Pendidikan Matematika SD (MATSD)

advertisement
Kumpulan Abstrak Tesis
Semester Gasal 2008/2009
Pendidikan Matematika SD (MAT SD)
88 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
Mengkonstruksi Pembelajaran Matematika Dengan Media Berdasarkan Hasil Diagnosis
Kesulitan Siswa Dalam Mempelajari Operasi Pecahan
Wahid Umar
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengkonstruksi pembelajaran dengan menggunakan media dalam
upaya membantu siswa kelas V SD Wahid Hasyim Malang mengatasi kesulitan dalam mempelajari operasi
penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut berbeda. Pembelajaran dirancang dengan berorientasi
pada teori Bruner, dimana siswa belajar pecahan dan operasinya melalui 3 tahapan penyajian yaitu: tahap
enaktif, tahap ikonik dan tahap simbolik.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian
tindakan. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran matematika (pengamat) dan 3 orang
siswa kelas V SD Wahid Hasyim Malang yang ditetapkan sebagai fokus dalam penelitian. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, teknik tes, wawancara, dan cacatan lapangan. Data
yang dikumpulkan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.
Penelitian ini dilakukan dalam 4 tindakan pembelajaran. Tindakan pembelajaran pertama tentang
konsep pecahan. Tindakan pembelajaran kedua tentang konsep pecahan senilai. Tindakan pembelajaran
ketiga tentang operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut berbeda dengan penyebut
pecahan yang satu merupakan faktor dari penyebut pecahan yang lain. Tindakan pembelajaran keempat
adalah tentang operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut berbeda dengan penyebut
pecahan yang satu bukan merupakan faktor dari penyebut pecahan yang lain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya peneliti membantu siswa mengatasi kesulitan dalam
mempelajari operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut berbeda telah berhasil. Subjek
penelitian memperoleh pemahaman yang baik dalam mempelajari materi operasi penjumlahan dan
pengurangan pecahan berpenyebut berbeda. Hal ini terlihat dari hasil tes formatif setiap akhir tindakan
pembelajaran yang menunjukkan peningkatan pemahaman mencapai rerata sebesar 94%.
Kata kunci: pembelajaran, pecahan dan operasinya, diagnosis kesulitan, media
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD Berbantuan Bahan Manipulatif Yang
Dapat Meningkatkan Pemahaman Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan pada
Siswa SD Kelas IV
Maria Emanuela Ewo
Abstrak
Keluhan tentang kesulitan belajar masih banyak dijumpai, terutama pada mata pelajaran matematika
yang kebanyakan orang atau siswa menyebutnya sebagai momok. Kesulitan belajar yang timbul tidak
semata-mata karena materi yang sulit diterima siswa namun juga berkaitan dengan guru. Guru perlu
memperhatikan proses pembelajaran agar berlangsung dengan baik. Guru hendaknya memilih dan
menggunakan strategi, pendekatan dan metode yang banyak melibatkan siswa secara aktif dalam belajar baik
secara mental, fisik dan sosial. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif adalah
pembelajaran kooperatif.
Pendekatan kooperatif model STAD berbantuan bahan manipulatif merupakan salah satu model
pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara aktif, kreatif dan
menyenangkan dalam menyelesaikan masalah matematika terutama menentukan penjumlahan dan
pengurangan pecahan sehingga bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman konsep pada siswa.
Penelitian ini mengkaji bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif model STAD berbantuan
bahan manipulatif yang dapat meningkatkan pemahaman konsep penjumlahan dan pengurangan pecahan.
Untuk menjawab masalah ini, penelitian ini dirancang dengan rancangan Penelitian Tindakan Kelas yang
dilaksanakan pada siswa kelas IV SDK ST. Antonius Ende 2 Kabupaten Ende-NTT. Penelitian ini
menggunakan lembar observasi, pedoman wawancara, hasil tes belajar siswa sebagai instrumen pengumpulan data.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa penerapan kooperatif model STAD berbantuan bahan
manipulatif dalam pembelajaran matematika dapat membantu siswa memahami materi penjumlahan dan
87
Program Studi S2 MATSD 89
pengurangan pecahan. Hal ini dapat dilihat pada (1) hasil kerja sama kelompok, diketahui bahwa semua
anggota kelompok sudah dapat menentukan penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan menggunakan
bahan manipulatif, (2) melalui wawancara peneliti dengan subyek penelitian, diperoleh bahwa siswa sudah
dapat menentukan penjumlahan dan pengurangan pecahan yang ada dalam LKS, walaupun masih ada
diantara siswa yang menjawab salah pada saat kuis, tetapi setelah diwawancarai subyek tersebut dapat
memahami dengan baik, (3) rata-rata skor kuis untuk seluruh siswa setiap tindakan mengalami kemajuan,
seperti pada siklus I adalah 85,76, pada siklus II dan siklus III masing-masing adalah 93,33. Adanya
peningkatan skor tes ini dapat diinterpretasikan bahwa siswa sudah mengalami peningkatan terhadap materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan yang disajikan dengan pembelajaran kooperatif model STAD
berbantuan bahan manipulatif.
Berdasarkan temuan ini, maka ada beberapa saran yang dapat disampaikan kepada guru matematika
SD sebagai berikut: (1) membantu siswa dalam menggunakan bahan manipulatif untuk memahami konsep
matematika karena siswa langsung terlibat secara fisik dan mental (2) memberikan penghargaan berupa
pujian atau bentuk penghargaan lainnya, (3) mencoba pembelajaran kooperatif model STAD berbantuan
bahan manipulatif sebagai suatu alternatif pembelajaran, secara khusus pada Pokok Bahasan Pecahan.
Kata kunci: pembelajaran, STAD, bahan manipulatif
Meningkatkan Kemampuan Estimasi pada Penjumlahan Bilangan Cacah melalui
Pembelajaran Berbasis Masalah pada Siswa Kelas V SD
Nasrun
Abstrak
Pentinganya matematika dalam berbagai aspek kehidupan menuntut pembelajaran matematika yang
lebih baik dan sesuai dengan dunia nyata. Berkenaan dengan perhitungan, menaksir (estimasi) lebih sering
digunakan dibanding dengan perhitungan tepat. Walaupun menaksir (estimasi) dalam pemakaiannya, namun
menaksir (estimasi) belum tertera dengan jelas dalam kurikulum matematika sekolah dasar. Oleh karena itu
guru juga masih belum optimal dalam memperkenalkan pada siswa secara eksplisit dalam kegiatan
pembelajaran matematika. Dari hasil studi penjajakan diperoleh bahwa sebagaian besar siswa belum dapat
menaksir (estimasi) dengan baik.
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui kemampuan menaksir (estimasi) siswa sebelum
mengikuti pembelajaran, (2) Mendeskripsikan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan siswa dalam menaksir
(estimasi) penjumlahan hasil operasi penjumlahan bilangan cacah (3) Secara pragmatis peneliti menerapkan
Pembelajaran berbasis masalah dalam menaksir (estimasi) di sekolah dasar yang masih belum optimal.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas. Data
penelitian diperoleh dari hasil tes, pengamatan, dan wawancara dengan subjek penelitian. Adapun sumber
data adalah siswa kelas V SD Negeri Sumbersari III Malang dengan subjek penelitian 3 orang siswa yang
penentuannya didasarkan pada (a) kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal menaksir (estimasi)
penjumlahan bilangan cacah, (b) atas pertimbangan guru yang diwawancarai berdasarkan tingkat kemampuan
tinggi, sedang dan rendah, (c) keterbatasan waktu penelitian karena mendekati ujian semester. Teknik analisis
data dilakukan melalui dua tindakan : (1) Pembelajaran menaksir (estimasi) rentang (range) dan pembulatan
(rounding) pada penjumlahan bilangan cacah, (2) Pembelajaran menaksir (estimasi) muka-akhir (front-end)
dan pembulatan (rounding) pada penjumlahan bilangan cacah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa belum memiliki strategi strategi tertentu untuk
menaksir (estimasi). Kesulitan yang dialami siswa dalam menaksir (estimasi) antara lain adalah masih terkait
dengan algoritma, belum bisa memilih angka yang lebih mudah diingat, dan belum bisa menentukan angka
terdekat dari suatu angka acuan yang dikehendaki, serta siswa belum bisa mendeteksi kesalahan dari suatu
perhitungan. Kemampuan menaksir (estimasi) dapat meningkat dengan mengarahkan siwa untuk memahami
masalah, serta memberi alasan setiap kali mereka menaksir (estimasi).
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada guru matematika SD agar menaksir (estimasi)
diperkenalkan lebih banyak dalam setiap kesempatan yang ada, bahkan sangat penting untuk mendeteksi atau
mengecek apakah hasil pekerjaan yang diperoleh itu sudah tepat. Untuk meningkatkan kemampuan menaksir
(estimasi) salah satu alternative yang dapat dilakukan mengarahkan siswa untuk menemukan pendekatan/
strategi lain yang lebih khusus.
Kata kunci: menaksir (estimasi) range, Front-End, dan rounding. pembelajaran berbasis masalah
90 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
Pembelajaran Matematika Pada Pokok Bahasan Trapesium Dengan Menggunakan
Pendekatan Open-Ended
Samuel Iggo Leton
Abstrak
Pemerintah telah banyak melakukan upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia.
Namun keluhan tentang kesulitan belajar masih banyak dijumpai. Khususnya pada mata pelajaran
matematika yang kebanyakan orang atau siswa menyebutnya sebagai momok. Kesulitan belajar yang timbul
tersebut tidak semata-mata karena tingkat kesulitan materi bagi siswa tetapi juga karena cara penyampaian
materi oleh guru. Ada berbagai model pembelajaran yang bisa diterapkan oleh guru dalam menyampaikan
materi pelajaran. Guru diharapkan dapat memilih salah satu model pembelajaran yang juga merupakan fokus
kajian penelitian ini adalah open-ended.
Pendekatan Open-ended merupakan suatu metode yang dapat memberi keleluasan kepada siswa
untuk berpikir secara aktif dan kreatif dalam menyelesaikan suatu permasalahan, sehingga bermanfaat untuk
meningkatkan cara berpikir siswa . Dalam pendekatan ini siswa dihadapkan pada permasalahan yang
selesaiannya tidak perlu hanya satu, sehingga diharapkan kreativitas siswa dapat berkembang. Pendekatan
Open-ended juga dapat membangkitkan nalar siswa sehingga siswa kreatif dan akhirnya diharapkan siswa
dapat berpikir logis dan kritis.
Penelitian ini mengkaji sebagai berikut. (1) bagaimana menerapkan langkah-langkah penerapan
pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika yang dapat meningkatkan kemampuan siswa
memahami materi trapesium dan layang-layang? (2) Apakah pendekatan open-ended dalam pembelajaran
matematika efektif digunakan untuk mengajarkan materi trapesium dan layang-layang? Untuk menjawab
masalah ini, penelitian ini dirancang dengan rancangan penelitian tindakan kelas serta dilaksanakan di siswa
kelas V SDK Don Bosco IV Kota Madya Kupang. Penelitian ini menggunakan lembaran observasi, angket,
hasil tes belajar siswa dan catatan harian sebagai instrumen dalam pengumpulan data.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa (1) penerapan langkah-langkah pendekatan open-ended
dalam pembelajaran matematika dapat membantu siswa memahami materi trapesium dan layang-layang. Hal
ini dapat dilihat pada rata-rata hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Pada siklus I, rata-rata hasil yang dicapai
yaitu 6, 43. Pada siklus II, rata-rata hasil belajar yang dicapai yaitu 7,12 dimana mengalami peningkatan
sebesar 0,69. Rata-rata ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I yaitu 62,5% dan pada
siklus II yaitu 87,5% dimana mengalami peningkatan sebesar 25%. Rata-rata kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran pada siklus I sebesar 2,65 dan pada siklus II sebesar 3,35 juga mengalami
peningkatan sebesar 0,7. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus sebesar 2,3 dan pada siklus II sebesar 3,41
dimana juga mengalami peningkatan. Dari siklus I ke siklus II sebesar 1,21. (2) Karena kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran termasuk dalam kategori efektif,
respon siswa terhadap pembelajaran adalah positip dan ketuntasan secara klasikal tercapai maka pendekatan
open-ended efektif digunakan untuk mengajarkan materi trapesium dan layang.
Berdasarkan temuan penelitian ini, diberikan beberapa saran sebagai berikut; (1) siswa hendaknya
mempelajari luas bangun datar khususnya trapesium dan layang-layang menggunakan temuan siswa sendiri
dengan berbagai cara atau metode dalam memanipulasi alat peraga. (2) Kegiatan pembelajaran hendaknya
mendukung siswa untuk aktif membangun pengetahuannya. (3) Guru hendaknya menciptakan suasana
pembelajaran matematika yang menyenangkan, dialogis dan demokratis. Pembelajaran matematika dengan
menerapkan langkah-langkah pendekatan open-ended dapat menjadi alternatif untuk menciptakan
pembelajaran matematika yang menyenangkan, dialogis dan demokratis. (4) Guru perlu menjaga alokasi
waktu dalam melaksanakan tahap-tahap pembelajaran dengan menerapkan langkah-langkah pendekatan
open-ended, agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Kata kunci: langkah-langkah pendekatan open-ended, trapesium dan layang-layang, siswa sekolah dasar.
Program Studi S2 MATSD 91
Pendektan Problem Posing Berlatar Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan
Keefektifan Pembelajaran Matematika Siswa Kelas V SD Negeri I Sungguminasa
Haerul Syam
Abstrak
Matematika sebagai ilmu dasar memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan sains
dan teknologi, karena matematika merupakan sarana berpikir untuk menumbuhkembangkan daya nalar, cara
berpikir logis, sistematis dan kritis. Peranan matematika ini tidak hanya terasa dalam bidang matematika
tetapi aplikasinya juga pada bidang lain.
Untuk menghadapi era globalisasi terutama untuk bidang studi matematika perlu terus ditingkatkan
pembelajarannnya, pemerintah dan institusi pendidikan yang terkait telah melakukan upaya untuk
memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia, namun keluhan tentang sulitnya belajar matematika masih
banyak ditemui pada pelaksanaan pembelajaran. Kesulitan belajar matematika yang timbul tersebut tidak
semata-mata karena materinya yang sulit bagi siswa tetapi juga karena cara guru mengajar. Ada beberapa
model pembelajaran yang bisa diterapkan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Salah satu
diantaranya adalah pendekatan problem posing. pembelajaran ini merupakan kajian penelitian ini yang
diharapkan guru dapat menggunakan dalam proses pembelajaran.
Problem Posing bermakna mengajukan soal atau masalah. Problem posing merupakan salah satu
pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif yang
diharapkan dapat membangun sikap positif siswa dan meningkatkan SDM yang berkualitas untuk
menghadapi masa depan yang lebih banyak tantangannya.
Pembelajaran kooperatif menekankan interaksi dan kerja sama tim. Bukan hanya satu orang anggota
kelompok yang dianggap pandai saja yang menyelesaikan tugas sementara anggota lain diam menunggu, atau
siswa duduk secara berkelompok tetapi masing-masing mengerjakan tugas secara individu. Dalam
pembelajaran kooperatif siswa akan terlatih untuk mendengarkan pendapat-pendapat orang lain dan
merangkum pendapat-pendapat tersebut dalam bentuk tulisan. Tugas-tugas kelompok akan memacu siswa
untuk bekerja sama, saling membantu dalam mengintegrasikan pengetahuan-pengetahuan baru dengan
pengetahuan yang telah dimiliki.
Pada pembelajaran pendekatan problem posing berlatar pembelajaran kooperatif siswa diberi
kesempatan untuk mengajukan permasalahan dan menyelesaikannya berdasarkan situasi yang diberikan
kemudian dikerjakan secara bersama-sama, sehingga diharapkan kreativitas siswa dapat berkembang.
Pendekatan problem posing juga dapat membangkitkan nalar siswa sehingga siswa kreatif dan akhirnya
diharapkan siswa dapat berpikir logis dan kritis.
Penelitian ini mengkaji sebagai berikut: (1) Langkah-langkah apakah yang dilakukan untuk
pembelajaran dengan pendekatan problem posing berlatar pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan
keefektifan pembelajaran matematika? (2) Apakah pembelajaran dengan pendekatan problem posing berlatar
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran matematika? Untuk menjawab
masalah ini, penelitian ini dirancang dengan rancangan penelitian tindakan kelas serta dilaksanakan di kelas
V SD Negeri I Sungguminasa Kabupaten Gowa. Penelitian ini menggunakan perangkat pembelajaran yaitu
Rencana pelaksanaan pembelajaran, Buku siswa, lembar kerja siswa, dan instrumen pengumpulan data yaitu
lembaran observasi, angket, hasil tes belajar siswa.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa (1) penerapan langkah-langkah pendekatan problem
posing dalam pembelajaran matematika dapat membantu siswa memahami materi bangun ruang. Hal ini
dapat dilihat pada Rata-rata ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I yaitu 62,5% dan pada
siklus II yaitu 90% dimana mengalami peningkatan sebesar 27,5%. Kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran pada siklus I sebesar 2,1 dan pada siklus II sebesar 3,4 juga mengalami peningkatan sebesar
1,3. Aktivitas siswa mencapai toleransi keefektifan. Respon siswa terhadap pemeblajaran adalah positif.
Hasil penelitian siklus I dan siklus II, ketuntasan hasil belajar mengalami peningkatan, kemampuan guru
mengelola pembelajaran mengalami peningkatan, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran termasuk dalam
kategori efektif, respon siswa terhadap pembelajaran adalah positip maka pendekatan problem posing
berlatar pembelajaran kooperatif efektif digunakan pada pembelajaran matematika.
Berdasarkan temuan penelitian ini, diberikan beberapa saran sebagai berikut; (1) Hasil belajar siswa
yang diajar menggunakan pembelajaran dengan pendekatan problem posing berlatar pembelajaran kooperatif
terjadi peningkatan pada (a) kemampuan guru mengelola pembelajaran, (b) aktivitas siswa, (c) ketuntasan
hasil belajar sehingga pembelajaran ini dapat dipertimbangkan sebagai suatu alternatif untuk diterapkan
dalam proses pembelajaran matematika untuk siswa SD. (2) Guru-guru sekolah dasar dalam melaksanakan
pembelajaran pendekatan hendaknya mengoptimalkan potensi-potensi alamiah siswa, seperti rasa ingin tahu,
92 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
kerjasama, kemampuan berkomunikasi dan sebagainya yang belum pernah melaksanakan pembelajaran
pendekatan problem posing hendaknya menambah wawasan berkaitan dengan pembelajaran problem posing.
(3) Hasil penelitian sebagai bahan pertimbangan kepada para peneliti yang akan mengadakan penelitian lebih
lanjut mengenai problem posing.
Kata kunci: pendekatan problem posing, pembelajaran kooperatif, keefektifan pembelajaran matematika,
siswa sekolah dasar.
Pembelajaran Jaring-Jaring Balok Melalui Strategi Inquiry Sebagai Upaya Membangun
Kemampuan Representasi Matematika Siswa SD kelas V
Zatman Payung
Abstrak
Penelitian ini diawali dengan adanya kesulitan yang dialami siswa SDI Surya Buana Malang pada
materi jaring-jaring balok berdasarkan hasil observasi awal. Kesulitan yang dimasudkan adalah: kesulitan
membuat jaring-jaring balok dengan benda konkrit berupa alat peraga, kesulitan menggambar jaring-jaring
balok. Kesulitan tersebut menunjukkan kemampuan representasi matematika siswa pada jaring-jaring balok
masih kurang. Menurut Hudojo (2006:114) kemampuan representasi matematika adalah kemampuan
mengungkapkan ide matematika yang ada di dalam mental yang dapat diwujudkan dalam bentuk gambar dan
benda konkrit. Penelitian ini berupaya membangun kemampuan representasi matematika siswa pada
pembelajaran jaring-jaring balok melalui strategi Inquiry.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan pembelajaran jaring-jaring balok melalui strategi
Inquiry sebagai upaya membangun kemampuan representasi matematika siswa. Untuk mencapai tujuan
penelitian tersebut digunakan penelitian kualitatif jenis penelitian tindakan kelas. Pembelajaran jaring-jaring
balok melalui strategi Inquiry dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
observasi, merumuskan masalah, membuat hipotesis, mengumpulkan data atau mencarai informasi, menguji
hipotesis, dan membuat kesimpulan dalam belajar dilaksanakan di dalam dua siklus. Siklus pertama
dilaksanakan dua kali pertemuan dan siklus kedua satu kali pertemuan. Masing-masing pertemuan langkahlangkah pembelajaran dilaksanakan dalam tiga tahap pembelajaran, yaitu pendahuluan, kegiatan inti, dan
penutup.
Kegiatan pendahuluan meliputi: (1) guru dan siswa mencibtakan suasana akrab dengan tanya jawab
tentang kabar dan berdoa bersama, (2) siswa membentuk kelompok belajar, (3) tiap kelompok belajar
menerima LKS, (4) terkondisikan untuk siap memulai pembelajaran . Kegiatan inti, yaitu (1) Siswa
mendengarkan topik dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai; langkah-langkah yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuan pembelajaran; dan penjelasan pentingnya topik dan kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan, (2) Siswa mendengar beberapa pertanyaan lisan dari guru; menjawab pertanyaan; dan menerima
tiga pasang persegi panjang yang berbeda ukuran yang sudah dirancang guru bisa membentuk balok, isolasi,
dan gunting; siswa menemukan masalah membuat jaring-jaring balok dengan menggunakan alat peraga dan
masalah ada berapa jaring-jaring yang dimiliki balok, (3) membuat jawaban sementara yakni alat peraga
tersebut bisa dibuat jaring-jaring balok dan menyebutkan banyaknya jaring-jaring yang dimiliki balok, (4)
Siswa membuat jaring-jaring balok dengan menggunakan alat dan bahan yang diberikan, siswa menggambar
bermacam-macam bentuk jaring-jaring balok, (5) Siswa melipat jaring-jaring yang dibuat untuk mengetahui
apakah jaring-jaring yang dibuat bisa membentuk balok, siswa mengukur jaring-jaring balok yang digambar
apakah sudah benar ukurannya yakni ada tiga pasang persegi panjang yang kongruen, (6) Siswa membuat
kesimpulan tentang membuat jaring-jaring balok dari alat peraga dengan tepat, membuat kesimpulan tentang
menggambar jaring-jaring balok dengan benar. Kegiatan penutup meliputi: (1) siswa mengumpulkan LKS,
(2) siswa melakukan tes, (3) siswa merapikan alat dan bahan yang telah digunakan, (3) mengakhiri
pembelajaran.
Setelah siswa terlatih belajar dengan strategi Inquiry dimana siswa lebih banyak melakukan aktivitas
belajar, siswa merasa lebih senang dan antusias dalam belajar jaring-jaring balok. Hasil belajar siswa yakni
representasi siswa untuk jaring-jaring balok juga dapat memenuhi ketuntasan belajar secara klasikal yaitu
93,3% siswa telah memperoleh skor 65 atau lebih. Dari hasil tes belajar dan wawancara juga diketahui bahwa
dapat membangun kemampuan representasi matematika siswa SD kelas V pada jaring-jaring balok.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada guru untuk menerapkan strategi Inquiry dalam
belajar agar lebih aktif dan kreatif mendesain bahan ajar berupa LKS dan membuat alat peraga yang
memungkinkan siswa lebih banyak melakukan kegiatan Inquiry dalam belajar. Pengaturan jumlah siswa
Program Studi S2 MATSD 93
dalam satu kelas hendaknya tidak terlalu besar atau tidak melebihi 20 siswa agar kegiatan Inquiry dalam
belajar dapat berjalan dengan efektif.
Kata kunci: Strategi Inquiry, membangun kemampuan representasi matematika, pembelajaran jaring-jaring
balok
Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik Untuk Membangun Pemahaman Siswa
Tentang Konsep Pecahan Di Kelas IV SDN 2 Penedagandor Kabupaten Lombok Timur-NTB
Syahrul Azmi
Abstrak
Pemahaman terhadap konsep pecahan oleh siswa kelas IV SDN 2 Penedagandor masih tergolong
rendah. Pemahaman siswa yang rendah ini antara lain disebabkan karena dalam proses pembelajaran
matematika yang diterapkan di SDN 2 Penedagandor masih bersifat konvensional, yaitu pemberian materi
langsung pada tahap simbolik, pemberian contoh-contoh serta soal latihan, menyebabkan siswa cenderung
menghafal materi dan bekerja secara prosedural. Oleh karena itu perlu diciptakan suatu kondisi pembelajaran
yang dapat membantu siswa menemukan sendiri konsep pecahan berdasarkan pengalaman dan realitas yang
dimiliki siswa. Salah satu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang memulai pembelajaran dengan
mengajukan masalah yang sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuan siswa adalah pembelajaran
matematika realistik.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran matematika
realistik dalam pembelajaran materi pecahan untuk siswa kelas IV SDN 2 Penedagandor tahun pelajaran
2007/2008, (2) membangun pemahaman siswa kelas IV SDN 2 Penedagandor tahun pelajaran 2007/2008
tentang konsep pecahan melalui pembelajaran matematika realistik, dan (3) mengetahui respon siswa kelas
IV SDN 2 Penedagandor tahun pelajaran 2007/2008 terhadap pembelajaran matematika realistik.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka peneliti merancang suatu penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan pada siswa kelas IV SDN 2 Penedagandor Kabupaten Lombok Timur-NTB. Data penelitian
diperoleh dari hasil tes awal dan tes akhir siswa, hasil pengamatan kegiatan mengajar guru dan kegiatan
belajar siswa, serta hasil wawancara dengan siswa. Materi yang disampaikan pada penelitian ini adalah
materi tentang pecahan biasa dan pecahan yang sama. Prosedur pelaksanaan penelitian berupa suatu langkah
siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu: perencanaan (plan), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan
(observation), dan refleksi (reflection).
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 (dua) siklus. Temuan penelitian yang didapatkan pada siklus I
menunjukkan bahwa pada awal pembelajaran, siswa mengalami kesulitan dalam membagi dan memberi
nama pecahan yang ditunjukkan oleh banyaknya bagian yang ditandai dari kertas karton yang dibagi menjadi
12 bagian yang sama. Siswa juga mengalami kesulitan dalam menemukan pecahan-pecahan senilai. Tetapi
pada kegiatan pembelajaran siklus II, siswa tidak lagi mengalami kesulitan dalam memberi nama pecahan
dan menemukan pecahan-pecahan yang sama.
Langkah-langkah pembelajaran matematika realistik yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah: (1)
memberikan dan memahami masalah kontekstual, (2) menjelaskan masalah kontekstual pada bagian yang
belum dipahami, (3) menyelesaikan masalah kontekstual, (4) mendiskusikan jawaban, dan (5) membuat
rangkuman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan
pengalaman dan realitas siswa sehari-hari, seperti melipat, membagi, atau menggunting kertas karton menjadi
beberapa bagian yang sama, siswa dapat membangun pemahamannya tentang konsep pecahan dan pecahan
senilai. Kertas karton ini digunakan sebagai model untuk menjembatani kemampuan berpikir konkret siswa
ke kemampuan berpikir abstrak. Dengan demikian, pembelajaran konsep pecahan dengan menerapkan
pembelajaran matematika realistik dapat membangun pemahaman siswa kelas IV SDN 2 Penedagandor.
Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan hal-hal sebagai berikut: (1) guru dan peneliti perlu
berusaha dan berlatih lebih giat lagi dalam mengkonstruksi soal-soal kontekstual yang sesuai dengan syaratsyarat dalam PMR, (2) perlu sosialisasi lebih lanjut tentang pelaksanaan pembelajaran dengan prosedur PMR
agar tidak terjadi penyimpangan pada waktu pelaksanaan di dalam kelas, (3) membiasakan siswa dalam
kegiatan belajar kelompok, sehingga diharapkan dapat terjadi interaksi sosial dan interaksi berpikir yang
positif antar siswa, dan (4) penerapan PMR pada pembelajaran konsep pecahan supaya dapat terus
diterapkan.
Kata kunci: membelajaran, matematika realistik, pemahaman, pecahan
94 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2008/2009
Pembelajaran dengan Pendekatan Open Ended untuk Meningkatkan Pemahaman Keliling
dan Luas Persegi Panjang pada Siswa Kelas III SDN 1 Bukit Tunggal Kota Palangka Raya
Halimah Jumiati
Abstrak
Berdasarkan hasil observasi, angket siswa, melalui wawancara kepada guru dan siswa, menunjukkan
siswa mengalami kesulitan memahami materi keliling dan luas persegi panjang dengan benar. Disebabkan
pembelajaran masih konvensional berpusat pada guru. Guru membuat soal hanya meminta jawaban tunggal
dan alat manipulasi kurang tepat. Padahal membelajarkan matematika menekankan pada pengkonstruksian
pengalaman. Agar siswa memiliki kemampuan dasar dapat memecahkan masalah. Sebagai salah satu
alternatif pembelajaran keliling dan luas persegi panjang dengan open ended melalui LKS dengan solusi
jawaban tidak tunggal atau banyak jawaban yang benar. Siswa dilatih berpikir kritis dan kreatif. Maka perlu
penelitian tindakan kelas dengan pendekatan kualitatif.
Tujuan penelitian; (1) Mendeskripsikan pembelajaran dengan open ended untuk meningkatkan
pemahaman keliling dan luas persegi panjang.(2) Respons siswa terhadap pembelajaran dengan open ended.
Pelaksanaan pembelajaran dengan open ended yang dilakukan peneliti untuk mengkonstruksi
pemahaman siswa, yaitu; (1) Mengajukan LKS permasalahan terbuka dan alat manipulasi (2) Mengatur
pembelajaran dengan diskusi kelompok/ klasikal membantu pemerosesan pemahaman siswa. Siswa dilatih
berpikir kritis dan kreatitif. (3) Mencatat respons siswa menyakut aktivitas interaksi sosial selama
pembelajaran berlangsung (4) Membuat ringkasan pelajaran. Keempat langkah tersebut dituangkan dalam
RPP sebagai acuan pelaksanaan pembelajaran ada 3 tahapan yaitu; Tahap awal mempersiapkan siswa
mengikuti pembelajaran dengan membentuk kelompok. Tahap inti membantu pemahaman siswa melalui
LKS kelompok dan praktek langsung. Pada siklus I, siswa membuat persegi panjang dari karet, tali dan
persegi satuan. Pada siklus II siswa membuat persegi panjang dengan menyusun beberapa batang sedotan,
beberapa persegi satuan. ditujukkan untuk memahami keliling. Untuk memahami luas persegi panjang. Siswa
menyusun beberapa persegi hingga menutupi persegipanjang hanya satu siklus. Jawaban LKS kelompok
merupakan kesepakatan. Melalui diskusi klasikal saling memperkuat pemahamanan. Tahap akhir mengadakan evaluasi dengan mengajukkan permasalahan terbuka untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran.
Respon siswa sangat diperlukan oleh peneliti. Ditujukan untuk menjaring data yang akurat mengenai aktivitas siswa. Peneliti memotivasi siswa selama mengikuti pembelajaran diamati oleh 2 pengamat.
Intervensi penelitian melibatkan aktivitas siswa melalui LKS kelompok dan berdiskusi mempraktikkan
membentuk persegi panjang disertai diskusi klasikal membantu pemahaman siswa. Sehingga siswa dapat
memahami menemukan rumusan keliling dan luas.
Data hasil observasi, angket siswa dan wawancara diolah dengan perolehan (a)Hasil LKS individu
pemahaman siswa meningkat terhadap keliling persegi panjang. Siklus I keberhasilan hanya 70 % dari
seluruh siswa, nilai rata rata 7,4 belum berhasil. Siklus II pemahaman siswa meningkat terhadap keliling
persegi panjang keberhasilan 100% dari seluruh siswa, nilai rata rata 9,4. Pemahaman siswa terhadap luas
persegi panjang semakin meningkat. keberhasilan 99 % dari keseluruhan siswa, nilai rata-rata 9,8. (b) Hasil
observasi penelitian menunjukkan siswa menjadi berpengalaman dan mengerti setelah mengikuti
pembelajaran pada katagori sangat baik serta aktivitas peneliti dalam pembelajaran pada kategori baik.(c)
Hasil angket menunjukkan bahwa respon siswa terhadap pembelajaran dengan open ended meningkatkan
pemahaman keliling dan luas persegi panjang adalah positif. Siswa merasa aman diterima dalam kelompok
termotivasi dalam belajar. (d) Hasil wawancara setiap selesai pembelajaran. Siswa menyatakan merasa
senang. Dalam menjawaban LKS yang tadinya ragu ragu menjadi tidak ragu ragu semakin yakin dengan hasil
kerjanya.
Kesimpulan penelitian menunjukkan pembelajaran dengan open ended didukung respon siswa.Telah
dilaksanakan dengan baik dan berhasil. Sebagai saran pembelajaran matematika dengan Open Ended
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi perlu alat manipulasi yang tepat dan diskusi kelompok
disertai diskusi klasikal dapat dipergunakan dalam penelitian tindakan kelas.
Kata kunci: pembelajaran, keliling dan luas persegi panjang, pendekatan open ended.
Program Studi S2 MATSD 95
Pembelajaran PenjumlahanPecahan melalui Wacana sebagai Upaya Mengembangkan
Kemampuan Komunikasi Matematika bagi Siswa Kelas V SD Negeri 2 Palangka
Nyoto
Abstrak
Disekolah-sekolah kebanyakan guru yang lebih aktif dari pada siswa, padahal aktivitas belajar siswa
berhubungan dengan hasil belajarnya, dapat membuat siswa lebih kreatif dan dapat mengingat materi lebih
lama. Agar siswa lebih aktif dan kreatif adalah mengembangkan komunikasi matematika bagi siswa.
Pembelajaran melalui wacana berpotensi membelajarkan siswa mekomunikasikan berpikir matematis tahap
demi tahap menggunakan bahasa matematika.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif antara peneliti
sebagai pengajar dengan guru matematika lainnya sebagai pengamat eksternal. Penelitian ini bertujuan
menghasilkan desain pembelajaran penjumlahan pecahan melalui wacana sebagai upaya mengembangkan
kemampuan komunikasi matematis bagi siswa kelas V SD Negeri 2 Palangka, Kota Palangkaraya.
Subjek penelitian di SDN 2 Palangka, dari 29 siswa diambil 4 siswa, satu siswa peringkat tinggi,
dua siswa peringkat sedang, dan satu siswa peringkat rendah untuk dianalisis. Pengumpulan data dijaring
melalui: (1) tes tertulis, dan lisan(wawancara) untuk mengungkap kemampuan komunikasi matematika siswa
yang meliputi dua aspek yaitu mekomunikasikan berpikir matematik tahap demi tahap dan secara jelas
menggunakan bahan manipulatif, gambar, dan simbol; serta kemampuan menggunakan bahasa matematik
untuk menyapaikan ide-ide matematika secara tepat dengan tulisan maupun lisan : (2) observasi terhadap
aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, dan (3) observasi terhadap guru selama melaksanakan
pembelajaran melalui wacana. Pengolahan data dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan level dan
persentase pencapaian skor siswa terhadap skor maksimal ideal (SMI). Siswa dinyatakan sudah berhasil
apabila skor perolehan minimal berada pada modus level 3. Modus level adalah level terbanyak yang
diperoleh siswa. Hasil penelitian, keempat subjek penelitian cendrung meningkat dari data yang diperoleh
(S1) Modus level 4,persentase tes awal 82,3% naik menjadi 92% tes siklus I, dan siklus II 97,6%. (S2)
Modus level 4 tes awal 77,8% naik menjadi 86% tes siklus I, dan siklus II 95,5%. (S3) Modus level 4 tes
awal 79% naik menjadi 84,5% tes siklus I, dan siklus II 95,5%. (S4) Modus level 3 tes awal 55% meningkat
75,3% tes siklus I, dan tes siklus II 88,8%.
Dalam pembelajaran penjumlahan pecahan, peneliti menyarankan kepada para guru untuk
menggunakan (1) pembelajaran melalui wacana, (2) bahan manipulatif,
dan(3) LKS yang membelajarkan siswa mengkomunikasikan berpikir matematis tahap demi tahap
menggunakan bahasa matematika.
Kata kunci: wacana, komunikasi matematis, kemampuan komunikasi matematis, penjumlahan pecahan
Download