PENERAPAN MODEL BLENDED POE2WE MENGGUNAKAN GOOGLE CLASSROOM SEBAGAI INOVASI PEMBELAJARAN FISIKA Imiftah Nurnazarudin1, Nana2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Siliwangi 2 Dosen Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Siliwangi E-mail : [email protected] ABSTRACT: The purpose of this paper is to describe the application of the POE 2WE blended model using Google classroom as a physics learning innovation. This writing is motivated by the lack of mastery of the material so that learning has not been maximized. For this reason there needs to be innovation in learning by applying the Google Classroombased POE2WE blended model. The blended POE2WE model as a problem solving process is accompanied by Google Classroom so that students become motivated and can improve their learning outcomes. The method used in this paper is the study of literature by studying some literature to be analyzed and made conclusions. The results show that the application of the Google Classroom-based POE2WE blended model as a physics learning innovation can be a solution to the problems encountered in teaching and learning in the classroom. The blended POE2WE model is applied to students with several steps including; students register and enter the class code, after that the teacher gives the material in Google Classroom and students learn it, then the teacher gives an explanation of material that is not understood and relates the material to everyday life, then conducts evaluations and assignments sent in Gooogle classrooom. Blended POE2WE learning using Google Classroom can enable student participation in class. Thus, the need for readiness of students to accept various innovations. Keywords : Blended POE2WE, Google Classroom, Learning Inovation ABSTRAK: Tujuan penulisan ini untuk mendeskripsikan penerapan model blended POE2WE menggunakan Google classroom sebagai inovasi pembelajaran Fisika . Penulisan ini dilatar belakang oleh masih kurangnya penguasaan materi sehingga pembelajaran yang diterapkan belum maksimal. Untuk itu perlu ada inovasi dalam pembelajaran yaitu dengan menerapkan model blended POE2WE berbasis Google Classroom. Model blended POE2WE sebagai proses pemecahan masalah yang diiringi dengan Google Classroom agar siswa menjadi termotivasi dan dapat meningkatkan hasil belajarnya. Metode yang digunakan dalam penulisan ini yaitu dengan studi kepustakaan dengan mengkaji beberapa literatur untuk dianalisis dan dibuat kesimpulan. Hasil penulisan menunjukkan bahwa penerapan model blended POE2WE berbasis Google Classroom sebagai inovasi pembelajaran fisika dapat menjadi solusi dari permasalahan yang ditemui dalam proses belajar mengajar di kelas. Model blended POE2WE diterapkan kepada siswa dengan beberapa langkah antara lain; siswa melakukan pendaftaran dan memasukan kode kelasnya, setelah itu kemudian guru memberi materi di Google Classroom dan siswa mempelajarinya, selanjutnya guru memberikan penjelasan materi yang tidak dimengerti dan mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari, kemudian melakukan evaluasi dan tugas yang dikirim di Gooogle classrooom. Pembelajaran blended POE2WE yang menggunakan Google Classroom dapat mengaktifkan partisipasi siswa di kelas. Dengan demikian, perlunya kesiapan siswa dalam menerima berbagai inovasi. Kata kunci : Blended POE2WE, Google Classroom, Inovasi pembelajaran. 1. PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah terjadi peningkatan yang sangat signifikan. Terutama dalam bidang terknologi untuk memenuhi semua kebutuhan manusia sehari-hari. Menurut hasil survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2018 pengguna internet di indonesia sebanyak 171,17 juta orang yang dimana jumlah seluruh penduduk indonesia sebayak 246,16 juta orang berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), serta mengalami kenaikan 10,12 % pengguna internet dari tahhun sebelumnya. Oleh karena itu perkembangan ilmu pendidikan dan teknologi ini memiliki dampak yang semakin terbuka dan terbarnya informasi dan pengetahuan dari dan ke seluruh dunia menembus jarak, tempat, ruang dan waktu. Kenyataannya dalam kehidupan manusia di era digita ini akan selalu berhubungan dengan teknologi. Teknologi pada hakikatnya adalah proses untuk mendapatkan nilai tambah dari produk yang dihasilkan agar bermanfaat. Teknologi telah mempengaruhi dan merubah manusia dalam kehidupan sehari-hari entah itu mejadi positif atau negatif, sehingga jika seseorang yang “gagap teknologi” maka akan terlambat untuk mengetahui informasi terbaru, dan akan tertinggal pula untuk memperoleh berbagai kesempatan yang akan didapatkan. Sebuah informasi memiliki peran penting dan nyata, pada era masyarakat informasi ( information society) atau masyarakat ilmu pengetahuan (knowledge society). (Nana & Surahman, 2019: 83 ) Kemudahan akses internet yang diperoleh masyarakat khususnya para peserta didik merupakan budaya masyarakat yang bergeser ke era digital. Setiap individu tidak dapat menolak atau mencegahnya. Karena teknologi sangat berdampingan dalam kehidupan masyarakat indonesia. Bergesernya budaya ini, harus ditangkap oleh seorang guru dalam melakukan pembelajaran. Guru adalah sebagai agen of change dimana memiliki kedudukan yang penting dalam perubahan kondisi belajar. Oleh karena itu para guru harus bisa memaksimalkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini untuk meningkatkatkan pemahaman kognitif dan keterampilan para peserta didik. Selain itu, pentingnya berinovasi dalam pembelajaran agar nantinya mampu bersaing di kancah internasional dengan memperhatikan berbagai kekuatan baik teknologi dari dalam maupun dari luar. Dalam situasi ini, tidak mudah untuk menganggap semuanya mudah karena butuh orang yang benar-benar kreatif (Seryukov, 2017: 5). Perbedaan tersebut dapat dipengaruhi oleh motivasi yang ingin dicapai oleh guru, karakteristik siswa, cara penyampaian dalam memberi tugas belajar (Findikoglu & Ilham, 2016: 2575-2576). Menurut Yu Je Lee (dalam Nana, 2018: 191) Pada hakekatnya, kegiatan berinovasi membutuhkan strategi dan keterampilan yang mampu meningkatkan efektivitas belajar siswa. Penggunaan model yang tepat dan sesuai dengan pencapaian yang ingin diperoleh oleh guru. Secara garis besar penggunaan model juga harus fleksibel karena didasarkan pada situasi dan kondisi di sekolah dengan tujuan untuk merangsang daya kreatif siswa. Teknologi dan pendidikan tidak dapat dipisahkan , dimana semua itu harus sejalan, model pembelajaran blended POE2WE adalah salah satu solusi yang dapat dilaksanakan oleh guru dalam proses pembelajaan. blended POE2WE adalah pengintegrasian antara blended learning dan model pembelajaran Presiction, Observation, Explanation, Elaboration, Write Dam Evaluation (POE2WE). Menurut Thorne (dalam syakur,2012:370) blended learning adalah kesempatan untuk mengintegrasikan inovasi dan teknologi yang ditawarkan oleh pembelajaran daring dengan interaksi dan partisipasi pembelajaran konvensional.kegiatan blended learning ditandai dengan menggabungkan pembelajaran konvensional dan daring. Pengabungan pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Serta model POE2WE merupakan model pembelajaran yang dikembangkan untuk mengetahui pemahaman peserta didik mengenai suatu konsep dengan pendekatan kontruktivistik (Nana et al., 2014). Sistem pembelajaran yang dimaksud yang menggunkan learning management system (LMS). Menurut ellis (2009:1) LMS adalah aplikasi perangkat lunak untuk administrasi, dokumentasi, pelacakan, pelaporan, dan penyampaian kursus pendidikan atau program pelatihan. LSM dapat dkatakan sebuah menegemen pembelajaran yang disiapkan untuk siswa dan guru dalam melakukan pembelajaran melaui perangkat lunak. Adapun perangkat lunak LMS yang dapat digunakan antara lain : ACS, Blackboard, Certpoint, Moodle, Canvas, edmoodo,google classroom dan sebagainya. Google classroom adalah platform pembelajaran campuran yang dikembangkan oleh google untuk sekolah yang bertujuan menyederhanakan pembuatan, pendistribusian, dan penetapan tugas dengan cara tanpa kertas. Pemanfaatan google classroom dapat melalui multiplatform yakni melui komputer dan telepon genggam. Guru dan siswa dapat mengunjungi situs http://classroom.google.com atau bisa mengunduh aplikasi melalui app store dan playstore dengan kata kunci google classroom. Penggunaan LMS tersebut tanpa dipungut biaya, sehingga pemanfaatannya dapat dilakukan sesuai kebutuhan. ( Wicaksono & rachmadyanri. 2017: 515) 2. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi kepustakan. Data dikumpulkan untuk dianalisis kemudian disajikan dalam hasil dan pembahasan agar dapat dibuat kesimpulan. 3. DATA PEMBAHASAN 3.1 blended POE2WE Model pembelajaran Blended POE2WE adalah integrasi antara model Blended learning dan model pembelajaran Prediction, Observation, Explanation, Elaboration, Write dan Evaluation (POE2WE). Istilah "blended learning" dapat diartikan menjadi beberapa makna. Secara umum, blended learning mengacu pada perpaduan lingkungan belajar yang berbeda. Perpaduan ini bisa menggabungkan proses pembelajaran asynchronous dan synchronous, face to face dan distance learning. (Nana & Surahman. 2019: 87). Tujuan Blended Learning adalah untuk melakukan sintesis pembelajaran tatap muka dan pembelajaran berbasis online menjadi satu campuran yang terintegrasi sehingga dapat menciptakan dampak yang tinggi, efisien, dan menarik. Secara praktis, blended learning berarti bahwa pembelajaran (pembelajaran tatap muka dalam kelas) juga dilengkapi dengan format elektronik lainnya (e-learning) untuk membuat suatu program pembelajaran yang optimal. Pada awalnya, pemanfaatan E-Learning sangat diunggulkan dibanding dengan Pembelajaran Konvensional secara tatap muka (Face to Face) (Nana & Surahman. 2019: 88). Model pembelajaran POE2WE dapat menjadikan peserta didik sebagai subjek di dalam pembelajaran. peserta didik secara aktif menemukan suatu konsep melalui pengamatan atau eksperimen secara langsung, bukan dari menghafal buku materi maupun penjelasan dari guru. Model ini memungkinkan peserta didik aktif dalam proses pembelajaran, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengkonstrukssi pengetahuannya, mengkomunikasikan pemikirannya dan menuliskan hasil diskusinya sehingga peserta didik lebih menguasai dan memahami konsep yang akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar peserta didik Model ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan konstruksi pengetahuan yang dimilikinya, melakukan pengamatan terhadap fenomena serta mengkomunikasikan gagasan yang dia perolah dari proses diskusi sehingga peserta didik akan lebih mudah menguasai konsep yang diajarkan (Nana, 2014, 2016; Nana et al., 2014). Kerangka teori POE2WE ini dibangun berdasarkan pandangan dari beberapa teori yang mengkerangkai model pembelajaran POE2WE. Dalam POE2WE dipadukan tiga jenis interaksi yang meliputi interaksi sosial, inetraksi muatan, dan interaksi dosen (Nana & Surahman, 2019: 88). 3.2 Google Classroom Pada tahap awal di tahun 2014-2016 pengembangan google classroom tidak diperuntukan untuk semua orang hanya sekolah yang berkerjasama dengan google namun di bulan Maret 2017 google classroom dapat diakses oleh seluruh orang dengan menggunakan google pribadi. Hal ini yang dapat dimanfaatkan oleh guru, siswa dan wali murid dalam pembelajaran, sehingga tidak diperlukan kerjasama dengan google. Pemanfaatan secara terbuka dapat memberikan keuntungan bagi pengguna google classroom., penelitian yang dilakukan oleh Shampa Iftakhar (2016) dengan judul Google Classroom: What Works and How ? berisi mengenai bahwa google classroom membantu untuk memonitoring siswa untuk belajar. Guru dapat melihat seluruh aktivitas siswa selama pembelajaran di google classrom. Interaksi antara guru dan siswa tereka dengan baik. Adapun fiktur yang ada di Google Classroom menurut wikipedia 1. Assigments (tugas), 2. Grading (pengukuran), 3. Communication (komunikasi, 4. Time-Cost (hemat waktu), 5. Archive course (Arsip program), 6. Mobile application, 7. Privacy (privasi). Semua fitur tersebut dapat digunakan oleh guru selama pembelajaran. Guru dapat dengan mudah mempelajari penggunaan dengan belajar secara mandiri dengan melihat di google support pada google classroom. Cara akses dan penggunaan dibedakan berdasarkan platform yang digunakan seperti komputer, telepon genggam berbasis Android dan iOS. Selain melalui google support dapat melalui channel di youtube mengenai google classroom. Pada dasarnya tahap awal yang dilakukan yakni dengan melakukan login dengan menggunakan akun G Suite for Education atau google pribadi/email google. Adapun kelebihan Google Classroom menurut janzem dalam Iftakhar (2016: 13) yakni mudah digunakan, menghemat waktu, bebasis Cloud, fleksibel, dan gratis. Hal ini yang menjadi pertimbangan bahwa google classroom tepat digunakan untuk di sekolah dasar. Meskpiun masih memiliki kelemahan seperti tidak adanya layanan eksternal seperti bank soal secara otomatis dan obrolan secara pribadi antara guru untuk mendapat umpan balik. (pappas. 2015). 3.3 Inovasi pembelajaran Sebelum membahas inovasi pembelajaran, terlebih dahulu perlu diketahui konsep dari inovasi itu sendiri. Menutut Walder (dalam Nana, 2018: 192) Inovasi berkaitan dengan pembaharuan di bidang teknologi. Secara harfiah, inovasi berarti penyesuaian, perbaikan, pengembangan, proyek, percobaan, reformasi atau pembaharuan. Inovasi terletak pada rencana, metode, proses, teknologi, dan bagaimana cara implementasinya melalui transformas. Selain itu, inovasi menyangkut pada sebuah ide, gagasan, praktik yang diterima dalam masyarakat sebagai suatu yang baru dan mutakhir. Berkaitan dengan inovasi, pendidikan juga memerlukan pembaharuan untuk menyesuaikan perkembangan zaman sesuai kebutuhan yang disebut dengan inovasi pembelajaran. Inovasi pembelajaran sebagai perubahan yang baru dalam meningkatkan kemampuan demi mencapai tujuan tertentu berupa praktik-praktik pendidikan. Tujuan tersebut berkaitan dengan usaha untuk memecahkan persoalan dalam pendidikan dan memperbaiki sistem pendidikan yang kurang sesuai dengan implementasinya (Shalikhah, 2017: 13). Selanjutnya inovasi pembelajaran sebagai suatu ide, gagasan, atau tindakan-tindakan di bidang kurikulum maupun pengajaran yang dianggap mengalami pembaharuan untuk memecahkan dan memberikan solusi terhadap permasalahan dalam pendidikan (Sanjaya, 2010: 317-318). 3.4. Penerapan Model blended POE2WE Berbasis Google classroom Sebagai Inovasi Pembelajaran di Sekolah Menengah Atas Salah satu masalah dalam proses pengajaran di sekolah yaitu bagaimana mengembangkan keterampilan siswa agar menjadi kreatif dan sesuai dengan bakatnya. Setiap siswa dilatih sesuai dengan keterampilan dan bakat yang dimiliki agar dapat meningkatkan motivasi. Keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa berkaitan dengan penalaran verbal-numerik, pemikiran secara abstrak, mengingat informasi sesuai dengan keabsahan data (Cetinkaya,2014: 3722-3723). Blended Learning dapat diartikan menjadi beberapa makna. Secara umum, blended learning mengacu pada perpaduan lingkungan belajar yang berbeda. Perpaduan ini bisa menggabungkan proses pembelajaran asynchronous dan synchronous, face to face dan distance learning. (Nana & Surahman. 2019: 87). Model pembelajaran POE2WE dapat menjadikan peserta didik sebagai subjek di dalam pembelajaran. peserta didik secara aktif menemukan suatu konsep melalui pengamatan atau eksperimen secara langsung, bukan dari menghafal buku materi maupun penjelasan dari guru. Model ini memungkinkan peserta didik aktif dalam proses pembelajaran, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengkonstrukssi pengetahuannya, mengkomunikasikan pemikirannya dan menuliskan hasil diskusinya sehingga peserta didik lebih menguasai dan memahami konsep yang akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar peserta didik Model ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan konstruksi pengetahuan yang dimilikinya, melakukan pengamatan terhadap fenomena serta mengkomunikasikan gagasan yang dia perolah dari proses diskusi sehingga peserta didik akan lebih mudah menguasai konsep yang diajarkan (Nana, 2014, 2016; Nana et al., 2014). Google Classroom merupakan sebuah aplikasi yang memungkinkan terciptanya ruang kelas di dunia maya. Selain itu, google classroom bisa menjadi sarana distribusi tugas, submit tugas bahkan menilai tugas-tugas yang dikumpulkan (Herman dalam nurfayanti, 2019). Rancangan kelas yang mengaplikasikan google classroom sesungguhnya ramah lingkungan. Hal ini dikarenakan Mahasiswa tidak menggunakan kertas dalam mengumpulkan tuganya. Hal ini sejalan dengan pendapat Herman dalam (Hammi, 2017) yang memaparkan bahwa dalam google classroom kelas dirancang untuk membantu Dosen membuat dan mengumpulkan tugas tanpa kertas, termasuk fitur yang menghemat waktu seperti kemampuan untuk membuat salinan google dokumen secara otomatis bagi setiap Mahasiswa. Kelas juga dapat membuat folder drive untuk setiap tugas dan setiap Mahasiswa, agar semuanya tetap teratur. 4. PENUTUP Dari berbagai pembahasan yang telah dijabarkan dapat ditarik kesimpulan dan dimaknai bahwa model blended POE2WE dapat meningkatkan motivasi siswa agar lebih terpacu dalam keberhasilan belajarnya. Serta penggunaan gooogle classroom dalam pembelajaran fisika membuat pembelajaran menjadi aktif dan inovatif, kemudian dapat meningkatkan pemahaman pengetahuan dan pemahaman teknologi. Kemudian pembelajaran bleded POE2WE berbasis google classroom membuat pembelajaran menjadi efektif dan efisien. 5. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada bapak Dr. Nana M.Pd. selaku dosen pengampu Fisika Sekolah 2 dan semuanya yang telah membantu demi kesempurnaan artikel ini menjadi lebih baik DAFTAR PUSTAKA Cetinkaya, C. (2014). The effect of gifted students creative problem solving program on creative thinking . Social and Behavioral Sciences, 116, 3722-3723. Doi: 10.1016/j.sbspro.2014.01.830. Findikoglu, F., & Ilhan, D. (2016). Realization of a Desired Future: Innovation in Education. Universal Journal of Educational Research, 4(11), 2574-2580. Doi. 10.13189/ujer.2016.041110. Iftakhar, Shampa. (2016). Google Classroom: What Works and How?. Journal of ducationand Social Sciences, 3 (feb) 12-18 Lee, Y. J. (2011). A study on the effect of teaching innovation on learning effectiveness with learning satisfaction as a mediator. World Transactions on Engineering and Technology Education, 9 (2), 92-101. Nana, Sajidan, Akhyar, M., & Rochsatiningsih, D. (2014). The development of Predict, Observe, Explain, Elaborate, Write, and Evaluate (POE2WE) Learning Model in Physics Learning at Senior Secondary School. Journal of Education and Practice, 5(19), 56–65. Nana. (2014). Pengembangan model POE2WE dalam pembelajaran Fisika SMA. Universitas bebelas Maret. Nana. (2016). Pengembangan Model Pembelajaran Prediction, Observation, Explanation, Elaboration, Write, and Evaluating (POE2WE) dalam Pembelajaran Fisika SMA. Universitas Sebelas Maret. Nana, N. Penerapan Model Creative Problem Solving Berbasis Blog Sebagai Inovasi Pembelajaran Di Sekolah Menengah Atas Dalam Pembelajaran Fisika. In Prosiding Snfa (Seminar Nasional Fisika Dan Aplikasinya) (Vol. 3, Pp. 190195). Nana, N., & Surahman, E. Pengembangan Inovasi Pembelajaran Digital Menggunakan Model Blended POE2WE di Era Revolusi Industri 4.0. In Prosiding SNFA (Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) (Vol. 4, pp. 82-90). Sanjaya, W. (2010). Kurikulum dan pembelajaran: Teori dan praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikakan (KTSP). Jakarta : Kencana. Serdyukov, P. (2017). Innovation in education: what works, what doesn’t, and what to do about it? Journal of Research in Innovative Teaching & Learning, 10 (1), 4-33. https://doi.org/10.1108/JRIT-10-2016-0007. Walder, A. M. (2014). The concept of pedagogical innovation in higher education. Education Journal, 3 (3), 195-202. Doi: 10.11648/j.edu.20140303.22. Wicaksonso, V., & Rachmadyanti, P. (2017). Pembelajaran Blended Learning Melalui Google Classroom Di Sekolah Dasar. Seminar Nasional Pendidikan PGSD UMS & HDPGSDI Wilayah Jawa. 513-521