BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, manusia di dunia lebih mementingkan kebahagiaan di dunia dibandingkan dengan kebahagiaan yang akan diraih di akhirat nanti. Manusia terkadang tidak sadar dengan kehidupan dunia yang hanya sementara, manusia lebih bersemangat dan berambisi untuk mengejar kehidupan dunia dibanding kehidupan setelah mati. Padahal segala sesuatu yang manusia raih di muka bumi ini ialah mutlak milik Allah, termasuk harta benda. Saat ini dana pensiun sudah menjadi bagian penting dari perencanaan keuangan masyarakat. Adanya manfaat jangka panjang dan gencarnya sosialisasi membuat masyarakat semakin tertarik memiliki dana pensiun. Berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2014 terdapat empat juta masyarakat yang sudah menjadi peserta Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Jumlah itu naik signifikan dibandingkan posisi 2010 di mana peserta DPLK baru 2,8 juta orang. Kepuasan manusia terhadap harta tidak pernah menemukan titik puas, karena kebanyakan manusia tidak pernah puas dengan apa yang mereka dapatkan dan dengan apa yang mereka punya, sehingga manusia selalu berusaha untuk mencari harta meskipun mereka sudah mendapatkan apa yang mereka mau, manusia tetap berusaha mencari cara agar masih bisa mendapatkan harta meskipun usia nya sudah menemukan titik untuk pensiun. Dengan berkembangnya teknologi dan ekonomi, perusahaan-perusahaan menyadari akan hal itu, maka perusahaan membentuk dana pensiun sebagai solusi dari permasalahan diatas, dana pensiun juga merupakan upaya perusahaan kepada karyawannya sebagai rasa hormat dan loyalitasnya. Oleh karena itu, berdasarkan masalah yang ada di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan dengan judul Dana Pensiun Syariah. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Pengertian, Sejarah, Dasar Hukum dan Tujuan Berdirinya Dana Pensiun Syariah? 2. Bagaimana Perbedaan Lembaga Dana Pensiun Syariah dan konvensional? 3. Bagaimana Produk dan Mekanisme Operasional Dana Pensiun Syariah? 4. Bagaimana Peraturan Hukum Terkait Lembaga Dana Pensiun Syariah? 5. Bagaimana Perkembangan dan Pertumbuhan Lembaga Dana Pensiun Syariah di Indonesia? C. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui Pengertian, Sejarah, Dasar Hukum dan Tujuan Berdirinya Dana Pensiun Syariah? 2. Mengetahui Perbedaan Lembaga Dana Pensiun Syariah dan konvensional? 3. Mengetahui Produk dan Mekanisme Operasional Dana Pensiun Syariah? 4. Mengetahui Peraturan Hukum Terkait Lembaga Dana Pensiun Syariah? 5. Mengetahui Perkembangan dan Pertumbuhan Lembaga Dana Pensiun Syariah di Indonesia? BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian, Sejarah, Dasar Hukum dan Tujuan Berdirinya Lembaga Dana Pensiun Syariah 1. Pengertian Lembaga Dana Pensiun Syariah Dana Pensiun menurut UU No. 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun. Berdasarkan definisi diatas dana pensiun merupakan lembaga atau badan hukum yang mengelola program pensiun yang dimaksudkan untuk memberikan kesejahteraan kepada karyawan suatu perusahaan terutama yang telah pensiun.1 Dana Pensiun syariah adalah dana pensiun yang dikelola dan dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Pertumbuhan lembaga keuangan dana syariah di Indonesia, lambat tetapi pasti juga mendorong peerkembangan dana pensiun beroperasi sesuai dengan prinsip syariah. Sampai saat ini, dana pensiun syariah berkembang pada dana pensiun lembaga keuangan (DPLK) yang dilaksanakan oleh beberapa bank dan asuransi syariah. 2. Sejarah dan Dasar Hukum Dana Pensiun Syariah Semakin berkembangnya aktivitas muamalah masyarakat muslim di Indonesia, semakin berkembang pula sektor ekonomi syariah di Indonesia yang menyebabkan lembaga-lembaga keuangan di Indonesia berlomba-lomba mengkaji produk syariah yang belum ada atau masih jarang di Indonesia, salah satunya adalah dana pensiun syar’iah. Pengelolaan dana pensiun yang sesuai dengan ajaran Islam akan memiliki banyak manfaat bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang loyal terhadap syariah dan takut melanggar ajaran Islam. Pada tahun 1995, atas dasar Keputusan Menteri Keuangan RI No. Kep – 184 / KM. 17 / 1995 BRINGIN LIFE mendirikan Dana Pensiun Keuangan 1 Nurul Huda, Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana Prenada), 2010, hlm. 337 (DPLK) untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat akan kebutuhan pensiun di hari tua. BRINGIN LIFE mulai membuka unit usaha baru berupa Asuransi Syariah. Izin operasional Kantor Cabang (Kancab) syariah BRINGIN LIFE telah dikeluarkan oleh Menteri Keuangan RI Nomor: KEP007 / KM.6 / 2003 tanggal 21 Januari 2003. Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.05/2016 Bab I ayat 3-5 tentang penyelenggaraan program pensiun berdasarkan prinsip syariah menyatakan bahwa:2 a. Prinsip Syariah adalah ketentuan hukum Islam berdasarkan fatwa dan/atau pernyataan kesesuaian syariah dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. b. Program Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah adalah Program Pensiun yang diselenggarakan berdasarkan Prinsip Syariah. c. Dana Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah yang selanjutnya disebut Dana Pensiun Syariah adalah Dana Pensiun yang seluruh kegiatannya diselenggarakan berdasarkan Prinsip Syariah. Berdasarkan latar belakang tentang dana pensiun tersebut, dapat disimpulkan betapa pentingnya dana pensiun bagi kelangsungan diri perseorangan baik yang bekerja di sektor swasta maupun instansi pemerintahan. Tujuan dalam penelitian ini ada tiga yaitu, pertama untuk mengetahui perbandingan danapensiun lembaga keuangan syariah dan dana pensiun lembaga keuangan. Landasan hukum dana pensiunan di Indonesai adalah Undang-Undang No. 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiunan. Program dana pensiun di Indonesia dilaksanakan oleh lembaga pemerintah maupaun swasta. Pelaksanaan dana pensiun pemerintah di Indonesia antara lain Jamsostek, suatu program kontribusi tetap wajib untuk karyawan swasta dan BUMN dibawah Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Namun, kementerian keuangan memegang peranan dalam pengawasannya (UU No. 3/ 1992). Program lainnya dikenal dengan Taspen, yaitu tabungan pensiun pegawai 2 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33 /POJK.05/2016, (Jakarta, 2016) negeri sipil dan program pensiun swasta yang ditanggungjawabi oleh Departemen Keuangan (Keputusan Presiden No. 8/ 1997), dan ASABRI dana pensiun angkatan bersenjata, berada dibawah Departemen Pertahanan (Kepres No. 8/ 1997). Ketiga program tersebut diatur melalui ketentuan hukum yang berbeda-beda. Undang-Undang Dana Pensiun No. 11 Tahun 1992 merupakan kerangka hukum dasar untuk dana pensiun swasta di Indonesia. Undang-Undang ini didasarkan pada prinsip ”kebebasan untuk memberikan janji dan kewajiban untuk menepatinya” yaitu walaupaun pembentukan program pensiun bersifat sukarela, hak penerima manfaat harus dijamain. Sedangkan untuk landasan hukum operasional dana pensiun syariah, belum ada satupun peraturan dan fatwa yang mendukung sehingga regulasi sebagai kerangka operasional dana pensiun syariah hanya mengacu pada peraturan dan pensiun yang umum dan fatwa MUI yang juga umum, tidak bersifat khusus. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BapepamLK) telah mewajibkan seluruh lembaga dana pensiun untuk menyusun sekaligus merupakan pedoman dan tata kelola dana pensiun sejak 1 januari 2008. Keputusan tersebut dituangkan dalam keputusan ketua nomor KEP136/BL/2008 dengan tujuan mendorong penyusunan pedoman tata kelola yang baik dilingkungan dana pensiun sekaligus memberikanacuan kepada pendiri, pemberi kerja, pengurus, dan pengawas dana pensiun. Pedoman tata kelola dana pensiun diharapkan akan disusun dengan berpedoman pada kaidah yang meliputi keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggung jawaban (responbility), kemandirian (independency), serta kesetaraan dan kewajaran (fairness). Sedangkan untuk landasan hukum operasional dana pensiun syariah, belum ada satupun peraturan dan fatwa yang mendukung sehingga regulasi sebagai kerangka operasional dana pensiun syariah hanya mengacu pada peraturan dan pensiun yang umum dan fatwa MUI yang juga umum, tidak bersifat khusus. Hal ini lah yang menjadi salah satu faktor lambatnya pertumbuhan dana pensiun syariah di Indonesia (Maulana Farizil Qudsi, 2010). 3. Tujuan Dana Pensiun Syariah Tujuan penyelenggaraan program pensiun baik dari kepentingan perusahaan, peserta dan lembaga pengelola pensiun dapat dijelaskan sebagai berikut:3 a. Perusahaan 1) Kewajiban moral, di mana perusahaan mempunyai kewajiban moral untuk memberikan rasa nyaman kepada karyawan terhadap masa yang akan datang karena tetap memiliki penghasilan pada saat mereka mencapai usia pensiun. 2) Loyalitas, karyawan diharapkan mempunyai loyalitas terhadap perusahaan serta meningkatkan motivasi karyawan dalam melaksanakan tugas sehari-hari. 3) Kompetensi pasar tenaga kerja, di mana perusahaan akan memiliki daya saing dalam usaha mendapatkan karyawan yang berkualitas dan profesiunal di pasaran tenaga kerja. 4) Memberikan penghargaan kepada para karyawannya yang telah mengabdi perusahaan. 5) Agar di usia pensiun karyawan tersebut tetap dapat menikmati hasil yang di peroleh setelah bekerja di perusahaannya. 6) Meninggalkan citra perusahaan di mata masyarakat dan pemerintah. b. Peserta 1) Rasa aman para peserta terhadap masa yang akan datang karena tetap memiliki penghasilan pada saat mereka mencapai usia pensiun. 2) Kompensasi yang lebih baik, yaitu peserta mempunyai tambahan kompensasi meskipun baru bisa dinikmati pada saat mencapai usia pensiun/berheti kerja. c. Penyelenggaraan Dana Pensiun 1) Mengelola dana pensiun untuk memperoleh keuntungan. 2) Turut membantu dan mendukung program pemerintah. 3) Sebagai bakti sosial terhadap para peserta. 3 Andri Soemitra, M.A, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, hal.294 B. Perbedaan Lembaga Dana Pensiun Syaraih dan Konvensional Dilihat dari tujuannya, dana pensiun memiliki tujuan sama yaitu sebagai wujud terjaminnya seseorang untuk hari tuanya. Dengan adanya jaminan tersebut, akan mendatangkan ketenangan dalam diri orang tersebut sehingga tidak ada kekhawatiran dalam dirinya. Dana pensiun juga dapat dijadikan sebagai solusi yang baik, namun demikian sebagai orang Islam sesungguhnya kehadiran dana pensiun berbasis syariah adalah salah satu solusi terbaik untuk menghindarkan diri dari sistem ribawi yang diterapkan oleh dan pensiun konvensional. Meskipun diakui bahwa hingga saat ini dana pensiun berbasis syariah belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat secara luas. Hal ini dikarenakan sosialisasi kepada masyarakat yang sangat terbatas, sehingga tidak dapat mengenal dengan baik sistem pensiun berbasis syariah serta kemanfaatannya bagi masyarakat luas. Sistem dana pensiun berbasis syariah memungkinkan seseorang untuk terhindar dari riba dan hal ini menghadirkan ketenangan baik di dunia maupun sampai ke akherat kelak. Sistem ribawi yang sudah demikian menggurita di tengah-tengah masyarakat diakui merupakan persoalan yang tidak mudah untuk diselesaikan. Masyarakat telah tertanam dalam dirinya untuk bersikap praktis tanpa memperdulikan sistem yang dipakai dalam mengelola dana pensiun tersebut. Terlebih dalam sektor negeri, perseorangan telah terikat oleh sistem yang mengharuskan orang tersebut mengikuti sistem yang telah ada. Saluran dana pensiun umumnya tetap diarahkan dan dikelola oleh bank-bank konvensional. C. Produk dan Mekanisme Dana Pensiun Syariah Jenis kelembagaan dana pensiun menurut Undang-Undang No. 11 tahun 1992 tentang dana pensiun Pasal 2 bab II dapat digolongkan menjadi dua sebagai berikut: a. Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) Dana pensiun pemberi kerja (DPPK) ini adalah unit organisasi dalam suatu perusahaan yang khusus menangani dama pensiun bagi karyawannya. DPPK dibentuk oleh orang atau badan yang memperkerjakan karyawan, untuk menyelenggarakan program pensiun. Pendirian dan penyelenggaraan program pensiun melalui dana pensiun oleh pemberi kerja seifatnya tidak wajib. Akan tetapi, mengingat dampak dan peranan yang positif dari program dana pensiun kepada para karyawan, pemerintah sangat menganjurkan kepada setiap pemberi kerja untuk mendirikan dana pensiun. Peraturan dana pensiun kerja menurut PP No. 76 Tahun 1992 terdapat ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 1) Nama dana pensiun yang bersangkutan. 2) Nama pendiri. 3) Karyawan yang berhak menjadi peserta dan persyaratan untuk menjadi peserta. 4) Nama mitra pendiri. 5) Tanggal pembentukan dana pension. 6) Pembentukan kekayaan dana pensiun yang terpisah dari kekayaan pemberi kerja. 7) Maksud dan tujuan pembentukan dana pension. 8) Masa jabatan pengurus dan dewan pengawas, hak, kewajiban dan tanggung jawab pengurus, dewan pengawas, peserta, dan pemberi kerja. 9) Besarnya iuran untuk program pensiun dan rumus manfaat pensiun serta faktor-faktor yang mempengaruhi perhitungan. 10) Tatacara pembayaran manfaat pensiun dan manfaat lainnya 11) Tatacara penunjukan dan penggantian pihak yang berhak atas manfaat pensiun apabila peserta meninggal dunia. 12) Tatacara perubahan peraturan dana pensiun dan tata cara pembubaran dan penyelesaian dana pensiun. b. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Menurut Undang-Undang No. 11 Tahun 1992 pasal 1 butir 4 mengatakan bahwa dana pensiun lembaga keuangan adalah dana pensiun yang dibentuk oleh Bank atau perusahaan asuransi jiwa, untuk menyelnggarakan program pensiun iuran pasti bagi perorangan. Baik karyawan, maupun pekerja mandiri yang terpisah dari dana pensiun pemberi kerja bagi karyawan bank atau perusahaan asuransi yang bersangkutan. Pihak yang diperkenankan untukn mendirikan dana pensiun hanyalah bank umum dan perusahaan asuransi jiwa. Dana pensiun lembaga keuangan hanya dapat menjalankan program pensiun iuran pasti, program ini terutama diperuntukkan bagi para pekerja mandiri atau perorangan, misalnya dokter, pengacara, pengusaha yang bukan meruapakan karyawan dari lembaga atau orang lain. Biasanya mereka memiliki penghasilan yang bukan berasal dari pemberi kerja tetapi dari usahanya. Saat ini telah berkembang program dana pensiun individu, seperti individual retirement account (IRA), yang memungkinkan individu, seperti wiraswasta atau lainnya yang secara sukarela merencanakan program pensiunnya. Karena diperuntukkan bagi masa pensiun, tabungan IRA mendapat keringanan pajak. Di Indonesia, program pensiun itu disebut Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). DPLK ini dibentuk oleh badan atau perusahaan asuransi jiwa yang menyelenggarakan program pensiun iuran pasti bagi perorangan, baik karyawan maupun pekerja mandiri yang terpisah dari program pensiun pemberi kerja. Program dana pensiun berdasarkan manfaat dan kontribusinya dikategorikan sebagai program pensiun manfaat pasti (defined-benefit plan) dan program pensiun iuran pasti (defined-contribution plan), dan berdasarkan penyedia jasa (provider)-nya dibedakan menjadi program pensiun pemerintah (public pensiun plan) dan program pensiun swasta (private pensiun plan).4 Sejauh ini, program pensiun syariah di Indonesia masih dilaksanakan secara terbatas oleh DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) di beberapa bank dan asuransi syariah. Umumya, produk DPLK syariah merupakan salah satu poduk penghimpunan dana yang ditawarkan oleh bank atau asuransi syariah untuk memberikan jaminan kesejahteraan di hari tua atau di akhir masa jabatan karyawan ataupun nasabahnya. 4 Veitzal Rivai , Bank and Financial Institution Management, hal.1087-1098 Prosedur yang harus dilalui oleh peserta program DPLK syariah, umumnya adalah: a. Peserta merupakan perorangan atau badan usaha b. Usia minimal 18 tahun atau telah menikah c. Mengisi formulir pendaftaran kepesertaan DPLK Syariah d. Iuran bulanan dengan minimum jumlah tertentu, misalnya Rp 100.000 e. Menyerahkan copian kartu identitas diri dan kartu keluarga f. Membayar biaya pendaftaran g. Membayar iuran tambahan berupa premi bagi peserta program dana pensiun plus asuransi jiwa h. Memenuhi semua akad yang ditetapkan oleh DPLK Syariah. Umumnya, produk dana pensiun yang ditawarkan oleh DPLK Syariah menawarkan produk pensiun dengan konsep tabungan dan produk pensiun plus asuransi jiwa. Karakteristik produk dana pensiun dengan konsep tabungan antara lain: 1) Berbentuk setoran tabungan dengan jadwal penarikan diatur dalam ketentuan 2) Selama masa kepesertaan tidak dilindungi oleh asuransi jiwa 3) Manfaat pensiun sebesar total iuran dan hasil investasinya. Sedangkan karakteristik produk dana pensiun plus asuransi jiwa antara lain: 1) Berbentuk setoran tabungan dengan jadwal penarikan diatur dalam ketentuan 2) Selama masa kepesertaan tidak dilindungi oleh asuransi jiwa. 3) Manfaat pensiun yang akan diterima adalah sebesar: a) Manfaat asuransi apabila peserta meninggal dunia sebelum memasuki usia pensiun. b) Total iuran ditambah hasil investasinya apabila telah memasuki usia pensiun. Para peserta DPLK Syariah memiliki beberapa hak, antara lain: 1) Menetapkan sendiri usia pensiun, umumnya antara usia 45 s/d 65 tahun. 2) Batas menentukan pilihan atau perubahan jenis investasi. 3) Melakukan penarikan sejumlah iuran tertentu selama masa kepesertaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 4) Mendapatkan informasi saldo dana pensiun/statement setiap periode tertentu, misalnya 6 bulan atau melalui telepon setiap saat diinginkan. 5) Menunjuk dan mengganti pihak yang ditunjuk sebagai ahli warisnya 6) Memilih perusahaan asuransi jiwa guna memperoleh pembayaran dana pensiun bulanan. 7) Mengalihkan kepesertaan ke DPLK lain. 8) Memperoleh manfaat pensiun. D. Peraturan Hukum Dana Pensiun Syariah Program dana pensiun di Indonesia dilaksanakan oleh lembaga pemerintah maupun swasta. Pelaksanaan dana pensiun pemerintah di Indonesia antara lain jamsostek, suatu program kontribusi tetap wajib untuk karyawan swasta dan BUMN di bawah Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Namun, Departemen Keuangan memegang peranan dalam pengawasannya (UU No. 3/1992). Taspen, yaitu tabungan pensiun pegawai negeri sipil dan program pensiun swasta yang ditanggungjawabi oleh Departemen Keuangan (Keputusan Presiden No. 8/1997), dan ASABRI dana pensiun angkatan bersenjata, berada di bawah Departemen Pertahanan (Kepres No. 8/1977). Ketiga program ini diatur melalui ketentuan hukum yang berbeda-beda. Undang-undang Dana Pensiun No. 11 Tahun 1992 merupakan kerangka hukum dasar untuk dana pensiun swasta di Indonesia. Undang-undang ini didasarkan pada prinsip “kebebasan untuk memberikan janji dan kewajiban untuk menapatinya” yaitu, walaupun pembentukan program pensiun bersifat sukarela, hak penerima manfaat harus dijamin. Tujuan utama diajukannya Undang-Undang Pensiun adalah untuk menetapkan hak peserta, menyediakan standar peraturan, yang dapat menjamin diterimanya manfaat-manfaat pensiun pada waktunya, untuk memastikan bahwa manfaat pensiun digunakan sebagai sumber penghasilan yang berkesinambungan bagi para pensiunan, untuk memberikan pengaturan yang tepat untuk dana pensiun, untuk mendorong mobilisasi tabungan dalam bentuk dana pensiun jangka panjang, dan untuk memastikan bahwa dana tersebut tidak ditahan dan digunakan oleh pengusaha untuk investasi-investasi yang mungkin berisiko dan tidak sehat, tetapi akan mengalir ke pasar-pasar keuangan dan tunduk pada persyaratan tentang penanggulangan resiko.5 Sedangkan untuk landasan hukum operasional dana pensiun syariah, dalam konteks regulasi misalnya. Jika perbankan, asuransi, obligasi dan reksadana syariah sudah banyak memiliki peraturan dan juga dukungan fatwa DSN-MUI, berbeda halnya dengan dana pensiun syariah, menurut seorang konsultan Ekonomi Syariah, yang juga seorang praktisi, Izzuddin Abdul Manaf, Lc. MA Belum ada satupun peraturaan dan fatwa yang mendukung. Sehingga regulasi sebagai kerangka operasional dana pensiun syariah hanya mengacu pada peraturan dana pensiun yang umum dan fatwa MUI yang juga umum, tidak bersifat khusus. Hal ini pula lah yang menjadi salah satu faktor lambatnya pertumbuhan dana pensiun syari’ah di Indonesia. E. Perkembangan Dana Pensiun Syariah di Indonesia Bagi Dana Pensiun yang beroperasi syariah, maka kebijakan investasi harus memenuhi prinsip-prinsip syariah. Investasi hanya boleh dilakukan pada instrumeninstrumen yang dibenarkan menurut Fatwa DSN-MUI. Dana Pensiun Syariah harus mengelola dan menginvestasikan dananya pada portofolio instrumen syariah. Hampir seluruh investasi yang ditentukan oleh Peraturan Menteri Keuangan di atas sudah tersedia dalam bentuk investasi syariah.6 Perkembangan dana pensiun syariah diawali oleh DSN MUI yang mengeluarkan fatwa, antara lain Fatwa No.88/DSN-MUI/XI/2013 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Program Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah dan Fatwa No.99/DSN-MUI/XII/2015 terkait anuitas syariah (al-Ratib al-Taqa’udi al-Islami). Fatwa pertama memuat berbagai hal terkait akad yang digunakan antara peserta program pensiun dengan lembaga dana pensiun, lembaga dana pensiun 5 6 Andri Soemitra, M.A, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, hal.291 Andri Soemitra, M.A, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, hal.297-298 dengan manajer investasi, dan lembaga dana pensiun dengan pihak ketiga dalam hal penyaluran dana kelolaan investasi dana pensiun. Sementara, fatwa kedua menjelaskan tentang produk anuitas syariah bagi program pensiun. Fatwa-fatwa tersebut kemudian didukung oleh Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33/POJK.05/2016 tentang Penyelenggaraan Program Pensiun Berdasarkan Prinsip Syariah. Meski sudah didukung dari sisi kebijakan, namun dana pensiun syariah belum mengalami perkembangan yang signifikan. Terlebih apabila mengingat Indonesia memiliki jumlah penduduk muslim yang besar. Berdasarkan data OJK, pada Oktober 2018 baru terdapat 2 perusahaan yang bergerak di sektor dana pensiun syariah dan keduanya adalah DPLK. Total aset yang dimiliki dana pensiun syariah sampai dengan Oktober 2018 pun hanya mencapai Rp3,309 miliar atau 3,4 persen dari total aset industri keuangan non-bank (IKNB) syariah. Oleh karena itu, pasar DPLK syariah di Indonesia memiliki potensi yang masih sangat luas untuk dapat berkembang.7 7 https://sharianews.com/posts/menelisik-pasar-dana-pensiun-syariah-di-indonesia BAB III PENUTUP Kesimpulan Dana Pensiun syariah adalah dana pensiun yang dikelola dan dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Pertumbuhan lembaga keuangan dana syariah di Indonesia, lambat tetapi pasti juga mendorong peerkembangan dana pensiun beroperasi sesuai dengan prinsip syariah. Sampai saat ini, dana pensiun syariah berkembang pada dana pensiun lembaga keuangan (DPLK) yang dilaksanakan oleh beberapa bank dan asuransi syariah. Landasan hukum operasional dana pensiun adalah Undang-undang Dana Pensiun No. 11 Tahun 1992 yang merupakan kerangka hukum dasar untuk dana pensiun swasta di Indonesia. Sedangkan untuk landasan hukum operasional dana pensiun syariah, dalam konteks regulasi misalnya, menurut seorang konsultan Ekonomi Syariah, yang juga seorang praktisi, Izzuddin Abdul Manaf, Lc. MA Belum ada satupun peraturaan dan fatwa yang mendukung. Sehingga regulasi sebagai kerangka operasional dana pensiun syariah hanya mengacu pada peraturan dana pensiun yang umum dan fatwa MUI yang juga umum, tidak bersifat khusus. Tujuan dari dana pensiun bagi perusahan adalah sebagai kewajiban moral untuk memberikan rasa aman kepada karyawan, jaminan yang diberikan untuk karyawan akan memberikan dampak positif pada perusahaan, dengan memasukkan program pensiun sebagai suatu bagian dari total kompensasi yang diberikan kepada karyawan diharapkan perusahaan akan memiliki daya saing dan nilai lebih dalam usaha mendapatkan karyawan yang berkualitas dan professional di pasaran tenaga kerja, peserta mempunyai tambahan kompensasi meskipun baru bisa dinikmati pada saat mencapai usia pensiun. Program pensiun syariah di Indonesia masih dilaksanakan secara terbatas oleh DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) di beberapa bank dan asuransi syariah. Umumya, produk DPLK syariah merupakan salah satu poduk penghimpunan dana yang ditawarkan oleh bank atau asuransi syariah untuk memberikan jaminan kesejahteraan di hari tua atau di akhir masa jabatan karyawan ataupun nasabahnya. Umumnya, produk dana pensiun yang ditawarkan oleh DPLK Syariah menawarkan produk pensiun dengan konsep tabungan dan produk pensiun plus asuransi jiwa. Dana pensiun syariah memiliki potensi besar untuk berkembang di Indonesia karena: pertama, masih sedikit sekali proporsi masyarakat yang mau mengikuti program dana pensiun. kedua, pasar tertentu yang jelas bagi dana pensiun syariah, dan ketiga, rasa percaya, rasa memiliki, dan kesadaran masyarakat terus membaik. DAFTAR PUSTAKA Andri Soemitra, M.A, Bank & Lembaga Keuangan Syariah https://sharianews.com/posts/menelisik-pasar-dana-pensiun-syariah-di-indonesia Nurul Huda, Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana Prenada), 2010 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 33 /POJK.05/2016, (Jakarta, 2016) Veitzal Rivai , Bank and Financial Institution Management