap masa yang akan datang karena tetap
memiliki penghasilan pada saat mereka mencapai usia pensiun.
2) Kompensasi yang lebih baik, yaitu peserta mempunyai tambahan
kompensasi meskipun baru bisa dinikmati pada saat mencapai usia
pensiun/berheti kerja.
c. Penyelenggaraan Dana Pensiun
1) Mengelola dana pensiun untuk memperoleh keuntungan.
2) Turut membantu dan mendukung program pemerintah.
3) Sebagai bakti sosial terhadap para peserta.
3
Andri Soemitra, M.A, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, hal.294
B. Perbedaan Lembaga Dana Pensiun Syaraih dan Konvensional
Dilihat dari tujuannya, dana pensiun memiliki tujuan sama yaitu sebagai
wujud terjaminnya seseorang untuk hari tuanya. Dengan adanya jaminan tersebut,
akan mendatangkan ketenangan dalam diri orang tersebut sehingga tidak ada
kekhawatiran dalam dirinya. Dana pensiun juga dapat dijadikan sebagai solusi yang
baik, namun demikian sebagai orang Islam sesungguhnya kehadiran dana pensiun
berbasis syariah adalah salah satu solusi terbaik untuk menghindarkan diri dari sistem
ribawi yang diterapkan oleh dan pensiun konvensional. Meskipun diakui bahwa
hingga saat ini dana pensiun berbasis syariah belum sepenuhnya diterima oleh
masyarakat secara luas. Hal ini dikarenakan sosialisasi kepada masyarakat yang
sangat terbatas, sehingga tidak dapat mengenal dengan baik sistem pensiun berbasis
syariah serta kemanfaatannya bagi masyarakat luas.
Sistem dana pensiun berbasis syariah memungkinkan seseorang untuk terhindar
dari riba dan hal ini menghadirkan ketenangan baik di dunia maupun sampai ke akherat
kelak. Sistem ribawi yang sudah demikian menggurita di tengah-tengah masyarakat
diakui merupakan persoalan yang tidak mudah untuk diselesaikan. Masyarakat telah
tertanam dalam dirinya untuk bersikap praktis tanpa memperdulikan sistem yang
dipakai dalam mengelola dana pensiun tersebut. Terlebih dalam sektor negeri,
perseorangan telah terikat oleh sistem yang mengharuskan orang tersebut mengikuti
sistem yang telah ada. Saluran dana pensiun umumnya tetap diarahkan dan dikelola
oleh bank-bank konvensional.
C. Produk dan Mekanisme Dana Pensiun Syariah
Jenis kelembagaan dana pensiun menurut Undang-Undang No. 11 tahun 1992
tentang dana pensiun Pasal 2 bab II dapat digolongkan menjadi dua sebagai berikut:
a. Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK)
Dana pensiun pemberi kerja (DPPK) ini adalah unit organisasi dalam
suatu perusahaan yang khusus menangani dama pensiun bagi karyawannya.
DPPK dibentuk oleh orang atau badan yang memperkerjakan karyawan, untuk
menyelenggarakan program pensiun. Pendirian dan penyelenggaraan program
pensiun melalui dana pensiun oleh pemberi kerja seifatnya tidak wajib. Akan
tetapi, mengingat dampak dan peranan yang positif dari program dana pensiun
kepada para karyawan, pemerintah sangat menganjurkan kepada setiap
pemberi kerja untuk mendirikan dana pensiun.
Peraturan dana pensiun kerja menurut PP No. 76 Tahun 1992 terdapat
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1) Nama dana pensiun yang bersangkutan.
2) Nama pendiri.
3) Karyawan yang berhak menjadi peserta dan persyaratan untuk
menjadi peserta.
4) Nama mitra pendiri.
5) Tanggal pembentukan dana pension.
6) Pembentukan kekayaan dana pensiun yang terpisah dari kekayaan
pemberi kerja.
7) Maksud dan tujuan pembentukan dana pension.
8) Masa jabatan pengurus dan dewan pengawas, hak, kewajiban dan
tanggung jawab pengurus, dewan pengawas, peserta, dan pemberi
kerja.
9) Besarnya iuran untuk program pensiun dan rumus manfaat pensiun
serta faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan.
10) Tatacara pembayaran manfaat pensiun dan manfaat lainnya
11) Tatacara penunjukan dan penggantian pihak yang berhak atas manfaat
pensiun apabila peserta meninggal dunia.
12) Tatacara perubahan peraturan dana pensiun dan tata cara pembubaran
dan penyelesaian dana pensiun.
b. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)
Menurut Undang-Undang No. 11 Tahun 1992 pasal 1 butir 4
mengatakan bahwa dana pensiun lembaga keuangan adalah dana pensiun yang
dibentuk oleh Bank atau perusahaan asuransi jiwa, untuk menyelnggarakan
program pensiun iuran pasti bagi perorangan. Baik karyawan, maupun pekerja
mandiri yang terpisah dari dana pensiun pemberi kerja bagi karyawan bank
atau perusahaan asuransi yang bersangkutan. Pihak yang diperkenankan
untukn mendirikan dana pensiun hanyalah bank umum dan perusahaan
asuransi jiwa.
Dana pensiun lembaga keuangan hanya dapat menjalankan program
pensiun iuran pasti, program ini terutama diperuntukkan bagi para pekerja
mandiri atau perorangan, misalnya dokter, pengacara, pengusaha yang bukan
meruapakan karyawan dari lembaga atau orang lain. Biasanya mereka
memiliki penghasilan yang bukan berasal dari pemberi kerja tetapi dari
usahanya.
Saat ini telah berkembang program dana pensiun individu, seperti
individual retirement account (IRA), yang memungkinkan individu, seperti
wiraswasta atau lainnya yang secara sukarela merencanakan program
pensiunnya. Karena diperuntukkan bagi masa pensiun, tabungan IRA
mendapat keringanan pajak. Di Indonesia, program pensiun itu disebut Dana
Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). DPLK ini dibentuk oleh badan atau
perusahaan asuransi jiwa yang menyelenggarakan program pensiun iuran pasti
bagi perorangan, baik karyawan maupun pekerja mandiri yang terpisah dari
program pensiun pemberi kerja.
Program dana pensiun berdasarkan manfaat dan kontribusinya
dikategorikan sebagai program pensiun manfaat pasti (defined-benefit plan)
dan program pensiun iuran pasti (defined-contribution plan), dan berdasarkan
penyedia jasa (provider)-nya dibedakan menjadi program pensiun pemerintah
(public pensiun plan) dan program pensiun swasta (private pensiun plan).4
Sejauh ini, program pensiun syariah di Indonesia masih dilaksanakan
secara terbatas oleh DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) di beberapa
bank dan asuransi syariah. Umumya, produk DPLK syariah merupakan salah
satu poduk penghimpunan dana yang ditawarkan oleh bank atau asuransi
syariah untuk memberikan jaminan kesejahteraan di hari tua atau di akhir
masa jabatan karyawan ataupun nasabahnya.
4
Veitzal Rivai , Bank and Financial Institution Management, hal.1087-1098
Prosedur yang harus dilalui oleh peserta program DPLK syariah,
umumnya adalah:
a. Peserta merupakan perorangan atau badan usaha
b. Usia minimal 18 tahun atau telah menikah
c. Mengisi formulir pendaftaran kepesertaan DPLK Syariah
d. Iuran bulanan dengan minimum jumlah tertentu, misalnya Rp 100.000
e. Menyerahkan copian kartu identitas diri dan kartu keluarga
f. Membayar biaya pendaftaran
g. Membayar iuran tambahan berupa premi bagi peserta program dana
pensiun plus asuransi jiwa
h. Memenuhi semua akad yang ditetapkan oleh DPLK Syariah.
Umumnya, produk dana pensiun yang ditawarkan oleh DPLK Syariah
menawarkan produk pensiun dengan konsep tabungan dan produk pensiun
plus asuransi jiwa. Karakteristik produk dana pensiun dengan konsep
tabungan antara lain:
1) Berbentuk setoran tabungan dengan jadwal penarikan diatur dalam
ketentuan
2) Selama masa kepesertaan tidak dilindungi oleh asuransi jiwa
3) Manfaat pensiun sebesar total iuran dan hasil investasinya.
Sedangkan karakteristik produk dana pensiun plus asuransi jiwa antara
lain:
1) Berbentuk setoran tabungan dengan jadwal penarikan diatur dalam
ketentuan
2) Selama masa kepesertaan tidak dilindungi oleh asuransi jiwa.
3) Manfaat pensiun yang akan diterima adalah sebesar:
a) Manfaat asuransi apabila peserta meninggal dunia sebelum
memasuki usia pensiun.
b) Total iuran ditambah hasil investasinya apabila telah memasuki
usia pensiun.
Para peserta DPLK Syariah memiliki beberapa hak, antara lain:
1) Menetapkan sendiri usia pensiun, umumnya antara usia 45 s/d 65 tahun.
2) Batas menentukan pilihan atau perubahan jenis investasi.
3) Melakukan penarikan sejumlah iuran tertentu selama masa kepesertaan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4) Mendapatkan informasi saldo dana pensiun/statement setiap periode
tertentu, misalnya 6 bulan atau melalui telepon setiap saat diinginkan.
5) Menunjuk dan mengganti pihak yang ditunjuk sebagai ahli warisnya
6) Memilih perusahaan asuransi jiwa guna memperoleh pembayaran dana
pensiun bulanan.
7) Mengalihkan kepesertaan ke DPLK lain.
8) Memperoleh manfaat pensiun.
D. Peraturan Hukum Dana Pensiun Syariah
Program dana pensiun di Indonesia dilaksanakan oleh lembaga pemerintah
maupun swasta. Pelaksanaan dana pensiun pemerintah di Indonesia antara lain
jamsostek, suatu program kontribusi tetap wajib untuk karyawan swasta dan BUMN
di bawah Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Namun, Departemen
Keuangan memegang peranan dalam pengawasannya (UU No. 3/1992). Taspen, yaitu
tabungan pensiun pegawai negeri sipil dan program pensiun swasta yang
ditanggungjawabi oleh Departemen Keuangan (Keputusan Presiden No. 8/1997), dan
ASABRI dana pensiun angkatan bersenjata, berada di bawah Departemen Pertahanan
(Kepres No. 8/1977). Ketiga program ini diatur melalui ketentuan hukum yang
berbeda-beda.
Undang-undang Dana Pensiun No. 11 Tahun 1992 merupakan kerangka hukum
dasar untuk dana pensiun swasta di Indonesia. Undang-undang ini didasarkan pada
prinsip “kebebasan untuk memberikan janji dan kewajiban untuk menapatinya” yaitu,
walaupun pembentukan program pensiun bersifat sukarela, hak penerima manfaat
harus dijamin. Tujuan utama diajukannya Undang-Undang Pensiun adalah untuk
menetapkan hak peserta, menyediakan standar peraturan, yang dapat menjamin
diterimanya manfaat-manfaat pensiun pada waktunya, untuk memastikan bahwa
manfaat pensiun digunakan sebagai sumber penghasilan yang berkesinambungan bagi
para pensiunan, untuk memberikan pengaturan yang tepat untuk dana pensiun, untuk
mendorong mobilisasi tabungan dalam bentuk dana pensiun jangka panjang, dan
untuk memastikan bahwa dana tersebut tidak ditahan dan digunakan oleh pengusaha
untuk investasi-investasi yang mungkin berisiko dan tidak sehat, tetapi akan mengalir
ke pasar-pasar keuangan dan tunduk pada persyaratan tentang penanggulangan
resiko.5
Sedangkan untuk landasan hukum operasional dana pensiun syariah, dalam
konteks regulasi misalnya. Jika perbankan, asuransi, obligasi dan reksadana syariah
sudah banyak memiliki peraturan dan juga dukungan fatwa DSN-MUI, berbeda
halnya dengan dana pensiun syariah, menurut seorang konsultan Ekonomi Syariah,
yang juga seorang praktisi, Izzuddin Abdul Manaf, Lc. MA Belum ada satupun
peraturaan dan fatwa yang mendukung. Sehingga regulasi sebagai kerangka
operasional dana pensiun syariah hanya mengacu pada peraturan dana pensiun yang
umum dan fatwa MUI yang juga umum, tidak bersifat khusus. Hal ini pula lah yang
menjadi salah satu faktor lambatnya pertumbuhan dana pensiun syari’ah di Indonesia.
E. Perkembangan Dana Pensiun Syariah di Indonesia
Bagi Dana Pensiun yang beroperasi syariah, maka kebijakan investasi harus
memenuhi prinsip-prinsip syariah. Investasi hanya boleh dilakukan pada instrumeninstrumen yang dibenarkan menurut Fatwa DSN-MUI. Dana Pensiun Syariah harus
mengelola dan menginvestasikan dananya pada portofolio instrumen syariah. Hampir
seluruh investasi yang ditentukan oleh Peraturan Menteri Keuangan di atas sudah
tersedia dalam bentuk investasi syariah.6
Perkembangan dana pensiun syariah diawali oleh DSN MUI yang
mengeluarkan fatwa, antara lain Fatwa No.88/DSN-MUI/XI/2013 tentang Pedoman
Umum Penyelenggaraan Program Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah dan Fatwa
No.99/DSN-MUI/XII/2015 terkait anuitas syariah (al-Ratib al-Taqa’udi al-Islami).
Fatwa pertama memuat berbagai hal terkait akad yang digunakan antara
peserta program pensiun dengan lembaga dana pensiun, lembaga dana pensiun
5
6
Andri Soemitra, M.A, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, hal.291
Andri Soemitra, M.A, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, hal.297-298
dengan manajer investasi, dan lembaga dana pensiun dengan pihak ketiga dalam hal
penyaluran dana kelolaan investasi dana pensiun.
Sementara, fatwa kedua menjelaskan tentang produk anuitas syariah bagi
program pensiun. Fatwa-fatwa tersebut kemudian didukung oleh Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.05/2016 tentang Penyelenggaraan Program Pensiun
Berdasarkan Prinsip Syariah.
Meski sudah didukung dari sisi kebijakan, namun dana pensiun syariah belum
mengalami perkembangan yang signifikan. Terlebih apabila mengingat Indonesia
memiliki jumlah penduduk muslim yang besar.
Berdasarkan data OJK, pada Oktober 2018 baru terdapat 2 perusahaan yang
bergerak di sektor dana pensiun syariah dan keduanya adalah DPLK. Total aset yang
dimiliki dana pensiun syariah sampai dengan Oktober 2018 pun hanya mencapai
Rp3,309 miliar atau 3,4 persen dari total aset industri keuangan non-bank (IKNB)
syariah. Oleh karena itu, pasar DPLK syariah di Indonesia memiliki potensi yang
masih sangat luas untuk dapat berkembang.7
7
https://sharianews.com/posts/menelisik-pasar-dana-pensiun-syariah-di-indonesia
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dana Pensiun syariah adalah dana pensiun yang dikelola dan dijalankan
berdasarkan prinsip syariah. Pertumbuhan lembaga keuangan dana syariah di Indonesia,
lambat tetapi pasti juga mendorong peerkembangan dana pensiun beroperasi sesuai
dengan prinsip syariah. Sampai saat ini, dana pensiun syariah berkembang pada dana
pensiun lembaga keuangan (DPLK) yang dilaksanakan oleh beberapa bank dan asuransi
syariah.
Landasan hukum operasional dana pensiun adalah Undang-undang Dana Pensiun
No. 11 Tahun 1992 yang merupakan kerangka hukum dasar untuk dana pensiun swasta di
Indonesia. Sedangkan untuk landasan hukum operasional dana pensiun syariah, dalam
konteks regulasi misalnya, menurut seorang konsultan Ekonomi Syariah, yang juga
seorang praktisi, Izzuddin Abdul Manaf, Lc. MA Belum ada satupun peraturaan dan
fatwa yang mendukung. Sehingga regulasi sebagai kerangka operasional dana pensiun
syariah hanya mengacu pada peraturan dana pensiun yang umum dan fatwa MUI yang
juga umum, tidak bersifat khusus.
Tujuan dari dana pensiun bagi perusahan adalah sebagai kewajiban moral untuk
memberikan rasa aman kepada karyawan, jaminan yang diberikan untuk karyawan akan
memberikan dampak positif pada perusahaan, dengan memasukkan program pensiun
sebagai suatu bagian dari total kompensasi yang diberikan kepada karyawan diharapkan
perusahaan akan memiliki daya saing dan nilai lebih dalam usaha mendapatkan karyawan
yang berkualitas dan professional di pasaran tenaga kerja, peserta mempunyai tambahan
kompensasi meskipun baru bisa dinikmati pada saat mencapai usia pensiun.
Program pensiun syariah di Indonesia masih dilaksanakan secara terbatas oleh
DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) di beberapa bank dan asuransi syariah.
Umumya, produk DPLK syariah merupakan salah satu poduk penghimpunan dana yang
ditawarkan oleh bank atau asuransi syariah untuk memberikan jaminan kesejahteraan di
hari tua atau di akhir masa jabatan karyawan ataupun nasabahnya. Umumnya, produk
dana pensiun yang ditawarkan oleh DPLK Syariah menawarkan produk pensiun dengan
konsep tabungan dan produk pensiun plus asuransi jiwa.
Dana pensiun syariah memiliki potensi besar untuk berkembang di Indonesia
karena: pertama, masih sedikit sekali proporsi masyarakat yang mau mengikuti program
dana pensiun. kedua, pasar tertentu yang jelas bagi dana pensiun syariah, dan ketiga, rasa
percaya, rasa memiliki, dan kesadaran masyarakat terus membaik.
DAFTAR PUSTAKA
Andri Soemitra, M.A, Bank & Lembaga Keuangan Syariah
https://sharianews.com/posts/menelisik-pasar-dana-pensiun-syariah-di-indonesia
Nurul Huda, Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana Prenada), 2010
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33 /POJK.05/2016, (Jakarta, 2016)
Veitzal Rivai , Bank and Financial Institution Management
Download