MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM “ILMU DALAM ISLAM” Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Agama Islam Oleh DWINA SRI UTAMI (3020210279) M. SYAMIL HAQQANI (3020210245) SITI FADHYA RAMADANI (3020210283) UNIVERSITAS PANCASILA Jakarta, 31 Oktober 2020 ABSTRAK ‘Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah tingkah laku dan perilaku kearah yang lebih baik,karena pada dasarnya ilmu menunjukkan jalan menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan.’ Menuntut ilmu merupakan ibadah sebagaiman sabda Nabi Muhammad Saw. Artinya : “Menuntut Ilmu diwajibkan atas orang islam laki-laki dan perempuan” Dengan demikian perintah menuntut ilmu tidak di bedakan antara laki-laki dan perempuan. Hal yang paling di harapkan dari menuntut ilmu ialah terjadinya perubahan pada diri individu ke arah yang lebih baik yaitu perubahan tingkah laku, sikap dan perubahan aspek lain yang ada pada setiap individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keutamaan menuntut ilmu dalam agama islam. Hasil penelitian merupakan sudut pandang dari penafsiran atau paradigma yang dianut penafsir mengenai ayat kisah ini. Dalam proses menganalis dan membahas penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan bahan referensi yang ada kaitannya dengan judul. Karena sifatnya kepustakaan, maka sumber datanya pun diambil dari materi yang menyangkut dengan judul utama. Pada penafsirannya, ia sering mengaitkan peristiwa atau kata dalam ayat secara logis sehingga kisah pada ayat terkesan runtut dan detail. Menjelaskan isi kandungan ayat satu persatu terlebih dahulu mengulas secara global isi kandungan surat secara umum dengan mengaitkan ayat lain yang berkaitan yang memiliki tema yang sama. Sifat dan akhlak seorang mahasiswa yang harus dimiliki yaitu kegigihan, sifat rasa ingin tahu, ketabahan dan kesabaran, hormat dan rendah diri, serta menjaga kesopanan terhadap orang lain. DAFTAR ISI Halaman Judul ................................................................................................... i Abstrak ……….................................................................................................... ii Daftar Isi ............................................................................................................. iii Kata Pengantar ................................................................................................. iv BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1.1.Latar belakang .................................................................................. 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 1.3. Tujuan Pembahasan ......................................................................... BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 2.1.Pengertian Ilmu ............................................................................... 2.2.Keutamaan Menuntut Ilmu .............................................................. 2.3.Keutamaan Adab Dalam Menuntut Ilmu ........................................ 2.4.Keutamaan Ilmu Sebelum Beramal ................................................. BAB III SIMPULAN .......................................................................................... 3.1.Saran ................................................................................................ 3.2.Penutup ............................................................................................ DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan. Atas karunia-Nya berupa nikmat iman dan kesehatan sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa shawalat serta salam tercurahkan bagi Baginda Agung Rasulullah SAW yang syafaatnya akan kita nantikan kelak. Makalah bertema “Ilmu dalam Islam” merupakan sedikit contoh implementasi nilainilai Keislaman di sekitar kita. Isi makalah ini membahas tentang keutamaan menuntun ilmu hingga pokok ajaran penting dari segi sudut pandang agama islam. Pembahasan terkait berbagai keutamaan beradab dan ilmu yang diterapkan akan diuraikan lebih lanjut. Adapun penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Penulis tidak hanya membahas konteks pentingnya seseorang untuk menuntut ilmu saja, tetapi juga bagaimana cara mengimplementasikan serta merealisasikannya di kehidupan sehari-hari. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung serta membantu penyelesaian makalah. Harapannya, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada ketidaksesuaian kalimat dan kesalahan. Meskipun demikian, penulis terbuka pada kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah. Wassalamualaikum wr.wb Kendari, 3 november 2020 Penulis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ُ ٍبفلا ف ِبف ط ام َلعط ال ُ َب َلط ةضْط ف طُم َِّ ُب َلطَف ََ ُ ف Artinya: "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim." (HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih alJaami'ish Shaghiir Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap manusia wajib untuk belajar baik melalui jalur pendidikan formal, informal maupun non formal, karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa belajar maka tidak ada ilmu pengetahuan yang dapat diperoleh. Semakin perlunya manusia akan ilmu pengetahuan, maka perkembangan sangat pesat dari waktu ke waktu. Kemajuan suatu bangsa diukur dari tingkat kemajuan pengetahuan dan teknologi karena semakin maju ilmu pengetahuan dan teknologi suatu bangsa semakin maju taraf hidup dan kesejahteraan penduduknya. Dengan adanya perubahan pendidikan yang bukan hanya sebagai sarana untuk menyampaikan ilmu tetapi diharapkan adanya perubahan pola kehidupan yang lebih baik. Keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). SDM yang berkualitas akan mampu mengembangkan potensi yang dimiliki untuk kemajuan bangsa dan negara. Menurut Dimyati dan Mujiono, “pendidikan merupakan sesuatu tindakan yang memungkinkan terjadinya belajar dan perkembangan”. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto, “pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan”. 1.2 Rumusan Masalah Dengan memperhatikan ulasan singkat latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah sebagai berikut : 1). 2). 3). 4). 5). Apa yang dimaksud dengan pengertian Ilmu ? Apa saja Keutamaan Menuntut Ilmu ? Apa saja Keutamaan Adab dalam Menuntut Ilmu ? Apa saja Keutamaan Ilmu sebelum Beramal ? Apa yang dimaksud dengan Ilmu yang Utama dan yang bermanfaat ? 1.3 Tujuan Pembahasan 1). 2). 3). 4). 5). 6). Untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam Untuk mengetahui pengertian Ilmu Untuk mengetahui Keutamaan Menuntut Ilmu Untuk mengetahui Keutamaan Adab dalam Menuntut Ilmu Untuk mengetahui Keutamaan Ilmu sebelum Beramal Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Ilmu Utama dan yang bermanfaat BAB 11 PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Ilmu Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima – ya’lamu yang berarti tahu atau mengetahui. Secara kebahasaan, ilmu berasal dari akar kata ‘ilm yang diartikan sebagai tanda, penunjuk, atau petunjuk agar sesuatu atau seseorang dikenal. Demikian juga ma’lam, artinya tanda jalan atau sesuatu agar seseorang membimbing dirinya atau sesuatu yang membimbing seseorang. Selain itu, ‘alam juga dapat diartikan sebagai penunjuk jalan. Dalam perspektif Islam, ilmu merupakan pengetahuan mendalam hasil usaha yang sungguh-sungguh (ijtihād) dari para ilmuwan muslim (‘ulamā’/mujtahīd) atas persoalan-persoalan duniawi dan ukhrawi dengan bersumber kepada wahyu Allah. Menurut Kamus Populer Istilah Islam, Ilmu merupakan salah satu sifat wajib bagi Allah yang artinya Allah Maha memiliki Ilmu; Pengetahuan yang jelas dan benar tentang sesuatu. Ilmu yang menjadikan Manusia Istimewa lebih daripada mahluk lainnya. Menurut KBBI, ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu. Kata ilmu disebut sebanyak 105 kali dalam al-Qur’an. Sedangkan kata jadiannya disebut sebanyak 744 kali. Kata jadian yang dimaksud adalah; ‘alima (35 kali), ya’lamu (215 kali), i’lām (31 kali), yu’lamu (1 kali), ‘alīm (18 kali), ma’lūm (13 kali), ‘ālamīn (73 kali), ‘alam (3 kali), ‘a’lam (49 kali), ‘alīm atau ‘ulamā’ (163 kali), ‘allām (4 kali), ‘allama (12 kali), yu’limu (16 kali), ‘ulima (3 kali), mu’allām (1 kali), dan ta’allama (2 kali). Kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan. Dalam pandangan Al-Quran, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul terhadap makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan (Q.S. al-Baqarah [2]: 31-32). Menurut Imam al-Ghazali, yang menggambarkan ilmu sebagai “pengetahuan akan sesuatu sebagaimana adanya” (ma‘rifat al-shay’ ‘ala mahuwa bihi). Pada definisi ini, untuk mengetahui sesuatu adalah dengan mengenali sesuatu sebagaimana ia. Artinya, ilmu adalah pengakuan, merupakan keadaan pikiran-yaitu, suatu kondisi dimana sebuah objek tidak lagi asing bagi seseorang sejak objek itu diakui oleh pikiran seseorang. Dalam definisi Imam al-Ghazali menyiratkan fakta bahwa ilmu selalu merupakan jenis penemuan makna pada diri subjek akan suatu objek. Pada pemaknaan ini, firasat, dugaan, ilusi, halusinasi, mitos, dan sejenisnya tidak bisa dikatakan sebagai ilmu 2.2 Keutamaan Menuntut Ilmu Ilmu pengetahuan amat penting bagi setiap individu bahkan dapat meningkatkan martabat manusia. Di dalam Islam, menuntut ilmu juga merupakan suatu ibadah kepada Allah dan terdapat beberapa matlamat tertentu dalam proses menuntut ilmu. Pentingnya mempunyai ilmu adalah untuk membuktikan kekuasaan Allah SWT. Dengan adanya ilmu, manusia dapat membaca Al-Quran yang mana terkandung segala persoalan yang nyata di muka bumi ini. Ilmu juga membolehkan manusia mengkaji alam semesta ciptaan Allah ini. Untuk kehidupan dunia kita memerlukan ilmu yang dapat menopang kehidupan dunia, untuk persiapan di akhirat. Kita juga memerlukan ilmu yang sekiranya dapat membekali kehidupan akhirat. Dengan demikian, kebahagiaan di dunia dan di akhirat sebagai tujuan hidup insya Allah akan tercapai. Beberapa keutamaan menuntut ilmu, diantaranya : a. Memudahkan seseorang menuju surga Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ً ْْ سِ ِ َسم سَ َم س ًَّساس س ْ ََ لًقْ ََِس لكَ سَ ْ َن س،َْْ ََ لًقْ س لَّ َسَب هَ لل َم ََ لَّ ق سِ لة س “Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim). b. Ilmu sebagai amal jariyah Ilmu akan kekal dan bermanfaat bagi pemiliknya walaupun ia telah meninggal. Disebutkan dalam sebuah hadist tentang keutamaan ilmu dalam Islam. Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, ia berkata kepada Rasullullah shallallahu'alaihi wa sallam: طُِ ُن ف َِا طُ ُنيف ف ذط َ طل َُطْ ف فصْفض َ ٍَ فَط فِ فلباإاط َر ج طت فتمف َط ف َطل َُط ف َ ذ فْفضَط فا َ ُ ِ َمهَط ف ُ ِاتطمف طإ ا َرصفُط فلِوف َطت َِ ُب َلط ا ُن فنف اَط َن َإ ف َِ فض ف Artinya: "Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do'a anak yang sholeh" (HR. Muslim) c. Akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT Allah SWT berfirman: "...Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat..." (QS. AlMujadilah [58]: 11). d. Orang berilmu diberi kebaikan didunia dan akhirat oleh Allah Dalam surat Al-Baqarah [2]: 269, Allah SWT berfirman: "Allah menganugerahkan al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)." e. Ilmu Sebagai Benteng dari Syubhat dan Fitnah Karena dengan keutamaan menuntut ilmu kita dapat menjaga diri dari berbagai syubhat (kerancuan pemikiran) yang menyerang. Dengan ilmu juga kita dapat membantah argumen orang-orang yang ingin merusak agama. f. Terhindar dari Fitnah dan Laknat Allah Azza Wa Jalla Hal ini telah disebutkan dalam sebuah hadits yang di riwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya dunia itu terlaknat, terlaknat segala isinya, kecuali zikir kepada Allah dan amalan- amalan ketaatan, demikian pula seorang yang alim atau yang belajar.” (HR.Tirmidzi dan Ibnu Majah, dihasankan oleh syaikh Al-Albani dalam sahih al-jami’) Dalam menjelaskan makna dari hadits tersebut, syaikh Al-Munawi berkata: “dunia terlaknat, disebabkan karena ia memperdaya jiwa-jiwa manusia dengan keindahan dan kenikmatannya, yang memalingkannya dari beribadah kepada Allah lalu mengikuti hawa nafsunya.” (Tuhfatul ahwadzi:6/504) 2.3 Keutamaan Adab dalam Menuntut Ilmu Selain memiliki beberapa keutamaan dalam menuntut ilmu, dalam Islam juga diajarkan bagaimana adab seseorang saat menuntut ilmu agar ilmu yang sedang ia pelajari dapat membawa banyak berkah bagi kehidupan. Salah satu adab yang diajarkan dalam Islam adalah adab menuntut ilmu. Ya, adab dalam menuntut ilmau sangat diperlukan. Bahkan Imam Malik rahimahullah pernah berkata pada orang Quraisy, “Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.” Maka dari itu, sangat penting untuk mempelajari adab terlebih dahulu sebelum menuntut ilmu. Berikut ini adalah adab dalam menuntut ilmu yang perlu diketahui, antara lain : a. Niat karena Allah Hal pertama yang harus dipersiapkan sebelum menuntut ilmu adalah membenarkan niat. Niatkan semua ilmu yang akan kamu pelajari hanya karena Allah. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Bayyinah ayat 5, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus” Rasulallah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Barangsiapa yang menuntut ilmu syar’i yang semestinya ia lakukan untuk mencari wajah Allah dengan ikhlas, namun ia tidak melakukannya melainkan untuk mencari keuntungan duniawi, maka ia tidak akan mendapat harumnya aroma surga pada hari kiamat.” (HR. Ahmad) b. Selalu berdo’a saat menuntut ilmu Dalam menuntut ilmu hendaknya kita selalu berdoa agar diberi kemudahan dalam menyerap ilmu dan mengamalkannya. “Ya Allah, berilah manfaat atas apa yang Engkau ajarkan kepadaku, ajarilah aku hal-hal yang bermanfaat bagiku, dan tambahilah aku ilmu” (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Mâjah, dishahihkan al-Albani) c. Selalu bersungguh-sungguh Ketika menuntut ilmu hendaknya kita bersungguh-sungguh dan selalu antusias untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Seolah-olah tidak pernah kenyang dengan ilmu yang didapatkan, hendaknya kita selalu berkeinginan untuk menambah ilmu kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam barsabda, “Dua orang yang rakus yang tidak pernah kenyang: yaitu (1) orang yang rakus terhadap ilmu dan tidak pernah kenyang dengannya dan (2) orang yang rakus terhadap dunia dan tidak pernah kenyang dengannya.” (HR. Al-Baihaqi) d. Menjauhi maksiat Untuk bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan berkah, maka jauhkanlah diri dari berbagai macam maksiat. Maksiat akan membuat otak menjadi sulit untuk berkonsentrasi sehingga ilmu sangat sulit dimengerti. Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka’.” e. Selalu rendah hati Banyak sekali orang berilmu yang justru menjadi sombong hanya karena merasa lebih baik dibandingkan orang lain. Jika ingin mendapatkan ilmu yang baik dan bermanfaat, maka tetaplah menjadi pribadi yang rendah hati. Imam Mujahid mengatakan, “Dua orang yang tidak belajar ilmu: orang pemalu dan orang yang sombong” (HR. Bukhari secara muallaq) f. Memperhatikan penjelasan Jika ingin mendapatkan ilmu dengan mudah, maka konsentrasilah ketika guru atau ustadz menjelaskan. Fokuslah untuk menyerap ilmu yang disampaikan. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, “… sebab itu sampaikanlah berita gembira itu kepada hamba-hambaKu, (yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan merekalah orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS. Az-Zumar: 17-18) g. Diam menyimak Salah satu adab dalam menuntut ilmu yang banyak ditinggalkan adalah diam ketika guru atau ustadz menjelaskan. Jangan berbicara atau bahkan mengobrol hal yang sama sekali tidak penting bahkan tidak berhubungan dengan pelajaran yang disampaikan. h. Menghafal Setelah berhasil memahami ilmu yang disampaikan, maka hendaknya hafal lah ilmu tersebut agar lebih mudah diingat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah orang yang mendengar perkataanku, kemudian ia memahaminya, menghafalkannya, dan menyampaikannya. Banyak orang yang membawa fiqih kepada orang yang lebih faham daripadanya…” (HR. At-Tirmidzi). i. Mengamalkan Akan percuma setiap ilmu yang didapatkan jika tidak diamalkan. Sudah seharusnya kita mengamalkanilmu yang kita dapatkan agar mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan seorang alim yang mengajarkan kebaikan kepada manusia, kemudian ia melupakan dirinya (tidak mengamalkan ilmunya) adalah seperti lampu (lilin) yang menerangi manusia, namun membakar dirinya sendiri.” (HR Ath-Thabrani) j. Mendakwahkan Tidak ada ilmu yang bermanfaat jika tidak dibagikan kepada orang lain. Maka sebarkanlah ilmu tersebut kepada mereka yang belum mengetahuinya. Allah Ta’ala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahriim: 6). 2.4 Keutamaan Ilmu sebelum Beramal Imam Bukhari rahimahullah berkata, “Ilmu itu dimiliki sebelum berkata dan beramal.” (Muqaddimah Shahih Al-Bukhari) karena ucapan dan perbuatan kita tidak akan ada nilainya bila tanpa ilmu, amalan yang banyak yang kita lakukan bisa tidak teranggap di sisi Allah kalau tidak didasari dengan Ilmu. Maksudnya, setiap orang harus memiliki ilmu sebelum mengatakan suatu ucapan dan melakukan suatu perbuatan. Yang mengakibatkan setiap orang, terjerumus dalam sebuah kesalahan dan dosa dari suatu hal yang diucapkan maupun yang dilakukan, adalah disebabkan karena tidak mempelajari ilmu yang menjelaskan tentang hukum dari hal tersebut sebelumnya. Karena sebetulnya dengan ilmu, kita akan terdidik, terarah pada jalan yang benar, bukan yang salah. Bahkan dengan ilmu juga, Allah akan mengangkat derajat kita. Allah Subhaanahu Wa Ta’ala berfirman yang artinya: “Maka ketahuilah, bahwa Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan memohonlah ampunan untukmu dan orang-orang beriman laki dan perempuan” (Q.S Muhammad: 19). Ayat tersebut memerintahkan kepada Nabi Muhammad Shollallaahu ‘alaihi wasallam untuk berilmu terlebih dahulu dengan firman-Nya “Maka ketahuilah (berilmulah) …” sebelum berucap dan berbuat yaitu memohon ampunan kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala. Setiap orang yang hendak beramal, dia dituntut untuk memahami amal yang akan dia kerjakan. Agar tidak terjerumus dalam kesalahan dan menyebabkan amalnya tidak diterima. Sesungguhnya setiap orang dituntut untuk senantiasa belajar, meskipun ilmu yang dia pelajari belum waktunya untuk diamalkan. Seperti ilmu tentang haji, padahal dia belum memiliki kemampuan untuk berangkat haji. Karena ilmu itu akan senantiasa memberikan manfaat bagi dirinya atau orang lain. 2.5 Ilmu yang Utama dan yang Bermanfaat Untuk menjadi umat yang terbaik, Islam menganjurkan umatnya untuk menuntut ilmu sepanjang hayat dikandung badan. Ini menunjukkan betapa pentingnya ilmu bagi kehidupan. Untuk memperoleh kebaikan dunia dengan ilmu, untuk beroleh kebaikan akhirat dengan ilmu. Kriteria ilmu yang berguna didasarkan pada tujuan ibadah. Dengan bantuan ilmu, seorang Muslim, dengan berbagai cara dan upaya dapat mendekatkan diri kepada Allah. Berdasarkan landasan ini, ilmu dikatakan bermanfaat bila : a. Dengan ilmu itu ia dapat meningkatkan pengetahuannya akan Allah. Nabi bersabda, “Sesungguhnya Allah ditaati dan disembah dengan ilmu. Begitu juga kebaikan dunia dan akhirat bersama ilmu, sebagaimana kejahatan dunia dan akhirat karena kebodohan.” b. Dengan ilmu itu, ia dengan efektif dapat membantu mengembangkan masyarakat Islam dan merealisasikan tujuan-tujuan, yaitu berbagai aktivitas menuju keridhaan Allah. Orang yang mencari ilmu untuk menuju keridaan Allah pun mendapat kedudukan yang istimewa, seperti yang diterangkan Nabi, “Barangsiapa mati ketika sedang mencari ilmu untuk menghidupkan Islam, dia di surga sedearajat di bawah para Nabi.” c. Dengan ilmu itu,di samping dapat membimbing dirinya, ia dapat juga membimbing orang lain kepada kebaikan. Nabi bersabda, “Allah akan menyayangi penerus-penerusku.” Belia ditanya, “Siapakah para penerus itu?” Beliau menjawab, “Mereka yang menghidupkan sunnah-sunnahku dan mengajarkannya kepada hamba-hamba Allah.” d. Dengan ilmu itu, ia dapat memecahkan berbagai persoalan pribadi, masyarakat dan lingkungannya. Bukankah sebaik-baik orang itu yang paling bermanfaat bagi sesamanya. Nabi bersabda, “Setiap manusia itu keluarga Allah, dan manusia yang paling dicintaiNya adalah yang paling bermanfaat bagi keluarga-Nya.” Sebaliknya, bila ilmu itu dicari dan tidak diniati karena Allah, tidak menambah kebaikan bagi dirinya dan orang di sekitarnya, ilmu itu tidak bermanfaat. Setiap ilmu yang tidak menolong manusia menuju Allah seperti muatan buku yang dibawa di atas keledai.Tuhan berfirman, “Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal …” (QS 62:5). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullaah mengatakan, “Ilmu adalah apa yang dibangun di atas dalil, dan ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang dibawa oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Terkadang ada ilmu yang tidak berasal dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, tetapi dalam urusan duniawi, seperti ilmu kedokteran, ilmu hitung, ilmu pertanian, dan ilmu perdagangan.” Imam Ibnu Rajab rahimahullaah mengatakan, “Ilmu yang bermanfaat menunjukkan pada dua hal. Pertama, mengenal Allah Ta’ala dan segala apa yang menjadi hak-Nya berupa nama-nama yang indah, sifat-sifat yang mulia, dan perbuatan-perbuatan yang agung. Hal ini mengharuskan adanya pengagungan, rasa takut, cinta, harap, dan tawakkal kepada Allah serta ridha terhadap takdir dan sabar atas segala musibah yang Allah Ta’ala berikan. Kedua, mengetahui segala apa yang diridhai dan dicintai Allah ‘Azza wa Jalla dan menjauhi segala apa yang dibenci dan dimurkai-Nya berupa keyakinan, perbuatan yang lahir dan bathin serta ucapan. Hal ini mengharuskan orang yang mengetahuinya untuk bersegera melakukan segala apa yang dicintai dan diridhai Allah Ta’ala dan menjauhi segala apa yang dibenci dan dimurkai-Nya. Apabila ilmu itu menghasilkan hal ini bagi pemiliknya, maka inilah ilmu yang bermanfaat. Kapan saja ilmu itu bermanfaat dan menancap di dalam hati, maka sungguh, hati itu akan merasa khusyu’, takut, tunduk, mencintai dan mengagungkan Allah ‘Azza wa Jalla, jiwa merasa cukup dan puas dengan sedikit yang halal dari dunia dan merasa kenyang dengannya sehingga hal itu menjadikannya qana’ah dan zuhud di dunia.” Imam al-Auza’i rahimahullaah berkata, “Ilmu itu apa yang dibawa dari para Shahabat Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam, adapun yang datang dari selain mereka bukanlah ilmu.”. Beliau juga mengatakan, “Ilmu yang paling utama adalah ilmu tafsir Al-Qur-an, penjelasan makna hadits-hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan pembahasan tentang masalah halal dan haram yang diriwayatkan dari para Shahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in, dan para imam terkemuka yang mengikuti jejak mereka…”. BAB III SIMPULAN Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan berguna untuk menuntut kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar tiap-tiap muslim jangan picik ; dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang diridhai Allah swt. Rasulullah Saw., ََّس لٍ ٌََِّ س َل bersabda: ِ ِ مَّسل لكَ َل لَّ ٌَ هس ََ ل س فن م س “Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam” Dengan mununtut ilmu kita dapat mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, mana yang haram dan mana yang halal, sehingga menjadi bekal kita di akherat. Dunia bagaikan ladang. Yang hasilnya akan kita petik di akherat kelak. disunahkan mengajarkan ilmu dan menyusun kitab-kitab yang bermanfaat. Itulah diantara ilmu nafi’ (yang bermanfaat) yang pahalanya tetap berlangsung sepanjang zaman. Anjuran untuk mendidik anak dan mengajari mereka perkara yang fardhu dan sunnah, serta adab sopan santun agar mereka menjadi orangorang shalih. Kita tidak boleh zhalim terhadap diri sendiri dengan menyia-nyiakan waktu, usia dan kehidupan kita. Jangan sampai kita salah langkah dalam menghabiskan usia. Jangan sampai kita lebih suka bersenang-senag dan bermalas-malasan, melalaikan sesuatu yang lebih mulia dan berharga. Setiap kali usaha bertambah, tanggung jawab setiap kita juga bertambah. Hubungan dan relasi bertambah, waktu berkurang dan kekuatan melemah. Waktu yang kita miliki di usia tua menjadi semakin sempit, tubuh melemah dan kesehatan berkurang. Ketika kita mulai tidak berdaya kesibukan yang dimiliki semakin bertambah. Dalam penerapan menuntut ilmu dan menghargai waktu itu saling berkaitan seharusnya waktu luang digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat seperti setiap waktu luang digunakan untuk mengkaji pengetahuan, digunakan untuk berdzikir, dan melakukan hal-hal yang bermanfaat demi kepentingan bersama. Dalam penerapan ilmu bila seseorang mempunyai ilmu maka harus mengamalkan ilmunya kepada orang yang masih kurang pengathuannya maka bila ilmu semakin sering di manfaatkan akan bertambah pula pengetahuan yang di peroleh. 3.1 Saran Semoga apa yang telah kami sajikan tadi dapat diambil intisarinya yang kemudian diamalkan juga semoga berguna bagi kehidupan kita di masa yang akan datang. Amin yaa rabbal-alamin. 3.2 Penutup Puji syukur selalu kami panjatkan kehadirat Allah yang senantiasa memberikan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya. Ungkapan terima kasih kami sampaikan kepada pihak Dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat kami selesaikan dengan tepat waktu. Kami berharap, semoga karya ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya. Penulis memohon maaf, apabila dalam menyusun kalimat maupun bahasannya masih banyak dijumpai kekeliruan maupun kekurangan. Kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca diharapkan sebagai bahan pertimbangan penelitian-penelitian selanjutnya. Mudah-mudahan apa yang telah penulis buat ini mendapat ridho dari Allah SWT yang maha bijak. Sehingga tugas ini dapat memberikan kontribusi dan menjadi hasanah keilmuan dalam membina akhlak dan mempertahankan kekayaan budaya islami yang kaya budi luhur. Amin. DAFTAR PUSTAKA https://uharsputra.wordpress.com/filsafat/islam-dan-ilmu/ https://www.kompasiana.com/alim35845/5c23affe43322f0f811cb014/islam-dan-ilmupengetahuan?page=all#:~:text=Menurut%20Kamus%20Populer%20Istilah%20Islam,Istimew a%20lebih%20daripada%20mahluk%20lainnya. Mengenai al-Ghazali, lihat: Ibn Khallikan, Wafayat al-A‘yan, 4:216-19; al-Dhahabi, Siyar A‘lam alNubala’ 19:322-46; al-Safadi, al-Wafi bi al-Wafayat, 12:74-77; Ibn Kathir, Tabaqat Fuqaha’ alShafi‘iyyah, 2:533-9. Mengenai karyanya, lihat ‘Abd al-Rahman Badawi, Mu’allafat al-Ghazali (Kuwait: Wakalat al-Matbu‘at, 1977). https://www.khiyaar.com/311-berilmu-sebelumberamal.html#:~:text=%E2%80%9CIlmu%20itu%20dimiliki%20sebelum%20berkata%20da n%20beramal.%E2%80%9D&text=Maksudnya%2C%20setiap%20orang%20harus%20memi liki,ucapan%20dan%20melakukan%20suatu%20perbuatan.&text=Karena%20sebetulnya%20 dengan%20ilmu%2C%20kita,Allah%20akan%20mengangkat%20derajat%20kita. https://muslim.or.id/5312-ilmu-dulu-baru-amal.html https://republika.co.id/berita/lrsn3v/ilmu-yang-bermanfaat https://almanhaj.or.id/2309-pengertian-ilmu-yang-bermanfaat.html