prosiding - Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika

advertisement
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA DAN FISIKA
“Implementasi Fisika dalam Pendidikan Karakter Islami”
Program Studi Pendidikan Fisika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta, 02 Juni 2013
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
i
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL FISIKA DAN PENDIDIKAN FISIKA
“Implementasi Fisika dalam Pendidikan Karakter Islami”
copyright© Program studi Pendidikan Fisika | FKIP | Universitas Ahmad Dahlan
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagaian atau isi
seluruh buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.
Penyunting
:
1.
2.
3.
4.
Dr. Moh. Toifur, M.Si.
Dr. Widodo, M.Si.
Dr. Dwi Sulisworo
Drs. Ishafit, M.Si.
Ilustrasi Sampul
Pengaturan Perwajahan
:
:
Medi Widya Sujatmiko
Moch. Rizal Sahidinnur, Toni Kus Indratno
ISBN :
978-602-14134-0-1
Dicetak dan diterbitkan Oleh :
Program Studi Pendidikan Fisika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Ahmad Dahlan
http://pf.uad.ac.id
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
ii
SEKAPUR SIRIH
Prosiding ini merupakan himpunan dari makalah-makalah para penulis yang tersajikan
dalam acara Seminar Nasional Quantum 2013. Seminar ini diselenggarakan dengan tujuan untuk
meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap permasalahan pendidikan yang ada,
memberikan masukan untuk perbaikan sistem pendidikan di sekolah, khususnya dalam bidang
Fisika dan menjadi sarana promosi dalam rangka meningkatkan daya tarik Fisika di tengahtengah masyarakat. Dengan prosiding ini diharapkan memberikan seumbangsih pengetahuan
baru atau pengembangan untuk para pembacanya.
Banyak nama yang turut andil selama pelaksanaan Seminar maupun proses pembuatan
prosiding ini, untuk itu kami segenap panitia penyelenggara mengucapkan rasa terimakasih yang
sebesar-besarnya untuk setiap bantuan yang telah disumbangkan. Kami sepenuhnya sadar
selama proses pelaksanaan seminar dari awal hingga rampung masih banyak kekurangan di
segala lini, kritik yang membangun selalu kami nantikan melalui surat maya di
quantum2013hmps[at]ymail.com.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, rasa syukur kami curahkan kepada Allah Tuhan
semesta alam, segala shalawat serta salam selalu tertujukan kepada Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa salam. Semoga prosiding ini selalu memberikan faidah di atas segala keterbatasannya.
Yogyakarta, Juni 2013
Panitia Quantum 2013
Program Studi Pand. Fisika
FKIP | Univ. Ahmad Dahlan
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................................ i
HALAMAN SUB SAMPUL....................................................................................................ii
SEKAPUR SIRIH ...................................................................................................................iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iv
MAKALAH UTAMA
Fisika dan Pendidikan Karakter
Agus Purwanto, FMIPA ITS ..................................................................................................vii
MAKALAH-MAKALAH YANG DISAJIKAN
1.
Pengembangan Modul Fisika Pokok Bahasan Hukum Newton Bagi Anak
Berkebutuhan Khusus (Tunanetra) di Kelas Inklusi SMA/MA Kelas X
Fitriany Yudistia R, Winarti, UIN SUKA ....................................................................... 01
2.
Pemodelan Gerak Parabola yang Dipengaruhi Hambatan Udara/Drag Serta Spin
Efek Magnus Bola dengan Program Modellus Dan Excell
Purwadi, Ishafit, Pascasarjana UAD ............................................................................. 06
3.
Perancangan Media Pembelajaran Fisika Berbasis Animasi Komputer pada Topik
Usaha, Daya, dan Energi
Arif Rahman Aththibby, Widodo, Pascasarjana UAD ................................................... 13
4.
Penggunaan Alat Peraga Alarm Kebakaran untuk Maningkatkan Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa
Mahmudah, Pascasarjana UAD ................................................................................... 17
5.
Pengembangan Video Pembelajaran IPA Fisika Berbasis Potensi Lokal pada
Materi Tekanan untuk Siswa SMP/MTs
Nina Isnaeni, Winarti, UIN SUKA ................................................................................. 23
6.
Pemanfaatan Syuran (Cabe dan Tomat) sebagai Sumber Energi Alternatif
Uswatun Khasanah, Moh Toifur, Pascasarjana UAD ................................................... 27
7.
Rancang Bangun Simulasi Karakteristik Transistor Menggunakan Proteus VSM
Apik Rusdiarna Indrapraja, Ali Murdani, Fisika Melins UAD...................................... 33
8.
Penentuan Modulus Elastisitas Besi Cor Abu-abu Menggunakan Metode Osilasi
Cantilever
Rita Ferawati, Okimustava, Pascasarjana UAD ........................................................... 37
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
iv
9.
Penentuan Kurva Kalibrasi Konsentrasi Larutan Gula dengan Intensitas Bunyi
pada Percobaan Resonansi dengan Memanfaatkan Logger Pro
Ria Asep Sumarni, Moh. Toifur, Pascasarjana UAD ................................................... 41
10. Pembuktian Hukum Snellius Tentang Pembiasan Cahaya pada Medium Udara –
Air Menggunakan logger Pro
Novitasari Sutadi, Pascasarjana UAD........................................................................... 44
11. Pengaruh Polusi Kendaraan Bermotor terhadap Watak Magnetik Tanah
Permukaan Terminal Kota Yogyakarta
Lili Maenani, Pascasarjana UAD .................................................................................. 47
12. Penentuan Energi Serap Benda pada Bidang Miring dengan Teknik Fitting Data
Menggunakan Logger Pro
Kristina Gita Permatasari, Pascasarjana UAD ........................................................... 51
13. Pemetaan Kandungan CO2 di Kota Yogyakarta ditinjau dari Tingkat Keramaian
Kendaraan Bermotor dan Kondisi Lingkungan
Irnin Agustina Dwi Astuti, dkk, Pascasarjana UAD ...................................................... 57
14. Inovasi Pembelajaran Number Head Together (NHT) Berdasarkan Teori
Kecerdasan Mckenzie dalam Pembelajaran IPA Fisika
Agustinasari, Pascasarjana UAD .................................................................................. 60
15. Penggunaan Metode Modification of Reciprocal Teaching untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Fisika Pokok Bahasan Alat-alat Optik pada Siswa Kelas VIII-E SMP
Negeri 1 Muntilan Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012
Ekusaini Susanto, Pascasarjana UAD ........................................................................... 66
16. Peningkatan Pemahaman Konsep Fisika tentang Alat Optik dan Penerapannya
melalui Strategi Pembelajaran Gallery of Learning Siswa Kleas VIIIA SMP
Negeri 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2011-2012
Harijadi, Pascasarjana UAD ......................................................................................... 71
17. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TS-TS)
Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Pemahaman Materi Pada Pokok Bahasan
Momentum Dan Impuls Kelass XI MAN Yogyakarta II
Titisari Kusumajati,Dian Artha K., Pendidikan Fisika UAD ........................................ 75
18. Implementasi Pendekatan Ketrampilan Proses terhadap Pemecahan Masalah
dalam Fisika dengan Metode Discovery
Veto Adywinata, Pascasarjana UAD ............................................................................. 81
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
v
19. Efektivitas Pembelajaran dengan Pendekatan Kontruktivistik melalui Metode
Eksperimen untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Pokok Bahasan
Elastisitas dan Hukum Hook pada Siswa Madrasah Aliyah Mu‟alimin
Muhammdiyah Yogyakarta Kelas XI Semester Ganjil Tahun Ajaran 2010/2011
Ika Prasetya Dewi, Pascasarjana UAD ......................................................................... 85
20. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dalam Proses Belajar Fisika Pada Konsep
Fluida Statis dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay - Two Stray
(TS-TS) Bervarisi Demonstrasi di Kelas XI IPA SMA Negeri 5 Yogyakarta Tahun
Ajaran 2012-2013
Fadiyah Suryani, Guru SMA Negeri 5 Yogyakarta........................................................ 89
21. Penerapan Model Pembelajaran “Every One Is Teacher” Materi Listrik Statik pada
Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas XII IPA
SMAN 8 Yogyakarta
Nunik Sri Ritasari, dkk, Pascasarjana UAD .................................................................. 94
22. Hubungan Kebiasaan Bermain Game, Minat Belajar Fisika dan Fisilitas Belajar
Fisika dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas II Semester III SMU Taman Madya
Jetis
Pamuji Waskito Raharjo, Pascasarjana UAD ............................................................... 98
23. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Matematika I dengan Metode
Brainstroming dan Tutor Teman Sebaya
Siska Desy Fatmaryanti, Universitas Muhammadiyah Purworejo .............................. 103
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
vi
Fisika dan Pendidikan Karakter*)
Agus Purwanto**)
Pendahuluan
Globalisasi dan modernisasi telah mengalir dan meresap ke seluruh ruang di muka
bumi. Seluruh sendi kehidupan tersentuh tanpa kecuali. Setiap orang, tua-muda, lakiperempuan, di kota megapolitan maupun di pelosok dusun tanpa pandang bulu harus
menerima kehadirannya. Globalisasi dan modernisasi ditandai dan diakibatkan oleh
membanjirnya produk-produk teknologi. Produk-produk inilah yang memungkinkan dunia
menjadi satu.
Sekedar ilustrasi, sensasi eyang Subur dengan sekian istrinya, niatan DPRD DKI
menginterpelasi Gubernus Jokowi dan perseteruan Farhat Abbas dengan kelompok etnis
Cina langsung dapat diketahui oleh warga Indonesia yang tinggal di belahan utara bumi
Rusia atau di ujung Afrika Selatan. Dominique Venner aktivis sayap kanan Prancis yang
mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri di depan altar Katedral Notre Dame Paris Selasa 21
Mei 2013 sebagai bentuk protes atas disahkannya UU perkawinan sejenis di Prancis segera
diketahui masyarakat dunia. Skor dan pergantian pemain di setiap pertandingan liga Eropa
sana dapat disimak hampir setiap malam oleh tukang-tukang ojek sambil menunggu
penumpang di pangkalannya masing-masing.
Pola hidup pun takterelakkan mengalami perubahan drastis. Tradisi lama pelan tapi
pasti menghilang tergerus dan hanyut oleh arus modernisasi. Tradisi baru yang asing mulai
tumbuh di mana-mana. Sayangnya, tradisi baru yang muncul seringkali berupa berupa
sampah dan bukan substansi dari modernisasi. Indonesia yang mulanya dikenal sebagai
bangsa dengan karakter santun dan suka bergotong royong kini menjadi bangsa yang saling
telikung dan tikam sesama warganya.
Indonesia yang kaya sumber daya alam tetapi menjadi bangsa yang miskin. Keadaan
ini terekspresi dalam bentuk banyaknya warga Negara Indonesia yang hijrah keluar negeri
untuk mencari dan mendapat kerja kasar atau rendahan. Akibatya di luar negeri seperti Arab
Saudi, Malaysia bahkan Brunei yang kecil orang Indonesia dipandang sebagai warga kelas
dua. Di antara jutaan warga yang miskin dan terpaksa bertahan hidup di luar negeri ini
ternyata ada orang-orang di ibukota yang hidup dalam gelimang kemewahan dan sayangnya
kekayaan itu merupakan hasil jarahan atas kekayaan Negara. Selain itu, pembangunan yang
berlangsung di Indonesia ternyata juga diiringi kesenjangan antara kota dan desa, Jawa dan
luar Jawa yang tampak menyolok.
Karakter Bangsa
Karakter berasal dari bahasa Yunani kharakter yang berarti alat penanda, cap atau
stempel. Karakter adalah sekumpulan sifat dan keistimewaan seseorang, sesuatu atau
sekelompok orang. Meskipun bisa untuk sifat negatif tetapi umumnya karakter dikaitkan
dengan sifat dan kualitas moral positip seperti kejujuran, keberanian dan integritas. Singkat
kata, karakter adalah penanda seseorang atau masyarakat.
Seminar Nasional “Implementasi Fisika dalam Pendidikan Karakter dan Agama”, oleh HMPS
Pendidikan Fisika UAD, 2 Juni 2013
**) Doktor Fisika Teori, Pengajar Pascasarjana Fisika ITS Surabaya, Penulis buku Ayat-Ayat Semesta dan
Nalar Ayat-Ayat Semesta.
*)
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
vii
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan
Yang Mahaesa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan. Nilai-nilai ini
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan seseorang dan
masyarakat. Nilai-nilai ini terbentuk berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,
budaya, dan adat istiadat.
Karakter selain terbentuk dari unsur bawaan juga oleh faktor lingkungan dan
pengalaman serta pendidikan. Karena itu, untuk memenuhi kebutuhan sumberdaya manusia
yang unggul, pendidikan memegang peran yang sangat penting. UU No 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab..
Fakta di lapangan saat ini memperlihatkan adanya benturan dengan rumusan ideal
pendidikan tersebut. Kita batasi saja contoh dalam ranah dunia pendidikan. Setiap akhir
tahun ajaran, bangsa ini dihadapkan pada polemik diteruskan atau tidaknya Ujian Nasional
(UN). Penyebabnya, UN yang harusnya “sakral” dan menjadi alat ukur kuaalitas hasil proses
pendidikan ternyata dikotori oleh kecurangan massif dan sistematis. Tidak sedikit pelajar
yang sebelum atau setelah UN melakukan tindakan yang justru bertentangan dengan misi
pendidikan. Mandi kembang, menyelupkan pensil di air keramat sebelum UN dan
melakukan penghadangan bus kota setelah UN sempat terjadi pada UN tahun 2013 yang
baru berlalu.
Potret buram bukan hanya diberikan oleh siswa, tetapi juga guru. Sering diberitakan
guru melakukan tindakan tidak patut dan tidak senonoh kepada muridnya. Tindakan tidak
terpuji juga meluas sampai ke perguruan tinggi. Beberapa perguruan tinggi negeri (PTN)
dihukum tidak boleh mengajukan kenaikan pangkat dan guru besar karena ketahuan adanya
dosen di PTN tersebut yang dikatahui melakukan plagiasi atau penjiplakan.
Sains dan Sifatnya
Sains adalah produk riel dari akal. Sains berasal dari kata latin scire yang berarti
mengetahui dan belajar. Science is an exploration in the material universe based on
observation, which seeks natural explanatory relations an which is self testing. Di dalam
definisi ini terdapat empat kunci yaitu alam materi, observasi, penjelasan hubungan alamiah
dan menguji sendiri.
Webster new collegiate dictionary mendefinisikan sains sebagai “pengetahuan yang
diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian” atau “pengetahuan yang melingkupi suatu
kebenaran umum dari hukum-hukum alam yang terjadi misalnya didapatkan dan dibuktikan
melalui metode ilmiah”. Sains dalam hal ini merujuk kepada sebuah sistem untuk
mendapatkan pengetahuan yang dengan menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk
menggambarkan dan menjelaskan fenomena- fenomena yang di alam .
Selain sains, dikenal pula istilah teknologi yang merupakan hasil proses common
parlance (kesalahkaprahan yang menjadi dimaklumi). Mulanya ada istilah science dan
engineering sebagai bentuk terapan sains tetapi kemudian kedua istilah ini berbaur menjadi
teknologi.
Selain istilah sains, juga dikenal istilah ilmu yang berasal dari bahasa Arab „ilm yang
berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Pengetahuan adalah informasi yang diketahui
atau disadari oleh seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah pelbagai gejala
yang ditemui dan diperoleh manusia melalui semua indera dan pengamatan akal.
Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
viii
atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Sebagai contoh,
ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan
pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.
Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal
sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan
dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional.
Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila
seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada
objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman
pribadi seseorang yang terjadi berulangkali.
Ilmu pengetahuan empiris adalah ilmu pengetahuan yang disusun berdasarkan
perolehan pengamatan secara empiris. Di dalam fisika, termodinamika merupakan contoh
ilmu empiris. Di sisi lain, ada ilmu teoritis yakni pengetahuan yang disusun dari penalaran
dan abstraksi. Teori relativitas umum, teori tentang gravitasi yang disebabkan oleh
kelengkungan ruang waktu merupakan contoh ekstrim ilmu teoritis. Orang tidak mengenal
ruang-waktu, demikian pula dengan implikasinya yakni cahaya terbelokkan jika melalui
obyek berat. Karena merupakan hasil abstraksi maka teori tersebut harus dibuktikan di
lapangan atau alam.
Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan melalui
penalaran akal budi yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme lebih
menekankan pengetahuan yang bersifat apriori; bukan pada pengalaman. Misalnya
pengetahuan tentang matematika. Dalam matematika, akar 4 sama dengan 2 bukan
didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan melalui sebuah
pemikiran logis akal budi.
Pengetahuan tentang keadaan sehat dan sakit adalah pengalaman seseorang tentang
keadaan sehat dan sakitnya seseorang yang menyebabkan seseorang tersebut bertindak untuk
mengatasi masalah sakitnya dan bertindak untuk mempertahankan kesehatannya atau bahkan
meningkatkan status kesehatannya. Rasa sakit akan menyebabkan seseorang bertindak pasif
dan atau aktif dengan tahapan-tahapannya.
Ilmu pengetahuan, dalam kaitan serapan katanya dapat berarti memahami suatu
pengetahuan. Istilah ilmu dan ilmu pengetahuan seringkali tidak dibedakan, demikian pula
ilmu dan sains. Ilmu atau ilmu pengetahuan secara umum merupakan seluruh usaha sadar
untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi
kenyataan dalam alam manusia, Segi-segi tersebut dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan
yang definit dan pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup
pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan
seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Berbeda dari pengetahuan, ilmu
merupakan pengetahuan khusus tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada
persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu
banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam dalam hal ini fisika yang merupakan ilmu
pengetahuan formal awal dalam peradaban modern. Persyaratan ilmiah ilmu pengetahuan
atau sains adalah sebagai berikut.
1. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah
yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam.
Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji
keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni
persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan
subjektif sang ilmuwan.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
ix
2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan
terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara
tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani
metodos yang berarti cara atau jalan. Secara umum metodis berarti cara atau jalan
tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek,
ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga
membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu
menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Ilmu pengetahuan harus
menyuusun pengetahuan secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat.
4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat
umum dalam arti dapat dicek oleh orang lain di tempat yang berbeda. Sebagai contoh
jumlah semua sudut segitiga pada bidang datar adalah 180º, tidak bergantung
geografi, kultur dan agama seseorang yang mengetahui.
Pengetahuan tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan
prosedur tertentu. Sebaliknya, ilmu terkait erat dengan model, hipotesis, teori, dan hukum
dalam arti yang berbeda dari pemahaman umum. Para ilmuwan menggunakan istilah model
untuk menjelaskan sesuatu, secara khusus yang bisa digunakan untuk membuat dugaan yang
bisa diuji dengan melakukan percobaan/eksperimen atau pengamatan. Hipotesis adalah
dugaan-dugaan yang belum didukung dan akan atau harus dibuktikan oleh percobaan. Jika
hipotesis terbukti benar dapat menjadi teori. Hukum dalam ilmu alam yang dikenal sebagai
hukum alam adalah generalisasi ilmiah berdasarkan pengamatan empiris.
Obyektivitas, kesistematikan dan universalitas sains harus dapat diungkapkan dalam
satu bahasa yang sama, bahasa tersebut tidak lain adalah matematika. Sains merupakan
sistematisasi fenomena alam, memahami sains adalah memahami alam. Untuk memahami
alam dengan baik orang perlu mencamkan pesan Galileo,“No one will be able to read the
great book of the Universe if he does not understand its language, which is that of
mathematics”. Dua puluh abad sebelumnya Phytagoras menyatakan hal serupa, “Bilangan
merupakan ukuran bagi seluruh benda dan tatanan kosmis didasarkan atas hubunganhubungan angka-angka”.
Dus, matematika sebagai ungkapan atau bahasa logika tentang alam. Matematika
digunakan dalam mengekspresikan model ilmiah. Mengamati dan mengumpulkan hasil-hasil
pengukuran, sebagaimana membuat hipotesis dan dugaan, membutuhkan model dan
eksploitasi matematis.
Matematika menjadi prasyarat bagi seseorang yang ingin mempelajari, mendalami
dan menguasai sains. Tanpa matematika tidak mungkin sains dikuasai dan dikembangkan
termasuk sains bilogi sekalipun. Pemahaman atas matematika itu sendiri harus dilakukan
tahap demi tahap secara berurutan.
Ada diktum knowledge is power. Suatu bangsa menjadi lemah tanpa sains dan
ikutannya berupa teknologi. Dengan perkataan lain, bangsa yang eksis adalah bangsa yang
menguasai sains dan teknologi. Beberapa waktu terakhir dunia menyaksikan beberapa
Negara di kawasan Afrika utara dan timur tengah digoyang oleh kekuatan yang didukung
oleh Barat dan runtuh. Negeri-negeri ini relatif cepat runtuh karena tidak mempunyai
kekuatan sains dan teknologi memadai sehingga tidak mampu melindungi diri sendiri dengan
memproduksi senjata sendiri. Iran adalah contoh negeri yang juga terus digoyang oleh Barat
tetapi kemampuan Iran mengembangkan reaktor nuklir harus memaksa Barat berfikir seribu
kali untuk melakukan interferensi secara fisik. Negara-negara maju yang eksis dan menjadi
kiblat peradaban saat ini adalah mereka yang menguasai sains dan teknologinya.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
x
Fisika dan Karakter
Di depan disebutkan bahwa Indonesia mengalami peluruhan karakter. Bangsa ini
secara umum krisis pemimpin berkarakter. Tidak mudah untuk mengembalikan karakter
heroik seperti masa penjajahan, karakter ulet dan berkemauan kuat. Salah satu cara
mengembalikan karakter utama adalah dengan mengajarkan sains seperti fisika secara
menyeluruh termasuk aspek historis filosofis selain teknis matematis.
Pertanyaan mengapa merupakan pertanyaan utama di dalam pengembangan fisika.
Seseorang yang mempelajari fisika dengan tepat akan selalu bertanya mengapa dan
bagaimana dserta kemudian berusaha untuk mencari jawabnya. Jawabannya pun harus
benar-benar memuaskan. Seorang fisikawan sering bertanya tentang sesuatu yang bagi orang
kebanyakan telah dianggap wajar. Itulah sebabnya, seorang fisikawan seringkali dianggap
sebagai orang aneh atau bahkan gila hanya karena keberaniannya bertanya terhadap hal
mapan atau hal yang tidak perlu ditanyakan atau tidak terlintas untuk ditanyakan. Ujungujungnya, fisikawan seringkali menjadi pendobrak keadaan dan pembuat sejarah. Fisikawan
pun malu untuk berpendapat tentang hal-hal yang tidak diketahuinya. Dengan kata lain,
fisikawan khususnya dan ilmuwan umumnya hanya akan berbicara tentang hal-hal yang
diketahuinya.
Nicolaus Copernicus meruapak astronom yang merasa kurang nyaman dengan model
geosentris Ptolomeus. Ia membuat model sendiri yang jauh lebih sederhana dari geosentris
Ptolomeus dengan menjadikan matahari sebagai pusat jagat raya. Sadar bahwa teorinya akan
menimbulkan kontroversi Copernicus tidak mempublikasikan karyanya dan baru tiga belas
tahun kemudian 1542 dipublikasikan yakni satu tahun sebelum dia meninggal.
Saturnus
mars
bumi
merkurius
bulan
Jupiter
matahari
Geosentris bukan sekedar teori ilmiah melainkan juga pandangan keagamaan.
Menolak geosentris identik dengan menolak doktrin keagamaan dan yang terjadi adalah
ketagangan. Penolakan pada gagasan Copernicus meluas. Buku Copernicus dilarang beredar
tetapi tetap dibaca oleh orang-orang independen dan berani..
Tycho Brahe dengan pengamatan supernovanya meskipun berusaha menolak jadat
raya geosentris Ptolomeus-Aristoteles tidak serta merta menerima model Copernicus.
Johanes Kepler merupakan astronom pertama yang menerima dan menindaklanjuti gagasan
heliosentris dan menggunakannya untuk analisa data-data posisi planet yang dihimpun
Tycho Brahe. Kepler berhasil merumuskan gerak planet mengitari matahari yang kemudian
dikenal sebagai hukum-hukum Kepler.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
xi
Galileo Galilei ilmuwan Itali (1565-1642) hadir seolah hendak melengkapi cerita
penolakan pada geosentris ini. Galileo meskipun bukan orang pertama yang membangun
teleskop tetapi ia menggunakannya untuk mendukung gagasan Copernicus. Galileo dan
merupakan astronom pertama yang mengakui bahwa teleskop dapat meningkatkan
kemampuan manusia dalam memahami realitas.
Galileo melakukan eksperimen yang monumental dan sekaligus menguji pandangan
Aristoteles yang menyebutkan bahwa benda berat jatuh lebih cepat daripada benda ringan.
Hasilnya, laju benda jatuh tidak bergantung pada beratnya. Dua benda dengan berat berbeda
yang jatuh dengan laju awal sama akan mencapai tanah pada waktu yang sama. Pandangan
Aristoteles tersebut mewakili pandangan kita semua tetapi dinyatakan keliru oleh hasil
eksperimen Galileo.
Pada tahun 1604 Galileo mengamati bintang baru atau supernova, dan ia pun
memperlihatkan bahwa bintang ini berada jauh dari Bulan. Setelah menggunakan teleskop ia
dapatkan permukaan bulan yang tidak rata dan tidak bulat sempurna. Ia juga dapatkan bahwa
Venus mempunyai fasa periodik seperti bulan. Penemuan astronomis Galileo yang paling
dramatik terjadi tahun 1610, Yupiter mempunyai satelit-satelit yang bergerak mengitarinya.
Galileo juga mengamati adanya bintik-bintik hitam (sunspots) yang bergerak pada
Matahari. Semua penemuan Galileo menuntun untuk menolak pandangan Aristoteles dan
menerima gagasan heliosentris. Tahun 1613 di dalam bukunya tetang sunspot Galileo
mengumumkan secara terbuka bahwa bumi mengelilingi Matahari. Pada tahun 1632 Galileo
mempublikasi buku tentang Dialog Sistem Copernican dan Ptolomaic.
Teori Gravitasi. Isaac Newton (16421727) merumuskan hukum-hukum yang
menjelaskan fenomena alam sejak gerak bintang sampai perilaku partikel debu. Tahun 1687
Newton mempublikasi buku Philosophiae Naturalis Principia Mathematica yang menjadi
buku ilmiah paling berpengaruh yang pernah ada. Di dalam Principia ini dinyatakan bahwa
gerak benda mengikuti tiga hukum dasar yaitu
i.
ii.
iii.
Hukum Pertama: setiap benda terus diam atau bergerak serbasama di dalam lintasan
garis lurus selama tidak ada sesuatu (gaya) yang mempengaruhinya.
Hukum Kedua: Efek gaya pada gerak benda bermassa akan sebanding dengan massa
benda tersebut.
Hukum Ketiga: setiap benda yang melakukan aksi (memberi gaya) kepada benda lain
akan mengalami reaksi yang sama besar dan arah berlawanan oleh benda kedua.
Ketiga hukum tersebut absah di semua lingkungan dan semua benda baik obyek-obyek di
Bumi maupun di langit. Semua gerak terjadi di dalam ruang dan diukur oleh waktu.
Dengan buku Principianya, Newton dikenal sebagai perumus dan pemberi pondasi
matematis tentang pandangan ruang, waktu dan materi. Ruang dan waktu tidak dipengaruhi
oleh kehadiran atau ketidakhadiran benda. Ruang dan waktu absolut dalam sifatnya sendiri
tanpa hubungan dengan sesuatu di luarnya, tetap sama, dan tidak bergerak. Waktu absolut
dari dirinya sendiri dan dari sifatnya, mengalir secara sama tanpa hubungan dengan sesuatu
di luar. Asumsi Newton tentang ruang dan waktu menjadi pondasi bagi teori jagad rayanya,
dan diterima melalui sejumlah besar prediksinya yang terkonfirmasi secara eksperimental.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
xii
g
bumi
Gambar 1.22 Medan gravitasi bumi
Dari sekian sumbangan Newton, yang terbesar adalah pada bidang mekanika benda
langit yang mana ia menghasilkan sintesa pertama di dalam teori jagad raya: gaya yang sama
yang membuat sesuatu jatuh, yaitu gravitasi, bertanggung jawab bagi gerak Bulan di sekitar
Bumi dan planet-planet di sekitar matahari. Dua obyek yang dipisahkan oleh jarak tertentu
akan mengalami gaya tarik yang sebanding dengan perkalian masing-masing massa dan
berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya. Apel jatuh dari pohonnya dikendalikan oleh
gaya yang sama dengan gaya yang mengendalikan Bulan beredar mengitari Bumi, gaya
gravitasi.
Dari persamaan persamaan gravitasi dan persamaan dinamika Newton juga dapat
dijelaskan lintasan planet mengelilingi matahari berupa lintasan elip, bukan lingkaran
sebagaimana fisika Aristotelian. Teori Newton juga meneguhkan secara kuantitatif
matematis hasil eksperimen Galileo tentang kecepatan benda jatuh yang tidak bergantung
pada massa.
Teori Elektromagnetik. Obyek fisika yang diuraikan di depan adalah benda langit dan
obyek materi. Pada saat yang sama sebenarnya ada fenomena lain yang tidak kalah
menariknya yakni tentang listrik dan magnet. Fenomena listrik pertama kali diamati oleh
Thales dari Yunani pada abad ke 6 SM. Setelah itu, masalah listrik terlupakan dan baru
dipelajari kembali oleh William Gilbert dokter kerajaan Inggris ratu Elizabeth I pada tahun
1600. Bahan yang bersifat seperti batu ambar dikatakan bersifat electric, dari kata Yunani
electron yang berarti batu ambar.
Tahun 1733 ahli kimia Perancis Charles Francis de Cisternay Du Fay
mengidentifkasi dua jenis muatan listrik dari batu ambar dan kaca. Benjamin Franklin yang
kemudian menjadi presiden Amerika membuat eksperimen dan mengusulkan tanda positif
dan negatif untuk kedua macam muatan listrik pada gelas dan batu ambar. Tahun 1740 John
Theophile Desaguliers mengusulkan nama conductor bagi bahan penghantar fluida listrik
dan insulator bagi bahan yang tidak memungkinkan fluida listrik bergerak bebas. Tahun
1745 E. Gorg von Kleist dari Jerman membuat piranti yang saat ini disebut condenser atau
kapasitor.
Tahun 1785 fisikawan Perancis Charles Augustin de Coulomb melakukan
pengukuran kuantitatif gaya tolak maupun gaya tarik listrik. Coulomb mendapatkan bahwa
gaya listrik mirip gaya gravitasi yakni berbanding terbalik dengan jarak kuadrat antar muatan
dan sebanding dengan masing-masing besar muatan.
Penemuan muatan listrik bergerak dimulai oleh ahli anatomi Itali Luigi Galvani tahun
1791. Galvani mendapatkan bahwa otot-otot paha katak berperilaku seperti benda yang
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
xiii
diberi percikan listrik dari Leyden jar, yakni berkontraksi ketika disentuh dua logam berbeda
secara bersamaan. Tahun 1800 fisikawan Itali Alesandro Volta mempelajari logam yang
dihubungkan oleh rangkaian sederhana dan untuk pertama kalinya membuat piranti yang
disebut baterai atau sel listrik. Ia membuat dua jenis baterai salah satunya terdiri dari
potongan karton yang dibasahi air garam dan secara keseluruan terdiri dari perak, karton,
seng, perak, karton, seng, perak dan seterusnya.
Tahun 1827 ahli matematika Jerman George Simon Ohm mempelajari aliran listrik
dengan sumber yang sama tetapi dilewatkan pada aliran yang berlainan. Ohm mendapatkan
bahwa pada setiap bahan terdapat resistansi dan ditetapkan sebagai rasio antara gaya gerak
listrik volt terhadap arus.
Di Magnesia, kota di Yunani kuno banyak ditemukan batu lapis (lodestone) yakni
besi oksida yang dapat saling tarik atau saling tolak. Batu-batu ini untuk pertama kalinya
diamati dengan seksama oleh Thales, dan kemudian dikenal sebagai magnet, nama kota
pertama kali bebatuan ini ditemukan. Magnet juga mampu menarik beberapa jenis logam.
Jarum baja yang tidak bersifat magnetik menjadi bersifat magnetik setelah digosok batu
lapis. Menariknya, jarum yang telah termagnetisasi bila diletakkan pada bidang horizontal
dan dapat bergerak bebas maka jarum akan bergerak dan mengambil posisi akhir utaraselatan.
Jarum ini kemudian dijadikan bahan penunjuk arah kompas. Pada abad dua belas
kompas mulai banyak digunakan di Eropa dan dikaji secara intensif oleh Peter Peregrinus
dari Perancis. Peregrinus pula yang menamai ujung magnet sebagai kutub utara dan lainnya
kutub selatan. William Gilbert dokter kerajaan Ratu Elizabeth I menemukan bahwa Bumi
adalah magnet raksasa. Temuan Gilbert dipublikasikan di dalam buku De Magnete.
Gambar: Magnet dan Serbuk Besi
Tahun 1820 fisikawan Denmark Hans Christian Oersted mengamati bahwa kawat
yang dialiri arus listrik membelokkan jarum kompas yang berada di dekat kawat. Artinya,
terdapat garis-garis gaya magnetik di sekitar kawat berarus listrik. Masih di tahun 1820an
Michael Faraday melakukan eksperimen berupa kertas yang ditaburi serbuk besi dan
diletakkan di atas batang magnet. Ia dapatkan bahwa serbuk besi segera berbaris sesuai
garis-garis dari kutub utara ke kutub selatan. Faraday menyatakan bahwa garis-garis ini
merupakan garis gaya magnetik yang membentuk medan magnet di sekitar bahan magnetik.
Sementara itu Andre Marie Ampere dari Perancis menindaklanjuti penemuan Oersted
dengan membuat eksperimen berupa dua kawat yang dialiri arus listrik. Ampere
mendapatkan bahwa bila dua kawat diletakkan dalam posisi arah arus sejajar kedua kawat
saling tarik atau mendekat dan bila arah arus berlawanan keduanya saling tolak atau
menjauh. Ampere juga memperlihatkan bahwa gulungan silindrik kawat yang dialiri arus
juga berkelakuan seperti magnet batangan.
Pada tahun 1831 Faraday membuat dua eksperimen berturut-turut. Pertama, dua
kawat yang digulungkan pada dua batang besi yang berbeda. Gulungan pertama
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
xiv
dihubungkan pada baterai sedangkan gulungan kedua tidak tetapi dihubungkan dengan
galvanometer. Kedua, batang magnet yang digerakkan keluar masuk lilitan kawat yang
kedua ujung lilitan dihubungkan galvanometer. Hasilnya, arus listrik mengalir dalam kawat
lilitan meski tanpa sumber listrik. Faraday menemukan prinsip induksi magnetik sekaligus
menciptakan transformator pertama.
Perumusan listrik secara matematis harus memperkenalkan konstanta yang disebut
permitivitas, sedangkan tetapan bagi perumusan gaya magnet adalah permeabilitas. Temuantemuan dan rumusan-rumusan yang dimulai dari abad ke-6 SM dan sambai abad sembilan
belas memberi empat persamaan yang terpisah dan setelah disandingkan, James Clerk
Maxwell menemukan adanya inkonsistensi.
Maxwell menambah satu suku yang membuat empat persamaan listrik dan magnet
menjadi konsisten. Keempat persamaan terpisah ini selanjutnya memberikan satu persamaan
gelombang bagi medan listrik dan medan magnet dengan kecepatan rambat gelombang
adalah invers dari akar kuadrat permitivitas listrik kali permeabilitas magnet. Fenomena
interferensi dan difraksi cahaya dapat dijelaskan dengan konsep gelombang elektromagnetik
ini.
Ekspresi gelombang elektromagnetik paling populer adalah cahaya dengan sumber
utamanya matahari. Kenyataan ini seperti menggambarkan evolusi dari bumi ke langit, listrik
dan magnet yang awalnya berada dan diamati di bumi kemudian sampai pada cahaya yang
dipancarkan oleh matahari di ketinggian sana. Evolusi ini secara simbolik menggambarkan
evolusi manusia itu sendiri, hidup dan beramal di bumi untuk mencapai ridlo Tuhan dan
dapat bersemayam di surga-Nya.
Teori Relativitas. Di abad 20 lahir dua teori baru dengan konsep dasar atau
paradigma yang berbeda dari teori sebelumnya. Kedua teori tersebut adalah teori relativitas
dan teori kuantum. Ciri utama dari kedua teori ini adalah sifat umumnya yang tidak common
sense, tidak sesuai dengan perasaan umum manusia.
Teori tentang gelombang menyatakan bahwa gelombang memerlukan medium bagi
perambatannya. Dari teori Maxwell didapatkan bahwa cahaya adalah gelombang dari medan
listrik dan medan magnet. Pertanyaan yang dapat dikemukakan adalah apa medium bagi
gelombang cahaya yang dipancarkan dari bintang-bintang jauh sehingga dapat mencapai
Bumi.
Hipotesis medium bagi rambatan cahaya-cahaya ini bergerak sampai di Bumi adalah
ether yang mengisi seluruh ruang angkasa. Jika ether ada maka cahaya merambat dengan
laju tertentu relatif terhadap ether dan menurut hukum transformasi Galilean maka akan
mungkin mendeteksi gerak Bumi terhadap ether. Sayangnya eksperimen interferometer
Michelson dan Morley memberi hasil nihil bagi ether, alias ether tidak ada.
Ether dipandang sebagai materialisasi dari ruang absolut Newton. Hasil eksperimen
Michelson-Morley menuntun Einstein untuk berkesimpulan bahwa ruang absolut Newton
merupakan konsep tanpa kandungan fisis sehingga konsep ini harus dipindahkan dari
deskripsi dunia fisis. Meskipun demikian, Einstein mempertahankan gagasan Newton
tentang pengamat tinggal di kerangka Galilean yang bergerak dengan kecepatan tetap relatif
terhadap yang lain. Einstein memperluas gagasan Newton dengan mengemukakan dua
postulat yang menjadi pondasi teorinya yang dikenal sebagai teori relativitas khusus.
Postulat tersebut adalah:
1. Hukum-hukum fisika adalah sama di semua kerangka Galilean
2. Kecepatan cahaya di ruang hampa sama di semua kerangka Galilean dan tidak
bergantung pada sumber cahaya bersangkutan.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
xv
Dari formalisme matematis bagi kedua postulat di atas, diperoleh hasil matematis,
jika c kecepatan cahaya dan v kecepatan pengamat di pesawat yang memancarkan cahaya
tersebut maka v+c=c! Hasil yang jelas tidak dapat diterima oleh akal biasa, akal dengan
kerangka aljabar biasa.
Implikasi fisis dari postulat Einstein ini adalah ruang dan waktu tidak bersifat absolut
yang berdiri sendiri dan tidak bergantung pada sesuatu di luar dirinya. Sebaliknya, ruang
dan waktu bersifat relatif, dapat mengerut dan mengembang. Pandangan yang jelas
bertentangan dengan pandangan yang telah mapan saat itu. Implikasi terkenal dari teori
relativitas khusus Einstein ini adalah setiap benda bermassa m terkait dengan energi E = mc2.
Einstein menjadi fisikawan fenomenal. Ia sangat dikenal oleh masyarakat luas karena
kesetaraan massa energinya, E=mc2. Orang selalu mengidentikkan konsep ini dengan bom
atom yang amat sangat dahsyat yang pernah meluluh lantakkan kota Hiroshima dan
Nagasaki. Tetapi Einstein mendapat anugerah puncak di bidang fisika, hadiah Nobel, karena
kontribusinya dalam teori yang dia sendiri tidak terlalu menyukainya yaitu teori kuantum.
Dan, Einstein dinobatkan sebagai ahli fisika terbesar sepanjang sejarah karena teorinya yang
lain yaitu teori relativitas umum. Para ahli menyatakan jika Einstein tidak merumuskan teori
ini kita tidak tahu kapan teori ini akan lahir.
Secara ringkas, relativitas umum adalah teori geometri tentang gravitasi. Teori
relativitas khusus hanya berlaku untuk obyek bergerak dengan kecepatan tinggi dan konstan.
Padahal, galaksi-galaksi bergerak dengan laju tinggi tetapi juga mengalami percepatan. Nah,
relativitas khusus menjadi tidak berlaku sehingga perlu diperluas dan lahirlah teori relativitas
umum yang dibangun dari prinsip ekivalensi.
Kita hidup di muka Bumi yang mempunyai gaya grvitasi yang dapat membuat setiap
benda jatuh padanya. Seseorang memegang bolpoin kemudian melepaskannya, bolpoin pasti
jatuh. Ini adalah fenomena biasa, fenomena wajar yang setiap orang tahu dan merasakannya.
Sekarang bayangkan seseorang yang sedang tidur dimasukkan kotak berukuran
kamar deluxe dan dibawa pada ketinggian jauh dari Bumi yakni di ruang angkasa dan jauh
dari bintang-bintang sehingga nyaris tanpa medan gravitasi. Sekarang kotak diikat dan
ditarik pesawat ruang angkasa yang bergerak dengan percepatan sebesar percepatan gravitasi
di muka Bumi. Setelah beberapa saat si orang bangun dan duduk di lantai seperti halnya
orang tinggal di kamar rumahnya sendiri. Selanjutnya, orang di dalam kotak melepaskan
bolpoin maka ia akan melihat bahwa bolpoin jatuh ke lantai.
Orang di dalam kotak tidak dapat membedakan antara situasi dia di dalam kotak yang
ditarik dengan percepatan gravitasi dan pengalaman di dalam pengaruh gaya gravitasi Bumi.
Orang tersebut merasakan satu hal, dirinya ditarik ke lantai dengan tarikan yang sama seperti
yang ia rasakan sehari-hari. Inilah prinsip ekivalensi, percepatan di ruang tanpa medan dan
percepatan gravitasi sama dengan gaya gravitasi.
Sepanjang ekesperimen dilakukan di daerah kecil, efek yang dihasilkan oleh gaya
gravitasi tidak dapat dibedakan dari keberadaannya di dalam kerangka acuan dipercepat. Jika
jarak cukup jauh dan kotak cukup besar maka keadaan dapat dibedakan. Pada gerak akibat
gaya gravitasi jarak dua bolpoin akan berubah dan mendekat, karena dua bolpoin bergerak
menuju satu titik sumber medan gravitasi. Tetapi jarak dua bolpoin akan tetap jika
bergeraknya ke lantai ditimbulkan oleh tarikan pesawat ruang angkasa seperti ilustrasi
berikut.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
xvi

1700
mil



Bumi
Gambar Dua Bolpoin Jatuh oleh Gravitasi
Formulasi dari prinsip ekivalensi ini menghasilkan satu persamaan tensorial yang
dikenal sebagai persamaan medan Einstein dan memuat sepuluh persamaan
R  ½ g R = (8G/c4) T
R adalah tensor Ricchi, R skalar kelengkungan, g tensor metrik yang menggambarkan
kelengkungan ruang waktu, dan T tensor yang memuat informasi kerapatan massa-energi
dan momentum. G adalah tetapan gravitasi Newton, sedangkan c adalah kecepatan cahaya.
Persamaan medan Einstein juga memberikan persamaan gerak bagi planet berupa
lintasan elips sebagaimana dijelaskan oleh teori gravitasi klasik, gravitasi Newton.
Penjelasan yang dapat dilakukan oleh teori Einstein tetapi tidak dapat dilakukan oleh teori
Newton adalah gerak presisi planet. Merkurius adalah planet paling dekat dengan Matahari
dan paling eksentrik sehingga efeknya paling mungkin diamati. Untuk gerak Merkurius di
sekitar Matahari, teori relativitas umum memberi pergeseran sumbu orbit elips  =
43,03”/abad. Prediksi teoritis ini bersesuaian sangat baik dengan data pengamatan, dan tidak
dijelaskan oleh teori Newton..
o
M
Gambar Gerak Presesi dari Orbit Elips
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
xvii
Prediksi lain teori relativitas umum adalah lintasan cahaya dibelokkan jika bergerak
melalui benda masif. Selain itu, spektrum yang dipancarkan oleh suatu atom akan
mengalami pergeseran spektral di dalam medan gravitasi, tepatnya pergeseran merah
gravitasional (gravitational redshift).
Teori Kuantum. Dua teori utama di dalam fisika klasik adalah mekanika Newtonian
dan teori medan Maxwell. Mekanika Newton memberi deskripsi bagi materi dan
interaksinya, sedangkan teori medan Maxwell mendiskripsikan gelombang elektromagnetik.
Materi dan gelombang mempunyai sifatnya masing-masing yang khas yang tidak mungkin
saling menyampuri.
Artinya, materi selalu mempunyai sifat dan berperilaku sebagai materi seperti
mempunyai momentum dan bertumbukan sehingga terjadi transfer energi dan moementum.
Sedangkan gelombang mempunyai panjang gelombang dan mengalami peristiwa interferensi
dan difraksi. Materi tidak pernah mengalami interferensi dan difraksi, sebaliknya gelombang
tidak pernah mengalami tumbukan dan transfer energi-momentum.
Di akhir abad 19 ada fenomena menarik yaitu radiasi yang dipancarkan oleh benda
hitam. Suatu obyek dikatakan sebagai benda hitam bukan karena ia dicat dengan warna
hitam tetapi karena ia menyerap semua radiasi yang diterimanya tanpa memancarkan
kembali. Obyek langit yang mempunyai sifat seperti itu disebut lobang hitam, black hole.
Benda hitam serupa dengan lobang hitam tapi dalam skala kamar dan sering dinyatakan
sebagai benda berongga dan radiasi masuk rongga dan hanya beberapa yang mampu keluar
rongga.
Gambar Benda Hitam
Jika benda hitam dipanaskan maka radiasi akan terpancar keluar. Kerapatan energi
radiasi yang terpancar diukur untuk aneka panjang gelombang dan temperatur kemudian
diplot dalam grafik. Bentuk kurva cukup membingungkan dalam arti tidak dapat dijelaskan
dengan konsep yang ada, radiasi gelombang elektromagnetik. Teori gelombang
elektromagnetik dalam rongga memberikan kurva dengan nilai membesar pada panjang
gelombang pendek, yang tidak sesuai dengan hasil pengukuran. Nilai besar kerapatan energi
pada panjang gelombang pendek (ultraviolet, ultraungu) menurut teori lama ini dikenal
sebagai bencana ultraungu.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
xviii
Gambar Distribusi Energi Radiasi Benda Hitam
es.flinder.edu..au
Selama lebih dari satu dasa warsa para hali fisika mencoba menjelaskan kurva radiasi
benda hitam, hasilnya nihil. Gagal! Akhirnya, pada tahun 1900 ahli fisika Jerman Max
Planck melakukan terobosan dengan keluar dari cara berfikir lama, gelombang sebagai
gelombang. Planck membuat hipotesis, gelombang radiasi di dalam rongga berlaku seperti
osilator harmonik dengan frekwensi diskrit f, 2f, 3f, ... dan seterusnya, tidak dapat bernilai
kontinyu atau di antaranya. Planck pun memperkenalkan tetapan baru h untuk membungkus
gelombangnya dalam paket energi hf, 2hf, 3hf, ...
Gelombang terpaket tersebut dan statistik klasik memberi penjelasan yang akurat
tentang kurva radiasi benda hitam. Meskipun berhasil menjelaskan kurva radiasi benda
hitam tetapi Planck masih meragukan gagasan atau hipotesisnya sendiri. Ia tidak puas karena
tidak sesuai dengan teori yang telah ada dan mapan. Akhirnya, tahun 1905 Einstein
meminjam gagasan Planck untuk menjelaskan fenomena lain yang juga tidak dapat
dijelaskan oleh mekanika klasik Newtonian maupun medan elektromagnetik Maxwell.
Fenomena tersebut adalah efek fotolistrik.
Gambar Efek Fotolistrik
Elektron lepas dari permukaan logam setelah disinari cahaya tertentu dengan
intensitas lemah sekalipun. Sebaliknya, elektron tidak terpancar ketika disinari cahaya
tertentu lainnya meskipun intensitasnya sangat kuat. Ketika energi kinetik elektron terpancar
oleh beberapa macam cahaya yang memancarkan ternyata energi kinetik elektron berbeda
dan bergantung cahaya penumbuknya.
Sebagaimana Planck, ketika cahaya diperlakukan sebagai cahaya dan energi cahaya
digunakan untuk menggoyang elektron agar dapat lepas dari ikatan atom maka perlu waktu
dua pekan. Elektron dapat segera lepas jika cahaya diperlakukan sebagai partikel dengan
energi hf dan menumbuk elektron seperti tumbukan klasik.
Hasil eksperimen lain yang tidak dapat dijelaskan secara klasik, gelombang sebagai
gelombang, adalah hamburan foton oleh elektron. Foton terhambur mempunyai panjang
gelombang lebih besar atau energi lebih rendah. Perilaku kurva panjang gelombang terhadap
sudut hambur gagal dijelaskan dengan pendekatan gelombang sebagai gelombang.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
xix
Gambar Hamburan Compton
grandunifiedtheory.org.il
Pada tahun 1922 Arthur Compton mengajukan hipotesis gelombang mempunyai
momentum yang berbanding terbalik dengan panjang gelombang (p=h/) dan berperilaku
sebagai partikel. Interaksi antara foton dengan elektron adalah interaksi tumbukan yang
memenuhi hukum kekekalan momentum-energi. Hasil eksperimen dapat dijelaskan dengan
baik.
Ide dasar Planck, Einstein dan Compton sama, gelombang mempunyai sifat dan
berperilaku sebagai partikel. Sampai dua tahun sejak Compton berhasil menjelaskan
hamburan foton oleh elektron belum muncul eksperimen baru yang membingungkan.
Padahal saat itu, tahun 1924, ada mahasiswa doktoral yang harus menulis disertasi, Louis de
Broglie. Mahasiswa ini pun melakukan terobosan baru meski tanpa dukungan
eksperimen, pertimbangannya mungkin murni estetika alam atau keyakinan keadilan Tuhan
Sang Pencipta jagad raya.
Jika gelombang mempunyai sifat materi maka atas nama estetika dan kesimetrian
alam maka seharusnya materi mempunyai sifat seperti gelombang. Seharusnya materi dapat
mempunyai panjang gelombang dan dapat mengalami difraksi sebagaimana lazimnya
gelombang. De Broglie mengajukan hipotesis materi bersifat gelombang dengan panjang
gelombang berbanding terbalik dengan momentumnya, =h/mv, di dalam disertasinya.
Meski sempat membuat anggota dewan penguji disertasinya bingung dan rapat
khusus, akhirnya de Broglie dinyatakan lulus dan hipotesisnya diterima secara teoritis.
Hipotesis de Broglie baru dikonfirmasi tiga tahun kemudian, 1927, oleh dua eksperimen
terpisah yaitu eksperimen Clinton Davisson dan Lester Germer dan eksperimen George
Thomson dan A. Reid, eksperimen difraksi elektron.
Dengan dikonfirmasinya hipotesis de Broglie maka sempurnalah dualisme
gelombang-materi yaitu gelombang bersifat materi dan materi bersifat gelombang. Obyek
mikro tidak bersifat rigid, materi-materi atau gelombang-gelombang melainkan
gelombangmateri. Obyek tersebut tidak lain adalah paket gelombang yang bersifat materi
karena terlokalisir di daerah x tertentu dan tersusun oleh gelombang-gelombang dengan
spektrum bilangan gelombang k.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
xx
Gambar Paket Gelombang
universe-review.ca
x dan k mempunyai hubungan menarik yaitu x k = ½ jika paket gelombang
Gaussian dan xk > ½ jika bukan Gaussian, sehingga secara umum xk ½ . Karena ħk
= p maka xp½ ħ yang dikenal sebagai prinsip ketidakpastian Heisenberg. Prinsip ini
menyatakan, dalam skala mikro partikel tidak pernah diam, selalu bergerak. Partikel
penyusun alam semesta maupun tubuh manusia selalu bergerak.
Paket gelombang juga dapat memberi persamaan Schrodinger, persamaan gerak bagi
obyek mikro. Partikel digambarkan dengan fungsi gelombang dan mewujud bagai
gelombang yang tidak jelas batas tepinya sesuai dengan tuntutan awal yang memaksa
kelahiran teori kuantum, dualisme partikel-gelombang.
Simetri dan Estetika. Tubuh manusia juga dijadikan dalam keadaan setimbang antara
bagian demi bagian sehingga memungkinkan manusia bergerak lincah. Yang mudah dilihat
dari manusia, tubuh bagian kiri dan bagian kanan tampak setimbang atau tepatnya simetri.
Dua mata manusia ada di kanan dan di kiri pada jarak yang sama dari garis tengah yang
membelah manusia menjadi dua bagian yang persis sama. Bayangkan bila kedua mata
manusia bertempat di kepala bagian kanan semua atau bagian kiri semua. Semua anggota
tubuh yang berjumlah dua seperti telinga, lobang hidung, tangan dan kaki berada dalam
posisi simetri kanan-kiri. Kesetimbangan dan kesimetrian ini juga telah ditegaskan al-Qur‟an
Yang telah menciptakanmu lalu menyempurnakanmu dan menjadikanmu seimbang, (QS alInfithar 82:7)
Alam di sekeliling kita ternyata sering menampakkan diri dalam bentuknya yang
simetri. Perhatikan dengan seksama aneka bunga dan dedaunan di kebun dan taman-taman
bunga, juga serangga-serangga seperti semut, lebah dan kupu-kupu yang mengerumuninya.
Kita akan mendapatkan bahwa bentuk dan pola warna sangat serasi, dan simetri; karenanya
sangat mempesona. Kita pun lantas meniru pola simetri ini ke dalam barang-barang
keseharian ataupun barang hiasan rumah. Misalnya piring, gelas dan teko dibentuk serta
digores dengan lukisan yang simetri. Demikian juga gambar atau lukisan grafis dan ukiran
penghias ruang tamu kita. Bahkan baju atau busana muslim yang kita kenakan dihias dengan
motif-motif yang simetris.
Simetri tidak hanya terjadi pada benda tampak dan menarik serta memberi inspirasi
para seniman lukis atau seniman pahat dalam berkarya, melainkan juga mampu menyita
perhatian para ahli fisika, kimia dan matematik. Simetri juga terjadi pada tingkat molecular
dan kristal seperti air dan ammonia.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
xxi
Kristal dan molekul umumnya juga mempunyai formasi simetri. Molekul air terdiri
dari dua atom hidrogen dan satu atom oksigen. Molekul ini mempunyai simetri rotasi 180
derajat. Sedangkan molekul amoniak terdiri dari satu atom nitrogen dan tiga atom hidrogen,
dan mempunyai simetri 120 dan 240 derajat. Gambaran molekul air dan amoniak diberikan
seperti Gambar berikut.
(a)
(c)
(b)
Gambar Molekul (a) air, (b) ammonia (dari atas),
(c) ammonia (dari samping)
Molekul yang lebih komplek seperti bensin juga mempunyai simetri
H
H
H
C
H
C
C
C
C
C
H
H
Gambar Molekul bensin C6H6
Kegagalan awal dari O. Klein dan W. Gordon mengawinkan teori kuantum dan teori
relativitas khusus di tahun 1926 memaksa ahli fisika Inggris Paul Andre Maurice Dirac
memperkenalkan teori yang sederhana, indah dan egaliter dua tahun kemudian. Sederhana
karena persamaan hanya muncul dalam bentuk diferensial orde pertama. Sedangkan egaliter
karena baik ruang maupun waktu muncul dalam orde yang sama yang diferensial orde
pertama tidak sebagaimana teori-teori terdahulu yang seringkali muncul dalam orde berbeda,
orde satu dan orde dua. Berangkat dari bentuk matematika teori kuantum relativistik yang
indah ini Dirac memprediksi keberadaan antipartikel sekaligus pasangan dari elektron. Bukti
eksperimental pasangan elektron pada 1932, empat tahun setelah prediksi teoritis melahirkan
wacana baru alam semesta yang berasal dari ketiadaan materi. Wacana ini berangkat dari
sifat elektron dan positron bila bertemu dapat saling melenyapkan dan menjadi foton
sebaliknya produksi pasangan elektron-positron dapat diperoleh dari foton.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
xxii
elektron
foton
positron
Gambar Produksi Pasangan electron-positron
Herman Weyl ahli fisika matematika tidak mau membuang teori grupnya yang gagal
diterapkan pada teori gravitasi karena faktor keindahannya. Lima puluh tahun kemudian
gagasan Weyl baru mendapatkan tempat di dalam teori elektrodinamika kuantum. Teori grup
adalah konsep matematika yang berangkat dari prinsip-prinsip simetri. Gagasan atau teori
grup mulanya dirumuskan oleh para ahli matematika di awal abad sembilan belas. Meskipun
demikian, teori ini baru mengalami perkembangan secara signifikan dan menemukan
realisasi setelah mendapat sentuhan para ahli fisika yang sedang membidani kelahiran teori
kuantum di paruh pertama abad dua puluh.
Keindahan yang di dalamya mengandung kesederhanaan, keselarasan dan daya terang
merupakan dasar utama untuk kebenaran ilmiah. Artinya, para ilmuwan juga melihat
keindahan suatu teori untuk menentukan kesahihan serta kecanggihan teori tersebut.
Keindahan mendapat tempat di dalam dunia ilmiah terlebih lagi di dalam fisika. Teori
relativitas khusus maupun teori relativitas umum dari Einstein dan teori interaksi lemah
Richard Philip Feynman dan Murray Gell-Man adalah contoh lain yang sangat indah dan
mampu menjelaskan fenomena alamiah secara mengagumkan. Molekul DNA yang
ditemukan biolog James Watson juga mengisyaratkan hal yang sama, keindahan.
Hal yang membuat simetri menarik bagi para fisikawan adalah adanya kuantitas kekal
(conserve) bagi sistem yang mempunyai simetri tertentu, sebagaimana telah dibuktikan oleh
fisikawati teoritis Emi Noether. Sebagai contoh, sistem yang simetri terhadap transformasi
translasi ruang yaitu suatu sistem yang digeser lurus sejauh jarak tertentu dari posisi awalnya
dan keadaan sebelum serta sesudah digeser tidak berubah maka momentum linier sistem
tersebut kekal. Sedangkan sistem yang invarian terhadap transformasi rotasi maka
momentum sudut sistem tersebut kekal, tidak berubah. Jika keadaan sistem di waktu kemarin
dan sekarang tidak berubah dikatakan sistem simetri terhadap translasi waktu dan energi
total sistem tersebut merupakan kuantitas tetap.
Simetri di atas merupakan simetri terhadap transformasi ruang-waktu, yaitu
transformasi Poincare yang telah mapan (established) baik secara teoritis maupun
eksperimental. Simetri ruang-waktu lainnya adalah simetri paritas (pembalikan ruang) dan
pembalikan waktu.
Selain simetri ruang-waktu juga ada simetri yang dikenal sebagai simetri internal. Di dalam
atom, elektron dan proton berinteraksi melalui gaya elektronik yaitu gaya Coulomb
sedangkan antara elektron dan netron tidak terjadi interaksi. Meskipun demikian, antara
netron dan proton saling berinetraksi dalam inti atom. Dalam hal ini, antara proton dan
netron adalah identik dan simetri yang mengaitkan antara keduanya adalah simetri internal
isospin. Simetri internal lainnya adalah simetri konjugasi muatan yang mengaitkan antara
partikel dan antipartikelnya seperti elektron dan positron. Gabungan antara simetri ruangProsiding Seminar Nasional Quantum 2013
xxiii
waktu dan simetri internal menghasilkan supersimetri yang mengaitkan antara partikel
dengan superpartnernya yang berselisih spin setengah. Contoh-contoh partikel dan
superpartnernya adalah elektron-selektron, quark-squark, foton-fotino, gluon-gluino dan
graviton-gravitino.
Perumusan format matematis dan transformasi menghasilkan formulasi yang disebut
teori grup. Grup bagi transformasi ruang waktu adalah grup Poincare. Grup untuk
transformasi internal misalnya grup uniter satu dimensi ditulis U(1) dan grup uniter spesial
dua dimensi SU(2) yang mendeskripsikan interaksi elektromagnetik dan unifikasinya yaitu
inetraksi elektro lemah. Grup uniter special tiga dimensi SU(3) mendeskripsikan partikel
yang berinteraksi kuat, dan grup uniter spesial enam dimensi SU(6) mendeskripsikan
karakteristik baryon dan quark. Grup-grup ini merupakan grup simetri kontinu sedangkan
grup yang mendeskripsikan perilaku zat padat adalah grup diskrit yang berkaitan dengan
tujuh sistem kisi. Ketujuh sistem kisi ini adalah sistem monoklinik, arthorhombik, tetragonal,
trigonal, heksagonal, triklinik dan kubik.
Alam mempunyai sifat simetri, namun penyelidikan lebih lanjut mengungkapkan
bahwa simetri di alam tidak begitu sempurna dan mengalami kerusakan. Perhatikan misalnya
lintasan planet mengitari matahari di dalam system tata surya kita. Lintasan berbentuk elips
bukan lingkaran padahal seperti telah diuraikan di depan simetri lingkaran lebih tinggi
daripada elips. Demikian pula bentuk bumi tempat kita hidup di permukaannya, agak pipih
di wilayah kutub dan tidak bulat sempurna.
Menjelang dasawarsa enam puluh, Glashow, Weinberg dan Salam berhasil
membangun teori kemanunggalan (united theory) yang memadukan gaya elektronik dan
gaya lemah, formal simetri matematisnya adalah SU(2)U(1). Teori ini menerapkan konsep
perusakan simetri secara spontan (spontaneous symmetry breaking, SSB) dan memprediksi
kehadiran partikel perantara interaksi lemah yaitu partikel W+, W dan Z. Sheldon Lee
Glasshow, Stephen Weinberg dan Abdul Salam mendapatkan hadiah nobel 1979 atas teori
unifikasi elektrolemah tersebut. Konfirmasi eksperimental atas partikel perantara didapatkan
tahun 1983 oleh team yang dipimpin Dr. Carlo Rubia, dan mendapat hadiah nobel satu tahun
kemudian.
Atom hidrogen di dalam ruang bebas mempunyai simetri rotasi yang sempurna dan
kurang menarik. Atom ini menarik jika simetrinya dirusak dengan cara ditempatkan di
dalam ruang bermedan magnet atau medan listrik dan terjadilah split (pemisahan) tingkat
energi. Pecahnya tingkat energi ini dikenal dengan efek Zeeman dan efek Stark. Hidrogen di
dalam medan luar tidak lagi mempunyai simetri murni melainkan hanya simetri di sekitar
sumbu yang sejajar arah medan luar. Fenomena superkonduktor konvensional juga terjadi
akibat adanya perusakan simetri dari keadaan dasarnya yang ferromagnetik. Dus, alam
memang tercipta dengan pola simetri yang cacat.
Di Jepang, tepatnya di kota Nieko ada satu jembatan yang paling indah di negeri
matahari terbit tersebut. Jembatan ini dibangun dengan gaya arsitektur Cina yang rumit.
Ukirannya sedemikian mempesona, banyak bentuk segitiga di atapnya. Selain itu, banyak
ukiran kepala naga dan pangeran. Hal yang menarik, bagian kiri-kanan jembatan secara
keseluruhan sangat simetri namun bila dicermati lebih lanjut terdapat bagian kecil di kepala
naga yang terbalik. Orang pun bertanya-tanya mengapa demikian, bukankah dari
keseluruhan bentuk yang rumit telah mampu dibuat begitu simetri sehingga hal yang mudah
untuk juga membuat simetri di bagian yang terbalik tersebut. Tidak ada orang yang dapat
menjawab secara tepat. Jawaban umum yang ada bersifat filosofis dan sederhana, “Jembatan
sengaja dibuat demikian agar Tuhan tidak cemburu terhadap kesempurnaan manusia”. Tuhan
dalam banyak hal mengurangi kadar kesimetrian ciptaan, tidak patut manusia menyainginya.
Tetapi mengapa Tuhan mengurangi derajat kesimetrian ciptaannya?
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
xxiv
Al-Quran, sekali lagi, juga mengisyaratkan sifat simetri ini. Kali ini tidak secara
eksplisit melainkan simbolik. Al-Quran menyatakan
Tidaklah mungkin bagi Matahari mendahului Bulan dan malampun tidak dapat
mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya.(QS Yaasiin 36:40)
Matahati tidak mungkin mendahului Bulan dapat berarti bahwa gerak ralatif Matahari lebih
lambat daripada gerak relatif Bulan mengitari Bumi. Analisis mekanis dan konfrontir dengan
fenomena ketinggian Bulan sabit di ufuk barat akan bermuara pada kesimpulan Bumi
berotasi bukan diam.
Selain itu, pengamatan lebih cermat pada teks memberikan fakta menarik yaitu deretan
huruf pada”kullun fiy falakin” (‫)كل في فلك‬. Frasa ini sekaligus merupakan inti dri ayat, semua
beredar di orbitnya masing-masing. Jika huruf-huruf ditulis terpisah tidak bersambung akan
tampak secara jelas urutan berikut
‫ ك‬-‫ ف – ل‬-‫ ي‬-‫ ف‬-‫ ل‬- ‫ك‬
Urutan huruf-huruf ini memperlihatkan simetri kanan-kiri dengan huruf tengahnya
ya. Pertanyaannya kemudian adalah apakah orbit benda langit dalam bentuk simetri. Jika ya,
apa jenis simetrinya. Semua pertanyaan harus dijawab melalui penelitian tahap demi tahap.
Inilah epistemologi Islam, epistemologi yang menggunakan al-Quran sebagai sumber ide,
dan merupakan bagian dari bangunan besar sains berbasis wahyu
Agama dan Sains
Ungkapan populer “Science without religion is blind and religion without science is
lame” menggambarkan hubungan antara ilmu pengetahuan dan agama. Ilmu pengetahuan
dan agama saling melengkapi, tidak bisa saling meniadakan dan masing-masing mempunyai
domainnya sendiri-sendiri. Ilmu pengetahuan memberi cahaya dan kekuatan sedangkan
agama memberi cinta, harapan dan kehangatan. Ilmu pengetahuan membantu menciptakan
peralatan dan mempercepat laju kemajuan, agama mengarahkan dan menetapkan tujuan
upaya manusia tersebut.
Ilmu pengetahuan memperindah akal dan pikiran, agama memperindah jiwa dan
perasaan. Ilmu pengetahuan dan agama membuat manusia merasa nyaman. Ilmu
pengetahuan melindungi manusia dari aneka penyakit, banjir, gempa bumi dan badai. Agama
melindungi manusia dari keresahan, kesepian dan pikiran picik. Ilmu pengetahuan menuntun
pada revolusi lahiriah, sedangkan agama membawa pada revolusi batiniah.
Persoalannya, tradisi ilmiah dan minat umat islam dalam usaha menguasai ilmu
pengetahuan sangat rendah. Di dalam buku “Science, Technology and Development in the
Muslim World” Sardar menulis, “Dunia Muslim hingga kini hanya memberikan perhatian
kecil pada sistem pendukung penelitian sains. Ini bisa dilihat dari rencana-rencana
pembangunan mereka”. Di bagian lain ia menyatakan,”Di dunia Muslim, kesarjanaan hanya
merupakan kumpulan fakta-fakta, catatan-catatan parlementer dan sidang-sidang kabinet,
pertemuan-pertemuan luar biasa dan semacamnya. Kesarjanaan sains belum pernah
terdengar”.
Keadaan ini tidak bisa dilepaskan dari pandangan dunia (world view) umat islam
yang didominasi kalam al-Asy‟ariyah. Dalam usahanya menjaga keagungan dan superioritas
Sang Pencipta aliran ini telah menegasikan peran atau kodrat manusia dan alam sedemikian
rupa. Al-Ghazali, juru bicara terkemuka al-Asy‟ariyah, seperti halnya Hume menyatakan
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
xxv
tidak perlunya hubungan kausal di alam semesta ini. Kausalitas hanyalah following upon
(kelanjutan dari) dan pengulangan yang menyebabkan manusia percaya bahwa suatu sebab
diikuti oleh efeknya.
Pandangan tersebut mendominasi dunia islam (sunni) sampai saat ini dan menjadi
faktor yang menyulitkan pengembangan ilmu pengetahuan yang bertumpu pada landasan
hukum-hukum yang tetap di alam (sunnatullah). Pandangan terakhir ini berpijak pada
keyakinan bahwa Allah tidak mungkin bermaksud mendustai dan menyesatkan. Dia adalah
Pencipta yang Pengasih, yang mengatur segala sesuatu di jagat raya agar dapat dihuni dan
dimengerti manusia.
Syafii Maarif, kini ketua PP Muhammadiyah, di dalam bukunya Peta Bumi
Intelektualisme Islam mencoba membela al-Ghazali dari tudingan miring di atas. Tetapi
Amien Abdullah di dalam Falsafah Kalam menunjuk beberapa buku al-Ghazali yang
memang cenderung melemahkan etos kerja umat.
Ibnu Khaldun juga tidak memberi apresiasi atas pengembangan filsafat dan ilmu
alam. Di dalam Muqaddimah-nya ia menulis: “…di pesisir utara Laut Tengah sedang
ditumbuhkan ilmu-ilmu filsafat …penyajian sistematis yang dilakukan di sana dikatakan
komprehensif dan banyak orang yang mengetahui ilmu-ilmu itu …Allah lebih mengetahui
apa yang ada di sana, tetapi yang jelas bahwa masalah-masalah fisika itu tidak ada gunanya
bagi kita dalam perkara keagamaan”.
Dus sejak sepuluh abad silam tepatnya sejak vonis sesat al-Ghazali kepada para filsuf
khususnya Ibnu Sina via Tahafut al Falasifah filsafat yang bertumpu pada logika tidak
dikembangkan di kalangan sunni. Umat cenderung menjauhi nalar, filsafat dan ilmu
pengetahuan atau sains. Kondisi dan atmosfer anti logika ini terus berhembus sampai saat
ini.
Menjelang abad 15 hijriyah kebangkitan Islam dikumandangkan dan telah berlalu
tiga dasawarsa tetapi sinyal kebangkitaa belum juga tampak. Al-Qur‟an al-Mujadalah 11
mengisyaratkan, dua prasyarat yang harus dipenuhi bagi kebangkitan tersebut yaitu iman dan
ilmu. Itulah sebabnya, kesadaran dan semangat yang menyala-nyala untuk menguasai sains
harus dikobarkan. Tidak ada kebangkitan tanpa ilmu pengetahuan. Jepang disusul Cina dan
Korea menjadi bagian negara terdepan juga karena ilmu pengetahuan dasarnya yang kokoh.
Sains adalah milik bersama, namun penguasaannya tidak dapat diperoleh dengan
cuma-cuma melainkan harus direbut. Sains adalah bagian dari hikmah atau kebajikan
tertinggi. Syeikh al-Zarnuji di dalam kitab Ta’limul muta’allim mengutip pesan Rasul saw,
“Hikmah adalah sesuatu yang hilang dari orang mu‟min, di mana saja kau temukan
ambillah”.
Juga harus disadari, tidak ada jalan pintas dalam penguasaan sains. Barat yang kini
sedemikian digdayanya telah mulai belajar dan menguasai ilmu sejak delapan abad silam.
Pemuda Michel berkebangsaan Skot hijrah untuk tinggal dan bekerja di universitasuniversitas Islam di Toledo dan Kordoba sejak 1217. Ia menyusun proyek ambisius dengan
memperkenalkan logika Aristotelian kepada Eropa. Sejak saat itu, renesans pun terus
bersemi, tumbuh dan berkembang.
Agar tidak mengulang kesalahan Barat, penguasaan sains harus dibarengi kesadaran
atas landasan filosofisnya. Tanpa pemahaman filosofis yang memadai, ilmuwan muslim
diam-diam akan membawa masyarakat dalam lorong gelap positivisme. Seks bebas yang
marak di masyarakat tidak dapat dipisahkan dari materialisme ilmiah dalam sains, biologi
dan psikologi. Kemajuan Jepang tidak berarti tidak menimbulkan ekses negatip. Para orang
tua khususnya para ibu mulai putus asa karena putra-putri mereka telah menjalani hubungan
seks di luar nikah. Jepang pun, seperti ditulis oleh majalah Hiragana Times tahun 2000,
dikenal sebagai sex paradise oleh orang-orang Eropa. Karena itu, calon ilmuwan muslim
perlu dibekali dengan wawasan filsafat, tradisi dan kebudayaan Islam. Kini sains merupakan
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
xxvi
perkara wajib, mengingat kaidah ushul, wa maa yutawassalu bihi ilaa iqoomatil waajibi
yakunu waajiban. Segala sesuatu yang mengantarkan pada kewajiban (seperti kemuliaan
islam) hukumnya menjadi wajib.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
xxvii
Pengembangan Modul Fisika ….
Fitriyany Yudistira
PENGEMBANGAN MODUL FISIKA POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON
BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (TUNANETRA) DI KELAS INKLUSI
SMA/MA KELAS X
Fitriany Yudistia R1 dan Winarti 2
Pendidikan Fisikan, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
1
Surel: [email protected]
Intisari. Siswa tunanetra SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta, MAN Maguwoharjo dan SMAN 1 Sewon belum memiliki
sumber belajar mandiri berupa modul Braille khususnya pada materi Hukum Newton. Berdasarkan kenyataan ini maka
dibutuhkan sebuah sumber belajar yang didesain khusus bagi siswa tunanetra di kelas Inklusi yakni modul Braille pada
pokok bahasan Hukum Newton.
Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk: (1) mengembangkan modul fisika pokok bahasan Hukum Newton untuk
siswa tunanetra SMA/MA kelas X sebagai sumber belajar mandiri, (2) mengetahui kualitas modul fisika Braille materi
Hukum Newton untuk siswa tunanetra SMA/MA kelas X, (3) mengetahui respon siswa terhadap modul fisika Braille yang
telah dikembangkan.
Penelitian ini merupakan penelitian R & D dengan model prosedural yang mengadaptasi dari pengembangan perangkat
model 4-D, yakni Define, Design, Develop, and Disseminate. Instrumen penelitian berupa angket kualitas modul yaitu
menggunakan skala Likert yang dibuat dalam bentuk checklist. Instrumen untuk siswa berupa angket respon siswa yaitu
menggunakan skala Guttman yang dibuat dalam bentuk checklist. Modul dinilai kualitasnya oleh 3 ahli materi, 1 ahli
media, dan 2 guru fisika SMA/MA. Kelayakan modul berdasarkan respon siswa pada uji coba terbatas sebanyak 2 siswa
dan uji coba luas sebanyak 8 siswa.
Hasil penelitian berdasarkan penilaian dari ahli materi, ahli media dan guru fisika SMA/MA modul memiliki kategori
sangat baik (SB). Persentase keidealan menurut ahli materi adalah 87,88%; persentase keidealan menurut ahli media
adalah 90,00% dan persentase keidealan menurut guru Fisika SMA/MA adalah 75,00%. Respon siswa terhadap modul
fisika Braille pada uji coba terbatas diperoleh persentase 97,22%; sedangkan pada uji coba luas diperoleh persentase
89,58%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modul layak dijadikan sebagai salah satu sumber belajar mandiri bagi
siswa tunanetra.
Kata Kunci: Modul, huruf Braille, inklusi, tunanetra
PENDAHULUAN
Undang-undang
Republik
Indonesia
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional memberikan warna lain dalam
penyediaan pendidikan bagi anak berkelainan.
Pada penjelasan pasal 15 tentang pendidikan
khusus disebutkan bahwa pendidikan khusus
merupakan pendidikan untuk peserta didik yang
berkelainan atau peserta didik yang memiliki
kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara
inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada
tingkat pendidikan dasar dan menengah. Pasal
inilah yang memungkinkan terobosan bentuk
pelayanan pendidikan bagi anak berkelainan
berupa penyelenggaraan pendidikan inklusif.
Terkait pasal di atas, muncul istilah
pendidikan luar biasa dan trend pendidikan inklusi
untuk memenuhi kebutuhan pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK). Pendidikan inklusi
inilah diselenggarakan secara inklusif di Sekolah
Inklusi atau berupa satuan pendidikan khusus pada
tingkat pendidikan dasar dan menengah.
Melalui pendidikan inklusif, anak
berkelainan dididik bersama-sama anak normal
lainnya untuk mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya. Hal ini dilandasi oleh kenyataan
bahwa di dalam masyarakat terdapat anak normal
dan anak berkelainan yang tidak dapat dipisahkan
sebagai suatu komunitas. Oleh karena itu, anak
berkelainan perlu diberi kesempatan dan peluang
yang sama dengan anak normal untuk
mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah
terdekat.
Kehadiran anak berkebutuhan khusus di
sekolah reguler dalam proses belajar mengajar
akan berdampak pada proses perubahan kelas,
selain dihadapkan pada kelas klasikal, guru juga
diberikan tanggung jawab untuk membimbing,
mendidik dan mengajar keberagaman anak
berkebutuhan khusus. Ketunanetraan, berdampak
pada sulitnya mengatur proses belajar mengajar.
Berdasarkan
hasil
observasi
dan
wawancara dengan siswa tunanetra di beberapa
SMA/MA Inklusi di Yogyakarta, ditemukan
banyak keluhan-keluhan yang dikemukakan oleh
para siswa siswi tunanetra. Menurut mereka, fisika
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013 | 02 Juni 2013
1
Pengembangan Modul Fisika ….
Fitriyany Yudistira
merupakan mata pelajaran yang membutuhkan
pemahaman lebih, karena selain banyak ilustrasi
gambar dan simbol-simbol juga banyak rumusrumus yang digunakan. Dengan keterbatasan
indera penglihatannya, siswa mengalami kesulitan
untuk memahami gambar dan simbol-simbol
karena siswa hanya mampu membayangkan saja.
Guru hanya menjelaskan materi di papan tulis
dengan metode ceramah. Namun, terkadang guru
mendekati siswa tunanetra dan mendiktekan materi
yang disampaikan, itu pun jika ada waktu
senggang untuk mendiktekkan. Sering kali siswa
tunanetra tidak mencatat secara keseluruhan materi
yang disampaikan dikarenakan keterbatasan waktu
dalam proses pembelajaran, bahkan catatan mereka
hanya berupa lembaran kertas yang berceceran
karena tidak menyatu dengan catatan fisika
lainnya.
Selain itu, masih belum tersedia sumber
belajar bagi siswa tunanetra yakni modul Braille
khususnya materi Hukum Newton di SMA
Muhammadiyah
4
Yogyakarta,
MAN
Maguwoharjo dan SMAN 1 Sewon.
Bertolak dari permasalahan inilah,
peneliti memberikan suatu alternatif penggunaan
media cetak
bagi siswa tunanetra, yaitu
pengembangan modul fisika pokok bahasan
Hukum Newton bagi anak berkebutuhan khusus
(tunanetra) SMA/MA kelas X.
Lee dkk. (2003) dalam Pariawan Lutfi
Ghazali merekomendasikan penggunaan media
cetak dengan huruf Braille dan gambar timbul
dalam pendidikan pada penyandang tunanetra
untuk melengkapi informasi yang diberikan secara
lisan (audio). Setiap alat bantu pendidikan
memiliki keterbatasan, sehingga pendekatan multistrategi dalam pendidikan perlu dilakukan dengan
menggunakan berbagai alat bantu (Yahya, B.,
2000:30). Menurut Lee et all (2003) dalam
Pariawan Lutfi Ghazali, kelebihan media cetak ini
adalah dapat segera dilakukan pengulangan
informasi dan dapat memberikan informasi tentang
bentuk suatu benda dan media cetak merupakan
alat
bantu
pendidikan
yang
mampu
menginformasikan materi pendidikan dengan
lengkap bagi penyandang tuna netra (Purwanta,
2003).
Tujuan penelitian ini adalah: (1)
Mengembangkan modul fisika pokok bahasan
Hukum Newton untuk siswa tunanetra SMA/MA
kelas X sebagai sumber belajar mandiri. (2)
Mengetahui kualitas modul fisika pokok bahasan
Hukum Newton untuk siswa tunanetra yang telah
dikembangkan. (3) Mengetahui respon siswa
terhadap modul fisika pokok bahasan Hukum
Newton untuk siswa tunanetra.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
pengembangan (research and development/R&D)
yang berorientasi pada produk. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian pengembangan
model prosedural yang mana model ini bersifat
deskriptif, menunjukkan langkah-langkah yang
harus diikuti untuk menghasilkan produk. Prosedur
dalam penelitian ini mengadaptasi pada
pengembangan perangkat model 4-D (four D
model) yang dikemukakan oleh Thiagarajan,
Semmel, dan Semmel (1974) dalam Trianto
(2010:93). Model ini terdiri dari 4 tahap
pengembangan, yaitu Define, Design, Develop,
and Disseminate.
Modul dinilai kualitasnya oleh 3 ahli
materi, 1 ahli media, dan 2 guru fisika SMA/MA.
Aspek yang diuji meliputi aspek kualitas isi,
metode penyajian, kebahasaan, kegrafikan, format
modul, organisasi modul dan konsistensi modul.
Instrumen penelitian berupa angket kualitas modul
yaitu menggunakan skala Likert yang dibuat dalam
bentuk checklist.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian pengembangan yang
pertama adalah tersusunnya Modul Fisika bagi
Anak Berkebutuhan Khusus (Tunanetra) pokok
bahasan Hukum Newton Untuk kelas Inklusi
SMA/MA kelas X. Modul ini berisikan daftar isi,
deskripsi modul, standar kompetensi dan
kompetensi dasar, petunjuk penggunaan modul,
uraian materi, contoh soal, glosarium dan daftar
pustaka. Karena modul yang dikembangkan untuk
siswa tunanetra, maka modul di cetak dengan huruf
Braille dan gambar timbul.
Sebelum modul dinilai kualitasnya,
terlebih dahulu modul di validasi oleh validator.
Hasil validasi adalah lembar masukan dari
validator. Hasil revisi dari validator dihasilkan
modul II yang kemudian modul dapat dinilai
kualitasnya oleh para ahli dan guru fisika
SMA/MA.
Hasil pengembangan yang kedua adalah
kualitas modul fisika yang ditinjau berdasarkan
penilaian 3 orang ahli materi, 1 orang ahli media,
dan 2 orang guru fisika SMA/MA kelas X dengan
mengisi angket kualitas modul fisika serta
memberikan masukan dalam pengembangan
modul.
Hasil penilaian modul fisika Braille dari
dua aspek penilaian mendapat skor rata-rata modul
fisika Braille sebesar 38,67. Dengan demikian
modul fisika Braille dikategorikan sangat baik
menurut ahli materi.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013 | 02 Juni 2013
2
Pengembangan Modul Fisika ….
Fitriyany Yudistira
Diagram 1 . Diagram Batang Presentase Keidealan
Modul Fisika Braille Materi Hukum Newton dari Ahli
Materi
Diagram 1 menunjukkan hasil penilaian
kualitas modul menurut ahli materi pada tiap
aspek. Sedangkan presentase keidealan secara
keseluruhan untuk ahli materi didapat nilai sebesar
87,88%. Hal ini dikarenakan masih ada beberapa
hal yang perlu direvisi seperti memisahkan gaya
berat, gaya normal dan gaya tegangan tali menjadi
sub bab-sub bab.menambahkan contoh aplikasi
Hukum Newton dalam kehidupan sehari-hari;
merubah gaya tegang tali menjadi gaya tegangan
tali; memberikan nomer pada setiap persamaan
dengan mengacu pada tata tulis sistem SI;
memberikan keterangan judul pada grafik/gambar;
memberikan penegasan istilah/definisi pada
besaran yang dipakai; memperbaiki gambar yang
sesuai dengan konsep dan memperbaiki penulisan
daftar pustaka.
Hasil penilaian ahli media dari enam
aspek penilaian memiliki skor rata-rata 54,00.
Dengan
demikian
modul
fisika
Braille
dikategorikan sangat baik menurut ahli media.
Pada saat penilaian ahli media pun terdapat
beberapa revisi terkait kaidah penulisan menurut
EYD dan merubah uji kompetensi menjadi contohcontoh
soal
yang
dilengkapi
dengan
pembahasannya, sehingga presentase keidealan
menurut ahli media sebesar 90,00% yang dapat
ditunjukkan oleh diagram 2 berikut.
Diagram 2. Diagram Batang Presentase Keidealan
Modul Fisika Braille Materi Hukum Newton dari Ahli
Media
Penilaian modul fisika Braille secara
keseluruhan oleh guru fisika
SMA/MA
dikategorikan sangat baik (SB) dengan skor ratarata 36,00. Presentase penilaian kualitas modul
untuk masing-masing aspek yaitu aspek kualitas isi
75,00%, aspek metode penyajian 75,00%, aspek
kebahasaan 75,00% dan aspek kegrafikan 75%.
Berikut ini disajikan diagram 3 presentasi
keidealan penilaian dari guru fisika SMA/MA.
Diagram 3. Diagram Batang Presentase Keidealan
Modul Fisika Braille Materi Hukum Newton dari Guru
Fisika SMA/MA
Dari diagram presentase ideal tiap aspek
di atas menunjukkan bahwa presentasi keidealan
secara keseluruhan menurut guru fisika SMA/MA
adalah sebesar 75%. Hal ini dikarenakan masih
terdapat beberapa masukan dari para guru dengan
menambahkan prasyarat yang ditujukan kepada
peserta didik.
Setelah merevisi modul II berdasarkan
masukan ahli materi, ahli media dan guru fisika,
maka didapat modul III yang selanjutnya akan
diujicobakan kepada siswa dalam uji coba terbatas.
Hasil analisis dari uji coba terbatas didapat skor
rata-rata 17,50 dengan presentase aspek secara
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013 | 02 Juni 2013
3
Pengembangan Modul Fisika ….
Fitriyany Yudistira
keseluruhan adalah 97,22% dengan presentasi tiaptiap aspek seperti diagram 4.
Diagram 5. Diagram Presentase Keidealan Respon
Siswa terhadap Modul Fisika Braille pada Uji Coba
Luas
Diagram 4. Diagram Presentase Keidealan Respon
Siswa terhadap Modul Fisika Braille pada Uji
CobaTerbatas
Pada tahap uji coba terbatas terdapat
beberapa masukan dari siswa yakni perlu
memperhatikan penulisan, karena satu titik timbul
salah sedikit saja akan merubah makna tulisan itu
sendiri; akan lebih jelas lagi bila ditambahkan alat
peraga tiga dimensi; akan lebih baik bila tidak
hanya bab Hukum Newton saja. Akan tetapi materi
yang lain juga. Karena di sekolah saya belum ada
modul fisika, terlebih pada setiap tahun ada
fenomena-fenomena baru. Jadi akan lebih baik bila
di Braille kan bab atau materi lain.
Dari masukan di atas, penulis hanya
menindaklanjuti masukan yang pertama, yaitu
memperbaiki tulisan yang salah cetak. Masukan
yang ke dua dan ke tiga tidak ditindaklanjuti
karena jika menambahkan alat peraga dan
menambah materi yang lain, maka akan menambah
biaya yang cukup besar dan memakan waktu
penelitian yang cukup lama serta tidak sesuai
dengan tujuan penelitian.
Setelah menindaklanjuti masukan dari uji
coba terbatas, maka didapatkan draft IV yang
selanjutnya diujicobakan kepada siswa dalam uji
coba luas.
Diagram 5 di atas menunjukkan hasil
respon siswa terhadap modul fisika Braille pada uji
coba luas. Tampak bahwa dari tiga aspek penilaian
skor rata-rata 16,13 dengan presentase aspek
secara keseluruhan adalah 89,58%.
Skor rata-rata dan presentase respon siswa
pada uji coba terbatas lebih tinggi dibandingkan
presentase respon siswa pada uji coba luas
dikarenakan pada uji coba terbatas setiap siswa
diberi modul satu persatu sehingga mereka dapat
membaca secara maksimal. Sementara itu pada uji
coba luas penulis hanya menyetak tiga buah modul
sehingga siswa harus bergantian untuk membaca
modulnya. Selain itu terdapat beberapa respon
siswa bahwa tulisan Braille dalam modul ada yang
terhapus dikarenakan cetakan timbulnya sudah
tertekan/terhapus oleh siswa yang sebelumnya.
Saat uji coba luas, terdapat beberapa
masukan dari para siswa. Masukan tersebut antara
lain: akan lebih baik bila ditambahkan alat peraga
dan masih ada beberapa kata yang terhapus.
Kemungkinan tulisan timbul tertekan, sehingga ada
satu atau dua titik yang tidak timbul lagi. Masukan
dari siswa pada saat uji coba luas hanya masukan
ke dua yang ditindaklanjuti. Masukan pertama
tidak ditindaklanjuti dengan alasan keterbatasan
waktu penelitian dan tidak sesuai dengan tujuan
penelitian.
Setelah
menindaklanjuti
masukanmasukan saat uji coba luas, maka didapat modul V
yaitu produk akhir dari modul fisika Braille pokok
bahasan Hukum Newton.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013 | 02 Juni 2013
4
Pengembangan Modul Fisika ….
Fitriyany Yudistira
8.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasih kepada Program Studi Pendidikan
Fisika dan Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta yang telah memfasilitasi
dalam melakukan penelitian ini.
REFERENSI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Suparno & Purwanto, H. (2007). Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Dasar dan Menengah.
9. Tim Puslitjaknov. (2008). Metode Penelitian
Pengembangan. Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan
dan
10. Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu,
Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
11. Yahya, B. (2000). Use of Electronic Media in
Health Promotion: Is It Cost Effective?. Buletin
Kesihatan Masyarakat. Isu Khas 2000. Ministry of
Health. Malaysia: Health Education Division.
Djemari Mardapi. (2004). Penyusunan Tes Hasil
Belajar. Program Pascasarjana Universitas Negeri
Yogyakarta.
Mohammad
Effendi.
(2006).
Pengantar
Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Nusa Putra. (2011). Research & Development.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Pariawan Lutfi Ghazali. Pengembangan Buklet
Sebagai Media Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Pada Remaja Tuna Netra. Jurnal Kedokteran Dan
Kesehatan Indonesia.
Sari Rudiyati. (2005). Pengembangan Materi Dan
Alat Bantu Pembelajaran Anak Tunanetra
Disekolah
Terpadu/Inklusi.
UNY:
Jurnal
Pendidikan Khusus Vol. 1 No. 2 November 2005.
Sudirdjo, Sudarsono & Siregar, Eveline. (2007).
Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta: Nuansa.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013 | 02 Juni 2013
5
Pemodelan Gerak Parabola ….
Purwadi
PEMODELAN GERAK PARABOLA YANG DIPENGARUHI HAMBATAN
UDARA/DRAG SERTA SPIN EFEK MAGNUS BOLA DENGAN PROGRAM
MODELLUS DAN EXCELL
Purwadi 1,* dan Ishafit 2
1,2
Program Magister Pendidikan Fisika, Program Pascasarjana
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Kampus II, Jl. Pramuka 42 Lt.3, Yogyakarta 55161
* Surel: [email protected]
Intisari. Gerak parabola adalah gerak yang banyak dijadikan sebagai model untuk pengajaran Fisika khususnya
kinematika dalam hal penjumlahan kecepatan; dalam hal ini gerak lurus beraturan (GLB) dalam arah horisontal dan
gerak lurus berubah beraturan (GLBB) dalam arah vertikal. Dalam kenyataannya, gerak parabola dipengaruhi oleh
variabel lain yaitu adanya hambatan udara yang membuat trayektori lintasan tidak lagi berbentuk parabola dengan
asumsi adanya gesekan udara. Tendangan Bola dengan melibatkan faktor spin akan membuat lintasan lateral berbentuk
melengkung karena adanya Efek Magnus. Dengan menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh dalam gerakan benda
dan dibantu dengan software Modellus dan Excell, maka dibuat pemodelan untuk gerak benda.
Kata Kunci : gerak parabola, gaya drag, efek Magnus.
PENDAHULUAN
Gerak parabola adalah topik yang dipakai
dalam pengajaran kinematika yang merupakan
penggabungan antara gerak arah sumbu x dan
sumbu y. Asumsi yang banyak dipakai adalah
gesekan udara diabaikan, meskipun kenyataannya
gesekan
sangat
banyak
berperan
dalam
mengurangi energi gerak benda yang akhirnya
mengurangi
ukuran
trayektori
proyektil.
Perhitungan kinematika perlu dilengkapi lagi
dengan dinamika dengan melibatkan massa dan
gaya gesekan udara/drag.
Spin/rotasi bola menyebabkan lintasan
bola sepak mengalami pembelokan tajam di
ujung lintasannya merupakan bentuk dari efek
Magnus. Adanya fenomena ini banyak digunakan
para pesepakbola untuk mengecoh penjaga
gawang. Tendangan yang lurus seakan menjauhi
gawang tiba-tiba diujung lintasan melengkung
cepat dan masuk ke gawang dan mencetak gol.
TUJUAN PERCOBAAN
1. Memberi gambaran tentang perbedaan gerak
parabola dengan drag dan tanpa drag.
2. Mengaplikasikan teori tentang gerak parabola
dengan menggunakan Modellus untuk simulasi
model dan spreadsheet Excell.
3. Meneliti pengaruh spin bola terhadap bentuk
lintasan bola sepak
LANDASAN TEORI
Bila kita mengabaikan hambatan udara,
gaya yang bekerja pada suatu proyektil dengan
massa m adalah beratnya yaitu
w = mg.
Komponen dari percepatan proyektil adalah :
ax=0 ay= -g
Bila sumbu-x adalah arah horisontal dan
sumbu-y adalah arah vertikal.
Besaran fisis yang mempengaruhi
percepatan gerak bola untuk kasus lintasan pusat
massa yaitu massa jenis udara, luas permukaan
efektif bola, kecepatan translasional
bola, dan koefisien drag, lift,serta cross. Selain itu
dapat dinyatakan bahwa percepatan bola
berbanding terbalik dengan massa bola [2].
Gaya Drag
Kita dapat mengestimasi gaya hambat
pada sebuah bola. Selain bergantung pada
kecepatan,gaya hambat juga bergantung pada
kerapatan udara, temperatur dan ketinggian
(altitude). Berdasarkan model persamaan gaya
hambat, kuantitasnya dipengaruhi oleh Bilangan
Reynolds dimana bilangan ini bergantung pada
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013 | 02 Juni 2013
6
Pemodelan Gerak Parabola ….
Purwadi
sifat permukaan bola.
didefinisikan sebagai :
R
Bilangan
Reynolds
x
vD
.................................................(1)

Bilangan Reynolds menentukan macam
aliran udara yaitu : R < 2000 bersifat aliran
laminer, R > 3000 bersifat turbulen, 2000 < R <
3000 bersifat arus tidak stabil (turbulen dapat
timbul dan menghilang). Hambatan kritis (critical
drag) terjadi ketika aliran laminer pada lapisan
batas mulai terpisah dan menjadi turbulen. Energi
kinetik hilang di dalam lapisan batas turbulen, pada
kondisi ini koefisien drag dapat turun karena
rendahnya bilangan Reynolds akibat permukaan
bola yang kasar.[2]
Ada dua drag yang terjadi pada bola, yaitu
skin friction drag (gaya hambat akibat gesekan
antara udara dengan bola) dan pressure drag (gaya
hambat akibat aliran ulakan di belakang bola).
Pada bola licin, aliran dari depan akan terbelah di
sekitar bola, bergerak ke belakang, namun aliran
terlepas sebelum sampai di ujung belakang, dan
terjadi ulakan-ulakan kecil di belakang bola.
Alirannya adalah aliran laminar. Pada bola seperti
bola golf yang memiliki dimple/alur, pelepasan
aliran ini dapat ditunda, artinya titik pelepasan
aliran dapat dapat digeser lebih ke belakang,
ulakannya pun lebih sedikit. Aliran pada bola
dengan dimple adalah aliran turbulen. Pressure
drag pada aliran turbulen lebih kecil daripada
aliran
laminer.
Jadi,
dengan
memberi
dimple/lubang kecil pada permukaan bola
(menambahkan kekasaran/ roughness) memang
akan meningkatkan skin friction drag, tetapi
pengurangan/reduksi terhadap pressure dragnya jauh lebih besar, sehingga drag totalnya lebih
kecil.[2]
Pada kecepatan suatu bola tennis dipukul,
besar f atau gaya hambatan udara
1
f  ρv 2 C d A .................................(2)
2
yang menyatakan bahwa besarnya gaya berbanding
lurus dengan massa jenis udara ρ, kecepatan relatif
benda terhadap udara v, koefisien drag Cd dan luas
penampang benda yang terkena udara A [2].
Untuk lebih singkatnya maka :
f = Dv2
Dimana v  v x2  v 2y , asumsi bahwa udara

diam, sehingga v adalah kecepatan proyektil
relatif terhadap tanah dan udara, seperti
digambarkan di diagram benda bebas berikut:
v
fx
y
fy
mg

f berlawanan

dengan arah v ,


sehingga bisa dinyatakan sebagai f   Dvv dan

komponen dari f adalah :
Arah dari
f x   Dvv x
f y   Dvv y
....................................(3)
Dan tiap komponen adalah berlawanan arah
dengan tiap komponen kecepatan sehingga
f 
f x2  f y2 .
Dengan
hukum
II
Newton
didapatkan :
F
F
x
  Dvv x  ma x
y
 mg  Dvv y  ma y
komponen dari percepatan termasuk efek dari
gravitasi dan drag adalah :
a x  ( D / m)vv x
a y   g  ( D / m)vv y
.........................(4)
Konstanta D bergantung pada kerapatan
udara ρ, luasan penampang benda A (terlihat dari
depan), konstanta tak berdimensi D yang
dinyatakan sebagai :
D
CA
2
............................................(5)
Ide dasar dari perhitungan numerik adalah
komponen percepatan ax dan ay selalu berubah
dengan komponen kecepatan. Tapi untuk selang
waktu yang kecil ∆t, dapat dianggap bahwa
percepatan itu konstan. Bila koordinat
dan
komponen kecepatan
pada suatu waktu t
diketahui, dapat ditentukan besaran ini pada selang
waktu kemudian t+∆t untuk percepatan konstan.
Selama selang waktu ∆t, komponen percepatan
rata-rata adalah a x  v x / t dan kecepatan-x vx
berubah sebesar v x  a x t . Demikian juga, vy
berubah dengan sebesar v y  a y t .[1]
Nilai dari komponen-x dan komponen y di akhir
tiap interval adalah :
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013 | 02 Juni 2013
7
Pemodelan Gerak Parabola ….
Purwadi
v x  v x  v x  a x t v y  v y  v y  a y t
Bila ini terjadi maka, proyektil bergerak sehingga
koordinat pun berubah. Bila kecepatan-x rata-rata
selama interval waktu ∆t adalah rata-rata dari
nilai vx (pada awal interval) dan v x  v x (pada
akhir interval) atau v x  v x / 2 .
koordinat x bertambah sebesar
x  (v x  v x / 2)t  v x t 
Demikian pula untuk y. Sehingga
proyektil pada akhir interval adalah :
Selama ∆t
1
a x (t ) 2
2
koordinat
Persamaan Bernoulli menyatakan bahwa
tekanan statis dan tekanan dinamis yang bekerja
pada aliran laminar adalah konstan dinyatakan
sebagai berikut :
1
a x (t ) 2
2
1
y  y  y  v y t  a y (t ) 2
2
Nilai awal x, y, vx, dan vy ditentukan dulu,
selanjutnya kalkulasi nilai posisi dan kecepatan
pada akhir tiap interval sebagai kelipatan dari nilai
awalnya, dan akhirnya bisa ditentukan nilai di
akhir sejumlah interval.[1]
x  x  x  v x t 
1 2
v  gh  kons tan ...........................(7)
2
Dari persamaan Bernoulli,adanya rotasi bola
mengakibat kan adanya perbedaan tekanan pada
sisi bola yang menghasilkan gaya Magnus.
p
Efek Magnus
Fenomena tendangan pisang yang banyak
mengecoh penjaga gawang adalah contoh dari
aplikasi hukum Fisika yang disebut dengan Efek
Magnus (Gustav Magnus, 1852).[3] Besarnya gaya
Magnus dinyatakan sebagai
FM  C L D 3 fvFˆ ....................................(6)
Dimana CL adalan koefisien Lift, D adalah
diameter bola, ρ adalah massa jenis udara, f
adalah frekuensi spin bola dan v adalah kecepatan
bola. [2]Untuk mempermudah pemahaman
pengaruh spin bola pada arah gaya Magnus maka
bisa dilihat pada gambar berikut. Bila spin putar
kiri maka tendangan akan melengkung ke kiri dan
bila spin putar kanan maka tendangan akan putar
kanan.
Karena adanya rotasi bola ω dengan jari jari R
maka kecepatan bola akan menjadi :
v1  v  R
(1)
v 2  v  R
(2)
Bila pers(1) dan (2) dimasukkan ke persamaan
Bernoulli maka akan menjadi seperti berikut :
1
1
p1   (v  R) 2  p 2   (v  R) 2
2
2
p  p1  p 2
1
[( v  R) 2  (v  R) 2 ]
2
p  2  Rv.............................................................(8)
p 
Besarnya gaya yang bekerja pada kondisi ini :
F  Aeff .p
Dengan Aeff adalah luas permukaan efektif yang
terpapar pada aliran udara sebesar :
Aeff  R 2
Jadi besarnya Gaya Magnus adalah :
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013 | 02 Juni 2013
8
Pemodelan Gerak Parabola ….
Purwadi
F  2R 3v........................................................(9)
dv y

dt
C L D 3 f dt 2
m2
 C L D 3 fv x  mg 
bila dinyatakan secara vektor adalah :


F  2R  x v.................................................(
10)
3
d 2vx
m
 C D 3 f
 L

m

d 2vx
dt 2
dv y
C L D f dt
3
2

 v x   g .................................(16)

m

Persamaan gerak spin bola putar kanan
[2]Bila dilihat dari samping maka bola bergerak ke
arah sumbu x+ dan membelok tajam akibat efek
magnus sehingga dapat dinyatakan sebagai berikut
:
 F  ma
v x (t )  
g

 A cos(t )  v o sin( ) sin(t ).................(18)
Dengan :
C D 3 f
 L
m
Fm  mgˆj  m(a x iˆ  a y ˆj )
C L D 3 f (v x ˆj  v y iˆ)  mgˆj  m(a x iˆ  a y ˆj )
dan A 
( g  vo cos( ). )

Diperoleh :
Komponen i :
C L D 3 fv y  ma x
dv
C L D 3 fv y  m x ...............................................(11)
dt
dv y
d 2vx
C L D 3 f
m
dt
dt 2
Komponen j:
 C L D 3 fv x  mg  ma y ......................................(12)
dv y
 C L D 3 fv x  mg  m
 C L D 3 f
Solusinya adalah :
v y (t )   A sin(t )  vo sin( ) cos(t )........................(17)
dt
...................................(13)
d 2v y
dv x
m
......................................(14)
dt
dt 2
x
y
g

A

t
A

sin(t ) 
cos(t ) 
vo sin 
v o sin 


cos(t ) 
sin(t ) 
A

v o sin 

.........(
19)
.............................(20)
Persamaan gerak spin bola putar kiri
[2]Peristiwa sebaliknya bila bola berotasi
berlawanan arah jarum jam atau dari samping
bergerak ke sumbu x- apabila dirumuskan sebagai
berikut:
 F  ma
Bila disubstitusikan
maka:
persamaan (11) dan (14)
Fm  mgˆj  m(a x iˆ  a y ˆj )
C L D 3 f (v x ˆj  v y iˆ)  mgˆj  m(a x iˆ  a y ˆj )
dvx CL D fv y

dt
m
3
Bila dinyatakan dalam komponen i dan j sebagai
berikut :
Komponen i:
d 2v y
m2
 CL D fv y 
CL D 3 f dt 2
3
d 2v y
dt 2
 C D 3 f
  L
m

 C L D 3 fv y  ma x
2

 v y  0...........................(15)

Bila disubstitusikan pers.(12) dan (13) maka akan
dihasilkan persamaan gerak bola sebagai berikut :
 C L D 3 fv y  m
 C L D 3 f
dv y
dt
dv x
..............................................(21)
dt
m
d 2vx
dt 2
........................................(22)
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013 | 02 Juni 2013
9
Pemodelan Gerak Parabola ….
Purwadi
Komponen j:
C L D 3 fv x  mg  ma y
C L D 3 fv x  mg  m
METODE PERCOBAAN
dv y
dt
.......................................(23)
2
d vy
dv x
m
.........................................(24)
dt
dt 2
C L D 3 f
Bila disubstitusi pers (24) dan (21) akan menjadi:
C L D 3 fv y
dv x

dt
m
C L D fv y 
3
d 2v y
dt 2
 m2
d 2v y
C L D 3 f dt 2
 C D 3 f
 L

m

2

 v y  0..................................(25)


1. Disiapkan software Modellus, kemudian
dimasukkan variabel dan rumus ke dalam
mathematical model.
2. [1]Untuk kasus bola tennis maka nilai radius r
= 0,0366 m dan massa m = 0,145 kg,
sedangkan koefisien hambatan udara CD = 0,5.
3. Nilai kerapatan udara ρ = 1,2 kg/m3 untuk
kecepatan awal bola bisa dicoba kecepatan
awal vo = 63,75 m/s dan sudut elevasi α = 450.
4. Dilakukan hal yang sama dengan Excell dan
ditampilkan gambar trayektori parabola tanpa
drag dan dengan drag.
5. [2]Untuk pemodelan efek Magnus dilakukan
pada bola sepak dengan data geometri yang
ditetapkan FIFA yaitu
m= (0,422  0,010) kg dan diameter D
(0,216  0,004) m . Diteliti bagaimana
pengaruh spin terhadap lintasan bola sepak.
Substitusi Pers.(22) dan (23) menjadi :
PEMBAHASAN
 m d 2vx

dt
C L D 3 f dt 2
dv y
A. Gerak Parabola dengan Drag
Untuk membuat simulasi model gerak
parabola dengan
drag maka dimasukkan
persamaan sebagai berikut :
 m d 2vx
C L D fv x  mg 
C L D 3 f dt 2
3
d 2 v x  C L D 3 f

m
dt 2 
2

g
 v x  .....................(26)
m

Solusinya adalah :
v y (t )  A sin(t )  vo sin( ) cos(t )...........(27)
v x (t ) 
g

 A cos(t )  vo sin( ) sin(t )....(28)
Dengan :
C D 3 f
 L
m
dan A 
( g  vo cos( ). )

3. Besarnya gaya gesekan pada arah sumbu-x
ditentukan dengan rumus f x   Dvv x dan
pada arah sumbu-y f y   Dvv y sedangkan
Maka :
x
g

t
A

sin(t ) 
vo sin 
cos(t ) 
A  r 2 untuk menentukan luas penampang
bola. Untuk membuat variasi dalam gerak
lintasan maka variabel radius bola r serta
kecepatan awal v o dimasukkan dalam level
indicator sehingga dalam simulasi model bisa
digambarkan perbedaan trayektori tanpa drag
serta dengan drag.
CA
2. D 
dengan CD merupakan koefisien
2
drag.
Besarnya ρ = 1,2 kg/m3[1] adalah kerapatan
udara pada permukaan air laut.
1.
vo sin 
....(29)


A
vo sin 
A
y   cos(t ) 
sin(t )  ...................(30)



Dengan persamaan ini bisa ditentukan simulasi
modelnya.
besarnya resultan gaya gesekan dinyatakan
sebagai f 
f x2  f y2 .
4. Untuk menentukan besarnya percepatan pada
arah sumbu-x dan sumbu-y adalah sebagai
berikut:
D
 D
a x   vv x a y   g   vv y
m
m
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013 | 02 Juni 2013
10
Pemodelan Gerak Parabola ….
Purwadi
5. Untuk menentukan besarnya kecepatan pada
arah sumbu-x dan sumbu-y adalah sebagai
berikut:
v x  vo cos   a x t v y  vo sin   a y t
Dan resultan dari komponen kecepatan pada
sumbu-x dan sumbu-y adalah sebagai berikut :
v  v x2  v 2y
6. Untuk menentukan posisi bola sebagai fungsi
waktu dapat dinyatakan sebagai berikut :
1
x  vxt  axt 2
2
1
y  v yt  a yt 2
2
Untuk membandingkan kedua trayektori
tersebut maka bisa juga dilakukan dengan
menggunakan Excell. Untuk melakukan simulasi
model maka perlu dilakukan setting tersendiri
karena adanya perhitungan yang bersifat iteratif
(berkaitan). Untuk keperluan itu, maka dari menu
file pilih option kemudian pilih formula. Setelah
formula ditemukan kemudian diklik enable
iterative calculation, maka entry data yang masuk
bisa dibuat model.
Hasil yang didapat
simulasinya seperti berikut
dari
model
Didapatkan bentuk trayektori gerak seperti berikut
Kurva Trayektori bola dengan drag untuk jari jari
r= 0,04 m dan vo = 63,75 m/s
Dari trayektori terlihat bahwa gerakannya
tidak murni parabola lagi tetapi menjadi lebih
pendek
lintasannya.
Untuk
menentukan
perbandingan jangkauannya, maka dilakukan
untuk r = 0 sehingga dianggap sebagai lintasan
titik partikel dan
Terlihat dari hasil simulasi bahwa lintasan yang
tanpa drag,
jarak jangkauannya sekitar 6 kali
jangkauan dengan drag. Simulasi ini dilakukan
untuk bola dengan r = 0,0366 m dan massa m=
0,145 kg dan kecepatan awal 50 m/s dengan sudut
elevasi 45o.
B. Spin Efek Magnus
Bila tendangan mengenai bola tepat pada
pusat massanya maka selama melayang, bola
tersebut tidak mengalami rotasi. Sebaliknya, bila
bola ditendang tidak tepat pada pusat massanya
maka bola akan mengalami spin/rotasi selama
gerakannya. Dengan rotasi ini maka akan terjadi
efek magnus yang membengkokkan lintasan bola.
Sesuai dengan persamaan gerak untuk x
dan y untuk putar kanan dan kiri maka didapatkan
bentuk simulasi model seperti di bawah ini
Kurva Trayektori bola tanpa drag untuk jari jari r=
0,04 m dan vo = 63,75 m/s
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013 | 02 Juni 2013
11
Pemodelan Gerak Parabola ….
Purwadi
hal itu, spin bola juga dianggap konstan dalam
simulasi model, meskipun dalam kenyataannya
spin makin berkurang ketika mendekati akhir dari
lintasan. Faktor-faktor ini tidak diikutkan dalam
simulasi untuk mempermudah perhitungan saja.
KESIMPULAN
Bila divariasikan nilai dari kecepatan
awal bola vo dengan spin bola rendah akan
terbentuk lintasan tidak terlalu melengkung tapi
cenderung mendekati garis lurus. Tetapi sebaliknya
bila frekuensi spin bola f ditingkatkan dengan vo
yang rendah maka bola akan melengkung dengan
kecepatan linier bola akan berkurang.
Hal ini terjadi karena besarnya energi
kinetik translasi bola tereduksi kedalam energi
kinetik rotasi. Bila tendangan lurus tanpa spin
berarti energi kinetik murni hanya untuk translasi
saja, sedangkan pemberian spin bola mengurangi
tenaga kinetik bola. Jadi untuk menghasilkan
tendangan lengkung yang baik
tendangan
dilakukan tidak terlalu cepat tapi spin bolanya
tinggi. Dari tendangan seperti ini dihasilkan
tendangan yang lurus tapi melengkung tajam
diujungnya.
Bentuk tendangan dengan spin bola
disebabkan karena adanya tendangan yang
dikenakan pada sisi bagian dalam atau sisi bagian
luar, seperti digambarkan berikut ini:
1. Gerak parabola dengan drag memiliki lintasan
yang lebih pendek dibandingkan dengan gerak
parabola yang tanpa drag.
2. Efek Magnus muncul karena adanya spin bola
ketika sedang melayang, yang mengakibatkan
lintasan bola melengkung.
3. Tendangan lengkung muncul karena energi
kinetik translasi bola direduksi ke dalam energi
kinetik rotasi yang muncul ketika bola
melakukan spin.
UCAPAN TERIMA KASIH
1. Kaprodi S-2 Fisika.
2. Drs.Ishafit, M.Si. sebagai pembimbing tulisan
ini.
3. Segenap Panitia Seminar.
REFERENSI
1. University Physics, Hugh D. Young and Roger
Freedmann, New York, Addison Wesley, 2000,
p.146-147.
2. http://www.scribd.com/doc/76438941/Diantoartikel-kolokium-analisis-efek-magnus-padalintasan-sepak-bola
3. http://www3.wooster.edu/physics/jris/
Files/Ahmad_Web_Article.pdf
4. http://universitasfisika.wordpress.com/kajianfenomena/analisis-sepak-bola-fisika/
Dalam simulasi model ini tentu saja
banyak asumsi yang diberikan seperti koefisien lift
CL =1, tidak adanya angin, kelembaban udara yang
rendah dan diabaikannya viskositas udara. Selain
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013 | 02 Juni 2013
12
Perancangan Media Pembelajaran ….
Arif Rahman A.
PERANCANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS ANIMASI
KOMPUTER PADA TOPIK USAHA, DAYA, DAN ENERGI
,*
Arif Rahman Aththibby1 dan Widodo2
Program Magister Pendidikan Fisika, Program Pascasarjana
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Kampus II, Jl. Pramuka 42 Lt.3, Yogyakarta 55161
* Surel: [email protected]
Intisari. Telah dilakukan penelitian berupa perancangan media pembelajaran fisika pokok bahasan Usaha, Daya, dan
Energi, yang dapat dijadikan sebagai bahan belajar bagi siswa SMA kelas XI. Subjek penelitian ini adalah media
pembelajaran fisika berbasis animasi komputer pokok bahasan Usaha, Daya, dan Energi dengan menggunakan software
Macromedia Flash 8. Media disusun dengan mengacu pada model pengembangan ADDIE yaitu Analysis, Design,
Development, Implementation, dan Evaluation. Program diuji oleh pakar bidang studi fisika dan pakar media untuk
mengetahui tingkat kelayakan media (program) berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa media pembelajaran yang dikembangkan, untuk kriteria tampilan program termasuk dalam
kategori baik, kesesuaian program terhadap bahan ajar fisika pokok bahasan Usaha, Daya, dan Energi dalam kategori
baik dengan persentase keberhasilan 81,97%, dan kriteria kualitas teknisnya juga temasuk dalam kategori baik dengan
persentase keberhasilan 88,15%. Pengguna dapat memilih menu (form) berupa petunjuk, pengantar, kompetensi, materi,
latihan soal, sumber dan penyusun. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa media yang dikembangkan
layak dijadikan sebagi media pembelajaran dan dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran.
Kata kunci: Perancangan, Media Pembelajaran, Animasi Komputer, Usaha, Daya, dan Energi.
PENDAHULUAN
Belajar Fisika bukan hanya sekedar tahu
matematika, tetapi lebih jauh anak didik
diharapkan mampu memahami konsep yang
terkandung di dalamnya, menuliskannya ke dalam
parameter-parameter atau simbol-simbol fisis,
memahami permasalahan serta menyelesaikannya
secara matematis. Tidak jarang hal inilah yang
menyebabkan ketidaksenangan anak didik terhadap
mata pelajaran ini menjadi semakin besar [1].
Sedangkan menurut triana (2008), Penggunaan
media secara kreatif akan memungkinkan siswa
untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan
pemahaman mereka [2]. Salah satu penyebab
sulitnya pemahaman konsep fisika oleh peserta
didik adalah karena banyak sekali konsep fisika
yang bersifat abstrak, sehingga peserta didik
merasa kesulitan untuk menalarnya.
Penggunaan media pembelajaran akan
sangat membantu keefektifan proses pembelajaran
dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat
itu [3]. Menurut Usman dan Asnawir (2002),
penggunaan
media
secara
kreatif
akan
memungkinkan siswa untuk belajar lebih baik dan
dapat meningkatkan pemahaman mereka [4].
Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai
jenis komponen dalam lingkungan siswa yang
dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu
Brings, berpendapat bahwa media adalah segala
alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta
merangsang siswa untuk belajar [5].
Dalam penelitian ini akan dirancang
media pembelajaran fisika berbasis animasi
komputer materi pokok bahasan Usaha, Daya, dan
Energi. Menurut penelusuran yang dilakukan,
media pada topik bahasan ini masih sangat minim,
sehingga perlu disusun sebuah media pada topik
bahasan ini. Selain itu akan diteliti pula tentang
kelayakan media tersebut sesuai atau tidak dengan
kriteria kelayakan media pembelajaran. Selain itu,
animasi komputer yang dihasilkan dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
media yang menarik dalam pelaksanaan proses
pembelajaran.
LANDASAN TEORI
a. Usaha
Usaha didefinisikan sebagai hasil kali
komponen gaya searah perpindahan (Fx)
dengan besar perpindahannya (Δx) [6]. secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut:
(1)
Jika gaya F yang bekerja membuat sudut α
dengan perpindahannya Δx (Gambar 1), usaha
yang dilakukan secara matematis dapat ditulis
sebagai berikut [7].
(2)
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013 | 02 Juni 2013
13
Perancangan Media Pembelajaran ….
Arif Rahman A.
Gambar 1. Ilustrasi tentang definisi usaha
dengan:
W = usaha (joule)
F = gaya (N)
d = perpindahan (m)
= sudut antara gaya dan perpindahan
b. Daya
Daya (P) adalah laju alih energi dari satu
sistem ke sistem lain. Laju usaha yang
dilakukan gaya adalah daya masukan P gaya
tersebut (Tipler, 1991:194). Secara matematis
hal tersebut didefinisikan sebagai berikut:
P=
(3)
dengan:
P = daya (watt)
W = usaha (joule)
t = waktu (s)
Daya termasuk besaran skalar yang dalam
satuan MKS mempunyai satuan watt atau J/s.
Dalam sistem satuan yang sehari-hari berlaku
di AS, satuan energi adalah foot-pound dan
satuan daya adalah foot-pound per sekon.
Kelipatan dari satuan yang biasa dipakai ini
dinamakan sat daya kuda atau horsepower[7].
c. Energi
Energi adalah sesuatu yang dibutuhkan benda
agar benda dapat melakukan usaha [6].
Besarnya energi suatu sistem sama dengan
besarnya usaha yang mampu ditimbulkan
oleh sistem tersebut. Oleh karena itu, satuan
energi sama dengan satuan usaha dan energi
juga merupakan besaran skalar (prinsip
usaha-energi: usaha adalah transfer energi
yang dilakukan oleh gaya-gaya yang bekerja
pada benda).
1) Energi Kinetik
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki
oleh setiap benda karena geraknya atau
kecepatannya [6]. Energi kinetik suatu
benda besarnya berbanding lurus dengan
massa benda dan kuadrat kecepatannya.
= mv2
(4)
Dengan:
Ek = Energi kinetik (joule)
m = massa benda (kg)
v = kecepatan benda (m/s)
W = perubahan energi kinetik.
W = ΔEk = Ek2 – Ek1
(5)
Dari persamaan (5) usaha yang dilakukan
oleh gaya total pada partikel sama dengan
perubahan energi kinetik partikel [8].
2) Energi Potensial Gravitasi
Energi potensial gravitasi adalah energi
yang dimiliki oleh suatu benda karena
pengaruh
berat
dan
ketinggian
(kedudukannya) relatif terhadap tanah [8].
Misal ada sebuah benda bermassa m
bergerak sepanjang sumbu y (vertikal),
seperti terlihat pada gambar 2.
Gambar 2. Energi Potensial Gravitasi
Gaya yang bekerja pada benda tersebut
adalah berat, sebesar w=mg. Kita akan
mencari kerja yang dilakukan gaya berat
ketika sebuah benda jatuh dari ketinggian
yi di titik atas ke ketinggian yf yang lebih
rendah seperti ditunjukan oleh gambar 2
[8]. Gaya berat dan perpindahan benda
pada arah yang sama sehingga kerja W grav
yang bekerja pada benda oleh gaya berat
dapat dirumuskan sebagai berikut:
=Wh =mgΔy
(6)
Dengan:
= Energi potensial (joule)
W = berat benda (N)
m = massa benda (kg)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
Δy = tinggi benda (m)
3) Energi Potensial Pegas
Energi potensial yang dimiliki benda
karena elastik pegas.
Gaya pegas (F) = kx
(7)
2
Ep Pegas ( ) = kx
(8)
dengan:
k = konstanta gaya pegas
x = regangan
Hubungan usaha dengan Energi potensial:
W= Δ = (9)
4) Energi Mekanik
Energi mekanik (Em) adalah jumlah
antara energi kinetik dan energi potensial
suatu benda [7]:
=
+
(10)
Karena energi tidak dapat diciptakan
dan tidak dapat dimusnahkan atau energi itu
kekal, maka berlaku hukum kekekalan
energi. Nilai konteks yang dibahas adalah
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013 | 02 Juni 2013
14
Perancangan Media Pembelajaran ….
Arif Rahman A.
energi mekanik, maka berlaku kekekalan
energi mekanik yang dituliskan.
=
(11)
METODE PENELITIAN
Subjek dalam penelitian ini adalah media
pembelajaran berbasis animasi komputer untuk
siswa SMA kelas XI pokok bahasan Usaha, Daya,
dan Energi. Materi bahan ajar mengacu pada
kurikulum yang saat ini berlaku yaitu KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pembuatan Media Pembelajaran
Berbasis Animasi
Setelah
dilaksanakan
tahap-tahap
rancangan dalam pembuatan media yang
telah ditetapkan, telah dihasilkan media
pembelajaran berbasis animasi dengan judul
Usaha, Daya, dan Energi, dengan tampilan
sesuai dengan standar animasi.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian
ini meliputi perangkat keras, perangkat lunak
komputer dan angket. Perangkat keras yang
digunakan pada penelitian ini adalah Laptop
Compaq 510. Sedangkan perangkat lunak yang
digunakan adalah Macromedia Flash 8.
Desain penelitian ini mengacu pada
pengembangan ADDIE yang meliputi 5 tahap yaitu
Analysis
(analisis),
Design
(perencanaan),
Development
(produksi),
Implementation
(implementasi), Evaluation (evaluasi). Selanjutnya,
untuk mengetahui tingkat kelayakan media ini
digunakan angket (kuisioner). Angket dalam
bentuk kuesioner adalah kumpulan dari pernyataan
yang diajukan secara tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti
tentang pribadinya atau hal yang diketahui [9].
Gambar 4. Tampilan awal atau home
Dalam tampilan media ini terdiri atas
menu dan sub-sub menu yang dapat dipilih
masing-masing dengan memilih menu yang
tersedia. Keunggualn dari media yang telah
dibuat ini terletak pada warna yang menarik
dan pembahasan yang ringkas namun ada
animasi penjelas dari pembahasan ringkas
tersebut.
B. Pengujian Program
Gambar 3.
pengembangan ADDIE
Diagram
model
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan
pada pada penelitian pengembangan ini, digunakan
angket. Angket digunakan untuk mengukur
indikator program yang berkenaan dengan, format
dan sistematika materi, isi serta tata bahsa dari segi
ahli
maetri.
Sedangkan
program
media
pembelajaran, tampilan, sistem operasi dan tombol
navigasi merupakan parameter yang dinilai dari
segi kelayakan media. Angket menggunakan
format respon empat poin dari skala Likert,
dimana alternatif responnya adalah Sangat Setuju
(4 point), Setuju (3 point), Kurang Setuju (2 point),
dan Tidak Setuju (1 point).
Program dianggap berhasil jika input,
proses dan output aplikasi berjalan dengan
baik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan
program maka diperlukan suatu proses
pengujian
untuk
menganalisis
data
berdasarkan kisi-kisi angket yang telah
dibuat. Maksud dari analisis data yaitu untuk
mengetahui kelayakan media sebagai media
pembelajaran fisika pokok bahasan Usaha,
Daya, dan Energi untuk SMA kelas XI.
Pengujian angket media dilakukan dengan
dua cara yaitu angket kepada beberapa ahli
bidang studi fisika dan angket ahli
perancangan media. Adapun hasil pengujian
angket sebagai berikut :
1. Analisis skor angket ahli bidang studi
Fisika
Berdasarkan hasil analisis angket ahli
bidang fisika mengenai program media
pembelajaran
yang
dikembangkan
menghasilkan persentase sebesar 81,97%
tergolong dalam katagori baik.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013 | 02 Juni 2013
15
Perancangan Media Pembelajaran ….
Arif Rahman A.
KESIMPULAN
Gambar 5. Grafik Persentase Kelayakan
Media
2. Analisis skor angket pakar media
Berdasarkan hasil analisis angket dari
pakar perancangan media mengenai
program
media
pembelajaran
yang
dikembangkan menghasilkan persentase
sebesar 88,15 % tergolong dalam katagori
baik.
Gambar 7. Grafik Persentase Kelayakan
Media
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian yang telah
dilakukan, diperoleh bahwa media ini dapat
dimanfaatkan dalam pembelajaran fisika
pokok bahasan Usaha, Daya, dan Energi
untuk SMA kelas XI. Penggunaan program
relatif mudah dan sederhana, hanya
memasukan input (program) lalu tinggal
meng-klik menggunakan mouse sehingga
Output akan ditampilkan pada layar. Media
ini telah memenuhi syarat kelayakan
dengan kriteria, kesesuaian media bahan
ajar fisika pokok bahasan Usaha, Daya, dan
Energi SMA kelas XI sebesar 81,97% atau
termasuk dalam kategori baik (B), dan
kualitas teknisnya sebesar 88,15% temasuk
dalam kategori baik (B).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
dapat diambil kesimpulan bahwa, media
pembelajaran fisika berbasis animasi komputer
materi pokok bahasan Usaha, Daya, dan Energi
untuk SMA kelas XI telah berhasil dibuat. Media
ini termasuk dalam kategori baik sebagai media
pembelajaran. Dengan demikian program yang
dikembangkan layak dijadikan sebagi media
pembelajaran dan dapat dimanfaatkan dalam
pembelajaran Fisika pokok bahasan Usaha, Daya,
dan Energi untuk siswa SMA kelas XI .
REFERENSI
1. Sugiharti, P., 2005, “Penerapan Teori Multiple
Intelligence dalam Pembelajaran Fisika,”
(Versi elektronik) Jurnal Pendidikan Penabur
5, 29-42.
2. Triana, suci. (2007). Pengaruh media kartu
fisika terhadap prestasi belajar fisika pokok
bahasan gaya pada siswa kelas VII SMPN 2
Pangkah,
kabupaten
tegal.
Skripsi.
Yogyakarta: UAD.
3. Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran.
Jakarta: Rajawali.
4. Usman, B. dan Asnawir. 2002. Media
Pembelajaran. Jakarta: Delia Citra Utama.
5. Sadiman, Arief et al. 2008. Media Pendidikan
(Pengertian Pengembangan Pemanfaatannya).
Jakarta: Rajawali.
6. Kanginan, Marthen. 2007. IPA FISIKA Untuk
SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
7. Tipler, Paul A. 1998. Físika (Untuk Sains dan
Teknik). Jakarta: Erlangga.
8. Young, H. D. dan Freedman. 2004. Fisika
Universitas Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
9. Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013 | 02 Juni 2013
16
Penggunaan Alat Peraga ….
Mahmudah
PENGGUNAAN ALAT PERAGA ALARM KEBAKARAN UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA
Mahmudah*
Program Magister Pendidikan Fisika, Program Pascasarjana
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Kampus II, Jl. Pramuka 42 Lt.3, Yogyakarta 55161
* Surel: [email protected]
Intisari Telah digunakan alat peraga alarm kebakaran untuk penguasaan konsep pemuaian zatpadat bagi siswa kelas XI
TITL SMK Negeri 7 Purworejo, Jawa Tengah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efektivitas penggunaan alat
peraga terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa. Subjek penelitian ini.Data dikumpulkan menggunakan tes
keterampilan berpikir kritis yang terintegrasi dengan penguasaan konsep fisika. Data dianalisis menggunakan uji beda
rerata dan skor gain yang dinormalisasi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada peningkatan prestasi belajar siswa yang
ditunjukkan dari adanya perbedaan antara hasil pre-test dan post-test yaitu skor rata-rata pre-test 15,57, standar deviasi
4,48 skor rata-rata post-test 22,07 dengan standar deviasi 3,97. Skor rata-rata Gain 6,50 dengan standar deviasi 4,53, dan
skor rata-rata Nilai Gain 0,41 dengan standar deviasi 0,23. Dengan rata-rata nilai pre-test = 51,89 dan rata-rata nilai posttes
= 73,56. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga alarm kebakaran efektif dalam mendukung
pembelajaran fisika, sehingga penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritisnya menjadi lebih baik.
PENDAHULUAN
DASAR TEORI
Fisika merupakan bagian dari ilmu
pengetahuan yang mempelajari gejala dan
peristiwa atau fenomena alam serta berusaha untuk
mengungkap segala rahasia dan hukum
semesta.Tujuan umum pelajaran fisika adalah
memberi siswa suatu pandangan yang utuh tentang
fisika..
Pembelajaran fisika pada hakikatnya
mencakup aspek proses, produk, dan sikap.
Namun, jika dicermati, pembelajaran fisika di
Indonesia cenderung hanya menekankan pada
aspek produk saja, dimana fakta, hukum dan teori
mendapat porsi yang dominan, sedangkan aspek
proses dan sikap kurang mendapat perhatian. Hal
ini berimplikasi pada masih rendahnya hasil belajar
fisika pada berbagai jenjang pendidikan.
Rendahnya hasil belajar fisika juga
disebabkan adanya kesulitan memahami konsep –
konsep fisika yang tergolong abstrak. Diharapkan
dengan penggunaan alat peraga dapat merangsang
pikiran, perasaan, minat, serta perhatian siswa
sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran
dapat terjadi. Para peneliti menemukan bahwa ada
berbagai cara siswa dalam memproses informasi
yang bersifat unik. Sebagian lebih mudah
memproses informasi visual, sebagian lain lebih
mudah kalau ada suara (auditorial), dan sebagian
lain akan memahami dengan mudah atau lebih baik
jika melakukannya dengan praktek menggunakan
alat yang berhubungan dengan materi tersebut.
Pandangan yang utuh tentang fisika
dicapai dengan menganalisis prinsip-prinsip dasar,
menjabarkan
implikasi-implikasi
dan
mendiskusikan batasan-batasannya [1] . Hakikat
fisika bukan semata–mata terdiri atas kumpulan
pengetahuan, tetapi juga terdiri atas produk dan
sikap [2].Keterampilan berpikir atau kemampuan
untuk melakukan proses berpikir dalam kaitannya
dengan proses belajar – mengajar merupakan hasil
belajar yang
tergolong tersembunyi atau kemampuan yang sulit
diamati.
Wellington
menyatakan
bahwa
“....melatih ketrampilan berpikir siswa lebih
relevan daripada hanya menstransfer pengetahuan
dari pengajar kepada siswanya” [3]. Ketrampilan
berpikir kritis termasuk salah satu ketrampilan
berpikir tingkat tinggi. Ketrampilan berpikir kritis
secara
esensial
merupakan
ketrampilan
menyelesaikan masalah. Berpikir kritis adalah
kemampuan bernalar dan berpikir reflektif yang
diarahkan untuk memutuskan hal-hal yang
meyakinkan untuk dilakukan [4].
Berpikir kritis sebagai salah satu proses
berpikir tingkat tinggi dapat digunakan dalam
pembentukan sistem konseptual IPA pada peserta
didik sehingga merupakan salah satu proses
berpikir konseptual tingkat tinggi [5]. Berpikir
kritis merupakan aspek penting dalam pendidikan
modern sehingga para pendidik tertarik untuk
mengembangkan
berpikir
kritis
pada
siswa.Ketrampilan
berpikir
kritis
perlu
dikembangkan dalam diri siswa karena melalui
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
18
Penggunaan Alat Peraga ….
Mahmudah
ketrampilan berpikir kritis mahasiswa dapat lebih
mudah memahami konsep, peka akan masalah
yang terjadi sehingga dapat memahami dan
menyelesaikan
masalah
dan
mampu
mengaplikasikan konsep-konsep dalam situasi
yang berbeda.
Pengembangan ketrampilan berpikir kritis
telah cukup lama diperhatikan sebagai tujuan
utama pendidikan. Akan tetapi, studi – studi
terhadap
kemampuan
berpikir
siswa
mengungkapkan bahwa keterampilan berpikir
kritis tidak berkembang tanpa usaha yang secara
eksplisit dan disengaja ditanamkan dalam
pengembangannya [6].
Seorang siswa tidak akan dapat
mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya
dengan baik jika tidak dilatih berpikir secara kritis
dalam bidang studi yang dipelajarinya [7].
Masalah
Studi Literatur
Penyusunan Instrumen:
Penyusunan RPP
Validasi dan
Revisi
Pembelajaran tanpa Alat
Peraga
Pre-Tes
Penggunaan Alat Peraga
METODE PENELITIAN
Berdasarkan tujuan yang akan dicapai,
penelitian ini menggunakan metode eksperimen
kuasi dan deskriptif. Desain penelitian yang
digunakan adalah One Group Pre-test dan Posttest Design, yaitu penelitian yang dilaksanakan
pada satu kelas tanpa menggunakan kelas kontrol,
diawali dengan memberikan tes awal
untuk
mengidentifikasi kemampuan awal siswa. Langkah
berikutnya dilaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan alat peraga alarm kebakaran. Setelah
selesai pembelajaran, dilakukan tes akhir untuk
mengidentifikasi peningkatan penguasaan konsep
pemuaian zat padat.
Tes Awal
O
Perlakuan
X
Tes Akhir
O
Dengan O adalah tes awal dan tes akhir
yang berfungsi untuk mengukur pemahaman siswa
terhadap konsep pemuaian zat padat sebelum dan
sesudah menggunakan alat peraga alarm
kebakaran. Penelitian ini dilaksanakan di SMK N 7
purworejo. Tahap-tahap penelitian secara garis
besar seperti terdapat pada gambar berikut :
Pos-Tes
Analisis Data
Kesimpulan
Gambar 1.Skema tahap – tahap Penelitian.
Dalam penelitian ini digunakan instrumen
tes, yaitu berupa pre-tes dan post-tes untuk
menguji efektivitas penggunaan alat peraga
terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis
siswa. Pengertian tes diagnotis ini digunakan untuk
melaporkan perbandingan nilai pre-test dan nilai
post-test siswa. Untuk melihat perubahan yang
terjadi, dapat dilihat nilai Gainnya menggunakan
persamaan:
Gain = skor post-test – skor pre-test.....(1)
N.Gain =
Keterangan:
Gain
= nilai keuntungan
N. Gain
= nilai keuntungan dinormalisir
Skor pre-test
= nilai kemampuan awal
Skor post-test
= nilai kemampuan akhir
A.Alat dan Bahan
Alat peraga alarm kebakaran yang sudah siap
digunakan ditunjukkan pada Gambar 2..
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
19
Penggunaan Alat Peraga ….
Mahmudah
4.
5.
6.
7.
8.
Gambar 2. Alat peraga Alarm Kebakaran
Alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai
berikut
1. Bimetal stater Lampu TL 1 buah
2.
Percis 2.5 volt, 3 Ampere 1 buah
3.
Dudukan pércis /lampu
4.
Alarm DC 6-15 volt
5.
Paralon Sheet masing –masing 20 x 30 cm
6.
Batu Batrei 1.5 volt
7.
Pipa paralon ½ inchi
8.
Lilin
9.
Termometer
10. Kabel penghubung
11. Solder
12. Kawat solder
14. Plat kuningan
15. Mika
B.Prosedur Pembuatan Alat
Cara pembuatan alat peraga alarm kebakaran
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Menyediakan alat/bahan sesuai seperti
Gambar.
2. Membuat Alas dan dinding dengan
Ukuran Masing-masing, Alas 30 X 40 cm
dengan bahan Paralon sip
3. Membuat dudukan baterai dan dudukan
percis
Membuat lubang untuk pemasangan
komponen yang ukurannya sesuai dengan
kebutuhan.
Membuat tempat dudukan lilin dari pipa
paralon
Memasang semua komponen pada
masing-masing lubang
Menyambungkan/merangkai komponen
dengan sambungan kabel menggunakan
solder
Mengetes Keberhasilan Alat.
Prinsip kerja dari jenis detector ini adalah
dengan mendeteksi adanya perubahan atau
kenaikan temperature yang yang tidak normal
dalam satu ruangan.Prinsip kerja ROR sebenarnya
hanya saklar bi-metal biasa. Saklar akan kontak
saat mendeteksi panas. Karena tidak memerlukan
tegangan (supply), maka bisa dipasang langsung
pada panel alarm rumah.Dua kabelnya dimasukkan
ke terminal Zone-Com pada panel alarm.Kedua
kabelnya boleh terpasang terbalik, sebab tidak
memiliki plus-minus.Sedangkan sifat kontaknya
adalah NO (Normally Open).Sehingga ketika
bimetal menerima panas dan bersentuhan maka
alarm secara otomatis langsung mengeluarkan
bunyi/nyala.
Pemanfaatan
keping keping bimetal
dalam berbagai keperluan misalnya pada
termometer bimetal, termostat bimetal pada
seterika listrik, saklar alarm bimetal, sekring listrik
bimetal. Pemanfaatan pemuaian zat yang tidak
sama koefisien muainya dapat berguna bagi
industri otomotif, misalnya pada bimetal yang
dipasang sebagai saklar otomatis atau pada lampu
reting kendaraan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan dideskripsikan hasil
pengujian efektivitas penggunaan alat peraga alarm
kebakaran terhadap peningkatan keterampilan
berpikir kritis siswa.
Keterampilan berpikir kritis siswa dapat
dinilai dari jawaban tes awal dan tes akhir setelah
mengikuti pembelajaran. Indikator keterampilan
berpikir kritis yang dinilai meliputi : kemampuan
menemukan
persamaan
dan
perbedaan,
kemampuan memberikan alasan, kemampuan
membuat kesimpulan, kemampuan menggunakan
prinsip yang dapat diterima. Hasil penelitian
keterampilan berupa skor yang kemudian dicari
prosentasinya.
Skor
pre-testpengujian
efektivitas
penggunaan alat peraga alarm kebakaran terhadap
peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa
diberikan pada siswa sebelum proses belajarmengajar dan skor post-test diberikan pada siswa
setelah proses belajar- mengajar. Dari hasil pre-test
dan post-test yaitu skor rata-rata pre-test 15,57,
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
20
Penggunaan Alat Peraga ….
Mahmudah
standar deviasi 4,48 skor rata-rata post-test 22,07
dengan standar deviasi 3,97. Skor rata-rata Gain
6,50 dengan standar deviasi 4,53, dan skor rata-rata
Nilai Gain 0,41 dengan standar deviasi 0,23.
Dengan rata-rata nilai pre-test
rata nilai post-tes = 73,56
= 51,89 dan rata-
TABEL I.HASIL PENGUJIAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN AAT PERAGA
No
Pre-test
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
∑
Rt-rt
Sd
13
13
13
18
18
8
28
13
18
18
13
13
13
13
13
13
18
13
18
18
18
13
18
28
13
8
18
15
18
13
467.00
15.57
4.48
Nilai Pre-test
43.33
43.33
43.33
60.00
60.00
26.67
93.33
43.33
60.00
60.00
43.33
43.33
43.33
43.33
43.33
43.33
60.00
43.33
60.00
60.00
60.00
43.33
60.00
93.33
43.33
26.67
60.00
50.00
60.00
43.33
1556.67
51.89
14.92
Post-test
Nilai Post-test
28
20
18
23
18
13
28
18
18
28
23
23
23
18
23
18
23
23
23
23
18
23
23
28
18
23
28
23
18
28
662
22.07
3.97
93.33
66.67
60.00
76.67
60.00
43.33
93.33
60.00
60.00
93.33
76.67
76.67
76.67
60.00
76.67
60.00
76.67
76.67
76.67
76.67
60.00
76.67
76.67
93.33
60.00
76.67
93.33
76.67
60.00
93.33
2206.67
73.56
13.24
D
15
7
5
5
0
5
0
25
0
10
10
10
10
5
5
5
10
10
5
5
0
10
25
0
5
15
10
8
0
15
195
62.10
66.84
D^2
225
49
25
25
0
25
0
25
0
100
100
100
100
25
100
25
25
100
25
25
0
100
25
0
25
225
100
64
0
225
1863
62.10
66.84
Nilai
Gain
0.88
0.41
0.29
0.42
0.00
0.23
0.00
0.29
0.00
0.83
0.59
0.59
0.59
0.29
0.59
0.29
0.42
0.59
0.42
0.42
0.00
0.59
0.42
0.00
0.29
0.68
0.83
0.53
0.00
0.88
12.37
0.41
0.28
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
21
Penggunaan Alat Peraga ….
Mahmudah
Untuk
menguji
hipotesis
tersebut
digunakan uji t dengan kriteria jika thitung >t tabel
maka signifikasi. Dari penelitian yang telah
dilakukan, didapatkan nilai t hitungsebesar 4,44 dan
ttabel sebesar 2,04. Ini berarti nilai thitung >t tabel,
memenuhi kriteria.
Dengan berdasarkan hasil analisis uji t di
atas, menunjukkan secara empiris bahwa
ketrampilan berpikir kritis siswa dengan
menggunakan alat peraga alarm kebakaran lebih
tinggi. Analisis uji t yang melibatkan antara pretest dan post-test menunjukkan ada kenaikan skor
tes prestasi belajar fisika.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
[3].Wahidin,
D
(1996).”Berpikir
Perkembangannya
kreatif
dalam
dan
Pengajaran
IPA”.Khazanah Pengajaran IPA 1 (2) : 2331
[4].Ennis, (1996). Critical Thinking. New Jersey :
Prentice Hall, Uper Sadle River.
[5].Liliasari
(2002).
Pengembangan
Model
KESIMPULAN
pemeblajaran kimia untuk meningkatkan
Penggunaan alat peraga alarm kebakaran
dalam penguasaan konsep pemuaian zat padat
untuk meningkatkan ketrampilan berpikir siswa
sepatutnya dikembangkan karena berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan peningkatan prestasi
belajar siswa yang artinya terdapat peningkatan
ketrampilan berpikir siswa dalam penguasaan
konsep pemuaian zat padat.
Disarankan penggunaan alat peraga alarm
kebakaran menggunakan bimetal dari berbagai
bahan logam agar dapat diketahui perbedaan
pengaruh suhu pada setiap jenis logam.
Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru
Dalam Menerapkan Berpikir Konseptual
Tingkat Tinggi.Laporan Penelitian Hibah
Bersaing IX
Perguruan Tinggi Tahun
anggaran 2001-2002.Bandung : FPMIPA
UPI.
[6].Zohar, A., (1994).”The Effect of Biology
Critical
Thinking
Project
in
The
Development of Critical thinking”. Journal
of Research in Science Teachig 31 (2) : 163-
PUSTAKA RUJUKAN
196.
[1].Giancoli, D.W.(2001).Fisika jilid I (edisi
kelima). Jakarta: Erlangga
[7].Meyers, C.(1986). Teaching Students Think
Critically.London : Jossey-Bass Publishers
[2].Kertiasa, N..(1994).Fisika 1 petunjuk guru
sekolah
menengah
umum.Jakarta
:
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
22
Pengembangan Video Pembelajaran ….
Nina Isnaeni
PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN IPA FISIKA BERBASIS POTENSI
LOKAL PADA MATERI TEKANAN UNTUK SISWA SMP/MTS
Nina Isnaeni1* dan Winarti2
Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan KalijagaYogyakarta
*Surel : [email protected]
Intisari. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengembangkan video pembelajaran IPA Fisika berbasis potensi lokal
untuk siswa SMP/MTs kelas VIII pada materi tekanan, (2) mengetahui kualitas video pembelajaran IPA Fisika berbasis
potensi lokal pada materi tekanan untuk siswa SMP/MTs, (3) mengetahui respon siswa terhadap video pembelajaran
IPA Fisika berbasis potensi lokal yang dikembangkan.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan,(Research and Development/R&D) model prosedural deskriptif
yang menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti yaitu model 4D yang meliputi 4 langkah yaitu (1) define, (2)
design ,(3) develop, dan (4) disseminate. Penelitian dibatasi pada tahap develop. Pengumpulan data menggunakan
lembar penilaian (skala Likert) dan lembar respon siswa (skala Guttman) yang sudah divalidasi oleh validator. Data
kualitas video diperoleh dari 6 penilai. Kelayakan video berdasarkan respon siswa uji coba terbatas pada 9 siswa dan uji
coba luas pada 20 siswa. Data hasil penilaian dan respon siswa terhadap video pembelajaran dianalisis dengan
pedoman kategori penilaian ideal untuk menentukan kualitas produk.
Hasil penelitian ini antara lain: (1) produk pembelajaran berupa video pembelajaran IPA Fisika berbasis potensi lokal
pada materi tekanan untuk siswa SMP/MTs, (2) kualitas video pembelajaran yang dikembangkan memiliki kualitas
Sangat Baik (SB) dengan persentase 75,00% dari ahli materi; 80,00% dari ahli media; 82,92% dari guru, (3) respon
siswa terhadap video pembelajan IPA Fisika berbasis potensi lokal pada uji coba terbatas diperoleh persentase 89,00%
sedangkan pada uji coba luas diperoleh persentase 84,00%.
Kata kunci: Video Pembelajaran, Potensi Lokal
PENDAHULUAN
Yogyakarta merupakan salah satu
propinsi di Indonesia dengan beragam potensi
lokal, baik dari potensi alam, potensi industri dan
potensi budaya. Yogyakarta memiliki potensi alam
yang menakjubkan seperti banyaknya pantai,
gunung Merapi, taman buah di Mangunan, bukit
Suroloyo di Kulon Progo. Potensi industri juga
dimiliki oleh Yogyakarta, sebagai contoh penghasil
perak di Kota Gede, kerajinan gerabah di
Kasongan, kerajinan ukiran kayu di Kasihan,
kerajinan Batik, kerajinan kulit di Manding.
Potensi budaya/culture juga masih kental dirasakan
di Yogyakarta.
Ditinjau dari potensi lokal suatu daerah,
culture/kebudayaan dan seni tradisional yang khas
atau mencirikan suatu daerah dapat dijadikan objek
belajar khususnya dalam pembelajaran IPA Fisika.
Objek belajar IPA Fisika adalah segala hal yang
bersifat fisis atau nyata. Potensi lokal di
Yogyakarta seperti kerajinan ukiran kayu, pantai
Depok dan gunung Merapi merupakan objek
belajar IPA Fisika khususnya untuk mempelajari
materi tekanan. Kerajinan ukiran kayu menjelaskan
tekanan pada zat padat, pantai Depok menjelaskan
tekanan pada zat cair dan gunung Merapi
menjelaskan tekanan berdasarkan ketinggian
tempat. Tekanan merupakan mata pelajaran IPA
Fisika yang sifatnya cukup abstrak. Tekanan
merupakan materi IPA Fisika di kelas VIII
semester II. Faktanya di SMP Negeri 2 Pundong
materi tekanan tidak disampaikan seluruhnya
dalam pembelajaran karena terbentur ujian mid
semester.
Potensi lokal suatu daerah belum
sepenuhnya dimanfaatkan dalam pendidikan dan
diimplementasikan dalam pembelajaran hal ini
berdasarkan wawancara dengan guru IPA Fisika di
SMP N 2 Pundong Kabupaten Bantul, MTs Negeri
2 Yogyakarta dan MTs Negeri Sleman Kota
Kabupaten Sleman. Sedangkan pemanfaatan
potensi lokal merupakan salah satu karakteristik
KTSP atau Kurikulum 2006. Undang-Undang
Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada BAB X pasal 36
ayat (3) butir c dinyatakan bahwa Kurikulum
disusun sesuai dengan memperhatikan keragaman
potensi daerah dan lingkungan, selain itu dalam
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan pada BAB III pasal
14 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum
SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain yang sederajat
dan kurikulum untuk SMA/MA/SMALB atau
bentuk lain yang sederajat dapat memasukkan
pendidikan berbasis potensi lokal. Landasan
yuridis mengharuskan sekolah untuk menerapkan
model pendidikan berbasis potensi lokal.
Pemberdayaan potensi lokal yang terintegrasikan
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
23
Nina Isnaeni
dalam pembelajaran dan diwujudkan dalam
pembelajaran berbasis potensi lokal merupakan
suatu bentuk demokratisasi dan desenteralisasi
pendidikan sebagaimana menjadi salah satu ciri
paradigma baru pendidikan nasional seperti yang
diamanatkan dalam Undang-undang RI Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pembelajaran IPA Fisika di SMP N 2
Pundong Kabupaten Bantul, MTs Negeri 2
Yogyakarta dan MTs Negeri Sleman Kota
Kabupaten Sleman berdasarkan hasil wawancara
dengan guru IPA Fisika yaitu masih menerapkan
kurikulum terpisah-pisah (separated curriculum).
Pola pembelajaran IPA Fisika di sekolah tersebut
belum banyak mengalami perubahan dari pola
pembelajaran menggunakan kurikulum 1994 ke
dalam kurikulum KTSP (2006). Pembelajaran IPA
Fisika masih didominasi dengan metode ceramah,
bahan ajar masih terbatas pada modul, belum
dimanfaatkannya
video
sebagai
media
pembelajaran dan video pembelajaran yang ada
masih sangat terbatas, media pembelajaran yang
mendukung pembelajaran secara mandiri masih
sangat kurang, interaksi antara subyek belajar
dengan objek belajar masih minim dan masih
kurangnya pengembangan video yang dilakukan
oleh guru. Hasil wawancara dengan beberapa
siswa di sekolah tersebut yaitu masih adanya
kebingungan dalam memahami IPA Fisika karena
menganggap IPA Fisika adalah mata pelajaran
yang abstrak, terlalu banyak rumus yang dipakai,
dan sulit memahami simbol-simbol IPA Fisika.
Edgar Dale (Azhar
Arsyad:2011)
menjelaskan dalam kerucut pengalaman atau cone
of experience, penggunaan media dalam
pembelajaran
dapat
mempermudah
siswa
memahami yang abstrak menjadi konkrit. Edgar
Dale juga mengatakan bahwa pengetahuan akan
semakin abstrak apabila pesan hanya disampaikan
melalui kata verbal. Hal ini memungkinkan
terjadinya verbalism yaitu siswa hanya mengetahui
tentang kata tanpa memahami dan mengerti makna
yang terkandung di dalamnya. Hal ini akan
menimbulkan kesalahan persepsi siswa. Sebaiknya
siswa memiliki pengalaman yang lebih konkret,
pesan yang ingin disampaikan benar-benar dapat
mencapai sasaran dan tujuan. Media pembelajaran
yang ditawarkan untuk mengatasi hal itu
merupakan media pembelajaran berupa media
audio-visual yang mengimplementasikan kejadian
konkret/nyata berdasarkan potensi lokal.
Media video dapat membuat konsep yang
abstrak menjadi konkret, dapat menampilkan gerak
yang dipercepat maupun diperlambat sehingga
lebih mudah diamati, dapat menampilkan detail
suatu benda atau proses, serta membuat penyajian
pembelajaran lebih menarik. Djamerah dan Zain
(1996:136) dalam kegiatan belajar mengajar
menjelaskan bahwa ketidakjelasan bahan yang
disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan
Pengembangan Video Pembelajaran ….
media sebagai perantara. Kerumitan bahan
pelajaran dapat disederhanakan dengan bantuan
media. Media dapat mewakili apa yang kurang
mampu pendidik ucapkan melalui kata-kata atau
kalimat (Sudarwan danim, 2008:16).
Media video ini membutuhkan biaya yang
relatif terjangkau dalam pengoperasian, sehingga
memungkinkan
untuk
digandakan
dan
disebarluaskan. Keterjangkauan dan kemudahan
pemakaian media video inilah yang diharapkan
dapat memberikan sedikit sumbangsih dalam
pengembangan media pembelajaran ke semua
lapisan masyarakat dan satuan pendidikan.
Sehingga dikembangkan video pembelajaran IPA
Fisika berbasis potensi lokal pada materi tekanan
untuk siswa SMP/MTs.
Tujuan penelitian ini adalah (1)
Mengembangkan video pembelajaran IPA Fisika
berbasis potensi lokal pada materi tekanan untuk
siswa SMP/MTs, (2) mengetahui kualitas video
pembelajaran IPA Fisika berbasis potensi lokal
pada materi tekanan untuk siswa SMP/MTs (3)
mengetahui respon siswa terhadap video
pembelajaran IPA Fisika berbasis potensi lokal
pada materi tekanan untuk siswa SMP/MTs.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis Penelitian
dan Pengembangan (Research and Development/
R&D). Model pengembangan yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah model prosedural
deskriptif. Model prosedural adalah model
deskriptif yang menggambarkan alur atau langkahlangkah prosedural yang harus diikuti untuk
menghasilkan suatu produk tertentu (Punaji
Setysari, 2010:200). Salah satu model prosedural
deskriptif adalah model 4-D. Model ini terdiri dari
4 tahap pengembangan yaitu Define, Design,
Develop,dan Disseminate.
Video divalidas oleh validator materi dan
validator media kemudian dinilai kualitasnya oleh
2 ahli materi, 2 ahli media, dan 2 guru IPA Fisika
SMP/MTs. Aspek yang diuji meliputi aspek
kebenaran konsep, kedalaman konsep, keluasan
konsep, kejelasan kalimat, kebahasaan, penampilan
fisik, keterlaksanaan, suara, gambar dan
kemudahan penggunaan. Instrumen penelitian
berupa lembar penilaian kualitas video yaitu
menggunakan skala Likert yang dibuat dalam
bentuk checklist.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian
ini
telah
berhasil
mengembangkan
produk
berupa
video
pembelajaran IPA Fisika berbasis potensi lokal.
Video dikemas dalam CD (Compact Disc) dengan
format file (.avi). Desain video menerapkan potensi
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
24
Nina Isnaeni
lokal di Yogyakarta sebagai sarana belajar dan
sebagai sumber pengetahuan. Materi dalam
pengembangan video ini adalah tekanan, dengan
mengambil potensi lokal berupa kerajinan ukiran,
pantai Depok dan gunung Merapi dikaitkan dengan
materi tekanan sebagai visualisasi materi
pembelajaran. Kerajinan ukiran membahas tekanan
dalam zat padat, pantai Depok untuk tekanan
dalam zat cair dan gunung Merapi untuk tekana
berdasarkan ketinggian tempat.
Validasi adalah proses permintaan
persetujuan atau pengesahan terhadap kesesuaian
modul dengan kebutuhan (Depdiknas, 2003: 16).
Validasi produk dilakukan oleh dua orang validator
yaitu validator materi dan validator media.
Kemudian dilakukan revisi dari validator media
yaitu menambahkan route/peta untuk setiap lokasi
potensi lokal, penjelasan masing-masing potensi
lokal, mempersingkat durasi video. Dan revisi dari
validator materi yaitu menambahkan SKKD dan
indikator, memperbaiki praktikum hidrostatika,
memperbaiki kualitas volume dan gambar,
memperbaiki konsistensi penulisan. Setelah revisi
draft video mendapatkan persetujuan dari
validator. Hasil revisi dari validator dihasilkan
produk video II yang kemudian video dapat dinilai
kualitasnya oleh para ahli.
Penilaian kualitas produk berdasarkan
tinjauan 2 ahli materi, 2 ahli media, 2 guru
SMP/MTs dengan mengisi lembar penilaian
(lembar checklist).
Berdasarkan hasil penilaian ahli materi, kualitas
video dikategorikan memiliki kualitas Sangat Baik
(SB) dengan persentase keidealan sebesar 75,00%.
Pengembangan Video Pembelajaran ….
Berdasarkan hasil penilaian 2 ahli media,
kualitas video dikategorikan memiliki kualitas
Sangat Baik (SB) dengan persentase keidealan
sebesar 80,00%.
Gambar 2. Persentase Ideal Video Pembelajaran
IPA Fisika Berbasis Potensi Lokal dari Ahli Media
Menurut 2 ahli media secara keseluruhan
video
sudah
mencukupi
sebagai
media
pembelajaran, namun ada beberapa yang perlu
diperbaiki dan dalam pengembangan tahap
selanjutnya, yaitu cover CD harus mampu
mendeskripsikan isi video; penggunaan warna juga
harus tepat, jangan memadukan warna gelap
seperti merah dengan biru; opening diberi
backsound agar tidak vacum; penyesuaian audio
dan visual; peta/ route boleh dipakai asalkan
redaksinya diganti; closing kurang tepat karena
tidak menunjukan yogyakarta, padahal potensi
lokal yang diangkat di Yogyakarta; identitas
pengembang perlu ditampilkan; diberi penugasan
atau contoh soal.
Berdasarkan hasil penilaian 2 guru SMP,
kualitas video dikategorikan memiliki kualitas
Sangat Baik (SB) dengan persentase keidealan
sebesar 82,92%
.
Gambar 1. Persentase keidealan Video
Pembelajaran IPA Fisika Berbasis Potensi Lokal
dari Ahli Materi
Masukan untuk pengembangan video dari
ahli materi adalah mengenai materi yang perlu di
perdalam serta contoh penerapannya lebih
disesuaikan dengan potensi lokal yang diangkat.
Oleh karena itu, peneliti dalam pengembangan
video menyesuaikan introduction agar lebih
mengena dengan materi, menambahkan materi
dalam video serta memperbaiki penulisan satuan
dalam video agar sesuai SI..
Diagram 3. Persentase Ideal Video Pembelajaran
IPA Fisika Berbasis Potensi Lokal dari Guru
SMP/MTs
Masukan dari 2 guru SMP/MTs untuk
video adalah mengenai pemberian contoh soal
supaya bisa mengaplikasikan rumus yang ada
dalam video, kata-kata atau rumus diberi warna
yang mencolok, dan perbaikan konsep untuk
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
25
Pengembangan Video Pembelajaran ….
Nina Isnaeni
hukum Archimedes karena dapat membuat
bingung siswa.
Setelah merevisi draft II berdasarkan
masukan ahli materi, ahli media dan guru fisika,
maka didapat draft III yang selanjutnya akan
diujicobakan kepada siswa dalam uji coba terbatas.
Hasil analisis dari uji coba terbatas didapat
presentase aspek secara keseluruhan adalah
89,00%. Denan 4 sub variabel penilaian yaitu
konsep dalam video mendapat respon dengan
persentase 83,00%, video sebagai bahan rujukan
dengan persentase 87,00%, memotivasi siswa agar
lebih giat belajar dengan persentase 96,00% dan
desain video dengan persentase 94,00%.
Pada tahap uji coba terbatas terdapat
beberapa masukan dari siswa yakni menambah
volume suara, memperbaiki tulisan.
Setelah menindaklanjuti masukan dari uji
coba terbatas, maka didapatkan draft IV yang
selanjutnya diujicobakan kepada siswa dalam uji
coba luas. Pada uji coba luas diperoleh presentase
aspek secara keseluruhan adalah 84,00%. Dari 4
sub variabel penilaian yaitu konsep dalam video
mendapat penilaian dengan persentase 81,00%,
video sebagai bahan rujukan dengan persentase
82,00%, memotivasi siswa agar lebih giat belajar
dengan persentase 93,00% dan desain video
dengan persentase 73,00%.
Skor rata-rata dan presentase respon siswa
pada uji coba terbatas lebih tinggi dibandingkan
presentase respon siswa pada uji coba luas
dikarenakan pada uji coba terbatas siswa dapat
memperhatikan video dengan seksama dan tenang.
Sedangkan pada uji coba luas 20 siswa di kelas
VIIID memiliki karakter yang berbeda. Siswa
disini kurang memperhatikan video yang
ditayangkan disamping itu pada saat penelitian
terdapat kendala yaitu hujan deras sehingga suara
video tidak terdengar dengan jelas.
UCAPAN TERIMA KASIH
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
Learning and Motivation in Online Course. The
American Journal of Distance Education vol.4
no.19
Djemari Mardapi. 2008. Penyusunan Tes Hasil
Belajar. Yogyakarta: Program Pascasarjana UNY
Halliday dan Resnick. 1985. Fisika Edisi ke 3 Jilid
1. Jakarta: Erlangga
I Gde Wawan Sudatha dan I Made Tegeh. 2009.
Desain Multimedia Pembelajaran. Singaraja:
Unesa
Isiaka, Babaloka. 2007. Effectiveness Of Video As
An Intructional Medium In Teaching Rural
Children Agricultural And Environmental Sciences.
Journal of Educational and Development using
Information and Communication Technology
(IJEDICT), 2007, Vol.3, Issue 3, pp.105-114
Nipan Maniar. 2008. The Effect of screen size
mobile phone on video based learning. University
of Portsmouth, Portsmouth, United Kingdom.
Journal of software. Vol.3. Nomer. 4. April 2008
Punaji Setyosari. 2010. Metode Penelitian
Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup
Sears & Zemansky. 2000. Fisika Universitas Edisi
Kesepuluh Jilid 2 Young and Freedman. Jakarta:
Erlangga.
Sudarwan danim. 2008. Media Komunikasi
Pendidikan: Pelayanan Profesional Pembelajaran
dan Mutu Hasil Belajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Suharsimi Arikunto. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara
Sumarwan, Sumartini, dkk. 2010. Science for
Junior High School Grade VIII 2nd Semester.
Jakarta: Erlangga
Wasis, Sugeng Yuli Irianto. 2008. Ilmu
Pengetahuan Alam untuk SMP/MTs Kelas VIII.
Jakarta: Depdiknas
Wawan S, dkk. 2007. Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan. Bandung: Pedagogianan Press
Widoyoko. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen
Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Winarno, Abdullah dan Abu Yasid, dkk. 2009.
Teknik Evaluasi Multimedia Pembelajaran. Jakarta:
Genius Prima Media.
Terimakasih kepada Program Studi
Pendidikan Fisika dan Universitas Islam Negeri
Sunan
Kalijaga
Yogyakarta
yang
telah
memfasilitasi dalam melakukan penelitian ini.
REFERENSI
1.
2.
3.
4.
Andi Kristanto. 2011. Pengembangan Model Media
Video Pembelajaran Mata Kuliah Pengembangan
Media Video/TV Program Studi Teknologi
Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Surabaya. Jurnal Teknologi Pendidikan,
Vol.11 No.11, April 2011 (12-22)
Azhar Arsyad. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta:
Rajawali Pers
Cheppy Riana. 2007. Pedoman Pengembangan
media Video. Bandung : Program P3AI UPI
Choi, Hee Jun dan Scott D. Johnson. 2005. The
Effect of Context-Based Video Instruction on
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
26
Pemanfaatan Sayuran ….
Uswatun Khasanah
PEMANFAATAN SAYURAN (TOMAT DAN CABAI) SEBAGAI SUMBER ENERGI
LISTRIK ALTERNATIF
Uswatun Khasanah,1* dan Toifur2)
1),2)
Program Magister Pendidikan Fisika, Program Pascasarjana
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Kampus II, Jl. Pramuka 42 Lt.3, Yogyakarta 55161
*Surel : [email protected]
Intisari. Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah tomat dan cabai bisa dimanfaatkan sebagai sumber
energy alternatif. dengan pengukuran beda potensial pada tomat dan cabai.
Dengan memanfaatkan baterai bekas, yang kemudian kita ambil bagian MnO 2, dan sebagai gantinya kita gunakan
tumbukan cabai dan atau tomat sebagai larutan elektrolit di dalam baterai. Setelah cabai dan atau tomat dimasukkan ke
dalam baterai bekas, dimasukkan kembali batang arang pada baterai dan ditutup dengan bantuan lakban. Kemudian
diukur beda potensial pada baterai yang sudah diisi tumbukan cabai atau tomat. Dalam percobaan itu dihasilkan
tegangan untuk baterai tomat ±0,8 volt, baterai cabai sekitar 0,8 volt dan campuran antara tomat dan cabai dengan kadar
50% masing-masing dihasilkan beda potensial sktr 0.9 volt.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Listrik mempunyai peran yang sangat
besar bagi kelangsungan hidup manusia. Dahulu,
sebelum ditemukannya listrik, orang tidak
keberatan hidup tanpa listrik, tetapi teknologi kian
lama kian berkembang. Kini, sebagian besar
aktivitas manusia memerlukan energi listrik. Di
kehidupan sehari-hari pun banyak dijumpai
aktivitas yang menggunakan alat elektronik,
misalnya pekerjaan rumah tangga, permainanpermainan, hiburan, dan aktivitas perkantoran
lainnya. Tanpa listrik, manusia kesulitan mendapat
cahaya lampu serta alat-alat elektronik yang
selama ini digunakan untuk membantu kebutuhan
dan memperlancar aktivitas juga tidak bisa
digunakan. Satu hari saja ada pemadaman dari
pihak PLN, semua pekerjaan yang berkaitan
dengan listrik jadi terhambat.
Manusia memang tidak bisa terlepas dari
listrik, padahal sumber energi listrik apabila terus
menerus digunakan akan habis, bahkan kini sering
kita dengar adanya istilah krisis energi. Di samping
menggunakan sumber energi dengan hemat,
manusia dituntut untuk menemukan sumbersumber energi baru. Dengan demikian perlu
dilakukan upaya untuk menemukan sumber energi
listrik lain. Salah satu sumber energi baru yang
kini dapat dikembangkan ialah cabai dan tomat
Buah tomat dan cabai akan menjadi salah
satu alternative masa depan karena tanaman ini
mudah didapat dan mudah dibudidayakan serta
cepat berkembang sehingga dapat diproduksi oleh
masyarakat dengan mudah terutama masyarakat
yang memiliki lahan.
2. Perumusan Masalah
Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah
cabai
dan
tomat
dapat
dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik?
2. Bagaimana pemanfaatan cabai dan tomat
sebagai baterai?
3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui apakah tomat dan cabai dapat
dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik.
2. Mengetahui bagaimana pemanfaatan tomat
dan cabai sebagai baterai tomat dan baterai
cabai.
.
4. Manfaat Penelitian
1. Memperoleh ilmu mengenai pemanfaatan
sayuran, khususnya tomat dan cabai
2. Memperkaya khazanah ilmu kelistrikan
secara teori dan praktek
3. Memotivasi pembaca untuk memanfaatkan
sayuran yang ada di sekitar untuk menjadi
barang yang bermanfaat dan bernilai jual
4. Meningkatkan rasa ingin tahu dengan selalu
mencari, membaca, dan meneliti
5. Melatih untuk melakukan penelitian secara
utuh, mulai dari mengenal dan merumuskan
masalah, merumuskan tujuan penelitian,
merancang
cara
atau
metodologi
pengumpulkan dan analisis data, menulis
laporan
penelitian,
dan
mempertanggungjawabkan hasilnya secara
akademik.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
27
Pemanfaatan Sayuran ….
Uswatun Khasanah
LANDASAN TEORI
A. Sayuran Tomat dan Cabai Beserta
Kandungannya
Tomat adalah jenis buah yang sangat
sering dijumpai dan manfaat tomat untuk
kesehatan telah diuji dan dapat digolongkan
sebagai sumber vitamin C yang sangat baik
(excellent) karena 100 gram tomat memenuhi 20
persen atau lebih dari kebutuhan vitamin C sehari.
Vitamin C memelihara kesehatan gigi dan gusi,
mempercepat sembuhnya luka-luka, mencegah
penyakit scurvy (skorbut), serta menghindarkan
terjadinya perdarahan pembuluh darah halus. Akan
lebih baik jika kita mengetahui kandungan gizi
yang terkandung di dalam tomat. Dalam 100 gram
tomat terdapat kandungan gizi sebagai berikut:
fosfor 27 gr, kalium 360 mg, besi 6 mg, kalsium 11
mg, vitamin C 23 mg, protein 1 gr, vitamin A 1000
UI.
Berdasarkan data di atas ternyata tomat
mengandung kalium yang cukup tinggi. Kalium
merupakan logam alkali yang dapat menghasilkan
elektrolit yang bagus untuk menghasilkan ion-ion
listrik.
Sedangkan pada cabai yang merupakan
makanan bernilai gizi tinggi dan cukup kompleks.
Cabai bisa tumbuh di berbagai jenis tanah dan
dibudidayakan secara komersil di daerah tropis.
Cabai mengandung senyawa kimia yang
dinamakan capsaicin (8-methyl- N-vanillyl-6nonenamide). Selain itu, terkandung juga berbagai
senyawa yang mirip dengan capsaicin, yang
dinamakan capsaicinoids. Apabila cabai dimakan,
senyawa- senyawa capsaicinoids berikatan dengan
reseptor nyeri di mulut dan kerongkongan sehingga
menyebabkan rasa pedas. Kemudian reseptor ini
akan mengirimkan sinyal ke otak yang mengatakan
bahwa sesuatu yang pedas telah dimakan. Otak
merespon sinyal ini dengan menaikkan denyut
jantung, meningkatkan pengeluaran keringat, dan
melepaskan hormon endorfin. Cabai merah
mengandung vitamin C dalam jumlah besar, juga
mengandung karoten (pro vitamin A). Kandungan
kedua zat ini tidak terlampau tinggi pada cabai
yang berwarna kuning dan hijau. Berikut
kandungan apa saja yang terdapat dalam 100 g
cabai :
Energy
Air
Protein
Lipid
Abu
Karbohidrat
Serat
Gula
Kalsium
Besi
318 kkal
8.05 mg
12.01 mg
17.27 mg
6.04 mg
56.63 mg
27.20 mg
10.34 mg
148 mg
7.8 mg
Magnesium
Fosfor
Kalium
Natrium
Zinc
Tembaga
Mangan
Selenium
Vit C
Thiamin
Rhiboflavin
Niacin
Vit B6
Volat dan kolin
Vit A, E dan K
Asam lemak
152 mg
293 mg
2014 mg
30 mg
2.48 mg
0.37 mg
2 mg
8.80 mg
76.40 mg
0.33 mg
0.92 mg
8.7 mg
2.45 mg
157.5 mg
151.74 mg
3.26 mg
Tabel . Kandungan dalam 100 gram cabai
Berdasarkan data di atas juga didapatkan
bahwa cabai mengandung kalium yang cukup
tinggi, dan juga natrium yang merupakan logam
alkali seperti halnya pada tomat.
B. Energi Listrik
Energi listrik merupakan sumber energi
pokok bagi kehidupan manusia saat ini. Listrik
menjadi penyuplai energi untuk menyalakan
lampu, memasak, alat komunikasi dan berbagai hal
lain yang sangat diperlukan oleh manusia. Listrik
telah lama dikenal yaitu lebih dari 4.000 juta tahun
lalu. Salah satu contoh peristiwa kelistrikan yang
terjadi secara alamiah adalah petir (Steve Parker,
2000).
Arus listrik timbul akibat adanya aliran
partikel-partikel bermuatan positif yang melalui
konduktor walaupun sesungguhnya elektronelektron bermuatan negatiflah yang mengalir
melalui konduktor (Marthen Kanginan, 2002).
Muatan dapat mengalir dalam rangkaian tertutup
jika terdapat beda potensial listrik atau tegangan
listrik diantara dua titik yang biasanya disebut
sumber tegangan. Sebuah lampu dengan hambatan
R jika dihubungkan dengan sumber tegangan (V)
maka akan dialiri arus listrik (I). Hubungan V, I
dan R dinyatakan dengan:
,
Keterangan
V : Beda potensial sumber
I : Kuat arus listrik
R : Hambatan
Energi listrik adalah energi yang
disebabkan oleh mengalirnya listrik dalam sebuah
rangkaian tertutup (Fitri Wahyuni, 2011). Energi
listrik (W) yang dihasilkan dari sumber tegangan
(V) yang dihubungkan dengan lampu dengan
hambatan R yang menyala selama t dinyatakan
sebagai:
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
28
Uswatun Khasanah
,
Keterangan
W
: Energi listrik
t
: Waktu
Dengan demikian energi listrik sebanding
dengan kuadrat beda potensial, waktu, dan
hambatan.
C.
Sel Volta
Arus listrik dapat mengalir pada larutan
elektrolit, yaitu suatu zat yang larut atau terurai ke
dalam bentuk ion-ion dan selanjutnya larutan
menjadi konduktor atau penghantar listrik.
Elektrolit bisa berupa air, asam, basa atau berupa
senyawa kimia lainnya. Elektrolit umumnya
berbentuk asam, basa (alkali) dan senyawa garam.
Senyawa yang termasuk asam antara lain Aqua
Regia: campuran H2SO4 dengan HNO3, HNO3,
H2SO4, Asam halida(kecuali HF) : HI>HBr>HCl,
Asam oksi halogen : HXO4>HXO3>HXO2>HXO).
Unsur yang termasuk alkali ialah Litium ( Li ),
Natrium (Na), Kalium (K), Rubidium (Rb), Sesium
(Cs), Fransium (Fr). Senyawa garam meliputi
Amonium (NH4+), Kalsium
( Ca2+), Besi (Fe2+
3+
2+
and Fe ), Magnesium (Mg ), Kalium K+),
Pyridinium (C5H5N), Quaternary ammonium
(NR4+), Natrium (Na+ ), Asetat (CH3COO−)
Karbonat (CO32− ), Klorida( Cl− ), Sitrat
HOC(COO−)(CH2COO−)2 , Sianida C≡N−,
Hidroksida (OH− ), Nitrat (NO3− ), Nitrit (NO2− ),
Oksida( O2− ) , Fosfat (PO43− ), Sulfat (SO42−).
(http://id.wikipedia.org/wiki/ Garam_Basa _asam).
Jika dua elektroda memiliki beda potensial listrik
di masukkan ke dalam larutan elektrolit maka
timbul arus listrik.
Ahli kimia berkebangsaan Italia bernama
Alessandro Giusseppe Volta (1745-1827) dan
Luigi Galvani (1773-1798) menemukan arus listrik
yang timbul pada reaksi redoks. Reaksi redoks
singkatan dari reaksi reduksi dan reaksi oksidasi.
Reduksi adalah penerimaan elektron atau
penurunan bilangan oksidasi, sedangkan oksidasi
adalah pelepasan elektron atau peningkatan
bilangan oksidasi. Setiap reaksi redoks merupakan
pasangan antara reaksi reduksi dan reaksi oksidasi
(Maryuanah dan Sutresna, 1999:55). Jadi dalam
reaksi redoks terjadi perpindahan elektron antarzat.
Dari reaksi redoks ini terjadi perubahan energi
kimia menjadi energi listrik. Jika elektroda Zn dan
Cu dicelupkan ke dalam larutan elektrolit secara
terpisah dan dihubungkan dengan jembatan garam
maka terus menerus akan terjadi pergerakan
elektron yang akan menimbulkan energi listrik
proses ini dikenal sebagai sel volta.
Lebih lanjut Volta membuat deret unsurunsur yang disebut Deret Volta, yaitu urutan
logam-logam (ditambah hidrogen) berdasarkan
Pemanfaatan Sayuran ….
kenaikan potensial elektrode standarnya. Deret
Volta tersebut meliputi :
Li – K – Ba – Sr – Ca - Na – Mg – Al – Mn – Zn Cr – Fe – Cd – Co – Ni – Sn – Pb – H –
Sb – Bi – Cu – Hg - Ag - Pt– Au
Pada Deret Volta, unsur logam dengan
potensial elektrode lebih negatif ditempatkan di
bagian kiri, sedangkan unsur dengan potensial
elektrode yang lebih positif ditempatkan di bagian
kanan.Semakin ke kiri kedudukan suatu logam
dalam deret tersebut, maka logam semakin reaktif
(semakin mudah melepas elektron) dan logam
merupakan reduktor yang semakin kuat (semakin
mudah mengalami oksidasi). Sebaliknya, semakin
ke kanan kedudukan suatu logam dalam deret
tersebut, maka logam semakin kurang reaktif
(semakin sulit melepas elektron) dan logam
merupakan oksidator yang semakin kuat reduksi)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Deret_Volta).
Penerapan sel volta dalam kehidupan
sehari-hari adalah baterai. Satu buah baterai beda
potensial yang dihasilkan sebesar 1,5 volt.Pada
sebuah baterai terdapat batang karbon (C) sebagai
anoda, serta seng (Zn) sebagai katoda sekaligus
sebagai wadah. Di dalam baterai diisi pasta berupa
campuran MnO2 (elektrolit mangan dioksida),
NH4Cl, dan air. Anoda Zn(-) melarut menjadi Zn2+
sehingga menghasilkan arus listrik. Sedangkan
reaksi sel terjadi apabila MnO2 dan NH4+
mengalami reduksi
Di bawah ini disajikan gambar baterai
besertakomponennya
Sumber
gambar
:
blogspot.com/2011/12/bateraipertama-atau-html)
(http:/fun-smilebaghdad-baterai-
D. METODE EKSPERIMEN
1. Alat dan Bahan
a. Tomat
b. Cabai
c. Air
d. Baterai bekas
e. Pisau
f. Penjepit buaya
g. Batang Cu
h. Voltmeter
i. Paku (Fe)
j. Alat penumbuk
k. Panci
l. Gelas kimia
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
29
Pemanfaatan Sayuran ….
Uswatun Khasanah
m. lakban
2. Prosedur Eksperimen
1. Uji beda potensial listrik pada tomat dan
cabai
Uji beda potensial listrik ini dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
a. Mengeringkan tomat dan cabai (tidak
sampai kering sekali, masih ada sedikit
air dalam kandungan cabai dan tomat)
b. Menumbuk tomat dan cabai yang sudah
agak kering sampai halus
c. Membagi tumbukan tomat dan cabai
menjadi 3 bagian yang sama besar dan
memasukkannya ke dalam gelas kimia
d. Memasukkan paku (Fe) dan batang
tembaga (Cu) ke dalam tumbukan tomat
dan cabai
e. Mengukur beda potensial listrik pada
masing-masing
gelas
kimia
menggunakan voltmeter.
2. Baterai tomat dan cabai
Cara kerja pembuatan baterai tomat dan
cabai tanpa direbus sebagai berikut:
a. Membuka tutup baterai
b. Mengeluarkan
serbuk
mangan
dioksida
c. Mencuci selubung dan batang karbon
baterai yang telah dibongkar
d. Memisahkan tomat dan cabai dari
bagian lainnya
e. Menumbuk tomat dan cabai sampai
halus
f. Memasukkan tomat dan cabai yang
sudah halus ke dalam baterai yang
sudah dikosongkan
g. Memasang kembali batang karbon di
tengah baterai dan menutupnya
dengan penutup selubung baterai
h. Membungkus rapat bagian samping
batu baterai dengan lakban
i. Mengukur energi batu baterai dengan
voltmeter
3. Hasil
massa tomat = 30 gram
massa cabe = 30 gram
4
0.000069
0.7
0.6
0.9
5
0.000056
0.6
0.6
0.9
6
0.000046
0.6
0.5
0.5
7
0.000040
0.5
0.5
0.5
8
0.000035
0.5
0.5
0.4
9
0.000031
0.45
0.5
0.4
10
0.000028
0.4
0.6
0.4
11
0.000025
0.4
0.8
0.4
12
0.000023
0.4
0.8
0.3
13
0.000021
0.4
0.8
0.3
14
0.000020
0.4
0.8
0.3
15
0.000019
0.3
0.8
0.3
16
0.000017
0.3
0.8
0.2
Tabel. Beda tegangan baterai tomat, cabai dan
campuran tomat dan cabai
massa total 30 gram untuk 1 baterai
no
CT(80-20) volt
CT(20-80) volt
CT(60-40) volt
1
0.05
0.3
0.05
2
0.05
0.3
0.05
3
0.05
0.2
0.05
4
0.05
0.2
0.05
5
0.05
0.2
0.05
6
0.05
0.2
0.05
7
0.05
0.2
0.05
8
0.05
0.2
0.05
9
0.05
0.2
0.05
10
0.05
0.25
0.05
11
0.05
0.25
0.05
12
0.05
0.25
0.05
13
0.04
0.25
0.05
14
0.04
0.25
0.05
15
0.04
0.25
0.05
16
0.03
0.25
0.06
17
0.03
0.25
0.06
18
0.04
0.3
0.075
Tabel. Beda tegangan baterai campuran cabai
dan tomat diukur setiap 5 menit
massa campuran cabe dan tomat msg2 15 gram
Kalibra
0.01
jam
1/(t x 3600)
Tmt(volt)
Cb (volt)
(t+c )volt
1
0.000278
0.8
0.8
0.9
2
0.000139
0.7
0.8
0.7
3
0.000093
0.7
0.7
0.6
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
30
Uswatun Khasanah
4. ANALISIS DATA
Grafik hubungan antara tegangan (volt)
terhadap waktu (sekon)
Grafik 1. Tegangan vs waktu baterai tomat
Grafik 2. Tegangan vs waktu baterai cabai
Grafik 3. Tegangan vs waktu baterai campuran
tomat dan cabai
Pemanfaatan Sayuran ….
5. PEMBAHASAN
Dengan melakukan uji beda potensial
yaitu dengan memasukkan batang tembaga (Cu)
dan paku (Fe) pada cabai dan tomat yang
dihaluskan diketahui bahwa cabai dan tomat dapat
menimbulkan beda potensial listrik. Batang Cu dan
Fe berfungsi sebagai elektroda yang kemudian
dihubungkan dengan alat ukur beda potensial
listrik (voltmeter). Berdasarkan uji ini, ternyata
jarum voltmeter bergerak yang artinya terdapat
beda potensial listrik antar elektroda Cu dan Fe.
Berdasarkan tabel diketahui bahwa cabai
dan tomat maupun campuran antara keduanya
menghasilkan beda potensial listrik. Penelitian
dilakukan 2 kali dengan massa cabai dan tomat
yaitu 30 gram diperoleh energi listrik yang sama
pula yaitu 0,8 volt. Dengan demikian dapat
disimpulkan tiap 1 gram cabai dan tomat
menghasilkan beda potensial sebesar 0,03 volt.
Cabai dan tomat mengandung kalium (K),
sodium atau natrium (Na) yang merupkan alkali
yang jika bereaksi dengan air akan membentuk
larutan elektrolit. Kalsium (Ca), besi (Fe), dan
magnesium (Mg), fosfat (P) yang termasuk unsurunsur yang dapat membentuk senyawa garam.
Ketika elektroda Cu dan Fe diletakkan diantaranya
maka akan terbentuk sel volta dan terjadi reaksi
redoks pada kedua elektroda.
Selama reaksi redoks terjadi pergerakan
elektron secara terus-menerus dari anoda (Fe) ke
arah katoda (Cu). Pergerakan elektron tersebut
menghasilkan beda potensial listrik pada kedua
elektroda. Dengan demikian terbukti bahwa tomat
dan cabai dapat dijadikan salah satu sumber energi
listrik.
Berdasarkan uji kandungan listrik pada
cabai dan tomat yang telah dilakukan, diketahui
bahwa cabai dan tomat yang digunakan berupa
tumbukan halus tidak praktis untuk digunakan.
Supaya pemanfaatan energi listrik pada cabai dan
tomat lebih praktis perlu dilakukan pengemasan.
Dalam penelitian ini cabai dan tomat dikemas
dalam bentuk baterai cabai dan tomat. Cabai dan
tomat yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam
baterai kering bekas yang sudah dibersihkan dan
dibuang pasta mangan dioksidanya (MnO2).
Kendala dalam penelitian baterai tomat
dan cabai adalah kebocoran. Air keluar dari selasela baterai sehingga baterai tidak tahan lama. Hal
ini disebabkan tomat memiliki kadar air yang
tinggi dan cabai pada saat dihaluskan juga
ditambahkan sedikit air. Dengan demikian perlu
dilakukan upaya untuk mengurangi kadar air pada
kulit kentang.
6. SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan dapat di simpulkan :
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
telah
31
Uswatun Khasanah
Pemanfaatan Sayuran ….
1.Cabai dan tomat dapat dimanfaatkan
sebagai sumber energi listrik. Tiap 1 gram
cabai dan tomat menghasilkan energi
listrik sebesar 0,03 volt
2.Cabai dan tomat dapat dimanfaatkan
sebagai sumber energi listrik dengan cara
dibuat menjadi baterai cabai dan tomat.
B. Saran
1.Pada masyarakat diharapkan mengolah
cabai dan tomat sebagai sumber energi
listrik dengan membuat baterai cabai dan
tomat
2.Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
tentang pemanfatan baterai cabai dan
tomat pada alat elektronik lain.
DAFTAR PUSTAKA
Badrussalam. R. 2008. Biogas dari Sayur Bekas.
Jakarta: Batara Cipta Prima Indocamp
Clark, John O. E. 2009. Materi Fisika!. Bandung:
Pakar Raya
http://id.wikipedia.org/wiki/Deret_Volta
http://id.wikipedia.org/wiki/Garam_Basa _asam
http://www.proseanet.org
Marthen Kanginan,2002. Fisika SMA IB. Jakarta:
Erlangga
Muhadi, Riyanta. 1995. Pintar IPA (Sains). Solo:
CV Aneka
Parker, Steve. 2001. Jendela Iptek Listrik. Jakarta:
Balai Pustaka
Sugiono.2010. Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta
Maryuanah N.dan Nana Sutresna.1999.Kimia
untuk Sekolah Menengah Umum Kelas III.
Bandung: Grafindo
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
32
Rancang Bangun Simulasi ….
Apik Rusdiarna I.
RANCANG BANGUN SIMULASI KARAKTERISTIK TRANSISTOR
MENGGUNAKAN PROTEUS VSM
Apik Rusdiarna Indrapraja* dan Ali Murdani
Program Studi Fisika MELINS Universitas Ahmad Dahlan
Kampus III UAD, Jl. Prof. Dr. Soepomo, Janturan Yogyakarta
* Surel: [email protected]
Intisari. Telah dilakukan perancangan alat karakterstik transistor menggunakan simulator proteus VSM. Konfigurasi
transistor yang digunakan common emitor. Sistem akuisi data menggunakan ATmega8 yang diprogram menggunakan
micropascal dan program penampil menggunakan Delphi7. Komunikasi data antara ATmega8 dan program penampil
dilakukan secara virtual menggunakan Virtual Serial Port dari Eltima. Pada penelitian ini digunakan transistor n-p-n
2N3904 sebagai bahan uji sistem . Hasil yang diperoleh setelah pengujian proteus dapat digunakan untuk media
simulasi karakteristik transistor karena secara visualiasi telah mempresentasikan karakteristik transistor tetapi untuk
nilai-nilai yang dihasilkan perlu dicocokan dengan nilai hasil pengukuran realnya.
Kata kunci: Karakterisasi transistor, common emitor, ATmega8, Proteus VSM, Virtual Serial Port
PENDAHULUAN
Ilmu fisika merupakan salah satu cabang
ilmu sains yang mempunyai cukup banyak sub-sub
ilmu bagian. dari beberapa bagian ilmu fisika
tersebut, tidak semuanya dapat dipahami dengan
mudah dan dapat ditemukan dalam aplikasi
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, untuk
memahami suatu bidang ilmu terutama pada pokok
bahasan tertentu, maka dibutuhkan suatu cara
untuk dapat mewujudkannya. Hal ini dikarenakan
dengan menggunakan cara yang tepat, maka ilmu
yang dipelajari akan lebih mudah dimengerti dan
dapat selalu diingat.[1]
Salah satu topik pembahasan dalam ilmu
fisika adalah piranti elektonika, dimana dalam
pembahasan piranti elektonika ini dibutuhkan alat
peraga atau simulasi agar lebih mudah dipahami.
Salah satu ulasan dalam topik pembahasan piranti
elektonika
adalah
mengenai
karakteristik
transistor.
Beberapa Peralatan telah diciptakan untuk
pendeteksian transistor maupun untuk mengetahui
karakteristiknya. Salah satu alat yang paling
terkenal disebut pelacak kurva (curve tracer) yang
dapat menampilkan bentuk karakteristik transistor
melalui layar osiloskop.[2] namun ada juga yang
telah merancang alat penampil kurva karakteristik
transistor ini dengan antarmuka komputer yang
dirancang oleh Sobari. Alat yang dirancang sobari
masih ada kekurangan yaitu sistem belum berbasis
mikrokontroler sehingga rangkaiannya terlalu
kompleks dan interface masih menggunakan port
paralel sehingga penggunaan alat masih terbatas
pada PC untuk menampilkannya.
Proteus Virtual System Modelling (VSM)
merupakan salah satu program simulator elektronik
yang banyak digunakan dalam praktikum
mikrokontroler dan telah diuji kehandalannya.
[3,4,5] Keunggulan dari proteus adalah dapat
simulasikan
mikrokontroler
dan
dapat
mensimulasikan antarmuka komunikasi serial
menggunakan virtual serial port.
Rangkaian Karakterisasi Transistor
Rangkaian karakterisasi transistor bipolar
antara lain seperti Gambar 1 berikut ini
GAMBAR 1. Skema rangkaian common emiter
Rangkaian
emiter bersama banyak
dimanfaatkan
sebagai penguat arus,karena
menghasilkan arus keluaran yang besar (Ic)
hanya
dengan
arus
masukan kecil (Ib).
perbandingan antara Ic dan Ib menunjukkan
seberapa. besar penguatan arus suatu transistor.
Besarnya pcnguatan arus transistor, biasa
dilambangkan dengan βdc, sehingga:
I
(1)
 C
IB
Suatu cara untuk mengetahui gambaran
kerja suatu transistor ialah dengan membuat grafik
yang menghubungkan arus dan tegangannya,
sehingga diketahui karakteristik
transistor
tersebut.
Kurva karakteristik transistor ada dua
rnacam, yakni kurva
karakteristik masukan
(kurva basis) dan kurva karakteristik
keluaran
(kurva kolektor). Kurva basis mempunyai absis
VBE (tegangan antara basis dan erniter) dan
ordinat IB (arus basis). Setiap lengkungan pada
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
33
Rancang Bangun Simulasi ….
Apik Rusdiarna I.
kurva basis dihasilkan untuk VCE (tegangan
kolektor ke emiter) yang konstan.
Kurva
kolektor mernpunyai absis VCE dan ordinat IC
(arus kolektor). Setiap lengkungan pada kurva
kolektor dihasilkan untuk IB yang konstan. Pada
Gambar 2 ditunjukan kurva karakteristik transistor
EKSPERIMEN
Perencanaan sistem yang dirancang seperti
pada Gambar 4.
(a)
(b)
GAMBAR 2. Kurva karakteristik transistor (a)
kurva basis
(b) kurva kolektor
GAMBAR 3. Diagram Sistem
Kurva Basis
Hubungan antara IB dan VBE tentu saja
akan berupa kurva dioda. Karena memang telah
diketahui bahwa junction base-emitor tidak lain
adalah sebuah dioda. Jika hukum Ohm diterapkan
pada loop base maka:
IB 
VBB  VBE
RB
(2)
VBE adalah tegangan jepit dioda junction
base-emitor. Arus hanya akan mengalir jika
tegangan antara base-emitor lebih besar dari VBE.
Sehingga arus IB mulai aktif mengalir pada saat
nilai VBE tertentu.
Besar VBE umumnya diketahui VBE = 0.7
volt untuk transistor silikon dan VBE = 0.3 volt
untuk transistor germanium. Nilai ideal VBE = 0
volt.
Kurva Kolektor
Satu hal lain yang menarik adalah
bagaimana hubungan antara arus basis IB, arus
kolektor IC dan tegangan kolektor-emiter VCE.
Dengan mengunakan rangkaian emiter bersama
pada gambar 1, tegangan VBB dan VCC dapat
diatur untuk memperoleh plot garis-garis kurva
kolektor. Pada gambar 2 telah diplot beberapa
kurva kolektor arus IC terhadap VCE dimana arus
IB dibuat konstan. Jika hukum Ohm diterapkan
pada loop collector diketahui adalah :
Ic 
VCC  VCE
RC
Kurva
kolektor pada Gambar 2b
memperlihatkan bahwa jika IB naik maka IC
akan ikut naik, ini menunjukkan IB yang keciI
mengendalikan IC yang besar. kurva diatas juga
menunjukan beberapa daerah kerja transistor,
diantaranya adalah daerah saturasi, daerah cut-off,
daerah aktif dan daerah breakdown.
(3)
Rangkaian minimum sistem ATmega8,
modul karakteristik dan komunikasi serial
dirancang di dalam proteus, ATmega8 diprogram
menggunakan microPascal. Virtual Port serial
digunakan untuk menghubungkan program
penampil dengan minimum sistem ATmega8 yang
ada di Proteus. Program penampil ini buat
menggunakan bahasa pemprograman Delphi7.
Perancangan Perangkat Keras
Pada penelitian ini digunakan konfigurasi
common
emitor
untuk
membuat
kurva
karakteristik transistor (masukan dan keluaran).
Pada Gambar 4a ditunjukan skema rangkaian
common emitor yang akan digunakan untuk
mengkarakteristik transistor. Oleh karena itu
membutuhkan dua DAC (Digital Analog
Converter) untuk memberi tegangan pada basis
(Vbb) dan kolektor (Vcc).
Mikrokontroler AVR dapat difungsikan
sebagai DAC yaitu dengan membangkitkan PWM
(Pulse Width Modulation) dan dihubungkan
dengan low pass filter. Apabila DACnya akan
dihubungkan ke input dengan impedansi rendah
perlu dipasang buffer. [6].Skema rangkaian DAC
ditunjukan pada Gambar 5b.
Untuk membuat kurva karakteristik
transistor perlu membaca tegangan VBB,VBE,VC
dan VCE seperti yang ditunjukan pada Gambar 5b.
Oleh karena itu membutuhkan empat ADC
(Analog Digital Converter).
ATmega8 mempunyai enam ADC 10bit
dan tiga timer ( dua timer 16 bit dan satu timer
8bit) yang dapat digunakan untuk membangkitkan
PWM. Oleh karena itu penggunan ATmega8 untuk
perancangan sistem ini sangatlah memadai.
Untuk komunikasi data antara ATmega8
dan Program penampil menggunakan komunikasi
serial. Pada Proteus ada library yang siap pakai
untuk komunkasi serial pada mikrokontroler AVR
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
34
Rancang Bangun Simulasi ….
Apik Rusdiarna I.
yaitu menggunakan COMPIM. Pada Gambar 5c
ditunjukan skema minimum sistem ATmega8
beserta pin-pin yang digunakan dalam perancangan
sistem ini.
(b)
(c)
(a)
(b)
GAMBAR 5. Diagram alir sistem (a) karakteristik
masukan (b) karakteristik keluaran
Untuk menghubungkan sistem yang ada di proteus
dengan sistem penampil membutuhkan virtual port
serial.
HASIL DAN DISKUSI
(c)
GAMBAR 4. Skema rangkaian sistem (a) rangkaian
common emitor (b) rankaian DAC (b) rangkaian
minimum sistem ATmega8
Perancangan Perangkat Lunak
Perancangan perangkat lunk terdiri dari
dua bagian yaitu perancangan perangkat lunak
pengendali ATmega8 dan Program penampil
karakteristik.
Perancangan
pengendali
ATmega8
menggunakan bahasa pascal dan software
microPascal for AVR sebagai compiler.
Perancangan penampil karakteristik menggunakan
software Delphi 7. Pada program yang dirancang
mampu melakukan penyettingan DAC( 8bit./10
bit), melakukan perubahan step kenaikan nilai
DAC dan menampilkan kurva karakteristik
masukan dan keluaran transistor.
Pada Gambar 5 ditunjukan diagram alir
pengambilan data untuk karakteristik masukan dan
keluaran transistor yang dikerjakan oleh sistem.
Tampilan hasil run program utama adalah
seperti Gambar 6.
GAMBAR 6. Tampilan Program Penampil Karakteristik
Transistor
Pengujian sistem menggunakan transistor
bipolar npn 2N3904 dengan variasi nilai Rb dan
Rc. Pemilihan transistor ini karena mudah didapat
dan merupakan jenis transistor general porpose
yang bekerja pada daya rendah.
Hasil uji karakteristik masukan dan
keluaran menggunakan Rc =200 Ω, Rb =100k
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
35
Rancang Bangun Simulasi ….
Apik Rusdiarna I.
DAC 8bit dan step 5 ditunjukan pada Gambar 7
dan untuk DAC 10bit ditunjukan pada Gambar 8
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami ucapkan terimakasih kepada
Laboratorium Fisika Dasar UAD dan teman-teman
yang berkaitan dengan penelitian ini , sehingga
penelitian ini terselesaikan
REFERENSI
(b)
(a)
GAMBAR 7. Karakteristik Transistor pada Rc =200 Ω,
Rb =100k dan DAC 8bit (a) karakteristik masukan (b)
karakteristik keluaran
(a)
(b)
GAMBAR 8. Karakteristik Transistor pada Rc =200 Ω,
Rb =100k dan DAC 10bit (a) karakteristik masukan (b)
karakteristik keluaran
1. N. Istichoroh dan A. Prihanto, Simulasi Karakteristik
Dioda
Dengan
Menggunakan
Bahasa
Pemprograman Delphi 7.0, Jurnal Fisika, Vol 02 No
01 , 2013, pp 01-06
2. R.Sobari, Pembuatan Alat Penampil Kurva
Karakteristik
Keluaran
Transistor
Dengan
Antarmuka Komputer, S1.Thesis, Undip, 1999
3. K.T. Yuwono dan Suprapto, Pengembangan Modul
Praktikum Mikrokontroler(AVR) menggunakan
Perangkat Lunak Proteus Profesional v7.5 SP3,
Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Vol 20
No 1, 2011
4. Tristanto, Implementasi Software Proteus Sebagai
Media Pembelajaran Berbasis Komputer Untuk
Mata Pelajaran Mikroprosesor Dan Mikrokontroler
(Mpmk) Siswa Kelas Xi Semester 1 Di Smk Muda
Patria Kalasan Yogyakarta,S1. Thesis, UNY,2011
5. Y.Andri, Pengaruh Penggunaan Media Software
Simulasi Proteus Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Pada Mata Diklat Elektronika, S1. Thesis,
UNY,2012
6. Anonim, AVR131:Using the AVR’s High-Speed
PWM,2003,
www.atmel.com/Images/doc2542.pdf
(diakses tanggal 28 Mei 2013)
Penggunaan DAC 8 bit lebih baik dalam
hal menampilkan karakteristik, pada DAC 10bit
terlihat banyak noise. Pada karakteristik masukan
hasil tampilan sudah sesuai dengan teori bahwa
semakin besar Vbe maka klengkuangan kurva
karakteristik masukan berkegser semakin besar,
akan tetapi program yang dirancang masih ada eror
dalam hal menmpilan nilai Vbe.
Secara tampilan karakteristik keluaran yg
dihasilkan sudah benar akan tetapi dilihat dari sisi
nilai Ic masih kurang pas kurva tidak memotong
garis beban dari transistor.
KESIMPULAN
Proteus dapat digunakan sebagai media
simulasi karakeristik masukan dan keluaran
transistor akan tetapi perlu dilakukan komparasi
dengan pengukuran manual agar nilai V-Inya dapat
disesuaikan dan untuk melakukan uji coba sistem
rangkaian
karakteristik
transistor
sebelum
diwujudkan ke instrument yang sebenarnya
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
36
Penentuan Modulus elastisitas ….
Rita Ferawati
PENENTUAN MODULUS ELASTISITAS BESI COR ABU-ABU MENGGUNAKAN
METODE OSILASI CANTILEVER
Rita Ferawati1 dan Okimustava2
1
Program Magister Pendidikan Fisika, Program Pascasarjana
Kampus II, Jl. Pramuka 42 Lt 3, Sidikan, Umbulharjo, Yogyakarta 55161
2
Program Studi Pendidikan Fisika,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Kampus III, Jl. Prof. Dr. Soepomo SH, Janturan, Umbulharjo, Yogyakarta 55164
Surel : [email protected]
Intisari. Percobaan penentuan modulus elastisitas bahan dilakukan dengan menggunakan metode osilasi cantilever.
Metode yang digunakan adalah dengan analisis regresi linier hubungan antara kuadrat dari periode osilasi T2 terhadap
massa beban M dan pengambilan data untuk penentuan nilai modulus elastisitas bahan dilakukan dengan osilasi
penggaris dengan variasi massa beban. Setiap variasi massa, penggaris diosilasikan sebanyak 10 kali osilasi. Setiap 10
kali osilasi akan dibaca waktu yang dibutuhkan untuk satu periode osilasinya. Koefisien elastisitas bahan dapat dihitung
dari gradien garis hasil regresi antara kuadrat periode osilasi dengan massa beban. Setelah dilakukan regresi dari 30 data
eksperimen diperoleh nilai koefisien elastisitas bahan sebesar (117,00 ± 5,74) ×109 N/m2, mendekati nilai acuan
modulus elastisitas besi cor abu-abu 130×109 N/m2.
Kata kunci: Modulus elastisitas bahan, penggaris, osilasi, regresi linier.
PENDAHULUAN
Bahan dapat dikatakan elastis apabila diberi
gaya luar, maka bahan tersebut dapat kembali ke
keadaan semula. Suatu bahan elastis apabila diberi
gaya terus menerus lama kelamaan akan mengalami
deformasi plastis. Jika gaya semakin besar maka
bahan tersebut akan patah (fracture)[1].
Modulus
elastisitas
dapat
didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan,
dengan regangan suatu bahan selama gaya yang
bekerja tidak melampaui batas elastisitasnya.
Semakin besar nilai modulus elastisitasnya, berarti
semakin bertambah sulit untuk merentangkan benda,
artinya dibutuhkan gaya yang lebih besar.
Percobaan terdahulu tentang penentuan nilai
modulus elastisitas bahan kawat besi telah dilakukan
oleh [2] dengan menggunakan metode regangan.
Diperoleh nilai modulus elastisitas kawat besi
sebesar (1,44 ± 0,02)×1011 N/m2. Hasil itu terlalu
kecil jika dibandingkan dengan nilai acuan yaitu
sebesar 2,1×1011 N/m2. Penelitian lain menentukan
modulus elastisitas juga bisa dilakukan dengan
metode Two Point Loading [3], yaitu pengujian
dengan dua pembebanan yaitu kasus dimana beban
ditempatkan pada dua titik dengan jarak yang sama
jauh dari titik reaksi tumpuan.
Peneliti melihat bahwa dari percobaan-percobaan
terdahulu tersebut nilai eksperimental yang
diperoleh belum sesuai dengan nilai acuan. Untuk
itu, telah dilakukan suatu percobaan untuk
menentukan nilai modulus elastisitas bahan stainless
steel dengan metode lain yaitu dengan menggunakan
metode osilasi Cantilever. Dari hasil perhitungan
nilai modulus elastisitas bahan itu bisa dilakukan uji
kualitasnya. Namun kali ini analisis regresi linier
digunakan dalam perhitungan modulus elastisitas
bahan, karena dengan regresi linier dapat setidaknya
dilakukan pengecekan apakah model teoretis yang
dipakai memang berlaku, dan perhitungan nilai
koefisien pemuaian menjadi lebih teliti karena akan
terbebas dari pengaruh adanya ralat sistematik zero
offset.
LANDASAN TEORI
a. Elastisitas Bahan (Modulus Young)
Elastisitas adalah kecenderungan pada suatu
benda untuk berubah bentuk baik panjang, lebar
maupun tingginya, tetapi massanya tetap. Hal itu
disebabkan oleh gaya-gaya yang menekan atau
menariknya, pada saat gaya ditiadakan bentuk
kembali seperti semula.
Stress adalah gaya (F) yang dialami benda
persatuan luas (A).
,
(1)
Strain adalah perbandingan pertambahan panjang
terhadap panjang awal, akibat mengalami tegangan
.
(2)
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi
langsung dari elastisitas bahan antara lain adalah
gaya yang diberikan dan luas permukaan tekan.
Faktor-faktor internal yang mempengaruhi elastisitas
antara lain duktilitas bahan, ketahanan bahan, dan
kekerasan bahan. Kurva elastisitas dapat dilihat dari
gambar 1, yaitu hubungan antara tegangan terhadap
regangan.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
37
Penentuan Modulus elastisitas ….
Rita Ferawati
.
Persamaan (8), diintegralkan menghasilkan
,
(8)
(9)
jadi
.
Pada titik B, x=L dan y=S, maka
,
(10)
(11)
maka
,
(12)
dengan S merupakan perubahan panjang pegas,
maka
Gambar 1. Kurva hubungan antara tegangan dan
regangan [4]
Ukuran besarnya struktur terdeformasi atau
teregang bergantung pada besarnya tegangan yang
diberikan pada material. Untuk sebagian besar
logam yang diberi tekanan yang relatif kecil,
besarnya tegangan dan regangan akan sebanding.
Kesebandingan ini diungkapkan dengan persamaan
yang dikenal dengan hukum Hooke[5]. Pada saat
hukum Hooke berlaku maka hubungan antara
tegangan dan regangan adalah linear atau berada
pada zona elastis.
b. Penentuan Nilai Koefisien Elastisitas
Bahan
Penentuan nilai koefisien elastisitas bahan (Modulus
Young) dapat dicari dengan menggunakan
persamaan berikut
,
(3)
dengan
.
(4)
.
(13)
Persamaan (13), disubstitusikan ke persamaan
periode osilasi, maka
,
(14)
dan
,
(15)
dengan
I
,
(16)
dengan r adalah tebal penggaris dan d adalah
kedudukan z dari lebar penggaris, maka
,
(17)
dengan M adalah massa beban, L adalah panjang
penggaris, l adalah lebar penggaris, m adalah massa
penggaris dan T2 adalah kuadrat periode osilasi.
Dengan menggunakan analisis regresi linier, maka
.
(18)
Persamaan di atas merupakan persamaan linier
dengan
, dan x=M, berbentuk
,
(19)
dengan a merupakan gradien garis lurus dan b
merupakan titik potong kurva pada sumbu y adalah
koefisien-koefisien yang dapat dicari dengan regresi
linier tanpa bobot, dengan nilai a adalah gradien
garis lurus,
,
(20)
dan b adalah titik potong kurva pada sumbu y,
(21)
dengan ralat baku estimasi adalah
Gambar 2. Skema eksperimen penentuan modulus
elastisitas bahan menggunakan metode osilasi
cantilever[6]
Dari gambar di atas, strain = z/R, maka diperoleh
.
Slight bending dirumuskan sebagai berikut
,
,
(22)
ralat a dapat dihitung dari
(5)
(6)
(23)
dan ralat b dapat dihitung dari
karena
(24)
,
(7)
dari persamaan (13),sehingga diperoleh nilai a
adalah
dan dy/dx kecil sehingga
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
38
Penentuan Modulus elastisitas ….
Rita Ferawati
(25)
sehingga E dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan
(26)
ralat α dapat kita hitung dari rumus perambatan ralat
,
yang beragam dengan kenaikan massa antara 2,10
gram-2,40 gram. Analisis regresi linier M terhadap
T2 sesuai persamaan (18) menggunakan Ms Excel
2007, dan menghasilkan a dan b. Nilai a digunakan
untuk menghitung E dengan menggunakan
persamaan (26) serta ralatnya menggunakan
persamaan (27).
(27)
HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan
,
(28)
,
(29)
,
(30)
.
(31)
METODE PENELITIAN
Percobaan penentuan nilai koefisien modulus
elastisitas bahan dilakukan di Laboratorium Fisika
Dasar Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta,
dengan menggunakan metode osilasi cantilever.
Pada percobaan ini, bahan yang digunakan adalah
penggaris
stainless steel dan susunan alat
ditunjukkan oleh gambar 2. Alat dan bahan yang
digunakan adalah
1. Penggaris atau mistar, sebagai bahan yang akan
dicari nilai koefisien modulus elastisitasnya.
2. Statip, digunakan untuk menyangga penggaris
agar stabil kedudukannya dan tidak bergerak.
3. Beban, digunakan sebagai variasi beban dalam
pengambilan data.
4. Nereca
timbangan,
digunakan
untuk
menimbang beban yang akan dipakai.
5. Stopwatch, digunakan untuk menghitung waktu
osilasi.
6. Mur dan baut, digunakan untuk tempat
menambahkan beban.
Gambar 3. Alat percobaan penentuan Modulus Elastisitas
bahan dengan menggunakan metode osilasi cantilever.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan memasang penggaris besi panjang
pada batang penyangga (statip), kemudian pada
ujung penggaris tersebut diberi beban yang
bervariasi. Pada setiap variasi massa beban,
diosilasikan sebanyak 10 kali dan dihitung
periodenya. Prosedur ini diulang untuk massa beban
Percobaan penentuan nilai koefisien modulus
elastisitas bahan dilakukan dengan menggunakan
metode regresi linier hubungan antara kuadrat
periode osilasi (T2) dengan massa beban (M).
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Tabel 1. Data hasil percobaan
M (kg)
t (s) T (s)
T2 (s2)
0.00955 5.08 0.508 0.258064
0.01165 5.26 0.526 0.276676
0.01395 5.31 0.531 0.281961
0.01625 5.4
0.54
0.2916
0.0184
5.49 0.549 0.301401
0.02055 5.76 0.576 0.331776
0.02285 6.03 0.603 0.363609
0.02505 6.12 0.612 0.374544
0.0273
6.25 0.625 0.390625
0.0296
6.43 0.643 0.413449
0.0319
6.61 0.661 0.436921
0.0343
6.84 0.684 0.467856
0.0366
7.02 0.702 0.492804
0.0388
7.06 0.706 0.498436
0.04095 7.11 0.711 0.505521
0.0432
7.2
0.72
0.5184
0.0454
7.29 0.729 0.531441
0.04755 7.38 0.738 0.544644
0.0498
7.47 0.747 0.558009
0.0521
7.51 0.751 0.564001
0.05445 7.56 0.756 0.571536
0.0566
7.6
0.76
0.5776
0.05875 7.78 0.778 0.605284
0.06105 7.87 0.787 0.619369
0.06325 7.92 0.792 0.627264
0.06555 8.05 0.805 0.648025
0.06785 8.1
0.81
0.6561
0.07005 8.14 0.814 0.662596
0.0723
8.23 0.823 0.677329
0.0746
8.37 0.837 0.700569
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa setiap
penambahan beban menghasilkan besarnya periode
osilasi yang berbeda. Nilai periode osilasi yang
dihasilkan semakin besar terhadap kenaikan
massanya. Kenaikan massa berbanding lurus
terhadap besarnya periode osilasi. Semakin berat
massa beban yang ditambahkan, maka semakin
besar
regangan
penggarisnya,
sehingga
menghasilkan periode osilasi yang semakin besar.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
39
Penentuan Modulus elastisitas ….
Rita Ferawati
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
Laboratorium Fisika Dasar Universitas Ahmad
Dahlan Yogyakarta dan pihak-pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini, sehingga
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
REFERENSI
[1]
[2]
Gambar 4 . Grafik hubungan antara penambahan massa,
M terhadap kuadrat periode osilasi, T2.
Dari grafik hubungan antara penambahan massa
(M) terhadap kuadrat periode osilasi (T2) yang
disajikan dalam Gambar 4, terlihat bahwa nilai M
meningkat dengan semakin besar T2, sehingga dapat
kami simpulkan data tersebut merupakan data yang
linier. Dari hasil analisis data diperoleh nilai a
sebesar (6,80±0,16) s2/kg dan b sebesar (0,21±0,01)
s2. Dengan adanya nilai a yang sudah didapatkan,
maka besarnya modulus elastisitas besi cor bisa
dicari dengan memasukkan nilai a (6,80±0,16) s2/kg,
r (52,0±0,5)×10-5 m, d (36,0±0,5)×10-4m dan L
(50,00±0,05) ×10-2 m ke dalam persamaan (26).
Nilai modulus elastisitas besi cor abu-abu yang
diperoleh nilai (117,00±5,74)×109 N/m2 mendekati
nilai acuan yaitu 130×109 N/m2. Percobaan
penentuan nilai modulus elastisitas besi cor abu-abu
yang diperoleh dengan menggunakan metode osilasi
cantilever dengan analisis regresi linier terbukti
lebih teliti khususnya dan logam yang lain pada
umumnya.
Setiap penambahan massa menghasilkan nilai
kuadrat periode osilasi yang semakin besar. Selama
percobaan ditemui kesulitan dalam pembuatan
variasi massa yang sama. Hal ini disebabkan oleh
kesulitan dalam pemotongan massa tambahan yang
sama ukurannya.
[3]
[4]
[5]
[6]
Adi, Pribadi dkk. 2011. Karakteristik Elastisitas
Bahan. Bandung: ITB Bandung Indonesia.
Martini, Dwi, dan R. Oktova. 2009. Penentuan
Modulus Young Kawat Besi Dengan Percobaan
Regangan. Jurnal Berkala Fisika Indonesia, Vol. 2
No.1,
http://journal.uad.ac.id/index.php/BFI/article/view/2
74/109
Iswanto, Apri Heri. 2008. Pengujian Modulus
Elastisitas Kayu Dengan Menggunakan Metode Two
Point Loading. Karya Tulis.Sumatera Utara:Fakultas
Pertanian
USU.http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345678
9/850/1/08E00822.pdf
http://msctechnology.wikispaces.com/
file/view/HF_stressstraincurve.gif/198295456/HF_st
ress-straincurve.gif
Callister, William. 2007. Material Science and
Engineering. New York : John Willey and Sons, Inc.
Hal. 137
Tyler, F. 1967. A Laboratory Manual of Physics.
London:Edward Arnold (Publisher).
KESIMPULAN
Nilai modulus elastisitas besi cor abu-abu yang
diperoleh
sebesar
(117,00±5,74)×109
N/m2
9
mendekati nilai acuan yaitu 130×10 N/m2.
Percobaan penentuan nilai modulus elastisitas besi
cor abu-abu yang diperoleh dengan menggunakan
metode osilasi cantilever dengan analisis regresi
linier terbukti lebih teliti khususnya dan logam yang
lain pada umumnya.
Untuk penelitian lebih lanjut disarankan agar
mengganti logam yang akan dihitung modulus
elastisitas, tidak harus menggunakan besi cor lagi
agar kita mengetahui nilai modulus elastisitas logam
yang lain.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
40
Rita Ferawati
Penentuan Modulus elastisitas ….
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
41
Penentuan Kurva Kalibrasi ….
Ria Asep S.
Penentuan Kurva Kalibrasi Konsentrasi Larutan Gula Dengan
Intensitas Bunyi Pada Percobaan Resonansi
Memanfaatkan Logger Pro
Ria Asep Sumarni1* dan Moh. Toifur2,
1, 2
Program Magister Pendidikan Fisika, Program Pascasarjana
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Kampus II, Jl. Pramuka 42 Lt 3, Sidikan, Umbulharjo, Yogyakarta 55161
*
Surel: [email protected]
Intisari. Telah dilakukan analisis hubungan antara intensitas bunyi dengan konsentrasi larutan gula menggunakan
Software Logger pro pada percobaan resonansi. Larutan yang dipakai adalah larutan gula dengan konsentrasi 20%,
40%, 60%, 80% dan 100%. Pengukuran intensitas bunyi menggunakan interface labquest microphone , dan diperoleh
intensitas bunyi pada nada dasar, nada atas 1 dan nada atas 2. Data dianalisis menggunakan microsoft excel untuk
mengetahui intensitas maksimum. Diperoleh gafik intensitas nada dasar, nada atas 1 dan nada atas 2 pada masingmasing konsentrasi larutan gula. Hubungan antara intensitas bunyi dengan konsentrasi larutan gula pada nada dasar
yaitu y  0,001x  0,0612 , pada nada atas 1 yaitu y  9E - 06x2 - 0,0002x  0,0982 dan pada nada atas 2 yaitu
y  5E - 06x2  0,0002x  0,1051 . Sehingga diperoleh hubungan terbaik antara intesitas bunyi dengan konsentrasi
larutan gula yaitu pada nada dasar karena hanya pada nada dasar yang memenuhi persamaan linear.
Kata kunci: Intensitas bunyi, Konsentrasi larutan,
PENDAHULUAN
LANDASAN TEORI
Fisika adalah salah satu ilmu yang paling dasar
dalam ilmu pengetahuan. Ilmuwan dari segala
disiplin ilmu memanfaatkan ide- ide dari fisika,
mulai dari ahli kimia yang mempelajari struktur
molekul sampai ahli planteologi yang berusaha
merekrontruksi bagaimana dinosaurus berjalan.
Fisika juga merupakan dasar dari semua ilmu
rekayasa dan tegnologi. Fisika merupakan ilmu
eksperimental. Fisikawan mengamati fenomena
alam dan berusaha menemukan pola dan prinsip
yang menghubungkan fenomena- fenomena ini. Pola
ini disebut teori fisika atau, ketika mereka sudah
benarbenar terbukti dan digunakan luas, disebut
hukum atau prinsip fisika. Perkembangan teori fisika
memerlukan kreativitas dalam setiap tahapnya[1].
Resonansi merupakan suatu fenomena dimana
sebuah sistem yang bergetar dengan amplitudo yang
maksimum akibat adanya impuls gaya yang
berubah- ubah yang bekerja pada impuls tersebut.
Kondisi seperti ini dapat terjadi bila frekuensi gaya
yang bekerja tersebut berimpit atau sama dengan
frekuensi getar yang tidak diredamkan dari sistem
tersebut[2].
Terdapat perbedaan intensitas bunyi pada
berbagai konsentrasi, maka akan digunakan software
logger pro ini untuk menganalisis intensitas bunyi
dengan berbagai konsentrasi larutan gula. Sehingga
diketahui hubungan antara intensitas bunyi dengan
berbagai konsentrasi larutan gula.
a. Logger Pro
Logger Pro adalah perangkat lunak yang dapat
digunakan untuk menganalisis gejala-gejala fisika
lewat video atau gambar. Logger Pro mempunyai
kemampuan untuk menganalisis bunyi yaitu dengan
Vernier Microphone. Vernier Microphone adalah
suatu alat yang beroperasi dengan prinsip membran
yang bergetar yang mampu mengubah energi bunyi
menjadi bentuk sinyallistrik yang digunakan untuk
merekam bentuk gelombang suara atau bunyi yang
dihasilkan oleh sumber bunyi, sehingga dapat
mengirim informasi dan bentuk suara yang
ditangkapnya yang juga melibatkan suatu alat yang
berfungsi untuk mendeteksi atau mengukur suara
yang digunakan untuk merubah variasi mekanis,
magnetik, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan
dan arus[3].
b. Resonansi
Gelombang bunyi adalah gelombang mekanis
longitudinal. Gelombang bunyi tersebut dapat
dijalarkan di dalam benda padat, benda cair, dan gas.
Resonansi merupakan suatu fenomena dimana
sebuah sistem yang bergetar dengan amplitudo yang
maksimum akibat adanya impuls gaya yang
berubah-ubah yang bekerja pada impuls tersebut.
Partikel-partikel bahan yang mentransmisikan
sebuah gelombang seperti itu berosilasi di dalam
arah penjalaran gelombang itu sendiri.
Gelombang yang terbentuk dalam kolom
udara merupakan gelombang bunyi berdiri.
Peristiwa resonansi terjadi saat frekuensi sumber
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
42
Penentuan Kurva Kalibrasi ….
Ria Asep S.
nilainya sama dengan frekuensi gelombang bunyi
pada kolom udara yang dicirikan dengan
terdengarnya bunyi yang paling nyaring (amplitudo
maksimum).
Gelombang bunyi dapat tercermin di kedua
ujungnya terbuka atau tertutup dari kolom udara.
Pada akhir kolom udara, molekul tidak dapat
berosilasi seperti biasanya; mereka berdekatan
dengan akhir yang tidak bergerak sama sekali.
Perpindahan simpul muncul pada ujung tertutup.
Pada ujung terbuka bagian dari gelombang yang
ditransmisikan dan sebagian dipantulkan. Karena
molekul pada ujung terbuka dapat bergeraj bebas,
akhir terbuka adalah titik perut sebagian perpindahan
dari gelombang berdiri.
osilator
Vernier
microphone
Vernier interface
laptop
Gambar 2. Rangkaian Resonansi
c.
Mengisikan larutan gula pada tabung
resonansi.
Memasang Vernier Microphone di dekat
speaker.
Menyalakan sumber bunyi
Menjalankan program interface Logger pro
Menaikkan osilator keatas sampai terbentuk
nada dasar, nada atas satu dan nada atas
dua.
Mengulangi
langkah-langkah
tersebut
untuk setiap konsentrasi.
d.
e.
f.
g.
h.
Gambar 1. Gelombang berdiri pada pipa organa
tertutup[4]
Gelombang mekanik ini merupakan getaran
dari partikel-partikel di dalam suatu medium.
Gelombang udara yang melewati suatu medium
akan menyebabkan perubahan-perubahan partikel
dalam medium tersebut dan bergerak secara
longitudinal. Gerakan ini menyebabkan terjadinya
pemadatan dan perenggangan dari partikel-partikel
yang berdekatan. Jarak antara dua kelompok partikel
yang memadat (compression) dan merenggang
(rarefaction) disebut panjang gelombang (λ).
3.
Metode analisis
Analisis intesitas bunyi dengan menggunakan
interface Logger pro, dengan alur sebagai berikut:
Sumber
bunyi
resonansi
2.
Alat dan bahan: larutan gula berbagai
konsentrasi, tabung resonansi, AFG, interface
Logger pro, Vernier Microphone, kabel
penghubung, laptop dan sofrware Logger pro.
Laptop
dan
interface
Logger
pro
Kurva hunbungan
antara kondentasi
larutan dengan
intensitas bunyi
Gambar 3. Alur analisis data
Setelah didapat nilai intensitas bunyi masing-masing
konsentrasi lalu dibuat grafik antara konsentrasi dan
intensitas bunyi untuk setiap nada atas.
MEDOTE PENELITIAN
1.
Vernier
Microphone
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Berikut ini adalah tampilan data pada Logger
pro:
Prosedur penelitian:
a. Membuat larutan gula dengan konsentrasi
100%, 80%, 60%, 40% dan 20%.
b. Merangkai alat seperti pada Gambar 1.
Gambar 4. Tampilan data pada Logger pro
Data antara konsentrasi terhadap intensitas
bunyi tiap– tiap nada yang diperoleh dari Logger
Pro dan dianalisis menggunakan excel:
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
43
Penentuan Kurva Kalibrasi ….
Ria Asep S.
TABEL 1. Data antara konsentrasi terhadap intensitas
bunyi tiap – tiap nada.
kalibrasi terbaik antara intensitas bunyi dengan
larutan gula adalah pada nada dasar.
Konsentrasi
Larutan
Gula (%)
nada dasar
nada atas 1
nada atas 2
20
0,08302808
0,09768010
0,10989011
40
0,10500611
0,10866911
0,12698413
60
0,11965812
0,12087912
0,13797314
80
0,13798413
0,14163614
0,15340900
100
0,16971917
0,17338217
0,18284501
Intensitas Bunyi (dB)
Dan diperoleh grafik hubungan antara konsentrasi
gula dengan intensitas bunyi untuk tiap puncak
gelombang bunyi yaitu:
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini, sehingga makalah ini dapat diselesaikan
dengan baik.
REFERENSI
[1] Young, H.D. dan Freedman, R.A. 2003. Fisika
Universitas Edisi Kesepuluh jilid 2, terjemah, Jakarta:
Erlangga.
[2] Ashar Muda, 2005. Rancang Bangun Alat Penentuan
Kecepatan Bunyi Di Udara Berbasis Instrumentasi.
Universitas Bengkulu: Indonesia.
[3] Anwar, Khairil. 2006. Pengukuran Frekuensi Tangga
Nada Intrumen Musik Dengan Sistem MBL-FFT
sebagai Bahan Pengajaran Yang Berbasis Sains dan
Teknologi. Skripsi: UAD.
[4] Kane, Joseph W. 1986. General Physic Scond Edition.
New York: John Willey and Wilson
Gambar 5. Grafik konsentrasi vs intensitas bunyi
Dari grafik diperoleh persamaan pada tiap- tiap tiap
nada yaitu:
TABEL 2. Data persamaan konsentrasi terhadap
intensitas bunyi tiap– tiap nada.
No
1
2
3
Jenis
Nada
Nada
dasar
Nada
atas 1
Nada
atas 2
Persamaan
R2
y  0,001x  0,0612
0,9812
y  9E - 06x2 - 0,0002x  0,0982
0,9972
y  5E - 06x2  0,0002x  0,1051
0,9868
KESIMPULAN
Telah dilakukan analisis hubungan antara
intensitas bunyi dengan konsentrasi larutan gula
dengan menggunakan software Logger pro. Didapat
persamaan antara intesitas bunyi dengan konsentrasi
larutan gula yaitu pada nada dasar y  0,001x  0,0612 ,
nada atas satu y  9E - 06x2 - 0,0002x  0,0982
dan
nada
atas
dua y  5E - 06x2  0,0002x  0,1051 .
Dari
persamaan yang diperoleh pada nada dasar
memenuhi persamaan fungsi linear, sedangkan pada
nada atas 1 dan nada atas 2 memenuhi persamaan
funsi kuadrat. Sehingga dapat disimpulkan kurva
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
44
Pembuktian Hukum Snellius ….
Novitasari Sutadi
Pembuktian Hukum Snellius Tentang Pembiasan Cahaya
Pada Medium Udara-Air Menggunakan Logger Pro
Novitasari Sutadi
SMP Negeri 1 Galis, Kab. Pamekasan, Jawa Timur
Program Magister Pendidikan Fisika
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Jl. Pramuka 42, Sidikan, Umbulharjo, Yogyakarta 55161
[email protected]
Intisari. Berkas cahaya dari udara yang masuk ke dalam air akan mengalami peristiwa pembelokan. Peristiwa tersebut
disebut pembiasan cahaya. Hal ini disebabkan medium udara dan air memiliki kerapatan optik yang berbeda. Udara
memiliki kerapatan optik lebih kecil daripada air. Sehingga sudut yang dibentuk oleh berkas cahaya terhadap garis
normal pada kedua medium menjadi berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan sudut sinar datang dan sinar
bias yang melewati medium udara ke air. Untuk mengukur sudut sinar datang dan sinar bias dibutuhkan LoggerPro.
Visualisasi yang dihasilkan dengan kamera diimport ke dalam LoggerPro. Hasil tracking gejala fisis direpresentasikan
dalam bentuk data dan grafik. Outputnya dianalisis dengan Microsoft Excel. Hasilnya menunjukkan sudut sinar datang
(pada medium udara) terhadap garis normal lebih besar daripada sudut sinar biasnya (pada medium air). Dengan
demikian, sinar bias mendekati garis normal (sudutnya lebih kecil) ketika sinar datang dari medium udara ke medium
air. Hal ini sesuai dengan kajian teori.
Kata kunci: pembiasan cahaya, sudut sinar datang, sudut sinar bias, logger pro.
PENDAHULUAN
Ketika cahaya melintas dari suatu medium ke
medium lainya, sebagian cahaya datang
dipantulkan pada perbatasan, dan sisanya lewat ke
medium yang baru. Cahaya yang melalui bidang
batas antara dua medium yang berbeda, akan
mengalami perubahan arah rambat atau
pembelokan. Peristiwa perubahan arah rambat
cahaya pada batas dua medium berbeda tersebut
pada dasarnya disebabkan adanya perbedaan
kecepatan (v) merambat cahaya pada satu medium
ke medium yang lain [1]. Peristiwa inilah yang
disebut sebagai pembiasan cahaya.
Berkas cahaya dari udara (medium 1) yang
masuk ke dalam air (medium 2) juga akan
mengalami peristiwa pembiasan. Udara memiliki
kerapatan optik lebih kecil daripada air. Sehingga
sudut yang dibentuk oleh berkas cahaya terhadap
garis normal pada kedua medium tersebut menjadi
berbeda. Sudut yang dibentuk oleh sinar bias
dengan garis normal disebut sebagai sudut bias (r).
Terbentuknya warna pelangi dikarenakan sinar
yang jatuh pada titik-titik air hujan polikromatik
yaitu sinar putih, warnanya jadi terurai. Terurainya
sinar putih dikarenakan tiap-tiap warna memiliki
indeks bias yang berbeda
GAMBAR 1. Pelangi sebagai salah satu contoh
peristiwa pembiasan cahaya
HUKUM SNELLIUS
Pada sekitar tahun 1621, Willbrord Snell
melakukan eksperimen untuk mencari hubungan
antara sudut datang dengan sudut bias. Hasil
eksperimen tersebut dikenal dengan nama hukum
Snell yang kedua [2] yang berbunyi:
a. Sinar datang, garis normal, dan sinar bias
terletak pada satu bidang datar
b. Perbandingan sinus sudut datang (i) dengan
sinus sudut sinar bias (r) selalu konstan. Nilai
konstanta dinamakan indeks bias (n).
GAMBAR 2. Arah jalannya sinar datang dan sinar bias
pada dua medium dengan kerapatan optik yang berbeda
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
45
Pembuktian Hukum Snellius ….
Novitasari Sutadi
Secara matematika hukum snellius tersebut
dapat ditulis dengan persamaan:
sin i v1 n2
 
sin r v2 n1
a)
SOFTWARE LOGGER PRO
Vernier Software & Technology mengembangkan Logger Pro sebagai perangkat lunak untuk
mengambil dan menganalisis data dari Vernier Lab
Pro 3, yang memiliki fasilitas Video Analysis
untuk membuat dan menganalisis grafik
representasi gerak yang terlihat dalam video, dan
grafik hasil foto. Kontrol panel utama dari
perangkat lunak secara otomatis atau manual
dengan mudah dioperasikan dalam menjalankan
rekaman video dari frame ke frame sehingga
kejadian atau perubahan gejala sebagai fungsi
waktu dapat teramati [3 ].
Dalam pustaka [4] mengemukakan bahwa VBL
merupakan alat pendidikan yang dapat memadukan
aspek teoritis dana eksperimental dalam
pengajaran fisika. Video digital interaktif dalam
VBL memberikan kesempatan pada siswa untuk
terlibat secara aktif dalam pembelajaran sains [5].
Beichner dan Abbot (1999) berpendapat bahwa
dengan melihat
keduanya yaitu kejadian
sebenarnya dengan penyajian grafik secara abstrak
dalam VBL maka siswa akan lebih mudah
membuat hubungan kognitif bila dihadapkan pada
munculnya miskonsepsi terhadap gerak [6].
Program Logger Pro merupakan salah satu
software dari VBL yang mempunyai keistimewaan
mampu menyajikan gejala fisika secara nyata baik
berupa data kuantitatif yang grafiknya secara
simultan
memberikan
jembatan
antara
pengamatan langsung dengan representasi abstrak
dari berbagai fenomena fisika. Seperti halnya saat
menentukan sudut datang (pada medium udara)
dan sudut bias (pada medium air) dimana tingkat
kesulitan terletak pada pengukuran sudut biasnya.
Karena pengukuran sudut bias pada medium air
tidak bisa dilakukan dengan menggunakan busur.
Hal ini dikarenakan sudut pandang pengamat tidak
jelas, dan ini dapat menyebabkan data eksperimen
menjadi tidak akurat.
Pelacakan posisi pergerakan cahaya dengan
warna tampilan yang berbeda dalam suatu gambar
video atau foto, mampu mengubah data yang
dihasilkan ke dalam bentuk nilai dan grafik secara
jelas dan akurat sehingga menawarkan banyak
kemungkinan untuk membangun dan menguji
model fisika baik secara konseptual maupun
analitis.
Hasil Penelitian
laser, kamera handphone, komputer, software
Logger Pro , Microsoft Offiice Excel (selanjutnya
disingkat Ms.Excel).
Eksperimen
yang
dilakukan
direkam/
divisualisa- sikan dalam bentuk foto dengan
menggunakan kamera handphone. Foto tersebut
harus dalam extention JPEG. Selanjutnya
dilakukan analisis lewat Logger Pro. Dengan
melakukan tracking pada setiap gerak jalannya
sinar, maka secara otomatis pada layar Logger Pro
ditampilkan data dan grafik secara simultan
sehingga diperoleh titik-titik ke-a yaitu (Xa,Ya)
pada sumbu tegak (X) dan sumbu datar (Y) bidang
koordinat. Setelah data terkumpul, dieksport dan
dianalisis dengan menggunakan Mic. Excel,
sehingga dapat ditentukan sudut sinar datang (i)
dan sudut sinar bias (r) dengan persamaan:
Y 
 a  arc tan  a 
 Xa 
(1)
dan satuan sudut yang digunakan adalah radian.
GAMBAR 3. Hasil tracking data pada logger Pro
Berdasarkan hasil analisis Mic. Excel diperoleh
sudut sinar datang (i) rata-rata adalah 0,594 radian,
dan sudut sinar bias (r) rata-rata adalah 0,385
radian. Hal ini menunjukkan bahwa sudut sinar
datang (medium udara) lebih besar dari pada sudut
sinar biasnya (medium air). Perbedaan ini
dikarenakan medium air memiliki kerapatan optik
lebih besar dari medium udara. Kecepatan rambat
cahaya yang berada di medium air menjadi lebih
lambat dibandingkan saat berada di udara.
Akibatnya, gerakan sinar dalam medium air
mendekati garis normal.
Hasil eksperimen tersebut membuktikan bahwa
(a) telah terjadi peristiwa pembiasan cahaya, (b)
sudut sinar bias (medium air) lebih kecil daripada
sudut sinar datang (medium udara), (c) sinar
datang, garis normal, dan sinar bias berada pada
satu bidang datar yaitu bidang batas antara medium
udara dan air. Pembuktian ini sesuai dengan teori
Snellius.
Oleh karena itu, penentuan sudut sinar datang
dan sudut sinar bias dengan menggunakan Logger
Pro dapat membantu siswa dalam memahami
konsep pembiasan cahaya.
Untuk mendukung proses pelaksanaan penelitian,
media dan alat penelitian yang digunakan adalah
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
46
Novitasari Sutadi
Pembuktian Hukum Snellius ….
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Program Studi Magister Pendidikan Fisika UAD
atas dukungan finansial dalam kegiatan ilmiah ini.
REFERENSI
2. Rasta
Vian,
2010,
refraksi/
pembiasan.
http://arvanrastavian.blogspot.com/2010/12/refraksip
embiasan.html (diakses 18 Mei 2013)
2. Yessi Pratiwi, 2008, http://pernikilmu.com/2008/10
/karena-cahaya-dibelokkan-saat-memasuki-air/
(diakses 18 Mei 2013)
3. Vernier International, 2004, Data Collection with
Computer
and
Handhelds
2004
Catalog.
http://www.vernier-intl.com (diakses 22 Pebruari
2013)
4. Gamboa, F., et al., 1999, Specification and
Development
of
Physics Video Based Laboratory, Instrumentation an
d Development Vol. 4 Nr. 5.
5. Escalada, L. T., et al., 1996, Application of
Interactive Digital Video in a Physics Classroom,
Journal of Educational Multimedia and Hypermedia,
5(1), pp.73-97.
6. Beichner, R. J., and Abbott, D. S., 1999, VideoBased Labs for Introductory Physics Courses, JCST
November 99.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
47
Novitasari Sutadi
Pembuktian Hukum Snellius ….
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
48
Pengaruh Polusi Kendaraan ….
Lili Maenani
Pengaruh Polusi Kendaraan Bermotor Terhadap Watak Magnetik
Tanah Permukaan Terminal Kota Yogyakarta
Lili Maenani
Program Magister Pendidikan Fisika, Program Pascasarjana
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Kampus II, Jl. Pramuka 42 Lt.3, Yogyakarta 55161
Surel: [email protected]
Intisari – Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh polusi kendaraaan bermotor terhadap watak magnetik
tanah permukaan Terminal Kota Yogyakarta yaitu Terminal Giwangan dan Terminal Jombor. Ukuran dasar yang
menunjukkan watak magnetik bahan adalah suseptibilitas magnetik (χm). Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran
suseptibilitas magnetik (χm) sampel tanah dari Terminal Giwangan dan Terminal Jombor. Dua sampel di tiap tempat yaitu
sampel dari permukaan atas (dari permukaan s.d 0,5 cm) dan permukaan di bawahnya (0,6 cm s.d 1 cm). Keempat sampel
tanah kemudian di magnetisasi dengan memasukkan sampel ke dalam kumparan yang terdiri dari 3 000 lilitan dan
dihubungkan dengan sumber tegangan listrik, multimaster dan gaussmeter. Dengan merubah kuat arus listrik (I) yang
melewati kumparan maka diperoleh medan magnetik (B) yang kemudian di buat grafik hubungan kuat arus listrik (I) dan
medan magnetik (B) dan difitting secara garis lurus. Nilai suseptibilitas magnetik diperoleh dengan persamaan
 2al  , dengan a = kemiringan grafik, l = panjang kumparan dan n = jumlah lilitan. Hasil penelitian menunjukkan
  1
 m  
 0 n 
bahwa suseptibilitas magnetik tanah permukaan atas Terminal Giwangan adalah χm = -0,02295 dan permukaan bawah χm = 0,03941. Suseptibilitas magnetik tanah permukaan atas Terminal Jombor adalah χm = -0,01796 dan permukaan bawah χm =
-0,02644.Semua sampel tanah memiliki nilai suseptibilitas negatif hal ini menunjukkan bahwa tanah permukaan Terminal
Giwangan dan Terminal Jombor merupakan bahan diamagnetik. Jika dibandingkan nilaisuseptibilitas magnetik tanah
permukaan atas pada kedua sampel lebih tinggi dibandingkan dengan nilai suseptibilitas magnetik tanah permukaan bawah.
Hal ini memperkuat dugaan bahwa terdapat partikel-partikel emisi kendaraan bermotor yang mengnedap dipermukaan
tanah. Dengan demikian terdapat pengaruh polusi kendaraan bermotor terhadap watak magnetik tanah permukaan. Selisih
suseptibilitas magnetik tanah permukaan atas dan bawah Giwangan  m  0,01646 lebih tinggi dari selisih suseptibilitas
magnetik tanah permukaan atas dan bawah Terminal Jombor  m  0,00848 . Hal ini menunjukkan pencemaran tanah
akibat polusi kendaraan bermotor di Terminal Giwangan lebih tinggi daripada di terminal Jombor.
Kata Kunci : Polusi kendaraan bermotor, Watak magnetik.
PENDAHULUAN
Masalah angkutan umum di Indonesia sangat
kompleks. Kenyamanan penumpang terganggu
dengan kondisi kendaraan yang tidak memadai.
Sebagian sebagian besar kondisi kendaraan umum
memprihatinkan. Mesin yang tidak terawat dengan
baik menyebabkan emisi gas buang yang tinggi
dan dapat menyebabkan pencemaran udara.
Terminal sebagai pusat angkutan umum
diprediksikan mengalami pencemaran udara yang
cukup tinggi. Kandungan polusi asap kendaraan
bermotor berbahaya bagi manusia dan makhluk
hidup lainnya. Bahan pencemar di udara dapat
mencemari tanah melalui pengendapan kering atau
terbawa air hujan. Pengendapan kering terjadi
karena bahan pencemar jatuh di permukaan tanah
akibat gaya gravitasi (Manik, 2004:112). Dengan
demikian pencemaran udara akibat polusi
kendaraan
bermotor
dapat
menyebabkan
pencemaran tanah.
Salah satu metode untuk mengukur tingkat
pencemaran tanah adalah dengan mengambil
sampel tanah pada daerah yang akan diteliti tingkat
pencemarannya lalu diukur kadar unsur hara dan
senyawa polutan yang terkandung di dalamnya.
Tetapi pengukuran ini memerlukan biaya yang
tidak sedikit sehingga perlu metode lain yang lebih
murah dan praktis. Menurut Hoffman, Knab dan
Appel (1999) untuk mengetahui tingkat
pencemaran tanah adalah dengan menggunakan
metode magnetik. Penggunaan metode magnetik
ini didasarkan pada kelimpahan mineral magnetis
yang terkandung dalam setiap bahan di alam.
Metode magnetik yang dapat digunakan untuk
mengukur kadar polusi kendaraan bermotor pada
tanah permukaan adalah dengan mengukur tingkat
suseptibilitas magnetik bahan menggunakan
Barington MS2 Susceptibility Meter. Distribusi
nilai
suseptibilitas
magnetik
dapat
mempresentasikan
daerah
terpolusi
yang
diakibatkan oleh lalu lintas kendaraan bermotor.
DASAR TEORI
A. Watak Magnetik
Watak magnetik bahan menjelaskan
perilaku bahan yang berada dalam pengaruh medan
magnet,
diantaranya
adalah
magnetisasi.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
49
Pengaruh Polusi Kendaraan ….
Lili Maenani
Magnetisasi M terjadi karena penyearahan dipoldipol magnet pada suatu bahan akibat medan
magnet dari luar H . Magnetisasi dirumuskan
sebagai
M = χ mH ,
(1)
dengan χm adalah suseptibilitas magnetik bahan.
Suseptibilitas magnetik merupakan besaran yang
tidak berdimensi. Suseptibilitas magnetik bahan
adalah ukuran dasar yang menunjukkan watak
magnetik bahan yang ditunjukkan dengan adanya
respon terhadap terhadap medan magnet luar.
Berdasar sifat kemagnetannya bahan
dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu:
a. diamagnetik, adalah sifat bahan yang sulit
termagnetisasi
b. paramagnetik, adalah sifat bahan yang mudah
termagnetisasi akan tetapi sifat magnetiknya
mudah hilang
c. feromagnetik, adalah sifat bahan yang mudah
termagnetisasi namun hubungan magnetisasi
tidak linier dengan kuat medan.
Masing-masing jenis bahan tersebut memiliki sifat
dan karakteristik yang khas dan berbeda-beda.
Nilai suseptibilitas bahan tergantung pada jenis
bahan tersebut. Bahan paramagnetik memiliki nilai
suseptibilitas magnetik positif sedangkan untuk
bahan diamagnetik nilai suseptibilitas negatif
(Resnick dan walker,2010 : 959).
Cara menentukan nilai suseptibilitas bahan
dapat dilakukan dengan memasukkan bahan ke
dalam solenoida. Solenoida tanpa inti jika dialiri
arus listrik akan menghasilkan medan magnet
induksi B0. Besar kuat medan magnet H dinyatakan
sebagai H = B0/µ0 sehingga B0 = µ0H. Jika bahan
tertentu diletakkan ke dalam Solenoida dan dialiri
arus listrik maka akan timbul medan magnet
induksi B0 dari solenoida dan medan magnet dari
magnetisasi bahan Bm. Medan magnet yang
dihasilkan bahan dinyatakan sebagai Bm = µ0M
sehingga medan magnet total pada pusat solenoida
dapat dinyatakan sebagai,
B = B0 + B m
B = µ0H + µ0M
B = µ0H + µ0χmH
B = µ0 (1 + χm) H
Kuat medan magnet di pusat solenoida sepanjang l
yang terdiri dari n lilitan adalah
n
B i ,
2l
dengan demikian persamaan (2) dapat dinyatakan
sebagai,
B   0 1   m 
n
i
2l
,
(2)
B. Pencemaran
Tanah
Akibat
Polusi
Kendaraan Bermotor
Pencemaran tanah adalah masuknya bahan
atau zat ke dalam tanah sehingga konsentrasi suatu
zat atau unsur hara menjadi racun bagi tanaman
dan biota tanah dan atau keseimbangan unsur hara
tanaman tergannggu (Malik, 2004: 112). Ketika
suatu bahan atau zat berbahaya/beracun telah
mencemari permukaan tanah maka ia dapat
menguap, terbawa air hujan atau masuk ke dalam
tanah. Bahan pencemar yang masuk ke dalam
tanah kemudian terendap sebagai zat kimia
beracun di tanah yang berdampak pada makhluk
hidup bahkan dalam dosis yang rendah sekalipun.
Pencemaran tanah dapat menyebabkan perubahan
metabolisme dari microorganisme endemik dan
antropoda yang hidup di tanah tersebut. Akibatnya
dapat memusnahkan beberapa species primer dari
rantai
makanan
yang
berakibat
pada
ketidakseimbangan ekosistem (Wikipedia, 2010).
Pencemaran tanah mempunyai hubungan erat
dengan pencemaran udara, karena pada umumnya
sumber pencemaran udara juga merupakan sumber
pencemaran tanah. Pencemar di udara dapat
mencemari tanah baik melalui pengendapan
maupun terlarut dalam air hujan. Manik
(2004:163)
menyatakan
bahwa
sumber
pencemaran udara yang utama dalam bentuk emisi
adalah buangan asap dari kendaraan bermotor,
industri dan rumah tangga. Besar emisi kendaraan
bermotor persatuan waktu dipengaruhi oleh jumlah
kendaraan bermotor, kemacetan lalu lintas, umur
dan tipe kendaraan serta jenis bahan bakar yang
digunakan. Makin tua usia kendaraan bermotor,
makin tinggi tingkat emisinya. Makin rendah
kecepatan kendaraan bermotor , makin tinggi emisi
yang dikeluarkan.
Kandungan polusi asap
kendaraan bermotor yang berbahaya bagi manusia
antara lain CO, HC, Nox, Pb, sulfur dioksida dan
partikulat yang berbentuk debu dengan ukuran
sangat kecil (± 0,01 µm). Partikulat terbentuk dari
senyawa-senyawa karbon dan bahan kimia lainnya
sisa dari proses pembakaran kendaraan bermotor
(Arifin, 2009:39). Sejumlah hasil penelitian kerak
knalpot kendaraan bermotor menunjukkan
komposisinya terdiri dari Fe, C, S, Cu, Pb, Zn dan
didominasi oleh karbon dan dioksida (Pratiwi
Hadi, Tri Novi.2012).
METODE PENELITIAN
A. Metode Pengambilan Sampel
Sampel tanah diambil di dua terminal Kota
Yogyakarta yaitu Terminal Giwangan (sampel A
dan B) dan Terminal Jombor (sampel C dan D).
Dari tiap terminal diambil dua sampel tanah yaitu
permukaan atas dan bawah. Sampel A dan C
adalah sampel tanah permukaan atas sedangkan
sampel B dan D adalah sampel tanah permukaan
bagian bawah. Sampel atas diambil tepat
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
50
Pengaruh Polusi Kendaraan ….
Lili Maenani
dipermukaan tanah sampai kedalaman 0,5 cm dari
permukaan. Sedangkan sampel bawah adalah
sampel tanah yang diambil tepat dibawah sampel
atas sampai kedalama 1 cm. Dengan demikian
sampel tanah permukaan atas dan bawah dapat
dianggap memiliki stuktur dan komposisi tanah
yang sama.
B. Alat dan Bahan
1. Sampel tanah permukaan
2. Multimaster
3. Gaussmeter
4. Kumparan/Solenoida
5. Power Supply
6. Statif
7. Kabel
8. Jangka sorong
9. Neraca Ohaus
B. Prosedur Penelitian
1. Menyusun alat-alat menjadi rangkaian
eksperimen
grafik. Persamaan grafik linear mempunyai model
, dengan x variabel bebas yang
terletak pada sumbu datar dan y adalah variabel
terikat yang terletak pada sumbu tegak. Sedangkan
a adalah kemiringan (gradien) garis dan b adalah
titik potong garis lurus dengan sumbu tegak
(Toifur,2010:23).
Dari persamaan (2) diperoleh medan
magnet di pusat solenoida adalah
n
B   0 (1   m ) i
2l
y  ax  b
Dengan memisalkan a   (1  m) n dan i = x,
0
2l
maka diperoleh persamaan untuk menentukan
suseptibilitas magnetik bahan
m 
2al
0 n
1
(3)
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan eksperimen maka
diperoleh yaitu data kuat arus (i) dan medan
magnet (B). Kemudian data difitting dengan
persamaan garis lurus. Grafik hubungan kuat arus
(i) dengan madan magnet (B) untuk masingmasing sampel menurut garis lurus ditunjukkan
pada gambar 1.
2. Mengukur panjang kumparan dan jumlah
lilitannya
3. Mengukur massa sampel tanah
4. Memasukkan sampel tanah ke dalam kumparan
5. Menghidupkan sumber tegangan listrik
6. Mengatur tombol power supply sampai
diperoleh tegangan listrik, arus listrik dan
medan magnet pada multimaster dan
gaussmeter
7. Memvariasikan arus listrik dengan cara
merubah/memutar tombol pengatur sumber
tegangan listrik secara pelan-pelan
8. Mengulangi langkah 2 – 7 dengan mengganti
sampel tanah permukaan yang lain
C. Metode Analisis Data
Metode
yang
digunakan
untuk
menentukan
suseptibilitas
magnetik
tanah
permukaan
adalah
dengan
menggunakan
persamaan linear garis lurus, yaitu dengan
menganalisis regresi linier yang disajikan dalam
Gbr. 1. Kurva hubungan antara arus listrikdan
medan magnet
Berdasarkan grafik di atas diperoleh nilai a
untuk masing-masing sampel, kemudian dengan
menggunakan persamaan (3) maka dapat
ditentukan nilai suseptibilitas sampel sebagaimana
tercantum dalam tabel 1.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
51
Pengaruh Polusi Kendaraan ….
Lili Maenani
Tabel 1. Persamaan garis linier dan suseptibilitas
magnetik sampel
Sampel
Persamaan
A
Udara
y = 0,020x + 0,000
0,02060
A
y = 0,018x + 0,000
0,01876
B
y = 0,017x + 0,000
0,01744
C
y = 0,019x + 0,000
0,01916
D
y = 0,018x + 0,000
0,01848
nilai suseptibilitas magnetik tanah permukaan atas
dan bawah Terminal Jombor adalah
χm
0,74305
0,76600
0,78246
0,76101
0,76949
∆ m =
0,00848. Dengan demikian selisih nilai
suseptibilitas magnetik tanah permukaan atas dan
bawah sampel tanah permukaan Terminal
Giwangan lebih tinggi dari selisih nilai
suseptibilitas tanah permukaan atas dan bawah
Terminal Jombor hal ini menunjukkan bahwa
tingkat pencemaran tanah permukaan Terminal
Giwangan akibat polusi kendaraan bermotor lebih
tinggi dari pada tingkat pencemaran tanah
permukaaan Terminal Jombor. Hal disebabkan
Terminal Giwangan merupakan terminal induk
Kota Yogyakarta sehingga jumlah kendaraan
umum yang masuk ke Terminal Giwangan lebih
banyak daripada jumlah kendaraan yang masuk
terminal Jombor. Kondisi kendaraan yang masuk
terminal Giwangan sebagian besar adalah angkutan
perkotaan/angkutan dalam kota yang sudah lama
beroprasi sehingga emisi gas buangnya lebih
tinggi. Terminal Jombor merupakan Terminal
persinggahan angkutan umum yang arahnya keluar
dari Kota Yogyakarta menuju Magelang dengan
kondisi mesin yang lebih baik karena merupakan
Berdasarkan tabel diatas nilai suseptibilitas udara
tidak sesuai dengan teori. Menurut teori
suseptibilitas magnetik udara adalah 0, sehingga
nilai suseptibilitas masing-masing data harus
dikonversi yaitu dengan dikurangi nilai
suseptibilitas magnetik udara hasil eksperimen
yaitu
-0,74305. Nilai suseptibilitas magnetik
sampel yang telah dikonversi dapat dilihat pada
tabel 2.
Tabel 2. Nilai Suseptibilitas Sampel
Sampel tanah A dan B diambil dari terminal
Giwangan.
Berdasarkan
hasil
eksperimen
diperoleh bahwa nilai suseptibilitas tanah
permukaan atas
m
= -0,02295 sedangkan
suseptibilitas tanah permukaan bawah
m
= -
0,03941. Sampel tanah C dan D diambil dari
terminal Jombor. Berdasarkan hasil eksperimen
diperoleh bahwa nilai suseptibilitas tanah
permukaan
atas
m
=
-0,0179
suseptibilitas tanah permukaan bawah
sedangkan
m
=
-0,02644. Semua nilai suseptibilitas sampel
bertanda negatif hal ini menunjukkan bahwa
sampel tanah permukaan Terminal Giwangan dan
Terminal Jombor merupakan bahan diamagnetik.
Dengan membandingkan niali suseptibilitas
magnetik sampel A dan B serta sampel C dan D
dapat diketahui bahwa nilai suseptibilitas magnetik
tanah permukaan atas lebih tinggi dari permukaan
bawah hal ini memperkuat dugaan adanya polusi
kendaraan bermotor dari angkutan umum yang
mengendap pada permukaan tanah. Dengan
demikian
polusi
kendaraan
bermotor
mempengaruhi watak magnetik bahan yaitu
meningkatkan nilai suseptibilitas bahan.
Semakin tinggi nilai suseptibilitas magnetik
sampel tanah semakin tinggi pula tingkat
pencemaran tanah akibat polusi kendaraan
bermotor. Selisih nilai suseptibilitas magnetik
tanah permukaan atas dan bawah Terminal
Giwangan adalah
∆  m = 0,01646, sedangkan
Sampel
χm
A
-0,02295
T Giwangan permukaan atas
B
-0,03941
T Giwangan permukaan bawah
C
-0,01796
T Jombor permukaan atas
D
Tempat
-0,02644 T Jombor permukaan bawah
angkutan antar kota.
KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan ini dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh polusi
kendaraan bermotor terhadap watak magnetik
tanah permukaan Terminal yaitu dengan
meningkatnya nilai suseptibilitas magnetik bahan.
Dengan membadingkan nilai suseptibilitas
magnetik tanah permukaan dapat disimpulkan
bahwa tingkat pencemaran tanah di Terminal
Giwangan lebih tinggi daripada di Terminal
Jombor.
PUSTAKA RUJUKAN
[1] Arifin, Z.2009. Pengendalian Poluasi
Kendaraan. Yogyakarta: Alfabeta
[2] Hoffman,V., M. Knab, dan E. Appel.1999.
Magnetic Suceptibility Mapping of Roadside
Pollution, Journal of geochemical exploration
vol 66
[3] Manik,K.E.S.2004.Pengelolaan Lingkungan
hidup.Jakarta: Djembatan
[4] Pratiwi Hadi, Tri Novi.2012.Studi Komposisi
dan Bentuk Bulir Mineral Magnetik serta
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
52
Lili Maenani
Pengaruh Polusi Kendaraan ….
Suseptibilitas Magnetik pada Partikel Emisi
Kendaraan Bermotor. Skripsi, Jurusan Fisika
FMIPA Universitas Negeri Malang
[5] Resnick, H.,Walker. 2010. Fundamental of
Physics.Wiley Higher Education
[6] Toifur.2010.Petunjuk Praktikum Eksperimen
Fisika.Yogyakarta: UAD
[7] http://Wikipedia/pencemaran-tanah. diakses
tanggal 10 November 2012
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
53
Lili Maenani
Pengaruh Polusi Kendaraan ….
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
54
Penentuan Energi Serap ….
Kristina Gita P
Penentuan Energi Serap Benda Pada Bidang Miring
Dengan Teknik Fitting Data
Kristina Gita Permatasari
Program Magister Pendidikan Fisika, Program Pascasarjana
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Kampus II, Jl. Pramuka 42 Lt.3, Yogyakarta 55161
Surel: [email protected]
Intisari. Benda bergerak menggelinding maka benda tersebut telah melakukan gabungan dua gerakan langsung yaitu
berotasi dan bertranslasi, sehingga energi kinetiknya merupakan penjumlahan dari energi kinetik translasi dan energi kinetik
rotasi. Dengan persamaan energi mekanik dapat ditentukani kecepatan benda saat mulai menggelinding dan energi serap
ketika benda menggelinding pada permukaan yang kasar.Pengumpulan data dilakukan dengan perekaman video saat bola
pejal menggelinding pada bidang miring, kemudian video di import ke software Logger Pro 3.8.2.4. Dengan Logger Pro
3.8.2.4 gerak bola pejal ditracking, data hasil tracking diubah dalam bentuk data dan grafik. Dengan teknik fitting data,
diperoleh energi serap (Es) bola bekel sebesar 0,162 dan besarnya energi serap (Es)pada kelereng adalah 0,106.
Kata kunci : Logger Pro 3.8.2.4, menggelinding, energi kinetik translasi, energi kinetik rotasi
PENDAHULUAN
Salah satu jenis gerak yang banyak kita jumpai
dalam kehidupan sehari-hari adalah gerak berputar.
Gerak berputar dapat disebut juga dengan gerak
rotasi, atau dengan singkat disebut rotasi. Misalnya
yaitu roda kendaraan berputar atau dapat disebut
juga dengan roda berotasi. Di samping itu gerak
rotasi juga menunjukkan sifat-sifat penting.
Misalnya adalah sifat mempertahankan gerak,
seperti halnya benda bergerak biasa, yang kita
sebut dengan kelembaman benda. Sebuah gangsing
yang sedang berputar dengan sumbu tegak
cenderung mempertahankan kedudukan tegaknya,
sampai putaran berhenti. Setelah putaran berhenti,
gangsing akan rebah. Demikian halnya dengan
roda yang menggelinding. Selama menggelinding
roda dapat berdiri tegak.
Sebagai
contoh
dalam
kasus
gerak
menggelinding yaitu jika sebuah bola pejal
diletakkan diatas bidang miring dan kemudian
menggelinding menuruni bidang miring tersebut,
saat masih diam dan berada diatas bidang miring
maka benda akan mengalami energi potensial,
sedangkan saat menuruni bidang miring karena
tidak adanya pengaruh gaya dari luar maka akan
berlaku hukum kekekalan energi mekanik yaitu
, Karena benda
mengalami gerak menggelinding maka pada
dasarnya benda tersebut telah melakukan gabungan
dua gerakan langsung yaitu berotasi dan
bertranslasi, sehingga energi kinetiknya merupakan
penjumlahan dari energi kinetik translasi dan
energi kinetik rotasi. Dengan persamaan hukum
kekekalan energi mekanik diatas kita dapat
mencari kecepatan dari bola pejal yang
menggelinding pada bidang miring tersebut [4].
Dalam kasus lain misalnya sebuah bola pejal
menggelinding pada sebuah bidang miring dengan
permukaan yang kasar maka sama seperti pada
kasus sebelumnya saat benda masih diam dan
berada diatas bidang miring maka benda akan
mengalami energi potensial, akan tetapi saat benda
mulai menggelinding menuruni bidang miring
tersebut maka persamaan energi mekanik benda
menjadi
, dimana
Es merupakan energi serap dari permukaan bidang
miring yang kasar [4].
Dari persamaan energi mekanik dapat kita cari
kecepatan benda saat mulai menggelinding serta
energi serap dari benda ketika menggelinding pada
permukaan bidang miring dengan permukaan yang
kasar.
Untuk dapat mencari nilai dari kecepatan serta
energi serap benda maka diperlukan sebuah
instrument yang mempunyai ketelitian tinggi dan
pengambilan datanya bisa diulang-ulang sehingga
diperoleh data yang akurat. Berdasarkan hal
tersebut, perlu dibuat model eksperimen bola pejal
menggelinding pada bidang miring.
Pada saat bola pejal menggelinding menuruni
bidang miring, kejadian tersebut direkam dengan
handycam. Kegiatan perekaman saat bola bergerak
menggelinding
ini dikenal Video Based
Laboratory (VBL). Dengan VBL kejadian fisika
alamiah ini terekam dalam bentuk video.
Kemudian dianalisis dengan softwareLogger Pro
3.2 serta Ms. Excel, maka dapat diketahui apakah
benar pada peristiwa bola yang menggelinding
pada bidang miring berlaku hukum kekekalan
energi mekanik. Artinya dengan model eksperimen
bola menggelinding pada bidang miring dan
dengan metode VBL, kita dapat mencari besarnya
nilai kecepatan serta energi serap pada bidang
miring yang permukaanya kasar.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
55
Kristina Gita P
LANDASAN TEORI
Gerak Menggelinding
Gerak menggelinding merupakan perpaduan
gerak antara gerak translasi (menggeser) dan gerak
rotasi. Bola yang menggelinding di atas bidang
akan mengalami dua gerakan sekaligus, yaitu
rotasi terhadap sumbu bola dan translasi bidang
yang dilalui. Oleh karena itu, benda yang
melakukan gerak menggelinding memiliki
persamaan rotasi dan persamaan translasi.
Besarnya energi kinetik yang dimiliki benda
mengelinding adalah jumlah energi kinetik rotasi
dan energi kinetik translasi. Dalam penelitian ini
akan di batasai pada masalah gerak bola pejal
menggelinding pada bidang miring [1].
Gambar 1. Bola pejal pada bidang miring.
Gerak Translasi
Sebuah benda disebut bertranslasi jika tiap
titik pada benda itu bergerak dengan menempuh
lintasan yang sama bentuk dan panjangnya. Contoh
translasi paling sederhana adalah sebuah balok
bergerak lurus diatas suatu permukaan mendatar
tanpa mengguling dari kedudukan awal ke
kedudukan akhir. Setiap titik pada balok itu
menempuh lintasan lurus dan jarak yang ditempuh
titik yang satu sama panjangnya dengan jarak yang
di tempuh titik yang lain [3].
Gerak Rotasi
Benda disebut berotasi terhadap suatu sumbu,
bila tiap titik pada benda itu bergerak melingkar
mengitari sumbu itu. Sebuah gasing yang sedang
berputar di satu tempat termasuk benda yang
berotasi. Tiap titik pada gasing itu melakukan
gerak melingkar di sekeliling sumbu putarnya.
Demikian pula halnya dengan gerak roda yang
berputar pada sebuah poros[3].
Video Based Laboratory (VBL) dan Software
Logger Pro 3.2
Kemajuan teknologi komputer saat ini telah
memunculkan alternatif teknik analisis melalui
rekaman video, yang dikenal dengan istilah Video
Based Laboratory (VBL). Analisis melului video
dimungkinkan oleh karena teknologi komputer
mampu menangkap dan menjalankan kembali
gambar bergerak resolusi tinggi dengan cukup
mudah. Perserta didik dapat mengkonsentrasikan
Penentuan Energi Serap ….
pada gambaran gejala fisika dalam video dan
bukan pada teknik pengumbulan data. Melalui
software yang dikembangan untuk VBL untuk yang
mengolah video digital secara interaktif,
memungkinkan siswa menangani kejadian gerak
dalam video dan dapat menganalisis gerakan
dengan cermat melalui grafik yang dibuat oleh
mikrokomputer [2].
Saat ini telah tersedia beberapa perangkat
lunak untuk VBL, seperti VideoPoint dari Lenox
Softwork yang dikembangkan untuk Workshop
Physics Project. Vernier Software & Technology
mengembangkan Logger Pro sebagai perangkat
lunak untuk mengambil dan menganalisis data dari
Vernier Lab Pro 3, yang memiliki fasilitas Video
Analysis untuk membuat dan menganalisis grafik
representasi
gerak
yang
terlihat
dalam
video.Kontrol panel utama dari perangkat lunak
secara otomatis atau manual dengan mudah
dioperasikan dalam menjalankan rekaman video
dari frame ke frame sehingga kejadian atau
perubahan gejala sebagai fungsi waktu dapat
teramati [6].
Program Logger Pro 3.2 merupakan salah satu
softwere dari VBL yang mempunyai keistimewaan
mampu menyajikan gejala fisika secara nyata baik
berupa data kuantitatif dan grafiknya secara
simultan dan memberikan jembatan antara pengamatan langsung dengan representasi abstrak dari
berbagai fenomenafisika. Pelacakan posisi gerak
dengan warna tampilan yang berbeda dalam suatu
gambar video, mampu mengubah data yang
dihasilkan dalam bentuk nilai dan grafik secara
jelas sehingga menawarkan banyak kemungkinan
untuk membangun dan menguji model fisika
baiksecara konseptual maupun analitis.
Merekam video dari animasi pembelajaran
fisika adalah cara yang paling praktis untuk
menampilkan pada kecepatan gerak suatu objek
pengamatanyang sesungguhnya dan memberikan
kesempatan untuk mengobservasi dan mengukur
suatu model animasi Melalui media ini pula
memungkinkan pengamat untuk mempredikdiksi
dan membandingkan hasil kesimpulan yang
diperoleh secara teoritis dengan perilaku yang
diamati secara objektif.
METODE EKSPERIMEN
Alat dan Bahan
a. Bola pejal (bola bekel dan kelereng)
b. Papan gypsum (disusun sebagai bidang
mirirng)
c. Karpet (sebagai permukaan kasar pada
bidang miring)
d. Mistar (untuk mengukur tinggi bidang
miring)
e. Neraca Digital (untuk mengukur massa bola
pejal)
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
56
Kristina Gita P
f. Jangka sorong (untuk mengukur diamater
bola)
g. Handycam untuk merekam sebelum dan
sesudah bola pejal menggelinding.
h. SoftwareLogger Pro 3.8.2.4
i. Komputer
Prosedur Eksperimen
Eksperimen dilaksanakan mengikuti prosedur
sebagai berikut:
a. Merangkai alat dan bahan sehingga
eksperimen gerak bola menggelinding pada
bidang miring dapat dilakukan.
b. Saat bola pejal yang berada di atas bidang
miring mulai dilepaskan, maka perekaman
video dilakukan
c. Perekaman dilakukan selama bola pejal
bergerak menuruni bidang miring sampai
bola berada pada titik henti yang telah
ditentukan.
d. Setelah video siap, dilakukan tracking
gerakan bola pejal dari waktu ke waktu
dengan software Logger Pro 3.2
e. Menganalisis data dengan cara mem-fitting
data sesuai dengan perilaku data. Karena
fenomena bola menggelinding pada bidang
miring merupakan kejadian gerak lurus
berubah beraturan, maka pendekatan fitting
data yang dilakukan adalah menggunakan
fungsi kuadratik. Tujuan dilakukan fitting
data adalah untuk memperoleh nilai
percepatan (a).
f. Apabila a didapatkan, maka langkah
berikutnya, menentukan nilai kecepatan (v)
dengan menggunakan persamaan (2).
g. Apabila nilai (v) didapatkan, maka langkah
berikutnya adalah membuktikan bahwa
energi mekanik berlaku pada sistem ini sesuai
dengan persamaan (12).
h. Selanjutnya mengubah permukaan bidang
miring dengan permukaan yang kasar yaitu
dengan melapisi permukaan triplek dengan
karpet. Kemudian ulangi prosedur pada point
b - f.
i. Setelah nilai kecepatan (v) diperoleh, dengan
persamaan(12) dapat dilakukan perhitungan
energi serap (Es) bola pejal pada bidang
miring dengan permukaan yang kasar.
Prosedur Analisis Data
Untuk menentukan kecepatan dan posisi bola
pejal, kita dapat melihat dari kurva hubungan
antara posisi (y) dan waktu (t), karena gerakan bola
pejal yang menggelinding pada bidang miring
adalah merupakan gerakan gerak lurus berubah
beraturan,maka fittingdata yang dipilih adalah
fungsi kuadratik. Setelah dilakukan fitting data,
kita peroleh besar percepatan bola pejal (a) dari
persamaan grafik yang telah dihasilkan saat mengtracking data, selanjutnya dapat diperoleh besar
Penentuan Energi Serap ….
kecepatan bola pejal (v) dengan menggunakan
persamaan (2). Dengan data kecepatan bola pejal
(v) yang kemudian memasukkan nilai tersebut ke
dalam persamaan (12) maka kita dapat melihat
bahwa besarnya EM1 = EM2.
Setelah nilai kecepatan (v) diketahui dan dapat
membuktikan bahwa besarnya EM1 = EM2, maka
kita kembali lagi melakukan eksperimen
selanjunya yaitu dengan mengubah permukaan
bidang miring tersebut dengan permukaan yang
kasar, yaitu melapisi papan gypsum dengan karpet.
Kemudian
percobaan
kembali
direkam
menggunakan handycam, dan datanya kembali di
fitting dengan Software Logger Pro 3.2. Dari
pengolahan data maka didapatkan kurva hubungan
antara posisi (y) dan waktu (t) sehingga nilai
pecepatan kembali dapat diketahui besarnya dan
selanjutnya besarnya kecepatan (v’) pada bola pejal
yang menggelinding pada bidang miring dengan
permukaan kasar dapat diketahui. Karena
permukaan bidang miring yang kasar maka
terdapat adanya energi serap saat bola pejal
menggelinding menuruni bidang miring tersebut.
Setelah nilai kecepatan (v’) diketahui maka dengan
persamaan (13) besarnya energi serap (Es) dapat
diketahui.
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Bola bekel menggelinding pada bidang
miring
Dari analisis Video Based Laboratory (VBL)
dengan menggunakan software Loger Pro 3.8.4.2 ,
maka diperoleh hasil
Gambar 2. Tracking bola bekel
Penentuan kecepatan (v)
Dengan fitting data dengan menggunakan Logger
Pro 3.8.4.2 sebagaimana gambar 3, dapat diperoleh
nilai percepatan (a). Setelah nilai a diperoleh
maka copy data pada Ms Excel untuk menentukan
kecepatan(v)dengan menggunakan persamaan (2).
Maka diperoleh besar v = 1,47 m/s.
Penentuan energi mekanik (Em)
Setelah nilai v diketahui, maka energi mekanik
yang berlaku pada sistem ini dapat diperoleh
dengan menggunakan persamaan (12). Sehingga
dapat diketahui besar Em= 0,03
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
57
Kristina Gita P
b. Bola bekel menggelinding pada bidang
miring dengan permukaan kasar
Dari analisis Video Based Laboratory (VBL)
dengan menggunakan software Loger Pro 3.8.4.2 ,
maka diperoleh hasil
Penentuan Energi Serap ….
Penentuan kecepatan (v)
Dengan fitting data dengan menggunakan Logger
Pro 3.8.4.2 sebagaimana gambar 5, dapat diperoleh
nilai percepatan (a). Setelah nilai a diperoleh
maka copy data pada Ms Excel untuk menentukan
kecepatan (v) dengan menggunakan persamaan
(2). Maka diperoleh besar v = 1,51 m/s.
Menetukan energi mekanik (Em)
Setelah nilai v diketahui, maka energi mekanik
yang berlaku pada sistem ini dapat diperoleh
dengan menggunakan persamaan (12). Sehingga
dapat diketahui besar Em = 0,037
d. Kelereng menggelinding pada bidang miring
dengan permukaan kasar
Gambar 3. Tracking bola bekel pada permukaan bidang
miring kasar
Penentuan kecepatan (v)
Dengan fitting data dengan menggunakan Logger
Pro 3.8.4.2 sebagaimana gambar 4, dapat diperoleh
nilai percepatan (a). Setelah nilai a diperoleh
maka copy data pada Ms Excel untuk menentukan
kecepatan (v) dengan menggunakan persamaan
(2). Maka diperoleh besar v = 2,78 m/s.
Penentuan energi mekanik (Em)
Setelah nilai v diketahui, maka energi mekanik
yang berlaku pada sistem ini dapat diperoleh
dengan menggunakan persamaan (12). Sehingga
dapat diketahui besar Em = 0,037
Dari analisis Video Based Laboratory (VBL)
dengan menggunakan software Loger Pro 3.8.4.2 ,
maka diperoleh hasil :
Penentuan kecepatan (v)
Dengan fitting data dengan menggunakan Logger
Pro 3.8.4.2 sebagaimana gambar 6, dapat diperoleh
nilai percepatan (a). Setelah nilai a diperoleh
maka copy data pada Ms Excel untuk menentukan
kecepatan (v) dengan menggunakan persamaan
(2). Maka diperoleh besar v = 2,32 m/s.
Penentuan Energi Serap (Es)
Setelah besar kecepatan (v) dan besar Em pada
persamaan (11) diperoleh maka Energi Serap dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan (13)
maka besar Energi Serap (Es)= 0,162
c. Kelereng menggelinding pada bidang miring
Dari analisis Video Based Laboratory (VBL)
dengan menggunakan software Loger Pro 3.8.4.2 ,
maka diperoleh hasil
Gambar 5. Tracking kelereng pada bidang
miring dengan permukaan kasar
Penentuan energi mekanik (Em)
Setelah nilai v diketahui, maka energi mekanik
yang berlaku pada sistem ini dapat diperoleh
dengan menggunakan persamaan (12). Sehingga
dapat diketahui besar Em = 0,037
Menentukan Energi Serap (Es)
Setelah besar kecepatan (v) dan besar Em pada
persamaan (11) diperoleh maka Energi Serap dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan (13)
maka besar Energi Serap (Es = 0,106)
Gambar 4. Tracking pada kelereng
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
58
Penentuan Energi Serap ….
Kristina Gita P
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dan fitting data VBL
dengan menggunakan software Loger Pro 3.8.4.2,
dengan menggunakan persamaan (2) maka
diperoleh besar nilai v (bola bekel) =1,46 m/s , v
(kelereng) = 1,51. Setelah v diperoleh, maka
besarnya nilai Em dengan persamaan (12) juga
dapat dihitung, besar nilai Em (bola bekel) = 0,037
danEm (kelereng) = 0,037.
Berdasarkan percobaan sebelumnya dengan
menggunakan bidang miring maka untuk
menentukan energi serap (Es) pada bola pejal,
permukaan bidang miring diberikan karpet dengan
permukaan yang kasar sehingga energi serap pada
bola pejal dapat diperoleh. Pada analisis dan fitting
data VBL dengan menggunakan software Loger
Pro 3.8.4.2, dengan menggunakan persamaan (2)
maka diperoleh besar nilai v’ (bola bekel) =2,78
m/s , v’ (kelereng) = 2,32.
Dengan demikian energi serap (Es) pada bola
pejal dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan (13), besarnya Es (bola bekel) = 0,162
dan besarnya Es (kelereng) =0,106.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Program Study Magister Pendidikan Fisika
Universitas Ahmad Dahlan atas dukungan dalam
kegiatan ilmiah ini.
Daftar Pustaka
[1]. Budikase, dkk., 1995, Fisika 3, untuk
Sekolah Menengah Umum kelas 3,
Program Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta
: Perum Balai Pustaka.
[2]. Escalada, L. T., et al., 1996, Application
of Interactive Digital Video in a Physics
Classroom, Journal of Educational
Multimedia and Hypermedia, 5(1), 73-97.
[3]. Freedman,
Young.
2002.
Fisika
Universitas Edisi Kesepuluh Jilid I.
Jakarta: Erlangga.
[4]. Kanginan, Marthen. 2007. Fisika Untuk
SMA Kelas XI.Jakarta: Erlangga
http://www.phys.ksu.edu/perg/papers/appl
icat.html
[5]. Vernier International, 2004, Data
Collection with Computer and Handhelds
2004 Catalog
http://www.vernier-intl.com
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
59
Penentuan Energi Serap ….
Kristina Gita P
PEMETAAN KANDUNGAN CO2 DI KOTA YOGYAKARTA DITINJAU DARI
TINGKAT KERAMAIAN KENDARAN BERMOTOR DAN KONDISI
LINGKUNGAN
Irnin Agustina Dwi Astuti*, Thoha Firdaus, Ishafit
Program Magister Pendidikan Fisika, Program Pascasarjana
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Kampus II, Jl. Pramuka 42 Lt.3, Yogyakarta 55161
* Surel: [email protected]
Intisari. Makalah ini menyajikan pemetaan kandungan CO2 di Yogyakarta ditinjau dari tingkat keramaian kendaraan
bermotor dan kondisi lingkungan. Kota Yogyakarta sebagai kota pelajar menjadikan salah satu kota yang semakain padat
jumlah populasinya. Hal ini menyebabkan bertambahya kendaraan bermotor yang mengakibatkan tingkat polusi bertambah
meningkat dan akan berpengaruh pada kadar kandungan CO2 di Yogyakarta.Penelitian pengukuran kandungan CO2
dilakukan di sepuluh tempat keramaian di kota Yogyakarta. Hasil pemetaan dari penelitian ini diperoleh uji kandungan
CO2 yang paling tinggi adalah di daerah 0 Km Yogyakarta sebesar 973,2 PPM.
Kata kunci: CO2, kendaraan bermotor
PENDAHULUAN
Kota Yogyakarta merupakan kota pelajar
yang setiap tahunnya semakin padat penduduknya
karena datang dari berbagai macam kota. Semakin
bertambahnya penduduk akan mempengaruhi
kepadatan baik dari segi penduduk maupun
kendaraan bermotor. Hal ini yang menyebabkan
kota Yogyakarta semakin bertambah tingkat
polusinya, baik polusi kendaraan bermotor maupun
polusi dari pembuangan industri.
Perubahan
iklim juga
merupakan
tantangan paling serius yang dihadapi dunia pada
saat ini terutama di kota Yogyakarta. Iklim yang
dialami tidak stabil atau tidak sesuai dengan
keseimbangan cuaca. Karena perbedaan iklim dan
bertambahnya
polusi
ini
akan
sangat
mempengaruhi nilai kadar CO2 di kota
Yogyakarta. Akibatnya, suhu di Yogyakarta
menjadi lebih panas. Untuk mengetahui pemetaan
kandungan CO2 di kota Yogyakarta perlu
dilakukan penelitian.
I.
DASAR TEORI
1.
Karbondioksia (CO2)
Karbon dioksida (rumus kimia: CO2) atau
zat asam arang adalah sejenis senyawa kimia yang
terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara
kovalen dengan sebuah atom karbon. Ia berbentuk
gas pada keadaan temperatur dan tekanan standar
dan hadir di atmosfer bumi. Rata-rata konsentrasi
karbon dioksida di atmosfer bumi kira-kira 387
ppm berdasarkan volume walaupun jumlah ini
bisa bervariasi tergantung pada lokasi dan waktu.
Karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang
penting karena ia menyerap gelombang inframerah
dengan kuat.
Gambar 1. Diagram fase tekanan-temperatur
karbon dioksida yang memperlihatkan titik tripel
karbon dioksida
Karbon dioksida bisa kita dapatkan
dengan distilasi udara. Namun cara ini hanya
menghasilkan CO2 yang sedikit.
2. Sensor CO2 Vernier
Sensor gas CO2 Vernier merupakan jenis
sensor untuk mengukur kandungan CO2 dalam
kisaran 0 sampai 10.000 ppm (pengaturan kisaran
rendah) atau 0 sampai 100.000 ppm (pengaturan
kisaran tinggi).
Sensor Gas CO2 mengukur
konsentrasi gas karbon dioksida dalam satuan
bagian
per juta, atau ppm. Sensor menggunakan bola
lampu pijar kecil untuk menghasilkan radiasi
inframerah (IR). Sumber IR terletak di salah satu
ujung poros sensor. Di ujung lain dari poros adalah
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
60
Pemetaan Kandungan CO2 ….
Irnin Agustina D .
sensor inframerah yang mengukur berapa banyak
radiasi akan melalui sampel tanpa diserap oleh
molekul karbon dioksida.
II.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di tempat –
tempat keramaian kota Yogyakarta yang terdiri
dari 10 titik daerah.
Alat dan bahan yang
digunakan adalah dengan menggunakan Sensor
Co2 Vernier Lab Pro, Interface, dan termometer.
Prosedur penelitian adalah sebagai berikut:
1. Memasang dan rangkai alat eksperimen
seperti pada gambar 2.
2. Mengukur temperatur daerah tersebut.
3. Membuka software logger pro dan klik
connect, kemudian tunggu sampai 300
detik lalu klik stop.
4. Mengeklik analyze kemudian autoscale
untuk mendapatkan grafik yang sesuai.
5. Mengeklik stat pada toolbar logger pro
untuk mendapatkan nilai kadar Co2 ratarata.
6. Mengulangi langkah no 1-6 untuk tempattempat yang berbeda.
Alat dan rangkaian percobaan dapat
dilihat pada gambar 1.
6.
Lingkungan
Mandala
Krida
461,0 PPM
35
o
C
7.
Lingkungan
Stasiun Tugu
530,2 PPM
33
o
C
8.
Jl.
Kusumanegar
a
506,5 PPM
33
o
C
9.
XT Square
431,1 PPM
32
o
C
10
.
Lingkungan
Stasiun
Lempuyanga
n
471,1 PPM
33oC
Gambar 3. Tampilan Hasil Co 2 dengan Logger Pro
Gambar 2. Alat percobaan
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari penelitian yang dilakukan uji
kandungan CO2 di beberapa tempat di Yogyakarta
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1.Data Hasil Percobaan
N
Nama
Kandunga Suh
u
o
Tempat
n CO2
(oC)
1.
0
KM
Yogyakarta
973,2 PPM
37
o
C
2.
Lingkungan
Taman Pintar
496,8 PPM
35
o
C
3.
Bunderan
UGM
450,1 PPM
36
o
C
4.
Depan
Bringharjo
825,9 PPM
37
o
C
5.
Perempatan
Gramedia
449,5 PPM
32
o
C
Dari hasil penelitian pada tabel 1
diperoleh nilai kandungan CO2 yang berbeda-beda
di setiap tempat. Ini dikarenakan kepadatan dan
kondisi lingkungan yang berbeda-beda juga. Dari
sepuluh pengambilan data di berbagai tempat
diperoleh kandungan CO2 tertinggi yaitu di daerah
0 KM Yogyakarta sebesar 973,2 PPM dan
kandungan CO2 terendah di daerah XT Square
sebesar 431,1 PPM. Kandungan CO2 di 0 KM
Yogyakarta memiliki nilai yang tinggi karena
dipengaruhi oleh kepadatan kendaraan bermotor di
tempat tersebut yang tidak diimbangi dengan
lingkungan pepohonan yang banyak. Kandungan
CO2 yang seharusnya di bumi sekitar 381 ppm [2],
hasil penelitian uji kandungan CO2 di daerah
Yogyakarta ini melebihi nilai kandungan CO2 yang
seharusnya. Perlu adanya pengelolaan lingkungan
yang berkaitan dengan pengurangan kendaraan
bermotor, penanaman pohon agar menetralisisr
kandungan CO2 yang sangat tinggi dan perlu
adanya penggunaan bahan bakar yang ramah
lingkungan.
IV.
KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat
diperoleh uji kandungan CO2 yang paling tinggi
adalah di daerah 0 KM Yogyakarta sebesar 973,2
PPM. Ini membuktikan bahwa daerah tersebut
banyak tercemar polusi dan tingkat kepadatannya
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
61
Irnin Agustina D .
Pemetaan Kandungan CO2 ….
sangat tinggi. Untuk mengurangi kandungan CO2
di tempat tersebut perlu banyak ditanami
pepohonan, mengurangi jumlah kendaran bermotor
dan mendorong penggunaan bahan bakar yang
lebih ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] http://www.vernier.com/CO2 gas sensor.html
[2]
[3]
Trismidianto. 2008. Studi Penentuan
Konsentrasi CO2 dan Gas Rumah Kaca
Lainnya di Wilayah Indonesia. Jurnal ini
dipublikasikan.
http://wikipedia-indonesia/karbondioksida
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
62
Irnin Agustina D .
Pemetaan Kandungan CO2 ….
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
63
Inovasi Pembelajaran Number ….
Agustinasari
Inovasi Pembelajaran Number Head Together (NHT)
Berdasarkan Teori Kecerdasan Mckenzie dalam Pembelajaran
IPA Fisika
Agustinasari
Program Magister Pendidikan Fisika, Program Pascasarjana
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Kampus II, Jl. Pramuka 42 Lt.3, Yogyakarta 55161
Surel : [email protected]
Intisari, Kecerdasan tidak hanya ditentukan oleh skor tunggal yang diungkap oleh tes inteligensi, yang hanya mengukur
kemampuan siswa dalam bidang verbal linguistik dan logika matematis. Pada dasarnya siswa memiliki sejumlah kecerdasan
(kecerdasan jamak) berupa keterampilan dan kemampuan yang mewakili berbagai cara siswa dalam belajar dan berinteraksi
dengan diri dan lingkungannya. Kecerdasan jamak berfungsi secara bersama-sama pada setiap individu secara unik. Oleh
karena itu semua kecerdasan yang dimiliki siswa sama pentingnya, hanya cara belajar siswa yang beragam, tergantung pada
kekuatan dan kelemahan masing-masing. Inovasi pembelajaran Number Head Together (NHT) berdasarkan teori McKenzie
merupakan kegiatan pembelajaran yang dapat menstimulasi berbagai jenis kecerdasan yang dimiliki siswa yang disesuaikan
dengan kecenderungan gaya belajar siswa sehingga seluruh kemampuan dapat berkembang secara optimal. Siswa belajar
dalam kelompok homogen berdasarkan tiga domain kecerdasan McKenzie dengan tujuan kegiatan pembelajaran terorganisir
sehingga kecerdasan-kecerdasan tersebut bekerja atau berhubungan satu sama lain.
Kata kunci: Inovasi NHT, Domain Kecerdasan McKenzie, Pembelajaran
1. PENDAHULUAN
Kecerdasan dalam arti sempit dipandang
sebagai bentuk kognitif yang dapat diukur dan
disesuaikan dengan skala kecerdasan umum yang
menggunakan 100 sebagai nilai rata-rata
kecerdasan untuk usia tertentu (IQ) (Sylwester,
2010: 124). Namun banyak teori yang menyatakan
bahwa kecerdasan tidak hanya sebatas nilai IQ
seseorang diantaranya G. Stoddart berpendapat
bahwa kecerdasan berkaitan tentang aktivitas
dengan ciri-ciri kesukaran, kompleksitas, abstraksi,
ekonomis yang disesuaikan dengan tujuan dan
menurut Pieget kecerdasan sebagai kemampuan
belajar seseorang yang dapat diukur hasilnya
sebagai hasil pengajaran (Purwa Atmaja, 2012:
144). Maka kecerdasan bukan hanya kualitas
perilaku dalam menyelesaikan soal-soal ujian yang
sukar dan sulit dalam tes IQ namun kecerdasan
merupakan aktivitas dan kemampuan belajar
seseorang yang dapat diukur sebagai hasil
pembelajaran.
Menurut Howard Gardner, IQ (Intelligence
Quatient) hanya konsisten terhadap kecerdasan
logis-matematis
dan
verbal-linguistik
saja
sedangkan pada dasarnya siswa memiliki sejumlah
kecerdasan
(Kecerdasan
Jamak)
berupa
keterampilandan bakat yang dimiliki untuk
menyelesaikan masalah dalam pembelajaran dan
berinteraksi dengan diri dan lingkungan.
Siswa-siswa mempunyai kepribadian yang
berbeda-beda, mereka juga mempunyai cara
belajar yang berbeda pula. Oleh karena itu,
dibutuhkan berbagai kreativitas baru bagi guru
untuk merancang pembelajaran yang dapat
menarik minat belajar siswa yang disesuaikan
dengan gaya belajar siswa, hal ini bertujuan untuk
menyesuaikan dengan jenis potensi kecerdasan
yang dimiliki siswa. Siswa tidak hanya memiliki
satu kecerdasan tertentu saja, namun hanya
terdapat satu atau lebih kecerdasan yang lebih
menonjol pada diri siswa.
Fisika adalah bagian dari sains (IPA), Fisika
dianggap sulit untuk dipelajari karena dalam
penyelesaiannya selalu berhubungan dengan
matematika, sehingga siswa cenderung tidak
menyukai pelajaran ini. Kecenderungan siswa
tidak menyukai pelajaran fisika biasanya berawal
dari pengalaman belajar mereka dimana mereka
merasakan pelajaran fisika yang berkaitan dengan
pemahaman konsep, penyelesaian soal-soal yang
rumit melalui pendekatan matematis hingga
kegiatan praktikum yang harus mereka melakukan
dengan sangat teliti. Jika siswa melakukan tugastugas dengan paksaan dan merasa proses
pembelajaran tidak menyenangkan maka akibatnya
tujuan pembelajaran tidak sepenuhnya tercapai.
Salah satu hal penting yang harus
diperhatikan dalam mempelajari Fisika adalah
proses pembelajaran yang digunakan. Proses
pembelajaran yang diharapkan adalah yang dapat
menarik perhatian siswa, yang menyenangkan bagi
siswa dan yang paling penting siswa dapat
mengoptimalkan kemampuan dirinya dalam proses
pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan gaya
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
64
Inovasi Pembelajaran Number ….
Agustinasari
belajar siswa yang berhubungan
kecerdasan yang dimiliki siswa.
dengan
Pembelajaran harus dapat dikolaborasikan
dengan kegiatan yang menyenangkan dan dapat
melatih siswa memanfaatkan seluruh alat indranya.
Model pembelajaran alternatif yang dapat
digunakan dalam pembelajaran fisika yaitu model
pembelajaran berdasarkan kecerdasan jamak
(Multiple Intelligence). Jadi tidak hanya siswa
yang memiliki kemampuan matematika saja yang
dapat mempelajari fisika namun diharapkan semua
siswa dapat ikut mempelajari fisika sesuai dengan
kemampuannya.
2. TEORI KECERDASAN JAMAK
(MULTIPLE INTELLIGENCES) DAN
DOMAIN KECERDASAN MCKENZIE
Snyerman dan Rothman berpendapat bahwa
kecerdasan adalah kemampuan untuk menghadapi
abstrasi, untuk memecahkan masalah, dan untuk
belajar (Slavin, 2008: 163).
Menurut Fleetham (Yaumi, 2012: 12),
Multiple Intelligence atau biasa disebut dengan
kecerdasan jamak adalah berbagai keterampilan
dan bakat yang dimiliki siswa untuk
menyelesaikan
berbagai
persoalan
dalam
pembelajaran.
Howard Gardner menyatakan “Tidak ada
individu yang pintar maupun bodoh, setiap
individu memiliki kecerdasan yang menonjol pada
bidang-bidang berbeda”. Gardner juga berpendapat
bahwa kecerdasan anak tidak hanya ditentukan
oleh skor tunggal sebagaimana diungkap oleh tes
inteligensi. Tes inteligensi hanya mengukur
kemampuan anak dalam bidang verbal-linguistik
dan logis-matematis yang hasilnya disimpulkan
dalam skor, karena itu skor tersebut tidak memadai
untuk menentukan cerdas tidaknya anak. Ia
mengemukakan bahwa anak memiliki sejumlah
kecerdasan yang dapat terwujud dalam berbagai
keterampilan dan kemampuan, yang bukan hanya
berupa
kemampuan
verbal-linguistik
dan
kemampuan logis matematis.
Gardner mengemukakan ada 8 jenis
kecerdasan jamak (English, 2012; Yaumi, 2012;
Slavin, 2008). Setiap kecerdasan memimiliki cirriciri tertentu yang mewakili berbagai cara anak
dalam belajar dan berinteraksi dengan diri dan
lingkungannya. 8 jenis kecerdasan jamak, yakni
1.
2.
3.
4.
5.
Kecerdasan verbal-linguistik (World Smart)
Kecerdasan logis-matematis (Logic Smart)
Kecerdasan visual-spasial (Picture Smart)
Kecerdasan berirama-musik (Music Smart)
Kecerdasan
jasmaniah-kinestetik
(Body
Smart)
6.
7.
8.
Kecerdasan interpersonal (People Smart)
Kecerdasan intrapersonal (Self Smart)
Kecerdasan naturalistik (Nature Smart)
Selanjutnya, Walter McKenzie (2005)
dalam bukunya Multiple Intelligences and
Intructional Technology memasukkan kecerdasan
eksistensial sebagai salah satu baian dari
kecerdasan jamak. McKenzie mengelompokkan ke
dalam tiga domain, yakni interaktif, analitik, dan
introspektif. Pengelompokkan ini bertujuan
membantu mengorganisir untuk mengetahui
hubungan antara kecerdasan-kecerdasan tersebut
dan bagaiman kecerdasan tersebut berhubungan
satu sama lain (Yaumi, 2012).
Domain Interaktif
Domain ini terdiri dari kecerdasan verbal,
interpersonal, dan kinestetik.
1.
Kecerdasan verbal adalah kemampuan untuk
menggunakan kata baik lisan maupun tulisan
secara
efektif.
Kecerdasan
ini
menggambarkan
kemampuan
memakai
bahasa secara jelas melalui membaca,
menulis, mendengar, dan berbicara. Individu
yang memiliki kecerdasan ini senang dengan
permainan yang berhubungan dengan kata
seperti cross word.
2. Kecerdasan interpersonal adalah kecerdasan
yang terkait dengan pemahaman sosial.
Kecerdasan
interpersonal
berhubungan
dengan konsep interakti dengan orang lain di
sekitarnya.
Individu
yang
memiliki
kecerdasan ini memiliki kemampuan untuk
berinteraksi dengan orang lain seperti
bekerja sama dalam tim dengan baik.
3. Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan
untuk menggunakan seluruh bagian tubuh
untuk menyelesaikan masalah atau membuat
sesuatu. Siswa yang memiliki kecerdasan ini
biasanya senang belajar dengan bekerja
(learning by doing) dalam mempelajari dan
memahami suatu hal yang sedang dipelajari.
Mereka juga akan mampu melakukan tugas
dengan baik setelah melihat orang lain
melakukannya terlebih dahulu, kemudian
meniru dan mengikuti tindakannya.
Kecerdasan verbal, interpersonal, dan
kinestetik dimasukkan ke dalam domain interaktif
karena ciri masing-masing dari ketiga kecerdasan
tersebut meskipun dapat dirangsang melalui
kegiatan pasif namun mereka biasanya lebih
senang berinteraksi untuk mencapai pemahaman.
Domain Analitik
Domain ini terdiri dari kecerdasan musik,
logika-matematika, dan naturalistik.
1. Kecerdasan musik adalah kapasistas untuk
berpikir tentang musik, seperti mampu
mendengar, mengenal, mengingat, dan
bahkan memanipulasi pola-pola musik.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
65
Agustinasari
Individu dengan kecerdasan musik yang
menonjol
senang
bernyanyi,
senang
memainkan alat musik, lebih mudah
menghafal dan mengingat objek jika
dimasukkan dalam irama-irama musik dan
suka bersenandung/bernyanyi sambil berpikir
atau mengerjakan tugas.
2. Kecerdasan
logis-matematis
adalah
kecerdasan yang berkenaan dengan angkaangka dan penalaran. Individu dengan
kecerdasan logika-matematika yang menonjol
senang pada pelajaran matematika, pelajaran
ilmu pengetahuan, senang dengan permainan
strategi seperti catur dan teka-teki silang.
melakukan eksperimen. Ciri kecerdasan ini
adalah kemampuan memakai penalaran
induktif, deduktif, memecahkan berbagai
masalah abstrak, dan memahami hubungan
sebab-akibat.
3. Kecerdasan naturalistik adalah kemapuan
untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi
pola-pola alam, seperti tanaman dan binatang.
Individu dengan kecerdasan naturalistika
yang menonjol cenderung mempunyai
ingatan yang kuat. Biasanya senang mencari
tahu
tentang
sesuatu
kemudian
mengelompokkannya ke dalam kategori
tertentu
Kecerdasan musik, logika-matematika, dan
naturalistik memiliki ciri kemapuan menganalisi
data dan pengetahuan. Ketiga kecerdaasan tersebut
disebut sebagai kecerdasan analitik karena
meskipun dapat memiliki komponen social atau
introspektif
namun
kecerdasan
tersebut
kebanyakan digunakan untuk menganalisis dan
menggabungkan data ke dalam skema yang sudah
ada. menganalisis data dan pengetahuan.
Domain Introspektif
Domain
intrapersonal
terdiri
dari
kecerdasan visual, intrapersonal, dan eksistensial.
1.
2.
Kecerdasan Intrapersonal
merujuk pada
kesukaan untuk menyendiri, mengatur
aktivitas, dan mampu bekerja sendiri.
Individu
yang
memiliki
kecerdasan
intrapersonal yang dominan cenderung
memiliki kesadaran diri yang tinggi di mana
mereka mampu memproses tujuan yang jelas
tentang segala sesuatu yang dilakukan
sekarang dan massa yang akan dating.
biasanya lebih suka bekerja sendirian
daripada bersama-sama. Ia senang membuat
catatan harian atau membuat jurnal harian,
senang menuliskan ide-idenya.
Kecerdasan visual adalah kemampuan untuk
memahami gambar-gambar dan bentuk
termasuk
kemampuan
untuk
menginterpretasikan dimensi ruang yang
tidak dapat dilihat. Individu yang yang
memiliki kecerdasan visual cenderung
Inovasi Pembelajaran Number ….
berpikir dengan gambar dan sangat baik
ketika belajar melalui presentasi visual seperti
film, gambar, video, dan demonstrasi yang
menggunakan alat peraga. Mereka juga
sangat menyukai aktivitas menggambar,
mengukir, senang membaca peta serta
diagram serta cenderung berimajinasi,
melamun, dan berpikir secara mendalam.
3. Kecrdasan eksistensial adalah kemampuan
untuk menempatkan diri dalam hubungannya
dengan kosmos yang tidak terbatas dan
sangat
kecil
serta
kapasitas
untuk
menempatkan diri dalam hubungannya
dengan fitur-fitur eksistensial dari suatu
kondisi manusia seperti makna kehidupan,
arti kematian, perjalanan akhir dari dunia
fisik maupun psikologis, dan pengalaman
mendalam tentang cinta kepada orang lain
atau perendaman diri secara total dalam suatu
karya seni.
Kecerdasan intrapersonal, visual dan
eksistensial dikelompokkan dalam domain
introspektif karena memerukan keterlibatan siswa
untuk melihat sesuatu lebih dalam dari sekedar
memandang melainkan harus mampu membuat
hubungan emosional antara yang mereka pelajari
dengan pengalaman masa lalu. Kecerdasan ini
dapat dicapai dengan komponen afektif secara
ilmiah.
Sembilan jenis kecerdasan mungkin saja
ada pada setiap anak namun kadarnya saja yang
berbeda-beda, selain itu perlu ditekankan bahwa
kecerdasan-kecerdasan ini tidak berdiri sendiri, ada
beberapa kecerdasan yang memang saling
menopang.
3. APLIKASI KECERDASAN JAMAK
Proses pembelajaran yang baik jika terjadi
interaksi timbal balik antara siswa dengan siswa,
siswa dengan lingkungan kelas, serta siswa dan
guru. Teori kecerdasan jamak dapat membantu
guru
dalam
merancang
kegiatan-kegiatan
pembelajaran yang sesuai dengan potensi
kecerdasan yang dimiliki siswa sehingga siswa
dapat belajar dengan sesuai dengan gaya
belajarnya. Oleh karena itu guru hendaknya
memandang bahwa semua kecerdasan sama
pentingnya.
Aplikasi
pembelajaran
berdasarkan
kecerdasan jamak dapat dikolaborasikan dengan
model-model pembelajaran lain yang sudah ada.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
66
Inovasi Pembelajaran Number ….
Agustinasari
4. MODIFIKASI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
NHT BERBASIS TEORI KECERDASAN
MCKENZIE
Perencanaan
pembelajaran
berbasis
kecerdasan jamak adalah kegiatan perancangan
pembelajaran
dengan
memperhatikan
dan
menggunakan kecerdasan yang dominan yang
dimiliki siswa.
Teori kecerdasan jamak dapat diaplikasikan
pada berbagai model pembelajaran yang telah
digunakan selama ini oleh para guru. Teori
kecerdasan jamak memberikan kesempatan kepada
para guru mengembangkan model pembelajaran
yang relatif baru maupun yang sudah ada dan
sering digunakan agar proses pembelajaran
bervariasi. Salah satunya model pembelajaran
kooperatif tipe Number Heads Together (NHT).
Model pembelajaran ini menempatkan siswa untuk
belajar bersam dalam satu kelompok. Belajar
bersama adalah pendekatan pengajaran yang
mengintegrasikan berbagai jenis keterampilan
social dan prestasi akademik (E.W.English,
2012:19)
Model pembelajaran ini menempatkan
siswa dalam kelompok heterogen yang terdiri dari
3-6 orang siswa dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide
kepada teman sekelompoknya. Sehingga secara
tidak langsung menuntut siswa untuk mau dan
mampu menyumbangkan ide dan menyatukan
pendapat untuk kelompoknya. Dalam proses
pembelajaran NHT untuk mengetahui pemahaman
siswa, ditunjuk salah satu siswa untuk mewakili
kelompoknya menjawab pertanyaan berdasarkan
tugas yang telah dikerjakan. Guru akan menunjuk
slah satu siswa tanpa member tahu terlebih dahulu
siapa yang akan ditunjuk, hal ini akan berpengaruh
pada keterlibatan total semua siswa untuk bekerja
sama.
Didalam proses pembelajaran dengan model
NHT pada umumnya, siswa belajar dalam
kelompok heterogen. Namun dalam menyesuaikan
dengan teori kecerdasan McKenzie, siswa akan
belajar dalam kelompok homogen berdasarkan
domain kecerdasan dominan yang dimiliki siswa.
Siswa dikelompokkan dalam domain kecerdasan
yang sama. Siswa akan belajar bersama, bekerja
sama menyelesaikan tugas, berdiskusi berdasarkan
kecerdasan yang dimiliki yang dirancang
berdasarkan kecenderungan gaya belajar siswa.
Sebelum dikelompokkan ke dalam domaindomain kecerdasan siswa diobservasi dengan
memberikan tes untuk mengetahui kecenderungaan
kecerdasan yang dominan untuk menentukan gaya
belajar yang mereka sukai.
Inovasi
model
pembelajaran
NHT
berdasarkan teori kecerdasan McKenzie diterapkan
dalam pokok bahasan besaran dan satuan dengan
merancang LKS sebagai media pembelajaran siswa
sesuai dengan cirri umum kecerdasan yang
dominan dalam diri siswa.
Siswa dengan kecenderungan kecerdasan
analitik mampu menganalisis dan menggabungkan
data ke dalam skema-skema. Contoh pembelajaran
yang dapat diterapkan yaitu TTS dan melengkapi
bagan seperti berikut:

TTS
Menurun
1. Kombinasi 3 besaran panjang
2. Derajar panas atau dingin suatu benda
3. Dorongan atau tarikan
4. Besaran yang memiliki satuan mol
5. Besaran yang memiliki satuan m/s
Mendatar
1.
2.
3.
4.
Sesuatu
yang dapat diukur dan
mempunyai nilai yang dapat dinyatakan
dengan angka
Jam menyatakan waktu
Bangun datar yang memiliki empat buah
titik sudut siku-siku dan sisi yang
berhadapan sama besar
Satuan besaran kuat arus listrik
1
B
V
O
L
U
M
E
K
T
N
4
1
2
S
U
A
R
N
G
A
N
3
2
W
3
P
G
A
Y
A
J
U
M
H
U
A
5
L
A
H
Z
A
T
4
M
P
E
R
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
K
E
C
E
P
A
T
A
N
67
Inovasi Pembelajaran Number ….
Agustinasari

Siswa melengkapi bagan seperti berikut:
BESARAN DAN
SATUAN
Panjang

Contoh

Menampilkan gambar aktivitas orang yang
berkaitan dengan proses pengukuran dan
meminta siswa untuk menentukan besaran
apa saja yang dapat diamati dari gambar
tersebut

Siswa memasangkan gambar alat ukur,
besaran dan setuan
Suhu
PANJANG
BESARAN
TURUNAN
VOLUME
CM
WAKTU
Siswa dengan kecenderungan memiliki
kecerdasan interaktif senang bekerja sama dalam
memperoleh pengetahuan serta dalam proses
pembelajaran mereka cenderung terlibat secara
langsung melakukan aktivitas pembelajaran.
Contoh-contoh modia pembelajaran sebagai
berikut:

Contoh Croos Word
A T U P U P U K A S
H I T A M U H A S I
A N K H E T U A I B
R D A I N R S S B U
I A W T A I C I A K
M H P A N J A N G I
D A Y A G U N U U R
A K I M I K T H S T
S L U A S E I U U S
S A I N H L K S S I
A O U I N E K E U L
M A S S A J E N I S
K E C E P A T A N U
 Meminta siswa untuk menggambar atau
menggunakan
alat
ukur
kemudian
menjelaskan apa fungsi dari alat ukur
tersebut.
Siswa dengan kecerdasan Introspektif yang
dominan cenderung melihat sesuatu lebih dalam.
Contoh pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu
menyiapkan kumpulan kata-kata dan meminta
siswa menentukan mana yang termasuk besaranbesaran fisik, meminta siswa untuk memasangkan
gambar alat, ukur, besaran dan satuan yang sesuai.
Berikut contoh media pembelajaran untuk domain
introspektif:
M
3
MASSA
SEKON
KILOGRAM
SEDI
H
MASS
A
CANTI
K
ENERG
I
PANJA
NG
GAY
A
DA
YA
LUA
S
WAKT
U
SUH
U
MASSA JENIS
ZAT
INDA
H
VOLUM
E
MANI
S
SIBU
K
5. PENUTUP
Model pembelajaran sangat penting dalam
proses pembelajaran. Metode pembelajaran yang
digunakan guru harus disesuaikan dengan keadaan
siswa agar dapat membantu siswa dalam proses
memperoleh pengetahuan. Salah satu hal yang
perlu diperhatikan dalam merencanakan proses
pembelajaran yaitu gaya siswa belajar dan potensi
yang dimiliki siswa. Gaya belajar berkaitan dengan
kecerdasan yang dimiliki masing-masing siswa.
Siswa memiliki banyak kecerdasan namun hanya
beberapa kecerdasan yang dominan dan dapat
teramati.
Teori kecerdasan jamak memungkinkan
individu manapun yang diajar dengan cara
melibatkan kecerdasan yang dominan dalam
dirinya akan bisa mempelajari, memahami, dan
menerapkan pengetahuan secara lebih efektif.
Pembelajaran
dengan
melibatkan
kecerdasan yang dimiliki dapat diaplikasikan
dalam berbagai model pembelajaran salah satunya
model pembelajaran NHT yang memungkinkan
siswa untuk belajar bersama dalam satu kelompok,
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
68
Agustinasari
Inovasi Pembelajaran Number ….
saling membagikan ide-ide, menyatukan pendapat,
bertanggungjawab atas apa yang dia ungkapkan.
6. DAFTAR PUSTAKA
Daryanto dan Muljo, R. (2012). Model
Pembelajaran Inovatif. Malang: Gava Media
English, E.W. (2012). Mengajar Dengan Empati.
Bandung: Nuansa Cendikia
Prawira, P.A. (2012). Psikologi Pendidikan dalam
Perspektif Baru. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Slavin, R.E. (2008). Psikologi Pendidikan: Teori
dan Praktik. Jakarta: PT. Indeks
Sugiarto, T, & Ismawati, E. (2008). Ilmu
Pengetahuan Alam: Kelas VII SMP/Mts.
Jakarta: Pusat pembukuan Departemen
Pendidikan Nasional
Sylwester, R. (2010). A Child’s Brain: The Need
for Nature. USA: Corwin
Yaumi, M. (2012). Pembelajaran Berbasis
Multiple Intelligences. Jakarta: Dian Rakyat
http://www.wikipedia.org/wiki/Theory_of_multipl
e_intelligences
Ucapan terimakasih kepada Bapak Dwi Sulisworo
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
69
Ekusaini Santoso
Pengaruh Metode Modification….
Penggunaan Metode Modification of Reciprocal Teaching Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Fisika Pokok Bahasan Alat-alat Optik Pada Siswa Kelas VIII-E SMP Negeri 1
Muntilan Semester 2 Tahun Pelajaran 2011/2012
Ekusaini Susanto
Program Magister Pendidikan Fisika, Program Pascasarjana
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Kampus II, Jl. Pramuka 42 Lt.3, Yogyakarta 55161
Surel: [email protected]
Intisari, Tujuan dilaksanakan penelitian tindakan kelas ini untuk mengetahui apakah dengan penggunaan metode
Modification of Reciprocal Teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan pada mata pelajaran Fisika
pokok bahasan Alat-alat Optik .
Penelitian dilakukan di Kelas VIII-E SMP Negeri 1 Muntilan jumlah siswa terdiri dari 21 siswa. Penelitian dilakukan pada
bulan April tahun 2012. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi, metode tes dan metode
observasi. Dari hasil penelitian ini penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa “Adanya peningkatan hasil belajar Fisika
yang signifikan dengan menggunakan Pendekatan Modification of Reciprocal Teaching pada pokok Bahasan Alat-alat
Optik Kelas VIII E SMP Negeri 1 Muntilan tahun pelajaran 2011/2012”.
Kata Kunci: siswa, alat optic.
A.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan proses sistematis
untuk meningkatkan martabat manusia secara
holistik, yang memungkinkan tiga dimensi
kemanusiaan paling elementer, yaitu kognitif ,
afektif, dan psikomotorik dapat berkembang secara
optimal.
80,0. Dengan demikian masih banyak siswa Kelas
VIII-E yang belum tuntas dalam belajarnya.
Berikut ini data hasil observasi awal dan data hasil
belajar Fisika siswa kelas VIII-E SMP Negeri 1
Muntilan pada akhir semester 1 hingga pertengahan
semester 2 tahun pelajaran 2011/2012
B.
Berdasarkan hasil observasi awal ditemukan
ada
beberapa
kekurangan
dalam
proses
pembelajaran Fisika yang selama ini diterapkan di
Kelas VIII di SMP Negeri 1 Muntilan, antara lain :
1. Dalam metode penyampaian materi hanya
berlangsung satu arah (pihak guru) atau di
kenal dengan metode ceramah.
2. Kurangnya keterlibatan siswa secara aktif
dalam pembelajaran.
3. Kurangnya kemandirian siswa dalam
belajar.
Dalam melaksanakan pengajaran di SMP
Negeri 1 Muntilan, menemukan hasil belajar
peserta didik yang dinyatakan tuntas pada mata
pelajaran Fisika kelas VIII E tahun pelajaran
2011/2012 adalah 6,34% dengan daya serap
57,50% ini berarti Persentase siswa yang mendapat
nilai dibawah 80,0 untuk mata pelajaran Fisika
sebesar 93,66%. SMP Negeri 1 Muntilan
menetapkan nilai 80,0 (delapan puluh koma nol)
sebagai batas minimal ketuntasan belajar peserta
didik, artinya seorang peserta didik dinyatakan
telah tuntas mengikuti proses pembelajaran apabila
sekurang-kurangnya telah mencapai hasil belajar
LANDASAN TEORITIS
1. Hasil penelitian yang relevan
Kaswadi (2011) dalam penelitian yang
berjudul ”Upaya Peningkatan Hasil Belajar
Elektronika Pokok Bahasan Dasar Komunikasi
dengan Pendekatan Modification of Reciprocal
Teaching pada siswa Kelas VIII-E SMP Negeri 1
Pitu Tahun Pelajaran 2010/2011”menyimpulkan
bahwa adanya peningkatan hasil belajar yang
signifikan dengan menggunakan pendekatan
Modificatin of Reciprocal Teaching terhadap
pembelajaran Elektronika”. Berdasar hal itu dalam
penelitian ini dipilih metode Modification of
Reciprocal untuk meningkatkan hasil beajar fisika
di Kelas VIII E SMP Negeri 1 Muntilan semester 2
Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Pengertian Belajar
Beberapa
pengertian
belajar
dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain:
yang
Slameto (2003:2), belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru
secara
keseluruhan,
sebagai
hasil
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
70
Ekusaini Santoso
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Whittaker dalam Djamarah (2002:12),
belajar adalah proses di mana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman.
Dari definisi-definisi tersebut di atas dapat
diambil suatu pengertian bahwa belajar merupakan
suatu proses yang menghasilkan suatu perubahan
nilai, kecakapan, dan perilaku melalui pengalaman,
sebagai
usaha
yang
disengaja
melalui
rangsangan/stimulasi.
3. Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
digolongkan menjadi dua, yaitu faktor intern dan
faktor ekstern.
a. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam
diri individu yang
sedang belajar, misalnya
faktor kesehatan, cacat tubuh, inteligensi,
minat, bakat dan kelelahan baik jasmani
maupun rohani.
b. Faktor ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar
individu. Slameto (2003:60) mengelompokkan
faktor ekstern menjadi tiga faktor, yaitu : faktor
keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
Penelitian ini merupakan upaya untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dengan cara
memperbaiki
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi belajar, yaitu faktor sekolah.
Cara
yang
dilakukan
yaitu
dengan
menggunakan pendekatan Modification of
Reciprocal Teaching.
4. Metode Mengajar
metode mengajar pada dasarnya merupakan
alat untuk mencapai tujuan belajar. Dalam
mengajar, guru harus memilih metode yang tepat
agar materi dapat dipahami oleh siswa. Beberapa
metode mengajar diantaranya adalah metode
ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi,
metode latihan, dan metode penugasan.
Pengaruh Metode Modification….
Dalam mengajar dengan menggunakan
metode mengajarnya, guru melakukan pendekatan
proses pembelajaran di kelas. Bentuk pendekatan
proses pembelajaran yang dilakukan antara lain
pembelajaran secara klasikal dan pembelajaran
secara kelompok.
a. Pembelajaran Secara Klasikal
Pembelajaran secara klasikal merupakan
kemampuan guru yang utama. Hal itu
disebabkan oleh pengajaran klasikal merupakan
kegiatan mengajar yang tergolong efisien.
Jumlah siswa pada umumnya 10-45 orang.
b. Pembelajaran Secara Kelompok
Dalam kegiatan belajar kelompok biasanya
terdiri dari 3-8 siswa. Dalam pembelajaran
kelompok kecil, guru memberikan bantuan atau
bimbingan kepada setiap anggota kelompok
lebih intensif.
Bentuk Pendekatan yang dilakukan adalah
pendekatan
Modification of Reciprocal
Teaching yang merupakan modifikasi dari
pendekatan Reciprocal Teaching.
1.
Pendekatan Reciprocal Teaching
Pembelajaran
berbalik
(Reciprocal
Teaching) merupakan salah satu model
pembelajaran yang dilaksanakan agar tujuan
pembelajaran tercapai dengan cepat melalui
proses belajar mandiri dan siswa mampu
menyajikannya di depan kelas.
2. Pendekatan Modification of Reciprocal
Teaching Pendekatan Modification of
Reciprocal Teaching
pada dasarnya merupakan gagasan peneliti
yang berdasarkan pada tinjauan pustaka.
Pendekatan ini merupakan penggabungan
antara metode konvensional dengan Pendekatan
Reciprocal Teaching yang dimodifikasi dan
disajikan dalam bentuk kelompok-kelompok
kecil. Dalam hal ini, peneliti ingin mencoba
meningkatkan keefektifan pembelajaran dengan
menggabungkan keduanya.
Pembelajaran konvensional yang dimaksud
dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah
pembelajaran klasikal yang berjalan seperti
biasanya, di mana guru menerangkan, memberi
contoh soal dan latihan soal, menggunakan
metode diskusi dan Tanya jawab.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
71
Ekusaini Santoso
Pengaruh Metode Modification….
b. Metode Tes
Metode tes dilaksanakan untuk mengetahui
hasil belajar siswa setelah dilakukan tindakan
kelas. Metode ini dilaksanakan pada setiap
akhir siklus tindakan.
Bila metode Modification of Reciprocal
Teaching ini diimplementasikan, maka langkah
pembelajaran yang ditempuh guru sebagai
berikut :
1) Guru menyiapkan materi yang akan
diajarkan,
kemudian
diinformasikan
kepada siswa agar terlebih dahulu
merangkum materi dan mempelajari
materi di rumah.
2) Guru menjelaskan secara garis besar,
kemudian siswa mempelajari lagi materi
tersebut secara mandiri.
3) Siswa diberi soal latihan yang dikerjakan
secara mandiri. Guru mengoreksi hasil
pekerjaan siswa, selanjutnya mencatat
sejumlah siswa yang dapat mengerjakan
secara benar dan meyakinkan.
4) Siswa dibagi dalam kelompok dengan
pembagian siswa yang dapat mengerjakan
secara benar dan meyakinkan merata pada
setiap kelompoknya, dengan tujuan dapat
membimbing teman dalam kelompoknya
yang mengalami kesulitan, sampai semua
teman dalam kelompoknya benar-benar
dapat mengerjakan soal latihan yang
diberikan oleh guru.
5) Siswa dalam kelompok-kelompoknya
mengerjakan latihan yang diberikan oleh
guru, siswa yang dapat mengerjakan
secara
benar
dan
meyakinkan
membimbing temannya.
6) Guru membahas soal latihan yang
diberikan.
7) Dengan metode tanya jawab, guru
mengungkapkan kembali materi secara
singkat untuk pengembangan materi
selanjutnya.
8) Guru memberi tugas/soal secara individu,
termasuk memberikan soal yang mengacu
pada
kemampuan
siswa
untuk
memprediksi
pengembangan
materi
berikutnya.
9) Siswa mengerjakan tes tertulis sebagai
evaluasi belajar.
10) Guru melakukan evaluasi diri/refleksi
untuk mengamati sampai di mana
keberhasilan pembelajaran yang telah
dilakukan.
5.
Teknik Pengumpulan Data
a. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode
pengumpulan data yang bersumber dari tulisan
(Arikunto, 1997:148). Dengan metode ini
peneliti memperoleh data berupa jumlah siswa
dan data hasil belajar sebelum dilakukan
penelitian tindakan kelas.
c. Metode Observasi
Metode
observasi
atau
pengamatan
dilaksanakan untuk mengetahui Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM). Metode ini
dilaksanakan sebelum dilakukan penelitian
tindakan kelas dan selama proses belajar
mengajar pada saat penelitian tindakan kelas
berlangsung.
C.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Atas dasar gagasan yang timbul dari guru
sebagai pengajar sekaligus peneliti pada PTK
ini
selanjutnya
dikembangkan
rencana
penelitian berupa prosedur kerja yang
dilaksanakan pada Kelas VIII-E SMP Negeri 1
Muntilan. Adapun tahapan penelitian tindakan
kelas ini meliputi dua siklus. Dalam setiap
siklus terdiri atas proses perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi
tindakan.
a.
Pelaksanaan Siklus I
1) Perencanaan.
2) Tindakan
3) Observasi
4) Refleksi
Setelah melakukan pengamatan atas proses
pembelajaran di dalam kelas, selanjutnya
diadakan refleksi atas segala kegiatan yang
telah dilakukan. Dalam kegiatan siklus I
diperoleh hasil refleksi .
b.
Pelaksanaan Siklus II
1) Perencanaan
2) Tindakan
3) Observasi
4) Refleksi
Kenaikan nilai rata-rata hasil belajar dapat
kita lihat pada grafik 1, kenaikan hasil
ketuntasan belajar siswa dapat kita lihat pada
grafik 2 dan kenaikan skor aktivitas siswa dapat
kita lihat pada grafik3 .
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
72
Ekusaini Santoso
Grafik 1. Kenaikan Nilai Rata-rata Hasil
Belajar Siswa
Pengaruh Metode Modification….
memperhatikan
pelajaran
saat
guru
menerangkan di depan kelas, Hal tersebut
terjadi karena siswa yang kurang termotivasi
untuk mengikuti pelajaran Fisika yang oleh
siswa dianggap sukar dipahami.
Berdasarkan
pengamatan,
kekurangan
tindakan guru terletak pada pemberian
bimbingan kepada individu yang belum
maksimal dan pemberian bimbingan dalam
menarik simpulan materi yang kurang fokus.
Grafik 2. Prosentase ketuntasan belajar
Secara klasikal skor yang diperoleh untuk
aktivitas belajar siswa sebesar 15 (nilai baik).
Jadi proses pembelajaran telah berlangsung
dengan baik. Kemudian pada pertemuan
berikutnya, skor yang diperoleh untuk aktivitas
belajar siswa meningkat menjadi 18 (nilai baik).
Kenaikan skor aktivitas siswa ini disebabkan
oleh tindakan perbaikan guru pada pertemuan
kedua. Guru tampak memberikan perhatian
lebih banyak pada saat menerangkan pelajaran
dan lebih banyak memberikan motivasi dengan
memberikan contoh soal yang mudah terlebih
dahulu, sehingga siswa dapat memahami
konsep dengan mudah. Di antara sembilan
aspek yang diamati, baru dua aspek pada
pertemuan I dan II yang telah dilakukan oleh
80% jumlah siswa.
Keaktifan siswa pada siklus II pertemuan
pertama sebesar 23 (nilai sangat baik).
Sedangkan pada pertemuan berikutnya, skor
yang diperoleh untuk aktivitas belajar siswa
meningkat menjadi 27 (nilai sangat baik).
Keaktifan siswa sudah maksimal, karena skor
yang diperoleh pada siklus II pertemuan kedua
sudah mencapai skor yang maksimal, yaitu
sebesar 27. Di antara sembilan aspek yang
diamati hanya lima aspek pada pertemuan
pertama yang telah dilakukan oleh 80% jumlah
siswa, sedangkan pada pertemuan kedua sudah
semua aspek yang telah dilakukan oleh 80%
jumlah siswa. Jadi pada siklus II indikator
keberhasilan telah tercapai.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang
dilanjutkan dengan refleksi pada siklus I
menghasilkan temuan bahwa masih banyak
siswa yang tidak ikut terlibat aktif dalam proses
pembelajaran, adanya siswa yang malas
mengikuti pelajaran dan sibuk dengan
pekerjaannya
sendiri,
sehingga
tidak
Kenaikan skor aktivitas ini disebabkan oleh
tindakan perbaikan yang dilakukan oleh guru,
antara lain memberikan lebih banyak latihan
soal dengan bentuk soal yang bervariasi dan
pembahasannya, sehingga siswa tidak jenuh dan
lebih matang dalam memahami materi.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
73
Ekusaini Santoso
Keberhasilan penelitian tindakan kelas ini
juga ditinjau dari persentase ketuntasan belajar
yang makin meningkat dan mencapai tolok ukur
keberhasilan. Kenaikan persentase ketuntasan
belajar dapat kita lihat pada grafik 2.
Pada siklus I secara keseluruhan ada 46,15%
yang belum tuntas dalam hasil belajar dan 53,85
% yang telah tuntas dalam hasil belajarnya.
Nilai rata-rata tes hasil belajar sebesar 6,46.
Pada siklus II secara keseluruhan ada 11,54 %
yang belum tuntas dalam hasil belajar dan 88,46
% yang telah tuntas dalam hasil belajarnya.
Nilai rata-rata tes hasil belajar yang diperoleh
sebesar 7,92.
Pengaruh Metode Modification….
Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta. . 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Bumi Aksara.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Mulyasa.2005.
Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan,
Konsep,
Karekteristik,
Implementasi dan Inovasi. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya.
Nasution.2003. .Berbagai Pendekatan dalam
proses Belajar mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Kenaikan persentase ketuntasan hasil belajar
ini sangat dipengaruhi oleh tindakan guru yang
semakin maksimal dan oleh aktivitas siswa
yang semakin meningkat pada setiap
pertemuan. Semakin aktif siswa dalam proses
pembelajaran, siswa akan lebih memahami
materi yang disampaikan oleh guru dan oleh
teman dalam kelompoknya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
ada peningkatan hasil belajar yang signifikan
baik dari siklus I ke siklus II. Sehingga secara
keseluruhan hasil dari penelitian ini adalah ada
peningkatan hasil belajar Fisika yang signifikan
dengan menggunakan Pendekatan Modification
of Reciprocal Teaching pada pokok Bahasan
Alat-alat Optik Kelas VIII-E SMP Negeri 1
Mutilan tahun pelajaran 2011/2012. Dan dari
hasil ini maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini terbukti dan penelitian dikatakan
berhasil.
D.
KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah penulis uraikan
diatas maka dalam hal ini penulis dapat
memberikan kesimpulan sebagai berikut :
Adanya peningkatan hasil belajar Fisika yang
signifikan dengan menggunakan Pendekatan
Modification of Reciprocal Teaching pada
pokok bahasan Alat-alat Optik Kelas VIII E
SMP Negeri 1 Muntilan tahun pelajaran
2011/2012.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2002. Profesionalisme Guru dalam
Pembelajaran. Cet 1. Surabaya: Insan
Cendikia.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
74
Harijadi
Peningkatan Pemahaman Konsep….
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA TENTANG ALAT OPTIK DAN
PENERAPANNYA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN GALLERY OF
LEARNING SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 1 PONOROGO TAHUN
PELAJARAN 2011-2012
Harijadi
Program Magister Pendidikan Fisika, Program Pascasarjana
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Kampus II, Jl. Pramuka 42 Lt.3, Yogyakarta 55161
Surel: [email protected]
Intisari. Pengajaran Fisika yang diharapkan adalah pengajaran yang santai dan menyenangkan, tetapi juga dapat membuat
siswa benar-benar memahami dan menerapkannya, bukan hanya menguasai teori belaka. Pada kenyataannya, mendengar
kata Fisika saja, siswa sudah malas dan pusing, karena fisika dikategorikan momok bagi siswa, sehingga berakibat
pemahaman konsep tentang alat optic dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari menjadi sangat rendah. Hal ini jika
dibiarkan akan membawa dampak yang fatal terhadap fisika dimata siswa. Fisika semakin jauh dari siswa. Peneliti
menganggap masalah ini sangat penting untuk segera dibenahi dengan menawarkan model pembelajaran Gallery of
Learning. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 3 siklus terdiri atas 6 pertemuan.
Tiap pertemuan terdiri atas 2 x 40 menit. Tiap siklus meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Data diambil dengan menggunakan instrument tes, wawancara, angket dan jurnal. Tujuan dari penelitian ini adalah
meningkatkan pemahaman konsep Fisika tentang alat-alat optic dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari melalui
strategi pembelajaran Gallery of Learning siswa SMP Negeri 1 Ponorogo. Peranan model pembelajaran Gallery of Learning
dalam meningkatkan pemahaman konsep tentang alat-alat optic dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dapat
dilihat dari peningkatan rata-rata hasil belajar dan peningkatan prosentase ketuntasan belajar dari siklus satu ke siklus
berikutnya, yaitu peningkatan hasil belajar, dari siklus I sebesar 72,33; siklus II sebesar 75,33 dan siklus III sebesar 96,67.
Untuk peningkatan prosentase ketuntasan belajar dari siklus I sebesar 66,67, siklus II 76,67 dan siklus III 96,67. Dari
analisa data di atas dapat disimpulkan bahwa metode pengajaran gallery of learning mampu meningkatkan pemahaman
konsep tentang alat-alat optic dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Ponorogo
tahun pelajaran 2011-2012.
Kata Kunci: Pemahaman konsep, Hasil belajar, Gallery of Learning.
PENDAHULUAN
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam
dan Teknologi saat ini mempunyai peengaruh yang
sangat besar terhadap pendidikan fisika di sekolah.
Pengaruh tersebut terutama terdapat pada ruang
lingkup materi pengajaran dan sistem penyampaian
pelajaran. Pembelajaran adalah sebuah proses
komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan
ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan
sarana penyampai pesan atau media. Mmedia
pembelajaran meliputi alat yang secara fisik
digunakan untuk menyampaikan isi atau materi
pelajaran dan dalam bentuk antara lain buku, tape
recorder, kaset, video, camera, gambar, grafik,
animasi, film, slide, televisi dan computer.
Adanya kecenderungan pengajaran yang
menekankan pada konsep, sehingga siswa dituntut
menguasai konsep sesuai dengan jenjangnya.
Perubahan
paradikma
pendidikan
dan
pembelajaran perlu diikuti oleh guru yang
bertanggung
jawab
atas
penyelenggaraan
pembelajaran di sekolah. Salah satu perubahan
paradikma pembelajaran tersebut adalah orientasi
pembelajaran yang semula berpusat pada guru
beralih ke siswa. Metodologi yang semula lebih
didominasi elspositori berganti ke partisipatori
dan pendekatan yang semula tekstual berubah
menjadi kontektual. Semua perubahan tersebut
dimaksudkan
untuk
memperbaiki
mutu
pendidikan, baik dari segi proses maupun hasil
pendidikan.
Satu inovasi yang menarik mengiringi
perubahan paradikma tersebut adalah strategi
belajar aktif model Gallery of Learning.
Dengan strategi pembelajaran ini diharapkan
mampu mengaktifkan siswa dalam proses
pembelajaran,
memperkaya
variasi
teknik
pembelajaran, memberi kesempatan berlatih untuk
memahami konsep dengan teman, berlatih
menyampaikan informasi kepada rekannya, dapat
digunakan untuk menilai dan merayakan apa yang
telah dipelajari peserta didik setelah mengikuti
proses pembelajarn. Diharapkan dengan proses
pembelajaran Gallery of Learning ini terjadi
peningkatan hasil belajar siswa, yang ditunjukkan
oleh peningkatan nilai rata-rata dan peningkatan
jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar.
Rumusan Masalah
Bagaimanakah strategi pembelajaran
Gallery of Learning mampu meningkatkan
pemahamn konsep fisika tentang alat optic dan
penerapannya pada siswa kelas VIII A SMP
Negeri 1 Ponorogo tahun pelajaran 2011-2012?
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
75
Harijadi
Hipotesis Tindakan
Strategi pembelajaran Gallery of Learning
mampu meningkatkan pemahamn konsep fisika
tentang alat optic dan penerapannya pada siswa
kelas VIII A SMP Negeri 1 Ponorogo tahun
pelajaran 2011-2012
Ruang Lingkup Penelitian
1. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada
upaya peningkatan pemahaman konsep siswa
pada materi ajar alat optic dan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari melalui penerapan
strategi pembelajaran Gallery of Learning.
2. Penelitian ini dilakukan di kelas VIII A SMP
Negeri 1 Ponorogo tahun pelajaran 2011-2012.
LANDASAN TEORI
Konsep merupakan suatu abstraksi dari
cirri-ciri sesuatu obyek yang mempermudah
komunikasi
aantara
manusia
dan
yang
memungkinkan manusia berpikir (Van den Berg,
1989). Mengajar menyangkut transfer konsep,
ketrampilan dan nilai dari pengajar ke siswa.
Dalam pengajaran sehari hari yang diutamakan
adalah konsep dan proses. Banyak konsep-konsep
yang sudah diperoleh dan berkembang sejak kecil.
Tetapi konsep-konsep itu telah mengalami
modifikasi atau perubahan disebabkan karena
pengalaman-pengalaman yang diperolehnya.
Memahami konsep alat optic dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari,
memerlukan pemahaman materi ajar yang cukup
dan ketrampilan yang matang, disertai dengan
kreatifitas yang tinggi, sehingga diperlukan iklim
pembelajaran yang kondusif dalam menyajikan
materi ajar terhadap siswa. Adapun strategi
pembelajaran yang dapat menjadi wadah
pengembangan dan penguasaan materi yang
bermuara pada peningkatan hasil belajar adalah
strategi pembelajaran Gallery of Learning. Strategi
pembelajaran Gallery of Learning adalah suatu
cara mengingat, memahami, menilai, menerapkan
apa yang telah dipelajari siswa (Silberman,
2007:274). Strategi pembelajaran ini memiliki
prosedur yang memberikan kesempatan siswa
dalam menggali perolehan usai pembelajaran, serta
menerapkannya pada unjuk kerja.
Prosedur penerapan strategi pembelajaran
Gallery of Learning adalah:
1) Menyajikan materi sebagai pengantar konsep.
2) Membagi siswa dalam kelompok kecil.
3) Tiap kelompok mendiskusikan apa yang
didapatkan oleh para anggotanya dari pelajaran
yang mereka ikuti.
4) Hasil diskusi dituangkan pada kertas besar, dan
diharapkan setiap anggota memahami daftar
yang mereka buat.
5) Menempelkan daftar tersebut pada dinding.
6) Seluruh siswa bergerak melewati tiap daftar
yang dibuat oleh kelompok-kelompok lain
Peningkatan Pemahaman Konsep….
7) Setiap siswa memberi tanda di dekat hasil
belajar yang juga mereka dapatkan pada daftar
selain dari daftarnya sendiri.
8) Mencermati hasil pembelajaran yang lebih
umum
9) Menjelaskan hasil belajar yang tidak biasa.
10) Memberikan kesempatan tiap kelompok untuk
unjuk kerja tentang hasil kreatifitas dari
kelompok
11) Sebagai kegiatan akhir mengintruksikan siswa
untuk membuat daftar pengingat yang berisi
gagasan atau saran yang diberikan selama
pembelajaran yang menurutnya layak untuk
diingat dan diterapkan di kemudian hari.
Berkaitan dengan hasil belajar, belajar
akan lebih mudah dan dapat dirasakan bila belajar
tersebut mengetahui hasil yang diperoleh. Kalau
belajar berarti perubahan-perubahan yang terjadi
pada individu, maka perubahan-perubahan itu
harus dapat diamati dan dinilai. Hasil dari
pengamatan dan penilaian inilah umumnya
diwujudkan dalam bentuk hasil belajar. Menurut
Gagne yang dikutip oleh Dahar Ratna.1989)
mengatakan bahwa hasil belajar dapat diukur
dengan menggunakan tes karena hasil belajar
berupa ketrampilan intelektual, strategi kognitif,
informasi verbal, ketrampilan nilai dan sikap.
Dalam
penelitian
peningkatan
pemahaman konsep fisika tentang alat optic dan
penerapannya melalui strategi pembelajaran
Gallery of Learning siswa kelas VIII A SMP
Negeri 1 Ponorogo tahun pelajaran 2011-2012 ini,
yang dimaksud peningkatan pemahaman konsep
adalah hasil belajar yang dapat dicapai siswa
dalam bentuk angka atau nilai yang diperoleh
melalui tes. Semakin tinggi nilai yang dicapai
siswa, semakin paham konsep yang didapatkannya.
Untuk memperoleh hasil belajar siswa sangat
ditentukan oleh strategi pembelajaran yang
digunakan oleh guru selaku pelaksana dan
perencana kegiatan pembelajaran
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas dengan sasaran penelitian adalah siswa kelas
VIII A SMP Negeri 1 Ponorogo tahun pelajaran
2011-2012 yang berjumlah 30 siswa.
Penelitian ini dirancang dalam tiga siklus.
Masing-masing siklus dilaksanakan sesuai dengan
perubahan-perubahan sebagaimana hasil refleksi.
Penelitian diawali dengan pretest untuk
mengetahui kemampuan awal, sehingga peneliti
dapat menetukan tindakan yang tepat dalam rangka
meningkatkan pemahaman konsep alat optic dan
penrapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Prosedur penelitian tindakan kelas adalah 1)
Perencanaan (Planning), 2) Pelaksanaan tindakan
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
76
Harijadi
(acting), 3) Observasi (observation), dan 4)
Refleksi (reflection) dalam setiap siklus.
Secara lebih rinci prosedur penelitian
tindakan kelas untuk siklus pertama adalah sebagai
berikut:
Perencanaan (Planning)
Kegiatan yang dilakukan adalah
a. Menyiapkan perangkat pembelajaran
b. Menyusun silabus pembelajaran
c. Mnyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
d. Menyusun lembar kerja siswa
e. Menyusun
lembar
evaluasi
di
akhir
pembelajaran dan akhir siklus
f. Membuat lembar evaluasi untuk mengetahui
aktifitas siswa dan guru selama pembelajaran
berlangsung.
g. Membuat angket untuk mengetahui respon
siswa terhadap pembelajaran fisika
Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Penerapan tindakan disesuaikan dengan langkahlangkag strategi pembelajaran Gallery of Learning:
a. Kegiatan Awal:
1. Pemberian motivasi belajar berupa Tanya
jawab yang berkaitan dengan materi ajar
dengan kehidupan sehari-hari
2. Guru
mengkomunikasikan
tujuan
pembelajaran
b. Kegiatan Inti
1. Penyajian materi ajar sebagai pengantar
konsep.
2. Membagi kelompok yang beranggotakan
3-4 orang.
3. Mengajak
tiap
kelompok
untuk
mendiskusikan apa yang didapatkan oleh
para anggotanya dari pelajaran yang ia
ikuti. Hal ini bias mencakup: pengetahuan
baru, pengalaman baru, peningkatan
ketrampilan dibidang penggunaan alat
optic, minat baru dan percaya diri untuk
berkreatif di bidang alat optic
4. Mengajak mereka untuk membuat daftar
pada kertas besar berisi hasil pembelajaran
serta memberinya judul atau menamai
dafta mereka.
5. Menempelkan
daftar
hasil
diskusi
kelompok tersebut pada dinding
6. Mengajar seluruh siswa untuk mengamati
seluruh daftar yang dibuat oleh seluruh
kelompok, serta memberi tanda untuk
bagian yang ia mengerti, ragu-ragu dan
tidak dimengerti.
7. Mencermati hasil pembelajaran dan
menjelaskan konsep-konsep yang masih
ragu atau belum diterima.
8. Memberikan kesempatan tiap kelompok
untuk unjuk kerja tentang hasil kreatifitas
dari kelompoknya
Peningkatan Pemahaman Konsep….
c. Kegiatan Inti
Sebagai kegiatan akhir, mengajak siswa untuk
membuat daftar hasil pengingat yang berisi
gagasan atau saran yang diberikan selama
pembelajaran yang menurutnya layak untuk
diingat dan diterapkan dalam kehidupan seharihari.
Observasi (Observation)
Observasi dilakukan oleh kolaborator, dengan
menggunakan lembar observasi dan mengadakan
penilaian untuk mengetahui kemampuan siswa
Refleksi (Reflection)
Pada tahap ini peneliti bersama kolaborator
menganalisa dan mendiskusikan hal-hal yang perlu
dipertahankan atau diperbaiki dengan harapan pada
tahap berikutnya akan lebih baik. Peneliti
merefleksikan diri apakah tindakan yang telah
dilakukan sudah tepat untuk meningkatkan hasil
belajar. Berdasarkan hasil refleksi dilakukan
tindakan perbaikan siklus berikutnya
Jenis Data dan Analisa Data
Jenis data dalam penelitian ini berupa data
kuantitatif dan kualitatif, yang diambil dari hasil
eveluasi belajar, hasil observasi dan hasil angket.
Sebagai upaya dalam menganalisis peningkatan
pemahaman
konsep,
setelah
pembelajaran
berlangsung dilakukan analisa secara diskriptif,
dengan indicator:
a. Meningkat bila prosentase pencapaian hasil
belajar lebih tinggi dari siklus sebelumnya.
b. Siklus akan dihentikan jika 75% siswa
mencapai ketuntasan belajar yaitu 75.
c. Siswa aktif jika sering atau selalu menunjukkan
aspek-aspek
pengamatan
dengan
skor
maksimum 10.
d. Digunakan untuk bahan pertimbangan dalam
membuat perencanaan pembelajaran pada
siklus selanjutnya
e. Penerapan metode Gallery of Learning
dikatakan berhasil jika siswa memberi respon
positif terhadap penggunaan metode ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan rumusan masalah, hipotesis
tindakan dan data hasil pengamatan dan penilaian
tiap siklus dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Rekapitulasi hasil pengamatan aktifitas belajar
siswa
Data
Siklus
Siklus
Siklus
Statistik
I
II
III
Rentang skor
0-100
0-100
0-100
Skor tertinggi 85
85
90
Skor terendah 60
65
70
Rerata
72,33
75,33
80,67
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
77
Harijadi
Peningkatan Pemahaman Konsep….
1
90-100
2
80-89
3
70-79
4
20-69
JUMLAH
Kategori
N0
Skor
2) Kecenderungan aktifitas belajar siswa
A
B
C
K
Siklus
I
F
0
4
20
6
30
Siklus
II
%
0
13,33
66,67
20,00
100
F
0
13
12
5
30
Siklus
III
%
0
43,33
40,00
16,67
100
F
2
22
6
0
30
%
6,67
73,33
20,00
0
100
3) Rekapitulasi tingkt ketuntasan belajar siswa
Siklus
Tuntas
Tidak tuntas
(%)
(%)
I
66,67
33,33
II
76,67
23,33
III
96,67
3,33
Berdasarkan hasil analisa data maka ada
peningkatan pemahaman konsep alat optic dan
penerapannya dari satu siklus ke siklus berikutnya,
sehingga dapat dinyatakan bahwa strategi
pembelajaran Gallery of Learning mampu
meningkatkan pemahaman konsep alat optic dan
penerapannya siswa kelas VIII A SMP Negeri 1
Ponorogo tahun pelajaran 2011-2012.
KESIMPULAN
Pada siklus I, data hasil penelitian
menunjukkan bahwa aktifitas belajar siswa 13,33%
ini berarti siswa mengalami kesulitan untuk
memahami konsep alat optic dan penerapannya
secara maksimal. Ketuntasan yang dicapai 66,67%
berarti menunjukkan peningkatan keuntasan yang
semula 60% pada pre-test.
Pada siklus II, ternyata data menunjukkan
bahwa aktifitas siswa tergolong baik dan
meningkat menjadi 43,33% yang semula hanya
13,33%. Peningkatan aktifitas siswa ini diikuti
dengan peningkatan hasil belajar siswa yang
ditunjukkan oleh kenaikan hasil belajar 76,67%
dari 60,00%.
Pada siklus III, secara umum telah terlihat bahwa
adanya peningkatan aktifitas belajar siswa
mencapai 80,00% termasuk dalam kategori baik.
Hal ini terjadi karena siswa telah dapat
menunjukkan kemampuannya dengan berusaha
semaksimal mungkin. Siswa telah memiliki
kesadaran bahwa fisika sangat berguna dalam
kehidupan sehingga mereka menunjukkan antusius
yang tinggi. Peningkatan ini diikuti oleh
peningkatan hasil belajar siswa yang mencapai
96,67%.
Dari uraian tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa strategi pembelajaran Gallery
of Learning mampu meningkatkan aktifitas belajar
siswa sehingga terbukti merupakan salah satu
strategi pembelajaran yang mampu meningkatkan
pemahaman konsep fisika pada topic alat optic dan
penerapannya pad siswa kelas VIII A SMP Negeri
1 Ponorogo tahun pelajaran 2011-2012.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Program Study Magister Pendidikan Fisika
Universitas Ahmad Dahlan atas dukungan dalam
kegiatan ilmiah ini.
REFERENSI
Dahar Ratna. 1989. Teori-Teori Belajar. Penerbit
Erlangga Jakarta.
Danim, Sudarwan.2002. Inovasi Pendidikan
Dalam upaya Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan. CV Pustaka Setia.
Bandung.
Djunaidi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. UIN
Malang. Press Malang
Hamalik, O. 2008. Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hill, Winfred. Theories of Learning. 2008. Nusa
Media. Bandung.
Nasution. 2008. Berbagai Pendekatan Dalam
Prose Belajar Mengajar. PT. Bumi Aksara Jakarta.
Silberman, Mel. 1996. Active Learning. 101
Strategies to Teach Any Subject. Boston: Allyn &
Bacon.
Van Den Berg. E. 1989. Salah Konsep:
Pertentangan Antara Intuisi Siswa dengan Ilmu
Fisika. Universitas Kristen Satyawacana. Salatiga
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
78
Harijadi
Peningkatan Pemahaman Konsep….
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
79
Penerapan Model Pembelajaran ….
Titisari Kusumajati
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO
STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PEMAHAMAN
MATERI PADA POKOK BAHASAN MOMENTUM DAN IMPULS KELASS XI
MAN YOGYAKARTA II
Titisari Kusumajati1 dan Dian Artha Kusumaningtyas2*
1
Alumni S1 Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Ahmad Dahlan
2
Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Ahmad Dahlan
* Surel: [email protected]
Intisari. Penerapan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dalam pembelajaran fisika pada pokok
bahasan momentum dan impuls bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan pemahaman materi siswa kelas XI di
MAN Yogyakarta II. Penelitian ini dilakukan di kelas XI IPA 2 MAN Yogyakarta II yang dilakukan pada semester 1
tahun ajaran 2012/2013 tanggal 22 November 2012 - 01 Desember 2012. Teknik pengumpulan data ini berupa
observasi, dokumentasi, dan tes. Penelitian ini termasuk dalam penelitian tindakan kelas yang terdiri atas tiga siklus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pembelajaran pokok bahasan momentum dan impuls menggunakan model
pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray pada siklus I, siklus II, dan siklus III mengalami peningkatan pada kondisi
awal hasil belajar siswa kelas XI IPA 2 pada pokok bahasan momentum dan impuls adalah nilai rata-rata 44,63 dengan
ketuntasan 0%. Pada saat dilakukan tindakan siklus I presentase nilai rata-rata keaktifan didapat sebesar 41,25% dengan
kriteria keaktifan cukup aktif, dan rata-rata nilai hasil tes pemahaman materi adalah 57,50 dengan ketuntasan
belajarnya 25%. Pada siklus II ternyata presentase keaktifan siswa sebesar 70,00% dengan kriteria keaktifan siswa aktif,
dan nilai rata-rata 64,38 dan ketuntasan belajar sebesar 40,62%. Pada siklus III didapat peningkatan presentase
keaktifan siswa yaitu sebesar 90,37% dengan kriteria keaktifan siswa selama proses pembelajaran adalah sangat aktif
dan nilai rata-rata serta ketuntasan siswa juga meningkat dengan nilai rata-rata 80,31 dan ketuntasan belajar sebesar
87,5%. Dengan demikian penerapan model kooperatif Two Stay Two Stray dapat dikatakan berhasil dalam
meningkatkan keaktifan dan pemahaman materi siswa.
Kata kunci: Kooperatif, Keaktifan, Pemahaman
PENDAHULUAN
Fisika merupakan ilmu yang mempelajari
gaya-gaya alamiah dari benda-benda di alam
semesta, sifat-sifat dan saling keterkaitannya
sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
kesejahteraan kehidupan manusia (Toifur, 1999:
1). Mengingat pentingnya ilmu fisika dalam
kehidupan, maka perlu diperhatikan mutu
pengajaran mata pelajaran fisika yang di ajarkan di
tiap jenjang dan jenis pendidikan supaya hasil
belajar siswa terhadap mata pelajaran fisika
meningkat dan pemahaman ilmu fisika dapat lebih
dimanfaatkan kegunaannya dalam kehidupan.
Namun pada kenyataannya peningkatan mutu
pendidikan khususnya pelajaran fisika sangat sulit,
hal ini dapat disebabkan oleh beberapa
permasalahan terutama permasalahan pada proses
pembelajarannya.
Berdasarkan hasil observasi awal berupa
dokumentasi data nilai siswa yang diperoleh dari
guru fisika kelas XI IPA di MAN Yogyakarta II
diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas XI IPA 2
masih rendah, terlihat dari hasil nilai rata-rata
ulangan harian pokok bahasan momentum dan
impuls, kelas XI IPA 2 memiliki nilai rata-rata
44,87 dengan ketuntasan 0%. Hal ini terjadi karena
pembelajaran yang dilakukan tidak berjalan efektif
disebabkan kekurangan penggunaan metode
penyampaian informasi atau metode pembelajaran
yang kurang tepat serta kurangnya pengaktifan
siswa. Salah satunya adalah pembelajaran yang
mengaktifkan
siswa
adalah
pembelajaran
kooperatif, yang menurut Johnson dan Johnson
dalam Huda (2012: 31) pembelajaran koopertif
merupakan pembelajaran yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan bersama Pembelajaran kooperatif
berupaya membantu siswa untuk mempelajari isi
akademis dan berbagai keterampilan untuk
mencapai berbagai sasaran dan tujuan sosial dan
hubungan antar-manusia yang penting.
Salah satu tipe model pembelajaran
kooperatif adalah Two Stay Two Stray (Dua
Tinggal Dua Bertamu), dimana pemilihan model
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray
karena model tersebut memiliki kelebihan yaitu
keterlibatan siswa sangat besar dalam proses
pembelajaran dan dapat mendorong siswa supaya
aktif dan saling membantu dalam menguasai
pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran,
selain itu model pembelajaran kooperatif tipe Two
Stay Two Stray dapat diterapkan dalam semua
mata pelajaran dan untuk semua tingkatan umur
(Huda, 2012: 140 ).
Dengan
mempertimbangkan
hal-hal
tersebut maka penulis melakukan penelitian
dengan
menerapkan
model
pembelajaran
kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) pada
pokok bahasan momentum dan impuls kelas XI
MAN Yogyakarta II yang bertujuan untuk: (1)
Mengetahui peningkatan keaktifan siswa dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
80
Penerapan Model Pembelajaran ….
Titisari Kusumajati
Stay Two Stray (TSTS) pada pokok bahasan
momentum dan impuls, (2) Mengetahui
peningkatan pemahaman materi dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two
Stray (TSTS) pada pokok bahasan momentum dan
impuls[1].
4.
KAJIAN PUSTAKA
1.
2.
3.
Model Pembelajaran kooperatif
Watson dalam Samani (2012: 160)
berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif
adalah lingkungan belajar kelas yang
memungkinkan siswa bekerja sama untuk
mengerjakan tugas-tugas akademiknya dalam
kelompok kecil yang heterogen. Menurut
Johnson dan Johnson dalam Huda (2012: 31),
pembelajaran kooperatif berarti working
together to accomplish shared goals (bekerja
sama untuk mencapai tujuan bersama).
Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay
Two Stray (TSTS)
Model pembelajaran kooperatif tipe
Two Stay Two Stray merupakan suatu teknik
yang memungkinkan setiap kelompok untuk
saling berbagi informasi dengan kelompokkelompok lain, hal ini dilakukan dengan cara
saling mengunjungi atau bertamu antar
kelompok. Model pembelajaran kooperatif
tipe Two Stay Two Stray dapat diterapkan
dalam semua mata pelajaran dan untuk semua
tingkatan umur (Huda, 2012: 140 ).
Keaktifan Siswa dan Pemahaman Materi
a. Keaktifan siswa
Keaktifan disini ditandai dengan
banyaknya respon dari siswa, banyaknya
pertanyaan atau jawaban seputar materi
yangdipelajari atau ide-ide yang mungkin
muncul berhubungan dengan konsep
materi yang dipelajari. Menurut Hamalik
(2001: 89-90) dalam diri masing-masing
siswa terdapat „prinsip aktif‟ yakni
keinginan berbuat dan bekerja sendiri.
Siswa memiliki kebutuhan-kebutuhan
jasmani
dan rohani
yang perlu
mendapatkan pemuasan sehingga pada
saat
guru
mengajar
ia
harus
mengusahakan agar murid-muridnya aktif,
jasmani maupun rohani.
memberikan contoh, menuliskan kembali,
dan memperkirakan (Arikunto, 2009:
137). Dengan pemahaman, siswa diminta
untuk membuktikan bahwa ia memahami
hubungan yang sederhana di antara fakta
– fakta atau konsep.
Momentum dan Impuls
a. Momentum
Momentum didefinisikan sebagai
ukuran kesukaran menghentikan suatu
benda. Momentum adalah besaran yang
merupakan
perkalian
massa
dan
kecepatan, sehingga momentum termasuk
besaran vektor. Arah momentum searah
dengan arah kecepatan (Kanginan, 2007:
160). Momentum biasanya diberi simbol
. Satuan momentum adalah satuan
massa dikalikan satuan kecepatan. Jadi,
dalam sistem SI satuan momentum adalah
(Ruwanto, 2003: 134).
b. Impuls
Gaya yang mengawali suatu
percepatan dan menyebabkan benda
bergerak cepat dan makin cepat adalah
gaya impulsif. Hasil kali gaya impulsif
rata-rata dengan selang waktu singkat
selama gaya impulsif bekerja disebut
besaran impuls. Impuls diberi lambang .
Dengan satuan impuls adalah
.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di kelas XI IPA 2
MAN Yogyakarta II yang dilakukan pada semester
1 tahun ajaran 2012/2013 tanggal 22 November
2012 - 01 Desember 2012, dengan teknik
pengumpulan data berupa observasi, dokumentasi,
dan tes. Pada penelitian ini menggunakan
penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan
bersiklus. Langkah-langkah yang dilakukan terdiri
dari empat langkah yaitu : Perencanaan,
pelaksanaan, Observasi, dan refleksi. Desain
penelitian adalah sebagai berikut:
b. Pemahaman
Pemahaman
(comprehension)
adalah
bagaimana
seorang
mempertahankan, membedakan, menduga
(estimates), menerangkan, memperluas,
menyimpulkan,
menggeneralisasikan,
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
81
Penerapan Model Pembelajaran ….
Titisari Kusumajati
yang terjadi pada saat siswa mengikuti proses
pembelajaran.
4)
Gambar 1. Rancangan Pelaksanaan PTK Model
Spiral
1)
2)
3)
Perencanaan
a) Membuat
rencana
pelaksanaan
pembelajaran (RPP).
b) Membuat lembar observasi aktifitas siswa
dalam pembelajaran.
c) Membuat lembar kerja siswa (LKS).
d) Membuat kunci jawaban LKS.
e) Merancang skenario pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran tipe
Two Stay Two Stray atau dua tinggal dua
tamu.
Pelaksanaan tindakan
a) Guru memberi penjelasan secara umum
materi pembelajaran.
b) Dengan
menggunakan
model
pembelajaran tipe Two Stay Two Stray,
guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok.
c) Siswa bekerja sama dalam kelompok.
d) Setelah selesai, dua orang dari masingmasing menjadi tamu kedua kelompok
yang lain.
e) Dua orang yang tinggal dalam kelompok
bertugas membagikan hasil kerja dan
informasi ke tamu mereka.
f) Tamu mohon diri dan kembali ke
kelompok mereka sendiri dan melaporkan
temuan mereka dari kelompok lain.
g) Kelompok mencocokkan dan membahas
hasil kerja mereka.
h) Memberi kesempatan pada masingmasing kelompok untuk menyajikan hasil
diskusi dan memberi kesempatan pada
kelompok lain untuk menanggapi,
sedangkan guru sebagai fasilitator.
Observasi
Guru dibantu observer (pengamat) untuk
mengamati dan mencatat semua kejadian
Refleksi
a) Guru menganalisa hasil observasi yang
dilakukan pada siswa guna menentukan
langkah berikutnya.
b) Guru memberikan evaluasi pada siswa
untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam menguasai kompetensi dasar
materi.
c) Guru menganalisis hasil evaluasi dan
mendata siswa yang telah mampu
menyelesaikan soal evaluasi dan mampu
mendapatkan nilai di atas kriteria
ketuntasan minimal (KKM).
d) Guru membuat pengelompokan siswa
didasarkan pada hasil analisis evaluasi.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Data Keaktifan dan Pemahaman Materi Siswa
a.
Perole
han presentase nilai rata-rata keaktifan siswa
selama proses pembelajaran pada siklus I
yaitu sebesar 41,25% dengan kriteria
keaktifan siswa selama proses pembelajaran
adalah cukup aktif, meningkat pada siklus II
sebesar 70,00% dengan kriteria keaktifan
siswa selama proses pembelajaran adalah
aktif, dan meningkat pada siklus III yaitu
sebesar 90,37% dengan kriteria keaktifan
siswa selama proses pembelajaran adalah
sangat aktif.
T
Siklus
a
Siklus II
Siklus III
bI
e
41,25%
70,00%
90,37%
l
1. Perbandingan Presentase Nilai RataRata Keaktifan Siswa
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
82
Penerapan Model Pembelajaran ….
Titisari Kusumajati
Gambar 2. Grafik Keaktifan Siswa
b.
Data
pemahaman materi siswa diperoleh dari hasil
nilai tes siswa, pada siklus I ada peningkatan
dari kondisi awal siswa (sebelum dilakukan
siklus) nilai rata-rata siswa 44,87 dan seluruh
siswa dari 32 siswa tidak ada yang mencapai
KKM, pada siklus I menjadi 57,50 dan siswa
yang mencapai KKM ada 8 siswa dengan
presentase ketuntasan sebesar 25%, pada
siklus II meningkat lagi menjadi 64,38 dan
siswa yang mencapai KKM ada 13 siswa
dengan presentase ketuntasan sebesar 40,62%
dan pada siklus II meningkat lagi nilai rataratanya menjadi 80,31 yang mencapai KKM
juga meningkat sebanyak 28 siswa dengan
presentase ketuntasan sebesar 87,5%.
Tabel2. Perbandingan Nilai Siswa
Nilai
Kondisi
Awal
Siklus I
Siklus II
Siklus
III
Terendah
28
30
30
40
Tertinggi
66
100
100
100
Rata-rata
44,87
57,50
64,38
80,31
KKM: ≥75
%
ketuntasan
0 siswa
8 siswa
13 siswa
28 siswa
0%
25%
40,62%
87,50%
Gambar 3. Grafik Nilai Rata-Rata Kelas
Gambar 4. Grafik Ketuntasan Siswa
Pembahasan
Setelah dilakukan kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran tipe
Two Stay Two Stray, terlihat bahwa bahwa
keaktifan siswa masih kurang, perolehan
presentase nilai rata-rata keaktifan siswa selama
proses pembelajaran pada siklus I yaitu sebesar
41,25% dengan kriteria keaktifan siswa selama
proses pembelajaran adalah cukup aktif, dan ratarata nilai hasil tes pemahaman materi adalah 57,50
dengan
ketuntasan
belajarnya
25%.
Ini
menandakan
bahwa
pembelajaran
dengan
menggunaakan model pembelajaran tipe Two Stay
Two Stray, belum berhasil sesuai harapan, karena
harapan ketuntasan belajar adalah ≥ 85%. Hal itu
dapat disebabkan karena siswa banyak yang belum
paham
karena
kurangnya
siswa
dalam
memperhatikan penjelasan guru, siswa tidak
mengikuti pembelajaran dengan baik seperti
mengobrol dan bercanda dengan temannya, siswa
tidak aktif berdiskusi dengan kelompoknya
mengenai permasalahan yang sedang dikerjakan,
guru tidak secara menyeluruh membimbing dan
mengontrol kegiatan kelompok, dan guru kurang
mengkondusifkan kelas. Oleh karena itu perlu ada
perbaikan
pembelajaran
pada
siklus
II.
Pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dengan
perbaikan yang merujuk kepada refleksi pada
siklus I.
Setelah
dilakukan
pembelajaran
menggunakan model pembelajaran tipe Two Stay
Two Stray pada siklus II ternyata presentase
keaktifan siswa meningkat namun tidak terlalu
signifikan pada siklus II yaitu sebesar 70,00%
dengan kriteria keaktifan siswa selama proses
pembelajaran adalah aktif, dan nilai rata-rata kelas
dan ketuntasan belajar mengalami peningkatan jika
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
83
Penerapan Model Pembelajaran ….
Titisari Kusumajati
dibandingkan dengan siklus I namun masih belum
mencapai ketuntasan yang diharapkan yaitu
dengan nilai rata-rata 64,38 dan ketuntasan belajar
sebesar 40,62%. Hal ini disebabkan karena siswa
belum mengikuti pembelajaran secara keseluruhan,
masih ada beberapa siswa yang tidak melakukan
pembelajaran dengan baik disebabka kurangnya
ketegasan guru, guru terlalu dominan menjelaskan
materi sehingga siswa tidak mandiri dalam
menggali informasi, setelah dilakukan refleksi
pada siklus II maka segera dilakukan perbaikan
untuk siklus III.
Pada siklus III didapat peningkatan
presentase keaktifan siswa yaitu sebesar 90,37%
dengan kriteria keaktifan siswa selama proses
pembelajaran adalah sangat aktif dan nilai rata-rata
serta ketuntasan siswa juga meningkat dengan nilai
rata-rata 80,31 dan ketuntasan belajar sebesar
87,5%. Suasana belajar menjadi menyenangkan
karena siswa-siswa termotivasi, tertarik dan senang
dalam diskusi kelompok dengan menggunakan
model pembelajaran tipe Two Stay Two Stray,
karena tiap kelompok mempunyai kesempatan
untuk membagikan hasil dan informasi dengan
kelompok lain. Analisis dan refleksi keseluruhan
siklus menunjukkan bahwa hasil kualitas
pembelajaran dapat dioptimalkan jika ada
dukungan dari berbagai aspek, selain model
pembelajaran yang dipilih guru, kondisi siswa,
materi pelajaran, fasilitas sekolah dan yang lebih
penting adalah kesungguhan guru dalam mengajar.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis data yang
dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Aspek keaktifan siswa dapat ditingkatkan
melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS)
dengan rincian sebagai berikut: presentase
nilai rata-rata keaktifan siswa meningkat dari
41,25% dengan kriteria cukup aktif menjadi
70,00% dengan kriteria aktif dan meningkat
kembali menjadi 90,37% dengan kriteria
sangat aktif.
2. Aspek pemahaman materi siswa dapat
ditingkatkan melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two
Stray (TSTS) dengan rincian sebagai berikut:
nilai rata-rata siswa meningkat dari 57,50
dengan ketuntasan belajarnya 25% menjadi
64,38 dengan ketuntasan belajarnya 40,62%
dan meningkat kembali menjadi 80,31 dan
ketuntasan belajar sebesar 87,5%.
Saran
Setelah penulis melakukan penelitian
mengenai
penerapan
model
pembelajaran
kooperatif tipe Two Stay Two Stray untuk
meningkatkan hasil belajar siswa, maka penulis
menyarankan:
1. Model pembelajaran kooperatif tipe Two stay
Two Stray dapat dijadikan alternatif model
pembelajaran untuk meningkatkan hasil
belajar siswa yang meliputi aspek keaktifan
dan pemahaman belajar siswa.
2. Sebelum menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Two stay Two Stray sebaiknya
pengajar memahami serta mengerti betul
mengenai model pembelajaran kooperatif tipe
Two stay Two Stray sehingga akan
memudahkan pelaksanaannya.
REFERENSI
1.
Arif, B. 2009. Penerapan Pembelajaran
Kooperatif Model Two Stay Two Stray
(TSTS) untuk Meningkatkan Aspek
Kognitif dan Aspek Afktif Siswa Kelas
VII D SMP Negeri 1 Singosari. Skripsi.
UNM.
2.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
3.
__________. 2012. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara.
4.
__________. 2009. Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
5.
Hamalik, O. 2001. Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
6.
Huda, M. 2012. Cooperative Learning.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
7.
Ismawati, N. 2011. Penerapan Model
Pembelajaran
Kooperatif
Dengan
Pendekatan Struktural Two Stay Two
Stray untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Kelas X SMA. Jurnal Pendidikan
Fisika Indonesia, Vol. 7 No. 1.
8.
Kanginan, M. 2007. Fisika untuk SMA
Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
9.
Kusumaningtyas, D. 2008. Materi Ajar
Mata Kuliah Sejarah Fisika Tahun
Ajaran
2008/2009.
Yogyakarta:
Universitas Ahmad Dahlan.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
84
Titisari Kusumajati
Penerapan Model Pembelajaran ….
23. Zulirfan.
10. Lie, A. 2002. Cooperatif Learning:
Mempraktekkan Cooperatif Learning di
Ruang-ruang. Jakarta: Gramedia.
11. Mulyasa. 2011. Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Keterampilan
Melalui
2009.
Hasil
Psikomotorik
Belajar
Fisika
Penerapan
Model
Pembelajaran TPS dan TSTS pada
Siswa Kelas X MA Dar El Hikmah
Pekanbaru.
12. Richard, Arend. 2008. Learning to Teach
buku dua edisi ke tujuh. Boston: mc graw
hill
13. Rifaldi,
Muamar
Agung.
2010.
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Two
Stay
Two
Stray
(TSTS)
untuk
Meningkatkan Aspek Kognitif dan Aspek
Afektif Siswa Kelas X.5 SMA Negeri 02
Junrejo, Kota Batu. Skripsi. UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang.
14. Ruwanto, Bambang. 2005. Asas-Asas
Fisika 2A. Yogyakarta: Yudhistira.
15. _______________. 2003. Asas-Asas
Fisika IA. Yogyakarta: Yudhistira.
16. Samani, Muchlas. 2012. Konsep dan
Model Pendidikan Karakter. Bandung:
Rosda.
17. Sudijono, Anas. 2009. Pengantar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
18. Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
19. Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian
Pendidikan: kompetensi dan Prakteknya.
Jakarta: Bumi Aksara.
20. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2012.
Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Rosda
21. Sunawan. 2012. Penerapan Metode
Discovery dalam Pembelajaran Fisika
Pokok Bahasan Elastisitas dan Gerak
Harmonik Sederhana pada Siswa Kelas
XI Semester 1 SMAN 2 Palangkaraya
Tahun Ajaran 2011-2012. Skrips. STAIN
Palangkaraya.
22. Toifur, dkk.. 1999. Fisika Dasar I Untuk
Mahasiswa MIPA Farmasi dan Teknik.
Yogyakarta: Pusfit (Pusat Studi Fisika
Terapan UAD).
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
85
Veto Adywinata
Implementasi Pendekatan Keterampilan….
Implementasi Pendekatan Ketrampilan Proses Terhadap
Pemecahan Masalah Dalam Fisika Dengan Metode Discovery
Veto Adywinata
Program Magister Pendidikan Fisika, Program Pascasarjana
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Kampus II, Jl. Pramuka 42 Lt.3, Yogyakarta 55161
Surel: [email protected]
Intisari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pendekatan ketrampilan proses dengan menggunakan
metode discovery untuk memecahkan masalah fisika siswa. Pemecahan masalah fisika pada siswa dilihat dari hasil
posttest atau hasil tes akhir siswa pada pokok materi hokum Hooke dan elastisitas. Control Group Design. Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMAN 1 Jatinom, Klaten. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah
siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA. Penentuan sampel dengan menggunakan teknik Cluster sampling. Metode yang
digunakan untuk mengumpulkan data yakni dengan menggunakan metode angket dengan instrument lembar observasi
dan metode tes dengan instrument lembar tes. Analisis data yang digunakan adalah Analisis Kovarian
(Anakova).Perhitungan analisis Kovarians (Anakova) diperoleh dari nilai tes kemampuan masalah fisika dari masingmasing siswa yang diberi perlakuan selama proses pembelajaran fisika sedang berlangsung. Perlakuan yang dimaksud
berupa pendekatan proses dengan menggunakan metode guided discovery pada kelas eksperimen I dan pendekatan
ketrampilan proses dengan metode invitation discovery pada kelas eksperimen II. Dari perhitungan data tersebut
diperoleh nilai Fhitung = 29,144 lebih besar dari Ftabel = 4 dengan db = 1 pada taraf signifikansi.
Metode
penelitian
yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen (experimental research) dengan bentuk pretest-posttest 5 % Dari
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan dalam memecahkan masalah fisika siswa
melalui pendekatan ketrampilan proses dengan menggunakan metode guided discovery dibandingkan dengan metode
invitation discovery. Ternyata dengan menggunakan metode guided discovery lebih efektif digunakan untuk
ememcahkan masalah fisika siswa ditinjau dari keberhasilan produk berupa rerata skor akhir yang dicapai oleh siswa.
Pada kelompok eksperimen I rerata skor akhir yang diperoleh siswa lebih besar yakni 13,8 dan rerata skorakhir yang
diperoleh siswa pada kelompok eksperimen II sebesar 9,8.
Kata Kunci : Ketrampilan proses, guided discovery, invitation discovery, pemecahan masalah fisika
PENDAHULUAN
Unsur yang terpenting dalam pembelajaran
yang baik adalah siswa yang belajar, guru yang
mengajar, bahan pelajaran, hubungan antara guru
dan siswa. Maka semua usaha guru harus
diarahkan untuk membantu dan mendorong agar
siswa mempunyai kemauan mempelajarinya secara
sendiri.Guru diharapkan menguasai bahan yang
diajarkan, mengerti keadaan siswa, sehingga dapat
mengajar
sesuai
dengan
keadaan
dan
perkembangan siswa, dapat menyusun bahan
sehingga mudah ditangkap siswa.
Menurut Piaget, fisika dikelompokkan sebagai
pengetahuan fisis, pengetahuan fisis terjadi karena
abstraksi alam. Oleh karena fisika pengetahuan
fisis maka untuk memahami fisika dan
mempelajari fisika, diperlukan kontak langsung
dengan hal yang ingin diketahui.
Kurikulum yang saat ini berlangsung
nampaknya sudah tidak lagi sesuai dengan tuntutan
jaman, perlu ada pemikiran baru yakni mengajak
siswa untuk langsung ikut serta dalam menemukan
sesuatu yang baru dan belum dipahami dengan
menekankan pada pendekatan ketrampilan proses.
Pendekatan ketrampilan proses merupakan bentuk
pengajaran IPA secara umum dan fisika pada
khususnya yang melibatkan siswa secara aktif.
Adapun pendekatan yang digunakan, perlu
kesiapan
untuk
melaksanakan
kegiatan
pembelajaran. Kesiapan belajar meliputi kesiapan
mental dan kesiapan pengalaman belajar sissswa.
Sebelum dimulai proses belajar mengajar,
sebaiknya guru mengetahui seberapa jauh kesiapan
siswa. Bila kesiapan siswa kurang dikhawatirkan
masalah pada materi baru kurang berkembang,
akibatnya siswa hanya mampu memecahkan
persoalan fisika yang sederhanasedangkan untuk
perosoalan yang lebih kompleks kurang mampu
dan bahkan tidak bisa.
Oleh karena itu penggunaan metode penemuan
(discovery) dimana siswa dapat mengamati,
mengukur,
mengumpulkan
data
dan
menyimpulkan. Apabila siswa belum pernah
mempunyai pengalaman belajar dengan kegiatan
penemuan (discovery), maka perlu bimbingan yang
lebih luas dari gurunya yang selanjutnya disebut
dengan penemuan terbimbing (Guided Discovery).
Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu
proses yang tidak mudah karena tidak sekedar
menyerap informasi dari guru, tetapi melibatkan
berbagai kegiatan maupun tindakan yang harus
dilakukan terutama bila diinginkan hasil belajar
yang lebih baik. Oleh sebab itu maka penulis
mengadakan penelitian dengan menerapkan
pendekatan ketrampilan proses dengan metode
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
86
Veto Adywinata
Implementasi Pendekatan Keterampilan….
Discovery
untuk
mengetahui
pemecahan masalah fisika siswa.
kemampuan
TEORI
Jurnal yang ditulis Stewart Dickinson, 2004,
dengan judul “Discovery methods in Outdoor
Education” menyatakan bahwa pembelajaran
dengan metode discovery melatih siswa untuk
berfikir tentang apa dan bagaimana menyelesaikan
permasalahan yang ada dengan guru sebagai
pengarah. Dari referensi tersebut penulis
melakukan
penelitian
eksperimen
untuk
mengetahui pemecahan masalah fisika siswa
menggunakan pendekatan ketrampilan proses
dengan metode discovery. Secara sederhana
metode discovery dapat diartikan sebagai cara
penyajian pelajaran yang memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk menemukan informasi
dengan atau tanpa bantuan guru. Metode discovery
ada beberapa macam, namun penulis dalam
penelitian ini menggunakan metode Guided
Discovery dan metode Invitation Discovery.
Metode Guided Discovery (penemuan dengan
bimbingan) dalam pola ini sebagian perencanaan
dibuat oleh guru, selain itu guru juga memberikan
penjelasan yang luas kepada siswa. Invitation
Discovery (penemuan dengan langkah penemuan
ilmiah) dalam pola ini siswa dilibatkan dalam
proses pemecahan masalah sebagaimana cara-cara
yang lazim diikuti oleh scientis. Ada beberapa
persyaratan yang perlu
diperhatikan dalam
menggunakan metode Discovery (penemuan),
antara lain: motivasi siwa ditumbuhkan agar lebih
menyenangkan, ada kebebasan berkarya dalam
pemecahan masalah, guru terampil memilih
permasalahan dan tidak banyak ikut campur dalam
kegiatan siswa
EKSPERIMENTAL
Tempat penelitian di SMAN 1 jatinom, Klaten
Desain penelitian pretest posttest control group
Jenis penelitian eksperimen. Penelitian ini
menggunakan dua kelas yang dipilih secara acak,
yaitu kelas Eksperimen I dan Kelas Ekperimen II.
Yang menjadi kelas eksperimen I adalah kelas XI
IPA 3, sedangkan yang menjadi kelas eksperimen
II adalah kelas XI IPA 1. Selanjutnya , kelass
eksperimen I diberi perlakuan berupa pendekatan
ketrampilan proses dengan menggunakan metode
Guided Discovery sedangkan kelas eksperimen II
medapat perlakuan berupa pendekatan ketrampilan
proses menggunakan Invitation Discovery. Secara
skematis, desain tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut :
Tabel 1 Desain Penelitian
Kelas
EksperimenI
EksperimenII
Pretest
O1
O3
Treatment
X1
X2
Postest
O2
O4
Keterangan :
O1= Pretest kelompok eksperimen I
O2= Postest kelompok eksperimen I
O3= Pretest kelompok eksperimen II
O4= Postest kelompok eksperimen II
X1= Pendekatan ketrampilan proses dengan
metode Guided Discovery
X2= Pendekatan ketrampilan proses dengan
metode Invitation Discovery
Variabel penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain : variabel independen,
variabel dependen, variabel kontrol, variabel
sertaan.
teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan teknik Cluster
Sampling. Teknik ini menghendaki adanya
kelompok-kelompok dalam pengambilan sampel
berdasarkan atas kelompok yang ada dalam
populasi. Jadi, populasi sengaja dipandang
berkelompok kemudian kelompok tersebut
tercermin dalam sampel.
Instrumen penelitian adalah alat yang
digunakan pada waktu penelitian menggunakan
sesuatu metode. Instrumen penelitian adalah alat
atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data agar pekerjaan dan hasilnya
lebih baik, dalam arti lebih cermat, lebih lengkap
lebih sistematis sehingga lebih mudah diolah,
Instrumen yang digunakan penulis dalam
penelitian ini terbagi menjadi dua, yakni:
Instrumen tindakan dan Instrumen pengumpulan
data, Instrumen tindakan adalah instrumen yang
digunakan selama proses pembelajaran fisika
berlangsung yang berupa metode Discovery
(penemuan). Instrumen pengumpulan data yang
digunakan berupa lembar tes, lembar observasi dan
angket.
Instrumen yang baik harus mempunyai dua
persyaratan yang penting yakni valid dan reliabel
sebelum digunakan maka instrument tersebut harus
diuji terlebih dahulu kevalidannya dengan
menggunakan teknik product moment
(1)
Keterangan :
r xy = Indeks korelasi variabel X dan Y
X
= Skor per Item semua jawaban
Y
= Skor total semua jawaban
N
= Jumlah responden
Dalam penelitian ini instrumen dikatakan valid
apabila rxy≥0.32.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
87
Veto Adywinata
Implementasi Pendekatan Keterampilan….
`Instrumen yang reliabel adalah instrumen
apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur
objek yang sama, akan menghasilkan data yang
sama. Pada penelitian ini penulis menggunakan
rumus Spearmen-Brown .
(2)
Keterangan :
r 11 = Reliabilitas Instrumen
Indeks korelasi antara dua belah
Uji Normalitas data yang diperoleh peneliti
menggunakan rumus chi square, adapun rumusnya
adalah sebagai berikut:
(3)
Keterangan:
X2=chi square/nilai normalitas
=Frekuensi observasi
Ei =Frekuensi ekspektasi
Reliabilitas soal dihitung dengan menggunakan
Spearmen-Brown dengan teknik belah dua dengan
taraf signifikansi 5% sebesar 0.6324 sehingga soal
tersebut memiliki tingkat keajegan yang tinggi,
karena memiliki reliabilitas soal antara 0.600
sampai dengan 0.799.
Berdasarkan hasil dan perhitungan tanggapan
siswa terhadap pendekatan ketrampilan proses
dengan metode Guided Discovery dari 29
responden didapat hasil perhitungan rata-rata
sebesar 80 % dan untuk metode Invitation
Discovery yang didapat dari 30 responden didapat
hasil perhitungan rata-rata sebesar 57.2% hal ini
berarti tanggapan positif terhadap pendekatan
ketrampilan proses dengan metode Guided
Discovery lebih besar dari metode Invitation
Discovery dalam proses pembelajaran.
Uji Normalitas yang digunakan menggunakan
rumus Chi Kuadrat
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas.
Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui
apakah sampel yang digunakan berasal dari
populasi yang sama (homogen) atau tidak. Untuk
menguji homogenitas digunakan uji varians yaitu :
(4)
Uji Anakova, merupakan kombinasi regresi
dengan analisis varians (anava). Adapun ringkasan
rumusnya sbb:
Tabel 2 Ringkasan rumus-rumus Anakova
Sumber
Residu
Variasi
JK
Db
Rk
Antar
KJKA=JKT-JKd
(A)
1
Dalam
N(D)
K1
Total
N(T)
2
(5)
Keterangan :
JK = Jumlah Kuadrat
JP = Jumlah Produk
Db = Derajat kebebasan
K
= Jumlah Kelompok
N
= Jumlah Sampel
Kelas
Eksperimen I
Eksperimen II
Db
5
5
X2hitung
2,14
2,07
X2tabel
11,07
11,07
Keterangan
X2hitung< X2tabel
X2hitung< X2tabel
Dari data diatas ditunjukkan X2hitung< X2tabel ,
maka data dpat dikatakan normal.
uji Homogenitas Varians bertujuan untuk
mengetahui apakah sampel yang digunakan berasal
dari populasi varians yang sama atau tidak.
Tabel 4 Hasil Uji Homogenitas
Sumbe Fhitun Ftabe
r
g
l
X1-X2
1,78 1,85
dk
pembilan
g
28
dk
penyebu
t
29
Ket
H
m
Dari table hasil uji homogenitas diatas
menunjukkan Fhitung < Ftabel dengan taraf
signifikansi 5% maka data tersebut dapat dikatakan
varians yang sama atau homogeny.
Observasi dalam penelitian ini melibatkan 6
Observer, dengan metode Guided Discovery
sebagai kelas eksperimen I dan Invitation
Discovery sebagai kelas eksperimen II .
Tabel 5. hasil obsevasi ketrampilan proses.
Ketrampilan
Proses
Kelas Eks I
70,38%
Kelas Eks II
68,23%
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data skor analisis keshahihan butir validitas
soal dari peneliti adalah sebanyak 30 butir soal .
jumlah butir yang gugur adalah 10 butir soal dan
yang sahih sebanyak 20 butir soal.
Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa kelas
eksperimen I lebih tinggi dibandingkan kelas
eksperimen II.
Untuk menguji adanya perbedaan kemampuan
memecahkan masalah fisika siswa antara kelas
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
88
Veto Adywinata
Implementasi Pendekatan Keterampilan….
eksperimen I dengan kelas eksperimen II dilakukan
dengan melakukan control terhadap kemampuan
awal siswa maka dilakukan uji Anakova.
Tabel 6.ringkasan hasil uji Anakova
Sumber
Antar
Dalam
Total
JKres
212,193
407,001
619,194
Dbres
1
56
57
MKres
212,193
7,268
Fhitung
Ftabel5%
29,144
4
Dari hasil analisis yang ditampilkan F hitung >
F table maka hal ini menunjukkan bahwa ada
perbedaan dalam hal kemampuan memecahkan
masalah fisika menggunakan metode yang berbeda
.
KESIMPULAN.
Pendekatan ketrampilan proses dengan
menggunakan metode Discovery memberikan
sumbangan nilai sebesar F hitung=29,144>Ftabel =4,
dengan db=1 pada taraf signifikansi 5%. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan
ketrampilan proses dengan menggunakan metode
Discovery memberikan pengaruh terhadap
kemampuan memecahkan masalah fisika siswa.
Penerapan pendekatan ketrampilan proses
dengan metode Guided Discovery yang dilakukan
dengan observasi pada siswa, memberikan
prosentase sebesar 70,11%. Sedangan pendekatan
ketrampilan proses dengan metode Invitation
Discovery memberikan prosentase sebesar 68%.
Hal ini menunjukkan bahwa keterlaksanaan
pendekatan ketrampilan proses dengan metode
Guided Discovery dapat terlaksana dengan lebih
baik apabila dibandingkan dengan pendekatan
ketrampilan proses dengan metode Invitation
Discovery
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Paul Suparno,Metodologi Pembelajaran Fisika,
Universitas Sanata Darma, Yogyakarta 2007 pp 2
[2]
Usman, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar
Mengajar,PT Remaja Rosda Karya Bandung
1993 pp 25
[3]
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik, Rineke Cipta, Jakarta 2006
pp 130
[4]
Sumaji Pendidikan Sains
Kanisius, Yogyakarta 1998
[5]
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang
mempengaruhi, Rineka Cipta, Jakarta 2008
yang
Humanis,
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
89
Ika Prasetya D
Efektifitas Pembelajaran dengan….
Efektifitas Pembelajaran Dengan Pendekatan Kontruktivistik Melalui Metode
Eksperimen Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Pokok Bahasan Elastisitas
Dan Hukum Hooke Pada Siswa Madrasah Aliyah Mu’alimin Muhammadiyah
Yogyakarta Kelas XI Semester Ganjil Tahun Ajaran 2010/2011
Ika Prasetya Dewi
Program Magister Pendidikan Fisika, Program Pascasarjana
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Kampus II, Jl. Pramuka 42 Lt.3, Yogyakarta 55161
Surel: [email protected]
Intisari. Penelitian ini secara deskriptif bertujuan untuk mengetahui kecenderungan prestasi belajar fisika pokok bahasan
elastisitas dan hukum hooke siswa kelas XI semester ganjil Madrasah Aliyah Mu‟alimin Muhammadiyah Yogyakarta
Tahun Pelajaran 2010/2011 yang pembelajarannya menggunakan pendekatan konstruktivistik melalui metode eksperimen
dan pendekatan konvensional. Dan secara komparatif untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar fisika pokok bahasan
elastisitas dan hukum hooke siswa kelas XI semester ganjil di Madrasah Aliyah Mu‟alimin Muhammadiyah Yogyakarta
antara yang diajar menggunakan pendekatan konstruktivistik dan yang diajar menggunakan pendekatan konvensional.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI jurusan IPA yang terdiri dari 3 kelas dan berjumlah 88 siswa.
Sampel diambil dengan teknik random sampling untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Terpilih kelas XI
IPA 1 sebagai kelas ekaperimen dan kelas XI IPA 3 sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan
dokumen untuk mengukur kemampuan awal dan tes untuk mengukur prestasi belajar fisika pokok bahasan elastisitas dan
hukum hooke. Validitas butir soal diuji dengan korelasi product moment diperoleh hasil 18 sahih dan 2 butir soal gugur.
Reabilitas instrumen dengan KR-20. Teknik analisis data menggunakan uji t setelah dilakukan uji prasyarat analisis yang
meliputi uji normalitas sebaran dan uji homogenitas varians. Hasil penelitian secara deskriptif menunjukkan bahwa
kecenderungan prestasi belajar fisika pokok bahasan elastisitas dan hukum hooke pada siswa yang pembelajarannya diajar
dengan pendekatan Konstuktivistik termasuk kategori tinggi, sedangkan yang pembelajarannya diajar dengan pendekatan
konvensional termasuk kategori sedang. Secara komparatif ada perbedaan yang sangat signifikan terhadap prestasi belajar
fisika pokok bahasan elastisitas dan hukum hooke pada siswa kelas XI antara yang diajar dengan pendekatan
konstruktivistik melalui metode eksperimen dan yang diajar dengan pendekatan konvensional. Hasil rerata prestasi belajar
kelompok yang diajar dengan pendekatan konstruktivistik lebih tinggi dibandingkan hasil rerata prestasi kelompok yang
diajar dengan pendekatan konvensional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan konstruktivistik efektif
dalam pembelajaran fisika.
Kata kunci: Hukum Hooke, Pendekatan Konstruktivistik, Metode Eksperimen, Hasil Belajar.
PENDAHULUAN
Seiring perkembangan zaman, kebutuhan
manusia semakin meningkat pula. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut, para ilmuwan
memajukan ilmu pengetahuan teknologi dan sains
(IPTEKS). Setiap negara berusaha semaksimal
mungkin untuk meningkatkan IPTEKS bangsanya.
Tingkat penguasaan IPTEKS yang dicapai oleh
suatu bangsa biasanya dipakai sebagai tolak ukur
kemajuan bangsa itu. Seperti diketahui, dalam
bidang IPTEK negara kita masih jauh tertinggal
dengan negara-negara yang telah maju. Jelaslah
bahwa sains (IPA) termasuk dalam mata pelajaran
yang harus ditekuni dan dikuasai oleh para
pemuda, karena sains adalah pondasi teknologi.
Salah satu cara untuk menyiapkan para
calon pakar IPTEKS, yaitu pendidikan IPA harus
dibenahi dan ditangani secara serius sehingga
banyak siswa merasa tertarik pada mata pelajaran
IPA, khususnya dalam hal ini adalah mata
pelajaran fisika, untuk kemudian menekuni dan
menguasainya secara tuntas.
“Kenyataan yang terjadi di lapangan, guru
cenderung dominan dalam mengajarkan konsep
atau materi pelajaran di kelas sehingga siswa
semakin tergantung pada inisiatif guru” (Munjid
Nur Alamsyah, 2003: 1). Semua kegiatan kelas
berpusat pada guru. Jika keadaan ini berlangsung
dari hari ke hari, maka upaya peningkatan kualias
pembelajaran terasa tidak mengalami pergeseran.
Dalam situasi pembelajaran yang monoton, siswa
merasa bosan dan pada akhirnya suasana
pembelajaran akan semakin menyiksa.
Kurikulum yang digunakan dalam
pendidikan sekarang ini adalah Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) dimana siswa dituntut
untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Namun secara umum kegiatan belajar mengajar
fisika berlangsung secara klasikal dengan kegiatan
yang bersifat informatif. Guru menggunakan
metode ceramah yang lebih menekankan pada
komunikasi satu arah. Metode pembelajaran yang
digunakan guru untuk merangsang siswa aktif
dalam proses pembelajaran seperti demonstrasi,
diskusi, dan eksperimen jarang dilakukan. Selain
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
90
Ika Prasetya D
itu guru juga jarang menggunakan media
pembelajaran untuk membantu siswa menemukan
konsep fisika yang sedang dipelajari, seperti LKS.
Penyampaian materi yang bersifat informatif
menyebabkan siswa kurang aktif dalam
pengembangan ide-ide yang mereka miliki
sehingga menimbulkan kejenuhan siswa ketika
mengikuti proses belajar fisika. Siswa lebih banyak
mendengar, mencatat, dan memperhatikan guru
sehingga keaktifan siswa tergantung pada guru
saja. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
berikut :
1. Tuntutan target kurikulum yang harus
dipenuhi, sedang waktu hanya cukup
untuk penyampaian materi secara
informatif.
2. Pembelajaran fisika dengan praktikum
atau diskusi-diskusi memerlukan waktu
yang sangat lama, mulai dari persiapan
sampai pelaksanaannya sehingga guru
merasa kerepotan untuk mempersiapkan
secara matang.
Dari hal tersebut di atas, kegiatan
pembelajaran IPA, khususnya fisika hendaknya
lebih diarahkan pada kegiatan yang mendorong
siswa belajar aktif, baik secara fisik, sosial maupun
secara psikis. Proses pembelajaran perlu dilakukan
dengan tenang dan menyenangkan. Hal tersebut
tentu saja menuntut aktivitas dan kreativitas guru
dalam menciptakan lingkungan yang kondusif.
Metode dan strategi belajar mengajar yang
kondusif untuk hal tersebut perlu dikembangkan.
Untuk mempelajari konsep, digunakan pendekatan,
metode, dan evaluasi yang tepat, sehingga proses
menjadi bermakna bagi siswa.
Sebuah solusi yang bisa ditawarkan atas
masalah di atas yaitu dengan menyiapkan siswa
yang adaptif. Hal ini menekankan pada
kemampuan siswa untuk menerapkan apa yang
telah mereka pelajari pada situasi lain yang
beragam dalam kehidupan sehari-hari. Menurut
Vernon A.Magnesen sebagaimana yang dikutip
oleh Gordon dan Jeanette (2000: 100), “hakikat
kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari
apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat,
70% dari apa yang kita katakan dan 90% dari apa
yang kita katakan dan kita lakukan”. Oleh karena
itu, kelas yang semula berpusat pada guru perlu
diubah menjadi kelas yang berpusat pada siswa
dan alternatif yang banyak ditemukan akhir-akhir
ini adalah melalui pendekatan konstruktivistik.
Kegiatan
pembelajaran
dengan
pendekatan konstruktivistik bukanlah kegiatan
yang memindahkan pengetahuan dari guru ke
siswa
melainkan
suatu
kegiatan
yang
memungkinkan siswa aktif dalam membangun
pengetahuannya sendiri. Yang terpenting dalam
pembelajaran konstruktivistik adalah siswa yang
harus mendapat penekanan. Siswa dalam
pembelajaran
ikut
berperan
membentuk
Efektifitas Pembelajaran dengan….
pengetahuan
menjadi
bermakna,
mencari
kejelasan, bersikap kritis dan mengadakan
justifikasi. Pada situasi itu guru tidak akan bersikap
menggurui, guru hanya sebagai fasilisator.
Aktivitas kelas akan berpusat pada siswa dimana
siswa akan cenderung mengajukan banyak
pertanyaan, melakukan eksperimen, membuat
analogi-analogi baru sampai pada membuat
kesimpulan sendiri.
Dalam rangka menerapkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) perlu kiranya
dipikirkan model/metode pembelajaran yang
menyenangkan dan kegiatan belajar mengajar
berpusat pada siswa. Eksperimen merupakan
sebuah metode pembelajaran yang menuntut siswa
untuk terlibat secara langsung dan aktif dalam
proses pembelajaran. Siswa diberi kesempatan
seluas-luasnya untuk mengungkapkan perasaan
dan hasil pemilihannya tanpa ada rasa tertekan
sehingga
diharapkan
dapat
menciptakan
pembelajaran yang produktif dan bermakna tanpa
mengubah tatanan yang ada.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Madrasah Aliayah
Mua‟limin Muhammadiyah Yogyakarta yang
beralamat di Jl. Letjend. S. Parman No.68
Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah Quasi
Experimental
(experiment
semu).
Karena
penelitian ini belum memenuhi persyaratan seperti
cara eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah
mengikuti peraturan-peraturan tertentu. (Suharsimi
Arikunto,1997:83).
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel,
yaitu: Variable bebas (A), yaitu metode mengajar:
A1 pendekatan mengajar konstruktivistik dengan
menggunakan model Eksperimen, A2 pendekatan
konvensional dan Variabel terikat (Y), yaitu
prestasi belajar fisika pokok bahasan Elastisitas
dan Hukum Hooke.
Dalam penelitian ini desain yang digunakan
adalah post-test.
Tabel 1. Post-test
No
Kelompok
Tes Awal
Tindakan Tes Akhir
1
Eksperimen
T1
Xa
T2
2
Kontrol
T1
Xb
T2
Populasi dalam penelitian ini adalah semua
siswa kelas XI jurusan IPA Madrasah Aliyah
Mua‟limin Muhammadiyah Yogyakarta Tahun
Pelajaran 2010/2011 yang terdiri dari 3 kelas yang
berjumlah 88 siswa. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cluster
Random Sampling. Secara acak terpilih kelas XI
IPA 1 yang berjumlah 29 siswa sebagai kelas
eksperimen dan kelas XI IPA 3 dengan jumlah 29
siswa sebagai kelas kontrol.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
91
Ika Prasetya D
Efektifitas Pembelajaran dengan….
Teknik pengumpulan data yang dilakukan
untuk menguji uji t kemampuan awal guna
menguji kedua kelompok kelas yang akan diteliti
memiliki kemampuan awal yang sama adalah
menggunakan data dokumentasi berupa nilai
ulangan umum kenaikan kelas. Sedangkan tes yang
digunakan untuk mengukur hasil prestasi belajar
siswa berupa soal pilihan ganda dengan 5 alternatif
jawaban. Soal dikembangkan dengan Taksonomi
Bloom dengan penilaian dalam tes ini jika jawaban
benar diberi skor 1 dan jika jawaban salah diberi
skor nol (0).
HASIL
Penelitian ini diawali dengan melakukan
tanya jawab pada guru bidang studi fisika dan
beberapa siswa di Madrasah Aliyah Mu‟alimin
Muhammadiyah Yogyakarta kelas XI semester
ganjil tahun ajaran 2010/2011. Setelah mengetahui
beberapa permasalahan yang berkaitan dengan
proses balajar mengajar yang menuntut keaktifan
siswa, maka peneliti dalam melaksanakan
penelitian guna meningkatkan prestasi hasil belajar
siswa menggunakan pendekatan konstruktivistik
melalui metode eksperimen. Proses belajar
mengajar ini dengan memanfaatkan alat-alat
praktikum yang sudah ada di laboratorium fisika.
Proses pengumpulan data prestasi belajar
siswa dalam penelitian ini dilakukan dengan jalan
pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar.
Perangkat pembelajaran dan instrument yang akan
digunakan untuk mendapatkan hasil prestasi
belajar fisika dikonsultasikan terlebih dahulu pada
guru bidang studi fisika. Instument berupa Lembar
Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan
berdasarkan standar kompetensi yang ada dengan
menetapkan materi pada pokok bahasan elastisitas
dan hukum hooke.
Data skor analisis kesahihan butir
validitas soal dari peneliti adalah sebanyak 20 butir
soal. Jumlah butir yang gugur ada 2 butir soal dan
jumlah butir soal yang sahih ada 18 butir soal.
Uji normalitas sebaran dilakukan untuk
mengetahui apakah data yang digunakan peneliti
ini berdistribusi normal atau tidak. Harga Chi
Kuadrat hitung (ᵡ2).
populasi berasal dari varians yang sama dan tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan satu sama
lain. Untuk menguji homogenitas varians sampel
menggunakan uji Fisher atau uji F.
Tabel 3. Tabel hasil uji homogenitas varians
Kelompok N Varians Fhitung
p
Keterangan
X
29 24,310
1,072 0,428
Homogen
Y
29 22,672
Keterangan:
X = Kelompok Eksperimen
Y = Kelompok Kontrol
Dari table di atas diperoleh nilai p>0,05, maka
varians kelompok tersebut homogen.
Sesuai dengan hipotesis yang diajukan
“Ada perbedaan prestasi belajar fisika antara yang
diajar dengan pendekatan kontruktivistik melalui
metode eksperimen dan yang diajar dengan
menggunakan metode konvensional, dimana pada
kelompok yang diajar dengan pendekatan
kontruktivistik melalui metode eksperimen lebih
efektif dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa”, maka disajikan hasil pengujian hipotesis
dengan menggunakan uji t pada table berikut ini:
Table 4. Hasil pengujian hipotesis dengan uji t
Kelompok
Eksperimen
N
29
Rerata
13,103
SB
4,931
Kontrol
29
9,379
4,762
1.
2.
Variabel
Pendektan Konstruktivistik
melalui metode eksperimen
Metode konvensional
(ceramah)
db
χ2hitung
p
Keterangan
9
13,208
0,153
Normal
9
14,375
0,110
Normal
Dari tabel diatas ditunjukkan nilai p untuk
keleompok eksperimen 0,153 dan kelompok
control 0,110 yang menyatakan bahwa sebaran
data tes prestasi belajar siswa berdistribusi normal.
Uji homogenitas varians dilakukan untuk
mengetahui apakah sampel yang diambil dari
p
2,926
0,005
Keterangan
Ada
perbedaan
sangat
signifikan
Dengan melihat hasil table di atas selanjutnya
ditarik penilaian bahwa thitung bernilai 2,926 dan
peluang galat 0,005. Selanjutnya nilai p signifikan
apabila harga p≤0,05 dan sangat signifikan jika
harga p≤0,01 maka hipotesis yang diajukan
diterima. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
ada perbedaan yang sangat signifikan pada prestasi
belajar fisika. Karena disini terdapat perbedaan,
dimana hasil rerata kelompok eksperimen lebih
besar, maka dapat disimpulkan bahwa mengajar
dengan pendekatan kontruktivistik melalui metode
eksperimen sangat efektif untuk dilakukan..
REFERENSI
1.
Anas Sudijono. 2009. Pengantar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
2.
Arif Al fatah. (2010). Fisika SMA XI. Yogyakarta:
Mata Elang Media
3.
Gordon dan Jeanette Vos. (2000). Revolusi Cara
Belajar (The Learning Revolution): Belajar akan
Efektif kalau Anda dalam Keadaan “Fun” Bagian
I: Keajaiban Pikiran. Bandung: Kaifa.
4.
Moh. Surya. (1981). Pengantar Psikologi
Pendidikan. Bandung: FIP IKIP Bandung
5.
Munjid Nur Alamsyah. (2003). Permasalahan yang
Dihadapi Guru dalam Upaya Meningkatkan
Tabel 2. Tabel hasil uji normalitas sebaran
No
thitung
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
92
Ika Prasetya D
6.
7.
8.
9.
Efektifitas Pembelajaran dengan….
Kualitas Pembelajaran IPA di SMU. Yogyakarta:
UNY.
14. Suharsimi Arikunto. (1998). Prosedur Penelitian
(Edisi Revisi IV). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Paul Suparno. (1997). Filsafat Konstruktivisme.
Yogyakarta: Kanisius.
Ridwan. (2001). Pendekatan Konstruktivistik
Melalui
Siklus
Belajar
Karplus
untuk
Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Fisika
(Laporan Penelitian). FMIPA UNY Yogyakarta.
15. Suharsimi Arikunto. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Setyo Budiyono. (1999). Efektivitas Penggunaan
Metode Eksperimen dan Model Mengajar Delik
(Dengar-Lihat-Kerja) dalam Pengajaran Fisika
Siswa SMU Muhammadiyah 4 Yogyakarta Kelas II
Tahun Ajaran 1998/1999 (Laporan Penelitian). FP
MIPA IKIP Yogyakarta.
17. Sumadi Suryabrata. (2004). Psikologi Pendidikan.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Slameto. (2001). Belajar dan faktor-faktor yang
mempengaruhi. Jakarta: PT Rajawali
10. Sri Rumini, dkk. (1993). Psikologi Pendidikan.
Yogyakarta: FIP UNY.
11. Sudirman, dkk. (1987). Ilmu Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
12. Sugiyono. (2001). Metode Penelitian Administrasi.
Bandung: CV Alfabeta.
13. Sugiyono. (2005). Statistik Untuk penelitian.
Bandung: CV Alfabeta
16. Sumadi Suryabrata. (1983). Proses Belajar
Mengajar di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Andi
Offset.
18. Syaiful Bahri D dan Aswan Zain. (1996). Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
19. Winkel W.S. (2007).
Jakarta: Gramedia.
Psikologi Pengajaran.
20. Yamidah.
(2006).
Penerapan
Pendekatan
Konstruktivistik melalui metode learning cycle
(siklus III) untuk meningkatkan penguasaan konsep
fisika pokok bahasan Suhu dan Kalor pada kelas
XA SMA Negeri 11 Yogyakarta tahun ajaran
2004/2005 (Laporan Penelitian). FMIPA UNY
Yogyakarta.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
93
Ika Prasetya D
Efektifitas Pembelajaran dengan….
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
94
Fadiyah Suryani
Peningkatan Prestasi Siswa….
Peningkatan Prestasi Siswa Dalam Proses Belajar Fisika Pada Konsep Fluida Statis
Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray (TS – TS) Bervariasi
Demonstrasi Di Kelas XI IPA SMA Negeri 5 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012 – 2013
Fadiyah Suryani
Guru SMA Negeri 5 Yogyakarta
Surel: [email protected]
Intisari - Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar fisika konsep fluida statis pada siswa kelas XI IPA SMA
N 5 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 melalui model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray (TS-TS)
bervariasi demonstrasi. Penelitian ini dilaksanakan pada kelas XI IPA2 yang berjumlah 36 siswa. Penelitian ini
menggunakan penelitian tindakan kelas (action research) sebanyak 2 siklus, dimana setiap siklus meliputi empat tahap yaitu
perencanaan, tindakan, pengamatan (obsservasi) dan refleksi. Siklus 1 Peneliti melakukan demonstrasi pada materi tekanan
kemudian siswa berdiskusi sesuai dengan kelompok dan sharing antar kelompok. Dua siswa bertamu (stray) ke kelompok
lain dan 2 siswa tetap(stay) berada di kelompok untuk menerima kedatangan dari kelompok lain.Beberapa kelompok
mempresentasikan hasil kerja kelompok dan hasil sharing dengan kelompok lain. Dari hasil tes pada siklus 1 menunjukkan
hasil yang belum memuaskan karena ada 15 siswa yang belum tuntas dan kurangnya partisipasi siswa dalam belajar
kelompok dan kurang tertib ketika pelaksanaan sharing antar kelompok. Maka diadakan siklus 2 dengan materi hukum
Archimedes, teknik pelaksanaan sama seperti siklus 1, siswa dapat lebih berpartisipasi aktif dalam kelompok dan
pelaksanaan setiap kegiatan pembelajaran berlangsung lebih tertib, siswa tampak termotivasi dalam belaja, hal ini tampak
pada saat siswa berdiskusi.. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model two stay two stray
bervariasi demonstrasi dapat meningkatkan prestasi siswa. Tiap siklus ada peningkatan hasil belajar, yaitu siklus 1
presentasi ketuntasan42% , siklus 2 presentase ketuntasan 83% sehingga ada kenaikan hasil belajar sebesar 41%.
Kata Kunci : prestasi siswa, proses belajar fisika, konsep fluida pembelajaran two stay two stray, demonstrasi
PENDAHULUAN
Mata pelajaran fisika merupakan salah satu
mata pelajaran yang tidak disenangi oleh siswa.
Ditemukan data bahwa sebagian besar siswa
memiliki minat dan kemampuan yang rendah
dalam menguasai konsep pembelajaran. Hal ini
dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada tahun
2011/2012 pada konsep fluida persentase
ketuntasan hanya 55%. Berdasarkan pengalaman
guru mengajar, ternyata hasil ulangan cenderung
memperoleh nilai yang rendah, terbukti pada hasil
nilai ulangan harian siswa yang mendapat nilai
dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Wawancara dengan siswa, ternyata sebagian besar
siswa malas belajar dan belum maksimal belajar
fisika, karena menganggap fisika identik dengan
banyak rumus.
Belajar
fisika
sebenarnya
lebih
menekankan penalaran dan pemahaman konsep
melalui pembelajaran.
Belajar fisika dapat membuat siswa kreatif dan
dapat memecahkan masalah. Tanpa adanya rasa
keingintahuan yang kuat atau motivasi tinggi hal
tersebut tidak dapat tercapai.
Dengan
adanya
variasi
metode
pembelajaran di kelas diharapkan ada peningkatan
kualitas pembelajaran. Siswa semakin termotivasi
dalam belajar, daya kreativitas akan semakin
meningkat, semakin positif sikap siswa, semakin
bertambah jenis pengetahuan dan ketrampilan yang
dikuasai. Semakin mantap pemahaman terhadap
materi yang dipelajari.
Suherman (2003: 259)[ 1] ]mengemukakan
bahwa model pembelajaran kooperatif dapat
membantu para siswa dalam meningkatkan sikap
positif siswa dalam belajar dan dapat mengurangi
bahkan menghilangkan rasa cemas yang banyak
dialami oleh siswa.
Ada beberapa tipe Model Pembelajaran
Kooperatif, salah satunya adalah Two Stay-Two
Stray (TS-TS) atau Dua Tinggal-Dua Bertamu.
Berbeda dengan tipe yang lain, struktur Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray
memberi kesempatan kepada siswa untuk
menyampaikan hasil kerja atau informasi dengan
kelompok lain (Lie, 2004: 61) [2]. Diduga, dengan
adanya sharing pendapat antarkelompok dapat
membiasakan siswa untuk saling menghargai
pendapat orang lain dan belajar mengemukakan
pendapat kepada orang lain. Hal tersebut terjadi
karena tugas kelompok dalam sharing pendapat
tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa adanya
kerja sama yang baik dari setiap anggota
kelompok.
Siswa harus dibiasakan untuk berani
bertanya dan menyampaikan pendapat, sehingga
diharapkan proses pembelajaran fisika lebih
bermakna. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Two Stay-Two Stray sebagai upaya meningkatkan
hasil prestasi belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA
Negeri 5 Yogyakarta dalam pelajaran fisika dengan
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
95
Fadiyah Suryani
menambah variasi dari model ini yaitu demonstrasi
sehingga siswa dalam berdiskusi lebih bermakna
karena yang di diskusikan sesuatu yang telah
mereka lihat dalam kehidupan sehari-hari.
Penelitian ini dilaksanakan untuk tujuan
a.
b.
Meningkatkan prestasi hasil belajar fisika
siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 5
Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013
melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Two Stay-Two Stray bervariasi demonstrasi;
Mengetahui respon siswa kelas XI IPA 1
SMA Negeri 5 Yogyakarta tahun pelajaran
2011/2012
terhadap
pelaksanaan
pembelajaran dengan Model Kooperatif tipe
Two Stay-Two Stray bervariasi demonstrasi
KAJIAN PUSTAKA
A. Prestasi belajar
Prestasi belajar siswa adalah gambaran
kemampuan siswa yang diperoleh dari hasil
penilaian proses belajar siswa dalam mencapai
tujuan pengajaran. Prestasi belajar berupa
adanya perubahan sikap dan tingkah laku
setelah menerima pelajaran atau setelah
mempelajari sesuatu.
Prestasi belajar menurut Bloom meliputi 3
aspek yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif.
Dalam penelitian ini aspek yang ditinjau adalah
kognitif
yang
meliputi
pengetahuan,
pemahaman dan penerapan.
Peningkatan Prestasi Siswa….
pendapat antarkelompok, dan (3) tahap
pelaporan kelompok. Langkah
(a)
merupakan tahap kerja kelompok, langkah
nomor (b) dan (c) merupakan tahap sharing
pendapat antarkelompok, sedangkan langkah
nomor (d) dan (e) merupakan tahap pelaporan
kelompok.
Dalam kelas kooperatif, para siswa
diharapkan dapat saling membantu, saling
mendiskusikan dan berargumentasi, untuk
mengasah pengetahuan yang mereka kuasai
saat itu dan menutup kesenjangan dalam
pemahaman masing-masing (Slavin, 2009 :
4)[3]
D. Demonstrasi
Tujuan penggunaan metode demonstrasi
yaitu: mengajarkan suatu proses atau prosedur
yang
harus
dimiliki
peserta
didik,
menkonkritkan
informasi
atau penjelasan kepada peserta didik dan
mengembangkan kemampuan pengamatan
pandangan dan penglihatan para peserta didik
secara bersama-sama. Berdasarkan pernyataan
di atas, tujuan digunakannya metode
demonstrasi dalam sustu pembelajaran adalah :
(a) mengajarkan proses atau prosedur, (b)
mengkonkritkan
informasi,
(c)
mengembangkan kemampuan melihat melalui
pengamatan
E. Konsep fluida
B. Pengertian pembelajaran
Proses pembelajaran berbeda dengan proses
belajar. Proses belajar bersifat internal dan unik
dalam diri individu siswa, sedangkan
pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja
direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku.
Pembelajaran
pada
hakikatnya
untuk
mengembangkan aktivitas dan kreativitas
peserta didik melalui berbagai interaksi dan
pengalaman belajar.
C. Model pembelajaran kooperatif tipe Two StayTwo Stray
Two Stay-Two Stray (TS-TS) atau Dua
Tinggal-Dua Bertamu merupakan salah satu
tipe model pembelajaran kooperatif yang
dikembangkan oleh Kagan (1992). Model
pembelajaran ini merupakan pembelajaran
kooperatif dengan kelompok berempat, yaitu
kelompok yang terdiri dari empat siswa.
Beberapa kelebihan kelompok berempat (Lie,
2004: 47)[2] antara lain siswa mudah dipecah
menjadi berpasangan, lebih banyak ide yang
muncul dan tugas yang bisa diselesaikan
daripada kelompok berpasangan atau bertiga.
Model Kooperatif tipe Two Stay-Two
Stray terdiri dari tiga tahap utama, yaitu (1)
tahap kerja kelompok,(2) tahap sharing
Konsep fluida merupakan salah satu
konsep yang terintegrasi dalam mekanika,
diajarkan pada siswa SMA kelas XI IPA
semester II.
Fluida adalah zat yang dapat mengalir
dan memberikan sedikit hambatan terhadap
perubahan bentuk ketika ditekan. Yang
termasuk fluida adalah zat cair dan gas . Fluida
dibagi
atas dua studi yaitu fluida statis
(hidrostatis) mempelajari tentang fluida tak
bergerak
(diam)
dan
fluida
dinamis
(hidrodinamis) mempelajari tentang fluida
bergerak (mengalir) (Kanginan , 2004 : 149)[4]
Penerapan fluida statis dalam percobaan
fisika sehari-hari adalah penerapan hukum
Pascal, hukum Archimedes,dan persamaan
hidrostatis.
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan
penelitian tindakan yang terfokus dalam
kegiatan di kelas sehingga penelitiannya berupa
Penelitian Tindakan Kelas.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
96
Fadiyah Suryani
B. Desain Penelitian
Dalam
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) model spiral yang dikembangkan oleh
Kemmis dan Taggart (1988). (Robin
McTaggart, 1993: 31)[5]
Model tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
Menurut model spiral dari Kemmis dan
Taggart, penelitian tindakan kelas dilaksanakan
dalam 4 tahap dalam setiap siklus, yaitu tahap
perencanaan (plan), tahap tindakan (act), tahap
pengamatan (observe), dan tahap refleksi
(reflect).
1) Siklus I
a. Perencanaan
Menyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Lembar Diskusi Siswa
(LDS),
kartu
sharing
pendapat
antarkelompok,
lembar
observasi
pelaksanaan pembelajaran, angket motivasi
belajar Fisika siswa, angket respon siswa
terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan
Model Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray
bervariasi
demonstrasi,
soal
tes,
pembentukan kelompok belajar siswa, dan
menyiapkan alat peraga yang dibutuhkan
dalam demonstrasi.
b. Tindakan
Tindakan dalam penelitian ini yaitu
berupa penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray
bervariasi demonstrasi. Adapun secara garis
besar, tahap-tahap pelaksanaan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Two StayTwo Stray bervariasi demonstrasi, yaitu: (1)
demonstarasi alat, (2) tahap kerja
kelompok, (3) sharing pendapat antar
kelompok, (4) pelaporan kelompok.
c. Observasi
d. Refleksi
2) Siklus II
Secara
garis
besar,
tahap-tahap
pelaksanaan siklus II sama dengan siklus I.
Namun, perencanaan tindakan pada siklus II
didasarkan pada hasil refleksi pelaksanaan
siklus I.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu (1) lembar obesrvasi pelaksanaan
pembelajaran, (2) angket respon siswa, (3) soal
tes akhir siklus, (4) dokumen pembelajaran.
D. Teknik Analisis Data
Reduksi data, deskriptif, kuantitatif dan
triangulasi data
.
Peningkatan Prestasi Siswa….
PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Tindakan Kelas
1.
Berdasarkan hasil angket respon siswa
terhadap pelaksanaan pembelajaran Model
Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray , dapat
dilihat presentase skor tiap indikator pada
tabel 1.
Tabel 1. Hasil Angket Respon Siswa terhadap
Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two
Stray
No.
Aspek
1.
Belajar kelompok
2.
3.
4.
Kerja sama dalam
kelompok
Sharing pendapat
antar-kelompok
Keseluruhan
proses
pembelajaran
Rata-Rata
Persentase
Kualifikasi
82 %
Tinggi
87 %
Tinggi
85 %
Tinggi
82 %
Tinggi
84 %
Tinggi
Gambar 1. Grafik hasil tes siklus 1 dan siklus 2
2.
Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran
dengan Model Kooperatif tipe Two Stay Two
Stray
Penelitian
tindakan
kelas
ini
dilaksanakan dalam dua siklus dengan empat
kali pertemuan (6 jam pelajaran), yaitu siklus
I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan (3
jam pelajaran) dan siklus II dilaksanakan
dalam dua kali pertemuan (3 jam pelajaran).
Pada setiap siklus, guru sudah berusaha
menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Two Stay-Two Stray bervariasi
demonstrasi dengan baik. Secara umum,
pelaksanaan
pembelajaran
berlangsung
dengan lancar walaupun terdapat beberapa
kendala yang menjadi keterbatasan peneliti.
Pada pertemuan I siklus I, siswa masih
merasa bingung dalam melaksanakan
pembelajaran dengan
a. Kerja kelompok
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
97
Fadiyah Suryani
Secara umum, kerja sama kelompok
belajar siswa pada setiap siklus berlangsung
dengan baik. Para siswa dapat saling
membantu dan bekerja sama dengan baik
dalam kelompok. Para siswa juga ulet dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan,
yaitu dengan bertanya kepada guru atau
teman bila mengalami kesulitan, berdiskusi
dengan serius, mencari informasi tambahan
dari buku-buku fisika, bahkan ada beberapa
kelompok yang berinisiatif untuk melakukan
peragaan untuk mendapatkan gambaran
mengenai kasus yang dihadapi.
Pada siklus I pertemuan I, diskusi
siswa dalam kelompok berlangsung cukup
baik. Namun, rata-rata hanya satu atau dua
siswa yang aktif berpendapat dalam
kelompok, sisanya masih pasif dalam
menyampaikan
pendapatnya.
Diskusi
kelompok pada pertemuan II berlangsung
lebih baik daripada pertemuan sebelumnya.
Keterlibatan siswa semakin terlihat pada
siklus II. Para siswa terlihat antusias dalam
berdiskusi kelompok untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan. Bahkan ada beberapa
kelompok yang berinisiatif untuk bekerja
sama
melakukan
peragaan
untuk
mendapatkan gambaran mengenai kasus yang
dihadapi.
b. Sharing pendapat antar-kelompok
Sharing pendapat antarkelompok pada
setiap siklus berlangsung dengan baik. Para
siswa dapat menjalankan perannya masingmasing dengan baik. Masalah yang peneliti
temukan dalam proses sharing pendapat pada
siklus I pertemuan I adalah ada beberapa
“siswa tamu” kurang tertib dalam berkunjung
(tidak mematuhi rute kunjungan). Hal
tersebut berdampak ada kelompok yang
mengalami kekosongan (kekurangan “siswa
tamu”).
Pada siklus I pertemuan II, “siswa tamu”
dapat mematuhi rute kunjungan yang telah
ditentukan. Namun, pada awal proses sharing
pendapat ini ada “siswa tamu” yang terlambat
berkunjung karena lalai belum selesai
menuliskan jawaban kelompok pada kartu
sehingga siswa terlihat berjejal pada satu
tempat karena “siswa tamu” dari kelompok
lain telah datang. Hal tersebut menyebabkan
proses kunjungan menjadi kurang tertib.
Proses sharing pendapat pada siklus II
berlangsung dengan lebih tertib daripada
sebelumnya.
c. Pelaporan kelompok
Tahap pelaporan kelompok pada setiap
pertemuan berlangsung dengan baik. Para
siswa dapat berdiskusi dan menyelesaikan
tugasnya dengan baik. Hasil tes akhir siklus
Peningkatan Prestasi Siswa….
Berdasarkan hasil tes yang dilaksanakan
pada akhir siklus I dan II, dapat dilihat
persentase ketuntasan hasil belajar siswa ,
pada siklus 1 terdapat 42 % siswa yang tuntas
dan pada siklus II 83% siswa yang tuntas.
B.
Pembahasan
Selama pelaksanaan tindakan pada setiap
siklus, peneliti sudah menerapkan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray
bervariasi demonstrasi dengan baik. Secara umum,
pelaksanaan pembelajaran berlangsung dengan
lancar walaupun terdapat beberapa kendala yang
menjadi keterbatasan peneliti. Pelaksanaan
pembelajaran dengan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray bervariasi
demonstrasi pada siklus I mengalami beberapa
kendala, yaitu kurangnya partisipasi siswa dalam
belajar
kelompok
dan
kurang
tertibnya
pelaksanaan sharing pendapat antar-kelompok. Hal
tersebut terjadi karena masih barunya Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray
bervariasi demonstrasi bagi siswa.
Pada tahap kerja kelompok, pada umumnya
kerja sama kelompok belajar siswa pada setiap
siklus berlangsung dengan baik. Para siswa dapat
saling membantu dan bekerja sama dengan baik
dalam kelompok. Para siswa juga ulet dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan, yaitu
dengan bertanya kepada guru atau teman bila
mengalami kesulitan, berdiskusi dengan serius,
mencari informasi tambahan dari buku-buku fisika,
bahkan ada beberapa kelompok yang berinisiatif
untuk melakukan peragaan untuk mendapatkan
gambaran mengenai kasus yang dihadapi. Diskusi
kelompok pada siklus I berlangsung cukup baik.
Beberapa siswa yang pada pertemuan I cenderung
pasif mulai menjadi aktif dalam berdiskusi pada
pertemuan-pertemuan berikutnya. Keterlibatan
siswa semakin terlihat pada siklus II. Para siswa
dapat menjalankan perannya masing-masing
dengan baik. Masalah yang peneliti temukan dalam
proses sharing pendapat pada siklus I adalah
kurang disiplinnya siswa dalam berkunjung
sehingga proses sharing pendapat berlangsung
kurang tertib. Namun demikian, proses sharing
pendapat pada siklus II dapat berlangsung lebih
tertib daripada sebelumnya, walaupun masih ada
kelompok yang berlebih “siswa tamu” akibat
perbedaan kecepatan dalam sharing yang tidak
dapat dihindari. Tahap selanjutnya yaitu tahap
pelaporan kelompok berlangsung dengan baik pada
setiap siklus dan tidak mengalami kendala apapun.
Para siswa dapat berdiskusi dan menyelesaikan
tugasnya dengan baik.
Pelaksanaan pembelajaran fisika dengan
Model Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray
bervariasi demostrasi direspon positif oleh siswa.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
98
Fadiyah Suryani
Peningkatan Prestasi Siswa….
Berdasarkan hasil angket respon siswa terhadap
pelaksanaan
pembelajaran
dengan
Model
Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray, diketahui
rata-rata persentase skor dari aspek-aspek
pembelajaran berada dalam kategori tinggi, yaitu
sebesar 84%.
Adapun ketuntasan hasil belajar siswa
ditentukan oleh Kriteria Ketuntasan Minimal SMA
Negeri 5 Yogtakarta yaitu sebesar 75. Berdasarkan
hasil tes akhir siklus, diketahui bahwa banyaknya
siswa yang tuntas dalam belajar fisika mengalami
peningkatan yang cukup besar pada siklus II
dibanding siklus I, yaitu dari 42 % pada siklus I
menjadi 83 % pada siklus II dari 36 siswa yang ada
di kelas XI IPA 2 SMA Negeri 5 Yogyakarta tahun
pelajaran 2012/2013.
REFERENSI
1. Suherman Erman. 2003. Common Text Book (Edisi
Revisi),
Strategi
Pembelajaran
Matematika
Kontemporer. Bandung: JICA
2. Lie Anita. 2004. Cooperative Learning,
Mempraktikkan Cooperative Learning di RuangRuang Kelas. Jakarta: PT Grasindo
3. Slavin Robert E. 2009. Cooperative Learning Teori
Riset dan Praktik. Bandung : Nusa Media
4. Kanginan Marthen. 2004. Fisika 2B untuk SMA kela
XI. Jakarta: Erlangga
5. Mc. Taggart, Robin, 1991, “Action Reserch: A Short
Modern History, Victoria:Deakin University Press.
Selain itu, adanya respon positif siswa
terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan Model
Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray bervariasi
demonstrasi dan peningkatan persentase ketuntasan
hasil belajar siswa mengindikasikan bahwa Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray
juga telah mendukung proses belajar fisika siswa
kelas XI IPA 2 SMA Negeri 5 Yogyakarta.
Terdapat dua macam faktor yang mempengaruhi
proses dan hasil belajar siswa, yaitu faktor dalam
(internal) dan faktor luar (eksternal). Dalam hal ini
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two StayTwo Stray berperan sebagai faktor eksternal,
sedangkan motivasi belajar merupakan faktor
internal.
Meningkatnya presentase ketuntasan hasil
belajar siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 5
Yogyakarta, dari siklus I ke siklus II merupakan
indikator keberhasilan dalam penelitian ini. Hasil
penelitian yang telah diperoleh menunjukkan
bahwa
indikator keberhasilan tersebut telah
terpenuhi sehingga siklus III tidak diperlukan.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan,
dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut :
1. Model pembelajaran kooperatif tipe Two StayTwo Stray bervariasi demonstrasi dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Ini
dibuktikan pada siklus 1 presentase ketuntasan
42 % sedangkan pada siklus 2 presentase
ketuntasan 83%.
2. Berdasarkan hasil angket respon siswa terhadap
model pembelajaran kooperatif tipe Two StayTwo Stray bervariasi demonstrasi diperoleh
hasil dengan kualifikasi tinggi dengan
presentase 84 %, sehingga pembelajaran ini
dapat diterima dengan baik oleh siswa.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
99
Nunik Sri R.
Penerapan Model Pembelajaran….
Penerapan Model Pembelajaran Everyone Is Teacher Materi
Listrik Statik Pada Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa Kelas XII IPA SMAN 8 Yogyakarta
Nunik Sri Ritasari*, Supriyana dan Ahmad Hinduan
Program Magister Pendidikan Fisika, Program Pascasarjana
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Kampus II, Jl. Pramuka 42 Lt.3, Yogyakarta 55161
*
Surel : [email protected]
Intisari - Proses pembelajaran fisika di kelas XII IPA SMAN 8 Yogyakarta menunjukkan kurang dari 65% siswa berada
dibawah KKM. Siswa agar terlibat aktif dan mendapat prestasi belajar diatas KKM terutama materi listrik statis maka
guru dituntut untuk menguasai materi dan menggunakan berbagai metode pembelajaran. Metode pembelajaran Everyone is
Teacher adalah salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dimana siswa yang
mendapat nilai tertinggi atau memiliki kemampuan yang tinggi dalam setiap kelas untuk memberikan penjelasan kepada
siswa yang mendapat nilai dibawah KKM atau yang memiliki kemampuan rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah
meningkatkan prestasi belajar siswa materi listrik statis pada pembelajaran fisika dengan penerapan model pembelajaran
everyone is teacher dikelas XII IPA SMAN 8 Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus dan tiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas XII IPA SMAN 8 Yogyakarta
yang berjumlah 30 orang. Teknik pengumpulkan data yang digunakan meliputi observasi dan tes hasil belajar pada akhir
siklus. Untuk analisis data digunakan teknik analisis kualitatif yang terdiri dari penyajian data dan penarikan kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Everyone is Teacher dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa melalui pembelajaran fisika. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat melalui hasil tes setiap siklus dan
observasi materi listrik statis. Rata-rata nilai persentase capaian hasil belajar siswa pada pra siklus sebesar 54,33%, pada
siklus I sebesar 76,46%, dan pada siklus II sebesar 81,95%. Rata-rata nilai persentase capaian setiap indikator dari
observasi partisipasi siswa pada pra siklus adalah 43,90%, pada siklus I sebesar 62,93% dan pada siklus II sebesar
78,05%. Dengan demikian model pembelajaran Everyone is Teacher dapat digunakan sebagai alternatif untuk
meningkatkan hasil belajar siswa materi listrik statis pada pembelajaran fisika di kelas XII IPA SMAN 8 Yogyakarta
Kata kunci: Listrik statis, model pembelajaran Everyone is teacher, hasil belajar
PENDAHULUAN
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat
penting dalam menentukan perkembangan dan
pembangunan bangsa dan Negara, Kemajuan suatu
bangsa bergantung pada bagaimana bangsa
tersebut mengenali, menghargai dan memanfaatkan
sumber daya manusia dalam hal ini berkaitan erat
dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada
anggota masyarakat terutama peserta didik.
Fisika merupakan salah satu ilmu sains yang
biasanya dipelajari melalui pendekatan secara
matematis sehingga seringkali ditakuti dan menjadi
momok dan memiliki kecenderungan tidak disukai
oleh anak-anak. Biasanya anak yang memiliki
kecerdasan
logical
matematika
cenderung
menyukai fisika, karena ilmu sains tersebut saling
erat hubungannya. Belajar fisika bukan hanya
sekedar tahu matematika, tetapi bagaimana peserta
didik mampu memahami konsep yang terkandung
di dalamnya, menuliskannya ke dalam parameter
atau simbol fisis, memahami permasalahan serta
menyelesaikannya secara matematis. Dalam
pembelajaran
fisika
pemahaman
konsep
merupakan syarat mutlak dalam mencapai
keberhasilan belajar fisika. Hanya dengan
penguasaan konsep fisika seluruh permasalahan
fisika dapat dipecahkan, baik
permasalahan
fisika yang ada dalam kehidupan sehari-hari
maupun permasalahan fisika dalam bentuk soalsoal fisika di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa
pelajaran fisika bukanlah pelajaran hafalan tetapi
lebih menuntut pemahaman konsep bahkan
aplikasi konsep. Contoh materi listrik statis
merupakan materi yang banyak sekali ditemukan
pada lingkungan sekitar siswa contohnya
bagaimana terjadinya listrik statis melalui proses
penggosokan, cara memperoleh muatan listrik
melalui induksi dan konduksi, mendeteksi muatan
melalui percobaan elektroskop, pengosongan
muatan listrik dan proses terjadinya petir,
pengosongan muatan listrik tanpa menimbulkan
kerusakan dengan menggunakan penangkal petir,
hukum Coulomb dan kuat medan listrik, serta
penerapannya dalam perhitungan (Susanto,2005).
Materi tersebut merupakan materi yang sering
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga
akan lebih mudah kalau siswa dapat memahami
konsep bukan sekedar hafalan saja. Materi listrik
statis merupakan sebagai dasar dalam mempelajari
materi listrik berikutnya. Sehingga apabila materi
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
100
Nunik Sri R.
listrik statis tidak faham konsep maka materi
selanjutya tidak faham juga.
Menurut Duxes (1996:4) dalam proses tersebut
ditemukan sejumlah aturan atau hukum-hukum di
alam yang dapat menerangkan gejala alam tersebut
secara logis dan rasional. Berdasarkan hal tersebut
maka peserta didik diharapkan mampu menguasai
pelajaran fisika tidak hanya menghafal namun
konsep gejala fisika yang terjadi.
Menurut Bloom dalam (Nana Sudjana, 1995)
kemampuan pemahaman konsep adalah hal penting
dalam kemampuan intelektual yang selalu
ditekankan di sekolah dan Perguruan Tinggi.
Kemampuan pemahaman konsep suatu materi
subjek merupakan hal terpenting dalam
pengembangan intelektual.
Berdasarkan observasi awal dikelas XII SMAN
8 Yogyakarta dalam proses pembelajaran terutama
materi listrik statis banyak siswa yang belum aktif
dan pasif dalam kegiatan belajar sehingga hasil
belajar yang diperoleh dari tahun ketahun banyak
yang masih dibawah KKM sehingga sering
mengalami remidial. Kebanyakan lebih dari 60%
siswa hanya mengahafal materi yang diberikan
guru sehingga apabila diberi rumus dan
permasalahan yang berbeda siswa merasa
kesulitan. Hasil observasi awal pada kegiatan
pembelajaran sebanyak rata-rata 19 siswa dari 30
(63%) tidak tuntas. Padahal materi lain biasanya
jauh lebih tinggi prosentase diatas 70%
kelulusannya. Hal tersebut yang menjadi
permasalahan mengapa hanya pada materi listrik
statis tidak semua siswa dapat menguasai materi
tersebut. Berdasarkan tersebut maka timbul
beberapa pertanyaan, apakah kualitas pembelajaran
dikelas kurang tepat dalam menggunakan materi
tersebut sehingga siswa sulit untuk memahami
konsep listrik statis.
Belajar merupakan serangkaian aktivitas yang
dilakukan siswa yang akan menghasilkan
perubahan tingkah laku dan kemampuan berpikir.
Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas.
Aktivitas belajar merupakan komponen yang harus
ada dalam proses pembelajaran, sehingga berperan
terhadap perubahan perilaku siswa (Sardiman,
2007:101). Aktivitas belajar dapat berupa interaksi
yang terjadi dalam proses pembelajaran, baik yang
terjadi antara pendidik dengan peserta didik
maupun antar peserta didik. Aktivitas belajar yang
rendah dapat menghambat proses perubahan
perilaku siswa, sedangkan aktivitas belajar yang
tinggi dapat membantu proses pencapaian
perubahan perilaku siswa.
Maka dari itu guru sebagai motivator
komunikator, fasilitator, model, evaluator, sumber
belajar dan administrator dalam belajar dikelas
dituntut untuk kreatif dalam menentukan model
atau metode yang tepat dalam kegiatan
pembelajaran. Salah satu strategi pembelajaran
yang dapat digunakan untuk meningkatkan
Penerapan Model Pembelajaran….
aktivitas belajar dan komunikasi di antara siswa
adalah strategi pembelajaran everyone is a teacher
pada materi listrik statis pada pembelajaran fisika.
Everyone is a teacher adalah strategi
pembelajaran
yang
sangat
tepat
untuk
mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan
dan secara individual. Strategi ini memberi
kesempatan kepada setiap peserta didik untuk
berperan sebagai guru bagi kawan-kawannya.
Strategi ini juga membuat peserta didik yang
selama ini tidak mau terlibat akan ikut serta dalam
pembelajaran secara aktif.
Melalui strategi pembelajaran everyone is a
teacher siswa dapat berpartisipasi aktif dengan
membuat pertanyaan, menjawab pertanyaan dan
menjelaskan di depan kelas, serta memberi
tanggapan terhadap jawaban dari siswa lain.
Strategi ini mendorong siswa untuk bertanya,
mengikutsertakan
semua
siswa
dalam
mengungkapkan gagasan dan menilai gagasan
yang diungkapkan sesama siswa. Aktivitas siswa
dalam pembelajaran yang dapat ditingkatkan
melalui penerapan strategi everyone is a teacher
adalah aktivitas melihat, berbicara, mendengarkan,
menulis, menggambar, mental, dan aktivitas
emosional. Bila
siswa aktif dalam proses
pembelajaran akan memungkinkan hasil belajar
siswa meningkat. Menurut Rohani (2004:178)
Hasil belajar adalah umpan balik dari apa yang
telah dilakukan dalam proses pembelajaran.
Sejalan dengan pendapat di atas Anni (2004:4)
menyatakan bahwa hasil belajar merupakan
perubahan yang diperoleh siswa setelah mengalami
aktivitas belajar. Jadi hasil belajar berkaitan
dengan proses dan aktivitas belajar siswa di dalam
pembelajaran.
Melalui penerapan pembelajaran everyone is
teacher setiap siswa dapat menjadi seorang guru
pada konsep Listrik statis ini, diharapkan dapat
merespon keluhan akan rendahnya pemahaman
konseptual siswa. Maka penelitian ini bertujuan:
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa materi
listrik statis pada pembelajaran fisika dengan
penerapan model pembelajaran everyone is teacher
dikelas XII IPA SMAN 8 Yogyakarta. Dimana
setiap siswa berperan menjadi seorang guru
didalam proses pembelajaran dikelas.
METODE PENELITIAN
Subjek penelitian adalah siswa kelas XII
SMAN 8 Yogyakarta, variabel peneltian adalah
metode everone is teacher sebagai variabel bebas,
variabel terikat adalah prestasi belajar siswa.
Tekhnik pengumpulan data dengan menggunakan
tes dan pengumpulan observasi partisipasi siswa
pada tiap siklus.
Penelitian
yang
digunakan
dengan
menggunakan metode penelitian tindakan kelas
(PTK)
dengan
tahapan
sebagai
berikut:
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
101
Nunik Sri R.
Penerapan Model Pembelajaran….
Perencanaan-Pelaksanaan-Pengamatan- Refleksi.
Siklus I : 1) Tahap Perencanaan pada tahap awal
dilakukan
menyusunan
rencana
persiapan
pembelajaran (RPP) tentang listrik statis dan
menyiapkan lembaran observasi partisipasi dan
mempersiapkan alat
evaluasi.
2)
Tahap
Pelaksanaan Proses pembelajaran menggunakan
everyone is teacher 3) Observasi dan Evaluasi
Guru melakukan observasi pada setiap siswa untuk
mendokumentasi proses,berbagai situasi dan faktor
yang bisa muncul dan berkembang selama
pelaksanaan pembelajaran berlangsung, sedangkan
pada kegiatan evaluasi siswa mengerjakan soal
evaluasi 4) Refleksi Pada tahap ini guru sekaligus
sebagai observer mengadakan evaluasi terhadap
proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Hasil evaluasi ini selanjutnya digunakan sebagai
bahan penyusunan dan merencanakan tindakan
berikutnya. Siklus II : 1) Tahap Perencanaan Pada
tahap ini dipersiapkan rencana persiapan
pembelajaran yang telah disusun tentang listrik
statis menyiapkan angket observasi partisipasi
siswa serta mempersiapkan alat evaluasi 2) Tahap
Pelaksanaan Proses pembelajaran menggunakan
everyone is teacher 3) Observasi dan Evaluasi
Pada tahap ini dilakukan observasi untuk dijadikan
dasar dalam merancang dan merumuskan rencana
tindakan kelas selanjutnya untuk memperoleh hasil
yang sesuai dengan tujuan penelitian. 4) Refleksi
Pada tahapan ini guru sekaligus sebagai observer
mengadakan
evaluasi
terhadap
proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil diolah
dengan menggunakan analisis deskriptif dari
angka-angka yang didapat.
HASIL DAN DISKUSI
Setelah melakukan penelitian dengan model
everyoene is teacher diharapkan para siswa aktif
saling melengkapi dan memahami konsep
pembelajaran fisika sehingga partisipasi belajar
siswa pada listrik statis dapat meningkat. Apabila
siswa aktif maka prestasi belajar akan meningkat.
Aktivitas yang dilakukan dalam pembelajaran
mula-mula menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) tentang listrik statis sebagai
acuan
dalam
proses
pembelajaran.Untuk
mendapatkan data tentang penelitian dilakukan
observasi bekerjasama dengan Kolaborator (mitra
kerja) guru Fisika yang lain dalam satu sekolah.
Dengan cara mengamati aktivitas partisipasi siswa
selama KBM dengan menggunakan instrumen
pengamatan yang telah dipersiapkan, memantau
pelaksanaan tes hasil belajar terhadap perlakuan
dibantu oleh guru lain.
Hasil Belajar Siswa
Setelah mengetahui permasalahan yang
dihadapi siswa,maka untuk pembelajaran Fisika
pada konsep listrik statis guru mencoba
memanfaatkan potensi bagi siswa yang memiliki
kemampuan akademis tinggi dengan menggunakan
every one is teacher, Dengan model ini diharapkan
para siswa aktif berpartisipasi saling melengkapi
dan memahami materi yang sedang dipelajari di
kelas. Pada perlakuan pertama siswa mulai
menyesuaikan dengan metode everyone is techer
dimana siswa mulai terlihat keaktifannya dengan
mencari bahan pembelajaran dari buku-buku
mengenai tema yang telah ditugaskan. Hasil yang
di dapat dalam siklus I dalam tabel 1.
Tabel 1. Hasil belajar siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran everyone is teacher.
Kriteria hasil
belajar
Tinggi
Sedang
Kurang
Kurang sekali
Jumlah
Sebelum
6 (20%)
3(10%)
11(36%)
10 (33%)
30
Hasil belajar
Sesudah
Tes 1
Tes II
9(30%)
18 (60%)
4(13,3%)
10(33%)
11(36%)
2(6%)
6(20)
30
30
Berdasarkan Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa
ada peningkatan hasil belajar antara sebelum dan
sesudah perlakuan Kecilnya peningkatan hasil
belajar pada Tes I antara lain disebabkan pada
proses pembelajaran dengan menggunakan model
everyone is teacher guru masih sulit untuk
mengaktifkan siswa dalam setiap siswa membuat
soal dan mempresentasikan serta menyanggah di
depan kelas. Pada siklus ini dapat dikatakan masih
dalam adaptasi dalam proses pembelajaran. Pada
Tes II terlihat peningkatan hasil belajar, ini
disebabkan anak dalam proses pembelajaran sudah
terbiasa dengan model pembelajaran everyone is
teacher. Ketuntasan belajar siswa dapat dilihat
pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil belajar siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran everyone is teacher.
Kriteria hasil
belajar
Tuntas
Tidak Tuntas
Sebelum
54,3%
44,7%
Hasil belajar
Sesudah
Tes 1
Tes II
76,46%
81,95%
23,54%
18,05%
Berdasarkan tabel 2 terdapat perbedaan pada
sebelum dan sesudah perlakuan terutama pada tes I
dan Tes II. Ketidaktuntasan ini diduga siswa belum
terbiasa dengan pembelalaran everyone is teacher.
Berdasarkan hasil observasi aktifitas dalam
partisipasi siswa selama proses pembelajaran siklus
pertama ini pelaksanaannya belum sesuai dengan
metode everyoene is teacher. Masih ada siswa
yang bekerja belum aktif, tidak mau mengikuti
metode dengan baik untuk mengajukan pertanyaan
dan menanggapi serta presentasi sebagai, seorang
guru di depan kelas menuntut untuk mengaktifkan
siswa nya lebih giat dengan merefleksikan hasil
dari siklus I. Pada Tes II siswa yang tuntas
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
102
Nunik Sri R.
Penerapan Model Pembelajaran….
sebanyak 81,95% dan belum tuntas 18,05%. Hal
ini menunjukkan terjadi peningkatan ketuntasan
belajar individu antara tes I dan tes II. Pada siklus
kedua ini proses pembelajaran sudah hampir sesuai
dengan metode everyone is teacher, hanya ada
beberapa siswa yang masih sukar untuk
berinteraksi dengan siswa lain maupun dengan
guru.
Partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran
everyone is teacher dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil observasi partisipasi siswa dalam
pembelajaran everyone is teacher.
Kriteria
partisispasi
siswa
Aktif
Pasif
Partisipasi Siswa
Sesudah
Sebelum
Tes 1
Tes II
43,90%
62,93%
78,05%
56,10%
37,07%
21,95%
Berdasarkan tabel 3 mengenai partisipasi
siswa selama pembelajaran everyone is
teacher kesulitan yang dihadapi guru bahwa
pada siklus I siswa masih dalam mengalami
transisi pada metode everyone is teacher
hanya beberapa siswa saja yang aktif,
namun pada siklus kedua sudah dapat dilihat
peningkatan siswa, hal ini disebabkan siswa
sudah mulai beradaptasi dengan model yang
digunakan. Guru juga sudah dapat
menyesuaikan
dengan
waktu
yang
digunakan dalam proses pembelajaran yang
dilakukan. Jadi antara guru dan siswa sudah
mampu beradaptasi dengan metode yang
digunakan dalam proses pembelajaran
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran everyone
is techer dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa dan keaktifan siswa dalam
melakukan proses pembelajaran fisika
materi listrik statis pada siswa Kelas XII
SMAN 8 Yogyakarta. Diharapkan hasil
penelitian ini merupakan wacana bagi guru
lain untuk menerapkan metode everyone is
teacher pada materi listrik statis sehingga
siswa dapat dengan mudah untuk
memahami materi tersebut sehingga hasil
belajar siswa meningkat diatas KKM
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi,
dkk.,
Penelitian
Tindakan Kelas. Bumi Aksara: Jakarta, 2006.
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar
Mengajar, Sinar Baru Algesindo: Bandung,
1995.
Nasution, S., Berbagai Pendekatan dalam
Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bina
Aksara, 1982.
Sardiman, A.M., Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2007.
Wiriaatmadja, R. Metode Penelitian Tindakan
Kelas. Bandung: Rosadakarya, 2005.
Zaini, Hisyam dkk., Strategi Pembelajaran
Aktif. Insan Madani, Yogyakarta, 2008.
Duxes, Herbert, Kompedium didaktik fisika.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996
Susanto, Handy, S.Psi : Penerapan multiple
intelligences dalam sistem pembelajaran,
Jurnal Pendidikan Penabur, Jakarta, 2005
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
103
Hubungan Kebiasaan Bermain ….
Pamuji Waskito R
HUBUNGAN KEBIASAAN BERMAIN GAME, MINAT BELAJAR FISIKA DAN
FASILITAS BELAJAR FISIKA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS II
SEMESTER III SMU TAMAN MADYA JETIS
Pamuji Waskito Raharjo
Program Magister Pendidikan Fisika, Program Pascasarjana
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Kampus II, Jl. Pramuka 42 Lt.3, Yogyakarta 55161
Surel : [email protected]
Intisari. Penelitian ini secara deduktif bertujuan untuk mengetahui kecendrungan Kebiasaan Bermain Game, Minat Belajar
Fisika dan Fasilitas Belajar Fisika dengan Prestasi Belajar Siswa sedangkan secara korelatif bertujuan untuk mengetahui
Hubungan Kebiasaan Bermain Game, Minat Belajar Fisika Dan Fasilitas Belajar Fisika dengan Prestasi Belajar Siswa.
Populasi penelitian terdiri 5 kelas berjumlah 180 siswa, di ambil sample 123 berdasarkan tabel krecje. Pengumpulan data
dilakukan dengan metode angket dan metode tes. Untuk mengetahui validitas butir angket dan tes digunakan rumus korelasi
produk moment. Untuk mengetahui reliabilitas angket digunakan rumus Alpha Cronbach, sedangkan untuk mengetahui uji
kehandalan tes prestasi belajar fisika digunakan rumus KR-20. Pengujian hipotesis dilakukan dengan rumus Regresi ganda
tiga preditor dan kolelasi parsial yang sebelumnya dilakukan uji persyaratan analisis yang meliputi uji normalitas sebaran
dan uji linieritas hubungan.
Hasil penelitian secara deskriptif menunjukan bahwa kecendrungan kebiasaan bermain game dalam katagori tinggi. Minat
belajar fisika dan prestasi belajar fisika katagori tinggi. Hasil penelitian ini secara korelatif menunjukan adanya hubungan
negatif dan sangat signifikan antara kebiasaan bermain game dengan prestasi belajar. Adanya hubungan positif dan
signifikan antara minat dan fasilitas dengan prestasi belajar fisika. Selanjutnya dengan analisis regresi ganda didapat ada
hubungan positif dan sangat signifikan antara kebiasaan bermain game, minat, fasilitas dengan prestasi belajar fisika.
Besarnya sumbangan efektif antara kebiasaan bermain game, minat belajar fisika, fasilitas belajar fisika ditunjukan dengan
uji statistik regresi ganda tiga predator diperoleh koefisien (R) sebesar 0,436 (R 2) sebesar 0,190 dan F sebesar 9,303 dengan
p sebesar 0,000. Besarnya sumbangan efektif ketiga predator adalah 18,998 % yang terdiri dari kebiasaan bermain game
sebesar 7,869 %, minat belajar fisika sebesar 5,941 % dan fasilitas belajar fisika sebesar 4,976 %.
Kata Kunci: kebiasaan bermain game, minat belajar, fasilitas belajar, prestasi belajar fisika.
PENDAHULUAN
Sistem pendidikan nasional merupakan upaya
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam
mewujudkan masyarakat yang adil ada makmur
serta
memungkinkan
para
warganya
mengembangkan dirinya dari segala aspek baik
jasmani maupun rohani. Untuk meningkatkan mutu
pendidikan haruslah diupayakan oleh semua pihak
yang berkait dalam proses pendidikan baik oleh
pemerintah, guru, orang tua siswa itu sendiri.
Rendahnya daya serap siswa tersebut disebabkan
siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari
materi fisika, kesulitan siswa dalam belajar dapat
disebabkan oleh berbagai faktor. Sedangkan untuk
meningkatkan prestasi siswa sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai, tentu kita juga
menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi
dalam belajar yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari
dalam diri individu antara lain minat, IQ, motivasi
dan lain lain. Faktor Eksternal yaitu faktor yang
berasal dari luar diri siswa yang berupa kebiasaan
berbain game, fasilitas belajar fisika, metode
pengajaran fisika, lingkungan sekolah, lingkungan
sosial, keluarga dan lain lain.
Kesulitan belajar siswa yang dihadapi siswa
dalam proses belajar ditandai adanya hambatanhambatan dalam mencapai tujuan belajar serta
ditandai pula dengan prestasi belajar yang rendah
dibawah KKM. Dengan dengan demikian siswa
mengalami kesulitan belajar fisika merupakan
siswa yang tidak mampu mencapai tingkat
penguasaan materi pembelajaran fisika sehingga
prestasi belajar rendah.
Kata game tidak lepas dari permainan. Kita
dapat mengenal sejak usia balita sampai saat ini
seiring dengan perkembangan zaman khususnya
dalam bidang informasi mengakibatkan jenis
permainan mengunakan alat-alat elektronik, sifat
permainan adalah penghibur tetapi jika kita terlalu
serius semakin kita menggunakan permainan
tersebut akan berdampak negatif bagi siswa. Pada
zaman teknologi seperti saat ini dimana informasi
sudah tidak ada batas teritorial dan waktu lagi yang
membedakannya. Perkembangan game mengalami
kemajuan pesat dimulai dari permainan tradisional
sampai pada game interaktif dan dapat dimainkan
oleh beberapa orang sekaligus. Teknologi yang
semakin
berkembang
selaras
dengan
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
104
Pamuji Waskito R
perkembangan zaman mampu menciptakan
bermacam-macam permainan yang dibentuk dalam
bentuk gambar yang dimunculkan dalam televisi,
HP atau juga Tablet dengan nama lain permaian
game sebagaimana diketahui bahwa game
memberikan pengaruh dalam kehidupan sosial dan
pendidikan. Program program game pada dasarnya
dapat dijadikan sebagai sarana hiburan, namun hal
tersebut belum dapat dilakukan sepenuhnya
kebanyakan game sekarang lebih menyajikan
tayangan berdampak sosial seperti ketangkasan,
perlombaan dan pertarungan, dari game seperti
Plays station 1,2, dan 3, nintendo, time zone
sampai permainan yang ada di aplikasi program
komputer, Hp, Tablet hampir dimana tempat dari
rumah kantor dipingir jalan sampai di tempattempat yang menyediakan permainan. Dengan ini
permainan game membuat lupa siswa akan waktu
belajar, di sebabnya banyaknya permainan yang
akan dicoba atau dimainkan oleh siswa. Hal ini
dapat menyebabkan prestasi belajar siswa
menurun, sebab siswa cenderung bermain game
dari pada mempelajari mata pelajaran khususnya
pelajaran fisika, banyak dampak buruk dalam
prestasi belajar bila seorang siswa cenderung
bermain. Sebagai orang tua tidak lepas dari
tanggung jawab motivasi kegiatan anak, termasuk
diantaranya bagaimana anak tersebut mengatur
waktu belajarnya. Kita sering bingung ketika anakanak tampak dengan belajar, berbagai cara telah
dicoba agar mereka mau berdisiplin mematuhi
waktu belajar mereka, mulai dari teguran lembut,
janji untuk memberikan hadiah jika nilai mereka
bagus, omelan bahkan sampai hukuman, tetapi
tetap saja waktu belajar mereka lebih diproritaskan
untuk bermain game, menonton Tv membaca
komik.
Kita amani lebih lajut, anak sekarang
memang punya kecendrungan untuk lebih nyaman
familier dengan komputer, Hp, tablet, Internet,
game zone, Play Station dan berbagai permainan
lainnya yang mengunakan teknologi digital dimana
mereka dengan suka cita rela menghabiskan waktu
berjam-jam untuk menikmati sarana dan fasilitas
tersebut, sedangkan waktu belajar akhirnya
terampas dari mengunakan hal-hal yang lain yang
lebih dinikmati.
Orang tua perlu mengenal apa penyebab anak
yang kurang menunjukan minat belajar fisika,
mungkin mereka tidak mau belajar pelajaran fisika
dirasakan sulit karena susah berkonsentrasi,
pelajaran terlalu berat sehingga tidak sesuai
kapasitas kemampuan mereka, suasana rumah
kurang mendukung atau ada masalah disekolah.
Anak-anak juga perlu tahu bahwa rumah adalah
tempat yang aman mendapatkan perhatian dari
orang tua. Banyak orang tua menyediakan fasilitas
permainan game didalam ruma dengan harapan
anak tidak main keluar rumah. Tetapi dengan tidak
adanya pengawasan karena orang tua sibuk bekerja
Hubungan Kebiasaan Bermain ….
fasilitas bemain tersebut bisa menganggu waktu
belajar anak. Dengan adanya sarana dan fasilitas
belajar fisika, maka dapat mempengaruhi semangat
belajar siswa. Siswa yang mendapat fasilitas untuk
belajar, maka akan mempunyai motivasi dan
semangat belajar yang meningkat.
TINJAUAN PUSTAKA
Kebiasaan bermain game
Kebiasaan merupakan suatu cara bertindak yang
telah dikuasai yang bersifat tahan uji (Presisten),
seragam dan banyak sedikit otomatis (Bochori M,
Education Psikologi). Jadi kebiasaan bermain
game dan akan bersifat tahan uji dan otomastis
berhenti dengan kesadaran. Bermain adalah
melakukan sesuatu (dengan alat dan sebagainya),
untuk ber senang senang saja atau berbuat
bersenang senang saja (Purwodarminto, Kamus
bahasa Indonesia). Pengertian game dapat
dirumuskan suatu perlengkapan elektronik bahwa
pada dasarnya adalah sama dengan gambar hidup
meiputi gambar dan suara (Oemar Hamalik, media
pendidikan) Kata Game tidak lepas dari permainan
kita mengenal game adalah menghibur tetapi jika
terlalu serius dan semangkin lama kita mainkan
tersebut akan berdampak negatif bagi kita pribadi.
Dari uraian kebiasaan bermain game yang
dimaksud kebiasaan bermain adalah tingkah laku
yang tahan uji dengan suatu tindakan atau berbuat
dengan
sifat
relatif.
Kebiasaan
tersebut
berlangsung secara otomatis memlui proses.
Apabila kebiasaan tersebut dicondongkan dengan
bermain karena bermain bersifat bersenang-senang
saja makaakhirnya siswa yang suka bermain game
mendapat suatu akibat dari permainan itu. Dengan
kebiasaan bermain game berakibat siswa menjadi
malas belajar, banyak mata pelajaran disekolah
yang ditinggal dan akan berakibat pada
menurunnya prestasi belajar fisika.
Minat belajar fisika
Minat adalah kecendrungan yang menetapkan
dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang
tertentu dan merasa senang berkecimpung pada
bidang itu (Winkel, Spikologi Pendidikan dan
evaluasi belajar). Belajar adalah suatu proses yang
kompleks dan terjadi pada diri setiap orang
sepanjang hidupnya proses belajar ini terjadi
karena adanya interaksi antara seseorang dengan
lingkungan, salah satu petanda bahwa seseorang
itu telah belajar adalah perubahan tingkahlaku pada
diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh
terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan,
keterampilan dan sikap (Ashar arsyad, Media
pembelajaran). Fisika berasal dari bahasa Yunani
yaitu Fusis yang berarti alam. Sehubungan dengan
itu fisika sering didefinisikan sebagai ilmu yang
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
105
Pamuji Waskito R
mempelajari fenomena alam (M Amin benda
Paddusa, Alat-alat Praktikum). Fisika diartikan
juga ilmu yang mempelajari gejala-gejala alam
dan benda-benda mati ( Bob Foster Fisika SMU
Jilid 1). Peneliti menyimpulkan minat belajar
fisika adalah kecendrungan seseorang yang
kompleks dan menimbulkan rasa senang pada
bidang ilmu yang mendasar dari semua cabang
sains. Perasaan senang itu akan menimbulkan
suatu minat pada diri seseorang berkat pengalaman
dan latihan yang bersifat relatif sehingga
menimbulkan tingkah laku yang progesif dan
adaptif.
Fasilitas belajar fisika
Fasilitas belajar merupakan sarana penunjang
bagi proses belajar mengajar atau sarana
pendidikan adalah suatu fasilitas yang diperlukan
dalam proses belajar baik bergerak maupun tidak
bergerak agar tujuan pencapaian pendidikan dapat
berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien
(Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian suatu
Pendekatan Praktek). Fasilitas pendidikan
mempunyai peranan penting dalam pengajaran
ilmu pengetahuan alam yang memberikan
pengalaman yang sebenarnya terjadi. Dalam
peragaan masalah yang kongrit itu perlu kiranya
guru menyediakan alat alat pelajaran sebagai alat
peraga untuk dapat belajar dengan baik maka siswa
membutuhkan fasilitas belajar yaitu tempat belajar,
perabotan belajar dan alat tulis. (The Lieng Gie,
cara belajar yang efisien). Peneliti menyimpulkan
fasilitas belajar fisika adalah alat penunjang
pencapaian tujuan pendidikan yang lancar teratur,
efisien dan efektif khususnya disekolah menengah
umum, seperti labolatorium, tempat belajar,
perabotan belajar peralatan tulis alat peraga dan
buku pelajaran.
Prestasi belajar fisika
Prestasi belajar adalah penguasaan ilmu
pengetahuan
atau
keterampilan
yang
dikembangkan oleh mata pelajaran dan lazimnya
ditujukan oleh nilai yang diberikan oleh guru
(Purwodarminto, Kamus bahasa Indonesia).
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dari suatu
latihan pengalaman yang harus didukung oleh
kesadaran
(Sumadi
suryabrata,
Psikologi
pendidikan). Adapun peneliti menyimpulkan
prestasi belajar fisika yang dicapai untuk tingkat
penguasaan siswa terhadap materi fisika. Setelah
mengalami proses belajar fisika yang dinyatakan
dalam bentuk tes. Dan hasilnya diwujudkan dalam
bentuk angka atau nilai.
Hubungan Kebiasaan Bermain ….
METODELOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SMU Taman
Madya Jetis Yogjakarta. Jenis penelitian ini adalah
“eksposfakto yaitu suatu penyelidikan tentang
peristiwa yang sedang terjadi dan melalui data
yang ada untuk menentukan sebab-sebabyang
mempengaruhi peristiwa terjadi itu” (Arief
Furchan, Pengantar penelian dalam Pendidikan).
Sesuai dengan permasalahan penelitian ini
termasuk penelitian deskriptif korelatif. Dalam
penelitian terdapat empat variabel dimana tiga
variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel
bebas adalah variabel penyebab atau indentpenden
variabel seangkan variabel terikat adalah variabel
tak bebas,variabel tergantung atau dependent
variabel (Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian
suatu Pendekatan Praktek). Populasi di SMU
Taman Madya Kelas II Terdiri lima kelas A,B,C,D
dan E dengan jumlah 180 siswa dengan
mengunakan tabel Krecje dengan populasi 180
maka semplenya 123. Atu tiga kelas A,B dan C.
Tabel ini untuk kesalahan 5% (Sugiyono, Statistik
untuk penelitian). Teknik mengupulkan data dalam
penelitian ini mengunakan metode angket untuk
variabel bebas dan tes untuk variabel terikat. Untuk
mendapat alat ukur yang valid reliabel dan
memenuhi persyaratan maka dilakukan uji coba
instrumen dalam penelitian ini dilakukan
mengunakan uji validitas butir soal dengan korelasi
product moment yang dikemukan oleh pearson dan
uji reliabilitas instrumen untuk metode angket
mengunakan rumus Alpha Cronbach sedangkan
metode tes KR-20. Untuk teknik analisis data
dengan hasil yang obyektif teliti dan cermat. Untuk
menguji hipotesis ada dua syarat yaitu data harus
didistribusi normal dan hubungan antara dua
variabel adalah linier.untuk itu digunakan analisis
regresi ganda dan korelasi parsial, sebelum
melakukan analisis regresi 3 prediktor maka
terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis
yang meliputi uji normalitas yang meliputi uji
normalitas sebaran dan uji linieritas hubungan.
Sedangkan untuk pengujian hipotesi sada dua
macam pengujian yaitu pengujian hipotesis mayor
dan hipoteis minor. Dalam hipotesis mayor di uji
dengan mengunakan regresi ganda sedangkan
regresi minor mengunakan korelasi parsial.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini sampel digunakan 123
siswa sehingga dekriptif data dari masing-masing
variabel adalah
1. Kecendrungan Kebiasaan bermain game, siswa
kelas II semester III SMU Taman Madya Jetis
termasuk katagori Tinggi
2. Kecendrungan minat belajar fisika, siswa kelas
II semester III SMU Taman Madya Jetis
termasuk katagori Tinggi
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
106
Hubungan Kebiasaan Bermain ….
Pamuji Waskito R
3. Kecendrungan fasilitas belajar fisika, siswa
kelas II semester III SMU Taman Madya Jetis
termasuk katagori Tinggi
4. Kecendrungan prestasi belajar fisika, siswa
kelas II semester III SMU Taman Madya Jetis
termasuk katagori Tinggi
Dalam penelitian ini digunakan analisis
regresi ganda dan korelasi parsial, sebelum
melakukan analisis regresi 3 prediktor maka
terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis
yang meliputi uji normalitas yang meliputi uji
normalitas sebaran dan uji linieritas hubungan.
Uji Normalitas Sembarang
No Variabel db χ2 hitung
1.
2.
3.
4.
X1
X2
X3
Y
4
9
7
2
7,281
3,438
13,584
5,465
Uji linieritas Hubungan
No Variabel
db
1.
2.
3.
X1
X2
X3
χ2 tabel
5%
6,488
16,919
14,067
5,991
F hitung
1:120
1:120
1:120
Sebaran
Normal
Normal
Normal
Normal
F tabel
5%
3,92
3,92
3,92
1,169
0,022
3,612
Ket
Linier
Linier
Linier
Dalam penelitian ini untuk pengujian hipotesi sada
dua macam pengujian yaitu pengujian hipotesis mayor
dan hipoteis minor. Dalam hipotesis mayor di uji dengan
mengunakan regresi ganda sedangkan regresi minor
mengunakan korelasi parsial.
Analisis regresi ganda
Sum
ber
Regr
esi
Resid
u
Total
Jk
db
F tabel
5%
1%
2,6
3,9
81
51
-
F
RK
hitung
1,0
78
4,5
99
5,6
79
3
11
9
355,6
09
38,75
6
-
12
2
9,3
03
-
-
Ket
Sangat
Signifi
kan
UCAPAN TERIMAKASIH
Predator
1.
2.
3.
Total
1.
2.
Korelasi parsial
1.
2.
3.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
dapat disimpulkan secara deskriptif menunjukan
bahwa kecendrungan kebiasaan bermain game
dalam katagori tinggi. Minat belajar fisika dan
prestasi belajar fisika katagori tinggi. Hasil
penelitian ini secara korelatif menunjukan adanya
hubungan negatif dan sangat signifikan antara
kebiasaan bermain game dengan prestasi belajar.
Adanya hubungan positif dan signifikan antara
minat dan fasilitas dengan prestasi belajar fisika.
Selanjutnya dengan analisis regresi ganda didapat
ada hubungan positif dan sangat signifikan antara
kebiasaan bermain game, minat, fasilitas dengan
prestasi belajar fisika. Besarnya sumbangan efektif
antara kebiasaan bermain game, minat belajar
fisika, fasilitas belajar fisika ditunjukan dengan uji
statistik regresi ganda tiga predator diperoleh
koefisien (R) sebesar 0,436 (R2) sebesar 0,190 dan
F sebesar 9,303 dengan p sebesar 0,000. Besarnya
sumbangan efektif ketiga predator adalah 18,998
% yang terdiri dari kebiasaan bermain game
sebesar 7,869 %, minat belajar fisika sebesar 5,941
% dan fasilitas belajar fisika sebesar 4,976 %.
Saran dari peneliti untuk orang tua dapat
mengatur putra putrinya dengan mengatur
membagi waktu antara bermain dan belajar. Untuk
Guru bimbinglah siswa dalam pembelajaran fisika
hendak mampu membangkitkan minat belajar
siswa agar aktif dan penuh perhatian dengan
seksama dalam kegiatan belajar mengajar yang
akhirnya dapat memberikan prestasi bagi peserta
didiknya. Untuk siswa karena kebiasaan bermain
game dikatagori tinggi maka waktu untuk bermain
game dikurangi sehingga waktu untuk belajar
ditambahkan, bukannya waktu hanya untuk
bermain saja.
-
Kefisien Korelasi ( R )
= 0,433
Kefisien determinan ( R2 ) = 0,118
Ubaha
nX
KESIMPULAN DAN SARAN
R
Parsia
l
0,238
0,178
0,194
db
t
t
5%
1%
1,98
0
1,98
0
1,98
0
2,61
7
2,61
7
2,61
7
hitung
12
2
12
2
12
2
2,70
0
2,05
8
2,16
1
tabel
Sumbangan relatif (
SR%)
41,155
32,367
26,118
100,00
Keteranga
n
Sangat
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Sumbangan efektif (
SE%)
7,887
6,149
4,963
18,998
Ki Drs H Bitus Iswanto M.M, Kepala
Sekolah SMU Taman Madya Jetis
Ki Drs Ruslan A.G Guru Fisika Sekolah
SMU Taman Madya Jetis
REFERENSI
Arif Furchan, Pengantar Penelitian Dalam
Pendidikan, Surabaya, Usana Offset,1982
Ashar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta, PT
Raja Grafindo Persada, 2011
Bob Foster, Fisika SMU Jilid 1, Jakarta,
Erlangga,1999
Bochori M, Education Psikologi, Bandung, 1987
M. Amin Benda Paddusa, Alat-Alat Ukur Fisika,
Yogjakarta, FPMIPA-IKIP Yogjakarta, 1988
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
107
Pamuji Waskito R
Hubungan Kebiasaan Bermain ….
Oemar Hamalik, Media Pendidikan, Jakarta
Alumni Bandung, 1986
Purwanto W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia,
Jakarta, Depdikbut, 1992
Sugiyono Statistik Untuk Penelitian, Bandung,
Alpabeta, 2002
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek, Jakarta, Reneka Cipta,
2002
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta,
PT Raja Grafindopersada, 2002
The Lieng Gie, Cara Belajar Yang Efisien,
Yogjakarta, Pusat Kemajuan Study, 1985
Winkel, Psikologi Pendidikan Dan Evaluasi
Belajar, Jakarta, Gramedia, 1986
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
108
Pamuji Waskito R
Hubungan Kebiasaan Bermain ….
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
109
Peningkatan Aktivitas dan ….
Siska Desy Fatmaryanti
Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Matematika 1
dengan Metode Brainstorming dan Tutor Teman Sebaya
Siska Desy Fatmaryanti
Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Purworejo
Surel : [email protected]
Intisari. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Fisika Matematika 1 dengan metode
brainstroming dan tutor teman sebaya. Subyek penelitian adalah mahasiswa prodi Pendidikan Fisika UM Purworejo
semester 3 Tahun Akademik 2012/2013. Penelitian ini dilakukan di prodi Pendidikan Fisika UM Purworejo dengan desain
penelitian tindakan kelas dua siklus. Instrumen yang digunakan adalah instrumen aktivitas belajar dan instrumen prestasi
untuk mengukur hasil belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan 2 metode ini yaitu brainstorming dan tutor
teman sebaya dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar. Hal itu terlihat dari 61 mahasiswa yang diberi tindakan,
terdapat peningkatan aktivitas belajar yakni dari 37,54% menjadi 51% dan peningkatan hasil belajar yakni dari nilai ratarata kelas 58,7 (C-) menjadi 65,4 (B-)
Kata Kunci : Aktivitas belajar, Hasil Belajar, Brainstroming, Tutor Teman Sebaya.
PENDAHULUAN
Fisika Matematika merupakan mata kuliah
yang menuntut mahasiswa memiliki kemampuan
merumuskan berbagai persoalan fisika ke dalam
pernyataan matematis dan menyelesaikannya
secara analitis. Mata kuliah ini merupakan salah
satu perkuliahan yang memiliki tingkat kesulitan
yang tinggi di kalangan mahasiswa Pendidikan
Fisika Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Indikatornya adalah dari hasil ujian semester Fisika
Matematika 1 dan 2 pada tahun 2010/2011 dan
2011/2011 sekitar 60 % mahasiswa mendapat
nilai rata-rata 60 (C).
Berdasarkan pengamatan peneliti selama
mengampu mata kuliah ini penyebab utama adalah
rendahnya aktivitas belajar mahasiswa, baik dalam
mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat,
mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen
maupun soal-soal yang ada di buku pegangan
perkuliahan. Perkuliahan hanya didominasi dosen
sedangkan mahasiswa hanya menunggu penjelasan
dari
dosen.
Sementara
dosen
sebagai
pengajar/pengampu mata kuliah juga akan
mengalami kesulitan dalam menyajikan materi
kuliah karena selain dibatasi waktu, dosen harus
mengulang kembali konsep-konsep kalkulus dasar.
Seorang pengajar/dosen yang baik akan selalu
mengevaluasi kualitas kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan. Jika terdapat hasil yang kurang
bagus (underachievement) maka akan dicoba
dengan metode yang lain sehingga kelas yang
dibimbing akan selalu berjalan dinamis [1].
Bertolak dari permasalahan tersebut, untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
mahasiswa diperlukan sebuah pendekatan atau
model pengajaran lain.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang
mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
adalah
metode
branistroming.
Metode
brainstorming merupakan metode yang dapat di
gunakan untuk mengaktifkan siswa, siswa di minta
memberikan ide
atau menyebutkan contoh
sebanyak- banyaknya dalam waktu singkat [6].
Metode brainstorming sesuai sebagai upaya untuk
mengumpulkan pendapat/ide yang dikemukakan
oleh seluruh anggota kelompok, baik secara
individual maupun kelompok. Metode ini akan
menghasilkan berbagai pendapat atau ide dari
peserta, baik yang sama (atau saling mendukung)
dan ide-ide yang berbeda (atau saling
bertentangan). Kedua bentuk ide tersebut dapat
memicu terjadinya perdebatan di antara peserta.
Metode brainstorming merupakan salah satu teknik
untuk memperkirakan sejauh mana pengetahuan
(penguasaan materi) yang telah dimiliki peserta
[7].
Dalam penelitian ini metode branistroming
akan digabungkan dengan metode tutor sebaya.
Penelitian yang dilakukan oleh Masturi dan
Marwoto, menyimpulkan bahwa
Pendekatan
pendekatan teaching assistant (TA) dapat
meningkatkan kualitas perkuliahan [3]. Griffin dan
Carter (2004) menyatakan bahwa keberadaan
seorang pemandu pembelajaran (learning assistant)
dalam sebuah proses pembelajaran sains dan
matematika (eksak) merupakan sesuatu hal yang
sangat dibutuhkan. Pemandu tersebut bisa seorang
guru, orang tua, ataupun teman, baik teman sejawat
maupun teman yang lebih tua yang memiliki
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
110
Peningkatan Aktivitas dan ….
Siska Desy Fatmaryanti
kemampuan untuk membantu meningkatkan
prestasi belajar mereka [2].
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar Fisika Matematika 1
dengan metode Brainstorming dan tutor teman
sebaya. Penelitian ini diharapkan memiliki
manfaat, pertama, aktivitas belajar mahasiswa akan
meningkat. Kedua, dosen akan sangat terbantu
dalam melakukan kegiatan perkuliahan kepada
mahasiswa sehingga mutu perkuliahan secara
umum akan semakin meningkat mengingat mata
kuliah ini banyak digunakan sebagai penunjang
mata kuliah lain. Ketiga, meningkatnya
meningkatnya indeks prestasi belajar.
NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan, R
= Skor mentah yang diperoleh, SM = Skor
maksimum dari test yang bersangkutan [5].
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Adapun
skematis model PTK sesuai dengan Gambar 1.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dilaksanakan berlangsung pada bulan
September - November 2012. Dengan subyek
penelitian mahasiswa semester III Program studi
pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah
Purworeo yang berjumlah 61 orang. Teknik
Pengumpulan Data
yaitu dengan Metode
Observasi (untuk mengetahui aktivitas dalam
prosess pembelajaran) dan Metode Tes untuk
memperoleh gambaran hasil belajar mahasiswa
pada setiap siklus.
TABEL 1. Kisi-kisi lembar Observasi Aktivitas Belajar
Teknik Analisis data yang digunakan
pada penelitian ini adalah secara kuantitatif atau
membandingkan data yang diperoleh sebelum
Aspek
Aktivitas
Visual
Emosional
Lisan
Menulis
Indikator
 Tertarik membaca buku
pegangan
 Sikap ketika dihadapkan
dengan soal
Kemampuan
 Minat
belajardalam
soal
 mengerjakan
Semangat mengikuti
perkuliahan
 Berusaha memahami materi
kuliah kepada dosen
 Bertanya
 Menyampaikan pendapat
atau analisisnya
 Berdiskusi
 Mencatat hal-hal penting
dalam perkuliahan
 Mengerjakan tugas
Banyak
Butir
soal
3
3
3
2
dilakukan tindakan dan sesudah dilakukan
tindakan. ntuk mengukur tingkat persentase data
sebelum tindakan, siklus 1 dan siklus II digunakan
rumus.
NP 
Gambar 1. Spiral Penelitian Tindakan Kelas
diadaptasi dari Hopkin [4].
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Analisis data dilakukan untuk mengetahui data
yang diperoleh menujukkan peningkatan aktivitas
dan hasil belajar selama proses pembelajaran
dengan metode Brainstorming dan Tutor teman
sebaya.
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui
aktivitas belajar
selama proses pembelajaran
berlangsung. Observasi yang dilakukan oleh
peneliti yaitu proses pembelajaran sebelum
penerapan metode Brainstorming dan Tutor teman
sebaya dilakukan selama satu minggu untuk
mengetahui aktivitas belajar prasiklus. Selanjutnya
observasi pada siklus I dan II dengan jalan
memberikan cheklist pada instrumen yang telah
disiapkan. Berdasarkan penyajian data di atas
maka skor yang diperoleh pada masing-masing
siklus dapat disajikan dalam diagram batang sesuai
dengan gambar 2.
R
x100%
SM
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
111
Siska Desy Fatmaryanti
Peningkatan Aktivitas dan ….
Di siklus 2 didapatkan bahwa aktivitas
belajar secara
umum mengalami peningkatan
pada semua indikator dibanding silkus 1. Pada
akhir siklus 2 dilakukan evaluasi dan didapatkan
nilai rata-rata kelas pada siklus 2 mengalami
peningkatan menjadi 65,4 (B-), artinya rata-rata
mahasiswa telah mendapatkan pemahaman yang
cukup baik (B-) atas materi-materi pada
perkuliahan fisika matematika 1.
KESIMPULAN
Gambar 2. Grafik perbandingan aktivitas belajar
prasiklus, Siklus 1 dan Siklus 2
Dari observasi didapatkan bahwa aktivitas
belajar mahasiswa juga cukup memuaskan yang
terlihat dari meningkatnya jumlah mahasiswa yang
bertanya dan semangat ketika mengerjakan soal.
Namun setelah dilakukan tes 1, ternyata
pencapaiannya hasil belajar masih belum
memuaskan. Hal ini terlihatpada distribusi nilai
mahasiswa yang disajikan pada gambar 3. Dari
gambar 3 didapatkan bahwa nilai rata-rata kelas
yang diperoleh pada siklus 1 adalah 58,7 (C-).
Dalam tindakan ini, nilai C ditetapkan sebaga
ibatasan nilai minimal seorang mahasiswa sudah
mencapai ketuntasan belajar. Dengan demikian,
dalam siklus 1 secara rata-rata mahasiswa belum
mencapai ketuntasan belajar.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
dengan metode Brainstorming dan tutor teman
sebaya dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar Fisika Matematika 1. Dari siklus 1 dan
siklus 2 teramati adanya peningkatan Aktivitas
belajar yakni dari 37,54% menjadi 51% dan
peningkatan hasil belajar yakni dari 58,7 (C-)
menjadi 65,4 (B-)
REFERENSI
1. Crippen, K.J., Archambault, L., Ford, M.S., &
Levitt, G.A. Curriculum Carts and Collaboration: A
Model for Training Secondary Science Teachers.
Journal of Sciences dan Education Technology.
2004. 13: 325 – 331
2. Griffin, A.R., & Carter, G. Technology as a Tool:
Applying an Instruc-tional Model to Teach Middle
School Students to Use Technology as a Mediator of
Learning. Journal of Science Education and
Technology. 2004. 13: 495 – 504
3. Masturi and P. Marwoto, Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia 6. Peningkatan Kualitas Perkuliahan solusi
deret Melalui Pendekatan Teaching Asistant. 2010.
20-25
4. R. Wakhid Akhdinirwanto dan Ida Ayu S. Cara
Mudah Mengembangkan Provesi Guru. Yogyakarta:
Sabda Media. 2009
5. Ngalim Purwanto. Prinsip-Prinsip dan Tehnik
Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2002
6. Nurgayah. Strategi & Metode Pembelajaran.
Bandung Ciptapustaka. 2011.
7. http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUA
R_SEKOLAH
Gambar 3. Grafik distribusi nilai pada siklus I
dan siklus II
Hasil refleksi pada siklus 1 didapatkan
beberapa kelemahan. Salah satu di antaranya
adalah belum paham metode brainstorming dan
belum maksimalnya peran tutor. Mahasiswa masih
sulit untuk diajak kerjasama mengemukakan
kesulitan-kesulitannya. Untuk mengatasi itu
peneliti mencoba mengacak kembali kelompok
berdasarkan hasil tes siklus 1.
Prosiding Seminar Nasional Quantum 2013
112
Download